PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER"

Transkripsi

1 1 PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER FENNY RISNITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOG 2013

2 2 ABSTRAK FENNY RISNITA. Penjadwalan Operasi Bedah Menggunakan Integer Programming: Studi Kasus Optimasi Waktu Target Ahli Bedah di Rumah Sakit Jakarta Eye Center. Dibimbing oleh PRAPTO TRI SUPRIYO dan BIB PARUHUM SILALAHI. Keterbatasan peralatan operasi, ketersediaan ruang operasi dan ahli bedah serta adanya durasi waktu penggunaan ruang operasi yang tersedia mempersulit manajemen rumah sakit mengambil keputusan untuk membuat proses penjadwalan operasi bedah. Setiap ahli bedah yang dimiliki oleh rumah sakit mempunyai waktu target yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk melakukan operasi. Penjadwalan yang ada harus bisa disesuaikan dengan jumlah ahli bedah beserta waktu target yang dimiliki. Dalam karya ilmiah ini, disajikan model pemrograman integer menggunakan waktu ruang operasi yang tersedia di rumah sakit dengan meminimalkan banyaknya waktu pengalokasian yang kurang dari seluruh ruang operasi untuk masing-masing ahli bedah relatif terhadap waktu target yang dimiliki masing-masing ahli bedah dengan mempertimbangkan keterbatasan dan ketersediaan dari ahli bedah, peralatan, dan ruang operasi. Penelitian ini menghasilkan sebuah penjadwalan operasi bedah dengan waktu target ahli bedah yang optimal. Dalam hal ini, pihak rumah sakit dapat menilai bahwa fasilitas-fasilitas yang dimiliki rumah sakit seperti peralatan operasi, ruang operasi, dan ahli bedah sudah memadai. Kata kunci: ruang operasi, penjadwalan, pemrograman integer

3 3 ABSTRACT FENNY RISNITA. Surgical Operation Scheduling Using Integer Programming: A Case Study an Optimization of Target Time Surgeon at Jakarta Eye Center Hospital. Supervised by PRAPTO TRI SUPRIYO and BIB PARUHUM SILALAHI. The limitation of operation equipments, the availability of operating room and surgeon as well as the duration of time available for an operating room use, have complicated hospital management in making decision to schedule surgical operation. Each surgeon in a hospital has a target of operating time set by the hospital. Schedule should consider the available surgeon and the targeted operating time. This paper presented a model of integer programming which use the availability of operating room to time at a hospital by minimizing the total underallocation of operating room time for each surgeon, relative toward the targeted time of each surgeon, considering the limitation and availability of surgeon, equipments, and operating room. The result of this research is a surgical operation schedule with an optimum surgeon s targeted operating time. In this case, the hospital could evaluate that the facilities owned by the hospital, such as equipment operations, operating room, and surgeon, was already sufficient. Keywords: operating room, scheduling, integer programming

4 4 PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER FENNY RISNITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOG 2013

5 5 Judul Skripsi : Penjadwalan Operasi Bedah Menggunakan Integer Programming : Studi Kasus Optimasi Waktu Target Ahli Bedah di Rumah Sakit Jakarta Eye Center Nama : Fenny Risnita NIM : G Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. NIP: Dr. Ir. Bib Paruhum Silalahi, M.Kom. NIP: Mengetahui: Ketua Departemen, Dr. Berlian Setiawaty, M.S. NIP: Tanggal Lulus:

6 6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas berkat, rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Berbagai kendala dialami oleh penulis sehingga banyak sekali orang yang membantu dan berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Sang pencipta, Tuhan semesta alam Allah swt, atas maha karya-nya yaitu bumi yang sempurna ini, 2. keluarga tercinta: papa dan mama sebagai pemberi motivasi, sumber inspirasi, dan selalu memberikan semangat dan doa, 3. Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing, memberi motivasi, semangat dan doa, 4. Dr. Ir. Bib Paruhun Silalahi, M.Kom. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan ilmu, kritik dan saran, motivasi serta doanya, 5. Muhammad Ilyas, S.Si, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan ilmu, saran dan doanya, 6. semua dosen Departemen Matematika, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, 7. staf Departemen Matematika: Bapak Yono, Ibu Susi, Mas Hery, Alm. Bapak Bono, Bapak Deni, Ibu Ade dan Ibu Yanti atas semangat dan doanya, 8. Hardono atas kasih sayang, semangat, saran, motivasi dan doanya, 9. sahabat yang selalu memberi semangat: teteh Achie, Ghieta dan mamih Wulan, 10. teman seperjuangan: Anggun dan ka Vianey, 11. teman-teman Matematika 45 atas doa dan dukungan semangatnya serta selalu menjadi bagian dari keluarga, 12. semua teman Matematika 43, 44 dan 46 yang selalu mendukung agar terus berkembang, 13. ka Iput dan ka Imam yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu dalam menggunakan software LINGO 11.0, 14. semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang matematika dan menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya. Bogor, Januari 2013 Fenny Risnita

7 7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 1991 sebagai anak tunggal, anak dari pasangan Rifai dan Sri Bardini. Pada tahun 1996 penulis lulus dari TK Putra Ujung Pandang, tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Gondangdia 01 Jakarta kemudian tahun 2005 lulus dari SLTP Negeri 1 Jakarta. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan memilih Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan di kampus, seperti organisasi himpunan profesi Departemen Matematika yang dikenal dengan GUMATIKA (Gugus Mahasiswa Matematika) sebagai bendahara II Badan Pengurus Harian (BPH) tahun 2009/2010 dan sebagai anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) tahun 2010/2011. Selain itu, penulis juga pernah menjadi panitia dan koordinator di berbagai acara kemahasiswaan. Tahun dan penulis mendapatkan beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) dari Institut Pertanian Bogor.

8 8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... ix I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan... 1 II LANDASAN TEI 2.1 Pemrograman Linear Pemrograman Linear Integer Metode Branch and Bound... 4 III PEMODELAN 3.1 Deskripsi Masalah Formulasi Masalah... 7 IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA... 9 V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Blok yang ditetapkan dalam satu hari Total target jam kerja per minggu (t j ) dan jenis operasi untuk setiap ahli bedah j Hasil penjadwalan DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Daerah Fisibel PLI (9) Daerah fisibel untuk Subproblem 2 dan Subproblem Seluruh pencabangan pada metode branch and bound untuk menentukan solusi PLI (9). 6 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk menyelesaikan linear programming dengan Metode Branch and Bound Syntax dan Hasil Komputasi Program LINGO 11.0 untuk Masalah Penjadwalan operasi bedah di Rumah Sakit Jakarta Eye Center ix

10 10 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara, ruang operasi menjadi hambatan di sebagian besar rumah sakit. Permintaan operasi yang besar, keterbatasan peralatan operasi dan ketersediaan dari ruang operasi dan juga ahli bedah mempersulit manajemen rumah sakit mengambil keputusan untuk membuat proses penjadwalan operasi bedah (Ayag et al. 2010). Biasanya, di rumah sakit sudah ada angka pasti untuk waktu penggunaan ruang operasi yang tersedia dikarenakan keterbatasan ruang operasi dan aturan rumah sakit (Magerlalein & Martin 1978). Alokasi waktu ruang operasi dan jadwal bedah umumnya ditentukan dengan dua strategi penjadwalan yang berbeda: strategi blok dan strategi nonblok. Blok didefinisikan sebagai unit waktu terkecil untuk ruang operasi tertentu yang dapat diberikan kepada ahli bedah tertentu. Dalam strategi penjadwalan blok, jumlah waktu yang tetap di hari tertentu ditugaskan untuk ahli bedah di waktu ruang operasi blok, sedangkan strategi penjadwalan nonblok, ahli bedah bersaing untuk waktu ruang operasi karena memiliki sistem siapa yang pertama datang itulah yang pertama dilayani. Sistem nonblok memiliki beberapa kelemahan seperti menunggu lama karena memiliki sistem siapa yang pertama datang itulah yang pertama dilayani (Magerlalein & Martin 1978). Namun, sistem blok juga memiliki beberapa kelemahan, seperti menunda operasi bedah darurat karena operasi pasien yang sudah terjadwal harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi bedah lainnya, dan menghilangkan kesempatan untuk menyediakan waktu mempergunakan ruang operasi yang tidak terpakai bagi prosedur pembedahan lainnya jika ahli bedahnya membatalkan operasi terlalu dekat dengan jadwal operasi bedah atau tidak menggunakan seluruh waktu yang dialokasikan dan menyelesaikan pembedahan lebih awal (Ozkarahan 1995). Meskipun memiliki kekurangan, penjadwalan blok adalah strategi yang paling banyak digunakan ketika mengalokasikan waktu ruang operasi untuk kelompok bedah dan operasi dikarenakan penjadwalan blok memiliki kelebihan, yaitu penurunan persaingan untuk mendapatkan waktu ruang operasi diantara para ahli bedah. Model integer digunakan untuk meminimalkan total waktu underallocation penalty pada batasan jumlah ruang operasi yang ditugaskan. Di sini, perbedaan antara jam target yang ditetapkan untuk setiap ahli bedah dan waktu sebenarnya yang telah ditetapkan didefinisikan sebagai waktu operasi underallocation. Umumnya, ketika jadwal tersebut dibuat tanpa prosedur metodologis, konflik mungkin terjadi antara ahli bedah dan perawat ruang operasi selama jadwalnya subyektif dan tidak konsisten. Selain itu, ketika perawat ruang operasi tidak ada maka akan terjadi hambatan dan kemungkinan kualitas dari penjadwalan akan rendah. Penjadwalan waktu ruang operasi yang tidak efisien bisa mengakibatkan penundaan operasi yang membuat biaya rumah sakit menjadi mahal bagi pasien dan rumah sakit itu sendiri. Pada dasarnya, penjadwalan tersebut adalah bentuk suatu perencanaan dari pihak rumah sakit dalam hal operasi bedah untuk mengetahui apakah fasilitas-fasilitas yang tersedia di rumah sakit sudah memadai atau belum di saat permintaan operasi cukup besar. Permasalahan penjadwalan operasi bedah ini akan dimodelkan sebagai masalah Integer Programming dengan masalah kendala spesifik didasarkan pada ketersediaan ahli bedah, peralatan, dan ketersediaan ruang operasi yang terbatas untuk mengalokasikan waktu ruang operasi dengan strategi blok. Model ini berdasarkan pada artikel berjudul Determining Master Schedule of Surgical Operations by Integer Programming: A Case Study yang ditulis oleh Z Ayag tahun Tujuan Tujuan dari karya ilmiah ini adalah memodelkan masalah penjadwalan operasi bedah dalam bentuk Integer Programming (IP) dengan meminimumkan waktu operasi underallocation dan menentukan perencanaan penjadwalan operasi bedah untuk mengetahui apakah fasilitas-fasilitas yang dimiliki rumah sakit sudah memadai atau belum.

11 2 II LANDASAN TEI Untuk membangun penjadwalan ruang operasi bedah diperlukan pemahaman teori Pemrograman Linear (PL) atau Linear Programming (LP) dan Pemrograman Linear Integer (PLI) atau Integer Linear Programming (ILP). 2.1 Pemrograman Linear Fungsi linear dan pertidaksamaan linear merupakan salah satu konsep dasar yang harus dipahami terkait dengan konsep pemrograman linear. Definisi 1 (Fungsi Linear) Suatu fungsi f dalam variabel-variabel x 1, x 2,, x n adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk suatu himpunan konstanta c 1, c 2,, c n, f dapat ditulis sebagai f(x 1, x 2,, x n ) = c 1 x 1 + c 2 x c n x n. (Winston 2004) Sebagai contoh, f(x 1, x 2 ) = 10x 1 + 3x 2 merupakan fungsi linear, sementara f(x 1, x 2 ) = x 1 2 x 2 bukan fungsi linear. Definisi 2 (Pertidaksamaan dan Persamaan Linear) Untuk sembarang fungsi linear f dan sembarang bilangan c, pertidaksamaan f(x 1, x 2,, x n ) c dan f(x 1, x 2,, x n ) c adalah pertidaksamaan linear, sedangkan suatu persamaan f(x 1, x 2,, x n ) = c merupakan persamaan linear. (Winston 2004) Pemrograman Linear (PL) adalah suatu masalah optimisasi yang memenuhi hal-hal berikut: a. Tujuan masalah tersebut adalah memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan ini disebut fungsi objektif. b. Nilai variabel-variabel keputusannya harus memenuhi suatu himpunan kendala. Setiap kendala harus berupa persamaan linear atau pertidaksamaan linear. c. Ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sembarang variabel x i, pembatasan tanda menentukan x i harus tak-negatif (x i 0) atau tidak dibatasi tandanya (unrestricted in sign). (Winston 2004) Definisi 3 (Bentuk Standar Pemrograman Linear) Misalkan diberikan suatu PL dengan m kendala dan n variabel (dilambangkan dengan x 1, x 2,, x n ). Bentuk standar dari PL tersebut adalah: max z = c 1 x 1 + c 2 x c n x n (atau min) s. t. a 11 x 1 + a 12 x a 1n x n = b 1 (1) a 21 x 1 + a 22 x a 2n x n = b 2 (2) a m1 x 1 + a m2 x a mn x n = b m (3) x i 0, (i = 1, 2,..., n) Jika didefinisikan: A = a 11 a 1n, x = a m1 a mn x 1 x 2 x n, b 1 b b = 2, b m maka kendala pada (1), (2), dan (3) dapat ditulis dengan sistem persamaan Ax = b (4) (Winston 2004) Solusi Pemrograman Linear Suatu masalah PL dapat diselesaikan dalam berbagai teknik, salah satunya adalah metode simpleks. Metode ini dapat menghasilkan suatu solusi optimum bagi masalah PL dan telah dikembangkan oleh Dantzig sejak tahun 1947 (Winston 2004), dan dalam perkembangannya merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menyelesaikan PL. Metode ini berupa metode iteratif untuk menyelesaikan PL berbentuk standar. Pada masalah PL (4), vektor x yang memenuhi kendala Ax = b disebut solusi PL (4). Misalkan matriks A dinyatakan sebagai A = (B N), dengan B adalah matriks taksingular berukuran m m yang elemennya berupa koefisien variabel basis dan N merupakan matriks berukuran m (n m) yang elemenelemennya berupa koefisien variabel nonbasis pada matriks kendala. Dalam hal ini matriks B disebut matriks basis untuk PL (4). Misalkan x dinyatakan sebagai vektor x = x B x N, dengan x B adalah vektor variabel basis dan x N adalah vektor variabel nonbasis, maka Ax = b dapat dinyatakan sebagai:

12 3 Ax = (B N) x B x N = Bx B + Nx N = b. (5) Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N (6) Kemudian, fungsi objektifnya berubah menjadi: min z = c B T x B + c N T x N (Winston 2004) Definisi 4 (Daerah Fisibel) Daerah fisibel dari suatu PL adalah himpunan semua titik yang memenuhi semua kendala dan pembatasan tanda pada PL tersebut. (Winston 2004) Definisi 5 (Solusi Basis) Solusi basis adalah solusi pada PL yang didapatkan dengan mengatur variabel n m sama dengan nol dan nilai untuk penyelesaiannya adalah dari sisa variabel m. Hal ini dengan mengasumsikan bahwa mengatur variabel n m sama dengan nol akan membuat nilai yang unik untuk sisa variabel m atau sejenisnya, dan kolom-kolom untuk sisa dari variabel m merupakan bebas linear. (Winston 2004) Definisi 6 (Solusi Fisibel Basis) Solusi fisibel basis adalah solusi basis pada PL yang semua variabel-variabelnya taknegatif. (Winston 2004) Definisi 7 (Solusi Optimum) Untuk masalah maksimisasi, solusi optimum suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terbesar. Untuk masalah minimisasi, solusi optimum suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terkecil. (Winston 2004) Ilustrasi solusi basis dan solusi fisibel basis diberikan dalam Contoh 1. Contoh 1 Misalkan diberikan PL berikut: Minimumkan z = 2x 1 3x 2 dengan kendala x 1 + 2x 2 + x 3 = 10 2x 1 + x 2 + x 4 = 2 2x 1 + x 5 = 3 x 1, x 2, x 3, x 4, x 5 0 (7) Dari PL tersebut diperoleh: A = , b = Misalkan dipilih: x B = (x 1 x 2 x 3 ) T dan x N = (x 4 x 5 ) T. Sehingga diperoleh: B = B 1 = , , 0 0 N = 1 0, 0 1 c T B = 2 3 0, c T N = 0 0, x N = 0 0 T, x B = B 1 b = T. (8) z = c T B B 1 b = 18. Solusi (8) merupakan solusi basis, karena solusi tersebut memenuhi kendala PL (7) dan kolom-kolom pada matriks kendala yang berpadanan dengan komponen taknol dari (8), yaitu B bebas linear (kolom yang satu bukan merupakan kelipatan dari kolom yang lain). Solusi (8) juga merupakan solusi fisibel basis, karena nilai-nilai variabelnya lebih dari atau sama dengan nol. 2.2 Pemrograman Linear Integer Pemrograman linear integer adalah suatu model pemrograman linear dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat (integer). Jika semua variabel harus berupa integer, maka masalah tersebut dinamakan pure integer programming. Jika hanya sebagian yang harus berupa integer, maka disebut mixed integer programming (MIP). PLI dengan semua variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1 PLI. (Garfinkel & Nemhauser 1972) Definisi 8 (Relaksasi Pemrograman Linear) Relaksasi pemrograman linear atau sering disebut relaksasi-pl merupakan suatu pemprograman linear yang diperoleh dari suatu PLI dengan menghilangkan kendala integer atau kendala 0-1 pada setiap variabelnya. Untuk masalah maksimisasi, nilai optimum fungsi objektif relaksasi-pl lebih besar atau sama dengan nilai optimum fungsi objektif PLI, sedangkan untuk masalah minimisasi, nilai optimum fungsi objektif relaksasi-pl lebih kecil atau sama dengan nilai optimum fungsi objektif PLI. (Winston 2004).

13 4 2.3 Metode Branch and Bound Dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk memperoleh solusi optimum dari masalah PLI digunakan software LINGO 11.0, yaitu sebuah program yang dirancang untuk menentukan solusi model linear, nonlinear, dan optimisasi integer. Software LINGO 11.0 ini menggunakan metode branch-and-bound untuk menyelesaikan masalah PLI. Prinsip dasar metode branch-and-bound adalah memecah daerah fisibel dari masalah relaksasi-pl dengan membuat subproblemsubproblem. Terdapat dua konsep dasar dalam algoritma branch-and-bound. 1. Branch (Cabang) Branching (pencabangan) adalah proses membagi permasalahan menjadi subproblem-subproblem yang mungkin mengarah ke solusi. 2. Bound (Batas) Bounding (pembatasan) adalah suatu proses untuk mencari atau menghitung batas atas (dalam masalah minimisasi) dan batas bawah (dalam masalah maksimisasi) untuk solusi optimum pada subproblem yang mengarah ke solusi. Metode branch-and-bound diawali dari menyelesaikan relaksasi-pl dari suatu pemrograman linear integer. Jika semua nilai variabel keputusan solusi optimum sudah berupa integer, maka solusi tersebut merupakan solusi optimum PLI. Jika tidak, dilakukan pencabangan dan penambahan batasan pada relaksasi-plnya kemudian diselesaikan. Winston (2004) menyebutkan bahwa untuk masalah maksimisasi nilai fungsi objektif optimum untuk PLI lebih kecil atau sama dengan nilai fungsi objektif optimum untuk relaksasi-pl, sehingga nilai fungsi objektif optimum relaksasi-pl merupakan batas atas bagi nilai fungsi objektif optimum untuk masalah PLI. Diungkapkan pula oleh Winston (2004) untuk masalah maksimisasi bahwa nilai fungsi objektif optimum untuk suatu kandidat solusi merupakan batas bawah nilai fungsi objektif optimum untuk masalah PLI asalnya. Suatu kandidat solusi diperoleh jika solusi dari suatu subproblem sudah memenuhi kendala integer pada masalah PLI, artinya fungsi objektif dan semua variabelnya sudah bernilai integer. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian subproblem yang terukur. Menurut Winston (2004), suatu subproblem dikatakan terukur (fathomed) jika salah satu kondisi berikut terpenuhi: a. Subproblem tersebut takfisibel, sehingga tidak dapat menghasilkan solusi optimum bagi PLI. b. Subproblem tersebut menghasilkan suatu solusi optimum dengan semua variabelnya bernilai integer. Jika solusi optimum ini mempunyai nilai fungsi objektif yang lebih baik daripada solusi fisibel yang diperoleh sebelumnya, maka solusi ini menjadi kandidat solusi optimum dan nilai fungsi objektifnya menjadi batas bawah (dalam masalah maksimisasi) dan batas atas (dalam masalah minimisasi) nilai fungsi objektif optimum bagi masalah PLI pada saat itu. Bisa jadi subproblem ini menghasilkan solusi optimum untuk masalah PLI. c. Nilai fungsi objektif optimum untuk subproblem tersebut tidak melebihi batas bawah saat itu (untuk masalah maksimisasi) dan tidak melebihi batas atas saat itu (untuk masalah minimisasi). Suatu subproblem dapat dieliminasi apabila subproblem tersebut takfisibel dan batas bawah kandidat solusi lebih besar (untuk masalah maksimisasi) dari nilai fungsi objektif optimum untuk subproblem tersebut. Berikut ini adalah langkah-langkah penyelesaian suatu masalah maksimisasi dengan metode branch-and-bound: Langkah 0 Didefinisikan z sebagai batas bawah dari solusi PLI yang optimum. Pada awalnya tetapkan z = dan i = 0. Langkah 1 Subproblem PL (i) dipilih sebagai bagian masalah berikutnya untuk diperiksa. Subproblem PL (i) diselesaikan dan diukur dengan kondisi yang sesuai. a) Jika PL (i) terukur, maka batas bawah z dapat diperbarui. Batas bawah z dapat diperbaharui jika solusi PLI yang lebih baik telah ditemukan. Jika tidak, maka bagian masalah (subproblem) baru i dipilih dan langkah 1 diulangi. Jika semua subproblem telah diteliti, maka proses dihentikan. b) Jika PL (i) tidak terukur, lanjutkan ke langkah 2 untuk melakukan pencabangan PL (i). Langkah 2 Dipilih salah satu variabel x j yang nilai optimumnya adalah x j yang tidak memenuhi batasan integer dalam solusi PL (i). Bidang

14 5 x j x j x j + 1 dipecah menjadi dua subproblem, yaitu x j x j dan x j x j + 1 dengan x j didefinisikan sebagai integer terbesar yang kurang dari atau sama dengan x j. Jika PL (i) masih tidak terukur, maka kembali ke Langkah 1. (Taha 1996) Untuk memudahkan pemahaman mengenai metode branch-and-bound diberikan contoh sebagai berikut: Contoh 2 Misalkan diberikan PLI berikut: maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 dengan kendala x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer (9) Solusi optimum relaksasi-pl dari masalah PLI (9) adalah x 1 = 3.75, x 2 = 2.25, dan z = (lihat Lampiran 1). Batas atas nilai optimum fungsi objektif masalah ini adalah z = Daerah fisibel masalah (9) ditunjukkan pada Gambar 1. Solusi optimum berada pada titik perpotongan dua garis dari kendala pertidaksamaan masalah (9). 9x1 +5x2 = 45 x1 +x2 = 6 Daerah fisibel x1=3.75 x2=2.25 Gambar 1 Daerah Fisibel PLI (9). Langkah berikutnya adalah memartisi daerah fisibel relaksasi-pl menjadi dua bagian berdasarkan variabel yang bernilai pecahan (non-integer). Dipilih salah satu variabel karena kedua variabel bernilai pecahan, misalkan x 1, sebagai dasar pencabangan. Jika masalah relaksasi-pl dari PLI (9) diberi nama Subproblem 1, maka pencabangan tersebut menghasilkan dua subproblem, yaitu: Subproblem 2: Subproblem 1 ditambah kendala x 1 3, Subproblem 3: Subproblem 1 ditambah kendala x 1 4, Daerah fisibel untuk kedua subproblem di atas diilustrasikan secara grafis pada Gambar 2. 9x1 +5x2 = 45 x1 +x2 = 6 Subproblem 2 Subproblem 3 Gambar 2 Daerah fisibel untuk Subproblem 2 dan Subproblem 3. Setiap titik (solusi) fisibel dari PLI (9) termuat dalam daerah fisibel Subproblem 2 dan Subproblem 3. Setiap subproblem ini saling lepas. Sekarang dipilih subproblem yang belum diselesaikan, misalkan dipilih Subproblem 2. Solusi optimum untuk Subproblem 2 adalah x 1 = 3, x 2 = 3, dan z = 39 (lihat Lampiran 1). Dapat dilihat bahwa solusi optimal subproblem ini semuanya berupa integer maka tidak perlu dilakukan pencabangan di Subproblem 2. Solusi dari Subproblem 2 menjadi batas bawah bagi nilai optimum PLI. Saat ini subproblem yang belum diselesaikan adalah Subproblem 3. Solusi optimum untuk Subproblem 3 adalah x 1 = 4, x 2 = 1.8, dan z = 41 (lihat Lampiran 1). Nilai z pada Subproblem 3 lebih besar dibandingkan dengan Subproblem 2, maka ada kemungkinan nilai z pada Subproblem 3 lebih optimum. Oleh karena itu, Subproblem 3 dicabangkan atas x 2, sehingga diperoleh dua subproblem lagi, yaitu: Subproblem 4: Subproblem 3 ditambah kendala x 2 1, Subproblem 5: Subproblem 3 ditambah kendala x 2 2, Selanjutnya diselesaikan masalah Subproblem 4 dan Subproblem 5 satu per satu. Subproblem 5 takfisibel (lihat Lampiran 1), maka subproblem ini tidak dapat menghasilkan solusi optimum. Solusi optimum untuk Subproblem 4 adalah x 1 = 4.4, x 2 = 1, dan z = 40.5 (lihat Lampiran 1). Karena x 1 = 4.4 bukan integer, maka dilakukan kembali pencabangan atas x 1, sehingga diperoleh dua subproblem lagi, yaitu: Subproblem 6: Subproblem 4 ditambah kendala x 1 4,

15 6 Subproblem 7: Subproblem 4 ditambah kendala x 1 5, Penyelesaian Subproblem 6 menghasilkan solusi optimum x 1 = 4, x 2 = 1, dan z = 37 (lihat Lampiran 1). Dapat dilihat bahwa solusi optimal subproblem ini semuanya berupa integer, namun solusi optimum dari subproblem ini lebih kecil dari batas bawah bagi nilai optimum PLI yang terdapat pada Subproblem 2 sehingga tidak perlu dilakukan pencabangan di Subproblem 6. Solusi optimum dari Subproblem 7 adalah x 1 = 5, x 2 = 0, dan z = 40 (lihat Lampiran 1). Batas bawah yang ditetapkan dari solusi optimum Subproblem 2 tidak lebih baik dari nilai solusi optimum yang dihasilkan Subproblem 7. Dengan demikian, nilai solusi optimum Subproblem 7, yakni z = 40 menjadi batas bawah yang baru. Semua solusi optimum telah berupa integer dan tidak perlu dilakukan pencabangan kembali, sehingga solusi optimum dari Subproblem 7 merupakan solusi optimum PLI (9), yakni x 1 = 5, x 2 = 0, dan z = 40. Pohon pencabangan yang menunjukkan proses penyelesaian masalah PLI (9) secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 3. t = 1 Subproblem 1 x 1 = 3.75, x 2 = 2.25, dan z = x 1 3 x 1 4 t = 2 Subproblem 2 x 1 = 3, x 2 = 3, dan z = 39 t = 3 Subproblem 3 x 1 = 4, x 2 = 1.8, dan z = 41 x 2 1 x 2 2 t = 5 Subproblem 4 x 1 = 4.4, x 2 = 1, dan z = 40.5 x 1 4 x 1 5 t = 4 Subproblem 5 Solusi takfisibel t = 6 Subproblem 6 t = 7 Subproblem 7 x 1 = 4, x 2 = 1, dan z = 37 x 1 = 5, x 2 = 0, dan z = 40 Gambar 3 Seluruh pencabangan pada metode branch and bound untuk menentukan solusi PLI (9).

16 7 III PEMODELAN 3.1 Deskripsi Masalah Untuk mendeskripsikan masalah penjadwalan operasi bedah di rumah sakit, yang harus diketahui pertama kali adalah berapa banyak ahli bedah yang bertugas pada ruang operasi tersebut. Kemudian berapa banyak blok yang ditetapkan setiap harinya. Selain itu, ada berapa ruang operasi yang terdapat di rumah sakit tersebut. Ketika ada pasien yang harus menjalankan operasi bedah, rumah sakit akan memeriksa pasien tersebut untuk menentukan penyakit apa yang diderita pasien. Setelah itu, rumah sakit dapat menentukan operasi bedah apa yang harus dilaksanakan kepada pasien tersebut dan menentukan ahli bedah mana yang akan menangani operasi. Setiap operasi bedah yang akan dilaksanakan, hanya ada satu ahli bedah yang menangani di dalam ruang operasi. Dari beberapa ahli bedah yang dimiliki oleh rumah sakit, masing-masing ahli bedah memiliki waktu target yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk melakukan operasi. Dari jumlah ahli bedah beserta waktu target yang ada, rumah sakit harus bisa menyesuaikan jadwal operasi bedah dari setiap pasien yang datang. Banyaknya kamar operasi yang tersedia untuk melakukan operasi bedah juga menjadi salah satu pertimbangan untuk membuat jadwal operasi bedah. Dalam kasus normal, rumah sakit diasumsikan hanya melayani permintaan operasi pada hari kerja saja. Selama satu minggu diasumsikan terdapat enam hari kerja, yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam operasi kerja yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Rumah sakit menggunakan strategi blok untuk mengalokasikan waktu ruang operasi dan jadwal operasi bedah untuk setiap periode. Pada satu hari terdapat beberapa blok waktu, seperti blok ke-1 pada Pukul WIB, blok ke-2 pada Pukul WIB dan seterusnya. 3.2 Formulasi Masalah Model penjadwalan operasi bedah bergantung pada keterbatasan peralatan operasi, ketersediaan dari ruang operasi dan ahli bedah dan juga berdasarkan pengalaman dari penjadwalan operasi beberapa bulan sebelumnya. Penjadwalan operasi yang ada pada bulan-bulan sebelumnya bisa dijadikan salah satu gambaran untuk membuat penjadwalan operasi saat ini. Selanjutnya, penjadwalan operasi bedah dapat diformulasikan dalam bentuk PLI. Model penjadwalan pada karya ilmiah ini menggunakan lima parameter utama sebagai penyusun jadwal, yaitu: 1. Blok, yaitu pembagian waktu ruang operasi yang diberikan kepada setiap ahli bedah dalam satu hari. Blok diberi indeks i, dimana i = 1, 2,, I sebanyak n(i). 2. Ahli bedah, yaitu orang yang bertugas di ruang operasi. Ahli bedah diberi indeks j, dimana j = 1, 2,, J sebanyak n(j). 3. Hari, yaitu hari yang diinginkan pengelola ruang operasi untuk menjadwalkan operasi bedah. Hari diberi indeks k, dimana k = 1, 2,, K sebanyak n(k). 4. Ruang operasi, yaitu ruangan yang disediakan oleh rumah sakit untuk melakukan operasi bedah. Ruang operasi diberi indeks l, dimana l = 1, 2,, L sebanyak n(l). 5. Operasi bedah, yaitu jenis operasi yang dapat dilakukan terkait ketersediaan ahli bedah. Operasi bedah diberi indeks m, dimana m = 1, 2,, M sebanyak n(m). Variabel variabel yang digunakan dalam model penjadwalan operasi bedah ini adalah: d i : durasi untuk blok ke-i. t j : target total waktu operasi untuk ahli bedah ke-j dalam satu periode, di mana periode ini bisa dalam skala waktu mingguan ataupun bulanan. Selain itu, diperlukan pula pendefinisian suatu variabel keputusan: 1, jika ahli bedah j ditugaskan di ruang xi j k l = operasi l pada hari k di blok i. 0, selainnya. a j + = banyaknya waktu pengalokasian yang berlebih dari seluruh ruang operasi untuk ahli bedah j relatif terhadap t j dalam satu periode. a j = banyaknya waktu pengalokasian yang kurang dari seluruh ruang operasi untuk ahli bedah j relatif terhadap t j dalam satu periode. Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam memodelkan jadwal operasi bedah adalah sebagai berikut: 1. Setiap periode memiliki model permintaan operasi yang sama dalam horison waktu

17 8 yang menjadi dasar untuk membangun model. 2. Rumah sakit hanya ingin meminimalkan total waktu pengalokasian yang kurang untuk ahli bedah, sehingga total waktu pengalokasian yang berlebih tidak dianggap. 3. Ahli bedah hanya melakukan operasi sesuai dengan bidang keahlian mereka. 4. Durasi setiap blok adalah dua jam, termasuk pra-operasi, waktu operasi, dan pasca operasi. Misal, ruang operasi buka dari Pukul WIB setiap hari maka blok yang digunakan sesuai dengan i = 1 adalah ,, i = 5 adalah Ada enam hari kerja setiap minggunya, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. 6. Penjadwalan operasi hanya dilakukan pada pasien elective bukan emergency. Pada prinsipnya, rumah sakit menginginkan pengalokasian waktu yang sesuai untuk masing-masing ahli bedah dengan meminimumkan total waktu pengalokasian yang kurang dari target untuk masing-masing ahli bedah. Fungsi objektif dari permasalahan ini adalah meminimumkan total bobot waktu pengalokasian yang kurang dari target untuk setiap ahli bedah sehingga dimodelkan sebagai berikut: minimumkan J j =1 a j t j di mana a I j = max 0, t j i=1 K k=1 L l=1 d i x ijkl dan a + I j = max 0, i=1 K k=1 L l=1 d i x ijkl t j. I i=1 K k=1 L l=1 d i x ijkl adalah total waktu dalam satuan jam dari ruang operasi yang ditugaskan untuk ahli bedah ke-j selama satu periode. 1 t j diterapkan agar ahli bedah yang memiliki target jam kerja yang rendah akan lebih diprioritaskan daripada ahli bedah yang memiliki target jam kerja yang tinggi. Kendala-kendala yang dimiliki adalah sebagai berikut: 1. Waktu pengalokasian operasi yang berlebih dan waktu pengalokasian operasi yang kurang dapat dinyatakan sebagai berikut: I K L i=1 k=1 l=1 d i x ijkl a j + + a j = t j, j 2. Paling banyak satu ahli bedah dialokasikan ke ruang operasi. J j =1 x ijkl 1, i, k, l 3. Setiap ahli bedah dialokasikan paling banyak ke satu ruang operasi pada suatu waktu tertentu. L l=1 x ijkl 1, i, j, k 4. Operasi jenis ke-m hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari J, di mana J adalah himpunan ahli bedah yang bidang keahliannya pada operasi jenis ke-m dan hanya dilakukan di ruang operasi ke-l, di mana l adalah ruang operasi yang hanya memiliki peralatan untuk melakukan operasi jenis ke-m dikarenakan peralatan operasi yang dimiliki rumah sakit terbatas. I i=1 K jε J k=1 l l x ijkl = 0, l N 5. Operasi jenis ke-m hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari J. Seluruh ahli bedah yang menangani operasi jenis ke-m tidak melakukan operasi pada waktu yang bersamaan karena di saat salah satu ahli bedah sedang melakukan operasi, maka ahli bedah yang lain harus memeriksa pasien di klinik. L jε J l=1 x ijkl 1, i, k 6. Operasi jenis ke-m memiliki himpunan ahli bedah J dan hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari himpunan tersebut. Operasi ini tidak boleh dilakukan secara bersamaan lebih dari n ruang operasi yang berbeda karena keterbatasan peralatan operasi yang tersedia di rumah sakit. L jε J l=1 x ijkl n, i, k 7. Operasi jenis ke-m memiliki himpunan ahli bedah J dan hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari himpunan tersebut. Khusus untuk beberapa anggota himpunan ahli bedah J tidak dapat beroperasi di ruang operasi ke-l karena peralatan khusus yang sering digunakan tidak terdapat di ruang operasi tersebut.

18 9 I K i=1 k=1 x ijkl = 0, untuk beberapa ahli bedah jεj dan ruang l. 8. Operasi jenis ke-m yang hanya dilakukan oleh salah satu anggota ahli bedah J tidak boleh dilakukan setelah operasi jenis ke- m yang memiliki himpunan ahli bedah J yang dilaksanakan pada ruang dan hari yang sama karena peralatan operasi yang terbatas atau memerlukan waktu setting yang cukup lama. I i =i+1 jε J n R + x i jkl n 1 x ij kl, i, k, l, j ε J 9. Semua variabel keputusan bernilai nol atau satu. x ijkl 0,1 ; i, j, k, l IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA Studi kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah menentukan penjadwalan operasi bedah mata di Rumah Sakit Jakarta Eye Center (JEC), Jakarta. Pelayanan JEC meliputi beberapa sentra subspesialis mata, yaitu kornea, glaukoma, infeksi imunologi, medical vitreoretina, pediatric oftalmologi, dan lasik. Setiap subspesialis mata tersebut ditangani oleh beberapa ahli bedah. JEC memiliki lima ruang operasi untuk melaksanakan beberapa operasi. Permintaan operasi hanya dilayani pada hari kerja saja. Selama satu minggu terdapat enam hari kerja, yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam operasi kerja dari Pukul WIB. Saat ini, rumah sakit menggunakan strategi nonblok, namun diusulkan kepada pihak rumah sakit agar menggunakan strategi blok untuk mengalokasikan waktu ruang operasi dan menjadwalkan operasi bedah untuk setiap periode. Tabel 1 menggambarkan blok waktu yang ditetapkan dalam satu hari. Tabel 1 Blok yang ditetapkan dalam satu hari Blok ke- Jam Dari beberapa ahli bedah yang dimiliki oleh rumah sakit, masing-masing ahli bedah memiliki waktu target mingguan yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk melakukan operasi. Dari jumlah ahli bedah beserta waktu target mingguan yang ada, rumah sakit berharap bisa menyesuaikan jadwal operasi bedah dari setiap pasien yang datang. Tabel 2 menggambarkan ahli bedah tersebut, jenis operasi dan total target jam kerja per minggu. Tabel 2 Total target jam kerja per minggu (t j ) dan jenis operasi untuk setiap ahli bedah j Ahli bedah J Target waktu untuk ahli bedah j (jam) Jenis operasi 1 10 Medical Vitreoretina 2 10 Kornea 3 11 Glaukoma 4 11 Kornea 5 9 Glaukoma 6 8 LASIK 7 10 LASIK 8 10 Medical Vitreoretina 9 6 LASIK 10 8 Kornea 11 9 LASIK 12 6 LASIK Medical Vitreoretina Pediatric Oftalmologi 15 6 Infeksi Imunologi Glaukoma LASIK 18 8 Pediatric Oftalmologi 19 7 LASIK 20 6 Medical Vitreoretina 21 8 LASIK 22 9 Kornea Kornea Medical Vitreoretina LASIK 26 8 LASIK Dari studi kasus di atas, formulasi model PLI-nya adalah sebagai berikut: minimumkan 26 a j j =1 t j

19 10 Terhadap fungsi kendala sebagai berikut: 1. Waktu pengalokasian operasi yang berlebih dan waktu pengalokasian operasi yang kurang dapat dinyatakan sebagai berikut: i=1 k=1 l=1 d i x ijkl a j + + a j = t j, j 2. Paling banyak satu ahli bedah dialokasikan ke ruang operasi. 26 j =1 x ijkl 1, i, k, l 3. Setiap ahli bedah dialokasikan paling banyak ke satu ruang operasi pada suatu waktu tertentu. 5 l=1 x ijkl 1, i, j, k 4. Operasi pediatric oftalmologi hanya dilakukan oleh ahli bedah ke-14 dan ke-18 dan hanya dilakukan di ruang operasi ke-1 dikarenakan peralatan yang diperlukan untuk melakukan operasi pediatric oftalmologi hanya tersedia di ruangan tersebut i=1 k=1 l=2 (x i14kl + x i18kl ) = 0 5. Pembedahan glaukoma hanya dilakukan oleh ahli bedah ke-3, ke-5 dan ke-16. Ketiga ahli bedah tersebut tidak melakukan operasi pada waktu yang bersamaan karena di saat salah satu ahli bedah tersebut sedang melakukan operasi, maka ahli bedah yang lain harus memeriksa pasien di klinik. 5 l=1 (x i3kl + x i5kl + x i16kl ) 1 i, k 6. a) Operasi kornea memiliki lima ahli bedah. Operasi ini tidak boleh dilakukan secara bersamaan lebih dari empat ruang operasi yang berbeda karena keterbatasan peralatan operasi yang tersedia di rumah sakit. 5 l=1 i, k (x i2kl + x i4kl + x i10kl + x i22kl + x i23kl ) 4 b) Operasi medical vitreoretina memiliki lima ahli bedah. Rumah sakit menyediakan paling banyak tiga ruang operasi untuk operasi ini pada waktu yang bersamaan. 5 l=1 i, k (x i1kl + x i8kl + x i13kl + x i20kl + x i24kl ) 3 7. Operasi lasik memiliki sepuluh ahli bedah. Khusus untuk ahli bedah ke-6, ke-7, ke-11 dan ke-12 tidak dapat beroperasi di ruang operasi ke-1 karena peralatan khusus yang sering digunakan tidak terdapat di ruang operasi tersebut. 6 6 i=1 k=1 x i6k1 + x i7k1 + x i11k1 + x i12k1 = 0 8. Operasi glaukoma tidak boleh dilakukan setelah operasi pediatric oftalmologi yang dilaksanakan pada ruang dan hari yang sama karena peralatan operasi yang terbatas atau memerlukan waktu setting yang cukup lama, sehingga ahli bedah ke- 3, ke-5 dan ke-16 tidak ditugaskan ke ruang operasi setelah ahli bedah ke-14 atau ke-18 bertugas pada hari dan ruang yang sama. 6 i =i+1 i, k, l 6 i =i+1 i, k, l (x i 3kl + x i 5kl + x i 16kl ) 15(1 x i14kl ) (x i 3kl + x i 5kl + x i 16kl ) 15(1 x i18kl ) 9. Semua variabel keputusan bernilai nol atau satu. x ijkl 0,1 ; i, j, k, l Penyelesaian masalah penjadwalan operasi bedah pada karya ilmiah ini dilakukan dengan bantuan software LINGO Solusi yang didapat adalah solusi optimal dengan nilai fungsi objektif yang didapatkan pada iterasi ke Hasil penjadwalan operasi bedah untuk setiap ahli bedah di rumah sakit tersebut dengan metode PLI diberikan pada Tabel 3 berikut.

20 11 Tabel 3 Hasil penjadwalan Hari Hari Senin S20 S1 S11 S25 S24 Senin S14 S17 S8 S9 S12 Selasa S24 S4 Selasa S23 S16 S17 S1 S13 Rabu S3 Rabu S22 S2 S4 S23 S11 Kamis S13 Kamis S18 S3 Jumat S5 S17 Jumat S14 Sabtu S2 Sabtu S Hari Hari Senin S14 S23 S10 S4 S2 Senin S9 S24 S6 S15 Selasa S13 S1 S3 Selasa S16 S11 S20 S13 S22 Rabu S5 S12 Rabu S6 S23 S22 Kamis S26 S21 S2 S11 S10 Kamis S18 S15 S4 S10 Jumat S7 Jumat S13 S5 Sabtu S2 S12 S24 S22 S17 Sabtu S13 S10 S Hari Hari Senin S14 S8 S21 S26 S7 Senin S21 S25 S8 Selasa S18 S1 S13 S4 Selasa S19 S7 S8 S16 S26 Rabu S21 S13 S7 Rabu S24 S16 S25 S15 S7 Kamis S18 S24 S19 Kamis S17 S3 S1 Jumat S14 S9 Jumat S26 S8 S5 S20 S17 Sabtu S14 S24 S19 S25 Sabtu S14 S25 S23 S16 S6

21 12 V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penjadwalan yang diinginkan sangat bergantung pada ketersediaan peralatan operasi, ruang operasi, dan juga ahli bedah yang terdapat di rumah sakit. Dalam penulisan karya ilmiah ini telah diperlihatkan penyelesaian dari masalah penjadwalan operasi bedah sehingga pihak rumah sakit dapat menilai bahwa fasilitas-fasilitas yang dimiliki rumah sakit seperti peralatan operasi, ruang operasi, dan juga ahli bedah sudah memadai atau belum di saat permintaan operasi cukup besar. Masalah ini dipandang sebagai masalah 0-1 PLI. Penyelesaian masalah ini menggunakan bantuan software LINGO 11.0 sehingga diperoleh hasil yaitu jadwal operasi bedah yang memenuhi kendala. 5.2 Saran Pada karya ilmiah ini telah dibahas pemodelan penjadwalan dengan model PLI. Karya ilmiah ini dapat dikembangkan dengan durasi setiap blok yang bervariasi dan jenis operasi yang lebih kompleks sehingga diperlukan penyesuaian model kembali. Selain itu, beberapa data yang digunakan pada karya ilmiah ini adalah data hipotetik. Akan lebih baik lagi jika dilakukan penelitian langsung pada rumah sakit yang bersangkutan. DAFTAR PUSTAKA Ayag Z, Batili B, Samanlioglu F Determining Master Schedule of Surgical Operations by Integer Programming: A Case Study. Garfinkel RS, Nemhauser GL Integer Programming. New York: John Willey & Sons. Magerlalein JM, Martin JB Surgical demand scheduling: A review. Health Serv. Res 13: Ozkarahan I Allocation of Surgical Procedures to Operating Rooms. Journal of Medical Systems 19 (4): Taha H A Pengantar Riset Operasi. Alih Bahasa: Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta. Terjemahan dari: Operations Research. Winston WL Operations Research Applications and Algorithms 4 th ed. New York: Duxbury.

22 LAMPIRAN 13

23 14 Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk menyelesaikan linear programming dengan Metode Branch and Bound. 1) Mencari solusi LP-relaksasi dari subproblem 1 (masalah 9) Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations: 2 Variable Value Reduced Cost X X Row Slack or Surplus Dual Price Karena solusi yang diperoleh belum memenuhi kendala integer maka harus dibuat subproblem baru, yaitu: Subproblem 2, dimana Subproblem 1 + kendala (x 1 3) Subproblem 3, dimana Subproblem 1 + kendala (x 1 4) 2) Mencari solusi LP dari Subproblem 2 Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1 3 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1<=3; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations: 1 Variable Value Reduced Cost X X Row Slack or Surplus Dual Price Hasil yang diperoleh telah memenuhi kendala integer maka Subproblem 2 akan dijadikan batas bawah. 3) Mencari solusi LP dari Subproblem 3 Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1 4 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1>=4; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations: 3 Variable Value Reduced Cost X X Row Slack or Surplus Dual Price Karena solusi yang diperoleh belum memenuhi kendala integer maka harus dibuat subproblem baru, yaitu: Subproblem 4, dimana Subproblem 3 + kendala (x 2 1)

24 15 Subproblem 5, dimana Subproblem 3 + kendala (x 2 2) 4) Mencari solusi LP dari Subproblem 5 Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1 4 x 2 2 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1>=4; x2>=2; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: 5) Mencari solusi LP dari Subproblem 4 Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1 4 x 2 1 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1>=4; x2<=1; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations: 1 Variable Value Reduced Cost X X Row Slack or Surplus Dual Price Karena solusi yang diperoleh belum memenuhi kendala integer maka harus dibuat subproblem baru, yaitu: Subproblem 6, dimana Subproblem 4 + kendala (x 1 4) Subproblem 7, dimana Subproblem 4 + kendala (x 1 5) 6) Mencari solusi LP dari Subproblem 6 Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1 4 x 2 1 x 1 4 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1>=4; x2<=1; x1<=4; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations: 0 Variable Value Reduced Cost X X Row Slack or Surplus Dual Price ) Mencari solusi LP dari Subproblem 7 Maksimumkan z = 8x 1 + 5x 2 Terhadap x 1 + x 2 6 9x 1 + 5x 2 45 x 1 4

25 16 x 2 1 x 1 5 x 1, x 2 0 x 1 dan x 2 integer Syntax program pada Lingo 11.0: max=8*x1+5*x2; x1+x2<=6; 9*x1+5*x2<=45; x1>=4; x2<=1; x1>=5; x1>=0; x2>=0; Hasil yang diperoleh: Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations: 0 Variable Value Reduced Cost X X Row Slack or Surplus Dual Price Hasil yang diperoleh telah memenuhi kendala integer, maka Subproblem 7 menjadi batas bawah yang baru. Semua solusi optimum telah berupa integer, sehingga solusi optimum dari Subproblem 7 merupakan solusi optimal PLI (9). Lampiran 2 Syntax dan Hasil Komputasi Program LINGO 11.0 untuk Masalah Penjadwalan operasi bedah di Rumah Sakit Jakarta Eye Center model: sets: BLOK/B1..B6/; SUR/S1..S26/:am1,am2,ap,T; HARI/H1..H6/; RUANG/R1..R5/; BLOK2/BB1..BB6/; LINK1(BLOK,SUR,HARI,RUANG):X; Endsets data: T= ; @for(sur(j):am1(j)=am2(j));!kendala ap(j)+am1(j)=t(j));!kendala l#ge#2:x(i,14,k,l)+x(i,18,k,l)))) =0;

26 17!kendala 5; )<=1));!kendala 6a; +X(i,22,k,l)+X(i,23,k,l))<=4));!kendala 6b; +X(i,20,k,l)+X(1,24,k,l))<=3));!kendala 7; =0;!kendala 8; n#ge#i+1:x(n,3,k,l) +X(n,5,k,l)+X(n,16,k,l))<=15*(1-X(i,14,k,l))))); n#ge#i+1:x(n,3,k,l) +X(n,5,k,l)+X(n,16,k,l))<=15*(1-X(i,18,k,l)))));!kendala 9; end Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (Tidak semua hasil ditampilkan, hanya untuk variabel bernilai 1 saja yang ditampilkan) Global optimal solution found. Objective value: Objective bound: Infeasibilities: Extended solver steps: 0 Total solver iterations: 7425 Variable Value Reduced Cost AM1( S3) AM1( S4) AM1( S5) AM1( S11) AM1( S17) AM1( S19) AM1( S22) AM1( S23) AM2( S3) AM2( S4) AM2( S5) AM2( S11) AM2( S17) AM2( S19) AM2( S22) AM2( S23) T( S1) T( S2) T( S3) T( S4) T( S5) T( S6) T( S7) T( S8) T( S9) T( S10) T( S11)

27 T( S12) T( S13) T( S14) T( S15) T( S16) T( S17) T( S18) T( S19) T( S20) T( S21) T( S22) T( S23) T( S24) T( S25) T( S26) X( B1, S1, H1, R2) X( B1, S2, H6, R5) X( B1, S3, H3, R2) X( B1, S4, H2, R2) X( B1, S5, H5, R4) X( B1, S11, H1, R3) X( B1, S13, H4, R2) X( B1, S17, H5, R5) X( B1, S20, H1, R1) X( B1, S24, H1, R5) X( B1, S24, H2, R1) X( B1, S25, H1, R4) X( B2, S1, H2, R4) X( B2, S2, H3, R2) X( B2, S3, H4, R5) X( B2, S3, H6, R1) X( B2, S4, H3, R3) X( B2, S8, H1, R3) X( B2, S9, H1, R4) X( B2, S11, H3, R5) X( B2, S12, H1, R5) X( B2, S13, H2, R5) X( B2, S14, H1, R1) X( B2, S14, H5, R1) X( B2, S16, H2, R2) X( B2, S17, H1, R2) X( B2, S17, H2, R3) X( B2, S18, H4, R1) X( B2, S22, H3, R1) X( B2, S23, H2, R1) X( B2, S23, H3, R4) X( B3, S1, H2, R3) X( B3, S2, H1, R5) X( B3, S2, H4, R3) X( B3, S2, H6, R1) X( B3, S3, H2, R4) X( B3, S4, H1, R4) X( B3, S5, H3, R1) X( B3, S7, H5, R2) X( B3, S10, H1, R3) X( B3, S10, H4, R5) X( B3, S11, H4, R4) X( B3, S12, H3, R4) X( B3, S12, H6, R2) X( B3, S13, H2, R1) X( B3, S14, H1, R1) X( B3, S17, H6, R5) X( B3, S21, H4, R2) X( B3, S22, H6, R4) X( B3, S23, H1, R2)

28 X( B3, S24, H6, R3) X( B3, S26, H4, R1) X( B4, S4, H4, R4) X( B4, S5, H5, R3) X( B4, S6, H1, R4) X( B4, S6, H3, R2) X( B4, S6, H6, R3) X( B4, S9, H1, R2) X( B4, S10, H4, R5) X( B4, S10, H6, R2) X( B4, S11, H2, R2) X( B4, S13, H2, R4) X( B4, S13, H5, R1) X( B4, S13, H6, R1) X( B4, S15, H1, R5) X( B4, S15, H4, R3) X( B4, S16, H2, R1) X( B4, S18, H4, R1) X( B4, S20, H2, R3) X( B4, S22, H2, R5) X( B4, S22, H3, R4) X( B4, S23, H3, R3) X( B4, S24, H1, R3) X( B5, S1, H2, R2) X( B5, S4, H2, R5) X( B5, S7, H1, R5) X( B5, S7, H3, R5) X( B5, S8, H1, R2) X( B5, S9, H5, R3) X( B5, S13, H2, R3) X( B5, S13, H3, R2) X( B5, S14, H1, R1) X( B5, S14, H5, R1) X( B5, S14, H6, R1) X( B5, S18, H2, R1) X( B5, S18, H4, R1) X( B5, S19, H4, R4) X( B5, S19, H6, R4) X( B5, S21, H1, R3) X( B5, S21, H3, R1) X( B5, S24, H4, R3) X( B5, S24, H6, R3) X( B5, S25, H6, R5) X( B5, S26, H1, R4) X( B6, S1, H4, R5) X( B6, S3, H4, R4) X( B6, S5, H5, R3) X( B6, S6, H6, R5) X( B6, S7, H2, R2) X( B6, S7, H3, R5) X( B6, S8, H1, R5) X( B6, S8, H2, R3) X( B6, S8, H5, R2) X( B6, S14, H6, R1) X( B6, S15, H3, R4) X( B6, S16, H2, R4) X( B6, S16, H3, R2) X( B6, S16, H6, R4) X( B6, S17, H4, R1) X( B6, S17, H5, R5) X( B6, S19, H2, R1) X( B6, S20, H5, R4) X( B6, S21, H1, R3) X( B6, S23, H6, R3) X( B6, S24, H3, R1)

29 X( B6, S25, H1, R4) X( B6, S25, H3, R3) X( B6, S25, H6, R2) X( B6, S26, H2, R5) X( B6, S26, H5, R1)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 0 I PEDAHULUA. Latar Belakang Peternakan didefinisikan sebagai suatu usaha untuk membudidayakan hewan ternak. Jika dilihat dari enis hewan yang diternakkan, terdapat berbagai enis peternakan, salah satunya

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK DWI SETIANTO.

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG Oleh : FEBIANA RESI SAPTA G540037 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 008

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007)

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007) 2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT OMNI INTERNASIONAL TANGERANG VIANEY CHRISTINE AMBARITA

PENJADWALAN PERAWAT KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT OMNI INTERNASIONAL TANGERANG VIANEY CHRISTINE AMBARITA PENJADWALAN PERAWAT KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT OMNI INTERNASIONAL TANGERANG VIANEY CHRISTINE AMBARITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh

Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh LAMPIRAN 26 27 Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh 1) LP-relaksasi masalah (6) Max z = 3x1+ 5x2

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN

PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN Oleh : KABUL EKA PRIANA G54102023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK KABUL EKA PRIANA. Penentuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik, karena air bersifat terbarukan dan dinamis. Ini artinya sumber utama air yang berupa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMINIMUMKAN BANYAKNYA RUANGAN REGITA FEBRIYANTI SAMANTA

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMINIMUMKAN BANYAKNYA RUANGAN REGITA FEBRIYANTI SAMANTA PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMINIMUMKAN BANYAKNYA RUANGAN REGITA FEBRIYANTI SAMANTA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI

PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRAK DWI WULANSARI.

Lebih terperinci

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa isu yang merebak akhir-akhir ini menunukkan bahwa pertumbuhan umlah penduduk di dunia yang saat ini mencapai sekitar 6.8 milyar berdampak pada aktivitasaktivitas

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Daerah fisibel untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut :

Daerah fisibel untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut : L A M P I R A N 3 4 Lampiran Contoh penyelesaian suatu LP dengan metode branch and bound Dari LP pada Contoh Misalkan diberikan integer programming berikut: Maksimumkan z = 7x + 5x () Terhadap : x + x

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MAHNURI

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MAHNURI PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MAHNURI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

PENJADWALAN KARYAWAN MENGGUNAKAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING: STUDI KASUS DI TAMAN AIR TIRTAMAS PALEM INDAH JAKARTA PUTRI AGUSTINA EVERIA

PENJADWALAN KARYAWAN MENGGUNAKAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING: STUDI KASUS DI TAMAN AIR TIRTAMAS PALEM INDAH JAKARTA PUTRI AGUSTINA EVERIA PENJADWALAN KARYAWAN MENGGUNAKAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING: STUDI KASUS DI TAMAN AIR TIRTAMAS PALEM INDAH JAKARTA PUTRI AGUSTINA EVERIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB RUHIYAT 1, F. HANUM 1, R. A. PERMANA 2 Abstrak Jadwal mata kuliah mayor-minor yang tumpang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming 2.1.1 Model Linier Programming Pemrograman linier adalah sebuah model matematik untuk menjelaskan suatu persoalan optimasi. Istilah linier menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK BENCANA ALAM ELLY ZUNARA

MODEL OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK BENCANA ALAM ELLY ZUNARA MODEL OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK BENCANA ALAM ELLY ZUNARA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 ABSTRACT ELLY ZUNARA. Optimization

Lebih terperinci

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm IMPLEMENTASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA 0-1 KNAPSACK PROBLEM UNTUK MENGOPTIMALKAN MUATAN BARANG Arum Pratiwi,

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER JMA, VOL. 9, NO.1, JULI 2010, 43-48 43 PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 13 21. APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH ERLINA, ELLY ROSMAINI, HENRY RANI SITEPU Abstrak. Kebutuhan akan rumah merupakan salah

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA

MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

MASALAH PENDISTRIBUSIAN BARANG MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ANGGUN ARYANTI

MASALAH PENDISTRIBUSIAN BARANG MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ANGGUN ARYANTI MASALAH PENDISTRIBUSIAN BARANG MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ANGGUN ARYANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA

PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA i PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i ABSTRAK ANA

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENENTUAN RUTE BUS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 0 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obek Kaian.. Universitas Terbuka Universitas Terbuka (UT) yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 4 September 984 sebagai universitas negeri yang ke-45 dengan Keputusan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI

PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI

PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

Model umum metode simpleks

Model umum metode simpleks Model umum metode simpleks Fungsi Tujuan: Z C X C 2 X 2 C n X n S S 2 S n = NK FungsiPembatas: a X + a 2 X 2 + + a n X n + S + S 2 + + S n = b a 2 X + a 22 X 2 + + a 2n X n + S + S 2 + + S n = b 2 a m

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR: STUDI KASUS DI FMIPA IPB NUR APRIANDINI

PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR: STUDI KASUS DI FMIPA IPB NUR APRIANDINI PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR: STUDI KASUS DI FMIPA IPB NUR APRIANDINI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 2 ABSTRAK NUR APRIANDINI.

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN KEMAS IDENTIK PARALEL PADA INDUSTRI YOGHURT MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER SLAMET RIYADI

PENJADWALAN MESIN KEMAS IDENTIK PARALEL PADA INDUSTRI YOGHURT MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER SLAMET RIYADI PENJADWALAN MESIN KEMAS IDENTIK PARALEL PADA INDUSTRI YOGHURT MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER SLAMET RIYADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA

MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 8 I PENDAHULUAN Latar elakang Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering diumpai baik oleh pemerintah maupun oleh produsen Dalam pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN KENDALA TIME WINDOWS ACHMAD KAMILLUDDIN

TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN KENDALA TIME WINDOWS ACHMAD KAMILLUDDIN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN KENDALA TIME WINDOWS ACHMAD KAMILLUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS 6.1 Teori Dualitas Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER ACHMAD DICKY FACHRUDDIN

PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER ACHMAD DICKY FACHRUDDIN PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER ACHMAD DICKY FACHRUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) Ai Nurhayati 1, Sri Setyaningsih 2,dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI

PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1 METODE BIG M Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=). Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai surplus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI Tri Hernawati Staf Pengaar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara Medan Abstrak Profit yang maksimal merupakan tuuan utama

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih (2) Husty Serviana Husain (2) ABSTRAK

Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih (2) Husty Serviana Husain (2) ABSTRAK MODEL OPTIMASI PENJADWALAN KERETA API (Studi Kasus pada Jadwal Kereta Api di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 2 Bandung Lintasan Bandung-Cicalengka) Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Program Linear adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi suatu model linear dengan berbagai kendala yang dihadapinya. Masalah program

Lebih terperinci

MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG

MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 122 128 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG FAISAL ASRA, SUSILA BAHRI, NOVA NOLIZA BAKAR Program

Lebih terperinci

PENJADWALAN PENGAWAS UJIAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MIRA AISYAH ROMLIYAH

PENJADWALAN PENGAWAS UJIAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MIRA AISYAH ROMLIYAH PENJADWALAN PENGAWAS UJIAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MIRA AISYAH ROMLIYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci