BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika menerjemahkan suatu masalah ke dalam bahasa matematika. 2.2 Pengoptimalan Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mengoptimalkan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan untuk menjadikan paling baik, paling tinggi, paling menguntungkan, dan sebagainya. Hasil dari pengoptimalan tersebut disebut hasil yang optimal. 2.3 Masalah Pengoptimalan Menurut Bronson (1997,p1), suatu pengoptimalan menentukan suatu kuantitas maksimal atau minimal yang spesifik yang disebut objektif, tergantung pada suatu bilangan terhingga atau variabel input. Variabel variabel tersebut dapat berdiri sendirisendiri atau berkaitan satu sama lain melalui satu atau beberapa kendala (constraint). 2.4 Pemrograman Linier Pemrograman linier (linear programming) merupakan suatu bentuk model matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pengoptimalan. Menurut Subagyo et al. (1995,p9) pemrograman linier merupakan suatu model umum yang dapat 5

2 6 digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber sumber yang terbatas secara optimal. Masalah yang timbul bila seseorang diharuskan memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang harus dilakukannya, di mana masing masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas. Sebagai contoh bagian produksi suatu perusahaan yang dihadapkan pada penentuan tingkat produksi masing masing jenis barang dengan memperhatikan batasan faktor faktor produksi seperti mesin, tenaga kerja, bahan mentah, dan sebagainya. Tujuannya adalah memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau biaya yang minimal. Seperti yang disebutkan dalam contoh di atas, dalam pemrograman linier terdapat kendala kendala atau batasan batasan yang perlu diperhatikan, yang dapat diterjemahkan ke dalam bentuk pertidaksamaan linier. Setiap kendala atau batasan memiliki peubah peubah yang nilai nilainya memenuhi sistem pertidaksamaan linier yang dirumuskan ke dalam fungsi kendala atau fungsi batasan. Dari berbagai kemungkinan tersebut terdapat sebuah penyelesaian yang lebih memberikan hasil terbaik, yaitu hasil yang optimal. Jadi, pemrograman linier bertujuan mengoptimalkan suatu fungsi objektif dengan memperhatikan fungsi fungsi kendala yang ada. Dengan demikian, suatu persoalan disebut persoalan pemrograman linier apabila memenuhi (Supranto,1983,p4) : 1. Adanya tujuan (objektif) yang akan dicapai yang harus dinyatakan dalan bentuk fungsi linier yang disebut fungsi tujuan (fungsi objektif). 2. Adanya alternatif pemecahan yang membuat nilai fungsi tujuan optimal (laba yang maksimum, biaya yang minimum, dan sebagainya) yang harus dipilih. 3. Adanya keterbatasan sumber sumber yang tersedia (bahan baku, modal, tempat penyimpanan barang, dan sebagainya) yang dapat dinyatakan dalam

3 7 bentuk pertidakasamaan linier (linier inequality) yang disebut fungsi kendala (fungsi batasan). 2.5 Metode Simpleks Pada saat ini masalah masalah linear programming yang melibatkan banyak variabel variabel keputusan (decision variable) dapat dengan cepat dipecahkan dengan bantuan komputer. Bila variabel keputusan yang dikandung tidak terlalu banyak masalah tersebut dapat diselesaikan dengan suatu algoritma yang biasanya sering disebut metode simpleks tabel. Disebut demikian karena kombinasi variabel keputusan yang optimal dicari menggunakan tabel tabel. Persoalan harus dinyatakan dalam bentuk standar, lalu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut. Langkah 1: Mengubah fungsi dan tujuan batasan batasan Fungsi tujuan diubah menjadi fungsi implisit, artinya semua C j X ij digeser ke kiri. Misalnya fungsi tujuan pada contoh sebelumnya Z = 3X 1 + 5X 2 diubah menjadi Z 3X 1 5X 2 = 0. Pada bentuk standar semua batasan mempunyai tanda lebih kecil sama dengan. Ketidaksamaan ini harus diubah menjadi kesamaan. Caranya dengan menambah slack variable. Variabel slack ini adalah X n+1, X n+2,..x n+m. Karena tingkat atau hasil kegiatan diwakili oleh X 1 dan X 2, maka variabel slack dimulai dari X 3, X 4 dan seterusnya sebagai berikut. 1) 2X 1 < 8 menjadi 2X 1 + X 3 = 8 2) 3X 2 < 15 menjadi 3X 2 + X 4 = 15 3) 6X 1 < 30 menjadi 6X 1 + X 5 = 30

4 8 Berdasarkan perubahan persamaan persamaan di atas dapat disusun formulasi yang telah diubah itu, sebagai berikut. Fungsi tujuan : Maksimumkan Z 3X 1 5X 2 Batasan batasan (fungsi kendala) : 1) 2X 1 + X 3 = 8 2) 3X 2 + X 4 = 15 3) 6X 1 + 5X 2 +X 5 = 30 Langkah 2: menyusun persamaan persamaan di dalam tabel Setelah formulasi diubah, kemudian disusun ke dalam suatu tabel, yaitu tabel simpleks berikut. Tabel 2.1 Tabel dasar simpleks Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.35) Variabel Dasar Z X 1 X 2.. X n X n+1 X n+2.. X n+m NK Z 1 -C 1 -C C n X n+1 0 a 11 a 12.. a 1n b 1 X n+2 0 a 21 a 22 a 2n b 2 X n+m 0 a m1 a m2... a mn b m NK adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai di belakang tanda sama dengan (=). Untuk kendala 1 sebesar 8, kendala 2 sebesar 15, dan kendala 3 sebesar 30. Variabel dasar adalah variabel yang nilainya sama dengan sisi kanan dari persamaan. Pada persamaan 2X 1 + X 3 = 8, kalau belum ada kegiatan apa apa, berarti nilai X 1 = 0, dan semua kapasitas masih menganggur. Pengangguran ada 8 satuan, atau nilai X 3 = 8. pada

5 9 tabel tersebut. Nilai variabel dasar (X 3, X 4, X 5 ) pada fungsi tujuan pada tabel permulaan ini harus 0, dan nilainya pada kendala-kendala bertanda positif. Contoh: data dalam tabel simpleks yang pertama Tabel 2.2 Tabel simpleks ke-1 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.36) Variabel dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Z X X X Langkah 3: Memilih kolom kunci Setelah data di susun di dalam tabel kemudian diadakan perubahan perubahan agar dapat mencapai titik optimal, dengan langkah memilih kolom kunci. Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah tabel di atas. Pilihlah kolom yang baris Z nya bernilai negatif dengan angka terbesar. Dalam hal ini kolom X 2 dengan nilai pada baris Z adalah -5. Kemudian beri tanda segi empat pada kolom X 2.Kalau suatu tabel sudah tidak memiliki nilai negatif pada fungsi tujuan, berarti tabel ini tidak dapat dioptimalkan lagi (sudah optimal). Tabel 2.3 Tabel simpleks ke-2 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.36) Variabel dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Keterangan Z X X /3 = 15 (minimum) X /5=6

6 10 Langkah 4: Memilih baris kunci Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk mengubah tabel tersebut di atas. Untuk itu terlabih dahulu dicari indeks tiap tiap baris dengan cara membagi nilai nilai pada kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci. Rumus: Indeks = Nilai kolom NK Nilai kolom kunci Untuk baris kendala 1 besarnya indeks = 8/0 = /~, baris kendala 2 = 15/3 = 5, dan baris kendala 3 = 30/5 = 6. Dipilih baris yang mempunyai indeks positif dengan angka terkecil. Dalam hal ini kendala 2 yang terpilih sebagai baris kunci. Tanda segi empat diberikan pada baris kunci. Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga termasuk dalam baris kunci disebut angka kunci. Tabel 2.4 Tabel simpleks ke-3 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.37) Variabel Dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Z X X X Z 1 X 3 0 X /3 0 5 X 5 0 Langkah 5: Mengubah nilai nilai baris kunci Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci, seperti yang terlihat pada tabel di atas bagian bawah (0/3 = 0; 3/3 = 1; 0/3 = 0; 1/3 = 1/3; 0;15/3

7 11 = 5). Variabel dasar pada baris itu diganti dengan variabel yang terdapat pada bagian atas kolom kunci (X 2 ). Langkah 6: Mengubah nilai nilai selain pada baris kunci Nilai nilai baris yang lain, selain pada baris kunci dapat diubah dengan rumus sebagai berikut. Baris baru = baris lama (koefisien pada kolom kunci) x nilai baru baris kunci Untuk data di atas, nilai baru baris pertama (Z) sebagai berikut. [ , 0 ] (-5) [ /3 0, 5 ] ( - ) nilai baru = [ /3 0, 5 ] Baris ke-2 (kendala 1): [ , 8 ] 0 [ /3 0, 5 ] ( - ) nilai baru = [ , 8 ] Baris ke-4 (kendala 3): [ , 30 ] 5 [ /3 0, 5 ] ( - ) nilai baru = [ /3 1, 5 ] Nilai nilai baru di atas dipakai untuk melengkapi isi tabel dan hasilnya adalah tabel di bawah ini:

8 12 Tabel 2.5 Tabel simpleks ke-4 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.39) Variabel dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Z X X X Z / X / X /3 0 5 X /3 1 5 Langkah 7: Melanjutkan perbaikan perbaikan atau perubahan perubahan Ulangi langkah langkah perbaikan mulai dari langkah ke-3 sampai langkah ke-6 untuk memperbaiki tabel tabel yang telah diubah/diperbaiki nilainya. Perubahan baru berhenti setelah pada baris pertama (fungsi tujuan) tidak ada yang bernilai negatif. Tabel 2.6 Tabel simpleks ke-5 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.40) Variabel dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Z / X /2 = 4 X /3 0 5 X / /6 = 5/6 (minimum) Z 1 X 3 0 X 2 0 X /18 5/6 5/6 Nilai baru baris baris lain kecuali baris kunci sebagai berikut. Baris ke-1:

9 13 [ /3 0, 25 ] (-3) [ /18 1/6, 5/6 ] (-) Nilai baru: [ /6 1/2, 27½ ] Baris ke-2: [ , 8 ] 2 [ /18 1/6, 5/6 ] Nilai baru: [ /9-1/3, 6⅓ ] Baris ke-3: tidak berubah, karena nilai pada kolom kunci = 0 Kalau hasil perubahan di atas dimasukan ke dalam tabel, maka hasilnya akan terlihat seperti di bawah ini. Tabel 2.7 Tabel simpleks ke-6 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.41) Variabel dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Z /6 1/2 27½ X /9-1/3 6⅓ X /3 0 5 X /18 1/6 5/6 Kalau dilihat baris pertama (Z) pada tabel di atas tidak ada lagi yang bernilai negatif, semua positif. Berarti tabel ini tidak dapat dioptimalkan lagi, sehingga hasil dari tabel tersebut merupakan hasil optimal. Rangkuman langkah langkah secara keseluruhan. Kalau tabel awal (sebelum diubah), tabel hasil perubahan pertama dan tabel hasil perubahan kedua dijadikan satu, maka akan tampak jelas perubahannya. Dari tabel ini akan tampak maksud dari tiap variabel dan nilai nilai yang ada pada tabel optimal.

10 14 X 1 = 5/6, sehingga I 1 = 5/6 lusin setiap hari. X 2 = 5 ; sehingga I 2 = 5 lusin setiap hari. Z maksimum = 27½ ; artinya laba yang akan diperoleh Rp ,00 per hari. Tabel 2.8 Tabel simpleks ke-7 Sumber: Dasar-dasar operations research (Subagyo,p.42) Variabel dasar Z X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 NK Z X X X Z / X X /3 0 5 X /3 1 5 Z /6 1/2 27½ X /9-1/3 6⅓ X /3 0 5 X /18 1/6 5/6 2.6 Capital Budgeting Penganggaran modal adalah alat managerial yang sangat dibutuhkan. Salah satu tugas seorang manajer keuangan adalah untuk memilih investasi dengan arus kas dan tingkat pengembalian yang memuaskan. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan harus mampu memutuskan apakah suatu investasi cukup berharga untuk ditanamkan modalnya dan bisa memilih dengan cerdas diantara dua atau lebih alternatif. Untuk dapat melakukan ini, suatu prosedur untuk mengevaluasi, membandingkan, dan memilih proyek diperlukan. Prosedur ini disebut capital budgeting. Capital expenditure adalah sejumlah dana yang dibutuhkan untuk suatu proyek yang diharapkan dapat memberikan pemasukan dalam kurun waktu tertentu melebihi

11 15 jangka waktu satu tahun. Contoh-contoh proyek ini antara lain: investasi di bidang properti, pabrik dan peralatan, riset dan proyek pengembangan dan kampanye periklanan atau proyek-proyek lainnya yang membutuhkan pengeluaran modal dan menciptakan perputaran uang di masa yang akan datang. Terdapat banyak kriteria untuk menentukan suatu proyek. Beberapa pemegang saham mungkin menginginkan perusahaan memilih proyek yang dapat menghasilkan pendapatan yang besar dalam waktu yang singkat, sementara itu pemegang saham lain mungkin akan menekankan pada pertumbuhan jangka panjang dengan memberikan lebih sedikit perhatian terhadap performa jangka pendek. Dilihat dari sudut pandang ini, akan cukup sulit untuk memuaskan kepentingan yang berbeda-beda dari semua pemegang saham. Dengan adanya keterbatasan modal, manajemen perlu secara hati-hati memutuskan apakah proyek tertentu secara ekonomis bisa diterima. Di dalam suatu kasus yang melibatkan lebih dari satu proyek, manajemen harus mengidentifikasi proyek yang akan memberikan kontribusi laba dan kepada nilai dari perusahaan itu. Pada intinya, hal inilah yang menjadi basis penganggaran modal. 2.7 Capital Budgeting Problem Capital budgeting problem pada dasarnya adalah suatu permasalahan pengambilan keputusan pada suatu perusahaan atau individu. Permasalahan timbul karena adanya berbagai macam alternatif investasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau individu, sedangkan modal yang tersedia terbatas. Perusahaan atau individu tersebut harus dapat memilih secara tepat jenis investasi apa saja yang diambil

12 16 sesuai dengan modal yang ada. Pilihan tersebut diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal. Zero one integer programming merupakan model yang tepat dalam mewakili permasalahan capital budgeting, karena zero one integer programming hanya menghasilkan solusi satu atau nol. Solusi ini dapat diartikan sebagai ya dan tidak. Artinya apabila suatu permasalahan capital budgeting menghasilkan jawaban satu maka artinya sebagai jawaban ya atas suatu jenis pilihan investasi dan apabila menghasilkan jawaban nol maka artinya sebagai jawaban tidak atas suatu jenis pilihan investasi. berikut : Model dari suatu permasalahan capital budgeting dapat dirumuskan sebagai Maksimumkan Z = AjXj j = 1 Fungsi kendala : N = j 1 Dimana : BjiXj Ci N X j N B ij C i = jenis investasi = banyaknya investasi = dana yang dibutuhkan untuk investasi ke-j pada tahun ke-i = dana yang tersedia pada tahun ke-i 2.8 Integer Programming Linear programming menggunakan asumsi divisibility untuk setiap variabel keputusan. Asumsi tersebut menunjukan bahwa nilai variabel keputusan diperbolehkan

13 17 dalam bentuk pecahan. Hal ini dimungkinkan apabila penyelesaiaan linear programming bersifat non-integer. Misalnya, solusi optimum masalah product mix menunjukan bahwa perusahaan menghasilkan produk A sebanyak 10,25 unit per hari. Secara ekonomis interpretasi dari hasil tersebut berarti perusahaan harus menghasilkan produk A diatas 10 unit per hari. Dalam beberapa kasus linear programming interpretasi tersebut mungkin tidak feasible. Oleh karena itu haruslah nilai variabel keputusan sebagian atau seluruhnya berupa bilangan bulat (non-integer). Persyaratan seperti ini disebut dengan masalah Integer Programming (IP). Bentuk umum model integer programming: 1. All Integer Programming atau Pure Integer Programming, yaitu jika semua variabel keputusan berbentuk integer. Optimumkan (maksimum atau minimum) Z = 3X 1 + 2x 2 Dengan kendala-kendala: [1] X 1 2 [2] X 2 2 [3] X 1 + X 2 3,5 [4] X 1, X 2 0 dan integer 2. Mixed Integer Programming (MIP), yaitu jika beberapa variabel keputusan berbentuk integer. Optimumkan (maksimum atau minimum) Z = 4X 1 + 3X 2 Dengan kendala-kendala: [1] 2X 1 + 2X 2 2

14 18 [2] X 2 1 [3] X 1 + X 2 1 [4] X 1, X 2 0 dan integer 3. Binary Integer Programming atau 0-1 Integer Programming, yaitu jika semua variabel keputusan berbentuk integer dan memiliki sepasang nilai 0 atau 1. Maksimumkan Z = 100X X 2 Dengan kendala-kendala: [1] 4X 1 + 2X [2] 2X 1 + X 2 50 [3] X 1, X 2 = 0 atau Algoritma Branch and Bound Algoritma Branch and Bound merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan persoalan integer programming. Ide dasar dari algoritma ini adalah dengan cara mempartisi (branching) himpunan solusi- solusi yang feasible ke dalam suatu model yang lebih kecil dan mengeliminasi solusi yang tidak feasible. Proses partisi ini terus berlanjut sampai ditemukan solusi integer terbaik yang ada. Langkah Langkah dalam algoritma Branch and Bound: 1. Hitung persamaan dengan cara linear programming biasa, setelah itu kita dapatkan nilai optimal dan nilai non-integer dari variabel variabel yang dicari. Nilai optimal ini menjadi batas atas. Setelah itu dilakukan pembulatan ke bawah dari nilai nilai non-integer variabel variabel yang ada. Kemudian dimasukkan lagi nilai nilai pembulatan tadi ke dalam fungsi objektif dan nilai optimal yang diperoleh akan menjadi batas bawah.

15 19 2. Tentukan salah satu variabel untuk dibuat cabangnya. 3. Variable tadi dipecah menjadi 2 cabang; yang satu lebih besar dari dan yang lainnya lebih kecil dari. Persamaan ini menjadi fungsi kendala baru dalam integer programming. 4. Setelah itu dilakukan penghitungan ulang dan di antara kedua cabang tadi dicari nilai fungsi objektif yang paling optimal, lalu dijadikan batas atas baru untuk subset cabang. 5. Apabila solusi integer ditemukan dengan nilai fungsi objektif yang lebih tinggi dari batas bawah, maka kita batas bawah diganti. Nilai ini adalah nilai optimal terbaik yang ditemukan sampai saat ini. 6. Iterasi diteruskan sampai nilai batas atas yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai batas bawah Algoritma Additive Algoritma additive merupakan suatu algoritma yang didesain secara spesifik untuk menyelesaikan permasalahan zero one integer programming. Algoritma ini merupakan pengembangan dari algoritma branch and bound. Algoritma ini bekerja secara efektif dalam menyelesaikan permasalahan zero one integer programming, karena tidak membutuhkan penyelesaian secara linear programming seperti yang dibutuhkan dalam algoritma branch and bound. Agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan algoritma additive maka suatu bentuk persamaan, baik fungsi objektif dan fungsi-fungsi kendalanya harus diubah dahulu ke dalam format tertentu. Langkah langkah dalam mengubah bentuk persamaan adalah sebagai berikut.

16 20 1. Ubah fungsi objektif menjadi bentuk minimasi dengan mengalikannya dengan minus satu. Contoh: Fungsi objektif : Maksimumkan 20X X X X X 5 Fungsi di atas mencari nilai maksimum bukan untuk nilai minium sehingga semua variabel dikalikan dengan -1 menjadi: Fungsi objektif: Minimumkan -20X 1-40X 2-20X 3-15X 4-30X 5 2. Apabila fungsi kendalanya berbentuk lebih kecil sama dengan ( ), harus diubah ke dalam bentuk lebih besar sama dengan ( ) dengan mengalikannya dengan -1. Ruas kanan dari persamaan ini dapat berubah menjadi negatif. Contoh: Fungsi kendala: 5X 1 + 4X 2 + 3X 3 + 7X 4 + 8X 5 25 X 1 + 7X 2 + 9X 3 + 4X 4 + 6X X X 2 + 2X 3 + X X 5 25 Karena bentuk fungsi kendala yang pertama berbentuk ( ), maka harus diubah menjadi bentuk ( ) dengan mengalikannya dengan -1, menjadi: Fungsi kendala: -5X 1-4X 2-3X 3-7X 4-8X X 1-7X 2-9X 3-4X 4-6X X 1-10X 2-2X 3 - X 4-10X 5-25

17 21 3. Apabila setelah fungsi objektif dikalikan dengan -1 dihasilkan koefisien negatif pada variabel-variabelnya, maka didefinisikan variabelnya menjadi Y j = 1 - X j atau X j = 1- Y j. Variabel yang memiliki nilai positif menjadi Y j = X j. Setelah itu disubstitusikan ke dalam fungsi objektif dan semua fungsi kendala. Apabila setelah disubstitusikan, fungsi objektif mengandung konstanta non-variable, maka konstanta dianggap nol. Contoh: Fungsi objektif: Maksimumkan 20X X X X X 5 Fungsi kendala: 5X 1 + 4X 2 + 3X 3 + 7X 4 + 8X 5 25 X 1 + 7X 2 + 9X 3 + 4X 4 + 6X X X 2 + 2X 3 + X X 5 25 Setelah dilakukan langkah 1 dan langkah 2, persamaan berubah menjadi : Fungsi objektif : Minimumkan -20X 1-40X 2-20X 3-15X 4-30X 5 Fungsi kendala : -5X 1-4X 2-3X 3-7X 4-8X X 1-7X 2-9X 3-4X 4-6X X 1-10X 2-2X 3 - X 4-10X 5-25 Karena variabel X 1, X 2, X 3, X 4 dan X 5 pada fungsi objektif memiliki nilai koefisien negatif maka didefinisikan: Y 1 = 1 X 1 atau X 1 = 1- Y 1 Y 2 = 1 X 2 atau X 2 = 1- Y 2 Y 3 = 1 X 3 atau X 3 = 1- Y 3

18 22 Y 4 = 1 X 4 atau X 4 = 1- Y 4 Y 5 = 1 X 5 atau X 5 = 1- Y 5 Lalu disubstitusikan ke dalam fungsi objektif dan fungsi kendala menjadi: Fungsi objektif: Minimumkan -20(1- Y 1 ) - 40(1- Y 2 ) - 20(1- Y 3 ) 15(1- Y 4 )- 30(1- Y 5 ) Fungsi kendala : -5(1- Y 1 ) - 4(1- Y 2 ) - 3(1- Y 3 ) - 7(1- Y 4 ) - 8(1- Y 5 ) (1- Y 1 ) - 7(1- Y 2 ) - 9(1- Y 3 ) - 4(1- Y 4 ) - 6(1- Y 5 ) -25-8(1- Y 1 ) - 10(1- Y 2 ) - 2(1- Y 3 ) - (1- Y 4 ) - 10(1- Y 5 ) -25 Sehingga persamaan menjadi : Fungsi objektif : Min 20Y Y Y Y Y Angka 125, sesuai dengan langkah 3 dianggap nol sehingga persamaannya menjadi: Fungsi objektif: Min 20Y Y Y Y Y 5 Fungsi kendala: 5Y 1 + 4Y 2 + 3Y 3 + 7Y 4 + 8Y 5 2 Y 1 + 7Y 2 + 9Y 3 + 4Y 4 + 6Y 5 2 8Y Y 2 + 2Y 3 + Y Y 5 6 Y 1, Y 2, Y 3, Y 4, Y 5 = 0, 1 Setelah persamaan disusun ulang sesuai dengan format standar dalam algoritma additive, maka dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan algoritma additive. Langkah langkah dalam algoritma additive adalah sebagai berikut.

19 23 1. Tentukan nilai bantu (helpful index) dari setiap variabel yang ada. Caranya dengan menjumlahkan konstanta variabel-variabel pada semua fungsi kendala. Pada contoh di atas, dapat ditentukan nilai bantu dari masing-masing variabel, yaitu: Y 1 = = 14 Y 2 = = 21 Y 3 = = 14 Y 4 = = 12 Y 5 = = Definisikan 3 vektor S j, V j dan T j, di mana S j merupakan himpunan variabel solusi, V j merupakan himpunan dari fungsi kendala yang tidak terpenuhi karena vektor S j dan T j merupakan variabel-variabel pembantu, yang dapat membuat fungsi kendala dalam vektor V j menjadi feasible. 3. Pada iterasi pertama, dapat ditentukan: S 1 = {}, Semua nilai variabel masih dianggap nol. V 1 = {1,2,3}, fungsi kendala 1,2,3 tidak terpenuhi. T 1 = {1,2,3,4,5}, variabel 1, 2, 3, 4 dan 5 merupakan variabel pembantu yang dapat membuat vektor V 1 menjadi feasible. Karena Y 5 memiliki nilai bantu yang paling tinggi (nilai bantu Y 5 = 24), maka nilai variabel Y 5 diubah menjadi sama dengan 1 dan variabel lainnya masih dianggap sama dengan nol. 4. Pada iterasi ke-2 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 2 = {5}, variabel Y 5 = 1. V 2 = {}, jika Y 5 = 1 dan Y 1 =Y 2 =Y 3 =Y 4 = 0 semua fungsi kendala terpenuhi.

20 24 Karena semua fungsi kendala terpenuhi maka ada solusi feasible, di mana nilai Y 1 = Y 2 = Y 3 = Y 4 = 0 dan Y 5 = 1. Setelah nilai dari variabel variabel tadi disubstitusikan dalam fungsi objektif maka akan diperoleh nilai Z = 30. Saat ini solusi ini adalah solusi feasible terbaik. Jika diperoleh solusi feasible maka dilakukan backtracking. 5. Waktu dilakukan backtracking, nilai variabel pada vektor S yang tadinya dianggap bernilai satu diubah menjadi nol (diindikasikan dengan tanda minus pada variabel yang dibacktrack). Variabel vektor S dibacktrack dari kanan, Variabel di sebelah kanan yang nilainya dibacktrack, dapat keluar dari vektor S (dapat masuk kembali ke dalam vektor T). 6. Pada contoh di atas, pada vektor S 2 terdapat satu variabel yaitu Y 5 yang tadinya nilainya satu diubah menjadi nol, sehingga pada iterasi ke-3 nilai S,V dan T menjadi sebagai berikut. S 3 = {-5}, tanda minus mengindikasikan bahwa variabel Y 5 = 0. V 3 = {1,2,3}, fungsi kendala 1,2,3 tidak terpenuhi karena nilai dari vektor S 3. T 3 = {1,2,3,4}, variabel Y 5 tidak dapat dimasukkan dalam vektor T karena nilainya telah dianggap nol. Dipilih lagi nilai bantu yang lain. Setelah Y 5, nilai bantu yang paling tinggi adalah Y 2 (nilai bantu Y 2 = 21). 7. Pada iterasi ke-4 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi sebagai berikut. S 4 = {-5,2}, variabel Y 5 = 0 dan Y 2 = 1. V 4 = {}, jika Y 2 = 1 dan Y 1 =Y 3 =Y 4 =Y 5 = 0 semua fungsi kendala terpenuhi. Karena semua fungsi kendala terpenuhi maka diperoleh solusi feasible, di mana nilai Y 1 = Y 3 = Y 4 = Y 5 = 0 dan Y 2 = 1. Setelah disubstitusikan nilai variabel variabel tadi ke dalam fungsi objektif maka akan diperoleh nilai Z = 40. Akan tetapi solusi

21 25 feasible terbaik yang dimiliki saat ini adalah pada iterasi ke -2 (Z = 30), karena Z = 30 lebih kecil daripada Z = 40. Jika diperoleh solusi feasible maka dilakukan backtracking. 8. Pada iterasi ke-5 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 5 = {-5,-2} V 5 = {1,2,3} T 5 = {1,3,4} Dipilih lagi nilai bantu, yaitu variabel Y 3 (dapat juga dipilih variabel Y 1, karena nilai bantunya sama). 9. Pada iterasi ke-6 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 6 = {-5,-2,3} V 6 = {3} T 6 = {1,4} Karena belum menghasilkan solusi feasible dan masih terdapat variabel pembantu yang lain maka dipilih lagi nilai bantu yang masih tersisa, yaitu variabel Y Pada iterasi ke-7 nilai S,V dan T sudah berubah menjadi: S 7 = {-5,-2,3,1} V 7 = {} Karena semua fungsi kendala terpenuhi maka diperoleh solusi feasible, di mana nilai Y 5 = Y 2 = 0 dan Y 3 = Y 1 = 1. Setelah nilai variabel variabel tadi disubstitusikan ke dalam fungsi objektif maka akan diperoleh nilai Z = 40. Akan tetapi solusi feasible terbaik yang dimiliki saat ini adalah pada iterasi ke-2 (Z = 30), karena Z = 30 lebih kecil daripada Z = 40. Jika diperoleh solusi feasible maka dilakukan backtracking. 11. Pada iterasi ke-8 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi:

22 26 S 8 = {-5,-2,3,-1} V 8 = {3} T 8 = {} Variabel yang tersisa yaitu Y 4 tidak dapat membantu fungsi kendala 3 terpenuhi, oleh karena itu dilakukan backtracking. 12. Pada iterasi ke-9 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi : S 9 = {-5,-2,-3} V 9 = {1,2,3} T 9 = {1,4} Nilai bantu yang paling baik adalah Y 1, sehingga nilai Y 1 = Pada iterasi ke-10 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 10 = {-5,-2,-3,1} V 10 = {2} T 10 = {4} Nilai bantu yang tersisa adalah Y 4,sehingga nilai Y 4 = Pada iterasi ke-11 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 11 = {-5,-2,-3,1,4} V 11 = {} Karena semua fungsi kendala terpenuhi maka diperoleh solusi feasible, di mana nilai Y 2 = Y 5 = Y 3 = 0 dan Y 1 = Y 4 = 1. Setelah nilai variabel variabel tadi disubstitusikan ke dalam fungsi objektif maka akan diperoleh nilai Z = 35. Akan tetapi solusi feasible terbaik yang dimiliki saat ini adalah pada iterasi ke-2 ( Z = 30 ), karena Z = 30 lebih kecil daripada Z = 35. Jika diperoleh solusi feasible dilakukan backtracking. 15. Pada iterasi ke-12 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi:

23 27 S 12 = {-5,-2,-3,1,-4} V 12 = {2} T 12 = {} Fungsi kendala 2 tidak dapat terpenuhi sehingga harus dilakukan backtracking. 16. Pada iterasi ke-13 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 13 = {-5,-2,-3,-1} V 13 = {1,2,3} T 13 = {4} Nilai bantu yang paling tersisa adalah Y 4, sehingga nilai Y 4 = Pada iterasi ke-14 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 14 = {-5,-2,-3,-1,4} V 14 = {3} T 14 = {} Fungsi kendala 3 tidak dapat terpenuhi sehingga harus dilakukan backtracking. 18. Pada iterasi ke-15 nilai S, V dan T sudah berubah menjadi: S 15 = {-5,-2,-3,-1,-4} V 15 = {1,2,3} T 15 = {} Karena tidak ada kemungkinan backtracking lagi maka iterasi dihentikan. 19. Solusi feasible terbaik adalah dengan Y 5 = 1 dan Y 1 =Y 2 =Y 3 =Y 4 = 0 yang menghasilkan Z = 30. Setelah diperoleh nilai optimum dalam bentuk variabel Y, ubah kembali menjadi X sehingga menjadi : X 1 = 1- Y 1 = 1 X 2 = 1- Y 2 = 1

24 28 X 1 = 1- Y 3 = 1 X 1 = 1- Y 4 = 1 X 5 = 1- Y 5 = 0 Setelah disubstitusikan ke dalam persamaan Z maksimum awal, maka nilai Z adalah: 20 x x x x x 0 = Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak adalah sebuah teknologi yang meliputi sebuah proses, serangkaian metode, dan seperangkat alat. Karakteristik perangkat lunak: Perangkat lunak dibangun dan dikembangkan, tidak dibuat dalam bentuk yang klasik Perangkat lunak tidak pernah usang Sebagian besar perangkat lunak dibuat secara custom-built, serta tidak dapat dirakit dari komponen yang sudah ada. Elemen elemen perangkat lunak: a. Proses Proses proses membatasi kerangka kerja untuk serangkaian area proses kunci yang harus dibangun demi keefektifan penyampaian teknologi pengembangan perangkat lunak. b. Metode Metode metode rekayasa perangkat lunak memberikan teknik untuk membangun perangkat lunak. Metode metode itu menyangkut serangkaian tugas yang luas yang

25 29 menyangkut analisis kebutuhan, konstruksi program, desain, pengujian dan pemeliharaan. c. Alat Bantu Tool tool rekayasa perangkat lunak memberikan topangan yang otomatis atau pun semi otomatis pada proses proses dan metode metode yang ada. Tool tool diintegrasikan sehingga informasi yang diciptakan oleh satu tool dapat digunakan oleh yang lain, Sistem untuk menopang perkembangan perangkat lunak yang disebut Computer-Aided Software Engineering (CASE) Model Sekuensial Linier Merupakan model proses yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini. Model ini biasa disebut juga model air terjun (waterfall). Model ini mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. Urutan kerjanya disajikan dalam gambar di bawah: Gambar 2.1 Waterfall Model Sumber:

26 30 1. Analisis Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada perangkat lunak. Kebutuhan baik untuk sistem maupun perangkat lunak didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan. 2. Desain Proses desain menerjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan kode. 3. Pengkodean dan Pengembangan Desain harus dapat diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang bisa dibaca. 4. Implementasi dan Pengujian Sekali kode dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji, dan pada eksternal fungsional yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan kesalahan kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan. 5. Pemeliharaan Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada pelanggan. Pemeliharaan perangkat lunak mengapliksikan lagi setiap fase program sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi.

27 State Transition Diagram (STD) State Transition Diagram merupakan sebuah modeling tool yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan pada waktu tertentu. Komponen-komponen utama STD adalah: 1. State, disimbolkan dengan State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan dilakukan. Ada dua jenis state yaitu: state awal dan state akhir. State akhir dapat berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari satu. 2. Arrow, disimbolkan dengan Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan ekspresi aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi. 3. Condition dan Action, disimbolkan dengan Condition Action State 1 State 2 Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action. Condition adalah suatu event pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau tampilan.

28 Interaksi Manusia dan Komputer dalam Program Aplikasi Pengertian dari Interaksi Manusia dengan Komputer (Human-Computer Interaction) adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi implementasi sistem komputer interaktif yang digunakan oleh manusia serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya ( Shneiderman,1992,p8). Suatu program aplikasi komputer penting sekali untuk didukung oleh sistem interaksi manusia komputer yang baik. User harus merasa tidak dipersulit dalam menggunakan aplikasi tersebut. Jika perancangan program aplikasi kurang baik, maka hal tersebut dapat menimbulkan rasa enggan pada pengguna untuk menggunakannnya. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan program aplikasi tersebut menjadi tidak tercapai. Menurut Shneiderman (1992, pp15-18), ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu sistem yang user friendly, yaitu : 1. Waktu belajar yang tidak lama 2. Kecepatan penyajian informasi yang tepat dan jelas 3. Tingkat kesalahan pengguna yang rendah 4. Penghapalan sesudah melampaui jangka waktu yang tidak lama 5. Kepuasan pribadi. Menurut Shneiderman (1992, pp72-73), Untuk merancang sebuah sistem interaksi manusia dan komputer yang baik ada delapan aturan yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Bertahan untuk konsisten 2. Memperbolehkan pengguna yang rutin untuk menggunakan jalan pintas 3. Umpan balik yang interaktif untuk setiap aksi.

29 33 4. Pengorganisasian yang baik. 5. Penanganan kesalahan yang sederhana 6. Memperbolehkan pengguna mengulangi atau memperbaiki suatu aksi yang telah dilakukannya 7. Menguasai sistem dan sistem akan memberikan balasan atas aksinya. 8. Mengurangi penghapalan dengan memperhatikan kaidah ingatan manusia yang terbatas, yaitu tujuh ditambah dua informasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi

Lebih terperinci

Model umum metode simpleks

Model umum metode simpleks Model umum metode simpleks Fungsi Tujuan: Z C X C 2 X 2 C n X n S S 2 S n = NK FungsiPembatas: a X + a 2 X 2 + + a n X n + S + S 2 + + S n = b a 2 X + a 22 X 2 + + a 2n X n + S + S 2 + + S n = b 2 a m

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 2 PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

LINEAR PROGRAMMING MODEL SIMPLEX

LINEAR PROGRAMMING MODEL SIMPLEX LINEAR PROGRAMMING MODEL SIMPLEX 1 Apabila suatu masalah LP hanya terdiri dari 2 variabel keputusan, maka dapat diselesaikan dengan metode GRAFIK Tetapi jika lebih dari 2 kegiatan maka digunakan metode

Lebih terperinci

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Bahan Kuliah Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT. PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL UNLAM 25 1 ANALISA SISTEM Agar lebih mendekati langkah-langkah operasional, Hall & Dracup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMUM PADA CV. XYZ. Angeline, Iryanto, Gim Tarigan

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMUM PADA CV. XYZ. Angeline, Iryanto, Gim Tarigan Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 2 (2014), pp. 137 145. PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMUM PADA CV. XYZ Angeline, Iryanto, Gim Tarigan Abstrak. CV.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan, seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA

MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA Indrayanti, S.T, M.Kom 1 Program Studi Manajemen Informatika,STMIK Widya Pratama Jl.

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management 6s-1 LP Metode Simpleks Operations Management MANAJEMEN SAINS William J. Stevenson 8 th edition 6s-2 LP Metode Simpleks Bentuk Matematis Maksimumkan Z = 3X 1 + 5X 2 Batasan (constrain) (1) 2X 1 8 (2) 3X

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen Produksi dan Operasi terdiri dari kata manajemen, produksi dan operasi. Terdapat beberapa pengertian untuk kata manajemen

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS

PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS Merupakan metode yang biasanya digunakan untuk memecahkan setiap permasalahan pada pemrogramman linear yang kombinasi variabelnya terdiri dari tiga variabel atau lebih. Metode

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRIBUTION MARGIN ATAS PRODUK-PRODUK PADA USAHA WARUNG MAKAN PUTRA BUKIT DI TENGGARONG (PENERAPAN METODE SIMPLEK)

ANALISIS CONTRIBUTION MARGIN ATAS PRODUK-PRODUK PADA USAHA WARUNG MAKAN PUTRA BUKIT DI TENGGARONG (PENERAPAN METODE SIMPLEK) ANALISIS CONTRIBUTION MARGIN ATAS PRODUK-PRODUK PADA USAHA WARUNG MAKAN PUTRA BUKIT DI TENGGARONG (PENERAPAN METODE SIMPLEK) Oleh : Wiwik Afana, Iskandar dan Bahransyah Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka 1988, algoritma diartikan sebagai urutan logis pengambilan putusan untuk pemecahan masalah. Menurut Munir R.

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perancangan program aplikasi yang akan dibuat menggabungkan algoritma Brute Force dan algoritma Greedy yang digunakan secara bergantian pada tahap-tahap tertentu. Karena itu, pada

Lebih terperinci

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer.

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 1 PEMROGRAMAN LINEAR BULAT (INTEGER LINEAR PROGRAMMING - ILP) Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? METODE SIMPLEKS Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 2 1 INTEGER LINEAR PROGRAMMING

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Produksi adalah setiap usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan suatu barang atau menciptakan barang yang baru baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model RISET OPERASIONAL MINGGU KE- Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik riset operasi

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1 METODE BIG M Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=). Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai surplus

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks PEMROGRAMAN LINIER Metode Simpleks Metode Simpleks Metode simpleks digunakan untuk memecahkan permasalahan PL dengan dua atau lebih variabel keputusan. Prosedur Metode Simpleks: Kasus Maksimisasi a. Formulasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi 2.1.1 Pembelian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan sebagai proses, pembuatan, atau cara membeli. Sedangkan Philip Kotler (2000,

Lebih terperinci

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS RISNAWATI IBNAS Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM risnawati988@gmail.com Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi:

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Staf Gunadarma Gunadarma University METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Metode Simpleks merupakan salah satu teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan yang berkaitan dengan pengalokasian sumber

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) Ai Nurhayati 1, Sri Setyaningsih 2,dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Artificial Intelligence (AI) agen adalah fitur standar game komputer modern, baik sebagai lawan, teman atau tutor dari pemain. Agar tampil otentik, agen tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Kuliah 04 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Metode simpleks dalam bentuk tabel 2 Pemecahan untuk masalah minimisasi

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Metode Simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahn yang berhubungan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

TEKNIK RISET OPERASI

TEKNIK RISET OPERASI TEKNIK RISET OPERASI METODE SIMPLEX DALAM LINIER PROGRAMMING Sebelumnya kita telah mengerjakan soal : Sebuah perusahaan membuat 2 buah macam sepatu. Sepatu yang dibuat terdiri atas 2 macam yaitu: Merk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer 2.1.1 Definisi Program Integer Program Integer adalah program linier (Linear Programming) di mana variabelvariabelnya bertipe integer(bulat). Program Integerdigunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bidang keuangan merupakan bidang yang berperan penting di dalam suatu perusahaan. Perusahaan dapat bertahan atau dapat tumbuh berkembang apabila perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan UKM dalam negeri didominasi oleh industri makanan, salah satunya produk roti yang menunukan bahwa minat masyarakat terhadap produk ini terus bertambah.

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR T-11 RIVELSON PURBA 1 1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE etong_extreme@yahoo.com ABSTRAK Purba, Rivelson. 01. Penerapan Logika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produk Menurut Daryanto (2011:49) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

MATA KULIAH RISET OPERASIONAL

MATA KULIAH RISET OPERASIONAL MATA KULIAH RISET OPERASIONAL [KODE/SKS : KK023311/ 2 SKS] METODE SIMPLEKS Pengubahan ke dalam bentuk baku Untuk menyempurnakan metode grafik. Diperkenalkan oleh : George B Dantzig Ciri ciri : 1. Semua

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri TIN 4103

Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Lecture 10 Outline: Penelitian Operasional References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations Research. 7th ed. The McGraw-Hill Companies,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi Produksi yang dalam bahasa inggris disebut production adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa Produk yang dihasilkan sebagai

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMA LINIER : METODE SIMPLEKS

BAB V PROGRAMA LINIER : METODE SIMPLEKS BAB V PROGRAMA LINIER : METODE SIMPLEKS 5.1 Metode Simpleks Metode simpleks ialah suatu cara penyelesaian masalah programa linier yang diperkenalkan pertama kali oleh Dantzig pada tahun 1947, yakni suatu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling)

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIV PEMODELAN (Modeling) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pemodelan dalam RO Outline:

Lebih terperinci

Integer Programming (Pemrograman Bulat)

Integer Programming (Pemrograman Bulat) Integer Programming (Pemrograman Bulat) Pemrograman bulat dibutuhkan ketika keputusan harus dilakukan dalam bentuk bilangan bulat (bukan pecahan yang sering terjadi bila kita gunakan metode simpleks).

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR: METODE SIMPLEX

PROGRAM LINEAR: METODE SIMPLEX PROGRAM LINEAR: METODE SIMPLEX Latar Belakang Sulitnya menggambarkan grafik berdimensi banyak atau kombinasi lebih dari dua variabel. Metode grafik tidak mungkin dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai variabel surplus, tidak ada variabel slack.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

mempunyai tak berhingga banyak solusi.

mempunyai tak berhingga banyak solusi. Lecture 4: A. Introduction Jika suatu masalah LP hanya melibatkan 2 kegiatan (variabel keputu-san) saja, maka dapat diselesaikan dengan metode grafik. Tetapi, jika melibatkan lebih dari 2 kegiatan, maka

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bengkel Trijaya Motor Bandung yang berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon 022-70221812 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application)

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Kuliah 6 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Teori dualitas 2 Metode simpleks dual TI2231 Penelitian Operasional I 2

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori. Model Matematika Menurut Wirodikromo (998, p77) model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan / fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

penelitian, yaitu kontribusi margin dan kendala. Berikut adalah pengertian dari

penelitian, yaitu kontribusi margin dan kendala. Berikut adalah pengertian dari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang menjadi pokok penelitian, yaitu kontribusi margin dan kendala. Berikut adalah pengertian dari kontribusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

METODE dan TABEL SIMPLEX

METODE dan TABEL SIMPLEX METODE dan TABEL SIMPLEX Mengubah bentuk baku model LP ke dalam bentuk tabel akan memudahkan proses perhitungan simplex. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simplex adalah :. Berdasarkan bentuk

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat Muhlis Tahir Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat kelayakan tidak pernah dapat terpenuhi. Adakalanya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEUNTUNGAN PADA PERUSAHAAN KERIPIK BALADO MAHKOTA DENGAN METODE SIMPLEKS

OPTIMALISASI KEUNTUNGAN PADA PERUSAHAAN KERIPIK BALADO MAHKOTA DENGAN METODE SIMPLEKS OPTIMALISASI KEUNTUNGAN PADA PERUSAHAAN KERIPIK BALADO MAHKOTA DENGAN METODE SIMPLEKS Muhammad Muzakki Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Produksi Produksi secara umum adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan kepuasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

Pengubahan Model Ketidaksamaan Persamaan

Pengubahan Model Ketidaksamaan Persamaan METODA SIMPLEKS Metoda Simpleks Suatu metoda yang menggunakan prosedur aljabar untuk menyelesaikan programa linier. Proses penyelesaiannya dengan melakukan iterasi dari fungsi pembatasnya untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemerintah Kota Tanjungpinang, dimana

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan (1) Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menentukan Kebutuhan Data Yang Digunakan Mengumpulkan Data Yang Akan Digunakan Mempersiapkan Alat Dan Bahan Wawancara Studi Literatur Desain Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 3 PEMROGRAMAN LINIER METODE SIMPLEKS

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 3 PEMROGRAMAN LINIER METODE SIMPLEKS Modul 3 PEMROGRAMAN LINIER METODE SIMPLEKS Dalam menggunakan metode simpleks, hal yang perlu diperhatikan adalah mengonversi constraint yang masih dalam bentuk pertidaksamaan menjadi persamaan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pemotongan kayu sering dialami oleh industri yang memproduksi batangan-batangan kayu menjadi persediaan kayu dalam potonganpotongan yang lebih

Lebih terperinci