PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN"

Transkripsi

1 PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN Oleh : KABUL EKA PRIANA G DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 ABSTRAK KABUL EKA PRIANA. Penentuan Lokasi dalam Manajemen Hutan. Dibimbing oleh PRAPTO TRI SUPRIYO dan SISWANDI. Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan keuntungan bagi setiap negara yang memilikinya, oleh karena itu hutan harus dikelola secara baik dan benar. Dalam hal ini para pembuat keputusan, seperti pemerintah dan perusahaan, berpengaruh besar dalam mengatur hutan. Pemodelan untuk mendukung masalah manajemen hutan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks. Banyak negara menggunakan model secara besar-besaran untuk mengoptimalkan hasil hutan. Pemanfaatan hasil hutan itu sendiri dijadikan industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian sebuah negara. Namun beberapa masalah yang terkait dengan masalah manajemen hutan sangat rumit untuk dipecahkan. Tulisan ini membahas tentang bagaimana menentukan lokasi terbaik untuk pemanenan hutan, masalah pemindahan hasil hutan, serta perlindungan keanekaragaman hayati yang timbul akibat penebangan hutan.

3 PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : KABUL EKA PRIANA G DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

4 Judul : Penentuan Lokasi dalam Manajemen Hutan Nama : Kabul Eka Priana Nrp : G Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. NIP Drs. Siswandi, M.Si. NIP Mengetahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP Tanggal Lulus :

5 Untuk almarhum bapak, umi, dan keluarga tercinta

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat sehat jasmani maupun rohani sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan contoh teladan agar tidak tersesat dalam menjalani hidup. Pada awalnya karya ilmiah ini merupakan tugas salah satu mata kuliah yang ada di Program Studi Matematika. Setelah dikembangkan selama beberapa bulan, akhirnya penulis berhasil menyusun sebuah karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains. Berbagai permasalahan muncul selama penyusunan karya ilmiah ini. Namun berkat bantuan dari semua pihak, penulis akhirnya mampu menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Harapan penulis adalah bahwa karya ilmiah ini akan dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembacanya. Bogor, Juni 2006 KABUL EKA PRIANA

7 RIWAYAT HIDUP Kabul Eka Priana lahir di Bogor pada tanggal 25 Maret Penulis merupakan putra ketujuh dari pasangan Sanim dan Nati yang bertempat tinggal di Jalan Letnan Soekarna Kp. Kebon Kopi Rt. 01/05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Pada tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Leuwiliang. Setelah itu penulis mencoba mendaftar jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) yang diadakan sekolah. Pada waktu itu penulis memilih Program Studi Matematika sebagai pilihan pertama dan Program Studi Teknologi Hasil Ternak sebagai pilihan kedua. Penulis sempat pesimis untuk lulus dari USMI karena persaingan yang cukup ketat. Namun akhirnya penulis diterima di Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada awalnya penulis tidak tertarik dengan ilmu matematika karena lebih mengedepankan daya pikir mengenai angka, akan tetapi setelah dijalani penulis sadar bahwa ilmu matematika adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan yang ada. Kesibukan akademik tidak membuat penulis terlena. Penulis sangat menyadari bahwa bangku perkuliahan hanya membentuk pola pikir untuk bisa bersaing menghadapi tantangan masa depan yang semakin keras. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk merasakan dunia luar dengan mencari kerja dan menjadi anggota himpunan profesi mahasiswa. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai guru matematika di sebuah sekolah menengah pertama swasta. Selain itu penulis juga sempat mengajar di sebuah bimbingan belajar. Untuk membentuk jiwa kepemimpinan dan solidaritas antarmahasiswa, penulis menjadi anggota himpunan profesi matematika yang dikenal dengan nama GUMATIKA dan menjabat sebagai wakil ketua. Tidak hanya itu, penulis juga dipercaya menjabat sebagai Pembina OSIS di suatu SMP swasta.

8 DAFTAR ISI Halaman Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... viii Daftar Lampiran... viii I II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan... 1 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Solusi suatu Linear Programming Integer Linear Programming Metode Branch and Bound untuk menyelesaikan masalah Integer Programming Graf... 4 III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH MANAJEMEN HUTAN 3.1 Masalah Penentuan Lokasi Pemanenan Masalah Pemindahan Kayu Masalah Pemilihan Lokasi untuk Sistem Perlindungan Masalah Perlindungan Spesies Masalah Perlindungan Habitat... 7 IV CONTOH KASUS MASALAH MANAJEMEN HUTAN 4.1 Masalah Penentuan Lokasi Pemanenan Masalah Pemindahan Kayu Masalah Pemilihan Lokasi untuk Sistem Perlindungan Masalah Perlindungan Spesies Masalah Perlindungan Habitat V SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai present value dari kayu yang dipanen untuk masing-masing blok Wilayah yang terpilih sebagai lokasi pemanenan kayu Biaya pengiriman kayu Volume kayu yang harus dikirim dari wilayah sumber dan tempat pergantian kendaraan Lokasi yang berisi spesies dalam kuantitas tertentu Luas wilayah spesies dari unit perencanaan yang terlibat dalam aktivitas perencanaan DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Daerah fisibel IP Daerah fisibel untuk subproblem 2 dan subproblem Metode Branch and Bound untuk menentukan solusi IP Graf G = ( V, E)... 4 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Program untuk menyelesaikan Masalah Penentuan Lokasi Pemanenan Program untuk menyelesaikan Masalah Pemindahan Kayu Program untuk menyelesaikan Masalah Perlindungan Spesies Program untuk menyelesaikan Masalah Perlindungan Habitat viii

10 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sebagai sumber devisa terbesar hutan harus dikelola secara baik dan benar sehingga dapat menghasilkan keuntungan besar. Ada 2 sektor yang mengatur masalah manajemen hutan yaitu: sektor publik atau pemerintah dan sektor swasta atau perusahaan. Pemanfaatan hasil hutan dijadikan industri yang memegang peranan penting di berbagai negara termasuk negara Indonesia. Hal ini disebabkan karena sumber daya hutan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Oleh karena itu, manajemen hutan harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan banyak keuntungan. Beberapa masalah yang terkait dengan manajemen hutan merupakan masalah yang sangat rumit. Salah satu di antaranya adalah masalah penentuan lokasi terbaik. Banyak keputusan yang harus diambil untuk menentukan lokasi terbaik dalam masalah ini, seperti misalnya menentukan lokasi terbaik untuk tempat penebangan kayu. Penentuan lokasi tersebut sangat menentukan besarnya investasi yang harus ditanam dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi hasil hutan. Sejumlah simulasi dan model yang optimal dalam masalah manajemen hutan sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan untuk mempermudah pekerjaan agar menjadi lebih efisien dan lebih sederhana sehingga masalahmasalah yang terkait dengan manajemen hutan dapat dipecahkan. Pemodelan masalah manajemen hutan dapat menjadi masalah yang sangat besar dan sulit dipecahkan secara optimal karena beberapa di antaranya memerlukan data dan bersifat penting hanya untuk sementara. 1.2 Tujuan Tulisan ini bertujuan menunjukkan peranan linear programming dalam menyelesaikan masalah manajemen hutan. II LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear programming merupakan tindakan untuk memperoleh hasil yang optimal dari tujuan yang diinginkan terhadap kendala yang ada. Model linear programming (LP) meliputi pengoptimuman suatu fungsi linear terhadap kendala linear. Pada tulisan ini, suatu LP mempunyai bentuk standar sebagai berikut: T Minimumkan fungsi objektif z = c terhadap A = b 0 dengan b 0 (1) dengan dan c berupa vektor berukuran n, vektor b berukuran m, sedangkan A berupa matriks berukuran m n yang disebut juga sebagai matriks kendala. (Nash & Sofer, 1996) Solusi suatu Linear Programming Untuk menyelesaikan suatu masalah linear programming (LP), metode simpleks merupakan salah satu metode yang dapat menghasilkan solusi optimum. Metode ini mulai dikembangkan oleh Dantzig tahun Dalam perkembangannya, metode ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk menyelesaikan LP, yaitu berupa metode iteratif untuk menyelesaikan masalah LP dalam bentuk standar. Pada LP (1), vektor yang memenuhi kendala A = b disebut sebagai solusi dari LP (1). Misalkan matriks A dapat dinyatakan sebagai A= ( B N), dengan B adalah matriks yang elemennya berupa koefisien variabel basis dan N merupakan matriks yang elemennya berupa koefisien variabel nonbasis pada matriks kendala. Matriks B disebut matriks basis untuk LP (1). Jika vektor dapat dinyatakan sebagai vektor B =, dengan B adalah vektor N variabel basis dan N adalah vektor variabel nonbasis, maka A= b dapat dinyatakan sebagai B A = ( B N ) N = BB + NN = b. (2) Karena B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (2) dapat B dinyatakan sebagai: 1 1 = B b B N. (3) B N

11 2 Definisi 1 (Solusi Basis) Solusi dari suatu LP disebut solusi basis jika: i. Solusi tersebut memenuhi kendala pada LP. ii. Kolom-kolom dari matriks koefisien yang berpadanan dengan komponen taknol adalah bebas linear. (Nash & Sofer, 1996) Definisi 2 (Solusi Basis Fisibel) Vektor disebut solusi basis fisibel jika merupakan solusi basis dan 0. (Nash & Sofer, 1996) Ilustrasi solusi basis dan solusi basis fisibel dapat dilihat dalam contoh berikut: Contoh 1 Misalkan diberikan linear programming berikut: Minimumkan z = terhadap = = = 5 1, 2, 3, 4, 5 0 (4) Dari LP tersebut didapatkan: A = , b = Misalkan dipilih B T = ( ) dan = ( ) N 1 2 maka matriks basis B = Dengan menggunakan matriks basis tersebut, diperoleh = 0 0 T, N B ( ) 1 B b ( ) = = T (5) Solusi (5) merupakan solusi basis, karena solusi tersebut memenuhi kendala pada LP (4) dan kolom-kolom pada matriks kendala yang berpadanan dengan komponen taknol dari (5) yaitu B adalah bebas linear (kolom yang satu bukan merupakan kelipatan dari kolom yang lain). Solusi (5) juga merupakan solusi basis fisibel, karena nilai-nilai variabelnya lebih dari atau sama dengan nol. T 2.2 Integer Linear Programming Model integer linear programming (ILP) atau disebut juga integer programming (IP), adalah suatu model linear programming dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat (integer). Jika semua variabel harus berupa integer, maka masalah tersebut disebut pure integer programming. Jika hanya sebagian yang harus integer maka disebut mied integer programming. IP dengan semua variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1 IP. (Garfinkel & Nemhauser, 1972) Definisi 3 (Linear Programming Relaksasi) LP-relaksasi dari suatu IP merupakan linear programming yang diperoleh dari IP tersebut dengan menghilangkan kendala integer atau kendala 0-1 pada variabelnya. (Winston, 1995) 2.3 Metode Branch and Bound untuk menyelesaikan masalah Integer Programming Dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk memperoleh solusi optimal dari masalah IP digunakan software Lingo 8.0 yaitu sebuah program yang didesain untuk membangun dan menentukan solusi model linear, nonlinear, dan optimisasi integer menjadi lebih cepat, mudah, dan lebih efisien dengan prinsip pemecahannya berdasarkan metode branch and bound. Prinsip dasar metode branch and bound adalah memecah daerah fisibel dari masalah LP-relaksasi dengan membuat subproblemsubproblem. Daerah fisibel linear programming adalah daerah yang memenuhi semua kendala linear programming. Branch Membuat partisi daerah solusi ke dalam subproblem. Tujuannya untuk menghapus daerah solusi yang tidak fisibel. Hal ini dicapai dengan menentukan kendala yang penting untuk menghasilkan solusi IP, secara tidak langsung titik integer yang tidak fisibel terhapus. Dengan kata lain, hasil pengumpulan dari subproblem subproblem yang lengkap menunjukkan setiap titik integer yang fisibel dari masalah asli. Karena sifat alami partisi itu, maka proses tersebut dinamakan Branching. Bound Misalkan masalahnya diasumsikan merupakan tipe maksimisasi, nilai objektif yang optimal untuk setiap subproblem dibuat

12 3 dengan membatasi pencabangan dengan batas atas dari nilai objektif yang dihubungkan dengan sembarang nilai integer yang fisibel. Hal ini sangat penting untuk mengatur dan menempatkan solusi optimum. Operasi ini yang menjadi alasan dinamakan Bounding. (Taha, 1975) Aspek kunci dari metode branch and bound adalah sebagai berikut : Langkah 1 : jika sudah jelas, maka cabang dalam subproblem tidak diperlukan. Terdapat tiga kondisi yang membuat subproblem tidak diperlukan yaitu: (1) Subproblem tidak fisibel. (2) Subproblem menghasilkan solusi optimal dengan semua variabel bernilai integer. (3) Nilai optimal untuk subproblem lebih kecil dari (dalam masalah memaksimumkan) batas bawah (lower bound/lb). Langkah 2 : Sebuah subproblem mungkin dapat dihapuskan dari pertimbangan dengan kondisi sebagai berikut : (1) Subproblem tidak fisibel. (2) Batas bawah (yang menunjukkan nilai optimal dari kandidat terbaik) setidaknya lebih besar dari nilai optimal subproblem. (Winston, 1995) Contoh 2 Misalkan diberikan integer programming berikut: Maksimumkan z = terhadap , 2 0 dan integer Daerah fisibel untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut: Gambar 1 Daerah fisibel IP. 1 Metode Branch and Bound dimulai dengan menentukan solusi LP-relaksasi (subproblem 1). Solusi LP-relaksasi untuk masalah di atas adalah 1 = 3, 75, 2 = 1, 75, dan z = 23,75. Solusi tersebut tidak memenuhi kendala integer. Oleh karena itu harus dibuat subproblem yang baru dengan memilih variabel yang tidak memenuhi kendala integer. Dengan memilih 1 = 3, 75 secara sembarang, diketahui bahwa daerah ( 3< 1 < 4) dari daerah fisibel subproblem 1 tidak akan memuat solusi IP yang fisibel karena tidak memenuhi kendala integer. Subproblem yang baru adalah sebagai berikut: Subproblem 2 : Subproblem 1 + kendala ( 1 3) Subproblem 3 : Subproblem 1 + kendala ( 1 4) Daerah fisibel untuk subproblem 2 dan subproblem 3 diberikan pada gambar berikut: Gambar 2 Daerah fisibel untuk Subproblem 2 dan Subproblem 3. Subproblem 2 dan subproblem 3 tidak dapat dipenuhi secara bersamaan, sehingga harus diselesaikan sebagai dua masalah linear programing yang berbeda. Pada subproblem 2 diperoleh solusi 1 = 3, 2 = 2, dan z = 23. Karena semua variabel bernilai integer (solusinya memenuhi kendala integer), maka tidak perlu dibuat subproblem baru. Pada subproblem 3 diperoleh solusi 1 = 4, 2 = , dan z = 23,3333. Karena variabelnya tidak memenuhi kendala integer, maka harus dibuat subproblem baru. Subproblem untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut:

13 4 1 2 Subproblem 1 = 3, 75, = 1, 25 dan z = 23, 75 1 > 4 Subproblem 2 1 < 3 Subproblem 3 * = 4, = 0,8333 dan z = 23,3333 = 3, = 2 dan z = > 1 2 < 0 Batas bawah (optimum) Subproblem 4 Solusi takfisibel 1 2 Subproblem 5 = 4,5, = 0 dan z = 22, 5 1 > 5 1 < 4 Subproblem 6 Solusi takfisibel Subproblem 7 * = 4, = 0 dan z = Batas bawah Gambar 3 Metode branch and bound untuk menentukan solusi IP. Pada Gambar 3, subproblem 3 dan subproblem 7 merupakan kandidat terbaik karena semua variabelnya bernilai integer. Subproblem 3 merupakan solusi optimal untuk masalah IP di atas karena mempunyai nilai-z lebih besar dari subproblem 7. Contoh 3 v 1 v 2 v Graf Definisi 4 (Graf) Suatu graf adalah pasangan terurut ( V, E, ) dengan V himpunan takkosong dan hingga dan E adalah himpunan pasangan takterurut yang menghubungkan elemen-elemen V dan dinotasikan dengan G = ( V, E). Elemen V dinamakan simpul (node), dan elemen E dinamakan sisi (edge), dinotasikan sebagai { i, j }, yaitu sisi yang menghubungkan simpul i dengan simpul j, dengan i, j V. Jika e= { i, j} E maka i dikatakan adjacent (berdekatan) dengan j, dan sebaliknya. (Foulds, 1992) v 5 v 4 Gambar 4 Graf G = ( V, E). Pada Gambar 4, V = { v1, v2, v3, v4, v5} dan {{ 1, 2},{ 2, 3},{ 3, 4},{ 4, 5},{ 5, 1} } E = v v v v v v v v v v v 1 adjacent dengan v 2 v adjacent dengan 2 v 3 v adjacent dengan 3 v 4 v adjacent dengan 4 v 5 v adjacent dengan v 1 5

14 5 III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH MANAJEMEN HUTAN Pemodelan untuk mendukung masalah manajemen hutan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks. Banyak negara yang menjadikan hutan sebagai industri, menggunakan model secara besar-besaran untuk mengoptimalkan hasil investasi, present value dari laba bersih, dan ukuran produktivitas kerja. Perencanaan hutan dapat dipandang sebagai masalah multi-level management. Tingkatan yang paling tinggi atau tingkat strategi melibatkan pengidentifikasian terhadap hasil dan tujuan yang layak untuk operasi jangka panjang hingga beberapa periode. Tingkatan menengah atau tingkat analisis taktik dihubungkan dengan menentukan aktivitas dari lahan secara khusus. Tingkatan yang paling rendah atau tingkat operasional yaitu menentukan tempat lokasi pemanenan kayu, jalur transportasi, dan sistem pemanenan kayu. Masing-masing tingkatan sering melibatkan banyak keputusan untuk menentukan lokasi terbaik. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas masalah penentuan lokasi pemanenan dengan memaksimumkan nilai present value dari kayu yang dipanen, setelah itu masalah pemindahan kayu dengan meminimumkan biaya. Penebangan hutan ternyata juga dapat menyebabkan masalah yakni hilangnya spesies dan habitat asli. Oleh karena itu dibahas pula mengenai masalah pemilihan lokasi untuk sistem perlindungan. 3.1 Masalah Penentuan Lokasi Pemanenan Misalkan satu wilayah dibagi menjadi beberapa blok pemanenan, tiap-tiap blok telah ditanami satu atau beberapa pohon. Misalkan: i = unit pengolahan atau daerah t = periode waktu 1, jika blok i dipanen pada it = periode waktu t 0, selainnya v it = present value dari kayu yang akan dipanen pada blok ke-i dalam periode waktu ke-t A = {(i,j) blok i dan blok j berdekatan (adjacent)} Present value adalah nilai sekarang dari kayu yang dipanen yang jatuh tempo pada waktu yang akan datang. Nilainya bergantung pada kualitas kayu yang dihasilkan untuk setiap periode. Semakin tinggi kualitas kayu yang dihasilkan pada suatu lokasi maka semakin besar present value dari kayu tersebut. Pemanenan di tiap blok harus dibatasi agar tidak terjadi penggundulan hutan karena dapat menyebabkan meningkatnya erosi dan mengganggu habitat. Akibat dari batasan itu berarti tidak boleh ada dua blok pemanenan yang berdekatan yang dipanen dalam waktu yang sama. Sasaran utamanya adalah memaksimumkan present value dari kayu yang dipanen dalam periode waktu tertentu, dengan kendala tidak ada dua blok pemanenan yang berdekatan yang dipanen dalam periode waktu yang sama. Masalah ini dapat dimodelkan sebagai berikut: Ma Z = i t v it it Tujuan dari fungsi objektif di atas adalah memaksimumkan present value dari kayu yang dipanen dalam periode waktu tertentu pada blok yang terpilih sebagai tempat pemanenan kayu. Kendala pada masalah ini adalah: 1. Tidak boleh ada pemanenan dari dua blok yang berdekatan dalam waktu yang sama. it + jt 1 (, i j) A dan t 2. Setiap blok tidak dapat dipanen lebih dari satu kali dalam satu periode. 1 i t it 3. Kendala variabel keputusan. 0,1 it, it { } 3.2 Masalah Pemindahan Kayu Pengangkutan hasil kayu yang sudah dipanen membutuhkan beberapa tipe fasilitas. Fasilitas-fasilitas itu meliputi penyortiran dan pemilahan mutu kayu, tempat penyimpanan atau gudang, penggilingan atau tempat pemotongan kayu dan pembuatan bubur kayu, serta pelabuhan untuk diekspor. Contohnya, kayu yang sudah ditebang dibawa ke tempat penyortiran. Di tempat itu terjadi pemisahan kayu yang bermutu baik dan kayu yang kurang bermutu. Kayu yang bermutu baik dibawa ke pelabuhan untuk diekspor, sedangkan kayu yang kurang bermutu akan dijadikan bubur kayu. Ketika kayu akan

15 6 dibawa ke pelabuhan, sering terjadi pemindahan atau transfer muatan kayu antarkendaraan, misalnya dari truk ke kereta. Perubahan alat transportasi seperti dari truk ke kereta itu sering dilakukan untuk mengurangi biaya. Misalkan: i = wilayah pemanenan kayu j = tujuan akhir (misalnya: tempat pemotongan, pelabuhan, dll) k = lokasi potensial untuk tempat pergantian kendaraan ij = volume kayu yang dikirim dari sumber i ke tujuan akhir j ik = volume kayu yang dikirim dari sumber i ke tempat pergantian kendaraan k kj = volume kayu yang dikirim dari tempat pergantian kendaraan k ke tujuan akhir j a i = volume kayu yang harus dikirim dari sumber i c ij = biaya untuk mengirim kayu dari sumber i ke tujuan akhir j (per unit volume) c ik = biaya untuk mengirim kayu dari sumber i ke tempat pergantian kendaraan k (per unit volume) c kj = biaya pengiriman dari tempat pergantian kendaraan k ke tujuan akhir j (per unit volume) d j = permintaan kayu pada tujuan akhir j f k = biaya tetap untuk mengadakan pergantian kendaraan pada k Cap k = kapasitas maksimum kendaraan di k 1, jika lokasi k terpilih untuk y k = tempat pergantian kendaraan 0, selainnya Model pemindahan kayu dapat diformulasikan sebagai berikut: + c + Min Z = c + c ij ij ik ik i j i k f y kj kj k k k j k Tujuan dari fungsi objektif di atas adalah meminimumkan biaya dari sumber ke tujuan akhir, biaya dari sumber ke tempat pergantian kendaraan, biaya dari tempat pergantian kendaraan ke tujuan akhir, serta biaya tetap untuk mengadakan pergantian kendaraan. Kendala pada masalah ini adalah: 1. Volume kayu yang harus dikirim dari wilayah sumber. + = a i k ik ij i j 2. Tidak ada penyimpanan jangka panjang pada tempat pergantian kendaraan. = 0 k ik kj i j 3. Permintaan volume kayu pada tujuan akhir harus dicapai. + d j i ij kj j k 4. Volume kayu yang dikirim ke tempat pergantian kendaraan tidak melebihi kapasitas. i Cap y k ik k k 5. Kendala variabel keputusan. yk { 0,1} k ij, jk, ik Masalah Pemilihan Lokasi untuk Sistem Perlindungan Penebangan hutan yang menyebabkan hilangnya spesies dan habitat asli telah menjadi perhatian khusus untuk melindungi keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, penebangan hutan tidak boleh dilakukan secara sembarangan agar tidak menggangu makhluk hidup lain atau habitatnya. Penebangan hutan mengakibatkan lahan yang tersedia sebagai habitat asli menjadi semakin sempit. Masalah yang muncul yaitu bagaimana membangun suatu lokasi sistem perlindungan dengan lahan yang sempit Masalah Perlindungan Spesies Misalkan terdapat spesies yang ingin ditempatkan dalam lokasi perlindungan. Masalah yang muncul adalah bagaimana memilih lokasi yang menempatkan spesies dengan jumlah paling besar. Misalkan: p = banyaknya unit perencanaan yang dipilih untuk sistem perlindungan j = unit perencanaan i = spesies yang dapat ditempatkan dalam sistem perlindungan 1, jika spesies i tidak ditempatkan dalam lokasi y i = yang dipilih untuk sistem perlindungan 0, selainnya

16 7 j = 1, jika unit perencanaan j terpilih sebagai sistem perlindungan 0, selainnya N i = { j lokasi j berisi spesies i dalam kuantitas tertentu } Masalah perlindungan spesies dapat dimodelkan sebagai berikut: Min Z = yi i Tujuan dari fungsi objektif di atas adalah meminimumkan banyaknya spesies yang tidak ditempatkan dalam lokasi yang dipilih untuk sistem perlindungan atau model ini memilih lokasi yang menempatkan spesies dengan jumlah paling besar. Kendala pada masalah ini adalah: 1. Menunjukkan spesies yang tercakup dalam sistem perlindungan. + y 1 i j Ni j i 2. Menggunakan tepat p lokasi yang telah ditentukan. = p j j 3. Kendala variabel keputusan. j { 0,1} j y 0,1 i i { } Masalah Perlindungan Habitat Spesies bukan satu-satunya faktor yang harus dilindungi dalam daerah perlindungan hutan. Selain spesies, wilayah sebagai habitat juga harus dilindungi. Banyaknya wilayah yang dilindungi dari suatu habitat yang diberikan merupakan indikator penting dalam sistem perlindungan yang baik, sehingga sasarannya adalah memilih unit perencanaan dalam rangka meminimumkan wilayah yang terpilih sebagai lokasi perlindungan. Misalkan : k = j = spesies yang dianggap berisiko atau akan punah unit perencanaan j = a j = luas wilayah unit perencanaan j 1, jika unit perencanaan j dipilih untuk daerah pengaturan perlindungan 0, selainnya S j = layak atau tidaknya unit perencanaan j terpilih (dalam skala 1-10) min k = luas wilayah minimum yang berisi spesies k yang harus dipindahkan untuk melindungi dari kepunahan = luas wilayah spesies k dari unit perencanaan j yang terlibat dalam aktivitas perencanaan w s = bobot yang terkait dengan optimalisasi kelayakan (dalam skala 1-10) w a = bobot yang terkait dengan minimisasi wilayah (dalam skala 1-10) a jk Model BMAS (Biodiversity Management Area Selection Model) : Min Z = w a + w S a j j s j j j j Tujuan dari fungsi objektif di atas adalah meminimumkan banyaknya wilayah yang terpilih sebagai lokasi untuk sistem perlindungan. Kendala pada masalah ini adalah: 1. Pengaturan wilayah yang cukup yang berisi spesies k. a min k j jk j k 2. Kendala variabel keputusan. 0,1 j j { } IV CONTOH KASUS MASALAH MANAJEMEN HUTAN 4.1 Masalah Penentuan Lokasi Pemanenan Misalkan di satu wilayah akan dibangun lokasi untuk pemanenan hasil hutan dalam periode 10 tahun. Wilayah itu dibagi menjadi beberapa blok pemanenan. Blok itu terdiri dari: Blok_A, Blok_B, Blok_C, Blok_D, Blok_E, dan Blok_F. Diketahui Blok_A berdekatan dengan Blok_B, Blok_C berdekatan dengan Blok_D, dan Blok_E berdekatan dengan Blok_F. Pemanenan di tiap blok harus dibatasi agar tidak terjadi penggundulan hutan. Nilai present value dari kayu untuk masing-masing blok adalah sebagai berikut:

17 8 Tabel 1 Nilai present value dari kayu yang dipanen untuk masing-masing blok Periode Blok Blok_A Blok_B Blok_C Blok_D Blok_E Blok_F Masalah di atas dapat dimodelkan sebagai berikut: Misalkan: i = A, B, C, D, E, F t = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 it = 1, jika blok i dipanen pada periode waktu t 0, selainnya Ma Z = A1 B1 1 A8 B8 1 C5 D5 1 E1 F1 1 E8 F8 1 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A A9 A10 B1 B2 B3 B4 B5 B B7 B8 B9 B10 C1 C2 C3 C C5 C6 C7 C8 C9 C10 D1 D D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E E9 E10 F1 F2 F3 F4 F5 F6 230F F F F10 terhadap : +, A2 + B2 1, A4 + B4 1, A3+ B3 1, A5 + B5 1, A6 + B6 1, A7 + B7 1, +, A9 + B9 1, A 10 + B 10 1, C1+ D 1 1, C2 + D2 1, C3 + D3 1, C4 + D4 1, +, C6 + D6 1, C7 + D7 1, C8 + D8 1, C9 + D9 1, C10 + D10 1, +, , , , , , , E F +, , E F E E A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 1 B1+ B2 + B3 + B4 + B5 + B6 + B7 + B8+ B9 + B10 1 C1+ C2 + C3+ C4 + C5 + C6 + C7 + C8 + C9 + C10 1 D1+ D2 + D3 + D4 + D5 + D6 + D7 + D8 + D9 + D10 1 E1+ E2 + E3+ E4 + E5 + E6 + E7 + E8 + E9 + E10 1 F1+ F2 + F3+ F4 + F5 + F6 + F7 + F8+ F9 + F10 1 it { 0,1} it, F F E F E F E F E F Dengan prosedur metode Branch and Bound diperoleh solusi LP-relaksasi yaitu: z = 1405, A1 = 0, A2 = 0, A3 = 0, A4 = 0, A5 = 1, A6 = 0, A7 = 0, A8 = 0, A9 = 0, A10 = 0, B1 = 0, B2 = 1, B3 = 0, B4 = 0, B5 = 0, B6 = 0, B7 = 0, B8 = 0, B9 = 0, B10 = 0, C1 = 0, C 2 = 0, C3 = 0, C 4 = 0, =, 6 = 1, 7 = 0, 8 = 0, 9 = 0, C5 0 C C C C C10 = 0, D1 = 0, D2 = 0, D3 = 0, D4 = 0, D5 = 0, D6 = 0, D7 = 0, D8 = 0, D9 = 0, D10 = 1, E1 = 1, E 2 = 0, E3 = 0, E 4 = 0, E5 = 0, E6 = 0, E7 = 0, E8 = 0, E9 = 0, E10 = 0, F1 = 0, F 2 = 0, F 3 = 0, F 4 = 0, F 5 = 0, F 6 = 0, F 7 = 1, F 8 = 0, F 9 = 0, F10 = 0. Karena semua variabel memenuhi kendala, maka tidak perlu dibuat subproblem

18 9 baru. Sehingga solusi optimal LP-relaksasi merupakan solusi optimal pada masalah IP di atas. Masalah di atas dapat diselesaikan secara cepat dan efisien dengan menggunakan Lingo 8.0. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah berikutnya tidak perlu menggunakan metode Branch and Bound. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa nilai fungsi objektifnya adalah 1405 (lihat Lampiran 1). Wilayah yang terpilih sebagai lokasi pemanenan hasil hutan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Wilayah yang terpilih sebagai lokasi pemanenan kayu Periode Blok Blok_A V Blok_B V Blok_C V Blok_D V Blok_E V Blok_F V Keterangan: Tanda V menunjukkan daerah pemanenan hasil hutan Dari solusi optimal yang diperoleh dapat diketahui bahwa semakin besar nilai present value maka akan semakin besar wilayah itu dipilih sebagai lokasi yang tepat untuk pemanenan hasil hutan. 4.2 Masalah Pemindahan Kayu Misalkan lokasi yang dipilih untuk pemanenan kayu adalah Blok_A, Blok_B, dan Blok_C. Kayu yang sudah ditebang dibawa ke tempat penyortiran. Kayu yang bermutu baik dibawa ke pelabuhan untuk diekspor dan kayu yang kurang bermutu dijadikan bubur kayu. Lokasi pelabuhan terdiri dari: PL_1, PL_2, PL_3, dan PL_4. Untuk mengurangi biaya pengangkutan, sebelum dibawa ke pelabuhan kadang-kadang terjadi pergantian alat transportasi (misalkan: dari truk ke kereta). Terdapat 3 lokasi tempat pergantian kendaraan yaitu: TPK_1, TPK_2, dan TPK_3. Kayu yang diangkut harus dari lokasi yang terpilih sebagai tempat pengolahan kayu dan disimpan dalam gudang dalam waktu yang tidak lama. Volume kayu yang dikirim ke tempat pergantian kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas yang ada sehingga tidak terjadi penumpukan kayu. Permintaan kayu di 4 pelabuhan harus terpenuhi. Hal ini dimaksudkan agar ketika kayu akan diekspor stoknya tidak kosong. Biaya untuk pengiriman kayu sebagai berikut: Tabel 3 Biaya pengiriman kayu Pelabuhan PL_1 PL_2 PL_3 PL_4 Sumber Blok_A Blok_B Blok_C Sumber Tempat Pergantian Kendaraan TPK_1 TPK_2 TPK_3 Blok_A Blok_B Blok_C

19 10 Tempat Pergantian Kendaraan Pelabuhan PL_1 PL_2 PL_3 PL_4 TPK_ TPK_ TPK_ Biaya tetap untuk mengadakan pergantian kendaraan di TPK_1 adalah 75, di TPK_2 adalah 125 dan di TPK_3 adalah 200. Volume kayu yang harus diangkut dari tempat pengolahan kayu di Blok_A adalah 1000, di Blok_B adalah 1500, dan di Blok_C adalah Permintaan kayu di PL_1 adalah 800, di PL_2 adalah 900, di PL_3 adalah 1200, dan di PL_4 adalah Kapasitas maksimum tempat pergantian kendaraan di TPK_1 adalah 500, di TPK_2 adalah 600, dan di TPK_3 adalah 700. Dengan menggunakan Lingo 8.0 dapat diperoleh bahwa nilai fungsi objektifnya adalah (lihat Lampiran 2). Semua tempat untuk pergantian alat transportasi terpilih. Volume kayu yang harus dikirim adalah sebagai berikut: Tabel 4 Volume kayu yang harus dikirim dari wilayah sumber dan tempat pergantian kendaraan Pelabuhan PL_1 PL_2 PL_3 PL_4 Sumber Blok_A Blok_B Blok_C Sumber Tempat Pergantian Kendaraan TPK_1 TPK_2 TPK_3 Blok_A Blok_B Blok_C Pelabuhan Tempat Pergantian PL_1 PL_2 PL_3 PL_4 Kendaraan TPK_ TPK_ TPK_ Dari solusi optimal yang diperoleh dapat diketahui bahwa semakin besar biaya transportasi, jika menggunakan tempat pergantian kendaraan maka wilayah itu tidak akan dipilih sebagai tempat pergantian kendaraan, dan lebih baik langsung dibawa ke pelabuhan. 4.3 Masalah Pemilihan Lokasi untuk Sistem Perlindungan Masalah Perlindungan Spesies Penebangan hutan secara liar akan menyebabkan hutan menjadi gundul. Hal ini dapat menimbulkan sejumlah makhluk hidup hilang dan habitatnya akan rusak. Misalkan di

20 11 sebuah daerah akan dibangun suatu sistem perlindungan dengan lahan yang sempit akibat penebangan hutan. Daerah itu meliputi : SP_1, SP_2, SP_3, SP_4, dan SP_5. Jenis makhluk hidup yang dapat ditempatkan dalam sistem perlindungan itu antara lain : Spesies_1, Spesies_2, Spesies_3, Spesies_4, Spesies_5, dan Spesies_6. Banyaknya unit perencanaan yang dipilih untuk sistem perlindungan adalah 2 daerah. Berikut ini beberapa daerah yang berisi spesies dalam kuantitas tertentu: Spesies Tabel 5 Lokasi yang berisi spesies dalam kuantitas tertentu Unit Spesies_1 Spesies_2 Spesies_3 Spesies_4 Spesies_5 Spesies_6 perencanaan SP_1 V V SP_2 V V V V V SP_3 V V V V V SP_4 V V V SP_5 V V Keterangan : Tanda V menunjukkan spesies berada dalam daerah itu. Dengan menggunakan Lingo 8.0 dapat diperoleh bahwa nilai fungsi objektifnya adalah 0 (lihat Lampiran 3). Daerah yang terpilih sebagai lokasi sistem perlindungan adalah SP_2 dan SP_3. Hal ini disebabkan karena daerah itu menempatkan spesies dengan jumlah paling besar Masalah Perlindungan Habitat Selain spesies, wilayah sebagai habitat juga perlu dilestarikan. Contoh selanjutnya yakni meminimumkan wilayah yang terpilih sebagai lokasi untuk sistem perlindungan. Misalkan makhluk hidup yang dianggap berisiko atau akan punah adalah Spesies_1, Spesies_2, Spesies_3, Spesies_4, dan Spesies_5. Luas wilayah minimum yang berisi spesies tersebut berturut-turut adalah 700, 800, 400, 700, 800. Luas wilayah unit perencanaan antara lain: Wilayah_A, Wilayah_B, Wilayah_C, Wilayah_D, Wilayah_E, dan Wilayah _F berturut-turut adalah 400, 500, 400, 200, 100, 500. Layak atau tidaknya wilayah itu terpilih (dalam skala 1-10) berturut-turut adalah 4, 5, 6, 3, 4, 2. Bobot yang terkait dengan optimalisasi kelayakan dan meminimumkan wilayah (dalam skala 1-10) adalah 7 dan 6. Sedangkan luas wilayah spesies dari unit perencanaan yang terlibat dalam aktivitas perencanaan adalah sebagai berikut: Tabel 6 Luas wilayah spesies dari unit perencanaan yang terlibat dalam aktivitas perencanaan Spesies Spesies_1 Spesies_2 Spesies_3 Spesies_4 Spesies_5 Unit Perencanaan Wilayah_A Wilayah_B Wilayah_C Wilayah_D Wilayah_E Wilayah_F Dengan menggunakan Lingo 8.0 dapat disimpulkan bahwa nilai fungsi objektifnya adalah 7291 (lihat Lampiran 4). Wilayah yang terpilih sebagai daerah pengaturan perlindungan adalah Wilayah_A, Wilayah_D, Wilayah_E, dan Wilayah_F. Dari solusi optimal yang diperoleh dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai layak atau tidaknya unit perencenaan j terpilih maka semakin besar kemungkinan unit perencanaan itu terpilih. Diketahui pula bahwa semakin besar nilai bobot yang terkait dengan

21 12 optimalisasi kelayakan maka nilai fungsi objektif semakin optimal, dan semakin besar bobot yang terkait dengan meminimumkan wilayah maka nilai fungsi objektifnya semakin minimum. V SIMPULAN Sebagai sumber devisa terbesar, hutan memiliki permasalahan yang cukup kompleks. Sejumlah permasalahan manajemen hutan dengan variasi model penempatan lokasi telah diuraikan di atas. Berbagai pertimbangan untuk menyelesaikan permasalahan di atas membuat model sulit dipecahkan. Untuk mempermudah pembahasan telah dicantumkan beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Adapun data yang digunakan untuk menyelesaikan masalah di atas berupa data fiktif karena penulis sulit mendapatkan data yang diinginkan. Permasalahan mengenai manajemen hutan di Indonesia pun sangat berbeda sehingga penulis tidak dapat menggunakan data yang ada. Tulisan ini bertujuan menunjukkan peranan linear programming dalam menyelesaikan masalah manajemen hutan, sehingga para pembuat keputusan terutama sektor publik atau pemerintah dan sektor swasta atau perusahaan dapat mengelola hutan secara optimal agar memberikan keuntungan yang besar tanpa membuat permasalahan yang baru seperti gangguan pada habitat dan makhluk hidup lainnya. DAFTAR PUSTAKA Church, L. R. Murray, A. T. & Weintraub, A Locational issues in forest management. Location Science 6: Foulds, L. R Graph Theory Applications. Springer-Verlag, New York. Garfinkel, R. S. & G. L. Nemhauser Integer Programming. John Willey & Sons, New York. Nash, S. G. & Sofer. A Linear and Nonlinear Programming. McGraw-Hill, New York. Taha, H. A Integer Programming. Academic Press, New York. Winston, W. L Introduction to Mathematical Programming. Dubury Press, California.

22 L A M P I R A N

23 14 Lampiran 1 Program untuk menyelesaikan masalah penentuan lokasi pemanenan dengan menggunakan Lingo 8.0. MODEL: TITLE MASALAH PENENTUAN LOKASI; SETS: LOKASI / BLOK_A BLOK_B BLOK_C BLOK_D BLOK_E BLOK_F/; PERIODE / PER_1.. PER_10 /; KOMBINASI(LOKASI,PERIODE): PILIH, PRESENT_VALUE; ENDSETS DATA: PRESENT_VALUE = ; ENDDATA!FUNGSI OBJEKTIF; MAX PRESENT_VALUE(I,T)*PILIH(I,T));!KENDALA;!Tidak boleh ada pemanenan dari dua blok yang berdekatan dalam waktu yang I#EQ#1:PILIH(I,T)+PILIH(I+1,T) <= I#EQ#3:PILIH(I,T)+PILIH(I+1,T) <= I#EQ#5:PILIH(I,T)+PILIH(I+1,T) <= 1);!Setiap blok tidak dapat dipanen lebih dari satu kali dalam satu END MODEL: Global optimal solution found at iteration: 0 Objective value: Model Title: MASALAH PENGOPERASIAN DAN PENENTUAN LOKASI Variable Value Reduced Cost PILIH( BLOK_A, PER_1) PILIH( BLOK_A, PER_2) PILIH( BLOK_A, PER_3) PILIH( BLOK_A, PER_4) PILIH( BLOK_A, PER_5)

24 PILIH( BLOK_A, PER_6) PILIH( BLOK_A, PER_7) PILIH( BLOK_A, PER_8) PILIH( BLOK_A, PER_9) PILIH( BLOK_A, PER_10) PILIH( BLOK_B, PER_1) PILIH( BLOK_B, PER_2) PILIH( BLOK_B, PER_3) PILIH( BLOK_B, PER_4) PILIH( BLOK_B, PER_5) PILIH( BLOK_B, PER_6) PILIH( BLOK_B, PER_7) PILIH( BLOK_B, PER_8) PILIH( BLOK_B, PER_9) PILIH( BLOK_B, PER_10) PILIH( BLOK_C, PER_1) PILIH( BLOK_C, PER_2) PILIH( BLOK_C, PER_3) PILIH( BLOK_C, PER_4) PILIH( BLOK_C, PER_5) PILIH( BLOK_C, PER_6) PILIH( BLOK_C, PER_7) PILIH( BLOK_C, PER_8) PILIH( BLOK_C, PER_9) PILIH( BLOK_C, PER_10) PILIH( BLOK_D, PER_1) PILIH( BLOK_D, PER_2) PILIH( BLOK_D, PER_3) PILIH( BLOK_D, PER_4) PILIH( BLOK_D, PER_5) PILIH( BLOK_D, PER_6) PILIH( BLOK_D, PER_7) PILIH( BLOK_D, PER_8) PILIH( BLOK_D, PER_9) PILIH( BLOK_D, PER_10) PILIH( BLOK_E, PER_1) PILIH( BLOK_E, PER_2) PILIH( BLOK_E, PER_3) PILIH( BLOK_E, PER_4) PILIH( BLOK_E, PER_5) PILIH( BLOK_E, PER_6) PILIH( BLOK_E, PER_7) PILIH( BLOK_E, PER_8) PILIH( BLOK_E, PER_9) PILIH( BLOK_E, PER_10) PILIH( BLOK_F, PER_1) PILIH( BLOK_F, PER_2) PILIH( BLOK_F, PER_3) PILIH( BLOK_F, PER_4) PILIH( BLOK_F, PER_5) PILIH( BLOK_F, PER_6) PILIH( BLOK_F, PER_7) PILIH( BLOK_F, PER_8) PILIH( BLOK_F, PER_9) PILIH( BLOK_F, PER_10) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_1) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_2) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_3) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_4)

25 PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_5) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_6) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_7) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_8) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_9) PRESENT_VALUE( BLOK_A, PER_10) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_1) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_2) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_3) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_4) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_5) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_6) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_7) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_8) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_9) PRESENT_VALUE( BLOK_B, PER_10) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_1) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_2) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_3) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_4) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_5) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_6) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_7) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_8) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_9) PRESENT_VALUE( BLOK_C, PER_10) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_1) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_2) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_3) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_4) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_5) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_6) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_7) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_8) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_9) PRESENT_VALUE( BLOK_D, PER_10) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_1) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_2) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_3) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_4) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_5) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_6) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_7) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_8) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_9) PRESENT_VALUE( BLOK_E, PER_10) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_1) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_2) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_3) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_4) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_5) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_6) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_7) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_8) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_9) PRESENT_VALUE( BLOK_F, PER_10)

26 17 Row Slack or Surplus Dual Price Lampiran 2 Program untuk menyelesaikan masalah pemindahan kayu dengan menggunakan Lingo 8.0. MODEL: TITLE MASALAH PEMINDAHAN KAYU; SETS: SUMBER / BLOK_A BLOK_B BLOK_C/: VOL_KAYU; TUJUAN / PL_1 PL_2 PL_3 PL_4 /: DEMAND; PERPINDAHAN / TPK_1 TPK_2 TPK_3/: PILIH, FIX_COST, KAPASITAS; KOMBINASI_1(SUMBER,TUJUAN): VOLUME_1, BIAYA_1; KOMBINASI_2(SUMBER,PERPINDAHAN): VOLUME_2, BIAYA_2; KOMBINASI_3(PERPINDAHAN,TUJUAN): VOLUME_3, BIAYA_3; ENDSETS

27 18 DATA: BIAYA_1 = ; BIAYA_2 = ; BIAYA_3 = ; FIX_COST = ; VOL_KAYU = ; DEMAND = ; KAPASITAS = ; ENDDATA!FUNGSI OBJEKTIF; MIN Volume kayu yang harus dikirim dari wilayah = VOL_KAYU(I));!Tidak ada penyimpanan jangka panjang pada tempat pergantian = 0);!Permintaan volume kayu pada tujuan akhir harus >= DEMAND(J));!Volume kayu yang dikirim ke tempat perpindahan kendaraan tidak melebihi <= KAPASITAS(K)*PILIH(K));!Kendala >= >= >= 0); END MODEL:

28 19 Global optimal solution found at iteration: 26 Objective value: Model Title: MASALAH PEMINDAHAN KAYU Variable Value Reduced Cost VOL_KAYU( BLOK_A) VOL_KAYU( BLOK_B) VOL_KAYU( BLOK_C) DEMAND( PL_1) DEMAND( PL_2) DEMAND( PL_3) DEMAND( PL_4) PILIH( TPK_1) PILIH( TPK_2) PILIH( TPK_3) FIX_COST( TPK_1) FIX_COST( TPK_2) FIX_COST( TPK_3) KAPASITAS( TPK_1) KAPASITAS( TPK_2) KAPASITAS( TPK_3) VOLUME_1( BLOK_A, PL_1) VOLUME_1( BLOK_A, PL_2) VOLUME_1( BLOK_A, PL_3) VOLUME_1( BLOK_A, PL_4) VOLUME_1( BLOK_B, PL_1) VOLUME_1( BLOK_B, PL_2) VOLUME_1( BLOK_B, PL_3) VOLUME_1( BLOK_B, PL_4) VOLUME_1( BLOK_C, PL_1) VOLUME_1( BLOK_C, PL_2) VOLUME_1( BLOK_C, PL_3) VOLUME_1( BLOK_C, PL_4) BIAYA_1( BLOK_A, PL_1) BIAYA_1( BLOK_A, PL_2) BIAYA_1( BLOK_A, PL_3) BIAYA_1( BLOK_A, PL_4) BIAYA_1( BLOK_B, PL_1) BIAYA_1( BLOK_B, PL_2) BIAYA_1( BLOK_B, PL_3) BIAYA_1( BLOK_B, PL_4) BIAYA_1( BLOK_C, PL_1) BIAYA_1( BLOK_C, PL_2) BIAYA_1( BLOK_C, PL_3) BIAYA_1( BLOK_C, PL_4) VOLUME_2( BLOK_A, TPK_1) VOLUME_2( BLOK_A, TPK_2) VOLUME_2( BLOK_A, TPK_3) VOLUME_2( BLOK_B, TPK_1) VOLUME_2( BLOK_B, TPK_2) VOLUME_2( BLOK_B, TPK_3) VOLUME_2( BLOK_C, TPK_1) VOLUME_2( BLOK_C, TPK_2) VOLUME_2( BLOK_C, TPK_3) BIAYA_2( BLOK_A, TPK_1) BIAYA_2( BLOK_A, TPK_2) BIAYA_2( BLOK_A, TPK_3)

29 20 BIAYA_2( BLOK_B, TPK_1) BIAYA_2( BLOK_B, TPK_2) BIAYA_2( BLOK_B, TPK_3) BIAYA_2( BLOK_C, TPK_1) BIAYA_2( BLOK_C, TPK_2) BIAYA_2( BLOK_C, TPK_3) VOLUME_3( TPK_1, PL_1) VOLUME_3( TPK_1, PL_2) VOLUME_3( TPK_1, PL_3) VOLUME_3( TPK_1, PL_4) VOLUME_3( TPK_2, PL_1) VOLUME_3( TPK_2, PL_2) VOLUME_3( TPK_2, PL_3) VOLUME_3( TPK_2, PL_4) VOLUME_3( TPK_3, PL_1) VOLUME_3( TPK_3, PL_2) VOLUME_3( TPK_3, PL_3) VOLUME_3( TPK_3, PL_4) BIAYA_3( TPK_1, PL_1) BIAYA_3( TPK_1, PL_2) BIAYA_3( TPK_1, PL_3) BIAYA_3( TPK_1, PL_4) BIAYA_3( TPK_2, PL_1) BIAYA_3( TPK_2, PL_2) BIAYA_3( TPK_2, PL_3) BIAYA_3( TPK_2, PL_4) BIAYA_3( TPK_3, PL_1) BIAYA_3( TPK_3, PL_2) BIAYA_3( TPK_3, PL_3) BIAYA_3( TPK_3, PL_4) Row Slack or Surplus Dual Price

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 0 I PEDAHULUA. Latar Belakang Peternakan didefinisikan sebagai suatu usaha untuk membudidayakan hewan ternak. Jika dilihat dari enis hewan yang diternakkan, terdapat berbagai enis peternakan, salah satunya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG Oleh : FEBIANA RESI SAPTA G540037 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 008

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 8 I PENDAHULUAN Latar elakang Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering diumpai baik oleh pemerintah maupun oleh produsen Dalam pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada berbagai masalah

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007)

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007) 2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK DWI SETIANTO.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik, karena air bersifat terbarukan dan dinamis. Ini artinya sumber utama air yang berupa

Lebih terperinci

Daerah fisibel untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut :

Daerah fisibel untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut : L A M P I R A N 3 4 Lampiran Contoh penyelesaian suatu LP dengan metode branch and bound Dari LP pada Contoh Misalkan diberikan integer programming berikut: Maksimumkan z = 7x + 5x () Terhadap : x + x

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa isu yang merebak akhir-akhir ini menunukkan bahwa pertumbuhan umlah penduduk di dunia yang saat ini mencapai sekitar 6.8 milyar berdampak pada aktivitasaktivitas

Lebih terperinci

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK BENCANA ALAM ELLY ZUNARA

MODEL OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK BENCANA ALAM ELLY ZUNARA MODEL OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK BENCANA ALAM ELLY ZUNARA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 ABSTRACT ELLY ZUNARA. Optimization

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 0 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obek Kaian.. Universitas Terbuka Universitas Terbuka (UT) yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 4 September 984 sebagai universitas negeri yang ke-45 dengan Keputusan

Lebih terperinci

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER 1 PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER FENNY RISNITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh

Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh LAMPIRAN 26 27 Lampiran 1 Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch-and-Bound beserta Hasil yang Diperoleh 1) LP-relaksasi masalah (6) Max z = 3x1+ 5x2

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT OMNI INTERNASIONAL TANGERANG VIANEY CHRISTINE AMBARITA

PENJADWALAN PERAWAT KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT OMNI INTERNASIONAL TANGERANG VIANEY CHRISTINE AMBARITA PENJADWALAN PERAWAT KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT OMNI INTERNASIONAL TANGERANG VIANEY CHRISTINE AMBARITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI UNTUK PENENTUAN LOKASI PETAK PEMANENAN HUTAN (Implementasi Pada Pemanenan Hutan Akacia mangium di KPH Bogor Perum Perhutani)

MODEL OPTIMASI UNTUK PENENTUAN LOKASI PETAK PEMANENAN HUTAN (Implementasi Pada Pemanenan Hutan Akacia mangium di KPH Bogor Perum Perhutani) MODEL OPTIMASI UNTUK PENENTUAN LOKASI PETAK PEMANENAN HUTAN (Implementasi Pada Pemanenan Hutan Akacia mangium di KPH Bogor Perum Perhutani) Oleh : JAYADIN G54103028 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT IRWAN HADI PRAYITNO G

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT IRWAN HADI PRAYITNO G PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT IRWAN HADI PRAYITNO G 54102028 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MAHNURI

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MAHNURI PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MAHNURI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND Siti Rahmatullah, Mamika Ujianita Romdhini, Marwan, Lailia Awalushaumi (Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND βeta p-issn: 2085-5893 / e-issn: 2541-0458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 5 No. 2 (Nopember) 2012, Hal. 99-107 βeta 2012 PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH : STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MAYANG SARI G

MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH : STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MAYANG SARI G MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH : STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MAYANG SARI G5403006 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL OPTIMISASI PENGGUNAAN BINATANG BURUAN SECARA KONSUMTIF AHDIANI FEBRIYANTI G

MODEL OPTIMISASI PENGGUNAAN BINATANG BURUAN SECARA KONSUMTIF AHDIANI FEBRIYANTI G MODEL OPTIMISASI PENGGUNAAN BINATANG BURUAN SECARA KONSUMTIF AHDIANI FEBRIYANTI G54104020 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENENTUAN RUTE BUS

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN SIARAN IKLAN MOBILE PERUSAHAAN ZAGME AAM KURNIAWAN

MASALAH PENJADWALAN SIARAN IKLAN MOBILE PERUSAHAAN ZAGME AAM KURNIAWAN MASALAH PENJADWALAN SIARAN IKLAN MOBILE PERUSAHAAN ZAGME AAM KURNIAWAN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 MASALAH PENJADWALAN SIARAN

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 28 Mei 2013 sampai 28 Juni 2013, sesuai dengan izin yang diberikan oleh Kepala Cabang PT. Mega

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer Program Integer merupakan pengembangan dari Program Linear dimana beberapa atau semua variabel keputusannya harus berupa integer. Jika hanya sebagian variabel

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi Produksi yang dalam bahasa inggris disebut production adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa Produk yang dihasilkan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 2 PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm IMPLEMENTASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA 0-1 KNAPSACK PROBLEM UNTUK MENGOPTIMALKAN MUATAN BARANG Arum Pratiwi,

Lebih terperinci

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi.

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi. Contoh Dari graf G pada Gambar 1 didapat e 1 incident dengan simpul dan, e incident dengan simpul dan, e 3 tidak incident dengan simpul, v, dan. Definisi 3 (Adjacent) Jika e={p,q} E, maka simpul p dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Produksi dan Operasi Manajeman (management) merupakan proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Bateman, Thomas S. : 2014)

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

MASALAH PENENTUAN KOMBINASI TERMINAL DAN RUTE KAPAL SAEPUDIN HIDAYATULLOH

MASALAH PENENTUAN KOMBINASI TERMINAL DAN RUTE KAPAL SAEPUDIN HIDAYATULLOH MASALAH PENENTUAN KOMINASI TERMINAL DAN RUTE KAPAL SAEPUDIN HIDAYATULLOH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN OGOR OGOR 2009 ASTRACT SAEPUDIN HIDAYATULLOH.

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN. Kerjakan soal-soal berikut ini dengan singkat dan jelas!

SOAL LATIHAN. Kerjakan soal-soal berikut ini dengan singkat dan jelas! SOAL LATIHAN Kerjakan soal-soal berikut ini dengan singkat dan jelas! 1. Suatu perusahaan mempunyai tiga lokasi gudang yaitu F a, F b dan F c yang akan didistribusikan ke 3 kota yaitu W 1, W 2 dan W 3.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming 2.1.1 Model Linier Programming Pemrograman linier adalah sebuah model matematik untuk menjelaskan suatu persoalan optimasi. Istilah linier menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan I. Pendahuluan A. Latar Belakang (Min. 1 lembar) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ada pada modul 1 ini adalah : Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM.

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com - Linear Programming Linear programing (LP) adalah salah satu metode matematis yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB VI Program Linear Bilangan Bulat

BAB VI Program Linear Bilangan Bulat BAB VI Program Linear Bilangan Bulat Permasalahan program linear bilangan bulat muncul ketika kita harus memutuskan jumlah barang yang kita perlukan berbentuk bilangan bulat, seperti menentukan banyaknya

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer 2.1.1 Definisi Program Integer Program Integer adalah program linier (Linear Programming) di mana variabelvariabelnya bertipe integer(bulat). Program Integerdigunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Program Linear adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi suatu model linear dengan berbagai kendala yang dihadapinya. Masalah program

Lebih terperinci

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer.

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 1 PEMROGRAMAN LINEAR BULAT (INTEGER LINEAR PROGRAMMING - ILP) Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? METODE SIMPLEKS Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 2 1 INTEGER LINEAR PROGRAMMING

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH : STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MAYANG SARI G

MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH : STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MAYANG SARI G MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH : STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MAYANG SARI G54103006 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN YANG DIPERUMUM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BRANCH-AND-BOUND YANG DIREVISI

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN YANG DIPERUMUM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BRANCH-AND-BOUND YANG DIREVISI PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN YANG DIPERUMUM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BRANCH-AND-BOUND YANG DIREVISI Siti Nur Aisyah 1), Khusnul Novianingsih 2), Entit Puspita 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Dualitas Dalam Model Linear Programing Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Dualitas Dalam Model Linear Programing Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi KONSEP

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 17 5 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL PESTI NOVTARIA

Lebih terperinci

OPT.IMASI ALAT ANGKUT PENGIRIMAN BERAS (Studi Kasus pada PT. Umbul Berlian Semarang)

OPT.IMASI ALAT ANGKUT PENGIRIMAN BERAS (Studi Kasus pada PT. Umbul Berlian Semarang) 2012 Enty Nur Hayati 58 OPT.IMASI ALAT ANGKUT PENGIRIMAN BERAS (Studi Kasus pada PT. Umbul Berlian Semarang) Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VI,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model RISET OPERASIONAL MINGGU KE- Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik riset operasi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network :

Lebih terperinci

Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis

Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis Fildah Ananda Amalia - 13515127 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam menentukan rantaian terpendek diantara pasangan node (titik) tertentu dalam suatu graph telah banyak menarik perhatian. Persoalan dirumuskan sebagai kasus

Lebih terperinci