IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu."

Transkripsi

1 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar dari permintaan operasi dengan spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan pada hari l D w jkl o jk, j, () inap dengan spesialisasi pengobatan j pada operasi pasien rawat inap pada hari ke- u jk n jk, j, (6) jalan dengan spesialisasi pengobatan j pada operasi pasien rawat inap pada hari ke- v jk o jk, j, (7) Pendefinisian h sebagai jumlah jam ruang operasi biasa yang tidak dipakai selama satu minggu. h = j J k D b jk. () Pendefinisian p j dan q j yang masingmasing merupakan kelebihan dan kekurangan waktu penggunaan ruang operasi biasa yang ditawarkan. Diberikan jumlah total jam kosong penggunaan ruang operasi biasa dalam satu minggu kemudian membagi dengan proporsi penggunaan ruang operasi spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. b jk h k D n jk +o jk = p j q j, j. k D jεj kεd n jk +o jk (9) Operasi darurat dilaksanakan di ruang operasi darurat selama s jam kerja per hari. j J y jk s, (10) Banyaknya ruang operasi jenis i yang digunakan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari jumlah maksimum ruang operasi yang dialokasikan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke i I x ijk c jk, j, (11) Jumlah permintaan operasi darurat dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k yang dilaksanakan di ruang operasi darurat tidak melebihi dari seluruh permintaan operasi darurat pada hari tersebut. y jk e jk, j, (12) Kendala ketaknegatifan untuk semua variabel keputusan. x ijk, y jk, z jkl, w jkl, u jk, v jk, b jk, h, p j, q j 0, i, j, k, l. (13) Pendefinisian variabel x ijk sebagai suatu integer. x ijk integer, i, j, (14) IV STUDI KASUS 4.1 Deskripsi Masalah Untuk memahami permasalahan penjadwalan ruang operasi di rumah sakit menggunakan mixed integer programming, dalam karya ilmiah ini diberikan suatu contoh kasus. Misalkan suatu rumah sakit umum memiliki beberapa layanan spesialisasi pengobatan, yaitu bedah perkemihan (urologi), bedah tulang (ortopedi), bedah tulang, otak dan, luka bakar, bedah, tumor, dan kanker. Setiap spesialisasi pengobatan ditangani oleh beberapa ahli bedah (lihat Tabel 1). Tabel 1 Layanan spesialisasi pengobatan yang diberikan oleh rumah sakit No Banyaknya Spesialisasi ahli bedah ( j ) (orang) 1 Urologi 3 2 Ortopedi Otak dan 4 Luka bakar Tumor 3 Kanker 3 7

2 Untuk melaksanakan beberapa operasi, rumah sakit umum tersebut juga memiliki ruang operasi. Ruang operasi yang dimiliki oleh rumah sakit ini terdiri atas ruang operasi darurat dan ruang operasi biasa. Ruang operasi darurat hanya digunakan untuk melayani tindakan operasi bagi pasien darurat. Semua tindakan operasi pada spesialisasi pengobatan dapat dilaksanakan di ruang operasi darurat. Dalam studi kasus karya ilmiah ini, diasumsikan rumah sakit memiliki satu ruang operasi darurat. Ruang operasi biasa digunakan untuk melayani tindakan operasi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan. Ruang operasi biasa dibedakan jenisnya berdasarkan peralatan yang dimiliki dan lokasi ruang operasi tersebut. Dalam kasus ini, diasumsikan rumah sakit memiliki lima jenis ruang operasi biasa (lihat Tabel 2). Tabel 2 Data ruang operasi biasa Jenis Spesialisasi Jumlah Kode ( i ) ( j ) a i 1 Urologi 1 ND A 2 Ortopedi dan tulang 3 Otak dan 4 Luka bakar dan bedah Tumor dan kanker 2 ND B1 dan ND B2 1 ND C 2 ND D1 dan ND D2 2 ND E1 dan ND E2 Spesialisasi pengobatan luka bakar dan bedah memerlukan peralatan pengobatan yang hampir sama, sehingga digolongkan dalam satu jenis dan diasumsikan operasi dengan spesialisasi pengobatan tersebut dapat dilaksanakan di ruang operasi yang sama. Setiap ruang operasi digunakan melayani spesialisasi pengobatan sesuai jenis ruang operasi tersebut. Dalam kasus normal, rumah sakit diasumsikan hanya melayani permintaan operasi pada hari kerja saja. Selama satu minggu diasumsikan terdapat lima hari kerja, yaitu hari Senin sampai Jumat dengan banyaknya jam kerja adalah delapan jam setiap hari. Seorang ahli bedah dan staf ruang operasi akan bekerja selama delapan jam setiap hari. Data yang diperlukan dalam simulasi model penjadwalan pada karya ilmiah ini adalah data perkiraan permintaan operasi pasien rawat inap, rawat jalan, dan darurat selama satu minggu. Dalam studi kasus karya ilmiah ini, diasumsikan data yang digunakan adalah perkiraan permintaan operasi pada minggu pertama bulan Januari Pada dasarnya, data tersebut dapat diperoleh melalui peramalan dari data deret waktu permintaan operasi, sehingga dapat diketahui perkiraan permintaan operasi pada waktu yang akan datang. Pada karya ilmiah ini, data perkiraan permintaan operasi merupakan data hipotetik dan bukan data yang diperoleh melalui peramalan data deret waktu (lihat Lampiran 1). 4.2 Formulasi Masalah Dalam contoh kasus ini, variabel keputusan dideskripsikan untuk setiap spesialisasi pengobatan j = 1,2,3,,, jenis ruang operasi biasa i = 1,2,,, dan hari kerja k,l = 1,2,. Parameter-parameter yang digunakan dalam contoh kasus ini adalah a i (lihat Tabel 2), n jk (lihat Lampiran 1), o jk (lihat Lampiran 1), e jk (lihat Lampiran 1), s =, dan c jk (lihat Lampiran 2). Fungsi objektif masalah ini adalah sebagai berikut: min z = dengan i=1 z i z 1 = ρ kl z jkl ; k=1 l=1 j =1, k=1 l=1 j =1, z 2 = λ kl w jkl j =1 k=1 z 3 = θ IPT u jk, z 4 = θ OPT z = β j =1 q j. j =1 k=1 v jk, Nilai biaya penalti ρ kl dan λ kl sesuai dengan asumsi pemodelan yang sudah dibahas pada Bab 3. Biaya penalti yang disebabkan oleh operasi yang dibatalkan harus diberikan lebih besar dari biaya penalti yang lain. Pada kasus ini biaya penalti operasi pasien rawat inap yang dibatalkan sama dengan biaya penalti operasi pasien rawat jalan yaitu θ IPT = θ OPT = 14. Nilai parameter biaya penalti yang disebabkan oleh adanya kekurangan jam penggunaan ruang operasi ialah β = 1 (Zhang et al. 2009).

3 9 Kendala yang digunakan sebagai berikut: Jumlah penggunaan ruang operasi jenis i untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih besar dari banyaknya ruang operasi jenis i. j =1 x ijk a i, i, k dengan i = 1,2,3,4, dan k= 1,2,3,4,. (1) Pelaksanaan operasi di ruang operasi biasa yang digunakan untuk melayani spesialisasi pengobatan j setiap hari ke-k tidak melebihi kapasitas waktu yang ditawarkan ruang operasi tersebut. i=1 x ijk e jk y jk + i=1 z jlk + w jlk, j, k dengan j = 1,2,3,.., dan k = 1,2,3,4,. (2) Pelaksanaan operasi nondarurat pada spesialisasi pengobatan j hari ke-k harus dilaksanakan pada hari tersebut atau ditunda pada hari kerja yang tidak lebih dari tujuh hari atau jika penundaan lebih dari tujuh hari maka operasi tersebut dibatalkan. i=1 x ijk e jk y jk + l=1 z jlk + w jlk b jk + l=1 z jkl + w jkl + u jk + v jk = n jk + o jk, j, k dengan j = 1,2,3,.., dan k = 1,2,3,4,. (3) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat inap yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar dari permintaan operasi dengan spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l=1 z jkl n jk, j, k dengan j = 1,2,3,.., dan k = 1,2,3,4,. (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar dari permintaan operasi dengan spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan pada hari l=1 w jkl o jk, j, k dengan j = 1,2,3,.., dan k = 1,2,3,4,. () inap dengan spesialisasi pengobatan j pada operasi pasien rawat inap pada hari ke- u jk o jk, j, k dengan j = 1,2,3,.., dan k = 1,2,3,4,. (6) jalan dengan spesialisasi pengobatan j pada operasi pasien rawat jalan pada hari ke- v jk o jk, j, k dengan j = 1,2,3,.., dan k = 1,2,3,4,. (7) Variabel h didefinisikan sebagai jumlah jam ruang operasi biasa yang tidak dipakai selama satu minggu. h = j =1 k=1 b jk. () Pendefinisian p j dan q j yang masingmasing merupakan kelebihan dan kekurangan waktu penggunaan ruang operasi biasa yang ditawarkan. Diberikan jumlah total jam kosong penggunaan ruang operasi biasa dalam satu minggu kemudian membagi dengan proporsi penggunaan ruang operasi spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. k=1 b jk h k=1 n jk +o jk j =1 k=1 n jk +o jk = p j q j, j, k dengan j = 1,2,3,..,. (9) Operasi darurat dilaksanakan di ruang operasi darurat selama jam kerja per hari. j =1 y jk, j, k dengan k = 1,2,3,4,. (10) Banyaknya ruang operasi jenis i yang digunakan melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari jumlah maksimum ruang operasi yang dialokasikan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke i=1 x ijk c jk, j, k dengan j = 1,2,, dan k = 1,2,3,4,. (11) Jumlah permintaan operasi darurat dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k yang dilaksanakan di ruang operasi darurat tidak melebihi dari seluruh permintaan operasi darurat pada hari tersebut. y jk e jk, j, k dengan j = 1,2,, dan k = 1,2,3,4,. (12) Kendala ketaknegatifan untuk semua variabel keputusan. x ijk, y jk, z jkl, w jkl, u jk, v jk, b jk, h, p j, q j 0, i, j, k, l dengan j = 1,2,, dan i,k,l = 1,2,3,4,. (13) Pendefinisian variabel x ijk sebagai suatu integer. x ijk integer, i, j, k dengan j = 1,2,, dan i,k = 1,2,3,4,. (14) 9

4 Hasil Penyelesaian masalah penjadwalan tersebut dapat diselesaikan dengan software LINGO Program dan output dari LINGO 11.0 dituliskan pada Lampiran dan Lampiran 9. Informasi yang diperoleh dari hasil running program LINGO 11.0 pada masalah penjadwalan dalam karya ilmiah ini meliputi jadwal penggunaan ruang operasi biasa, banyaknya penundaan dan pembatalan permintaan operasi, dan banyaknya penggunaan ruang operasi darurat untuk melayani tindakan operasi darurat. Jadwal ruang operasi biasa yang ditawarkan pada rumah sakit disajikan di Tabel 3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setiap hari hampir semua ruang operasi dialokasikan untuk menangani permintaan operasi sesuai dengan spesialisasi pengobatan yang dapat ditangani di ruang operasi tersebut. Spesialisasi pengobatan luka bakar dan bedah dapat dilayani pada dua unit ruang operasi dengan kode ND D1 dan ND D2. Pada hari Senin, ruang operasi ND D1 dialokasikan untuk melayani permintaan spesialisasi pengobatan luka bakar selama jam, sedangkan ruang operasi ND D2 dialokasikan untuk melayani spesialisasi pengobatan bedah selama jam. Pada hari Selasa, ruang operasi ND D1 dan ND D2 digunakan untuk melayani permintaan operasi luka bakar, sehingga pada hari tersebut ruang operasi biasa yang digunakan untuk melayani operasi luka bakar ialah sebesar 16 jam (lihat Tabel 3). Tabel 3 Banyaknya alokasi waktu yang ditawarkan ruang operasi biasa (jam) Spesialisasi pengobatan ( j ) Kode ruang operasi Hari ( k ) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Urologi ND A Ortopedi ND B1 ND B ND B ND B2 Otak dan ND C Luka bakar ND D1 ND D ND D ND D2 0 0 Tumor ND E1 ND E Kanker ND E ND E2 0 Total Pelaksanaan Operasi Darurat Ruang operasi darurat digunakan untuk menangani permintaan operasi pada pasien darurat. Semua spesialisasi pengobatan dapat ditangani di ruang operasi darurat. Jika kapasitas ruang operasi darurat penuh, sedangkan ada kasus pasien darurat yang memerlukan tindakan operasi, maka pelaksanaan operasi pasien tersebut dialihkan ke ruang operasi biasa. Dari hasil LINGO 11.0 (lihat Lampiran 9) diperoleh jadwal pelaksanaan operasi darurat di ruang operasi darurat (nilai variabel y jk ) dan disajikan pada Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa permintaan operasi darurat dengan spesialisasi pengobatan otak dan paling banyak ditangani yaitu 1.1 jam atau 10.17% dari total permintaan operasi darurat. Sedangkan permintaan operasi darurat yang paling sedikit ditangani ialah spesialisasi pengobatan tumor dan kanker yaitu masingmasing sebesar 0 jam. Setiap hari, total penggunaan ruang operasi darurat adalah jam. 10

5 11 Tabel 4 Lama waktu pelaksanaan operasi di ruang operasi darurat (jam) Hari ( k ) Urologi Ortopedi Spesialisasi pengobatan ( j ) Otak dan Luka bakar Tumor Kanker Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Operasi darurat yang tidak dapat dilayani di ruang operasi darurat akan dialihkan pelaksanaannya di ruang operasi biasa. Pelaksanaan operasi darurat di ruang operasi biasa disajikan pada Tabel. Dari Lampiran 1 tentang perkiraan permintaan operasi darurat, diketahui bahwa permintaan operasi darurat untuk spesialisasi pengobatan urologi pada hari Selasa adalah.2 jam sedangkan Tabel 4 menunjukkan permintaan tersebut mampu dilayani di ruang operasi darurat sebesar 0.7 jam, artinya sisa permintaan operasi sebesar 4. jam akan dilaksanakan pada ruang operasi biasa. Tabel Lama waktu operasi darurat yang harus dilaksanakan di ruang operasi biasa (jam) Hari ( k ) Urologi Ortopedi Spesialisasi pengobatan ( j ) Luka otak dan bakar Tumor Kanker Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Penundaan Pelaksanaan Operasi Karena permintaan operasi darurat menjadi prioritas untuk mendapatkan layanan operasi dengan sesegera mungkin, maka operasi darurat yang dialokasikan di ruang operasi biasa tidak boleh mengalami penundaan. Akibatnya pasien rawat inap dan rawat jalan yang memerlukan tindakan operasi dengan spesialisasi tertentu dapat mengalami penundaan pelaksanaan operasi, karena ruang operasi biasa yang dialokasikan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan sudah penuh digunakan untuk melayani operasi darurat. Dari hasil running program LINGO 11.0 diperoleh informasi mengenai penundaan operasi pada pasien rawat inap (nilai variabel z jk l ) dan penundaan operasi pada pasien rawat jalan (nilai variabel w jkl ) yang disajikan pada Lampiran 3. Pelayanan operasi pasien rawat inap yang paling banyak mengalami penundaan adalah pada spesialisasi pengobatan tumor. Dalam seminggu penundaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan tumor adalah sebesar 12.6 jam (lihat Lampiran 3) atau.42% dari total permintaan operasi pasien rawat inap. Sedangkan pelayanan operasi pasien rawat jalan yang paling banyak mengalami penundaan adalah pada spesialisasi pengobatan bedah sebesar 1.9 jam (lihat Lampiran 3) atau 3.02% dari total permintaan operasi pasien rawat jalan. Permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Rabu adalah.4 jam dan hari Jumat sebesar 6.3 jam (lihat Lampiran 1), sedangkan permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Rabu mengalami penundaan sebesar 1.7 jam (lihat Lampiran 3) yang akan dilaksanakan pada hari Kamis di minggu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan operasi bagi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Rabu ialah selama 3.7 jam (lihat Lampiran 7), sedangkan 11

6 12 pelaksanaan operasi bagi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Kamis sebesar jam (lihat Lampiran 7). Pada kasus permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan bedah mengalami penundaan dari hari Jumat ke Senin selama 2.3 jam (lihat Lampiran 3), artinya operasi tersebut akan dilaksanakan hari Senin pada minggu berikutnya selama 2.3 jam Pembatalan Pelaksanaan Operasi Penundaan operasi yang melebihi tujuh hari digolongkan sebagai pembatalan operasi. Pembatalan ini bukan berarti operasi tidak dilaksanakan, melainkan operasi tersebut dapat dilaksanakan di luar jam kerja (lembur) atau dirujuk ke rumah sakit lain. Hasil running program LINGO 11.0 yang menunjukkan pembatalan operasi pasien rawat inap (nilai variabel u jk ) dan pembatalan operasi rawat jalan (nilai variabel v jk ) disajikan pada Lampiran 4. Pembatalan terhadap permintaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan paling banyak dilakukan pada spesialisasi pengobatan urologi yaitu sebesar 6. jam (lihat Lampiran 4) atau 3.06% dari total permintaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan. Perkiraan permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi urologi pada hari Selasa sebesar 3.9 jam (lihat Lampiran 1), dari Lampiran 3 dapat dilihat bahwa operasi dengan spesialisasi pengobatan urologi pada hari Selasa dibatalkan sebesar 3. jam. Artinya permintaan operasi urologi yang dapat dilayani rumah sakit pada hari Selasa adalah sebesar 0.4 jam. Secara keseluruhan terdapat sembilan permintaan operasi yang dibatalkan. Operasi yang dibatalkan meliputi spesialisasi pengobatan urologi, ortopedi, tulang, otak dan, luka bakar. dan bedah plasti Rekapitulasi Pelaksanaan, Penundaan, dan Pembatalan Operasi Penundaan dan pembatalan operasi pada pasien rawat inap yang dihasilkan running program LINGO 11.0 dapat digunakan dalam menentukan rekapitulasi pelaksanaan, penundaan, dan pembatalan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan (lihat Lampiran dan Lampiran 6). Pada Lampiran dan Lampiran 6, kolom P menunjukkan pelaksanaan operasi. Nilai kolom P berasal dari jumlah permintaan operasi dikurangi dengan penjumlahan antara jumlah operasi yang ditunda dengan jumlah operasi yang dibatalkan. Perkiraan permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan urologi pada hari Rabu adalah 3.9 jam (lihat Lampiran 1). Berdasarkan hasil running program LINGO 11.0 pada kasus permintaan operasi tesebut tidak ada penundaan dan pembatalan, sehingga pelaksanaan operasi dengan spesialisasi pengobatan pada hari tersebut adalah 3.9 jam. Jika terdapat penundaan operasi pada hari ke-k sampai hari ke-l, maka pelaksanaan operasi pada hari ke-l adalah ditambah dengan jumlah operasi yang ditunda pada hari ke- Permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan luka bakar pada hari Senin ialah 4.6 jam dan hari Selasa sebesar jam (lihat Lampiran 1). Berdasarkan hasil running program LINGO 11.0 operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan luka bakar mengalami penundaan dari hari Senin ke hari Selasa sebesar 0.9 jam (lihat Lampiran 3) dan pembatalan pada hari Senin sebesar 3.4 jam (lihat Lampiran 4), sehingga pelaksanaan operasi untuk spesialisasi pengobatan luka bakar pada hari Senin ialah 4.6 ( ) = 0.3 jam, sedangkan pelaksanaan operasi pada hari Selasa adalah sebesar =.9 jam Pelaksanaan Operasi di Ruang Operasi Biasa Setiap ruang operasi darurat dan ruang operasi biasa melayani tindakan operasi maksimal delapan jam per hari. Ruang operasi biasa digunakan melayani operasi pasien rawat inap, pasien rawat jalan, dan pasien darurat yang tidak bisa dilayani tindakan operasinya di ruang operasi darurat. Dengan adanya jadwal pelaksanaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan serta jadwal permintaan operasi darurat yang harus dilaksanakan di ruang operasi biasa maka dapat ditentukan penggunaan ruang operasi biasa (lihat Lampiran 7). Lampiran 7 menunjukkan pelaksanaan operasi di ruang operasi biasa untuk melayani permintaan operasi pasien rawat inap, rawat jalan, dan darurat. Setiap ruang operasi biasa memiliki alokasi waktu sesuai dengan Tabel 3, sehingga pelaksanaan operasi tidak boleh melebihi alokasi waktu yang dimiliki oleh ruang operasi tersebut. Pada Lampiran 7 dapat dilihat bahwa total pelaksanaan operasi ortopedi di ruang operasi ND B1 setiap hari adalah jam, sedangkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa waktu yang dialokasikan oleh ruang operasi ND B1 yang 12

7 13 digunakan melayani operasi bedah tulang adalah jam setiap hari. Hal ini menunjukkan waktu yang disediakan oleh ruang operasi ND B1 untuk melayani permintaan operasi ortopedi sudah digunakan secara maksimal. Pelaksanaan operasi dengan spesialisasi pengobatan tulang di ruang operasi ND B2 pada hari Selasa adalah 7.9 jam, alokasi yang dimiliki ruang operasi tersebut adalah jam, sehingga terdapat waktu kosong pada ruang operasi tersebut sebesar 0.1 jam. Selain pada ruang operasi ND B2. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat waktu kosong pada ruang operasi biasa dengan kode ruang ND E1, ND E2, ND D2, dan ND B2. Banyaknya waktu ruang operasi yang dialokasikan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan tumor pada hari Jumat adalah jam (lihat Tabel 3), sedangkan pelaksanaan operasi pada kasus tersebut adalah 4.4 jam (lihat Lampiran 7) sehingga waktu kosong ruang operasi tersebut adalah sebesar 3.6 jam. Tabel 6 Total waktu operasi kosong pada ruang operasi biasa (jam) Kode ruang operasi Spesialisasi pengobatan Hari Waktu kosong (jam) ND B2 Selasa 0.1 ND D2 Senin 2. ND E1 Tumor Jumat 3.6 ND E2 Kanker Rabu.3 Kamis Fungsi Objektif Pada formulasi model karya ilmiah ini, terdapat lima jenis biaya penalti dalam fungsi objektif. Jenis penalti z 1 merupakan biaya penalti disebabkan adanya penundaan pelaksanaan operasi pasien rawat, z 2 merupakan biaya penalti yang disebabkan oleh penundaan pelaksanaan operasi terhadap pasien rawat jalan, z 3 dan z 4 menyatakan penalti yang disebabkan oleh pelaksanaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan yang dibatalkan, dan z merupakan jumlah dari biaya penalti yang dikarenakan kekurangan jam penggunaan setiap ruang operasi biasa. Nilai setiap jenis biaya penalti disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya penalti yang paling besar adalah jenis ketiga yaitu z 3. Hal ini menunjukkan operasi pasien rawat inap yang dibatalkan lebih banyak dari pada pasien rawat jalan. Biaya penalti yang paling rendah adalah jenis kedua yang berarti bahwa penundaan operasi pasien rawat jalan lebih rendah dari pada pasien rawat inap. Tabel 7 Biaya penalti pada fungsi objektif (rupiah) Jenis Biaya penalti (rupiah) z z 2 3. z z z 7.66 Total V SIMPULAN DAN SARAN.1 Simpulan Rumah sakit memiliki keterbatasan dalam melayani setiap operasi yang diperlukan oleh pasien. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain banyaknya ruang operasi, banyaknya ahli bedah, dan jam kerja di rumah sakit. Dengan adanya keterbatasan tersebut maka operasi dapat ditunda atau dibatalkan. Setiap rumah sakit berusaha untuk memenuhi permintaan operasi. Dalam memenuhi setiap permintaan layanan operasi, rumah sakit harus melakukan penjadwalan pelaksanaan operasi dengan bai Jika tindakan operasi bagi pasien terlambat, maka akan berdampak pada kesehatan pasien dan bahkan nyawa pasien. Penjadwalan operasi dapat dilakukan dengan menggunakan model matematika. Salah satu metode penjadwalan tersebut adalah menggunakan mixed integer programming. Diperlukan data perkiraan permintaan operasi pasien nondarurat (rawat inap dan rawat jalan) dan pasien darurat, banyaknya ruang operasi, dan spesialisasi pengobatan yang ada di rumah sakit sebagai input pemodelan ini. Penyelesaian dengan menggunakan software LINGO 11.0 memberikan beberapa informasi antara lain banyaknya penggunaan ruang operasi biasa dan darurat, penundaan operasi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, dan banyaknya operasi pasien rawat inap dan rawat jalan yang dibatalkan. 13

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

Katakunci: kata utama yang berkaitan dengan permasalahan (maksimum 5 kata/frase). [Arial 11pt]

Katakunci: kata utama yang berkaitan dengan permasalahan (maksimum 5 kata/frase). [Arial 11pt] JUDUL MAKALAH (dlm bahasa Indonesia) (TITLE dlm bahasa Inggris) [Judul Makalah: Arial 12pt Bold, Center, Huruf Kapital ] Sub Judul: Arial 12 Bold, Center (judul dituliskan dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Lebih terperinci

PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI

PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRAK DWI WULANSARI.

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1. Data Dalam penelitian lanjutan ini, data, pendefinisian variabel keputusan, model serta proses penyelesaian masalah penjadualan dilakukan dengan cara yang sama seperti

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB RUHIYAT 1, F. HANUM 1, R. A. PERMANA 2 Abstrak Jadwal mata kuliah mayor-minor yang tumpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, aspek manajemen untuk menyediakan pelayanan kesehatan terbaik untuk pasien di rumah sakit semakin diperhitungkan. Rumah sakit ingin mengoptimalkan level kepuasan

Lebih terperinci

5.5.4 Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di

5.5.4 Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di ABSTRAK Rumah Sakit Kebonjati berlokasi di Jalan Kebonjati no. 152, Bandung. Dalam rangka menata kembali jadwal kerja shift bagi para perawatnya agar sesuai dengan Peraturan Kepegawaian yang ditetapkan

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING Anik Perwita Sari dan Abdullah Shahab Program Studi MagisterManajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING Dian Permata Sari, Sri Setyaningsih, dan Fitria Virgantari. Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sarat dengan persaingan. Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas. Peranan SDM di bidang kesehatan

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Implementasi Model

PEMBAHASAN. Implementasi Model PEMBAHAN Implementasi Model Implementasi model yang telah diperoleh dilakukan dengan ara simulasi model. Simulasi tersebut menggunakan data mata kuliah yang ditawarkan pada semester I jurusan yang terdiri

Lebih terperinci

Teller 1. Teller 2. Teller 7. Gambar 3.1 Proses antrian pada sistem antrian teller BRI Cik Ditiro

Teller 1. Teller 2. Teller 7. Gambar 3.1 Proses antrian pada sistem antrian teller BRI Cik Ditiro Berikut ini adalah pembahasan mengenai sistem antrian teller BRI Cik Ditiro dan optimasinya berdasarkan model tingkat aspirasi. Deskripsi mengenai sistem antrian teller BRI Cik Ditiro dapat diuraikan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri yang bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan. Menurut Djuhaeni (2014), rumah sakit merupakan salah satu sistem pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram BAB 5 ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan Influence Diagram, pembuatan model matematis, pembuatan rute pengiriman, pembuatan lembar kerja elektronik, penentuan

Lebih terperinci

Fida Faishal*, Budhi Handoko, Yeny Krista Franty. Departemen Statistika, FMIPA Universitas Padjdjaran *

Fida Faishal*, Budhi Handoko, Yeny Krista Franty. Departemen Statistika, FMIPA Universitas Padjdjaran * Penjadwalan Preventive Maintenance Multi-Subsistem Mesin Cyril Bath menggunakan Mixed Integer Non Linear Programming (Studi Kasus di PT.Dirgantara Indonesia) Fida Faishal*, Budhi Handoko, Yeny Krista Franty

Lebih terperinci

JADWAL KULIAH/RESPONSI/PRAKTIKUM MATRIKULASI T.A 2014/2015 TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA - INSTITUT PERTANIAN BOGOR

JADWAL KULIAH/RESPONSI/PRAKTIKUM MATRIKULASI T.A 2014/2015 TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA - INSTITUT PERTANIAN BOGOR C5/G7 SENIN 30 Juni 2014 08.00-10.00 FIS101 3(2-3) FISIKA DASAR 1 KULIAH RK CCR 1.02 G7 SENIN 30 Juni 2014 12.30-15.00 FIS101 3(2-3) FISIKA DASAR 1 PRAKTIKUM lab 1 C5 SENIN 30 Juni 2014 15.00-17.30 FIS101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan sistem informasi dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu akan memudahkan suatu organisasi dalam pengolahan data yang akan menghasilkan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan beberapa komponen yakni ruang kuliah, dosen serta mahasiswa. Seorang

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA

MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA R. A. CAHYADI 1, A. AMAN 2, F. HANUM 2 Abstrak Penjadwalan keberangkatan bus merupakan salah satu hal

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA

IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA Pada bagian ini akan diberikan contoh kasus dengan data hipotetik. PT Riyadi Yoghurt merupakan sebuah perusahaan berskala kecil yang memproduksi yoghurt. PT Riyadi Yoghurt

Lebih terperinci

MENGELOLA WAKTU DAN MENYUSUN PRIORITAS FEB Arsektur

MENGELOLA WAKTU DAN MENYUSUN PRIORITAS FEB Arsektur Modul ke: Fakultas 09FEB MENGELOLA WAKTU DAN MENYUSUN PRIORITAS Dengan merencanakan penggunaan waktu memudahkan anda menyebarkan/mendistribusi tugas dan pekerjaan sepanjang semeseter, menghindari kemacetan'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

ETIK UMB. Manajemen Waktu dan Menyusun Prioritas. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN

ETIK UMB. Manajemen Waktu dan Menyusun Prioritas. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN Modul ke: ETIK UMB Manajemen Waktu dan Menyusun Prioritas Fakultas FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Manajemen waktu yang baik penting

Lebih terperinci

MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA

MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA W. PRASETYO 1, F. HANUM 2, P. T. SUPRIYO 2 Abstrak Setiap maskapai penerbangan memiliki strategi untuk meminimumkan biaya

Lebih terperinci

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER 1 PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER FENNY RISNITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER JMA, VOL. 9, NO.1, JULI 2010, 43-48 43 PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROGRAM INTEGER 0-1 UNTUK PENYUSUNAN JADUAL PEMBELAJARAN BAGI SISWA DAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENGGUNAAN PROGRAM INTEGER 0-1 UNTUK PENYUSUNAN JADUAL PEMBELAJARAN BAGI SISWA DAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PENGGUNAAN PROGRAM INTEGER 0-1 UNTUK PENYUSUNAN JADUAL PEMBELAJARAN BAGI SISWA DAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Elizabeth Fidela Felicia 1), Lilik Linawati 2), Tundjung Mahatma ) 1,2,) Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH Untuk pemecahan masalah prioritas tersebut diatas, akan penulis jabarkan alternative solusi yang penulis rekomendasikan di lapangan bersama keluarga dampingan. Adapun alternatif

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING

PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING Andri Sanjaya 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang dapat mengancam

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT

PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL Nurul Muyasiroh 1, Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan merupakan suatu proses pengorganisasian untuk mengalokasikan waktu kapan dan dimana suatu kegiatan akan dilakukan. Banyak hal yang menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Peningkatan pelayanan jasa kesehatan perlu terus dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan melakukan pengembangan dari model yang sudah ada tentang penanganan logistik bantuan. Penentuan rute dan jumlah alokasi komoditi ke setiap titik permintaan

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 Nasabah ANTRIAN Umum (Sering diterapkan) FCFS (First Come First Served) Kasir Jarang diterapkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENJADWALAN RUANG OPERASI. Presenter: Netta Prismawiyati SIDANG TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENJADWALAN RUANG OPERASI. Presenter: Netta Prismawiyati SIDANG TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENJADWALAN RUANG OPERASI Presenter: Netta Prismawiyati SIDANG TUGAS AKHIR PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Operasi Pemasukan VS Pengeluaran Kendala penjadwalan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Proses 4.1.1 Prosedur Usulan Penyusunan Jadwal Mata Pelajaran Pada prosedur usulan mengenai pembuatan jadwal mata pelajaran untuk Sekolah Menengah Pertama di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dimiliki oleh manusia di dunia. Negara Republik Indonesia menjamin kesehatan sebagai salah satu hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan rumah sakit sudah berkembang semakin besar, mulai dari proses kelahiran, pengobatan untuk anak maupun dewasa, keadaan yang membutuhkan rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Rumah Sakit belakangan ini telah berkembang kearah bisnis yang cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/ Men.Kes /SK/XI/1992, rumah sakit (RS) adalah salah satu organisasi sektor publik yang

Lebih terperinci

Penyusun: Ade Vicidian Sugiharto Putra ( ) Pembimbing II: Yudhi Purwananto, S.Kom, M.Kom. Victor Hariadi, S.Si, M.Kom.

Penyusun: Ade Vicidian Sugiharto Putra ( ) Pembimbing II: Yudhi Purwananto, S.Kom, M.Kom. Victor Hariadi, S.Si, M.Kom. Penyusun: Ade Vicidian Sugiharto Putra (5107100615) Pembimbing I: Yudhi Purwananto, S.Kom, M.Kom. Pembimbing II: Victor Hariadi, S.Si, M.Kom. PENDAHULUAN Permasalahan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Model Sistem Antrian Bank Central Asia Cabang Mall Taman Anggrek

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Model Sistem Antrian Bank Central Asia Cabang Mall Taman Anggrek BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Model Sistem Antrian Bank Central Asia Cabang Mall Taman Anggrek Bank Central Asia Cabang Mall Taman Anggrek beroperasi dari hari Senin hingga hari Minggu. Bank Central

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan pengelola Rumah Sakit Umum Dr. Slamet Garut merupakan suatu lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Toserba X terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Toserba X merupakan department store yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan, mulai dari pakaian anak sampai dewasa, foodcourt, swalayan, dan tempat

Lebih terperinci

BAB II MAKALAH PENELITIAN PERTAMA

BAB II MAKALAH PENELITIAN PERTAMA BAB II MAKALAH PENELITIAN PERTAMA Makalah ini telah diseminarkan pada: Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII Pemberdayaan Manusia dan Alam yang Berkelanjutan Melalui Sains, Matematika dan Pendidikan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG WAKTU KERJA, HAK CUTI DAN KERJA LEMBUR BAB I WAKTU KERJA Pasal 1 1. Hari dan/atau jam kerja karyawan berbeda satu dengan lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan, seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan

Lebih terperinci

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.735, 2014 KEMENHUT. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH 3.1. Program Setelah melakukan identifikasi dan menentukan skala prioritas masalah yang dihadapi, berikut jalan alternatif yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Menurut. Ukuran Keefektifan Rumus ProModelStudent. Rumus

BAB V PENUTUP. Menurut. Ukuran Keefektifan Rumus ProModelStudent. Rumus BAB V PENUTUP 5.. Kesimpulan Dari pembahasan skripsi dengan judul Analisis Efektivitas Sistem Antrian Bank BCA cabang Jamika Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut. Model antrian yang paling tepat digunakan

Lebih terperinci

III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA

III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 8 sidding petak jalan petak blok Keterangan: Stasiun Sinyal Crossing Overtaking Gambar 5 Ilustrasi dari istilah perkeretaapian. III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 3.1 Model Matematika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KARAWANG Alamat Jalan Ahmad Yani No. 67 Karawang Tlp. ( 0267 ) Kode Pos 41312

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KARAWANG Alamat Jalan Ahmad Yani No. 67 Karawang Tlp. ( 0267 ) Kode Pos 41312 PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KARAWANG Alamat Jalan Ahmad Yani No. 67 Karawang Tlp. ( 0267 ) 402 444 Kode Pos 41312 KEPUTUSAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KARAWANG Nomor

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis melaksanakan Praktek Kerja/Magang bertempat di Klinik Bhakti Mulya Tangerang selama dua bulan di mulai pada tanggal 01 Oktober 2015 s/d

Lebih terperinci

Perhitungan Jangka Waktu SBI

Perhitungan Jangka Waktu SBI Lampiran-1 Perhitungan Jangka Waktu SBI Contoh perhitungan jangka waktu SBI 1 (satu) bulan dengan data sebagai berikut: Tanggal lelang : 5 April 2006 Tanggal setelmen hasil lelang : 6 April 2006 Tanggal

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERKULIAHAN OTOMATIS. Khairunnisa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENJADWALAN PERKULIAHAN OTOMATIS. Khairunnisa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Volume 1 No.1 JULI 2015 PENJADWALAN PERKULIAHAN OTOMATIS Khairunnisa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khairunnisa@uinjkt.ac.id Abstrak Makalah ini menyajikan suatu kegiatan penjadwalan

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Website : - 3. Jadwal Pelaksanaan Pengadaan No Kegiatan Hari/Tanggal Waktu a. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan

Website : - 3. Jadwal Pelaksanaan Pengadaan No Kegiatan Hari/Tanggal Waktu a. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK, KELUARGA BERENCANA Jalan Brigjen Katamso No. 68 Telp.. ( 0282) 5253416 Fak 5253417 CILACAP Kode Pos

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit selalu berusaha melayani kesehatan masyarakat dengan performa terbaiknya, namun tidak semua rumah sakit mampu melayani pasien dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA. No Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Lokasi Kendala Solusi Hasil 1 Minggu, 24 Juli 2016

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA. No Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Lokasi Kendala Solusi Hasil 1 Minggu, 24 Juli 2016 BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA No Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Lokasi Kendala Solusi Hasil 1 Minggu, 24 Juli 21.00 Pembagian KK oleh Kepala Dusun Jempanang sekaligus mengunjungi

Lebih terperinci

SD kelas 4 - MATEMATIKA BAB 11. GEOMETRI DAN PENGOLAHAN DATALatihan Soal 11.1

SD kelas 4 - MATEMATIKA BAB 11. GEOMETRI DAN PENGOLAHAN DATALatihan Soal 11.1 1. Pernyataan dibawah ini benar, kecuali.... SD kelas 4 - MATEMATIKA BAB 11. GEOMETRI DAN PENGOLAHAN DATALatihan Soal 11.1 Kubus mempunyai 8 titik sudut. Kubus sisinya berbentuk persegi panjang Kubus mempunyai

Lebih terperinci

JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER GENAP 2016/2017 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER GENAP 2016/2017 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER GENAP 2016/2017 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA HARI/ TANGGAL JAM RUANG KODE MK MATAKULIAH KELAS JUMLAH PESERTA RK. III - 1 MPK4007

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan tahapan yang ada dalam kerangka konsep, dari karakteristik tenaga, hari dan waktu kerja, dan penggunaan waktu untuk aktivitas produktif,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.34/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO Agus Surandono 1, Ardinal Putra Ariya 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum. Di dalam rumah sakit, terdapat bagian-bagian pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum. Di dalam rumah sakit, terdapat bagian-bagian pelayanan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi semua penduduk di Indonesia. Pemerintah menyediakan rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Di

Lebih terperinci

Kondisional/Pencabangan/Pemilihan. Konsep Pencabangan Sintaks Konsep if (kasus tunggal) Konsep if-else (2-3 kasus) Konsep switch (lebih dari 3 kasus)

Kondisional/Pencabangan/Pemilihan. Konsep Pencabangan Sintaks Konsep if (kasus tunggal) Konsep if-else (2-3 kasus) Konsep switch (lebih dari 3 kasus) Kondisional/Pencabangan/Pemilihan Konsep Pencabangan Sintaks Konsep if (kasus tunggal) Konsep if-else (2-3 kasus) Konsep switch (lebih dari 3 kasus) Konsep Pencabangan/Pemilihan Konsep pencabangan/pemilihan

Lebih terperinci

MINGGU I Senin, 7 Feb Selasa, 8 Feb Rabu, 9 Feb Kamis, 10 Feb Jumat, 11 Feb Sabtu, 12 Feb DNA & RNA, Kuliah pengantar

MINGGU I Senin, 7 Feb Selasa, 8 Feb Rabu, 9 Feb Kamis, 10 Feb Jumat, 11 Feb Sabtu, 12 Feb DNA & RNA, Kuliah pengantar JADWAL BLOK BIOMEDIS Kode : 71104835 Semester / SKS : II / 4 Tahun Akademik : 2010/2011 Ruang : Gedung Prof. Dr. Sardjito Lantai 1 Timur UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MINGGU I Senin, 7 Feb Selasa, 8 Feb

Lebih terperinci

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB 5 METODE PENELITIAN BAB 5 METODE PENELITIAN 5.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan metode analisis secara deskriptif dan pengumpulan data primer dilakukan dengan survey

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

Laporan Studi Jadwal Kelas PROGRAM STUDI HARI JAM MULAI JAM SELESAI KELAS KODE MK NAMA MK RUANG JML PESERTA Matematika SENIN 07:30:00 09:15:00 A

Laporan Studi Jadwal Kelas PROGRAM STUDI HARI JAM MULAI JAM SELESAI KELAS KODE MK NAMA MK RUANG JML PESERTA Matematika SENIN 07:30:00 09:15:00 A Laporan Studi Jadwal Kelas PROGRAM STUDI HARI JAM MULAI JAM SELESAI KELAS KODE MK NAMA MK RUANG JML PESERTA Matematika SENIN 07:30:00 09:15:00 A MAM4722 PERANGKAT LUNAK MATEMATIKA lab A 24 Matematika SENIN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kecepatan Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan. responden yang mendapatkan pelayanan tidak cepat yaitu sebanyak 62

BAB V PEMBAHASAN. A. Kecepatan Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan. responden yang mendapatkan pelayanan tidak cepat yaitu sebanyak 62 BAB V PEMBAHASAN A. Kecepatan Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 3 diketahui lebih banyak responden yang mendapatkan pelayanan tidak cepat yaitu sebanyak 62 responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Depkes RI (2008) dalam Permenkes RI No 269/Menkes/Per/III/2008

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( )

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( ) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 127-134 ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):(

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI

BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI 3.1 Promosi Dinas Perpustakaan Kota Binjai Promosi perpustakaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat kota Binjai pentingnya peran perpustakaan

Lebih terperinci

Newsletter is a medium of exchange of information from the school to parents. Please contact us at: Phone:

Newsletter is a medium of exchange of information from the school to parents. Please contact us at: Phone: Ulangan Semester Ganjil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

JADWAL BLOK UROPOETIKA

JADWAL BLOK UROPOETIKA JADWAL BLOK UROPOETIKA Kode : 71105535 Semester / SKS : IV / 6 Tahun Akademik : 2010/2011 Ruang : Gedung Prof. Dr. Sardjito Lantai 3 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MINGGU I : Modul Diuresis dan Keseimbangan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SOLVER EXCEL UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PEMANFAATAN SOLVER EXCEL UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN MATA PELAJARAN PEMANFAATAN SOLVER EXCEL UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN MATA PELAJARAN Erika Eka Santi Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : erikapmatumpo@gmail.com ABSTRAK Penyusunan jadwal pelajaran merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD DR.

PEMODELAN DAN SIMULASI PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD DR. PEMODELAN DAN SIMULASI PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Penyusun: Ika wulandari 526187 Dosen pembimbing Rully Agus Hendrawan, S.Kom, M.Eng SEMINAR TUGAS AKHIR KS91336

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI 2014

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI 2014 ANALISIS ANTRIAN PADA SPBU 34-17132 PEDURENAN BANTAR GEBANG BEKASI TIMUR Nama : Diaz Fuaditya Rinaldi NPM : 11210983 Jurusan : Manajemen (S-1) Pembimbing : Handayani, SE, MM UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit yang sangat penting dan paling sibuk di rumah sakit. Sebagai unit pertama yang menangani pasien dalam keadaan darurat,

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN SISTEM

BAB IV PEMODELAN SISTEM BAB IV PEMODELAN SISTEM 4.1 ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Model pengendalian persediaan galon menggunakan berbagai asumsi untuk memberikan batasan terhadap model yang merepresentasikan sistem sebenarnya. Asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Fakultas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 gedung, yaitu gedung A, B, C, D, F dan G. Setiap gedung terdiri dari 3 lantai kecuali gedung G yang terdiri dari 4

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci