PENGENDALIAN PROSES 2 IR. M. YUSUF RITONGA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN PROSES 2 IR. M. YUSUF RITONGA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 PENGENDLIN PROE IR. M. YUUF RITONG PROGRM TUDI TEKNIK KIMI FKULT TEKNIK UNIVERIT UMTER UTR PENDHULUN Bagaikan mengemudikan uatu kenderaan, orang perlu tahu bagaimana ifat-ifat proe yang dikendalikannya. da proe yang cepat bereaki terhadap perubahan out put, ada yang bereaki lambat terhadap perubahan input. emua ifat proe itu dinyatakan dalam itilah yang diebut dinamika proe. Dari buku ini, mulai tampak kendala untuk menerangkan erta mempelaari ilmu item pengendalian proe dan atau tanpa melalui peramaan-peramaan matematik. Dalam prakteknya, dinamika proe haru elalu dinyatakan dalam bentuk peramaan matematik yang lazim diebut tranfer function. Bentuk peramaan matematik ini ternyata tidak ederhana. Mereka pada umumnya berbentuk peramaan differenial. Maalahnya kalau penelaan matematik dinamika proe itu ditiadakan demi menyederhanakan materi, banyak di antara pembaca yang akan kehilangan hakekat falafah ilmu. Terutama mereka yang eriu dan pernah mempelaari ilmu item pengendalian. Pokok bahaan akan menadi teraa dangkal. Namun ebaliknya bagi mereka yang tidak paham dan tidak uka bentuk matematika, kemungkinan bear penampilan peramaan matematik membuatnya menadi egan mempelaari ii buku ini.. HIL KERJ ITEM PENGENDLIN OTOMTI ( TRNIENT REPONE OF LOED LOOP YTEM Menyambung apa yang udah dibaha pada ebagian ub pokok bahaan.8, mengapa kurva waktu pada gambar.0 itu teradi? Mengapa keeimbangan yang baru tercapai di titik 59%, padahal et point ama dengan 60%. Idealnya proce variable haru mengikuti et point pada keadaan apapun. Ternyata keadaan ideal ini tidak pernah tercapai. Banyak ekali faktor-faktor erta keterbataan keterbataan yang menyebabkan tidak pernah tercapainya keadaan ideal ini. alah atu keterbataan yang paling nyata adalah keterbataan kera control valve. ndaikata controller menghendaki control valve mengoreki proe variabel dengan menambah bukaan ebanyak 50%. Kalau pada aat awal control valve udah berada di bukaan 70%, eharunya tambahan inyal 50% akan membawa bukaan control valve menadi 0%. Mungkinkah itu teradi? ontrol valve, karena ifat mekanimenya, tidak mungkin terbuka lebih dari 00%. Makimum ia akan terbuka 00%. Itulah ebabnya hail langkah menghitung controller tidak pernah dapat dilakanakan dengan empurna. emua alaan yang ada di dalam item mempunyai keterbataan eperti ini. Di dalam pokok bahaan 8 udah diinggung edikit bahwa keempat mata rantai pengendalian, yaitu mengukur, membandingkan, menghitung, dan mengoreki, dilakukan erempak oleh item pengendalian. Jadi, pada waktu item pengukuran mengukur proce

2 variable, pada aat itu pula control valve beruaha mengoreki proce variabel. Padahal, emua elemen di dalam item mempunyai unur kelambatan (lag. Karena unur kelambatan itu, bia aa control valve maih menambah manipulated variable pada waktu proce variable udah mendekati et point. kibatnya, meaurement variable melewati et point. Kelak akan dipelaari bahwa bentuk kurva waktu itu angat dipengaruhi oleh tranfer function maing-maing elemen. emua bentuk kurva waktu itu diebut repone atau tranient repone item pengendalian. Namun ecara umum mereka dapat dikelompokkan menadi dua, yaitu tabil (table dan tidak tabil (untable. Kemudian kelompok tabil terbagi menadi dua lagi yaitu overdamped dan underdumped. Kelompok tidak tabil uga terbagi dua, yaitu utain ocillation dan undamped. Lihatlah bentuk keempat kurva waktu ini pada gambar. Proce variabel et point et point Overdamped utained acillation (cycling waktu waktu Proce variabel et point et point Underdamped Undamped waktu waktu TBIL TIDK TBIL Gambar. Repone item pengendalian otomati uatu item pengendalian dikatakan tabil, apabila nilai proce variable berhail mendekati et point, Walaupun diperlukan waktu untuk itu. Keadaan tabil itu dapat dicapai

3 dengan repone yang overdamped atau yang underdamped. Kedua repone itu mempunyai kelebihan dan kekurangan maing-maing. Pada repone yang underdamped, ela bahwa koreki item beralan lebih cepat dari repone yang overdamped. Tetapi tidak berarti bahwa underdamped lebih bagu dari overdamped. da proe yang membutuhkan repone yang lambat (overdamped dan ada pula proe-proe yang membutuhkan repone yang cepat (underdamped. Kebutuhan terebut ditentukan oleh ifat proe dan kualita produk yang dikehendaki. Operator yang berpengalaman tentu dapat menunukkan di bagian mana yang perlu underdamped. Yang pati, item pengendalian tidak pernah menghendaki item yang tidak tabil, tidak yang utain ocillation, apalagi yang undamped. Pada repone utain ocillation, proce variable tidak pernah ama dengan et point. Proce variable naik turun di ekitar et point eperti roda epeda yang edangberputar. Oleh karena ifat inilah, utain ocillation uga diebut cycling. da beberapaliteratur bahaa Indoneia yang menyebutkan utain ocillation ebagai oilai dengan amplitudo tetap. Peramaan keadaan utain ocillation ini dengan kera bandul lonceng yang elalu berayun dengan amplitudo dan kecepatan tetap. Pada repone undamped, proce variable beriolai dengan amplitudo yang emakin bear. Proce variable emakin lama emakin mendekati et point, dan pada keadaan itu control valve akan terbuka tertutup ecara bergantian. kibatnya terciptalah keadaan yang angat berbahaya eperti yang teradi pada feed back poitif. Keadaan utain ocillation dengan amplitudo kecil di ebagian proe dapat ditolelir ebentar demi untuk penyetelan control unit (tuning. Namun keadaan undamped tidak dapat ditolelir dalam keadaan bagaimanapun uga. Kedua keadaan tidak tabil di ata adalah keadaan yang paling tidak dikehendaki dalam item pengendalian.. PKH DINMIK PROE ITU? Mengendalikan uatu proe dapat diamakan dengan mengemudikan uatu kenderaan. Untuk mengemudi mobil kecil diperlukan keterampilan yang berbeda dengan mengemudi mobil bear. Kalau ebuah truk gandeng dibelokkan dengan cara yang ama dengan membelokkan minibu, bukan tidak mungkin truk gandeng itu akan terbalik, karena maing-maing mempunyai maa (berat, ifat erta ketabilan yang berbeda-beda. da yang mudah dibelokkan, ada yang ulit dibelokkan (karena berat, ada yang cukup tabil, dan ada pula yang mudah terbalik. Itulah ebabnya diadakan klaifikai urat izin mengemudi kenderaan. Hal yang ama teradi dalam item pengendalian. da proce variable yang cepat berubah dengan berubahnya manipulated variable (bukan control valve, ada pula yang lambat berubah. da proe yang ifatnya lembam, ada yang reaktif, ada yang mudah tabil, ada pula yang mudah tidak tabil. Jadi eperti ifat kenderaan tadi, cara mengendalikan proe uga berbeda-beda. Dalam item pengendalian, ifat-ifat proe itu diebut dinamika proe (proce dynamic yang angat ditentukan oleh tranfer function uatu item pengendalian. Dinamika proe elalu dikaitkan dengan unur kapaita (capacity dan kelambatan (lag. mbil ebagian contoh aktivita meniup balon karet mainan anak-anak. Balon bia ditiup dengan mulut, bia ditiup dengan pompa epeda, dan bia uga ditiup dengan kompreor. Balon akan lama mengembang bila ditiup dengan mulut: akan edikit lebih cepat bila ditiup dengan pompa epeda: dan akan cepat meletu kalau ditiup dengan kompreor. Ketiga

4 keadaan ini menggambarkan adanya unur kapaita dan unur kelambatan di dalam proe meniup balon. Bearnya kapaita balon menadi angat relatif karena haru elalu dikaitkan dengan apa balon itu ditiup. Dalam bahaa ilmu item pengendalian, dikatakan kapaita proe tergantung pada umber energi yang bekera pada proe. Karena umber keranya kecil dan kapaita proenya bear, proe akan beralan lambat. Kalau umber energinya bear dan kapaita proenya kecil, proe akan menadi cepat. Tampak ela ada keterkaitan antara kapaita dan kelambatan proe. Kata kapaita dan keterlambatan itulah yang kemudian dipakai ebagai tandar (ukuran untuk menyatakan dinamika proe ecara kualitatif. Dalam bentuk kualitatif, proe dibedakan menadi proe cepat dan proe lambat, atau berkapaita bear dan berkapaita kecil. elain bentuk kualitatif, dinamika proe uga dinyatakan ecara kuantitatif dalam bentuk tranfer function. Itilah tranfer function di ini tetap merupakan perbandingan antara output dengan input proe. eperti digambarkan dalam bentuk blok diagram berikut : Input G( Output Gambar. Diagram kotak ebuah proe Hanya aa bentuk trafer function di ini menadi lebih komplek karena akan digunakan untuk mengungkapkan dinamika proe. Tranfer function (G( mempunyai dua unur gain, yaitu teady tate gain dan dynamic gain yang ifatnya dinamik. Unur dyanmic gain muncul karena elemen proe mengandung elemen kelambatan. Oleh karena itu, bentuk tranfer function elemen proe hampir pati berbentuk peramaan matemati fungi waktu, yang dalam wuud peramaan differenial. Dinamika proe dinyatakan dalam bentuk tranfer function yang kemudian ada dalam bentuk peramaan differenial. Karena eni kelambatan yang dikandung oleh proe, bentuk peramaan differenial itu ada yang berpangkat atu, ada yang berpangkat dua, ada pula yang berpangkat banyak. Klaifikai eni proe kemudian dikelompokkan berdaarkan banyaknya pangkat peramaan differenial yang dalam tranfer function. Kalau dikai ulang, pengelompokkan ini mirip dengan pengelompokkan yang dilakukan untuk eni urat izin mengemudi kenderaan. emankin banyak peramaan diferenial, emangkin lambat dinamika proe. ebuah elemen proe kemudian dinamai proe orde atu ( firt order proce karena peramaan diferenialnya berpangkat atu. Dinamai proe orde dua ( econd order proce karena peramaan diferenialnya berpangkat dua. Dinamai proe orde banyak ( higher order proce karena peramaan diferenialnya berpangkat banyak. Pangkat peramaan dalam diferenial uga mencerminkan umlah kapaita yang ada di elemen proe. uatu proe orde atu uga diebut one capacity proce atau ingle capacity proce. Proe orde dua uga diebut two capacity proce. Proe orde banyak diebut multi capacity proce. Berikut ini digambarkan beberapa item pengendalian yang menggambarkan umlah kapaita dan fungi trafernya yang akan dibaha pada pokok bahaan berikut. Gambar 3

5 menampilkan ingle capacity proce ; Gambar 4 menampilkan two capacity proce ; Gambar 5 menampilkan multi capacity proce. q L h R qo Gambar 3. Proe orde atu (ingle capacity proce q R R qo q q R L qo R L q Gambar 4. Proe orde dua (two capacity proce

6 q R qo R q R3 q Gambar 5. Proe orde banyak (multi capacity proce ampai diini penelaan diata mungkin maih belum membawa banyak penelaan bagi pembaca yang belum mengenal peramaan diferenial. pakah peramaan diferenial itu dan unur kelambatan. Hal ini akan dibaha tunta dengan diertai contoh-contohdidalam penelaan berikut. Banyaknya contoh, diharapkan akan memperela apakah proe orde atu, proe orde dua, proe orde banyak. 3. PROE ORDE TU (LINIER OPEN LOOP YTEM ELF REGULTION Didalam ilmu item pengendalian, dikenal ebuah elemen proe yang mampu mengendalikan dirinya endiri, walaupun padanya tidak dipaang intrumentai pengendalian otomati. Elemen proe yang mempunyai tipe begitu diebut elemen proe elf regulation. ontoh elemen proe elf regulation dapat dilihat pada gambar 3. ontoh didalam gambar ini merupakan contoh paling peifik yang elalu dipakai ebagai bahan untuk menerangkan proe orde atu elf regulation. Bagaimana elemen proe ini dapat mengendalikan dirinya endiri, ikutilah proe itu ebagai berikut. Input proe pada contoh ini adalah flow ke tangki (Q dan outputnya adalah level ke tangki, yang dalam hal ini dapat dibaca ebagai inyal output dari LT ( level teanmiller. Pada keadaan awal, diandaikan level ada di 50% tangki Q dan Qo uga ama dengan 50%

7 kala flow. Pada keadaan awal ini emua parameter eimbang, ehingga level tetap di 50% ampai teradi perubahan pada Qo ebear qo. ndai kata keadaan etimbang terganggu karena Q naik ecara mendadak ebanyak q 00% dan dibiarkan tetap elama proe berlangung. Dalam ilmu pengendalian proe diebut tep input. Dengan bertambah Q, level ebear h akan ecara alami akan ikuti oleh kenaikan Qo ebear qo ehingga akan dicapai keeimbangan yang baru dimana Q ama dengan Qo. Level akan berhenti dikeeimbangan yang baru itu elama tidak teradi perubahan Q maupun Qo. Keeimbangan baru ini pati ada diata 50% dan Q maupun Qo uga ada diata 50% kala flow. Keadaan mencapai keeimbangan endiri inilah yang diebut elf regulation. ndaikata keeimbangan baru teradi pada level 70%, teady tate gain dari proe itu dikatakan ama dengan dua (Gp. Mengapa demikian? Karena untuk 0% pertambahan input (q akhirnya dihailkan 0% pertambahan output (h. Tentu aa keadaan elf regulation ini hanya teradi untuk bata-bata tertentu. Yang ela, kalau diandaikan Gp, Q tidak pernah boleh ditambah lebih dari 5%. Kalau Q ditambah lebih bear dari 5%, air akan tumpah keluar dari tangki. Lalu, apakah keadaan proe diata bia diebut elf regulation? Keadaan tumpahnya air memang bia teradi, bahkan uga pada item yang dilengkapi pengendalian otomati ekalipun. Hal ini diebabkan karena item pengendalian hanya mampu mengatai load atau diturbance ampai bata-bata tertentu aa. elain itu, itilah elf regulation hanyalah uatu cara untuk menggambarkan dinamika uatu elemen proe. Itilah ini ama ekali tidak dimakudkan untuk menggambarkan cara pengendalian proe. Itilah elf regulation kekal menadi angat penting, dan akan dipakai berulang kali karena kelak akan dilihat bahwa elemen proe elf regulation akan angat berbeda dengan elemen proe non elf regulation. Dari emua penelaan tentang kera proe elf regulation di ata, angat ela bahwa proe pada Gambar memerlukan waktu untuk mencapai keeimbangan baru. Jadi, tranfer function proe itu pati merupakan peramaan fungi waktu. Dari gambar ela terlihat bahwa proe hanya mempunyai atu unit kapaita (tangki. Dari itu dapat ditarik keimpulan bahwa proe ini pati proe orde atu elf regulation. Bentuk diagram kotak erta tranfer function proe dapat dilihat pada gambar 6. Input G( Output Gambar 6. Diagram kotak proe orde atu elf regulation. Bentuk tranfer function pada gambar 6 itulah yang diebut bentuk peramaan differenial pangkat atu. imbol pada peramaan differenial itu adalah bentuk tranformai Laplace. Tranfer function untuk proe orde atu non elf regulation dapat diturunkan ebagai berikut : (perhatikan gambar 7 di bawah ini

8 q p h R qo p Neraca maa pada tangki di ata adalah : dh ρ q ρq ρ dt Gambar 7. Proe orde atu elf regulation umikan harga adalah kontan, maka peramaan menadi : dh q q o dt Dalam keadaan teady tate peramaan 3. di ata dapat ditulikan ebagai berikut : q q o Deviai keadaan non teady tate dapat ditulikan : dimana : d( h h ( q q ( qo qo dt q q Q q q o Q o h h H maka peramaan 3.4 dapat dituli : dh Q Q o dt karena aliran fluida berifat laminar, q o mempunyai hubungan linier dengan H, maka : h qo Qo R H R

9 dengan menggabungkan peramaan 3.5 dan 3.6 dihailkan : H dh Q R dt RQ H dh R dt dh RQ H dt dimana : kontanta waktu ( time kontan atau lag time lua penampang tangki R hambatan pada katup Peramaan 3.7 dapat ditranformaikan dalam bentuk tranformai Laplace yang menghailkan : RQ H. H Tranformai peramaan 3.6 menghailkan : H Q o R H RQ( dengan menggabungkan peramaan 3.8 dan 3.0 akan diperoleh : RQ o Q Q o Q( dari peramaan peramaan 3.8 dapat dieleaikan ebagai berikut : RQ H. H RQ { } H H R Q( ndaikata nilai R adalah atuan maka peramaan 3. ditulikan berikut : H Q (

10 Jika diperhatikan benar peramaan 3. dan 3. terlihat ela bahwa kedua peramaan terebut mengandung undur waktu yang dinyatakan oleh lag time. Rua kanan pada peramaan 3. ampai dengan 3.3 ditandai oleh peifik oleh : yang merupakan karateritik dinamika proe pada proe elemen orde atu elf regulation atau linier opeen loop ytem elf regulation. Peramaan 3. merupakan tranfer function yang menyatakan hubungan kecepatan alir fluida yang mauk ketangki, dan peramaan 3. merupakan tranfer finction yang menyatakan hubungan antara level didalam tangki dengan kecepataan alir fluida yang mauk kedalam tangki. Untuk menggambarkan dinamika proe elemen proe pada gambar 7 diata haru digambarkan waktu kedua tranfer function elemen proe proe diata dengan terlebih dahulu mengubah kedua peramaan terebut kedalam fungi waktu dengan inver Tranformai Laplace. Marilah kita ikuti perubahan peramaan 3.3 menadi peramaan inver tranformai Laplace. H Q ( ndaikata input proe Q( merupakan tep input (input proe dinaikkan dengan bear tertentu lalu dibiarkan kontan elama proe berlangung, maka : Q (tep input Q maka dengan menggabungkan peramaan 3.3 dan 3.4 akan diperoleh hubungan : H ( dengan metode partial fraction peramaan 3.5 dapat dieleaikan : H ( ( H ( ( ambil 0, etelah dikalikan dengan maka peramaan 3.7 berubah menadi : ( (

11 maka : Kembali kedua rua dikalikan dengan ( /, maka : ( ambil nilai - / maka - dan peramaan3.7 menadi : ( H dengan inver tranformai Laflace, peramaan 3.8 dapat diperolen repon elemen proe pada taangki digambar 7 yang dlam ilmu item pengendaian diebut hail kera item pengendalian atau tranient repon. Dengan demikian peramaan 3.8 berubah menadi : t H ( t ( e atau Output Gp x input dimana : Gp teady tate gain ( e -t/ Jika peramaan 3.9 digambarkan ebagai kurva waktu maka dapat dibuat ebagai berikut (dengan input berupa input tep : waktu Tinggi level t t t 3 t 4 t 5 H(t/ -e - 0,63 H(t/ H(t/ 0.95 H(t/ 0.98 H(t/ 0.993

12 t 6 t 7 H(t/ H(t/ Kurva waktu proe pada gambar 6 dapat digambarkan eperti yang ditampilkan pada gambar 8. Input f Waktu Output 63,% 86,4% 95% 98,6% Gpx f 3 4 Waktu Gambar 8a. Kurva Waktu Proe Orde atu elf Regulation dengan input Fungi matematik yang telah diturunkan di ata tidak teraa terlalu rumit kalau aa hubungan input - output diterangkan ecara grafi. Yang penting dicatat dari tranfer function itu adalah parameter yang diebut ebagai lag time atau time contant. Kalau lua penampang tangki, dan hambatan yang ditimbulkan oleh bukaan control valve ditandai dengan R, bearnya adalah R. ekarang mari kita lihat input - output proe orde atu elf regulation dalam kaitannya dengan unur waktu. da beberapa titik penting yang perlu dicatat dari kurva waktu pada gambar 8b. Titik pertama adalah titik dimana output ama dengan 63,% dari keadaan teady tate-nya. Di dalam contoh ini, output ama dengan 63,% dari level keeimbangan baru. Di titik itu, t (waktu tepat ama. Titik penting lain adalah titik dimana output mencapai 98,6% dari keeimbangan baru. Di titik itu t 4. ecara teoriti, karena naiknya output emakin lama

13 emakin lambat, output ebenarnya tidak akan pernah mencapai Gp x input. Tetapi dalam praktek, output udah boleh dianggap ebear Gp x input pada waktu t > (xt Gambar 8b. Kurva hail kera proe orde atu elf regulation dengan tep input Pada contoh ini, kalau lag time atau time contant elemen proe bearnya 5 menit ( 5 menit, output akan mencapai 63,% x input dalam waktu 5 menit. tau output akan mencapai 98,6% x input dalam waktu 4 x 5 menit. da banyak proe orde atu elf regulation yang ditemukan di dalam proe indutri. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada gambar 9.

14 Termometer Input R KapaitaTekanan (c (preure Kapaita (c R E Teganga Tengangan Temperatur Tegangan Waktu Waktu Waktu Gambar 9. ontoh-contoh proe orde atu elf regulation Jika kita perhatikan benar rua kiri pada peramaan 3. dan 3.3 maka kurva waktu keduanya akan ama dengan kurva waktu untuk maing-maing peramaan 3. dan 3.3 angat tergantung dari harga lag time atau time contant item pengendalian pada gambar 7. Kalau lag time kecil, level cepat naik; dan kalau lag time bear, level lambat naik. Kembali kita perhatikan peramaan 3.7 pada halaman.., bear lag time dipengaruhi oleh lua penampang tangki ( dan hambatan pada katup ( R. Dengan demikian ela bagi kita bahwa output proce (tangki yang diberi imbol h akan angat dipengaruhi lua penampang tangki (, artinya ela bagi kita bahwa kenaikan level pada tangki akan cepat ika lua penampang tangki kecil dan kenaikkan level pada tangki akan lambat ika lua penampang tangki bear. pakah dampak dari perubahan lua penampang tangki ini? Dengan memeperhatikan kembali peramaan 3. dan 3.3, pertanyaan ini dapat diawab dengan mudah, bahwa level pada tangki dengan lua penampang lebih kecil akan lebih cepat mencapai keeimbangan endiri atau lebih cepat meluap (over flow ika input proce telah melampaui kemampuan tangki. ebaliknya level pada tangki dengan lua penampang yang lebih bear akan lebih lambat mencapai keeimbangan endiri atau meluap.

15 Perubahan harga lag time atau lua penampang tangki akan memberikan dampak yang berbeda dalam cara mengendalikan item pengendalian proe orde atu elf regulation lain maupun dalam pemilihan alat pengendali (controller atau control valve untuk tuuan otomatiai (diubah menadi clooed lop ytem. Untuk proe dengan lag time yang emakin kecil controller yang dipakai harulah mempunyai reaki tertutup terbuka yang lebih cepat yang euai dengan kecepatan perubahan output (k yang dapat diatur edemikian rupa untuk kepentingan proe. Perubahan lag time atau lua penampang tangki (proce, tidak aa mempengaruhi pemilihan controller atau control valve, dalam kenyataan di lapangan uga angat mempengaruhi pemaangan katup iolai diekitar control valve. alah atu diantaranya adalah pemaangan katup by pa control valve yang dapat dimanfaatkan untuk memperbear gain uatu proe, ehingga lebih cepat mencapai uatu keeimbangan. Perhatikan kembali peramaan 3. dan 3.3. Itulah ebabnya control valve pada item pemipaan elalu dilengkapi dengan katup by pa, agar proe mudah mencapai keeimbangan ika proe telah mencapai bata makimalnya. Output proe tidak hanya angat dipengaruhi oleh lag time atau time contant yang terdapat pada fungi tranfer elemen proce, tetapi uga angat dipengaruhi oleh input proce yang mauk pada uatu elemen proe. Untuk lebih memahami pengaruh input proe terhadap output proce pada pokok bahaan berikut dielakan dengan peramaan matemati dan kurva waktu. Pada pokok bahaan ini akan diperkenalkan itilah phae lag dan phae lead yang angat berpengaruh pada dinamika proe atau hail kera item pengendalian proe orde atu non elf regulation dengan input proce berupa gelombang inuoida. 4. INPUT INUOID PD PROE ORDE TU (INGLE PITY PROE ebelum penelaan ecara grafi diberikan, lebih dahulu penuli menampilkan peramaan matemati untuk mendapatkan output proce ebagai fungi waktu. Bagi pembaca yang tidak tertarik dengan penampilan peramaan-peramaan matemati berikut, angan raguragu untuk meninggalkannya tanpa raa khawatir akan kehilangan pengertian dinamika proe pada pokok bahaan ini, karena akan dielakan ecara grafi dengan ela dan tunta akan pengaruh input inuoida pada proe orde atu (ingle capacity proce. Marilah kita ikuti penurunan peramaan matemati ebagai repone ata input proce berupa gelombang inuoida pada ebuah termometer yang ditempatkan pada ebuah kotak bertemperatur (temperature of bath. dimana : Temperatur bath etiap aat dinyatakan oleh peramaan x x in t t > x temperatur bath x temperatur bath ebelum input inuoida diberikan amplitudo dari variai temperatur frekueni input temperatur, rad/atuan waktu Deviai temperatur batch dan temperatur batch ebelum input inuoida diberikan dinyatakan dengan x, maka :

16 x x x maka peramaan 4. berubah menadi : t x in Jika peramaan 4.3 ditranformai Laplace-kan maka diperoleh peramaan : ( x Untuk proe orde atu (ingle capacity Tranfer function adalah : ( ( ( x Y input output G ( ( x Y ( Y ( Y Y ( Y 3 ( Jika peramaan 4.7 dikalikan dengan maka akan diperoleh peramaan 4.8 : 3 Jika diambil akan diperoleh nilai ebagai berikut : Lalu peramaan 4.7 dikalikan dengan ( maka harga diperoleh ebagai berikut : 3 mbil -, maka :

17 ( ( ( ( ( ( Mialkan Berdaarkan ifat conugat, maka : 3 xi bi k k ( ( complek conugat a K b K tranformai Laplace peramaan ini menghailkan peramaan 4. dibawah ini ; ( a co k t b k t e k t in dari harga dan 3 dapat dilihat harga a, a, k, dan k ebagai berikut : a a, k ( a b, k 0 0

18 maka tranformai Laplace peramaan 4.7 akan menghailkan peramaan 4.5 ( θ in co e e t Y t t ( in co e t Y t...4. ifat : co q in r in ( θ Dimana : q p r maka r r r udut ohae antara p danq adalah : ϖ φ q p tg φ tg dan φ tg arc Dengan memaukkan harga-harga pada peramaan 4.0 dan 4.4 pada peramaan 4. akan diperoleh peramaan 4.5 ebagai berikut : p q

19 Y t ( t e in ( φ ika t α ( t in ( φ Y dimana adalah phae lag atau phae hift ika φ < 0. Untuk lebih memahami repone di ata pada peramaan 4.5 berikut ini akan diberikan contohnya. ndaikata ebuah termometer air raka yang mempunyai lag time atau time contant ditempatkan pada ebuah temperatur bath pada uhu 00 o F lalu dibiarkan ampai temperatur termometer menunukkan ama dengan Temperature Bath. etelah mencapai keetimbangan temperatur bath (merupakan input proce pada termometer mulai dibuat bervariai dengan tempertur rata-rata 00 o F dan amplitudo o F. ndaikan aa frekueni oilai temperatur bath (frekueni oilai input proce adalah 0/π cycle/menit. Bagaimanakah dinamika proe termometer dengan input proce eperti dikemukakan di ata? ebelum kita menggambarkan kurva waktu antara temperatur hail pengukuran termometer dan waktu terlebih dahulu menentukan harga phae lag atau phae hift output proce (temperatur hail pengukuran termometer. Dengan memperhatikan contoh pada termometer air raka di ata maka kita peroleh harga-harga untuk bearan-bearan ebagai berikut : Lag time termometer ( 0. menit Temperatur bath ebelum diberikan input inuoida (x 00 o F mplitudo temperatur bath (input proce, o F Frekueni oilai input proce 0/π cycle/menit Dari harga-harga bearan di ata kita peroleh harga : 0 π f π 0 rad mnt π maka harga : 4 0 dan phae lag atau phae hift ditentukan ebagai berikut : ( 0 0, φ arc tg φ arc tg 0 φ 63,5 0,896 dengan demikian repone atau tranient repone termometer diata adalah : Y (t 0,896 in (0t - 63,5 0 tau Y (t 00 0,896 in (0t - 63,5 0 F F

20 Dengan peramaan ini dapat dibuat kurva waktu temperatur hail pengukuran termometer (output proce dengan waktu t. Harga phae lag atau phae hift dalam atuan waktu ebagai berikut : Lag π ( waktu untuk cycle 360 atau 63,5 π Lag 0, 0555 menit Dengan peramaan 4.6 dapat digambarkan kurva waktu termometer pada Gambar 0. Period 0.34 min 00.0 log min Both temperature Thermometer temperatur Tranient Ultimate periodic repone 0 t, min Gambar 0. Repone proce orde atu dengan input inuoida Kurva yang digambarkan dengan gari putu-putu menggambarkan repone (output proce yang diberikan oleh termometer, edangkan grafik yang tidak terputu-putu menggambarkan input proce (temperature of bath, keduanya dalam bentuk inuoida. Dengan memperhatikan kedua diagram terebut pada gambar 0 akan dapat kita lihat temperatur bath (ebagai input proce tidak pernah ama dengan temperatur yang ditampilkan oleh temperatur (ebagai output proce pada waktu yang ama. Ini berarti ada kelambatan (lag antara output dengan input proce dalam hal ini. Lihatlah, pada aat temperatur bath 00 0 F,temperatur yang terbaca pada termometer adalah 99,3 0 F pada waktu

21 yang ama, bukan 00 0 F. Demikian uga aat temperatur bath dinaikkan menadi 0 0 F, temperatur yang ditampilkan oleh termometer paling tinggi hanya 00,9 0 F etelah 0,056 menit eak temperatur bath mencapai 0 0 F, karena phae lag atau phae hiftnya adalah 0,056 menit (-63,5 0. Demikian pula ika temperatur bath dikurangi perlahan menadi 98 0 F maka temperatur (output proce hanya 99, 0 F, bukan 98 0 F, itupun etelah 0,056 menit temperatur bath 98 0 F pada bath tercapai. Keadaan ini teru berulang ika temperatur bath dibuat bervariai dengan amplitudo 0 F. Hal yang dapat kita catat dari kurva waktu di ata adalah bentuk dinamika proe (output proce adalah ama dengan input proce dengan periode yang ama, dalam hal ini 0,34 menit, akan tetapi yang paling penting dicatat adalah elalu teradi kelambatan (lag 0,056 menit pada output proce eak input proce diberikan. Jadi output proce tidak langung muncul begitu input proce diberikan. Mengapa demikian? Karena terdapat phae lag atau phae hift. Karena bearan ini output proce pada aat yang ama dan elalu lebih rendah dari output proce. rtinya output proce tidak akan pernah mewakili input proce. eperti yang dielakan ebelumnya bahwa ika temperatur bath dibuat 0 0 F, maka temperatur yang ditampilkan termometer adalah 00,9 0 F etelah 0,056 menit. pakah dampak dari dinamika proe yang demikian pada kenyataannya di lapangan? Dinamika proe yang demikian akan menimbulkan dampak pada cara pengendalian dan item monitoring pada item pengendalian, karena faktor kelambatan dalam hal ini adalah phae lag atau phae hift. Pada kenyataannya output proce baru muncul etelah input proce diberikan etelah elang waktu tertentu, ehingga etiap output proce baru dapat dinyatakan ebagai harga yang tetap ika telah kontan untuk elang waktu tertentu, untuk mewakili harga output proce yang aktual. kan tetapi keadaan yang teradi pada contoh pada gambar 0 (diberikan input inuoida pada termometer, output proce tidak akan dapat mewakili harga yang aktual ata temperatur bath (input proce, bahkan elalu lebih rendah dari input proce, karena adanya phae lag atau phae hift. Dapat dibayangkan ika temperatur F terhunuk mialnya 90 0 F oleh temperatur, kecepatan aliran 3000 kg/hr terhunuk mialnya 900 kg/hr, konumi NG 500 Nm 3 /hr terhunuk 450 Nm 3 /hr mialnya oleh flowmeter. Keadaan ini akan menyebabkan analia yang alah pada uatu variable proce yang dapat menyebabkan item pengendalian tidak tabil, ehingga ulit untuk mencapai peifikai produk dan kuantita produk. DFTR PUTK B oftware, Feddback Feedforward, Intrument ociety of merica, 989. oughanowr, Koppel. Proce ytem nalyi and ontrol. International tudent Edition, Mc Graw Hill Kogakuha Ltd, Tokyo, 965. Dougla M. onidine,.d. Ro, Handbook of pplied Intrumentation, Mc Graw Hill, New York, U, 964. F.G. hinkey, Proce ontrol ytem Problem-olving oftware, Foxboro ompany, 990. H.W. Boger, Lucien Marot, Why Valve re lway Overized, Intrument ociety of merica Magazine, October 993.

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dinamika Proses Dinamika Proses adalah suatu hal yang terjadi di dalam suatu sistem, dengan adanya process variable yang cepat berubah dengan berubahnya manipulated variable

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya arakteritik Sitem Orde Pertama Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Materi Contoh Soal Sitem Orde Pertama arakteritik Repon Waktu Ringkaan Latihan Pada bagian

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laju ALir Fluida Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue/terus-menerus bila terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM CONTROL LEVEL DAN PRESSURE PADA BOILER DI WORKSHOP INSTRUMENTASI BERBASIS DCS CENTUM CS3000 YOKOGAWA

PERANCANGAN SISTEM CONTROL LEVEL DAN PRESSURE PADA BOILER DI WORKSHOP INSTRUMENTASI BERBASIS DCS CENTUM CS3000 YOKOGAWA PERANCANGAN SISTEM CONTROL LEVEL DAN PRESSURE PADA BOILER DI WORKSHOP INSTRUMENTASI BERBASIS DCS CENTUM CS3000 YOKOGAWA Oleh : Awal Mu amar 2404 100 030 Pembimbing : Hendra Cordova ST, MT Fitri Adi Ikandarianto

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC , Inovtek, Volume 6, Nomor, April 26, hlm. - 5 PERBANDINGAN TUNING PARAMETER ONTROLER PD MENGGUNAAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC Abdul Hadi PoliteknikNegeriBengkali Jl.

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID 6 8 6 8 kecepatan (rpm) kecepatan (rpm) 3 5 67 89 33 55 77 99 3 Sitem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epon C9 Sebagai Simulai Pada Indutri Percetakan Menggunakan Kontroler PID Firda Ardyani, Erni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Sitem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbai Arduino Uno Ika Kutanti, Pembimbing : M. Aziz Mulim, Pembimbing : Erni Yudaningtya. Abtrak Pengendalian kadar

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler 72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam

Lebih terperinci

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator *

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator * ELOMPO I 1. Suunan komponen-komponen yang aling dihubungkan edemikian rupa ehingga dapat mengendalikan atau mengatur keluaran yang euai harapan diebut ebagai... a. Sitem Pengaturan * b. Sitem Otomati c.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI BANK SOAL DASA OTOMATISASI 6 iv DAFTA ISI Halaman Bio Data Singkat Penuli.... Kata Pengantar Daftar Ii i iii iv Pemodelan Blok Diagram Sitem..... Analia Sitem Fiik Menggunakan Peramaan Diferenial......

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS DESAIN SISEM KENDALI MELALUI ROO LOCUS Pendahuluan ahap Awal Deain Kompenai Lead Kompenai Lag Kompenai Lag-Lead Kontroler P, PI, PD dan PID eknik Elektro IB [EYS-998] hal dari 46 Pendahuluan Speifikai

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TEKANAN PADA PRESSURE PROCESS RIG MELALUI MODBUS MENGGUNAKAN KONTROLER FUZZY-PID. Tedy Ade Wijaya

PENGENDALIAN TEKANAN PADA PRESSURE PROCESS RIG MELALUI MODBUS MENGGUNAKAN KONTROLER FUZZY-PID. Tedy Ade Wijaya PENGENDALIAN TEKANAN PADA PRESSURE PROCESS RIG 38-714 MELALUI MODBUS MENGGUNAKAN KONTROLER FUZZY-PID Tedy Ade Wijaya 08 100 639 Simulai Sidang Tuga Akhir januari 011 Pembahaan Materi Pendahuluan Perancangan

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328 Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbai ATmega38 Dyah Ayu Anggreini T, Retnowati, Rahmadwati. Abtrak Pengendalian kadar keaaman pada pengendapan tahu angat

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Konep Letak Kedudukan Akar Konep ketabilan, dapat dijelakan melalui pandangan ebuah kerucut lingkaran yang diletakkan tegak diata bidang datar. Bila kerucut

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa 1 Simulai Unjuk erja Sitem endali ada roe Evaporai engan Sirkulai aka Ade Elbani Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik, Univerita Tanjungpura ontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abtract roe evaporai ering

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16 Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Viual Baic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 6 Muhammad Rizki Setiawan, M. Aziz Mulim dan Goegoe Dwi Nuantoro Abtrak Dalam penelitian ini telah diimplementaikan

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

TE Dasar Sistem Pengaturan. Kontroler

TE Dasar Sistem Pengaturan. Kontroler TE09346 aar Sitem engaturan ontroler r. Jo ramudijanto, M.Eng. Juruan Teknik Elektro FT TS Telp. 5947302 Fax.593237 Email: jo@ee.it.ac.id aar Sitem engaturan - 06 efinii ontroler Struktur ontroler ontroler

Lebih terperinci

BAB 8 PEMODELAN DAN SIMULASI REAKTOR CSTR

BAB 8 PEMODELAN DAN SIMULASI REAKTOR CSTR BB 8 PEMODELN DN SIMULSI REKTOR STR Perhatian gambar eta 3 buah STR (ontinuou Stirred-Tan Reactor) iotermal di bawah ini: F 0 F F 2 F 3 V V 2 2 V 3 3 0 (t) (t) 2 (t) 3 (t) Ketiga STR itu digunaan untu

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Supeni adalah uatu item yang berfungi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Supeni dapat meningkatkan kenyamanan berkendaraan

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

Aplikasi Perbandingan Pengendali P, PI, Dan PID Pada Proses Pengendalian Suhu Dalam Sistem Mini Boiler

Aplikasi Perbandingan Pengendali P, PI, Dan PID Pada Proses Pengendalian Suhu Dalam Sistem Mini Boiler Jurnal Amplifier ol. No. 2, November 20 Aplikai Perbandingan Pengendali P, PI, Dan PID Pada Proe Pengendalian Suhu Dalam Sitem Mini Boiler Bhakti Yudho S *, Hera Hikmarika, Suci Dwiayanti, Purwanto Juruan

Lebih terperinci

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal SPMB 00 Matematika Daar Kode Soal Doc. Name: SPMB00MATDAS999 Verion : 0- halaman 0. Diketahui egitiga ABC dengan A(,5), B (4,), dan C(6,4). Peramaan gari yang melalui titik A dan tegak luru gari BC adalah.

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD Satrio Dewanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binu Univerity Jl.K.H.Syahdan no 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 dewanto@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendali PID Intitut Teknologi Seuluh Noember Materi Contoh Soal Latihan Ringkaan Materi Contoh Soal Perancangan Pengendali P Perancangan Pengendali PI Perancangan Pengendali PD Perancangan

Lebih terperinci

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I DEFEENSAL PASAL BAGAN Diferenial parial olume uatu iliner berjari-jari r engan ketinggian h inatakan oleh r h Yakni bergantung kepaa ua bearan, aitu r an h. Jika r kita jaga tetap an ketinggian h kita

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kela 11 FISIKA Gerak Harmoni Sederhana - Latihan Soal Doc Name: AR11FIS0401 Verion : 01-07 halaman 1 01. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran (A) elalu ebanding dengan impangannya tidak

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

Pada sistem antrian ini terdapat pembatasan arrival sebanyak c customer dan

Pada sistem antrian ini terdapat pembatasan arrival sebanyak c customer dan 4.3 item Antian M / M // GD/ / Pada item antian ini tedapat pembataan aival ebanyak utome dan hanya tedapat atu eve. Diaumikan inteaival time beditibui ekponenial dengan ate dan evie time beditibui ekponenial

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.

Lebih terperinci

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd ahan jar Fiika Momentum, Imul dan Tumbukan SMK Negeri Rangkabitung PEMERINTH KUPTEN LEK DINS PENDIDIKN & KEUDYN SMK NEGERI RNGKSITUNG Jl. Dewi Sartika No 6L. Tel (05 0895 05349 Rangkabitung 434 MOMENTUM,

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci