UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 9 BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 9 BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS"

Transkripsi

1 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 9 BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS SITI KHOTIMAH, S.Pd. SD SD Neger 9 Bengkals Kabupaten Bengkals, Rau Abstrak Ths research ams to: (1) know what Role playng method can be used to mprove the results of Socal Studes learnng n Grade 6 students of SD 9 Bengkals Regency of Bengkals; (2) defne ecologcal steps the mplementaton of Role playng method n mprovng the results of learnng socal studes grade 6 students of SD 9 Bengkals Regency of Bengkals. The type of ths research s the Class Acton Research (PKT), usng Kemms and Taggart model. The subject n ths research are the students of class VI SD Neger 9 Bengkals Regency of Bengkals 20 students. Test data collecton technque, observaton sheet, note the feld, and documentaton. The tests used to collect data the results of cogntve learnng students, whle observaton sheet s used to obtan the results of the affectve aspects of learnng, psychomotor and actvtes of the teachers n the process of the mplementaton of Socal Scence lessons usng Role playng method. Data analyss technques usng quanttatve descrptve analyss of the data to analyze the results of cogntve learnng and qualtatve descrptve analyss to analyze the data result of observaton. The results of the study showed that the use of Role playng method n Socal Studes lessons can mprove the results of learnng socal studes grade 6 students at SDN Bengkals Regency of Bengkals. Based on the test results obtaned by the students at the end of every cycle and shows the mprovement of Socal Studes learnng results. The percentage of ketutasan on pratndakan by 20%, I cycle by 60%, the cycle II by 90 percent. In the process, shows that the qualty of the learnng process to ncrease, vsble from the students more actve, communcatve and learnng atmosphere more enjoyable. In the mplementaton of the Role playng method, teachers need to pay attenton to these thngs as follows: (1) the scrpt of the drama was gven to the students before the mplementaton of; (2) Students who observe gven busy wth workng on WORKSHEETS; (3) the steps n Role playng method mplemented as a whole n one meetng; (4) created the learnng atmosphere relaxd enjoyable but under control. Key Words : The results of the study Socal Studes and Role playng method. Penddkan merupakan wahana yang berperan dalam mencptakan manusa agar berkembang optmal sesua kemampuan yang dmlknya. Pada pelaksanaan penddkan terjad proses bmbngan serta pengajaran yang dlakukan ndvdu dalam membangun karakter sesua dengan tujuan penddkan nasonal. Adapun fungs dan tujuan penddkan nasonal yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 (Ssdknas, Pasal 3) adalah sebaga berkut: Penddkan nasonal berfungs mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehdupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potens peserta ddk agar menjad manusa yang berman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mula, sehat, berlmu, cakap, kreatf, dan menjad warga negara yang demokrats serta bertanggung jawab. Dalam proses pembelajaran tdak hanya dpengaruh oleh nteraks sswa dan guru saja, tetap dpengaruh oleh beberapa Varabel yang salng berkatan, yatu kurkulum, guru dan pengajaran (Dw Sswoyo, dkk, 2007: 123) 1. Guru merupakan komponen yang menentukan dalam keberhaslan pembelajaran. Guru perlu berupaya agar pembelajaran dapat mencapa tujuan. Pembelajaran perlu dkemas sedemkan rupa sehngga dapat menark perhatan sswa. Dengan adanya perhatan yang tngg sswa akan aktf dalam pembelajaran serta akan mempengaruh hasl belajarnya. 1 Dw Sswoyo,dkk. (2007). Ilmu Penddkan. Yogyakarta: UNY Press. hlm.123.

2 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember Tujuan pembelajaran IPS adalah dharapkan sswa dapat mengembangkan potensnya dengan menyesuakan dr serta bermasyarakat supaya mendapatkan pengalaman- pengalaman langsung yang berguna, bak d masyarakat maupun negara. Hal tersebut dlakukan agar terbentuk skap mental postf pada dr sswa yatu mempunya keteramplan-keteramplan dalam mengatas setap permasalahan (Hdayat, 2002: 22) 2. Mater IPS d SD mengkaj tentang seperangkat perstwa, fakta, konsep, dan generalsas yang berkatan dengan masalah-masalah sosal. Guru berupaya mencptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selan dengan penggunaan model dan strateg yang tepat, juga guru berupaya memaham karakterstk sswa dan memberkan rangsangan kepada sswa agar bersemangat dalam mengkut proses pembelajaran IPS d Sekolah Dasar. Pembelajaran IPS selama n hanya menggunakan metode yang menekankan pada ntelektual/aspek kogntf, dmana pembelajaran tersebut mementngkan pada ngatan mengena hal-hal yang telah ddengar dan dtulsnya. Hasl pengamatan dar nla Ujan Tengah Semester I tahun 2014/2015 sswa kelas VI SD Neger 9 Bengkals pada mata pelajaran IPS belum mencapa Krtera Ketuntasan Mnmal (KKM) yang dtetapkan yatu e 72, dperoleh nla terendah 27, nla tertngg 75,2 dan nla rata-rata 59,5. Dar 14 sswa yang mencapa KKM hanya 3 sswa. Dengan demkan, terlhat bahwa hasl belajar sswa kelas VI SD Neger 9 Bengkals mash rendah. Selan tu, pembelajaran IPS d kelas VI SD Neger 9 Bengkals mash dutamakan pada penguasaan konsep. Guru mash menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Penggunaan metode tersebut dlakukan secara berulang sehngga terkesan monoton d kelas. Hal tersebut mengakbatkan suasana belajar terkesan kaku dan ddomnas oleh guru. Hal tersebut dapat datas melalu pembelajaran IPS yang mengembangkan berbaga aspek-aspek perkembangan sswa dengan cara pemlhan metode pembelajaran yang tepat sehngga mencptakan stuas yang memungknkan sswa berperan serta dalam pembelajaran. peran guru dalam merancang pembelajaran dengan metode pembelajaran yang tepat dapat menjad solus atas permasalahan yang terjad. Rendahnya hasl belajar IPS sswa kelas VI SD Neger 9 Bengkals merupakan suatu masalah yang perlu datas dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesua dengan karakterstk anak yang lebh menyuka berman. Metode pembelajaran tersebut yatu berman peran atau Role Playng. Penggunaan metode Role Playng n, selan sesua dengan karakterstk sswa dan ddukung dengan kesesuaan dengan karakterstk mater. Penggunaan metode Role Playng n juga sesua dengan karakterstk mater IPS Kelas VI mengena perstwa masa lampau. Hal tersebut sesua hasl observis bahwa mater yang danggap sult yatu mengena memaham peran Indonesan dera global. Karena keterbatasan waktu maka peneltan tndakan kelas n akan dlaksanakan pada mater menjelaskan peranan Indonesa pada era global dan dampak postf serta negatfnya terhadap kehdupan bangsa Indonesa. Namun dalam penerapan metode Role Playng, dbutuhkan kreatvas guru dalam memlh mater yang tepat. Sebab, tdak semua mater dapat dterapkan dengan metode Role Playng. Pembelajaran dengan metode Role Playng dapat melath sswa dalam menglustraskan bagamana berman peran serta mengembangkan kemampuan sosal, skap dan nla. Dengan dgunakannya metode Role Playng n dalam pembelajaran IPS maka peran anak dalam pembelajaran lebh banyak sehngga dapat menngkatkan mnat sswa dalam belajar IPS. Dengan menngkatnya mnat dan motvas sswa dalam pembelajaran IPS maka dharapkan hasl belajar sswa pun menjad menngkat. Kajan tentang Ilmu Pengetahuan Sosal Dalam Pasal 37 Undang- Undang RI No 20 tahun 2003 (Supard, 2011: 174) dsebutkan bahwa kajan Ilmu Pengetahuan Sosal antara lan, lmu bum, sejarah, ekonom, kesehatan, dan sebaganya. Dar UU RI No 20 tahun 2003 datas terlhat bahwa IPS merupakan gabungan beberapa mata pelajaran yang telah dtentukan kajannya. 3 Hakkat Pembelajaran IPS Proses manusa hdup bersama dengan sesama d lngkungan serta usaha memenuh kebutuhan hdupnya merupakan kajan dalam IPS. Mengena hakkat pembelajaran IPS bahwa Ilmu Pengetahuan Sosal memperkenalkan kepada sswa bahwa manusa dalam hdup bersama dtuntut rasa tanggung jawab sosal. Kajan Ilmu Pengetahuan Sosal mengena manusa tersebut dharapkan akan mendorong kepekaan sswa terhadap hdup dan kehdupan sosal agar tercapa tujuan penddkan nasonal berdasarkan Pancasla. Menurut pendapat Sadharjo yatu IPS merupakan penyerdehanaan, adaptas, seleks, dan modfkas dar dspln akadems lmu-lmu sosal yang dorgansr dan dsajkan secara lmah dan pedagogs/ 2 Hdayat. (2002). Penddkan Ilmu Pengetahuan Sosal d Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY. Hlm Supard. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Sosal. Yogyakarta: Penerbt Ombak. hlm.174.

3 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember pskologs penddkan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan penddkan nasonal yang berdasarkan Pancasla. Pembelajaran IPS pada tngkat penddkan dasar dan menengah dsusun secara pskologs yang bertujuan agar lebh menark perhatan sswa serta sesua dengan tujuan penddkan nasonal berdasarkan Pancasla. Menurut Hdayat (2002: 18) secara rngkas mater IPS yang dambl dar penyederhanaan bagan pengetahuan lmu-lmu sosal terdr dar: 4 1) Fakta, konsep, generalsas, dan teor. 2) Metodolog penyeldkan dar masng-masng lmu sosal. 3) Keteramplan-keteramplan ntelektual yang dperlukan dalam metodolog penyeldkan Ilmu-lmu sosal. Mater dan Ruang Lngkup IPS Mater pengajaran IPS menunjukkan adanya kecenderungan memusat (central tendences). Setelah mereka menelaah 27 program pengajaran IPS dtemukan hal-hal berkut: Pada Sekolah Dasar kelas I, dsajkan mengena keluarga dan lngkungannya. Sekolah Dasar kelas II dsajkan mengena lngkungan pertetanggaan dan komuntasnya d wlayah yang berbeda, umumnya mash d negara sendr. Sekolah Dasar kelas III mengena komuntas sendr dan luar neger. Sekolah Dasar kelas IV memperoleh bahan belajar mengena beberapa lngkungan wlayah dan kebudayaan d duna. Sekolah Dasar kelas V membahas mengena sejarah dan geograf d negara kta sendr. Sekolah Dasar kelas VI membahas mengena sejarah, geograf dan wlayah-wlayah d duna. Kajan tentang Hasl Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dlakukan ndvdu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan dalam aspek kogntf, afektf, maupun pskomotor, yang dperoleh melalu nteraks ndvdu dengan lngkungannya. Sedangkan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Syaful Sagala, 2010: 62) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses nteraks peserta ddk dengan penddk dan sumber belajar pada suatu lngkungan belajar. 5 Hasl Belajar IPS Hasl belajar merupakan suatu perubahan yang mengakbatkan manusa berubah dalam skap dan tngkah lakunya. Dalam hal n, perubahan yang dmaksud mengacu pada taksonom tujuan pengajaran yang dkembangkan oleh Bloom mencangkup aspek kogntf, afektf, dan pskomotor. Klasfkas belajar menurut Benyamn Bloom terbag menjad tga ranah (Nana Sudjana, 2006: 22) yatu 6 : a. Ranah Kogntf Ranah kogntf merupakan ranah yang berkatan dengan hasl belajar ntelektual. Ranah kogntf terdr dar enam aspek. Keenam aspek tersebut, yatu: pengetahuan atau ngatan, pemahaman, aplkas, analss, sntess, atau evaluas. Pengetahuan dan pemahaman dsebut kogntf tngat rendah sedangkan aplkas, analss, dan evaluas termasuk kogntf tngkat tngg. b. Ranah afektf Ranah afektf merupakan ranah yang berkatan dengan nla dan skap. Ranah afektf terdr dar lma aspek, yatu penermaan, jawaban atau reaks, penlaan, organsas, dan nternalsas. Hasl belajar pada ranah afektf dapat dukur pada sswa dalam berbaga tngkah laku selama proses pembelajaran, sepert keaktfannya dalam proses pembelajaran, dspln dan tanggungjawab, mnat belajar, mengharga guru dan teman sekelas, hubungan sosal, dll. Penlaan afektf dlakukan dengan menggunakan observas. c. Ranah pskomotor Ranah pskomotor merupakan ranah yang berkatan dengan hasl belajar keteramplan dan kemampuan bertndak. Ranah pskomotor terdr dar enam aspek, yakn gerakan refleks, keteramplan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonsan dan ketepatan, gerakan keteramplan kompleks, serta gerakan ekspresf dan nterpretatf. Ketga aspek tersebut yang danggap sesua dengan usa sekolah dasar. Hasl belajar ranah kogntf berupa hasl tes atau nla tes IPS yang dperoleh sswa setap akhr sklus. Hasl belajar ranah afektf berupa skap sswa selama mengkut proses pembelajaran menggunakan metode Role Playng yang dukur dar lembar observas aspek afektf sswa. Sedangkan hasl belajar ranah 4 Hdayat. (2002). Penddkan Ilmu Pengetahuan Sosal d Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY. Hlm.18 5 Syaful Sagala. (2010). Konsep dan MaknaPembelajaran. Bandung: Alfabeta. Hlm.62 6 Nana Sudjana, (2006). Penlaan hasl Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Hlm.22

4 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember pskomotor dlhat dar keteramplan berekspres dan menghayat tokoh yang dberkan kepada sswa yang dukur dar lembar observas aspek pskomotor sswa dalam berman peran. Kajan tentang Metode Role Playng Peran guru dalam memlh metode pembelajaran yang tepat memegang peranan pentng dalam usaha mencapa tujuan pembelajaran yang efektf. Metode Role Playng adalah suatu metode mengajar dengan menrukan suatu perbuatan atau kegatan. dalam hal n, metode Role Playng merupakan bagan dar metode smulas. Metode Role Playng merupakan salah satu metode pembelajaran dalam IPS, menurut pendapat Hamzah B. Uno (2010: 26) berman peran (Role Playng) sebaga suatu teknk atau cara yang bertujuan untuk membantu sswa menemukan makna dr (jat dr) d duna sosal dan memecahkan dlema dengan bantuan kelompok 7. Sedangkan menurut H. D. Sudjana (2005: 134) tujuan penggunaan Role Playng adalah untuk mengenalkan sswa mengena peran-peran yang ada ddalam duna nyata. Melalu metode n, dharapkan sswa dapat memperoleh pengalaman yang dperankan oleh sswa yang lan 8. Langkah-langkah Role Playng Menurut Hdayat (2002: 93) adalah sebaga berkut 9 : a. Pemanasan (pengantar serta pembahasan certa dar guru) b. Memlh sswa yang akan berperan. c. Menyapkan penonton yang akan mengobservas. d. Mengatur panggung. e. Permanan. f. Dskus dan evaluas. g. Permanan berkutnya. h. Dskus lebh lanjut.. Generalsas. Karakterstk Sswa Kelas VI Sekolah Dasar Masa keserasan bersekolah ada dua fase, yakn masa kelas-kelas rendah sekolah dasar (umur 6/7 sampa 9/10 tahun) dan masa kelas-kelas tngg sekolah dasar (umur 9/10 sampa 12/13 tahun). Beberapa sfat khas anak-anak pada masa kelas tngg antara lan: 1. Adanya mnat terhadap kehdupan prakts sehar-har yang kongkret. 2. Amat realstk, ngn tahu, dan ngn belajar. 3. Mula tmbul mnat terhadap bdang-bdang pelajaran tertentu. 4. Sampa umur anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lannya. 5. Anak-anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat berman bersama-sama. Secara gars besar karakterstk sswa kelas VI SD alah sswa mempunya kengntahuan yang tngg mengena berbaga hal terutama pada hal yang kongkret dan menyangkut kehdupan sehar-har, senang belajar terutama pada bdang yang dmnatnya, membutuhkan bmbngan orang lan, bak guru pada saat a d sekolah maupun keluarga pada saat a berada d lngkungan rumah. Metode Role Playng cocok dgunakan dalam pembelajaran. Karena unsur-unsur yang terdapat dalam metode Role Playng sesua dengan karakterstk sswa kelas VI SD. METODE Peneltan n merupakan jens peneltan tndakan kelas yang akan dlaksanakan terhadap sswa kelas VI SD Neger Bengkals, Kabupaten Bengkals. Peneltan tndakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegatan belajar berupa sebuah tndakan, yang sengaja dmunculkan dan terjad dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsm Arkunto, dkk, 2006:3) 10. Desan peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah desan Kemms dan MC Taggart yang basa dsebut dengan desan putaran spral. Peneltan n dlaksanakan dalam beberapa sklus dengan setap sklusnya terdr dar tahapan-tahapan yatu : 7 Hamzah B. Uno. (2010). Model Pembelajaran Mencptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatf dan Efektf. Jakarta: Bum Aksara. Hlm.26 8 H.D.Sudjana. (2005). Metoda & Teknk Pembelajaran Pertspatf. Bandung: Falah Producton. Hlm Hdayat. (2002). Penddkan Ilmu Pengetahuan Sosal d Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY. Hlm Suharsm Arkunto, dkk. (2006). Peneltan Tndakan Kelas. Jakarta: Bum Aksara. Hlm.3

5 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember perencanaan (plannng), 2. tndakan (acton), 3. pengamatan (observaton), 4. dan refleks (reflecton). Sklus I Adapun tahap peneltan yang dlaksanakan sebaga berkut : a. Perencanaan b. Pelaksanaan Tndakan c. Pengamatan (Observas) d. Refleks HASIL Sklus I a. Perencanaan Sebelum melakukan tndakan peneltan mengena apa saja yang perlu dpersapkan untuk tndakan peneltan.persapan-persapan yang dlakukan antara lan: a) Mengdentfkas standar kompetens dan kompetens dasar. b) Menetapkan ndkator dan tujuan pembelajaran. c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) d) Mempersapkan lembar observas pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan metode Role Playng, lembar observas pengamatan guru dan sswa. e) Menyusun dan mempersapkan soal tes untuk sswa. Tes akan dberkan pada akhr sklus. f) Menjelaskan kepada guru mengena metode Role Playng. g) Penyamaan perseps dengan observer. h) Mempersapkan sarana dan fasltas yang akan dgunakan dalam pelaksanaan tndakan sklus I pertemuan I. b. Tndakan Sklus I Pada tahap pertemuan I dan pertemuan II dlakukan bebrapa kegatan d antarnya sebaga berkut : 1. Kegatan awal 2. Kegatan Int 3. Kegatan Akhr c. Observas Kegatan observas n dlakukan bak sebelum, saat, maupun sesudah mplementas tndakan dalam pembelajaran d kelas. Observas dlakukan untuk memantau sswa dan guru dalam pembelajaran serta pengelolaan pembelajaran kesesuaannya dengan perencanaan. d. Refleks Refleks merupakan kegatan untuk mengungkapkan kembal apa yang sudah dlakukan, mengurakan nformas, mengkaj secara mendalam kekurangan dan kelebhan tndakan yang telah dlakukan tersebut. Sklus II a. Perencanaan Adapun hasl perencanaan sklus II, sebaga berkut: a) Penelt bersama guru menyamakan perseps dan dskus untuk untuk merumuskan tndakan yang akan dlakukan pada sklus kedua. b) Penelt bersama guru sepakat akan mencptakan suasana pembelajaran yang santa dan menyenangkan namun terkendal. c) Guru menjelaskan ulang tahapan metode Role Playng dengan menambah waktu dalam tap-tap tahap dan lebh detal menjelaskan mater. d) Guru dan penelt sepakat untuk lebh melakukan pendekatan dengan sswa. e) Penelt membuat skenaro pembelajaran serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) f) Menyusun dan mempersapkan soal tes untuk sswa. g) Mempersapkan sarana dan fasltas yang akan dgunakan dalam pelaksanaan tndakan slus II. h) Perbedaan sklus I dan sklus II adalah pada jumlah kelompok, pembuatan naskah dalog dan settng tempat berman peran. b. Tndakan Sklus II Pada tahap pertemuan I dan pertemuan II dlakukan bebrapa kegatan d antarnya sebaga berkut :

6 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember Kegatan awal 2. Kegatan Int 3. Kegatan Akhr c. Observas Pengamatan dlakukan terhadap guru dan sswa, bak sebelum, saat, maupun sesudah mplementas tndakan dalam pembelajaran d kelas. d. Refeks Dalam kegatan refleks, guru dan penelt mengevaluas mplementas tndakan dan menganalss dampak mplementas tndakan yang telah dlaksanakan dalam dua pertemuan tersebut. e. Penngkatan Hasl Belajar IPS Sswa Kelas VI menggunakan Metode Role Playng Tngkat kemampuan belajar IPS sswa dalam peneltan n dlhat dar keberhaslan sswa dalam mengerjakan soal tes IPS yang dadakan pada akhr masng-masng sklus. Terdapat 20 butr soal plhan ganda yang harus dkerjakan oleh sswa, bak pada sklus I, maupun sklus II. Adapun penngkatan hasl belajar IPS sswa Kelas VI SD Neger 9 Bengkals dapat dlhat pada tabel dbawah n. Tahap Rata-rata N la Pratndaka n N l a Tertn gg N l a Tere ndah Ketunta san Ketdaktuntasan 57, (20%) (80%) Sklus I 75,75 60 (60%) (40%) Sklus II (93,33% ) (6,67%) PEMBAHASAN Hasl peneltan menunjukkan bahwa pada konds awal baru 20% sswa yang mencapa KKM. Berangkat dar temuan tersebut penelt berusaha menngkatkan hasl belajar IPS menggunakan metode Role Playng. Pada sklus I terjad penngkatan sebesar 40% dar 20% menjad 60%. Hal n membuktkan bahwa tndakan pada sklus I memlk pengaruh terhadap hasl belajar IPS sswa. Akan tetap, penngkatan tersebut belum dkatakan berhasl. Hal n dkarenakan presentase sswa yang mencapan KKM belum mencapa e 75%. Selan tu, hasl refleks menunjukkan bahwa pelaksanaan tndakan sklus I mash drasa kurang optmal dan belum sesua dengan hasl yang dharapkan. ada beberapa sswa yang belum memaham tahapan-tahapan metode Role Playng, sswa kurang terbuka dan mengkomunkaskan dengan guru apabla menemu kesultan, sswa mengalam kesultan dalam pembuatan naskah dalog karena nampaknya beberapa sswa cenderung bngung membuat dalognya, sswa malu dan kurang percaya dr pada saat tampl berman drama dan komunkas antara guru dan sswa kurang komunkatf sehngga sswa mash cenderung kurang antusas dalam mengkut kegatan pembelajaran. Kekurangan tersebut dperbak pada sklus II dengan mencptakan suasana pembelajaran yang santa, menyenangkan namun terkendal yatu dengan lebh banyak mengajak sswa berdskus dalam menentukan tempat penamplan drama supaya sswa merasa dharga dan dpenuh kemauannya supaya sswa bsa lebh komunkatf dengan guru dan penelt. Hasl pengamatan pada sklus II menunjukkan bahwa hasl belajar kogntf sswa mengalam penngkatan

7 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember sebesar 30% yakn dar 60% menjad 90%. Penngkatan hasl belajar sswa dar pratndakan sampa sklus II dapat dakumulaskan sebesar 70%. Berdasarkan hasl pengamatan pada sklus II juga menunjukkan bahwa suasana pembelajaran lebh efektf dan optmal. Sebagan besar sswa mula aktf bak dalam proses pembelajaran maupun dalam berman drama. Dengan demkan, pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Role Playng n dapat mencptakan kegatan pembelajaran yang lebh kondusf dan efektf. Berdasarkan hasl pengamatan dalam proses pembelajaran IPS menunjukkan bahwa sswa dposskan sebaga subjek pembelajaran yang aktf. Teor yang dkemukakan Paget (Rta Eka Izzaty, 2008: 35) yang menyatakan bahwa tahap perkembangan sswa SD pada umumnya berada pada tahap operas kongkret, dmana sswa akan lebh memaham suatu mater pelajaran apabla aktf secara fsk melakukan kegatan pembelajaran 11. Berdasarkan hasl observas aspek afektf sswa selama proses pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playng mengalam penngkatan. Pada sklus I, sswa yang mendapatkan nla antara 16 sampa 20 adalah 4 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 30%, sedangkan pada sklus II menngkat menjad 8 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 40%.Sswa yang mendapatkan nla antara 11 sampa 15 pada sklus I adalah 10 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 50%, pada sklus II ada 12 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 60% dengan keterangan bak. Sswa yang mendapatkan nla antara 6 sampa 10 hanya ada pada sklus I yatu 4 sswa dar 40 sswa, jka dpersentase 20% dengan keterangan kurang, sedangkan pada sklus II tdak ada. Pada sklus I, sklus II tdak ada sswa yang mendapat nla kurang dar 5. Berdasarkan hasl observas aspek pskomotor sswa selama proses pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playng mengalam penngkatan. Pada sklus I, sswa yang mendapatkan nla antara 16 sampa 20 adalah 3 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 15%, sedangkan pada sklus II menngkat menjad 4 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 20% dengan keterangan sangat bak. Sswa yang mendapatkan nla antara 11 sampa 15 pada sklus I adalah 15 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 75%, pada sklus II adalah 16 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 80%, dengan keterangan bak. Sswa yang mendapatkan nla antara 6 sampa 10 hanya ada pada sklus I yatu 2 sswa dar 20 sswa, jka dpersentase 20% dengan keterangan kurang, sedangkan pada sklus II tdak ada. Pada sklus I, maupun sklus II tdak ada sswa yang mendapat nla kurang dar 5. Berdasarkan hasl observas aktvtas guru selama proses pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playng mengalam penngkatan. Pada sklus I, jumlah skor observas guru yatu sebesar 45 yang termasuk pada kategor bak. Pada sklus II dketahu bahwa jumlah skor observas guru yatu sebesar 51 yang termasuk pada kategor sangat bak. Hasl pengamatan dar sklus I ke sklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playng dalam pembelajaran IPS menunjukkan penngkatan dan perbakan. Hal n drasa cukup memuaskan bag guru dan penelt, karena ndkator keberhaslan sudah tercapa. Karena ndkator keberhaslan sudah tercapa yatu 18 sswa telah mencapa KKM atau 100% dar jumlah keseluruhan sswa. Berdasarkan uraan d atas, maka untuk melaksanakan metode Role Playng dalam pembelajaran IPS perlu memperhatkan : (1) Agar sswa tdak kesultan dalam memlh kata pada pembuatan naskah drama, (2) Agar sswa lebh fokus dalam mengobservas dan tdak rama sendr, (3) Agar waktu pembelajaran IPS lebh efsen dan efektf, (4) Agar sswa lebh percaya dr dan komunkatf dengan guru, SIMPULAN Penggunaan metode Role Playng dapat menngkatkan hasl belajar IPS sswa kelas VI d SD Neger 9 Bengkals Kabupaten Bengkals. Pada sklus I terjad penngkatan sebesar 40% dar 20% menjad 60%. Pada sklus II mengalam penngkatan sebesar 30% yakn dar 60% menjad 90%. SARAN 1. Bag Guru Berdasarkan hasl peneltan guru dsarankan untuk menggunakan metode Role Playng dalam pembelajaran IPS tdak hanya pada mater peran Indonesa pada era global saja, tetap juga pada mater yang lannya yang sesua dengan karakterstk metode Role Playng sehngga memberkan kesempatan kepada sswa untuk terlbat aktf secara fsk maupun mental dalam kegatan pembelajaran sehngga hasl belajar sswa semakn bak. 11 Rta Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Peserta Ddk. Yogyakarta: UNY Press. Hlm.35.

8 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember Peserta Ddk Berdasarkan hasl peneltan bahwa penerapan metode Role Playng dalam pembelajaran IPS dapat mencptakan pembelajaran IPS yang menyenangkan bag sswa sehngga mater pelajaran dapat mudah dpaham. 3. Pemerntah Kepada phak terkat kebjakan dan perancang kurkulum, metode pembelajaran yang varatf pada pembelajaran IPS yang menekankan pada penngkatan hasl belajar IPS sswa agar terus dkembangkan sehngga dapat menngkatkan penddkan d Indonesa. 4. Bag Penelt Berkutnya Kepada penelt berkutnya dharapkan dapat melaksanakan peneltan n kesekolah dasar lannya serta mempertmbangkan waktu yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Anonm. (2006). Undang-Undang Sstem Penddkan Nasonal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anta Cahyan. (2011). Upaya Menngkatkan Hasl Belajar IPS Sswa Kelas V SDN II Tegalrejo Purwantoro Wonogr melalu Role Playng. Skrps. PPSD-UNY. Arf Rohman. (2009). Memaham Penddkan dan Ilmu Penddkan. Yogyakarta:LaksBang Medatama Yogyakarta. Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Baharudn dan Nur Wahyun. (2010). Teor Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta: Ar-Ruzz Meda. Dmyat dan mudjono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rneka Cpta. Djodjo Suradsastra, dkk. (1991). Penddkan IPS III. Jakarta: Depdkbud. Dw Sswoyo,dkk. (2007). Ilmu Penddkan. Yogyakarta: UNY Press. Etn Solhatn dan Raharjo. (2008). Cooperatve Learnng Analss Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bum Aksara. Hamzah B. Uno. (2010). Model Pembelajaran Mencptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatf dan Efektf. Jakarta: Bum Aksara. Hdayat. (2002). Penddkan Ilmu Pengetahuan Sosal d Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY. H. D. Sudjana. (2005). Metoda & Teknk Pembelajaran Pertspatf. Bandung: Falah Producton. H. Sujat. (2000). Peneltan Tndakan Kelas. Yogyakarta: FIP UNY. Im Waslman dan M. Numan Soemantr (2005) Portofolo dalam Pelajaran IPS. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. John W. Santrock. (2008). Pskolog Penddkan. Jakarta: Kencana. Kunandar. (2011). Langkah Mudah Peneltan Tndakan Kelas sebaga Pengembangan Profes Guru. Jakarta: PT Rajagrafndo Persada. Kashan Kasbolah. (1998). Peneltan Tndakan Kelas. Jakarta: Depdkbud. M. Ngalm Purwanto. (2003). Pskolog Penddkan. Bandung: PT Remaja Rosda karya. -. (2009). Prnsp-prnsp dan Teknk EVIluas Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.. (2006). Prnsp-prnsp dan Teknk EVIluas Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Maslchah Asy ar. (2006). Penerapan Pendekatan Sans Teknolog Masyarakat dalam Pembelajaran Sans d Sekolah Dasar. Yogyakarta: Unverstas Sanata Dharma. Max Helly Waney. (1989). Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosal. Jakarta: Depdkbud. Mones Arselna Meak. (2011). Penerapan Role Playng untuk Menngkatkan Hasl Belajar Mata Pelajaran IPS pada Sswa kelas V SD RICCI II Bntaro. Dakses dar lb.atmajaya.ac.d/default.aspx pada tanggal 15 Me 2013, jam 15:03 WIB. Mulyono Tjokrodkaryo dan R. Soetjpto. (1980). Metodolog Ilmu Pengetahuan Sosal. Jakarta Tmur: New Aqua Press. Nana sudjana. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Snar Baru Algresndo.. (2006). Penlaan hasl Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Nana Syaodh Sukmadnata. (2004). Landasan Pskolog Proses penddkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Oemar hamalk. (2011). Kurukulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bum Aksara.. (2003). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bum Aksara. Purwanto. (2010). EVIluas Hasl Belajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Rta Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Peserta Ddk. Yogyakarta: UNY Press. Roestyah N.K. (2001). Strateg Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rneka Cpta. Rusman. (2011). Ser Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesonalsme Guru. Jakarta: PT Rajagrafndo Persada.

9 AKADEMIKA: VOLUME 13. No.2 Desember Sughartono,dkk. (2007). Pskolog Penddkan. Yogyakarta: UNY Press. Suharsm Arkunto. (2006). Prosedur Peneltan Suatu Pendekatan Praktk. Jakarta: PT Rneka Cpta. Suharsm Arkunto, dkk. (2006). Peneltan Tndakan Kelas. Jakarta: Bum Aksara. Supard. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Sosal. Yogyakarta: Penerbt Ombak. Syaful Bahr Jumarah. (2002). Pskolog Belajar. Jakarta: Rneka Cpta. Syaful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tm Penuls. (2007). Model Slabus Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta: PT Grasndo. Wna Sanjaya. (2011). Peneltan Tndakan Kelas. Jakarta: Kencana. Zanal Aqb. (2006). Peneltan Tndakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Wdya.

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuh sebagan persyaratan Guna mencapa derajat Sarjana S-1 PGSD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN Putr Dana Amrta, M. Arfuddn Jamal, Msbah Program Stud

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI Shanmada Smanjuntak 1), Dr.Hj. Farda Kohar, MP ), St Syuhada, S.Pd.

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarnt Novantar Program Stud Penddkan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI KLASIFIKASI BENDA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 SIMO TIM PENGUSUL:

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRSUNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SUB POKOK BAHASAN LUAS TRAPESIUM KELAS VII A SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran) Buku Pedoman Akademk (Standar Kompetens Lulusan & Standar Is Pembelajaran) dsampakan Tatk Suryan tatk@perbanas.ac.d Catatan: Sebagan sldes dambl dar sldes yang dproduks oleh Tm Belmawa Dkt Buku Pedoman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

---- ~,~ _~-

---- ~,~ _~- ---- ~,~-----..---..._~- BABV SMPULAN, MPLKAS DAN SARAN A. Smpulan ~... f. Smpulan-smpulan yang dapat dtark dar kajan peneltan adalah sebaga berkut: v. (:.Q / Pertama, kegatan pembelajaran yang dlaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Oleh : WIWIN HENDRIYANI NIM

Oleh : WIWIN HENDRIYANI NIM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT POSITIF DAN NEGATIF MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN MATEMATIKA KELAS IV SDN TANJUNG II PEGANTENAN KAB.PAMEKASAN Oleh : WIWIN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Ningrum Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak

Ningrum Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIZ TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMK KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nngrum Penddkan Ekonom FKIP Unverstas

Lebih terperinci

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELASVIII SMP NEGERI 1 PANTAI CERMIN T.P. 2013/2014 Ar Semayang dan Rahmatsyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VIII B SMPN 2 SATU ATAP JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Dajukan Untuk Memenuh

Lebih terperinci

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3 Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Model Pembelajaran Cooperatve Integrated Readng and Composton (CIRC)Terhadap Hasl Belajar TIK Sswa Kelas VII (Stud Kasus : SMP Neger 4 Sngaraja)

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo Jurnal Publkas Penddkan http://ojs.unm.ac.d/ndex.php/pubpend Volume 7 Nomor 3, Oktober 2017 p-issn 2088-2092 e-issn 2548-6721 Submtted : 19/09/2017 Revewed : 28/09/2017 Accepted : 09/10/2017 Publshed :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIT FLUIDA STATIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SUB MATERI FLUIDA STATIS DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MOJOSARI, MOJOKERTO

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIT FLUIDA STATIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SUB MATERI FLUIDA STATIS DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MOJOSARI, MOJOKERTO Jurnal Inovas Penddkan Fska Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 70 74 PENGEMBANGAN ALAT PERAGA KIT FLUIDA STATIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SUB MATERI FLUIDA STATIS DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MOJOSARI, MOJOKERTO

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD

PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD ARTIKEL JURNAL Dajukan kepada Fakultas Ilmu Penddkan Unverstas Neger Yogyakarta untuk Memenuh Sebagan Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DALAM RANGKA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII A PADA MATA PELAJARAN

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DALAM RANGKA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII A PADA MATA PELAJARAN PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DALAM RANGKA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII A PADA MATA PELAJARAN PKn SMP NEGERI 1 KECAMATAN PUDAK KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2011-2012 SKRIPSI Dajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD Pengembangan Perangkat Pembelajaran... (Prawda Estnngtyas) 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DEVELOPMENT

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 147 KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE TEACHERS ABILITY TO IMPLEMENT THE

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA ABSTRACT PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA Oleh: Ftr Yent, Helendra, Sska Nerta Program Stud Penddkan Bolog, (STKIP) PGRI Sekolah Tngg Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci