PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 ABSTRAK MUHAMAD FARDAN WARDHANA. Penyelesaian Puzzle Sudoku Menggunakan Pemrograman Linear Integer. Dibimbing oleh AMRIL AMAN dan NGAKAN KOMANG KUTHA ARDANA. Sudoku dapat dipandang sebagai puzzle (teka-teki) dalam matematika. Pemain harus mengisi sebuah matriks n 2 n 2 yang berisi beberapa unsur awal yang diberikan, sehingga setiap baris, kolom, dan mini grid n n berisi masingmasing bilangan bulat 1 sampai n 2. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji Sudoku tradisional, Sudoku X (Sudoku diagonal) dan menggunakan metode branch and bound, untuk mencari hubungan antara kemungkinan solusi yang muncul dengan ukuran Sudoku, dan banyaknya given yang diberikan. Solusi Sudoku ditentukan dengan menggunakan metode branch and bound yang diimplementasikan pada script m-file. Kami dapat menemukan hubungan antara kemungkinan solusi yang muncul dengan ukuran Sudoku, dan banyaknya given yang diberikan. Di sisi lain, kami tidak dapat menemukan hubungan semacam itu untuk ukuran Sudoku yang umum dan konfigurasi yang umum. Kata kunci: Sudoku, linear integer, branch and bound ABSTRACT MUHAMAD FARDAN WARDHANA. Solving Sudoku Puzzle by Using Linear Integer Programming. Supervised by AMRIL AMAN and NGAKAN KOMANG KUTHA ARDANA. Sudoku can be viewed as a puzzle in mathematics. Players must fill in a n 2 n 2 matrix which is containing some given enteries, so that each row, column, and n n mini grid contains each integer 1 through n 2. The objectives of this research are to study the traditional Sudoku puzzle, Sudoku X puzzle (diagonal Sudoku) and use branch and bound method, to find the relation between the number of possible solution with the size of sudoku, and the number quantity givens. The solutions are determined using branch and bound method that was implemented on m-file script. We can find the relation between the number of possible solution with the size of sudoku, and the number quantity givens. On the other hand, we can not find such relation for general size of sudoku and general configuration. Keywords: Sudoku, linear integer, branch and bound

4

5 PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Penyelesaian Puzzle Sudoku Menggunakan Pemrograman Linear Integer Nama : Muhamad Fardan Wardhana NIM : G Disetujui oleh Dr Ir Amril Aman, MSc Pembimbing I Ir Ngakan Komang Kutha Ardana, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penelitian dengan judul Penyelesaian Puzzle Sudoku Menggunakan Pemrograman Linear Integer dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Amril Aman, MSc dan Bapak Ir Ngakan Komang Kutha Ardana, MSc selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir I Gusti Putu Purnaba, DEA yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada (alm) ayah, (almh) ibu, istri serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2014 Muhamad Fardan Wardhana

9 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Definisi 1 Puzzle (teka-teki) Sudoku 2 Definisi 2 Persamaan Linear 2 Pemrograman Linear 3 Definisi 3 Bentuk Standar Suatu PL 3 Solusi Suatu Pemrograman Linear 3 Definisi 4 Daerah Fisibel 4 Definisi 5 Solusi Basis 4 Definisi 6 Solusi Fisibel Basis 4 Definisi 7 Solusi Optimum 4 Pemrograman Linear Integer 4 Metode Branch and Bound 5 DESKRIPSI DAN PEMODELAN MASALAH 9 Deskripsi Masalah 9 Pemodelan Masalah 9 PEMBAHASAN 13 Contoh Kasus 13 Mencari Solusi Puzzle Sudoku Tradisional pada Matriks Mencari Solusi Puzzle Sudoku X (Sudoku Diagonal) pada Matriks Hubungan Antar Ukuran Sudoku, Banyaknya Unsur Awal, dan Konfigurasi Sudoku Tradisional. 28 SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan 29 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 30

10 DAFTAR GAMBAR 1. Soal Sudoku dengan input data secara acak 1 2. Daerah fisibel PLI (2.5) 7 3. Daerah fisibel untuk Subproblem 2 (x 1 4) dan Subproblem 3 (x 1 3) 7 4. Seluruh pencabangan pada metode branch and bound untuk menentukan solusi PLI (2.5) 9 5. Bentuk umum Sudoku ukuran Contoh soal Sudoku Solusi Sudoku Bentuk umum Sudoku ukuran Contoh soal Sudoku tradisional Solusi Sudoku tradisional ukuran Contoh soal puzzle Sudoku yang memiliki banyak solusi (terhingga) Contoh soal Sudoku X ukuran Solusi Sudoku X ukuran DAFTAR LAMPIRAN 1. Script M-File sudoku.m untuk mencari solusi Sudoku tradisional Script M-File sudokux.m untuk mencari solusi Sudoku X (Sudoku diagonal) Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku ukuran 9 9 dengan script M-File Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku ukuran 9 9 yang memiliki banyak solusi (terhingga) dengan menggunakan script M-File Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku X ukuran 9 9 dengan menggunakan script M-File Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku X ukuran 9 9 yang memiliki banyak solusi (terhingga) dengan menggunakan script M-File Hubungan antar ukuran Sudoku, banyaknya unsur awal, dan konfigurasi Sudoku tradisional 44 DAFTAR TABEL 1. Hubungan antar ukuran, unsur, dan konfigurasi Sudoku tradisional 28

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Sudoku adalah sebuah puzzle berdasarkan logika yang pertama kali hadir di Amerika Serikat dengan judul Number Place di majalah Dell Pencil Puzzle & Word Games di tahun Pada tahun 1980-an, permainan ini berkembang menjadi popular di Jepang dan telah diganti nama oleh penerbit menjadi suji wa dokushin ni kagiru, yang diterjemahkan menjadi the digits must remain single (angka-angkanya harus tetap tunggal). Pada akhirnya diperpek menjadi Sudoku atau single number (nomor tunggal) (Bartlett, 2008). Sudoku pada umumnya hadir dalam bentuk matriks 9 x 9. Aturannya mudah: isi dalam matriks sehingga setiap baris, kolom, dan submatriks 3 x 3 yang diisi angka 1 sampai 9 hanya satu kali. Sesuai namanya, maka tidak boleh ada angka/digit yang sama. Hal inilah yang dinamakan dengan Prinsip keunikan (Principle of Uniqueness). Setiap puzzle muncul dengan sejumlah nomor yang diberikan. Nomor dan posisinya menentukan tingkat kesulitan permainan ini. Gambar 1 adalah salah satu contoh puzzle Sudoku 9 x 9. Gambar 1 Soal Sudoku dengan input data secara acak Kesulitan tingkat permainan Sudoku, selain diukur dari besar ukuran matriksnya (n 2 n 2 ), biasanya diukur dari problem perumusan angka-angka awal yang telah diatur posisi dan nilainya. Semakin sedikit angka-angka awal yang diberikan, tentunya akan semakin sulit. Perumusan Masalah Sudoku menghasilkan dua pertanyaan menarik secara matematika sebagai berikut: Bagaimana puzzle-puzzle ini bisa diselesaikan secara matematika? dan teknik matematika apa yang bisa digunakan untuk menciptakan dan menyelesaikan puzzle-puzzle Sudoku ini?

12 2 Tujuan Penelitian Di dalam tulisan ilmiah ini akan dipelajari mengenai puzzle (teka-teki) Sudoku, yang selanjutnya disebut dengan Sudoku sebagai sebuah permasalahan pemrograman bilangan bulat (Integer Programming Model). Tujuan dari karya ilmiah ini: 1. Mengkaji Sudoku tradisional menggunakan metode Branch and Bound. 2. Mengkaji Sudoku yang baru (Sudoku diagonal) menggunakan metode Branch and Bound. 3. Mencari hubungan antar ukuran Sudoku, banyaknya unsur awal, dan konfigurasi pada Sudoku tradisional. Ruang Lingkup Penelitian Sudoku memiliki berbagai ukuran. Dalam tulisan ilmiah ini, penulis membatasi pembahasan dan pencarian pola untuk Sudoku berukuran 9 9. TINJAUAN PUSTAKA Definisi 1 Puzzle (teka-teki) Sudoku Sudoku adalah sebuah permainan teka-teki angka berbasis logika yang pada umumnya berbentuk matriks 9 9 (n 2 n 2 dengan n = 3) dan memiliki aturan yang sederhana dengan menyusun bilangan-bilangan 1,2,3,, n 2 pada kotak berjumlah n 2 n 2 sehingga setiap kolom, baris, maupun mini grid berukuran 3 3 (n n) hanya boleh terisi dengan bilangan 1 sampai 9 yang berjumlah masingmasing satu. Definisi 2 Persamaan Linear Suatu sistem persamaan linear dalam n peubah (variabel) adalah persamaan dengan bentuk a1x 1 a2x2... anxn b di mana a1, a2,..., a n dan b adalah bilangan-bilangan real dan x1, x2,..., x n adalah peubah. Dengan demikian maka suatu sistem linear dari m persamaan dalam n peubah adalah satu sistem berbentuk: a x a x... a x b n n 1 a x a x... a x b n n 2 a x a x... a x b m1 1 m2 2 mn n m di mana a mn dan b m semuanya adalah bilangan-bilangan real. Sistem-sistem bentuk di atas sebagai sistem linear m n. (Leon 2001)

13 3 Pemrograman Linear Pemrograman Linear (PL) adalah suatu masalah optimasi yang memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: a) Tujuan masalah tersebut adalah memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan ini disebut fungsi objektif. b) Nilai variabel-variabel keputusannya harus memenuhi suatu himpunan kala. Setiap kala harus berupa persamaan linear atau pertidaksamaan linear. c) Ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sembarang variabel x i, pembatasan tanda menentukan x i harus tak-negatif (x i 0) atau tidak dibatasi tandanya (unrestricted in sign). (Winston 2004) Suatu PL mempunyai bentuk standar seperti yang didefinisikan sebagai berikut. Definisi 3 Bentuk Standar Suatu PL Suatu pemrograman linear dalam bentuk standar didefinisikan sebagai: Max z (atau min) s.t. Dengan mefinisikan: (2.1) A = [ ] [ ] [ ] Maka kala pada (2.1) dapat ditulis dengan sistem persamaan Ax = b (2.2) Solusi Suatu Pemrograman Linear (Winston 2004) Suatu masalah PL dapat diselesaikan dalam berbagai teknik, salah satunya adalah metode simpleks. Metode ini dapat menghasilkan suatu solusi optimum bagi masalah PL dan telah dikembangkan oleh Dantzig sejak tahun 1947 (Winston 2004), dan dalam perkembangannya merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menyelesaikan PL. Metode ini berupa metode iteratif untuk menyelesaikan PL berbentuk standar. Pada masalah PL (2.2), vektor x yang memenuhi kala Ax = b disebut sebagai solusi dari PL (2.2). Misalkan matriks A dapat dinyatakan sebagai A = (B N), dengan B adalah matriks taksingular berukuran m m yang elemennya berupa koefisien variabel basis dan N merupakan matriks berukuran m (n m) yang

14 4 elemennya berupa koefisien variabel nonbasis pada matriks kala. Dalam hal ini matriks B disebut matriks basis untuk PL (2.2). Misalkan x dinyatakan sebagai vektor x = ( ) dengan x B adalah vektor variabel basis dan x N adalah vektor variabel nonbasis, maka Ax = b dapat dinyatakan sebagai: Ax = ( ) = Bx B + Nx N = b (2.3) Karena matriks B adalah matriks tak singular, maka B memiliki invers, sehingga dari (2.3) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B -1 b - B -1 Nx N (2.4) Kemudian, fungsi objektifnya berubah menjadi: min z = (Winston 2004) Definisi 4 Daerah Fisibel Daerah fisibel suatu PL adalah himpunan semua titik yang memenuhi semua kala dan pembatasan tanda pada PL tersebut. (Winston 2004) Definisi 5 Solusi Basis Solusi basis adalah solusi pada PL yang didapatkan dengan mengatur variabel n m sama dengan nol dan nilai untuk penyelesaiannya adalah dari sisa variabel m. Hal ini mengasumsikan bahwa mengatur variabel n m sama dengan nol sehingga membuat nilai yang unik untuk sisa variabel m atau sejenisnya, dan kolom-kolom untuk sisa dari variabel m adalah bebas linear. (Winston 2004) Definisi 6 Solusi Fisibel Basis Solusi fisibel basis adalah solusi basis pada PL yang semua variabelvariabelnya tak-negatif. (Winston 2004) Definisi 7 Solusi Optimum Untuk masalah maksimalisasi, solusi optimum suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terbesar. Untuk masalah minimisasi, solusi optimum suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terkecil. (Winston 2004) Pemrograman Linear Integer Pemrograman linear integer (PLI) adalah suatu model pemrograman linear dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat (integer). Jika semua

15 variabel harus berupa integer, maka masalah tersebut dinamakan pure integer programming. Jika hanya sebagian yang harus berupa integer, maka disebut mixed integer programming (MIP). PLI dengan semua variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1 PLI. (Garfinkel & Nemhauser 1972) Metode Branch and Bound Prinsip dasar metode branch-and-bound adalah memecah daerah fisibel dari masalah relaksasi-pl dengan membuat subproblem-subproblem. Terdapat dua konsep dasar dalam algoritma branch-and-bound. 1. Branch (Cabang) Branching (pencabangan) adalah proses membagi permasalahan menjadi subproblem-subproblem yang mungkin mengarah ke solusi. 2. Bound (Batas) Bounding (pembatasan) adalah suatu proses untuk mencari atau menghitung batas atas (dalam masalah minimisasi) dan batas bawah (dalam masalah maksimisasi) untuk solusi optimum pada subproblem yang mengarah ke solusi. Metode branch-and-bound diawali dari menyelesaikan relaksasi-pl dari suatu pemrograman linear integer. Jika semua nilai variabel keputusan solusi optimum sudah berupa integer, maka solusi tersebut merupakan solusi optimum PLI. Jika tidak, dilakukan pencabangan dan penambahan batasan pada relaksasi- PLnya kemudian diselesaikan. Winston (2004) menyebutkan bahwa untuk masalah maksimisasi nilai fungsi objektif optimum untuk PLI lebih kecil atau sama dengan nilai fungsi objektif optimum untuk relaksasi-pl, sehingga nilai fungsi objektif optimum relaksasi-pl merupakan batas atas bagi nilai fungsi objektif optimum untuk masalah PLI. Diungkapkan pula oleh Winston (2004) untuk masalah maksimisasi bahwa nilai fungsi objektif optimum untuk suatu kandidat solusi merupakan batas bawah nilai fungsi objektif optimum untuk masalah PLI asalnya. Suatu kandidat solusi diperoleh jika solusi dari suatu subproblem sudah memenuhi kala integer pada masalah PLI, artinya fungsi objektif dan semua variabelnya sudah bernilai integer. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian subproblem yang terukur. Menurut Winston (2004), suatu subproblem dikatakan terukur (fathomed) jika salah satu kondisi berikut terpenuhi: a. Subproblem tersebut takfisibel, sehingga tidak dapat menghasilkan solusi optimum bagi PLI. b. Subproblem tersebut menghasilkan suatu solusi optimum dengan semua variabelnya bernilai integer. Jika solusi optimum ini mempunyai nilai fungsi objektif yang lebih baik daripada solusi fisibel yang diperoleh sebelumnya, maka solusi ini menjadi kandidat solusi optimum dan nilai fungsi objektifnya menjadi batas bawah (dalam masalah maksimisasi) dan batas atas (dalam masalah minimisasi) nilai fungsi objektif optimum bagi masalah PLI pada saat itu. Bisa jadi subproblem ini menghasilkan solusi optimum untuk masalah PLI. 5

16 6 c. Nilai fungsi objektif optimum untuk subproblem tersebut tidak melebihi batas bawah saat itu (untuk masalah maksimisasi). Suatu subproblem dapat dieliminasi apabila subproblem tersebut takfisibel dan batas bawah kandidat solusi lebih kecil (untuk masalah maksimisasi) dari nilai fungsi objektif optimum untuk subproblem tersebut. Berikut ini adalah langkah-langkah penyelesaian suatu masalah maksimisasi dengan metode branch-and-bound : Langkah 0 Didefinisikan z sebagai batas bawah dari solusi PLI yang optimum. Pada awalnya tetapkan z = dan i = 0. Langkah 1 Subproblem PL (i) dipilih sebagai bagian masalah berikutnya untuk diteliti. Subproblem PL (i) diselesaikan dan diukur dengan kondisi yang sesuai. a) Jika PL (i) terukur, maka batas bawah z dapat diperbarui. Batas bawah z dapat diperbaharui jika solusi PLI yang lebih baik telah ditemukan. Jika tidak, maka bagian masalah (subproblem) baru i dipilih dan langkah 1 diulangi. Jika semua subproblem telah diteliti, maka proses dihentikan. b) Jika PL (i) tidak terukur, lanjutkan ke langkah 2 untuk melakukan pencabangan PL (i). Langkah 2 Pilih satu variabel x j yang nilai optimumnya, yaitu x j *, tidak memenuhi batasan integer dalam solusi PL (i). Singkirkan bidang [x j *] x j [x j *]+1 dengan membuat dua bagian masalah PL yang berkaitan menjadi dua batasan yang tidak dapat dipenuhi secara bersamaan yaitu: x j [x j *] dan x j [x j *]+1, dengan [x j *] didefinisikan sebagai integer terbesar yang kurang dari atau sama dengan x j *. Jika PL (i) masih tidak terukur, maka kembali ke Langkah 1. (Taha 1996) Untuk memudahkan pemahaman mengenai metode branch-and-bound diberikan contoh sebagai berikut: Contoh 1 Misalkan diberikan PLI sebagai berikut: Maksimumkan z = 5 x x 2 terhadap x 1 + x x x 2 x 1, x 2 0 dan integer (2.5) Solusi optimal relaksasi-pl dari masalah PLI (2.5) adalah x 1 =3.75, x 2 =1.25, dan z = Jadi batas atas nilai optimal fungsi objektif masalah PLI (2.5) adalah z= Daerah fisibel relaksasi-pl masalah (2.5) ditunjukkan pada Gambar 2 (daerah yang diarsir) sedangkan titik-titik merupakan solusi fisibel masalah PLI (2.5).

17 7 x 2 Daerah fisibel x 1 = 3.75 x 2 = 1.25 Gambar 2 Daerah fisibel PLI (2.5) x 1 Langkah berikutnya adalah memartisi daerah fisibel relaksasi-pl menjadi dua bagian berdasarkan variabel yang bernilai pecahan (non-integer). Karena x 1 = 3.75 dan x 2 =1.25 variabel bernilai pecahan maka dipilih salah satu variabel, misalkan x 1, sebagai dasar pencabangan. Jika masalah relaksasi-pl dari PLI (2.5) diberi nama Subproblem 1 dan Subproblem 1 dicabangkan atas x 1, maka pencabangan tersebut menghasilkan 2 subproblem, yaitu: Subproblem 2: Subproblem 1 ditambah kala x 1 4 Subproblem 3: Subproblem 1 ditambah kala x 1 3. Daerah fisibel untuk kedua subproblem di atas diilustrasikan secara grafis pada Gambar 3. x 2 Subproblem 3 Subproblem 2 Gambar 3 Daerah fisibel untuk Subproblem 2 (x 1 4) dan Subproblem 3 (x 1 3) Setiap titik (solusi) fisibel dari PLI (2.5) termuat dalam daerah fisibel Subproblem 2 atau Subproblem 3. Setiap subproblem ini saling lepas. Sekarang dipilih subproblem yang belum diselesaikan, misalkan dipilih Subproblem 2. Solusi optimal untuk Subproblem 2 ini adalah x 1 = 4, x 2 = dan z = Karena solusi optimal yang dihasilkan Subproblem 2 bukan solusi integer, maka Subproblem 2 dicabangkan atas x 2 sehingga diperoleh dua subproblem lagi, yakni: Subproblem 4: Subproblem 3 ditambah kala x 2 1; x 1

18 8 Subproblem 5: Subproblem 3 ditambah kala x 2 0. Saat ini subproblem yang belum diselesaikan adalah Subproblem 3, 4 dan 5. Salah satu subproblem dipilih, misalnya dengan aturan LIFO (last in first out). Dengan aturan ini berarti dipilih Subproblem 4 atau Subproblem 5. Subproblem 4 takfisibel maka subproblem ini tidak dapat menghasilkan solusi optimal, yang tersisa adalah Subproblem 3 dan Subproblem 5. Karena aturan LIFO, dipilih Subproblem 5, yang kemudian menghasilkan solusi optimal x 1 =4.5, x 2 =0 dan z=22.5. Karena x 1 =4.5 bukan integer, maka dilakukan kembali pencabangan atas x 1, sehingga diperoleh: Subproblem 6: Subproblem 5 ditambah kala x 1 5 ; Subproblem 7: Subproblem 5 ditambah kala x 1 4. Misalkan dipilih Subproblem 6. Ternyata Subproblem 6 ini juga takfisibel, sehingga tidak dapat menghasilkan solusi optimal. Dengan demikian subproblemsubproblem yang belum diselesaikan adalah Subproblem 3 dan Subproblem 7. Karena aturan LIFO, dipilih Subproblem 7. Subproblem ini kemudian menghasilkan solusi opimal x 1 =4, x 2 = 0, dan z= 20. Dapat dilihat bahwa solusi optimal subproblem ini semuanya berupa integer, sehingga merupakan kandidat solusi untuk PLI (2.5). Nilai z pada kandidat solusi ini merupakan batas bawah bagi nilai optimal PLI. Penyelesaian Subproblem 3 menghasilkan solusi optimal x 1 = 3, x 2 = 2 dan z= 23. Batas bawah yang ditetapkan dari solusi optimal Subproblem 7 tidak lebih baik dari nilai solusi optimal yang dihasilkan Subproblem 3. Dengan demikian, nilai solusi optimal Subproblem 3, yakni z = 23 menjadi batas bawah yang baru. Semua solusi optimal telah berupa integer dan tidak perlu dilakukan pencabangan kembali, sehingga solusi optimal dari Subproblem 3 merupakan solusi optimal PLI (2.5), yakni x 1 = 3, x 2 = 2 dan z= 23. Pohon pencabangan yang menunjukkan proses penyelesaian masalah PLI (2.5) secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 4. (Setianto, 2011)

19 9 x 1 =3, x 2 =2, dan z=23 Kandidat Solusi (Solusi Optimal) Gambar 4 Seluruh pencabangan pada metode branch and bound untuk menentukan solusi PLI (2.5) DESKRIPSI DAN PEMODELAN MASALAH Deskripsi Masalah Untuk meskripsikan masalah Sudoku, hal utama yang harus diketahui adalah pada kotak berjumlah n 2 n 2 dan akan digunakan kasus Sudoku umum dengan n = 3 sehingga setiap kolom, baris, maupun submatriks berukuran 3 3 hanya boleh terisi dengan bilangan 1 sampai 9 yang banyaknya masing-masing satu. Soal Sudoku memiliki variasi yang beragam dan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Pemodelan Masalah Secara matematis, memodelkan Sudoku menggunakan sebuah program linear. Lebih khusus lagi akan dirumuskan oleh formula Binary Integer Linear Programming (BLIP) untuk ukuran puzzle n 2 n 2. Variabel-variabel yang digunakan dalam model untuk penyelesaian puzzle Sudoku: i = indeks baris pada puzzle Sudoku, j = indeks kolom pada puzzle Sudoku, k {1,2,3,4,5,6,7,8,9),

20 10 G = nilai Given. x Untuk memulai, kita definisikan dengan variabel keputusan: 1, jika elemen (, ) pada matriks Sudoku berukuran { 0, Selainnya i j n n mengandung integer k Fungsi objektif dan kala pada Sudoku 9 9 (n 2 n 2, n = 3) yang memiliki mini grid 3 3 (n n, n = 3). Min 0 T x Kala: Kala pertama Pada kolom Sudoku hanya boleh terisi dengan bilangan 1 sampai 9 tanpa ada pengulangan. 9 x 1, j 1:9, k 1:9...(3.1) i1 Kala kedua Pada baris Sudoku hanya boleh terisi dengan bilangan 1 sampai 9 tanpa ada pengulangan. n j1 x 1, i 1:9, k 1:9...(3.2) Kala ketiga Pada mini grid Sudoku hanya boleh terisi dengan bilangan 1 sampai 9 tanpa ada pengulangan. 3q 3p j3q31 i3 p31 x 1, k 1: 9, p 1: 3, q 1: 3...(3.3) Kala keempat Setiap elemen pada Sudoku harus terisi 9 x 1, i 1: 9, j 1: 9 (setiap matriks terisi) k1 Kala kelima Menentukan nilai Given pada Sudoku x 1 ( i, j, k) G (Bartlett, 2008)

21 11 Dari persamaan (3.1) dapat dijabarkan sebagai berikut: x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x Bentuk umum untuk persamaan (3.1) yaitu: n i1 x 1, j 1: n, k 1: n (hanya satu k di setiap kolom) Dari persamaan (3.2) sebagai berikut: x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x Bentuk umum dari persamaan (3.2) yaitu: n j1 x 1, i 1: n, k 1: n (hanya satu k di setiap baris) Dari persamaan (3.3) dapat dijabarkan sebagai berikut:

22 12 x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x441 x541 x6 41 x 451 x 551 x 651 x 461 x 561 x 661 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x771 x871 x971 x781 x881 x981 x791 x891 x x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x549 x649 x459 x559 x659 x469 x569 x669 x 1, x749 x849 x949 x759 x859 x959 x769 x869 x969 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x 1, x x x x x x x x x Persamaan di atas di sederhanakan menjadi: 3 x x x 1; k 1: 9, i1 6 i4 9 i7 3 i1 6 i4 9 i7 3 i1 i1k i2k i3k x x x 1; k 1: 9, i1k i2k i3k x x x 1; k 1: 9, i1k i2k i3k x x x 1; k 1: 9, i4k i5k i6k x x x 1; k 1: 9, i4k i5k i6k x x x 1; k 1: 9, i4k i5k i6k x x x 1; k 1: 9, i7k i8k i9k

23 13 6 i4 9 i7 x x x 1; k 1: 9, i7k i8k i9k x x x 1; k 1: 9. i7k i8k i9k Persamaan (3.3) memiliki bentuk umum yaitu: mq mp jmqm1i mpm1 x 1, k 1: n, p 1: m, q 1: m (hanya satu k di setiap sub matriks) PEMBAHASAN Contoh Kasus Pada bagian ini akan diberikan contoh kasus dalam penyelesaian Sudoku dengan ukuran 4 4 (n 2 n 2, n = 2) dan memiliki mini grid 2 2 (n n, n = 2). Misalkan elemen dari baris ke-i dan kolom ke-j adalah xi, jmaka Sudoku secara umum adalah Penyelesaian Sudoku tersebut menggunakan metode branch and bound memerlukan kala-kala sebagai berikut: 4 x 1, j 1: 4, k 1: 4...(4.1) i1 4 j1 x 1, i 1: 4, k 1: 4...(4.2) mq mp jmqm1i mpm1 Sehingga : 2 2 j1 i1 2 4 j1 i3 4 2 j3 i1 Gambar 5 Bentuk umum Sudoku ukuran 4 4 x 1, k 1: 4, p 1: 2, q 1: 2 x x x 1, k 1: 4...(4.3) 1, k 1: 4...(4.4) 1, k 1: 4...(4.5)

24 14 4 k1 4 4 j3 i3 x 1, k 1: 4...(4.6) x 1, i 1: 4, j 1: 4...(4.7) x 1 ( i, j, k) G Dari persamaan (4.1) diperoleh: x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x141 x241 x341 x441 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x142 x242 x342 x442 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x143 x243 x343 x443 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Dari persamaan (4.2) diperoleh : x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x411 x421 x431 x441 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x412 x422 x432 x442 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1,

25 15 x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Dari persamaan (4.3) diperoleh: x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Dari persamaan (4.4) diperoleh: x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Dari persamaan (4.5) diperoleh: x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Dari persamaan (4.6) diperoleh: x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Dari persamaan (4.7) diperoleh: x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x411 x412 x413 x414 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1,

26 16 x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x431 x432 x433 x434 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x 1, x x x x Misalkan diberikan soal Sudoku 4 4: Dari konfigurasi soal puzzle diatas jika dimasukan ke dalam kala adalah sebagai berikut: Dari persamaan (4.1) x x x x x x x x x x x x x141 x241 x341 x x x x x x x x x x x x x x142 x242 x342 x x x x x x x x x x x x x x143 x243 x343 x x x x x x x x x x x x x x x x x Gambar 6 Contoh soal Sudoku 4 4

27 17 Dari persamaan (4.2) x x x x x x x x x x x x x411 x421 x431 x x x x x x x x x x x x x x412 x422 x432 x x x x x x x x x x x x x x413 x423 x433 x x x x x x x x x x x x x x x x x Dari persamaan (4.3) x x x x x x x x x x x x x x x x Dari persamaan (4.4) x x x x x x x x x x x x x x x x Dari persamaan (4.5) x x x x x x x x x x x x x x x x

28 18 Dari persamaan (4.6) x x x x x x x x x x x x x x x x Dari persamaan (4.7) diperoleh: x x x x x x x x x x x x x411 x412 x413 x x x x x x x x x x x x x x421 x422 x423 x x x x x x x x x x x x x x431 x432 x433 x x x x x x x x x x x x x x x x x Dari konfigurasi puzzle yang diberikan sudah dapat diketahui given yang diberikan yaitu: x 1; x 1; x 1; x 1; x 1; x 1; x Kala di atas memiliki 64 persamaan dan 64 variabel, dan persamaan yang sudah memenuhi kondisi yaitu sebanyak 28 persamaan. Jadi membutuhkan banyak iterasi pada persamaan di atas untuk memperoleh solusi dari puzzle yang diberikan. Oleh karena itu, berdasarkan konsep yang sama, digunakan langkahlangkah yang dapat merealisasikan formulasi tersebut. Langkah pertama Menentukan kemungkinan nilai k pada setiap elemen, dengan menambahkan nilai k pada elemen yang kosong, dan menambahkan angka 0 untuk selain nilai k. Nilai k pada soal merupakan bilangan given (G)

29 19 Untuk k bernilai given : x231 1 Untuk k bernilai given : x122 1 Untuk k bernilai given : x 1; x 1; x Untuk k bernilai given : x 1; x Langkah kedua Menentukan kemungkinan pada nilai k berdasarkan konsep hanya boleh ada 1 bilangan angka pada baris, kolom, dan mini grid dengan langkah: jadikan bilangan given sebagai poros; cek baris, kolom, dan mini grid, jika ada yang bernilai k maka ganti dengan angka 0 Kemungkinan k bernilai 1, dengan given x 23 sebagai poros

30 20 Kemungkinan k bernilai 2, dengan given x 12 sebagai poros Kemungkinan k bernilai 3, dengan given: x21; x42; x 34 sebagai poros Kemungkinan k bernilai 4, dengan given: x41; x 33 sebagai poros Langkah ketiga Setelah mencari kemungkinan nilai k, barulah memasukan kala pada semua kemungkinan nilai k. Kala: 4 x 1, j 1: 4, k 1: 4, i1 4 j1 x 1, i 1: 4, k 1: 4, 2 2 j1 i1 2 4 j1 i3 4 2 j3 i1 4 4 j3 i3 x x x x 1, k 1: 4, 1, k 1: 4, 1, k 1: 4, 1, k 1: 4. Kemungkinan k bernilai 1 4 x 1, j 1: 4, k 1 i1 ij1

31 21 x x x x x x x x x x x x x x x x j1 x 1, i 1: 4, k 1 ij1 x x x x x x x x x x x x x x x x j1 i1 x ij1 1, k 1 x111 x211 x121 x j1 i3 x ij1 1, k 1 x311 x411 x321 x j3 i1 x ij1 1, k 1 x131 x231 x141 x j3 i3 x ij1 1, k 1 x331 x431 x341 x Pada iterasi di atas dengan k = 1 diperoleh nilai x x 1; x 1( given); x 1; x yang memenuhi kondisi yaitu: dan selanjutnya iterasi dilanjutkan hingga k = 4, sehingga diperoleh nilai x, yaitu: x 1; x 1( given); x 1; x x 1( given); x 1( given); x 1; x 1( given) x 1( given); x 1; x 1( given); x

32 22 Semua solusi dari iterasi persamaan di atas dimasukan ke dalam Sudoku, ditampilkan pada gambar di bawah ini. Mencari Solusi Puzzle Sudoku Tradisional pada Matriks 9 9 Untuk menyelesaikan Sudoku yang berukuran 9 9 dengan aturan tradisional, kita bisa menggunakan dengan kala yang serupa, dengan nilai n=9, dan m=3, sehingga memiliki kala: n i1 x 1, j 1: n, k 1: n (hanya satu k di setiap kolom, dengan nilai n = 9) 9 i1 9 i2 x 1, j 1: 9, k 1: 9, x 1, j 1: 9, k 1: 9, Gambar 7 Solusi Sudoku 4 4 n j1 9 i9 x 1, j 1: 9, k 1: 9. x 1, i 1: n, k 1: n (hanya satu k di setiap baris dengan nilai n=9) 9 j1 9 j2 x 1, i 1: 9, k 1: 9, x 1, i 1: 9, k 1: 9, mq 9 j9 x 1, i 1: 9, k 1: 9. mp jmqm1i mpm1 x 1, k 1:9, p 1:3, q 1:3

33 23 9 k1 3 3 j1 i1 6 3 j4 i1 9 3 j7 i1 3 6 j1 i4 6 6 j4 i4 9 6 j7 i4 3 9 j1 i7 6 9 j4 i7 9 9 j7 i7 x x x x x x x x x 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9, 1, k 1: 9. x 1, i 1:9, j 1:9 x 1 ( i, j, k) G Bentuk matriks Sudoku ukuran 9 9 secara umum adalah: Gambar 8 Bentuk umum Sudoku ukuran 9 9

34 24 Untuk memperoleh solusi dari Sudoku berukuran 9 9 menggunakan software MATLAB , dengan membuat algoritma berbentuk script m-file dengan nama sudoku.m (lampiran 1). Contoh soal Sudoku 9 9: Gambar 9 Contoh soal Sudoku tradisional 9 9 Dan diubah ke dalam bentuk matriks, dengan nama matriks M: M Dan file dari sudoku.m dieksekusi akan memberikan solusi seperti di bawah ini sol _ M

35 Maka diperoleh Sudoku setiap elemen pada kolom, baris dan sub-matriks terisi oleh angka 1 sampai 9 tanpa ada pengulangan. Gambar di bawah ini merupakan solusi dalam bentuk tabel Gambar 10 Solusi Sudoku tradisional ukuran 9 9 Pada script m-file sudoku.m dapat mengeksekusi soal Sudoku tradisional yang memiliki banyak solusi (terhingga). Output yang diberikan dari m-file ini adalah seluruh solusi. Di bawah ini akan diberikan contoh soal Sudoku yang memiliki banyak solusi yang terhingga. Soal Sudoku di atas setelah dieksekusi memberikan output (solusi) sebanyak 16 matriks solusi (lampiran 4) Mencari Solusi Puzzle Sudoku X (Sudoku Diagonal) pada Matriks 9 9 Pada bagian pembahasan ini, diperlukan kala tambahan untuk mencari solusi sudoku X, kalanya yaitu: 9 xrrk 1, k 1:9 (diagonal pertama tiap elemennya harus terisi angka 1-9) r Gambar 11 Contoh soal puzzle Sudoku yang memiliki banyak solusi (terhingga) x111 x221 x331 x441 x551 x661 x771 x881 x991 1

36 26 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x xr (10 r) k 1, k 1:9 (diagonal kedua tiap elemennya harus terisi angka 1-9) r1 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x Dengan menambahkan kala, jadi diperlukan perubahan pada script Sudoku untuk mencari solusi sudoku X. Script m-file Sudoku yang baru diberi nama sudokux.m (Lampiran 2) untuk mencari solusi Sudoku diagonal. Contoh Gambar 12 Contoh soal Sudoku X ukuran 9 9 permasalahan untuk Sudoku diagonal:

37 27 Bentuk matriks dengan nama matriks M: M Jika sudokux.m dieksekusi akan memberikan solusi (lampiran 4), diperoleh solusi Sudoku X dalam bentuk matriks: sol _ M Maka solusi dalam bentuk tabel adalah: Gambar 13 Solusi Sudoku X ukuran 9 9

38 28 Hubungan Antar Ukuran Sudoku, Banyaknya Unsur Awal, dan Konfigurasi Sudoku Tradisional. Tabel di bawah ini diberikan gambaran hubungan antar ukuran Sudoku, unsur awal, dan konfigurasi pada Sudoku tradisional. Ukuran Sudoku yang digunakan yaitu: 4 4 (n 2 n 2, n = 2) dan 9 9 (n 2 n 2, n = 3), dengan unsur awal yang diberikan beragam : Ukuran Sudoku Unsur Awal Konfigurasi *) #Solusi yg diberikan I II III IV V VI VII I II III IV I II I II *) Lihat lampiran 12 Tabel 1 Hubungan antar ukuran, unsur, dan konfigurasi Sudoku tradisional Pada ukuran Sudoku 4 4 dengan pemberian 1 given, 2 given dan 3 given diketahui memiliki beragam solusi, kecuali pemberian 1 given memilik jumlah solusi yang sama (berlaku pada semua konfigurasi Sudoku ukuran 4 4). Dengan pemberian 2 given, pada tabel di atas diketahui ada yang memiliki solusi 24, 18,

39 36, 12 dengan konfigurasi yang berbeda-beda. Konfigurasi I, II, dan III memiliki variasi solusi yang seragam yaitu sebanyak 24 solusi. Konfigurasi I menempatkan given pada x 1,1 dan x 2,2 dengan x1,1 x2,2,konfigurasi II menempatkan given pada x1,2 dan x 1,3 dengan x1,2 x1,3, dan konfigurasi III menempatkan given pada x 2,2 dan x 2,3 dengan x2,2 x2,3. Sedangkan konfigurasi IV, V dan VI memberikan banyak solusi yang beragam, yaitu: 18, 36, dan 12 (lampiran 12). Untuk konfigurasi IV dan VI menghasilkan solusi yang seragam yaitu 18 solusi, sedangkan untuk konfigurasi V memberikan solusi 36 dan 12 (lampiran 12). Jadi dari beberapa bentuk konfigurasi dengan pemberian 2 given tidak memberikan jumlah solusi yang sama, begitu juga dengan pemberian 3 given pada Sudoku ukuran 4 4 memberikan beragam solusi. Hal ini juga terjadi pada Sudoku ukuran 9 9 memberikan beragam solusi untuk given yang sama (lampiran 12). SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan Dalam penulisan karya ilmiah ini telah diperlihatkan pencarian solusi Sudoku dari soal puzzle yang ditentukan, dengan menggunakan metode branch and bound yang diimplementasikan pada script m-file. Pencarian solusi Sudoku diperluas tidak hanya untuk mencari solusi Sudoku tradisional, tetapi dengan penambahan beberapa kala dan perubahan pada script m-file sehingga bisa menemukan solusi untuk Sudoku diagonal atau dikenal dengan nama Sudoku X. Script m-file pada penulisan karya ilmiah ini telah berhasil memperoleh solusi Sudoku dengan menggunakan metode branch and bound. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan juga bahwa hubungan antar ukuran Sudoku, unsur awal, dan konfigurasi Sudoku tradisional belum dapat menentukan pola keteraturan banyaknya solusi untuk Sudoku ukuran 9 9, namun untuk konfigurasi tertentu dapat ditentukan pola keteraturan menentukan banyaknya solusi yang muncul (Sudoku dengan ukuran 4 4). Saran Pada karya ilmiah ini pencarian solusi Sudoku hanya sampai solusi untuk Sudoku tradisional dan Sudoku X (diagonal). Saran untuk penulisan selanjutnya yaitu mencari solusi beberapa varian Sudoku yang baru. Dalam tulisan ini untuk mecari soal Sudoku masih menggunakan nilai given yang sudah tersedia, mungkin untuk penulisan selanjutnya bisa membuat soal-soal Sudoku yang memiliki hanya 1 (satu) solusi.

40 30 DAFTAR PUSTAKA Bartlett AC, Chartier TP, Langville AN, Rankin TD An Integer Programming Model for the Sudoku Problem. College of Charleston and Davidson College, (US). [Jurnal] Garfinkel RS & GL Nemhauser Integer Programming, New York.(US): John Willey & Sons. Leon SJ Aljabar Linear dan Aplikasinya. Alit Bondan: Penerjemah, Jakarta. (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Linear Algebra With Applications. Setianto D Penjadwalan Kereta Api Menggunakan Pemrograman Linear Integer [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Taha HA Pengantar Riset Operasi. Drs. Daniel Wirajaya: Penerjemah, Jakarta. (ID): Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Operations Research. Winston WL Operations Research; Applications and Algorithms 4th ed. Duxbury, New York (US).

41 31 Lampiran 1 Script m-file sudoku.m untuk mencari solusi Sudoku tradisional. %created by: Michael Kleder, December 2006 %Script M-File MATLAB function A=sudoku(M) if ndims(m)~=2 error('matriks harus 2 dimensi.') if any((size(m)-[9 9])~=0) error('matriks yang dibuat harus memiliki 9 kolom dan 9 baris.') if any(any(m~=floor(m))) any(abs(m(:)-4.5)>4.5) error(soal dan solusi merupakan bilangan bulat 1 sampai 9.') A=0*M; [M,imp,A]=recurse(M,A); if imp error('tidak ada solusi.') A=A(:,:,2:); return function [M,imp,A]=recurse(M,A) [M,imp]=deduce(M); if imp return z=find(~m(:)); if isempty(z) A(:,:,+1)=M; return impall=zeros(1,9); for v=1:9 Q=M; Q(z(1))=v; [Q,impall(v),A]=recurse(Q,A); imp=all(impall); M=Q; return function [M,imp]=deduce(M) imp=0; Mprev = 10*M; while any(m(:)-mprev(:)) Mprev=M; N=ones(9,9,9); [i,j]=find(m); for n=1:length(i) N(i(n),j(n),:)=0; N(i(n),j(n),M(i(n),j(n)))=1;

42 32 if any(any(sum(n,3)<1)) imp=1; return [i,j]=find(sum(n,3)<2); for n=1:length(i) if any(any(sum(n,3)<1)) imp=1; return v = find(n(i(n),j(n),:)); M(i(n),j(n)) = v; N(:,j(n),v)=0; N(i(n),:,v)=0; br = floor((i(n)-.5)/3)*3+1; bc = floor((j(n)-.5)/3)*3+1; N(br:br+2,bc:bc+2,v)=0; N(i(n),j(n),v)=1; for i=1:9 for j=1:9 k=find(n(i,j,:)); if length(k)==1 M(i,j)=k; for i=1:9 for k=1:9 j=find(n(i,:,k)); if length(j)==1 M(i,j)=k; for j=1:9 for k=1:9 i=find(n(:,j,k)); if length(i)==1 M(i,j)=k; for i=[1 4 7] for j=[1 4 7] for k=1:9 Q=N(i:i+2,j:j+2,k); [pr,pc]=find(q); if length(pr)==1 M(i+pr-1,j+pc-1)=k; return

43 Lampiran 2 Script m-file sudokux.m untuk mencari solusi Sudoku X (Sudoku diagonal) %Script M-File MATLAB function [A,B]=sudokuX(M) if ndims(m)~=2 error('matriks harus 2 dimensi.') if any((size(m)-[9 9])~=0) error('matriks yang dibuat harus memiliki 9 kolom dan 9 baris.') if any(any(m~=floor(m))) any(abs(m(:)-4.5)>4.5) error('soal dan solusi merupakan bilangan bulat 1 sampai 9.') A=0*M; [M,imp,A]=recurse(M,A); if imp error('tidak ada solusi.') A=A(:,:,2:); C=numel(A)/81; for sol = 1:C seq=[ ]; seqver=zeros(1,9); seqhor=zeros(1,9); for i =1:9 seqver(i)=a(i,i,sol); for j =1:9 seqhor(j)=a(j,10-j,sol); if ((sum(abs(seq-sort(seqver)))==0) && (sum(abs(seqsort(seqhor)))==0)) B=A(:,:,sol); return B='Tidak ada solusi untuk sudoku X.'; return function [M,imp,A]=recurse(M,A) [M,imp]=deduce(M); if imp return z=find(~m(:)); if isempty(z) A(:,:,+1)=M; return 33

44 34 impall=zeros(1,9); for v=1:9 Q=M; Q(z(1))=v; [Q,impall(v),A]=recurse(Q,A); imp=all(impall); M=Q; return function [M,imp]=deduce(M) imp=0; Mprev = 10*M; while any(m(:)-mprev(:)) Mprev=M; N=ones(9,9,9); [i,j]=find(m); for n=1:length(i) N(i(n),j(n),:)=0; N(i(n),j(n),M(i(n),j(n)))=1; if any(any(sum(n,3)<1)) imp=1; return [i,j]=find(sum(n,3)<2); for n=1:length(i) if any(any(sum(n,3)<1)) imp=1; return v = find(n(i(n),j(n),:)); M(i(n),j(n)) = v; N(:,j(n),v)=0; N(i(n),:,v)=0; br = floor((i(n)-.5)/3)*3+1; bc = floor((j(n)-.5)/3)*3+1; N(br:br+2,bc:bc+2,v)=0; N(i(n),j(n),v)=1; for i=1:9 for j=1:9 k=find(n(i,j,:)); if length(k)==1 M(i,j)=k; for i=1:9 for k=1:9 j=find(n(i,:,k)); if length(j)==1 M(i,j)=k;

45 for j=1:9 for k=1:9 i=find(n(:,j,k)); if length(i)==1 M(i,j)=k; for i=[1 4 7] for j=[1 4 7] for k=1:9 Q=N(i:i+2,j:j+2,k); [pr,pc]=find(q); if length(pr)==1 M(i+pr-1,j+pc-1)=k; return 35

46 36 Lampiran 3 Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku ukuran 9 9 dengan script m-file >> M = [ ; ; ; ; ; ; ; ; ]; >> sudoku(m) ans =

47 Lampiran 4 Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku ukuran 9 9 yang memiliki banyak solusi (terhingga) dengan menggunakan script m-file 37 >> M=[ ; ; ; ; ; ; ; ; ]; >> sudoku(m) ans(:,:,1) = ans(:,:,2) = ans(:,:,3) =

48 38 ans(:,:,4) = ans(:,:,5) = ans(:,:,6) = ans(:,:,7) =

49 39 ans(:,:,8) = ans(:,:,9) = ans(:,:,10) = ans(:,:,11) =

50 40 ans(:,:,12) = ans(:,:,13) = ans(:,:,14) = ans(:,:,15) =

51 41 ans(:,:,16) =

52 42 Lampiran 5 Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku X ukuran 9 9 dengan menggunakan script m-file >> M = [ ; ; ; ; ; ; ; ; ]; >> [A,B]=sudokuX(M) A = B = Matriks B merupakan solusi untuk Sudoku X

53 Lampiran 6 Contoh mencari solusi untuk soal Sudoku X ukuran 9 9 yang memiliki banyak solusi (terhingga) dengan menggunakan script m-file 43 >> M=[ ; ; ; ; ; ; ; ; ]; >> [A,B]=sudokuX(M) A(:,:,1) = A(:,:,2) = B = Matriks B merupakan solusi untuk Sudoku X

54 44 Lampiran 7 Hubungan antar ukuran Sudoku, banyaknya unsur awal, dan konfigurasi Sudoku tradisional Sudoku 4 4 dengan unsur awal (given) 2 Konfigurasi I Konfigurasi II Dimana dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 24 solusi Konfigurasi III Dimana dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 24 solusi Konfigurasi IV Dimana dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 24 solusi dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 18 solusi

55 45 Konfigurasi V Konfigurasi VI dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan beragam solusi, yaitu 36 dan 12 solusi dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 18 solusi Konfigurasi VII dan Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 18 solusi

56 46 Sudoku 4 4 dengan unsur awal (given) 3 Konfigurasi I Konfigurasi II dan Dimana ; ; Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 12 solusi dan Dimana ; ; Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 6 solusi Konfigurasi III Konfigurasi IV dan Dimana ; ; Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan 6 solusi dan Dimana ; ; Dengan konfigurasi tersebut menghasilkan solusi yang beragam, yaitu: 6, 12, dan 3 solusi

57 47 Sudoku 9 9 dengan unsur awal (given) 45 Konfigurasi I Menghasilkan sebanyak 3448 solusi Menghasilkan sebanyak 2861 solusi Konfigurasi II Menghasilkan sebanyak 1356 solusi Menghasilkan sebanyak 1608 solusi

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 0 I PEDAHULUA. Latar Belakang Peternakan didefinisikan sebagai suatu usaha untuk membudidayakan hewan ternak. Jika dilihat dari enis hewan yang diternakkan, terdapat berbagai enis peternakan, salah satunya

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007)

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007) 2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI

PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik, karena air bersifat terbarukan dan dinamis. Ini artinya sumber utama air yang berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK DWI SETIANTO.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa isu yang merebak akhir-akhir ini menunukkan bahwa pertumbuhan umlah penduduk di dunia yang saat ini mencapai sekitar 6.8 milyar berdampak pada aktivitasaktivitas

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 13 21. APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH ERLINA, ELLY ROSMAINI, HENRY RANI SITEPU Abstrak. Kebutuhan akan rumah merupakan salah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND Siti Rahmatullah, Mamika Ujianita Romdhini, Marwan, Lailia Awalushaumi (Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer Program Integer merupakan pengembangan dari Program Linear dimana beberapa atau semua variabel keputusannya harus berupa integer. Jika hanya sebagian variabel

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Salah satu puzzle game yang populer adalah

Lebih terperinci

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER 1 PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER FENNY RISNITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND βeta p-issn: 2085-5893 / e-issn: 2541-0458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 5 No. 2 (Nopember) 2012, Hal. 99-107 βeta 2012 PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

Integer Programming (Pemrograman Bulat)

Integer Programming (Pemrograman Bulat) Integer Programming (Pemrograman Bulat) Pemrograman bulat dibutuhkan ketika keputusan harus dilakukan dalam bentuk bilangan bulat (bukan pecahan yang sering terjadi bila kita gunakan metode simpleks).

Lebih terperinci

@UKDW. Lampiran B - 1 BAB 1 PENDAHULUAN

@UKDW. Lampiran B - 1 BAB 1 PENDAHULUAN Lampiran B - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permainan adalah salah satu jenis hiburan. Selain itu, permainan juga dapat menjadi suatu hal yang menantang maupun untuk mengasah kemampuan otak pemain.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming 2.1.1 Model Linier Programming Pemrograman linier adalah sebuah model matematik untuk menjelaskan suatu persoalan optimasi. Istilah linier menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG Oleh : FEBIANA RESI SAPTA G540037 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 008

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perkembangan dalam bidang permainan. banyak permainan teka-teki yang menjadi populer di kalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah perkembangan dalam bidang permainan. banyak permainan teka-teki yang menjadi populer di kalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi terjadi dalam berbagai bidang[8]. Pada awalnya perkembangan teknologi digunakan untuk membantu mempermudah pekerjaan manusia. Namun,

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN

PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN Oleh : KABUL EKA PRIANA G54102023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK KABUL EKA PRIANA. Penentuan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PENYELESAIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer 2.1.1 Definisi Program Integer Program Integer adalah program linier (Linear Programming) di mana variabelvariabelnya bertipe integer(bulat). Program Integerdigunakan

Lebih terperinci

Algoritma Simpleks Dan Analisis Kepekaan

Algoritma Simpleks Dan Analisis Kepekaan Modul 1 Algoritma Simpleks Dan Analisis Kepekaan Prof. Bambang Soedijono P PENDAHULUAN ada Modul 1 ini dibahas metode penyelesaian suatu masalah program linear. Pada umumnya masalah program linear mengkaitkan

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR T-11 RIVELSON PURBA 1 1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE etong_extreme@yahoo.com ABSTRAK Purba, Rivelson. 01. Penerapan Logika

Lebih terperinci

PROGRAMA INTEGER 10/31/2012 1

PROGRAMA INTEGER 10/31/2012 1 PROGRAMA INTEGER 10/31/2012 1 Programa linier integer (integer linear programming/ilp) pada intinya berkaitan dengan program-program linier dimana beberapa atau semua variabel memiliki nilai-nilai integer

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. linear yang dinyatakan dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang memiliki

BAB III PEMBAHASAN. linear yang dinyatakan dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang memiliki BAB III PEMBAHASAN Masalah Fuzzy Linear Programming (FLP) merupakan masalah program linear yang dinyatakan dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang memiliki parameter fuzzy dan ketidaksamaan fuzzy

Lebih terperinci

MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG

MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 122 128 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MINIMISASI STASIUN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA PADANG FAISAL ASRA, SUSILA BAHRI, NOVA NOLIZA BAKAR Program

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

Pemrograman Linier (2)

Pemrograman Linier (2) Solusi model PL dengan metode simpleks Ahmad Sabri Universitas Gunadarma, Indonesia 2 Bentuk umum model PL Ingat kembali bentuk umum model PL maksimum Maks Z = c x + c 2 x 2 +... + c n x n Dengan kendala:

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm IMPLEMENTASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA 0-1 KNAPSACK PROBLEM UNTUK MENGOPTIMALKAN MUATAN BARANG Arum Pratiwi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN YANG DIPERUMUM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BRANCH-AND-BOUND YANG DIREVISI

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN YANG DIPERUMUM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BRANCH-AND-BOUND YANG DIREVISI PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN YANG DIPERUMUM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BRANCH-AND-BOUND YANG DIREVISI Siti Nur Aisyah 1), Khusnul Novianingsih 2), Entit Puspita 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 0 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obek Kaian.. Universitas Terbuka Universitas Terbuka (UT) yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 4 September 984 sebagai universitas negeri yang ke-45 dengan Keputusan

Lebih terperinci

SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA

SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA PENGERTIAN LINDO LINDO (Linear Interaktive Discrete Optimizer) merupakan software yang dapat digunakan untuk mencari penyelesaian dari masalah pemrograman linear. Prinsip

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL M Khahfi Zuhanda, Syawaluddin, Esther S M Nababan Abstrak. Beberapa tahun

Lebih terperinci

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp. 148-155 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI Gede Suryawan 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, Kartika Sari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMAINAN FLOW COLORS DENGAN MEMINIMUMKAN DEVIASI PANJANG TIAP JALUR IRFAN CHAHYADI

PENYELESAIAN PERMAINAN FLOW COLORS DENGAN MEMINIMUMKAN DEVIASI PANJANG TIAP JALUR IRFAN CHAHYADI PENYELESAIAN PERMAINAN FLOW COLORS DENGAN MEMINIMUMKAN DEVIASI PANJANG TIAP JALUR IRFAN CHAHYADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka 1988, algoritma diartikan sebagai urutan logis pengambilan putusan untuk pemecahan masalah. Menurut Munir R.

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

Penyelesaian Program Linier Menggunakan Algoritma Interior Point dan Metode Simpleks

Penyelesaian Program Linier Menggunakan Algoritma Interior Point dan Metode Simpleks Penyelesaian Program Linier Menggunakan Algoritma Interior Point dan Metode Simpleks Sri Basriati, Elfira Safitri 2,2) Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau ) sribasriati@hotmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi Produksi yang dalam bahasa inggris disebut production adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa Produk yang dihasilkan sebagai

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 17 5 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL PESTI NOVTARIA

Lebih terperinci

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS RISNAWATI IBNAS Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM risnawati988@gmail.com Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL)

ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL) ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL) Artificial Variable Algoritma Simpleks Metode M (Method of penalty) Metode dua fase Tabel Simpleks dalam bentuk matriks Artificial Variable (AV) Apabila terdapat satu

Lebih terperinci

Masalah Penugasan (Assignment Problem) Bentuk khusus metode transportasi

Masalah Penugasan (Assignment Problem) Bentuk khusus metode transportasi Masalah Penugasan (Assignment Problem) Bentuk khusus metode transportasi Introduction Kasus-kasus yang dapat diselesaikan dengan metode penugasan adalah : Penugasan beberapa karyawan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN INTEGER PROGRAMMING. Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang

APLIKASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN INTEGER PROGRAMMING. Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang 2010 Enty Nur Hayati 13 APLIKASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN INTEGER PROGRAMMING Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. IV, No. 1 Januari

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Runut-Balik (Backtracking) pada Permainan Nurikabe

Penerapan Algoritma Runut-Balik (Backtracking) pada Permainan Nurikabe Penerapan Runut-Balik (Backtracking) pada Permainan Nurikabe Putri Amanda Bahraini Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung e-mail: if14041@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application)

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Kuliah 6 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Teori dualitas 2 Metode simpleks dual TI2231 Penelitian Operasional I 2

Lebih terperinci

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU 060823001 PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BACKTRACKING ALGORITHM UNTUK PENYELESAIAN PERMAINAN SU DOKU POLA 9X9

IMPLEMENTASI BACKTRACKING ALGORITHM UNTUK PENYELESAIAN PERMAINAN SU DOKU POLA 9X9 Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 11 No. 1 Februari 2016 29 IMPLEMENTASI BACKTRACKING ALGORITHM UNTUK PENYELESAIAN PERMAINAN SU DOKU POLA 9X9 Febri Utama 1), Awang Harsa Kridalaksana 2), Indah Fitri Astuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan, seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan

Lebih terperinci

Penyelesaian Teka-Teki Matematika Persegi Ajaib Menggunakan Aljabar Lanjar

Penyelesaian Teka-Teki Matematika Persegi Ajaib Menggunakan Aljabar Lanjar Penyelesaian Teka-Teki Matematika Persegi Ajaib Menggunakan Aljabar Lanjar Gaudensius Dimas Prasetyo Suprapto / 13514059 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA RUNUT-BALIK (BACKTRACKING) DALAM PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU

PENERAPAN ALGORITMA RUNUT-BALIK (BACKTRACKING) DALAM PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU PENERAPAN ALGORITMA RUNUT-BALIK (BACKTRACKING) DALAM PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU Sibghatullah Mujaddid Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Metode Simpleks Minimum

Metode Simpleks Minimum Metode Simpleks Minimum Perhatian Untuk menyelesaikan Persoalan Program Linier dengan Metode Simpleks untuk fungsi tujuan memaksimumkan dan meminimumkan caranya BERBEDA. Perhatian Model matematika dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci