Koko Martono FMIPA - ITB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Koko Martono FMIPA - ITB"

Transkripsi

1 Koo Martono FMIPA - ITB 7 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adala suatu persamaan yang mengaitan fungsi dan turunan atau diferensialnya Untu fungsi satu peuba pada persamaannya terlibat turunan biasa, seingga disebut persamaan diferensial biasa (PDB) Untu fungsi lebi dari satu peuba pada persamaannya terlibat turunan parsial, seingga disebut persamaan diferensial parsial (PDP) Ilustrasi () yy = y -, () ( y ) - y + y= 0, () y -y - y= sin adala PDB sedangan () u + uyy = 0, () u + uy = u adala PDP Tingat dan derajat persamaan diferensial biasa Tingat (orde) PDB adala indes tertinggi dari turunan yang terlibat pada persamaannya Derajat (degree) PDB adala pangat tertinggi dari turunan yang terlibat pada persamaannya PDB yang berderajat satu dinamaan persamaan diferensial linear Ilustrasi () ( y ) - y + y = 0 adala PDB tingat satu dan derajat dua, dan () ( y ) + ( y ) + y= adala PDB tingat dua dan derajat tiga Solusi persamaan diferensial biasa Solusi PDB adala suatu eluarga fungsi atau fungsi yang digantian e persamaannya merupaan pernyataan benar (memenui persamaan) Solusi umum PDB adala suatu eluarga fungsi dengan beberapa parameter yang memenui persamaannya Solusi usus PDB adala suatu fungsi yang merupaan anggota dari eluarga solusi umumnya Solusi singular PDB adala suatu fungsi yang memenui persamaannya tetapi buan anggota dari solusi umumnya

2 PDB T 8 Ilustrasi Keluarga fungsi y= cos + sin adala solusi umum dari y + y= 0 arena y =- sin + cos dan y =-cos -sin memenui y + y= 0 Sala satu anggota eluarga fungsi y= cos + sin adala y = cos memenui y + y= 0, y(0) =, y (0) = 0 arena y =-sindan y =-cos bila digantian e persamaannya adala pernyataan benar Keluarga fungsi y= - adala solusi umum PDB ( y ) - y + y= 0 arena bila y = digantian, maa diperole = 0, suatu pernyataan yang benar Tetapi fungsi 4 y = juga solusi PDB ini y y = 4 0 c = / c = / c = / c = c = / c = arena benar Fungsi 4 y = dan ( ) - + = 0 pernyataan 4 y = yang tida diperole dari solusi umum y= - adala solusi singular PDB ini Peratian bawa urva solusi umum PDB ini selalu menyinggung solusi singularnya Persamaan diferensial biasa tingat dua dengan oefisien onstan Bentu umum PDB tingat dua dengan oefisien onstan adala y + ay + by = f(), a,b onstanta real dan f ontinu pada selang I Dalam asus f () = 0diperole PDB tingat dua y + ay + by = 0, a,b onstanta real, yang dinamaan PDB omogen tingat dua dengan oefisien onstan Solusi PDB omogen tingat dua dengan oefisien onstan Misalan y + ay + by = 0, a,b onstanta real mempunyai persamaan arateristi r + ar+ b= 0 dengan aar r dan r Solusi PDB ini adala: Jia r πr, r, r Œ, maa solusinya adala y = e + e Jia r = r = r, rœ, maa solusinya adala y = ( + ) e r Jia r= p + qi dan r= p -qi, p, qœ, i =- ( r dan r bilangan omples), maa solusinya adala y = e ( cosq+ sin q) p r r

3 PDB T 9 onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua (a) y -y - y = 0 (b) y - 4y + 4y = 0 (c) y + 4y + y = 0 (a) Persamaan arateristinya adala r r = 0, atau (r + )(r ) = 0, seingga aar arateristinya adala r = dan r = Jadi solusi persamaan diferensialnya adala y = e + - e (b) Persamaan arateristinya adala r 4r + 4 = 0, atau (r ) = 0, seingga aar arateristinya adala r = r = r = Jadi solusi persamaan diferensialnya adala y = ( + ) e (c) Persamaan arateristinya adala r + 4r + = 0 Gunaan rumus abc, - 4± ± 6i diperole r = = = - ± i, seingga aar arateristinya adala r = + i dan r = i Jadi solusi persamaan diferensialnya adala y = e ( cos+ sin ) - Konstrusi solusi PDB omogen tingat dua dengan oefisien onstan Tulisla persamaan diferensial y + ay + by = 0, a, b onstanta real dalam bentu operator diferensial D, d d ( D + ad+ b) y = 0, D= dand = Bentu uadrat dalam D selalu dapat diuraian atas dua fator linear dalam sistem bilangan omples, yaitu D + ad + b = (D r )(D r ), seingga persamaan diferensialnya dapat ditulis (D r )(D r )y = 0 Persamaan uadrat r + ar + b = 0 yang mengasilan aar r dan r dinamaan persamaan arateristi dan r, r aar arateristi Untu menyelesaian (D r )(D r )y = 0, misalan u = (D r )y, maa (D r )u = 0, atau - ru = 0 Pisaan peubanya dan du selesaian, r d diperole u = e Aibatnya ( D- r ) y = e, atau y - r y = e r d d Ú - rd -r r Selesaian ini dengan fator integrasi f i = e = e, diperole -r -r r -r ( r-r) e y = Ú e e d+ atau e y = Ú e d+ Kelompoan solusi ini atas tiga emunginan beriut

4 PDB T 0 Kasus : r πr, r, r Œ (edua aarnya bilangan real yang berbeda) Untu asus ini diperole - r ( r - r) ( r - r), Ú e y = e d + = r- r e + yang bentu esplisitnya adala r - r r r r r y = e + e = e + e r r Jadi solusi y + ay + by = 0, r πr, r, r Œ adala y = e + e Kasus : r = r = r, rœ (edua aarnya bilangan real yang sama) -r Untu asus ini diperole e y = d+ = + = +, yang bentu esplisitnya adala y = ( + ) e Jadi solusi y + ay + by = 0, r = r = r, rœ adala y = ( + ) e Kasus : Ú r = p + qi dan r = p -qi, p, qœ, i =- (edua aarnya bilangan omples) Untu asus ini andaian sifat integral dan pangat esponen real berlau untu esponen omples Karena r r, maa solusinya adala r r ( p+ qi) ( p-qi) p qi -qi y = ce + c e = ce + c e = e ( ce + c e ) dengan c dan c onstanta omples Gunaan rumus Euler qi -qi e = cosq+ isin q dan e = cosq- isin q, maa solusinya menjadi y = ce + c e = e ( c (cosq+ isin q) + c (cosq+ isin q ) r r p p p ( ) = e ( c + c )cos q+ ( c - c )sin q = e ( cosq+ sin q) dengan = c + c dan = (c c )i Nyataan c dan c dalam dan, diperole c = ( i) dan c = ( + i) Karena c dan c bilangan omples seawan, maa dan adala bilangan real Jadi solusi y + ay + by = 0, p r = p+ qi dan r = p-qi, p, qœ, i =- adala y = e ( cosq+ sin q),,, p, qœ r r

5 PDB T onto Tentuan solusi usus (masala nilai awal) dari PDB omogen tingat dua 4y - 4y + y = 0, y(0) =-, y (0) = Persamaan arateristinya adala 4r 4r + = 0, atau 4(r ) = 0, seingga aar arateristinya adala r = Jadi solusi umum persamaan / diferensialnya adala y= ( + ) e Searang tentuan solusi ususnya Dari y (0) =- diperole =-, seingga / y= ( - ) e Karena y (0) = diperole =- +, seingga = / / Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala y = ( -) e + e, maa dari / y= (- ) e onto Tentuan solusi usus (masala nilai awal) dari PDB omogen tingat dua 9y - 6y + 5y = 0, y(0) = 6, y (0) = 0 Persamaan arateristinya adala 9r 6r + 5 = 0 Gunaan rumus abc, ± - ± 8 8 i diperole r = = = ± i, seingga aar arateristinya adala r = + i dan r = - i Jadi solusi umum persamaan diferensialnya adala / cos sin y = e ( + ) / / / sin cos 6cos sin 0= + 6= +, seingga Searang tentuan solusi ususnya Dari y (0) = 6 diperole = 6, seingga y = e ( 6cos + sin ) Karena y = e (- 4 + ) + e ( + ) maa dari y (0) = 0 diperole Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala / / 6cos sin cos sin y = e ( + ) = e ( + ) = =

6 PDB T Solusi PDB ta omogen tingat dua dengan oefisien onstan Aan ditentuan bentu umum solusi PDB ta omogen y + ay + by = f(), a,b onstanta real dan f ontinu pada selang I Solusi umum PDB omogen y + ay + by = 0 adala y = u () + u (), dengan u dan u berbentu fungsi esponen, suubanya linear, sinus, dan osinus beserta ombinasinya Jia y dan y adala solusi dari y + ay + by = f(), maa diperole y + ay + by = f() dan y + ay + by = f( ), yang selisinya memenui ( y- y) + a( y- y) + b( y- y) = 0 Aibatnya y- y adala solusi dari y + ay + by = 0, seingga y- y = y Jadi solusi umum PDB y + ay + by = f() adala y = y + y y solusi omogen dan, y solusi usus yang aan dicari Metode oefisien ta tentu (MKT) untu mencari solusi usus y Gagasan metode oefisien ta tentu adala solusi usus y dari PDB y + ay + by = f() berbentu sama seperti f () dengan oefisien yang ta tentu dan aan dicari Metode ini anya dapat digunaan untu asus f () memuat bentu serupa dengan solusi omogennya, tetapi f () buan sala satu dari solusi omogennya Metode mencari solusi usus Pilila y disertai beberapa oefisien, yang dicari dengan menggantian y, y, y e PDB dan samaan oefisiennya Piliany yang sesuai diperliatan tabel beriut Jia y muncul di persamaan omogennya, alian y dengan atau Bentu f () p Bentu y yang dicoba f () = e y = Ke, K dicari f () = p y = K + L+ M, K, L, M dicari f () = cos, f () = sin y = Kcos+ Lsin, K, L dicari

7 PDB T onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua y -y - y= e Persamaan arateristinya adala r r = 0, atau (r + )(r ) = 0, seingga aar arateristinya adala r = dan r = Jadi solusi omogen persamaan diferensialnya adala y = e + - e obala solusi usus y, = Ke K dicari Turunan pertama dan edua dari y adala y = Ke dan y = 9 Ke Gantian y e persamaan yang diberian dan tentuan oefisien K, diperole y -y - y = e 9Ke -Ke - Ke = e 4Ke = e 4K = K = Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala solusi umumnya adala y - y= y + y = e + e + e e, = seingga onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua y -y - y= e + 4 Seperti soal di atas, solusi omogen persamaan diferensialnya adala - y = e + e obala solusi usus y = Ke + L+ M, K, L, M dicari Turunan pertama dan edua dari y adala y = Ke + Ldan y = Ke Gantian y e persamaan yang diberian dan tentuan oefisien K, L, dan M, diperole y -y - y = e + 4 Ke -Ke -L-Ke -L- M= e + 4 -Ke - L- ( L+ M) = e K = - L = 4 L+ M= 0 K =- L =- M = Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala y =-e - +, seingga solusi umumnya adala - y= y + y = e + e -e - +

8 PDB T 4 onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua y -y - y= 4 Seperti soal di atas, solusi omogen persamaan diferensialnya adala - y = e + e obala solusi usus y = K + L+ M, K, L, M dicari Turunan pertama dan edua dari y adala y = K+ L dan y = K Gantian y e persamaan yang diberian dan tentuan oefisien K, L, dan M, diperole y -y - y = 4 K -K -L -K -L - M = 4 - K + (-K- L) + (K- M- L) = 4 - K = 4 -K - L = 0 K -M- L= 0 K=- L=- K= M = ( K- L) = - Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala y =- + -, seingga solusi umumnya adala y= y + y = e + e onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua y -y - y= 0sin Seperti soal di atas, solusi omogen persamaan diferensialnya adala - y = e + e obala solusi usus y = Kcos+ Lsin, K, L dicari Turunan pertama dan edua dari y adala y =- Ksin+ Lcos dan y =-Kcos-Lsin Gantian y e persamaan yang diberian dan tentuan oefisien K dan L, diperole -Kcos- Lsin+ Ksin-Lcos-Kcos- Lsin = 0sin (- K- L)cos + ( K- L)sin = 0sin -K - L = 0 dan K- L = 0 Gantian L=-Ke persamaan edua, diperole 0K = 0, seingga K = dan L = Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala y = cos- sin, seingga solusi umumnya adala - y= y + y = e + e + cos- sin

9 PDB T 5 onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua y - y + y= e Persamaan arateristinya adala r r + = 0, atau (r ) = 0, seingga aar arateristinya adala r = Jadi solusi omogen persamaan diferensialnya adala y = ( + ) e Karena e dan e suda muncul pada y (mengasilan ruas anan nol), maa cobala solusi usus y = K e, K dicari Turunan pertama dan edua dari Gantian y adala y = K e + Ke dan y e persamaan y - y + y = e y = K e + 4Ke + Ke dan tentuan K, diperole K e+ 4Ke+ Ke-Ke- 4Ke+ Ke= e Ke = e K = Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala y solusi umumnya adala y= y + y = ( + ) e + e = e, seingga onto Tentuan solusi umum PDB tingat dua y + 4y = 4 Persamaan arateristinya adala r + 4r = 0, atau r(r + 4) = 0, seingga aar arateristinya adala r = 0 dan r = 4 Jadi solusi omogen persamaan diferensialnya adala y = + e 4 - Solusi usus berbentu fungsi uadrat ta dapat digunaan arena bila digantian ruas irinya linear dan ruas anannya uadrat obala solusi usus y = ( K + L+ M), K, L, M dicari Turunan pertama dan edua dari y adala y = K + L+ M dan y = 6K+ L Gantian y e persamaan y + 4y = 4 dan tentuan K, L, dan M, diperole 6K+ L+ K + 8L+ 4M = 4 K + (6 K+ 8 L) + ( L+ 4 M) = 4 K= 4 fi K= 6K+ 8L= 0fi L=- 4 L+ 4M = 0fi M= 8 Jadi solusi usus persamaan diferensialnya adala seingga solusi umumnya adala y = , y= y + y = + e + - +

10 PDB T 6 Metode variasi parameter (MVP) untu mencari solusi usus y Solusi omogen PDB y + ay + by = f() adala y = u () + u(), p p p p, parameter dan u, u berbentu e, e, e cos q, e sin q Gagasan metode variasi parameter adala asumsi bawa solusi usus y dari PDB y + ay + by = f() berbentu sama seperti y tetapi parameter dan bervariasi dengan diganti fungsi v () dan v (), yaitu y = v() u() + v() u(), v dan v dicari Tulis tanpa peubanya, y = vu + vu Turunan pertama dari y adala y = vu + u v + v u + u v = ( vu + v u ) + ( u v + u v ) Untu mencari v dan v arus ditetapan dua persamaan yang terait dengan dua syarat Karena sala satu syarat adala y memenui PDB, maa syarat edua ditetapan agar y anya memuat v dan v saja, seingga diperole uv + uv = 0 dan y = vu + vu Dari sini, y = vu + u v + vu + u v Gantian y, y,dany e PDB y + ay + by = f() dan sederanaan, maa diperole uv + u v = f () Ïuv + uv = 0 Selesaian sistem persamaan Ì, solusinya adala Óuv + u v = f() -u() f() u() f() u u v = dan v W =, W= () = ( uu W -uu )() u u Dari sini diperole v = v() =Ú d dan v v () d -u () f() u () f() W = =Ú W p p p p atatan W 0 u, u berbentu e, e, e cos q, atau e sin q Kesimpulan Solusi usus PDB y + ay + by = f() adala y = v() u() + v() u() dengan -u () f() W v v() d = =Ú dan v v () d u () f() W = =Ú, W= ( uu -u u )( ) determinan Wronsi

11 PDB T 7 onto Tentuan solusi umum PDB y - y + y= e dengan MVP Persamaan arateristinya adala r r + = 0, atau (r ) = 0, seingga aar arateristinya adala r = Jadi solusi omogen persamaan diferensialnya adala y = ( + ) e = e + e Solusi ususnya adala y = vu + vudengan u = e dan u = e Turunan pertama dari u dan u adala u = e + e dan u = e, seingga W= ( uu - u u )( ) = e e - e ( e + e ) =-e Menurut metode variasi parameter, v u() f() e e = - d = - d = Ú W Ú -e u() f() e e Ú W Ú -e v = d = d =- seingga y = vu + vu= e - e = e Jadi solusi umum persamaan diferensialnya adala y= y + y = ( + ) e + e, onto Tentuan solusi umum PDB y + y= csc dengan MVP Persamaan arateristinya adala r + = 0, atau (r + i)(r i) = 0, i =, seingga aar arateristinya adala r = i dan r = i Jadi solusi omogen persamaan diferensialnya adala y = cos + sin Solusi ususnya adala y = vu + vudengan u = cos dan u= sin Turunan pertama dari u dan u adala u =-sin dan u = cos, seingga W= ( uu - u u )( ) = cos cos -sin ( - sin ) = cos + sin = Menurut metode variasi parameter, -u () f() -sin csc Ú W Ú Ú u() f() cos csc cos dsin W sin sin v = d= d=- d = - Ú Ú Ú Ú, v = d= d= d= = ln sin seingga y = vu + vu=- cos + (sin )ln sin Jadi solusi umum persamaan diferensialnya adala y= y + y = cos + sin - cos + (sin )ln sin

12 PDB T 8 Gera armonis sederana partiel Suatu partiel bergera sepanjang garis lurus dan berosilasi seitar = 0 Posisi partiel saat t adala (t) dan percepatan a(t) memenui a(t) = (t), > 0, yang meberian PDB + = 0, > 0 Jia persamaan diferensialnya diselesaian, maa solusi = (t) memberian informasi eduduan partiel pada setiap saat t Karena a(t) = (t), maa diperole PDB (t) = (t), > 0, yang tanpa peubanya dapat ditulis + = 0, > 0 Selesaian persamaan diferensial omogen dengan oefisien onstan ini Persamaan arateristi r + = 0 dengan > 0 memberian aar arateristi r = i dan r =- i, seingga solusi umum PDB adala = () t = cos t+ sin t Misalan = ω, maa solusi ini dapat ditulis = () t = coswt+ sinwt= Asin( wt+ d), A> 0; dengan A A A = +, sin d =, dan cos d = Solusi = () t = Asin( wt+ d) adala fungsi periodi dengan periode p w, amplitudonya A, dan freurensinya w p Peratian urva = (t) yang bentunya sinusoidal pada gambar di bawa A = (t) π /ω 0 t A

13 PDB T 9 Pegas spiral Suatu pegas spiral yang panjangnya p 0 digantung vertial Benda yang massanya m digantungan pada ujung bawa pegas sampai eadaan setimbang dan panjang pegas bertamba p Kemudian benda ditari e bawa sejau 0 dan dilepasan p 0 eadaan awal p 0 0 m eadaan setimbang 0 m dengan massa m m eadaan setela eadaan setela benda dilepasan benda ditari e bawa Aan ditentuan persamaan diferensial beserta solusinya sebagai model matematia masala ini bilamana (a) geraannya tida mengalami ambatan udara dan (b) geraannya mengalami ambatan udara sebanding dengan ecepatan benda Pilila suatu sistem oordinat dengan ara positif e bawa Gaya yang beerja pada benda setela di tari e bawa dan dilepasan adala gaya gravitasi dan gaya pegas Gaya gravitasinya adala F = mg; m massa benda dan g percepatan gravitasi Gaya pegasnya adala F = (p + ), > 0; p + regangan pegas dan onstanta pegas Gaya pegas diperole dari uum Hooe (gaya pegas sebanding dengan regangan pegas) dan aranya berlawanan dengan ara regangan pegas (a) Kasus ambatan udara diabaian Gaya total pada sistem ini adala F= F + F = mg- ( p + ) = ( mg-p) -

14 PDB T 0 Karena dalam eadaan setimbang setela pegas digantung gaya gravitasi sama dengan gaya pegas untu regangan p, maa mg p = 0, seingga gaya totalnya adala F =, > 0 Karena F = ma = m (uum edua Newton), maa diperole m =, atau () t = = -, > 0, m> 0 Selesaian PDB ini, tulisla w =, maa m m + w = 0, yang solusinya adala = () t = coswt+ sinwt= Asin( wt+ d), A> 0 Kesimpulan Geraan pegas untu ambatan udara diabaian adala gera armonis sederana (b) Kasus ambatan udara sebanding dengan ecepatan benda Gaya total pada sistem ini adala F = cv = c Karena F = ma = m (uum edua Newton), maa diperole m =-c - atau + c + = 0, > 0 Selesaian PDB ini, persamaan arateristinya adala r + r+ = 0, m m c m m - c± c -4m m atau mr + cr+ = 0, seingga aar arateristinya r = Kasus c - 4m< 0: Aar arateristinya bilangan omples 4m-c r =- c m + wi dan r =- c m - wi, dengan w = m Solusi asus ini adala (-c/ m) t (-c/ m) t t ( ) = e ( coswt+ sin wt) = Ae sin( wt+ d), A> 0 ( c/ m) t Geraannya mirip armonis sederana dengan e - Æ 0 untu tæ, freuensi tetap sebesar w p, dan amplitudo ( c/ m) t Ae - Æ 0 untu tæ Kasus c - 4m> 0: Aar arateristinya bilangan real r = 4 -c- c - m m rt () 4 - c+ c - m m dan r = Solusi asus ini adala t = e + e Gera- annya ta berosilasi dan (t) 0 untu t arena r < 0 dan r < 0 Kasus c - 4m= 0: Aar arateristinya bilangan real r =- Solusi r t c m ( / ) asus ini adala t () = ( + te ) -c m t Geraannya ta berosilasi dan (t) 0 untu t arena ( c/ m) t e - ( c/ m) t Æ 0 dan te - Æ 0 untu tæ

15 PDB T E S E(t) R L Rangaian listri Rangaian listri pada gambar terdiri dari daya gera listri E(t) volt, resistansi R om, apasitor farad, dan indutansi L enry Dari uum Kircoff ER+ E+ EL= E() t dengan () gaya sepanjang resistor ER = RI (uum Om), Q () gaya sepanjang apasitor E =, Q muatan listri pada apasitor () gaya sepanjang indutor EL = L diperole PDB tingat dua yang solusinya adala Q = Q(t) dan I = I(t) di dt dq dt Karena I =, maa di dt dq dt dq dt EL = L = L dan ER = RI= R Dengan uum Kircoff E + E + E = E() t diperole persamaan diferensial R L dq dq Q dt dt L + R + = E () t, atau LQ + RQ + = E() t Q de dq I dt dt E di dt Q R L Karena E =, maa = = I = Aibatnya de I = dt, seingga E = Ú Idt Dengan uum Kircoff E + E + E = E() t diperole persamaan diferensial L + RI + Idt = E () t, yang dapat ditulis dalam bentu S R = om E(t) volt E(t) = 00 sin 60t = /60 farad d I di I dt dt L + R + = E () t, atau LI + RI + = E () t L = 0, enry Ú onto Rangaian listri pada gambar di samping mempunyai daya gera listri sebesar E = 00 sin 60t volt, resistor sebesar om, indutor sebesar 0, enry, dan apasitor sebesar /60 farad Jia pada saat t = 0 arus listri dan muatannya nol, tentuan muatan listri pada apasitornya setiap saat t Menurut di atas, PDB rangaiannya LQ + RQ + = E() t Gantian datanya, diperole 0,Q + Q + 60Q= 00sin 60 t, Q(0) = 0, I(0) = Q (0) = 0 Q Q

16 PDB T Untu memperole Q = Q(t), selesaian PDB Q + 0Q + 600Q= 000sin 60 t, Q(0) = 0, I(0) = Q (0) = 0 Persamaan arateristinya adala r + 0r+ 600= 0 dengan aar ara- - 0 ± teristi r = =- 0 ± 50 i, seingga r = i dan r =-0-50i Solusi omogen PDB adala Q -0t = e ( cos50t+ sin50 t) Tentuan solusi ususnya dengan metode oefisien ta tentu Misalan Q = Acos60t+ Bsin 60t Turunan pertama dan edua dari solusi usus ini adala Q =-60( Asin 60t-Bcos60 t) dan Q =- 600( Acos 60t+ B sin 60 t) Gantian Q, Q, Q e Q + 0Q + 600Q= 000sin 60t untu mencari A dan B, diperole A=- dan B =- Jadi Q =-0 cos60t- 5 sin60 t Karena itu solusi Q sebagai fungsi dari t adala -0t Qt ( ) = e ( cos50t+ sin50 t) - cos60t- sin60 t arila onstanta dan dari syarat awal Q(0) = 0, I(0) = Q (0) = 0, diperole = dan = 6 Dengan demiian solusi PDB adala -0t Qt ( ) = e 0 cos50t+ 6 sin50t -0 cos60t- 5 sin60t ( ) t 5 = e (5cos50t+ 6sin50 t) - (6cos60t+ 5sin60 t) 6 6 Fungsi ini dapat ditulis dalam bentu 6 6-0t 5 6 Qt () = e cos(50 t-f) - cos(60 t- q), dengan cos f =, sin f =, cos q =, dan sinq =, seing- ga φ = 0,88 dan θ = 0,69 Kesimpulan Muatan listri Q pada apasitor pada setiap saat t adala -0t Qt ( ) = 0,77e cos(50t-0,88) -0,64cos(60t- 0,69)

17 SOAL LATIHAN MA 0 KALKULUS A Poo Baasan: Persamaan Diferensial Biasa Tingat Dua Soal uji onsep dengan benar sala, berian argumentasi atas jawaban Anda No Pernyataan Jawab Bentu matematia y + y = 0 adala suatu persamaan diferensial linear B S Solusi umum dari y + y= 0 adala y= Acos ( t+ d ) ; A, δ parameter B S Jia u() dan v() solusi dari y + ay + b= 0, maa cu () + c v() juga solusinya B S 4 Jia u() dan v() solusi dari y + ay + b= f(), maa cu () + c v() juga solusinya B S 5 Untu menentuan solusi usus dari y + y - y= e, cobala y = Ke B S - 6 Solusi umum dari y + y = 4 adala y = e B S 7 Solusi umum dari y - y + y = 4 adala y = e + e + 4 B S 8 Untu menentuan solusi usus dari y + y= sin, cobala y = Kcos+ Lsin B S 9 Persamaan y + y= sec anya dapat diselesaian dengan metode variasi parameter B S 0 Determinan Wronsi dari y + y + y = e sec adala - e - B S Tentuan solusi umum persamaan diferensial omogen tingat dua beriut y - 5y + 6y = 0 y - 8y + 6y = 0 y + 9y = 0 4 y - 4y + y = 0 5 4y - y + 5y = 0 6 4y - 4y + y = 0 Tentuan solusi usus persamaan diferensial omogen tingat dua beriut 7 y -y - y = 0, y(0) =, y (0) = 5 8 y + 6y + 9y = 0, y(0) =, y (0) = - 9 y - 4y + 9y = 0, y(0) = 0, y (0) = 5 0 9y + 6y + 5y = 0, y(0) = 6, y (0) = 0 Tentuan solusi umum persamaan diferensial ta omogen tingat dua beriut y + y - y = 6 y + y + y = e y - y = 4 y + 4y + 5y = + 5 y - y + y = 4 6 y + y = sin 7 y - y = e 8 y + y = 9 y - y = 4e Tentuan solusi usus persamaan diferensial ta omogen tingat dua beriut 0 y - 4y + y = 9 + 4, y(0) = 6, y (0) = 8 y - 8y + 5y = 9 e, y(0) = 5, y (0) = 0 - y + 8y + 6y = 8 e, y(0) =, y (0) = 0 y + 4y + y = 8 e, y(0) = 0, y (0) = 4 4 y - 4y + y = 8sin, y(0) =, y (0) = 5 y - y + y= e + 6 e, y(0) =, y (0) = 0 -

18 Soal apliasi persamaan diferensial tingat dua 4 6 Sebua partiel bergera sepanjang sepanjang sumbu- dan memenui () t + 6 () t + 5= 0 pada setiap saat t Jia partiel bergera dari = 0 dengan ecepatan awal ft/sec e iri, tentuan posisi partiel pada setiap saat t dan watu agar partiel berenti emudian bergera lagi 7 Sebua pegas vertial dengan onstanta pegas 0 pon/ai dibebani benda seberat 0 pon dan mencapai eadaan setimbang Kemudian benda ditari ai e bawa dan dilepasan Tentuan persamaan gera dan periodenya bilamana ambatan udara diabaian Tentuan juga nilai mutla dari ecepatan gera benda pada saat melalui posisi setimbangnya 8 Sebua pegas vertial dengan onstanta pegas 0 pon/ai dibebani benda seberat 0 pon dan mencapai eadaan setimbang Kemudian benda ditari ai e bawa dan dilepasan Jia gaya ambatan pada benda dalam satuan pon adala sepersepulu ecepatannya, tentuan persamaan geranya Tentuan juga lamanya watu agar osilasi berurang sepersepulu amplitudo asalnya 9 Sebua pegas vertial yang dibebani benda seberat 5-lb meregang sejau 6 in untu mencapai eadaan setimbang Kemudian benda di tari in di bawa titi setimbangnya dan bergera e atas denga ecepatan 6 ft/sec Tentuan posisi benda pada setiap saat t 40 Sebua pegas vertial yang dibebani benda seberat 4-lb meregang sejau 0,64 ai Kemudian benda di dorong e atas / ai dari titi setimbangnya dan bergera e bawa dengan ecepatan 5 ft/sec Pada geraan ini benda mengalami gaya ambatan sebesar v /4 setiap saat Tentuan posisi benda pada setiap saat t 4 Sebua rangaian listri seri mempunyai daya gera listri tetap sebesar 40 volt, resistor sebesar 0 om, dan indutor sebesar 0, enry Jia arus pada saat t = 0 adala 0, tentuan besarnya arus pada setiap saat t > 0 4 Sebua rangaian listri seri mempunyai daya gera listri tetap sebesar 00 volt, resistor sebesar 0 om, dan apasitor sebesar 0-4 farad Jia saelar ditutup saat t = 0 dan muatan pada apasitor saat itu 0, tentuan muatan dan arus pada setiap saat t > 0 4 Sebua rangaian listri seri mempunyai daya gera listri E(t) = 00 sin 00t volt, resistor sebesar 40 om, indutor sebesar 0,05 enry, dan apasitor sebesar 40-4 farad Jia arus awal 0 dan muatan awal pada apasitor 0,0 coulomb, tentuan arus pada setiap saat t > 0 Kunci Jawaban S B B 4 S 5 S 6 B 7 B 8 S 9 B 0 S y= e + e y= ( + ) e / 5 / / y= cos+ sin 4 y= e ( cos+ sin ) 5 y= e + e 6 y= ( + ) e 4 7 y= e + e - 8 y= (+ ) e - 9 -/ y= e sin 5 0 ( cos sin y= e + ) y= e + e y= ( + ) e + 4 e y= e + e - 4 y= e ( 6 cos+ sin ) y= e + e y= cos + sin - cos 7 y= e + e + e y= e y= e + e + ( + ) e 0 y=- 6e + e y= e - e + (+ 4) e y= 4e + e 4 - y= e (- cos+ sin ) + e - -t y= 5 e cos+ sin + cos+ sin 5 y= ( + 5) e + e + e - 4e 6 =- e sin4 t, ( ) 4 ( ) 4 t = 0, + 4 np, n= 0,,,, 7 =-cos8 t, - 4 p sec, 8 ft/sec 8 0,6 t = e (cos8t + 0,0sin8 t), 4,4 sec 9 = 4 (cos8t- sin 8 t) 40 -t 50 = e (- cos7t+ sin7 t) 4 i 4( e - t = - ) 4 - t - t Q= (- e ), i= 0e t i= e (,47cos60t-4,588sin 60 t) -,47cos00t+,sin 00t

19

001 Persamaan diferensial persamaan diferensial biasa persamaan diferensial parsial Ilustrasi (1) (2) (3) (1) (2)

001 Persamaan diferensial persamaan diferensial biasa persamaan diferensial parsial Ilustrasi (1) (2) (3) (1) (2) 00 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adala suatu persamaan yang mengaitan fungsi dan turunan atau diferensialnya Untu fungsi satu peuba pada persamaannya terlibat turunan biasa, seingga disebut

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB) PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial biasanya digunaan untu pemodelan matematia dalam sains dan reayasa. Seringali tida terdapat selesaian analiti seingga diperluan ampiran

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.

Lebih terperinci

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi : Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4. Fungsi Trigonometri

Kegiatan Belajar 4. Fungsi Trigonometri Page o Kegiatan Belajar A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari egiatan belajar, diharapan siswa dapat a. Menentuan nilai ungsi trigonometri b. Menentuan persamaan grai ungsi trigonometri c. Menggambar

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

D. GAYA PEGAS. F pegas = - k x

D. GAYA PEGAS. F pegas = - k x D. GY EGS ESISIS. Elastisitas adalah : ecenderungan pada suatu benda untu berubah dala bentu bai panjang, lebar aupun tingginya, tetapi assanya tetap. Hal itu disebaban oleh gayagaya yang enean enarinya,

Lebih terperinci

Danang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002

Danang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002 Bandung DAFTAR ISI Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iv Bab Fungsi Real. Sistem Bilangan Real. Fungsi dan Grafi 6. Limit dan eontinuan.4 Limit ta Hingga dan Limit di Ta Hingga 7 Bab Turunan dan Penggunaan.

Lebih terperinci

( ) terdapat sedemikian sehingga

( ) terdapat sedemikian sehingga LATIHAN.. Misalan A R, : A R, c R adala titi cluster dari A (c, ). Maa pernyataan beriut equivalen : a. lim b. Barisan ( ) yan onveren e c seina dan >., maa barisan ( ) onveren e. Buti : lim ( ) Berarti

Lebih terperinci

Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia * Abstrak

Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *  Abstrak POSITRON, Vol. VII, No. (7), Hal. 4 47 ISSN: 3-497 (print) ISSN: 549-936X (online) Model Sederana Gera Osilator dengan Massa Berua Teradap Watu Menggunaan Metode Runge Kutta Yulia Acu a, Boni Palanop Lapanporo

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 25 April 2014

Hendra Gunawan. 25 April 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II, 013/014 5 April 014 Kuliah yang Lalu 15.11 Persamaan Diferensial Linear Orde, Homogen 15. Persamaan Diferensial Linear Orde, Tak Homogen 15.3 Penggunaan Persamaan

Lebih terperinci

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. 1 Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas maka disebut Persamaan Diferensial

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II [MA4] PDB Orde II Bentuk umum : y + p(x)y + g(x)y = r(x) p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka Persamaan

Lebih terperinci

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah :

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah : INTEGAL GANDA Integral untu ungsi satu variable ita membentu suatu partisi dari interval [ab] menjadi interval-interval ang panjangna Δ = 3.n b a d lim n n Dengan cara ang sama Kita deinisian integral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L) DERET FOURIER Bila f adalah fungsi periodic yang berperioda p, maka f adalah fungsi periodic. Berperiode n, dimana n adalah bilangan asli positif (+). Untuk setiap bilangan asli positif fungsi yang didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Persamaan Diferensial Orde II PDB Orde II Bentuk umum : y + p(x)y + g(x)y = r(x) p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

Bab 7 Persamaan Differensial Orde-2 Non Homogen

Bab 7 Persamaan Differensial Orde-2 Non Homogen Metode Matematika Astronomi- Bab 7 Persamaan Differensial Orde- Non Homogen 7. Persamaan Differensial Orde- Homogen 0 Bentuk Umum a b cy ab, dan c konstanta, persamaan ini dapat juga ditulis sebagai :

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

BAB 3 INVERS LAPLACE Pokok Pembahasan :

BAB 3 INVERS LAPLACE Pokok Pembahasan : BAB 3 Poo Pembahasan : Prinsip Dasar Invers Laplce Fungsi-Fungsi Dasar Espansi Parsial Konvolusi . PRINSIP DASAR Inverse Laplace adalah ebalian dari transformasi Laplace, yaitu transformasi F(s) menjadi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

PESTA SAINS NASIONAL 2011 KOMPETISI FISIKA

PESTA SAINS NASIONAL 2011 KOMPETISI FISIKA Pilihlah satu jawaban ( X ) dari lima pilihan yang diberian Soal Bagian 1. Sebuah partiel bermassa m begera dengan ecepatan v 0 dan menumbu partiel lain (massa m) yang berada dalam eadaan diam. Besar energi

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PADA SIFAT ELASTISITAS BAHAN

PENGARUH GAYA PADA SIFAT ELASTISITAS BAHAN PENGARUH GAYA PADA SIAT ELASTISITAS BAHAN SMA Kelas XI Semester Standar Kompetensi. Menganalisis gejala alam dan eteraturannya dalam caupan meania benda titi Kompetensi Dasar.3 Menganalisis pengaruh gaya

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong

Lebih terperinci

MESIN DC. Prinsip operasi : Gaya. B : Kerapatan Fluks (N/A.m) i : arus (ampere) l : panjang (meter) Torka T (N.m) p Z. Dimana. Φ s

MESIN DC. Prinsip operasi : Gaya. B : Kerapatan Fluks (N/A.m) i : arus (ampere) l : panjang (meter) Torka T (N.m) p Z. Dimana. Φ s MESIN DC Mesin ini mempunyai sebuah lilitan (winding) DC atau magnet permanen pada bagian stator. otor (armature) di suplay dengan sebuah arus DC yang melalui omutator (commutator) dan siat (brushes).

Lebih terperinci

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema ) 4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba menjadi garis ggung

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA)

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA) MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) Muammad Zainal Abidin Personal Blog SMAN Bone-Bone Luwu Utara Sulsel ttp://meetabied.wordpress.com PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar 3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas

Lebih terperinci

Permeabilitas dan Rembesan

Permeabilitas dan Rembesan Permeabiitas dan Rembesan Meania Tana I Norma Puspita, ST.MT Airan Air Daam Tana Saa satu sumber utama air ini adaa air ujan yang meresap e daam tana ewat ruang pori diantara butiran tananya. Air biasanya

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

Vektor-vektor Yang Tegak Lurus dan Vektor-vektor Yang Paralel

Vektor-vektor Yang Tegak Lurus dan Vektor-vektor Yang Paralel Ruang Vetor Vetor-vetor Yang Tega Lurus dan Vetor-vetor Yang Paralel - Dua vetor dan saling tega lurus atau (aitu cos θ 0), ia o 0 atau ia : + + 0 - Dua vetor dan saling paralel ia omponen-omponenna sebanding

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal:

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal: Solusi Pengayaan Matematia Edisi 6 pril Pean Ke-4, 00 Nomor Soal: -60. Jia. sin cos tan 00 00, maa nilai adalah... cos sin 00 00. 40 Solusi: [] sin cos tan 00 00 cos sin 00 00 sin sin 00 00 cos sin 00

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba

Lebih terperinci

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima BAB 2 BILANGAN PRIMA 2.1 Bilangan prima dan fatorisasi prima Definisi 2.1.1. Bilangan bulat p > 1 diataan prima jia ia hanya mempunyai pembagi p dan 1. Dengan ata lain bilangan prima tida mempunyai pembagi

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/(x DAN h(x/(x Yuliana Saitri 1, Sri Gemawati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematia Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 ANALISIS KESTABILAN SISTEM DINAMIK UNDERDAMPED PADA TABRAKAN KENDARAAN Siti Indarini Nur Faizah Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K

U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K SE NIN, 9 JANUAR I OPEN BOO K W AKT U MENIT KLAS B D AN KL AS C PETUNJUK ) Saudara bole menggunaan omputer untu mengerjaan soal-soal

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Ole : Tony Hartono Bagio 00 KALKULUS DASAR Tony Hartono Bagio KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU PERTEMUAN 2 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU 2. SISTEM WAKTU DISKRET Sebuah sistem watu-disret, secara abstra, adalah suatu hubungan antara barisan masuan dan barisan eluaran. Sebuah

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: atau dalam bentuk: = f(x, y) M(x, y) + N(x, y) = 0 Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung Jika

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom [MA1124] KALKULUS II

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom [MA1124] KALKULUS II Program Peruliahan asar Umum Seolah Tinggi Tenologi Telom Integral Lipat ua [MA4] Integral Lipat ua Misalan z f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : {(, ) : a b, c d} b a

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim 0 f ( x ) f( x) KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Taun Pelajaran 04-05 XI IPA Semester Taun Pelajaran 04 05 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini kami

Lebih terperinci

a. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang

a. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang a. Integral Lipat ua atas aerah Persegi Panjang Misalan z = f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : = {(, ) : a b, c d} b a z c d (,) Z=f(,). Bentu partisi [a,b] dan [c,d]

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I Nurdininta Athari Definisi PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial adalah suatu persamaan ang memuat satu atau lebih turunan fungsi ang tidak diketahui. Jika persamaan

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

SOLUSI BAGIAN PERTAMA SOLUSI BAGIAN PERTAMA 1. 13.. 931 3. 4 9 4. 63 5. 3 13 13 6. 3996 7. 1 03 8. 3 + 9 9. 3 10. 4 11. 6 1. 9 13. 31 14. 383 8 15. 1764 16. 5 17. + 7 18. 51 19. 8 0. 360 1 SOLUSI BAGIAN PERTAMA Soal 1. Misalan

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT SUNARSIH.

Lebih terperinci