KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE"

Transkripsi

1 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 147 KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE TEACHERS ABILITY TO IMPLEMENT THE SCHOOL CURRICULUM (KTSP) IN ELEMENTARY SCHOOLS IN DETUKELI SUB-DISTRICT OF ENDE Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo Unverstas Flores, Unverstas Neger Yogyakarta Abstrak Peneltan n bertujuan untuk mendeskrpskan: (1) pemahaman guru tentang KTSP, (2) kemampuan guru mengmplementaskan KTSP, dan (3) ketersedaan faktor penunjang dan faktor penghambat pelaksanaan KTSP pada sekolah dasar d Kecamatan Detukel. Peneltan n merupakan peneltan populas, sehngga semua guru yang menerapkan KTSP menjad subjek peneltan. Subjek dalam peneltan n adalah seluruh guru SD d Kecamatan Detukel yang berjumlah 116 guru. Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan evaluas dskrepans, yang datanya dkumpulkan menggunakan angket. Data danalss secara deskrptf kuanttatf. Berdasarkan peneltan n dapat dketahu bahwa pemahaman guru tentang KTSP pada sekolah dasar d Kecamatan Detukel, Kabupaten Ende mash rendah, dengan skor rata-rata tngkat pemahaman 2,462 (dalam skala lma). Kemampuan guru mengmplementaskan KTSP yang terdr dar: kemampuan dalam penyusunan slabus dan RPP mash rendah dengan skor rata-rata tngkat kemampuan 2,374. Kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran mash rendah, dengan skor rata-rata tngkat kemampuan 2,374. Kemampuan melaksanakan evaluas kegatan pembelajaran mash rendah, dengan skor rata-rata tngkat kemampuan 2,440. Ketersedaan faktor penunjang pelaksanaan KTSP sangat kurang. Kata kunc: guru, KTSP, mplementas, dskrepans. Abstract Ths study amed to descrbe: (1) the teachers' understandng of KTSP, (2) teachers ablty to mplement KTSP, (3) factors supportng and nhbtng the mplementaton of KTSP n elementary schools n the Subdstrct of Detukel. Ths study s a populaton study, so all teachers applyng the KTSP became the subjects of ths research. The subjects were all elementary school teachers n the Subdstrct of Detukel totalng 116 teachers. Ths study s dscrepancy evaluaton research, wth the data collecton usng a questonnare. The data were analyzed quanttatve descrptvely. Based on ths research, t s known that teachers' understandng of the KTSP n elementary schools n the Subdstrct of Detukel, Ende s low, wth an average score of comprehenson level (on the scale of fve). The teachers ablty to mplement KTSP comprsng the ablty to prepare the syllabus and lesson plans s stll low wth an average score of Ther ablty to mplement the teachng s low, wth an average score of The ablty to mplement the evaluaton remans low, wth an average score of The supportng factor of the mplementaton of KTSP s nsuffcent. Keywords: teacher, KTSP, mplementaton, dscrepancy Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

2 148 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 Pendahuluan Rendahnya mutu penddkan dan relevansnya pada setap jenjang dan satuan penddkan, khususnya penddkan dasar dan menengah, merupakan salah satu permasalahan penddkan yang dhadap oleh bangsa Indonesa saat n. Berbaga upaya telah dan tengah dlakukan untuk menngkatkan mutu penddkan nasonal, antara lan; pelathan dan penngkatan kompetens guru, pengadaan buku dan alat pembelajaran, perbakan sarana dan prasarana penddkan, penngkatan mutu manajemen sekolah serta perubahan kurkulum. Namun demkan, berbaga ndkator penngkatan mutu penddkan belum menunjukkan penngkatan yang berart. Atas dasar permasalahan d atas, berbaga phak mempertanyakan dmanakah sebenarnya letak kendala sebenarnya, dan sapakah yang bertanggung jawab serta bagamana mengatas keterpurukan tu. Berbaga upaya strategs yang telah dlakukan sebagamana durakan d atas, dengan satu tujuan mula yatu memperbak dan mempercepat penngkatan mutu penddkan dalam berbaga aspek. Percepatan mutu penddkan tu dtanda dengan adanya gerakan moral yatu dcanangkan tahun 2003 sebaga awal tahun mutu oleh Mendknas sekalgus sebaga refleks efektvtas proses pembelajaran oleh tenaga edukatf yang telah dcapa pada waktu yang lalu. Sedangkan dalam jangka panjang adalah menata kembal perbakan kurkulum yang oleh berbaga kalangan dnla sudah kurang lnear lag dengan perkembangan zaman dan tuntutan Duna Usaha dan Duna Industr (DUDI). Hal n tercermn dar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal, selanjutnya dsngkat UU Ssdknas, Pasal 36 Ayat (1) menyatakan bahwa Pengembangan kurkulum dlakukan dengan mengacu pada standar nasonal penddkan untuk mewujudkan tujuan penddkan nasonal, dan ayat (2) menyebutkan bahwa Kurkulum pada semua jenjang dan jens penddkan dkembangkan dengan prnsp dversfkas sesua dengan satuan penddkan, potens daerah, dan peserta ddk. Pasal 38 Ayat (2) menyatakan bahwa: Kurkulum penddkan dasar dan menengah dkembangkan sesua dengan relevansnya oleh setap kelompok atau satuan penddkan dan komte sekolah/madrasah d bawah koordnas dan supervs dnas penddkan atau kantor Departemen Agama kabupaten/kota untuk penddkan dasar dan provns untuk penddkan menengah. Dalam rangka melaksanakan perundangan tersebut, telah dterbtkan Peraturan Pemerntah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasonal Penddkan (PP SNP) yang melput delapan standar, yatu standar s, standar kompetens lulusan, standar proses, standar penlaan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar tenaga kependdkan, dan standar pembayaan. Pasal 17 (Ayat 2) PP menyebutkan: Sekolah dan komte sekolah, atau madrasah dan komte madrasah, mengembangkan kurkulum tngkat satuan penddkan dan slabusnya berdasarkan kerangka dasar kurkulum dan standar kompetens lulusan, d bawah supervs dnas kabupaten/kota yang bertanggung jawab d bdang penddkan untuk SD, SMP, SMA, dan MK, dan departemen yang menangan urusan pemerntahan d bdang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. Dalam pelaksanaannya, standar s merupakan gars besar kurkulum penddkan secara nasonal yang bers standar kompetens dan kompetens dasar yang harus dkuasa oleh peserta ddk selama mengkut penddkan. Standar Proses merupakan proses penerapan kurkulum dalam kegatan penddkan agar peserta ddk dapat mencapa standar kompetens yang dharapkan dalam standar s. Setelah peserta ddk menempuh penddkan dalam fase tertentu, dadakan penlaan yang mengacu pada standar evaluas dan penentuan kelulusannya mengacu pada standar kompetens lulusan. Pelaksanaan proses penddkan harus mendapat dukungan dar guru sebaga pengelola utama penddkan yang harus memenuh standar tenaga kependdkan, dan dtunjang oleh manajemen, sarana prasarana dan baya yang memada. Gerakan penngkatan mutu penddkan merupakan amanat utama yang harus dlakukan oleh setap lembaga penddkan, sebaga konsekuensnya lembaga penddkan sebaga tempat dtumbuhkembangkan lmu pengetahuan dan teknolog harus menyadar bahwasanya kualtas penddkan yang telah dcapa saat n mash jauh dar harapan masyarakat pemaka jasa penddkan. Oleh karena tu perlu segera adanya reformas pembelajaran untuk dapat menghaslkan sumber daya manusa yang berkualtas. Kualtas sebuah lembaga penddkan dapat dtunjukkan oleh kualtas lulusannya secara utuh dalam seluruh tataran, bak pengetahuan, keteramplan serta skap dan nla sehngga dapat melanjutkan stud pada jenjang penddkan

3 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 149 yang lebh tngg maupun dapat memasuk duna usaha dan duna kerja secara profesonal. Namun patut dsadar bahwa masalah penngkatan mutu penddkan merupakan hal yang kompleks dan tdak mudah dlaksanakan/ dperbak dalam jangka waktu yang sngkat, karena melbatkan berbaga komponen penddkan sepert sekolah, tenaga penddkan, karyawan/, lngkungan sekolah, vs dan ms sekolah, kepemmpnan kepala sekolah, sstem evaluas yang dlakukan, hubungan sekolah dengan masyarakat, stakeholder, peserta ddk serta manajemen sekolah yang berlaku. Hal-hal tersebut merupakan ndkator substantf utama dalam mencapa tujuan yatu menghaslkan lulusan yang bak dan bermutu. Lembaga penddkan dapat menjad sumber penghasl tenaga profesonal manakala lembaga penddkan tersebut dkelolah dengan manajemen yang profesonal dan kurkulum yang dgunakan harus berbass pada duna kerja/relevan, sehngga output dan outcome yang dhaslkan mampu mengembangkan potens dan kreatvtas dr. Penerapan kurkulum d sekolah harus dapat menjadkan peserta ddknya memlk pengetahuan, keteramplan yang memada untuk penddkan d tngkat selanjutnya, dan skap yang sesua dengan tuntutan masyarakat setempat dan global, juga memlk kompetens yang memada untuk duna kerja sesua dengan konds daerahnya. Dalam era globalsas dan pasar bebas saat n, masalah penddkan dhadapkan pada berbaga perubahan yang tdak menentu. Hal n sebaga dampak dar tdak lnearnya penddkan dengan lapangan kerja yang terseda. Apa yang terjad d lapangan kerja sult dkut oleh duna penddkan, sehngga terjad berbaga kesenjangan. Menanggapa hal tu maka masalah penddkan harus dletakkan pada empat prnsp dantaranya belajar mengetahu (learnng to know), belajar melakukan (learnng to do) belajar dalam kebersamaan (learnng to lve together) dan belajar menjad dr sendr (learnng to be) (Delors, 1996, p.37). Kultur yang demkan harus dkembangkan dalam duna penddkan sehngga pembangunan manusa seutuhnya dapat terealsaskan, karena pada akhrnya aspek kultural dar kehdupan manusa lebh pentng dar pertumbuhan ekonom. Searah dengan vs, ms dan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasonal Tahun (UU No. 17 tahun 2007) yang mencermnkan cta-cta kolektf yang akan dcapa oleh bangsa Indonesa serta strateg penjabaran cta-cta berbangsa sebagamana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945, yatu tercptanya masyarakat yang terlndung, sejahtera dan cerdas serta berkeadlan. Cta-cta masyarakat yang adl dan sejahtera yang tertuang dalam UUD 1945, dmplementaskan dengan terwujudnya masyarakat Indonesa yang dama, demokrats, berkeadlan, berdaya sang, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republk Indonesa yang ddukung oleh manusa Indonesa yang sehat, mandr, berman, bertaqwa, beraklak mula, cnta tanah ar, berkesadaran hukum dan lngkungan, menguasa lmu pengetahuan dan teknolog, memlk etos kerja yang tngg dan dspln. Untuk mewujudkan pelaksanaan penddkan yang bak dan berkualtas d Indonesa, maka perlu dpaham dengan benar berbaga kendala dan permasalahan pokok yang berkatan dengan sstem penddkan d neger n. Sehubungan dengan hal n Tlaar (2002, p.4) mengatakan bahwa: Masalah penddkan d Indonesa sedang dhadapkan dengan empat krss pokok yang berkatan dengan kualtas, relevans atau efsens eksternal, eltsme, dan manajemen. Lebh lanjut dkemukakan pula bahwa sedktnya ada enam masalah pokok yang berkatan dengan sstem penddkan nasonal yatu (1) menurunnya ahklak dan moral peserta ddk, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) mash rendahnya efsens nternal sstem penddkan,(4) status kelembagaan, (5) manajemen penddkan yang tdak sejalan dengan pembangunan nasonal, (6) sumber daya yang belum profesonal. Permasalahan yang dkemukakan Tlaar d atas, perlu dskap dengan penataan sstem penddkan secara menyeluruh terutama yang berkatan dengan masalah perubahan kurkulum sebaga dasar penngkatan mutu penddkan serta relevansnya dengan duna kerja. Berangkat dar dasar pemkran nlah Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan sebaga jawaban yang bertujuan menata ulang model penddkan sesua dengan tuntutan perkembangan. Penataan paradgma penddkan baru harus darahkan pada upaya menyapkan peserta ddk untuk memasuk duna kerja dengan berbaga persangannya. Dengan demkan harapan yang hendak dcapa adalah bagamana membekal peserta ddk dengan berbaga kompetens untuk hdup sesua dengan lngkungan dmana da berada (lfe skll) sehngga mampu Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

4 150 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 melakukan penyesuaan dr dan dapat mengatas permasalahan kehdupannya dengan mengembangkan kompetens yang telah dmlknya. D sampng tu, dberlakukan Undang- Undang Otonom Daerah nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerntahan Daerah, yang selanjutnya akan dsebut dengan UU Otda, memberkan keleluasan kepada masng-masng daerah untuk merancang model kurkulum yang sesua dengan konds dan kebutuhaan daerah masngmasng. Kurkulum yang danggap dapat mengatas berbaga permasalahan penddkan adalah Kurkulum Berbass Kompetens (KBK) yang memberkan kesempatan kepada setap satuan penddkan untuk mengembangkannya sesua stuas setempat, yang dber nama Kurkulum Tngkat satuan penddkan (KTSP). Pemberlakuan UU Otda berdampak pada pergeseran paradgma pengelolahan penddkan dar sstem sentralstk menjad sstem desentralstk. In berart sekolah-sekolah dberkan kewenangan secara otonom untuk mengelola program penddkan pada satuannya masng-masng dengan memperhatkan kebutuhan dan aspras serta melbatkan masyarakat penddkan dan stake holder. Ada tga landasan yang menjad dasar pemberlakuan Kurkulum Berbass Kompetens. Pertama, adanya pergeseran paradgma model pembelajaran dar pembelajaran kelompok ke pembelajaran ndvdual. Dalam model pembelajaran n setap ndvdu dapat belajar sendr dan tdak menggantungkan dr pada orang lan. kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learnng) atau belajar sebaga penguasaan (learnng for mastery) adalah suatu falsafah pembelajaran yang menekankan bahwa dengan sstem pembelajaran yang tetap, semua peserta ddk dapat mempelajar semua bahan dengan hasl yang bak. ketga pendefnsan kembal terhadap bakat. Untuk menjawab semuanya tu perlu kompetens guru dalam bdangnya. Tanpa tu guru tdak mampu mengembangkan kompetens sswa. Dalam pelaksanaannya KBK mash belum memberkan ruang yang bebas bag satuan penddkan tertentu untuk mengembangkan kurkulum secara mandr, karena dalam struktur kurkulumnya, Badan Standar Nasonal Penddkan (BSNP) tdak hanya menetapkan standar kompetens dan kompetens dasar secara nasonal, namun juga mater pokok dan ndkator pencapaan kompetensnya. Sedangkan pada KTSP, BSNP hanya menetapkan standar kompetens dan kompetens dasar secara nasonal, sedangkan mater pokok dan ndkator pencapaan kompetensnya dkembangkan sendr oleh satuan penddkan yang bersangkutan. Pengembangan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasonal penddkan untuk menjamn pencapaan tujuan penddkan nasonal. Standar nasonal penddkan terdr atas standar s, proses, kompetens lulusan, tenaga kependdkan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembayaan dan penlaan penddkan. Dua dar kedelapan standar nasonal penddkan tersebut, yatu Standar Is (SI) dan Standar Kompetens Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bag satuan penddkan dalam mengembangkan kurkulum. UU Ssdknas dan Peraturan Pemerntah Republk Indonesa No 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasonal Penddkan (PP SNP) mengamanatkan kurkulum pada KTSP jenjang penddkan dasar dan menengah dsusun oleh satuan penddkan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang dsusun oleh Badan Standar Nasonal Penddkan (BSNP). Selan dar tu, penyusunan KTSP juga harus mengkut ketentuan lan yang menyangkut kurkulum dalam UU Ssdknas dan PP SNP. Panduan yang dsusun BSNP terdr atas dua bagan. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurkulum yang dapat dterapkan pada satuan penddkan dengan mengacu pada Standar Kompetens dan Kompetens Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU Ssdknas dan PP SNP, serta prnsp dan langkah yang harus dacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebaga salah satu contoh hasl akhr pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dkembangkan BSNP. Sebaga model KTSP, tentu tdak dapat mengakomodas kebutuhan seluruh daerah d wlayah Negara Kesatuan Republk Indonesa (NKRI) dan hendaknya dgunakan sebaga referens. Guru sebaga ujung tombak pelaksanaan kurkulum perlu dpersapkan secara bak agar mampu menjabarkan kurkulum dengan tepat dalam proses pembelajaran. Pelathan dan penataran bak dlakukan oleh pemerntah maupun dalam wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dperuntukan untuk guru harus komprehensp, mula dar memaham, mengert,

5 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 151 selanjutnya mengmplementaskan dalam proses pembelajaran. Menjad suatu kenyataan bahwa keberhaslan penddkan sangat dpengaruh oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualsaskan kurkulum tu. Guru harus memlk kompetens profesonal yang memada. Kompetens guru tu berkatan dengan pengetahuan dan kemampuan mengaplkaskan kurkulum dalam pelaksanaan tugas yang demban. Kegagalan perubahan kurkulum juga dsebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru. Kegagalan dalam pelaksanaan KTSP selan dakbatkan oleh faktor guru, juga dpengaruh oleh komponen lannya, sepert sstem manajemen, baya, dan juga ketersedaan sarana prasarana. KTSP dengan model yang agak berbeda dar kurkulum-kurkulum sebelumnya kranya guru menjad sentral perhatan d sampng faktor-faktor lan. Kekurangan pengetahuan guru tentang kurkulum akan dapat dperbak bla adanya sarana berupa buku-buku yang bers tentang kurkulum, adanya pendanaan untuk pelathan guru. Dampak dar kurangnya pengetahuan n, guru mengadops langsung model slabus yang dkembangkan oleh BNSP untuk dgunakan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Penjabaran kurkulum menjad slabus dan selanjutnya menjad rencana pembelajaran dengan sstem evaluas yang rumt merupakan satu pekerjaan baru bag guru, karena selama n guru terbasa dengan kurkulum yang sap paka. Terbatasnya kegatan pelathan dan penataran guru akbat kurangnya pendanaan kegatan pelathan dan penataran guru d daerah menjad salah satu faktor pengambat pelaksanaan KTSP. Sosalsas penjabaran KTSP ke dalam pembelajaran belum dlaksanakan secara maksmal. Para Guru memlk pemahaman yang berbeda terhadap KTSP, terlebh pada guru yang berada d daerah pedesaan dan terpencl. Ketersedaan fasltas yang mendukung guru dalam mempelajar pengembangan KTSP mash sangat terbatas. Guru tdak dapat mengakses nformas aktual tentang strateg mengembangkan KTSP untuk sap dterapkan dalam pembelajaran. Guru hanya memperoleh nformas sepntas melalu para pengawas sekolah yang berkunjung ke sekolah, dan tupun dengan waktu yang sangat sngkat dan frekuens kunjungan yang sangat sedkt dalam setahun, sehngga nformas yang dperolehpun sangat terbatas. Penjelasan yang dberkan kepada guru tentang KTSP tanpa dkut oleh petunjukpetunjuk yang jelas. Hal n turut menyebabkan pelaksanaan KTSP d sekolah dasar belum bsa berjalan secara optmal. Guru lalu mencar buku-buku yang terseda lalu mengadops slabus dar buku-buku dan contoh slabus yang ada d nternet tanpa mengadaptaskan dengan konds sekolahnya. Keadaan n sesungguhnya sangat tdak sejalan dengan tujuan KTSP sendr yang memberkan kesempatan kepada sekolah untuk tdak menyesuakan dengan konds sekolah setempat. Berdasarkan penjelasan d atas maka drasakan perlu untuk melakukan suatu kajan secara lmah melalu peneltan dengan judul tentang kemampuan guru mengmplementaskan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan, mengngat penngkatan kualtas sekolah yang akan bermplkas pada penngkatan kualtas penddkan memerlukan keterlbatan semua komponen standar penddkan. Dalam peneltan n, penelt akan memfokuskan peneltan pada kemampuan guru mengmplementaskan KTSP pada sekolah dasar d Kecamatan Detukel. Kecamatan Detukel merupakan sebuah kecamatan d Kabupaten Ende yang jarak bukota kecamatannya dar kabupaten sektar 65 km. Kecamatan dengan 10 wlayah desa n memlk 14 SD Neger/Inpres maupun swasta. Jumlah sekolah tersebut terdr dar 4 Sekolah Neger/Inpres dan 10 Sekolah Swasta, dengan jumlah gurunya sebanyak 114 orang. Hal-hal yang akan dtelt berkatan dengan kemampuan guru dalam penerapan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (standar s dan standar Proses), pelaksanaan penlaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhnya, dan selanjutnya akan mempengaruh output atau lulusan. Metode Jens Peneltan Peneltan tentang kemampuan guru dalam mengmplementaskan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan pada SD d Kecamatan Detukel Kabupaten Ende n menggunakan pendekatan kuanttatf deskrptf. Dar seg metode, peneltan n menggunakan metode peneltan evaluas dengan model kesenjangan atau model dskrepans (dscrepancy model) yang dkembangkan Malcom Provus. Model kesenjangan atau model dskrepans yatu suatu model yang menekankan pada pandangan ada tdaknya kesenjangan antara tujuan program dengan pelak- Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

6 152 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 sanaan program (Arkunto & Jabar, 2004, p.31 & Wdoyoko, 2009, p.4). Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n dlakukan pada 13 SD/MI d Kecamatan Detukel Kabupaten Ende dengan kategor SD neger dan swasta yang ada d Kecamatan Detukel Kabupaten Ende. Peneltan dlaksanakan pada bulan Me-Jun Target/Subjek Peneltan Peneltan n merupakan peneltan populas, maka semua guru yang menerapkan KTSP menjad subjek peneltan. Subjek dalam peneltan n adalah seluruh guru SD d Kecamatan Detukel yang berjumlah 116 guru d Kecamatan Detukel. Data, Intrumen, dan Teknk Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan metode angket. Kuesoner/angket. Angket yang dgunakan dalam peneltan n bersfat tertutup, artnya responden member jawaban dengan member tanda cek pada jawaban yang telah dsedakan. Angket bers 2 bagan; dmana bagan pertama bers pemahaman guru tentang KTSP dan bagan 2 bers Kemampuan guru dalam mengmplementaskan KTSP (pembuatan RPP dan Slabus) dan pelaksanaan kegatan pembelajaran. Sedangkan dokumentas dan observas dlakukan untuk mengetahu secara lebh past kebenaran jawaban hasl angket. Angket dalam peneltan untuk mengukur kemampuan guru dalam mengmplementaskan KTSP dmodfkas dar Peraturan Menter Penddkan Nasonal nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 Me 2007 tentang standar kualfkas akademk dan kompetens guru. Dalam angket n hanya dambl beberapa hal yang berkatan dengan masalah peneltan, yatu: (1) Kemampuan menganalss SK/KD dalam pembuatan Slabus, untuk pembuatan ndkator, penentuan tujuan pembelajaran, pemlhan mater, pemlhan metode, pemlhan meda, penentuan alokas waktu, dan perencanaan alat evaluas kegatan dan hasl belajar. (2) Kemampuan menghaslkan Slabus dan RPP, meda pembelajaran. (3) Mengaplkaskan KTSP (Slabus dan RPP) dalam pembelajaran, dan (4) Kemampuan mengevaluas proses dan hasl belajar. Kemampuan atau kompetens yang tertuang d dalam Peraturan Menter Penddkan Nasonal nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 Me 2007 tentang standar kualfkas akademk dan kompetens guru, dan yang telah dmodfkas ke dalam bentuk angket n menjad standar dalam peneltan n untuk mengevaluas pelaksanaan Kurkulum Tngkat Satuan penddkan. Skor tertngg deal dalam angket, menjad skor harapan yang akan dbandngkan dengan keadaan rl pelaksanaan KTSP d lapangan. Teknk Analss Data Data yang dperoleh dar hasl peneltan akan danalss dengan teknk kuanttatf deskrptf. Penghtungan kategor pelaksanaan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan yang dgunakan adalah sebaga berkut: Keterangan: : Rata-rata umum responden x : Jumlah rata-rata jawaban setap responen n : Jumlah Responden Perhtungan rerata n dbuat untuk masng-masng responden. Dar rerata setap responden akan dakumulaskan untuk mendapatkan rerata umum dgeneralsaskan sebaga kesmpulan. Untuk memperoleh nla rata-rata kemampuan guru mengmplementaskan KTSP, maka dcar nla rata-rata dar setap komponen peneltan. Nla rata-rata setap komponen dperoleh dar rata-rata jumlah skor total dbag skor maksmum dkal nla skala 5. Secara matemats dapat drumuskan: X N x 5 skormaksmal Keterangan: N Nla rata-rata X Jumlah skor aktual yang dperoleh n Jumlah data Dalam menentukan tngkat kemampuan guru dalam mengmplementaskan KTSP, maka perlu dtentukan dahulu mean deal ( X ), Smpangan Baku deal (SB) serta skala tertngg deal dan skala terendah deal (Sukardjo & Permana Sar, 2008, p.83). X ½ (skala tertngg deal + skala terendah deal) SB 1/6 (skala tertngg deal-skala terendah deal) Dar nla yang dperoleh baru kemudan dkonvers menjad nla krtera dengan acuan sepert pada Tabel 1.

7 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 153 Tabel 1. Krtera Penlaan Interval Nla X + 1,80 SB < X X + 0,60 SB < X X - 0,60 SB < X X - 1,80 SB < X X X - 1,80 SB X + 1,80 SB X + 0,60 SB X - 0,60 SB Krtera Nla Sangat Bak Bak Cukup Kurang Sangat Kurang Dar langkah-langkah d atas, maka dperoleh krtera penlaan yang dgunakan dalam peneltan n, yatu dapat dlhat pada Tabel berkut. Tabel 2. Krtera Penlaan pada Skala 5 Interval Nla Krtera Nla 4,20 < X Sangat Bak 3,40 < X 4,20 Bak 2,60 < X 3,40 Cukup 1,80 < X 2,60 Kurang X 1,80 Sangat Kurang Dar nterval nla yang dperoleh, maka secara deskrptf dapat dtark kesmpulan krtera kemampuan guru dalam mengmplementaskan KTSP. Hasl Peneltan dan Pembahasan Pengumpulan data peneltan tentang kemampuan guru mengmplementaskan kurkulum tngkat satuan penddkan pada sekolah dasar d kecamatan Detukel, dlaksanakan pada tanggal 1 Jun sampa dengan 15 Jun Kegatan pengumpulan data dmula dengan menyebarkan angket peneltan ke sekolah-sekolah tempat peneltan. Jumlah angket yang dbagkan sebanyak 116 eksemplar. Dar jumlah angket yang ada semua dkembalkan. Angket peneltan bers 95 tem semuanya ds oleh responden. Dar data peneltan yang terkumpul dapat dpaparkan gambaran tentang fokus peneltan sebaga berkut: Pemahaman Guru tentang Standar Is dalam KTSP Pada komponen 1 tentang pemahaman guru terhadap standar s dalam KTSP ada 10 tem, dengan total skor deal terendah pada komponen n adalah 10 dan skor deal tertngg adalah 40. Hasl peneltan menunjukkan skor terendah jawaban responden adalah 13 dan skor tertngg adalah 26. Dar skor tersebut dapat dhtung rata-rata terendah dar responden adalah 1,30 dan rata-rata tertngg adalah 2,60. Total rata-rata responden dar sepuluh tem pada komponen 1 peneltan n yakn 228,80. Dar total rata-rata jawaban responden n dbag jumlah responden 116. Jad Rata-rata tngkat pemahaman guru terhadap standar s berdasarkan jawaban responden yakn 1,97. Dengan rata-rata n bla dkonverskan dengan skala 5 maka perhtungannya sebaga berkut; X N x 5 skormaksmal 1,97 x 4 2,47 5 Dengan nla rata-rata 2,47 dalam skor lma, berdasarkan krtera penlaan pada Tabel 2 maka pemahaman guru terhadap standar s termasuk dalam kategor kurang. Adapun rncan skor nla setap responden pada komponen 1 n dapat dlhat d Gambar 2. Hasl konvers n menunjukkan bahwa dar 116 guru ada 7 orang atau 6,03% yang memperoleh nla sangat kurang, 64 orang atau 55,17% yang memperoleh nla kurang, 45 orang atau 38,79% yang memperoleh nla cukup, tdak ada yang memperoleh nla bak dan sangat bak sepert pada grafk berkut. Sangat kurang kurang cukup Gambar 1. Pemahaman Guru tentang Standar Is dalam KTSP Dengan keadaan yang sedemkan rendahnya pemahaman guru tentang standar s dalam KTSP, maka dapat dpredkskan bahwa pelaksanaan KTSP d sekolah juga sangat rendah, karena guru hanya mampu melaksanakannya sesua dengan apa yang dpahamnya. bak Sangat bak Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

8 154 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 Rendahnya pemahaman guru n berpengaruh terhadap pelaksanaan KTSP d sekolah, berupa penyusun perangkat pembelajaran (slabus dan RPP), pelaksanaan kegatan pembelajaran, dan mengevaluas kegatan pembelajaran, yang dapat dlhat dar hasl peneltan n tentang mplementas KTSP. Hasl peneltan juga menunjukkan bahwa kemampuan mengmplementaskan KTSP hanya mencapa nla rata-rata 2,41 dalam skor lma. Rendahnya pemahaman guru tentang standar s n dpengaruh oleh kurangnya sosalsas tentang KTSP kepada guru, kurangnya ketersedaan buku-buku tentang KTSP yang dapat dbaca oleh guru, dan juga rendahnya motvas guru tu sendr dalam pelaksanaan KTSP. Faktor motvas n dapat menjad penyebab utama dalam persoalan n, karena bla dar dalam dr guru sendr ada motvas yang kuat untuk melaksanakan KTSP, maka guru tentu dapat mengatas persoalan rendahnya pemahaman terhadap standar s n dengan mencar dan berusaha untuk menemukan apa yang belum dpahamnya, dem kepentngan pelaksanaan tugasnya sebaga guru. Kenyataan d atas tdak sejalan dengan apa yang dsampakan Mulyasa (2004, pp.13-29) tentang tujuh (7) jurus sukses mplementas KTSP, yang dantaranya: mensosalsaskan perubahan kurkulum, mengubah paradgma (pola pkr) guru, dan memberdayakan tenaga kependdkan. Untuk dapat menjalankan kurkulum d sekolah dengan optmal, perlu sosalsas yang cukup kepada pelaksana kurkulum yatu guru. Guru harus memperoleh pengetahuan yang benar dan memada tentang kurkulum yang sedang dlaksanakan. Pola pkr atau paradgma guru harus dubah sesua denga kurkulum yang sedang berjalan. Pola pkr atau paradgma juga menyangkut motvas dan kemauan guru. Intnya bahwa untuk melaksanakan kurkulum, persapan yang harus dlakukan adalah melakukan sosalsas yang cukup untuk memberkan pemahaman yang mendalam bag guru dalam melaksanakan kurkulum, dan guru harus dpersapkan dengan matang bak tu dar aspek pengetahuan, motvas, kreatvtas maupun kemampuan mengajarnya untuk melaksanakan kurkulum tersebut. Namun hasl peneltan menunjukkan bahwa yang terjad d lapangan sangat jauh dar harapan. Pengetahuan guru tentang kurkulum tdak dpersapkan dengan bak. Banyak guru tdak memaham kurkulum yang dlaksanakannya. Pola pkr guru tdak darahkan untuk melaksanakan pembelajaran dem pencapaan kompetens pada sswa, nat dan motvas guru untuk melaksanakan kurkulum sangat rendah. Dengan konds yang demkan memang tdak mengherankan bla pelaksanaan KTSP d sekolah belum dapat berjalan dengan optmal. Karena tu, sebelum melaksanakan suatu program, dalam hal n KTSP, perlu dberkan sosalsas yang memada kepada para pelaksana program yakn guru sebaga pelaksana KTSP d sekolah. Dengan sosalsas yang cukup dan nformas yang lengkap, memberkan pemahaman yang mendalam dan lengkap tentang program yang dlaksanakan. Dengan demkan program yang drencanakan dapat dlaksanakan dengan optmal. Mengngat bahwa pemerntah sedang merencanakan perubahan kurkulum dar KTSP ke kurkulum 2013, maka dharapkan sebelum pelaksanaan kurkulum tersebut, perlu dberkan sosalsas yang memada bag guru sebaga pelaksana kurkulum d sekolah. Mengubah paradgma guru sesua dengan tujuan yang akan dcapa oleh kurkulum. Selan sosalsas, perlu dsapkan buku-buku petunjuk pelaksanaan kurkulum dalam jumlah yang cukup dan mudah dperoleh guru, agar membantu guru dalam memaham dengan benar tentang kurkulum yang dlaksanakannya. Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP pada Sekolah Dasar d Kecamatan Detukel Kabupaten Ende Kemampuan guru dalam mengmplementaskan KTSP dkaj dalam 3 bagan yatu pada kemampuan menyusun perangkat pembelajaran berupa slabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan kegatan pembelajaran dalam kelas, dan pelaksanaan evaluas kegatan pembelajaran. Ketga bagan n mendapat pors palng banyak dalam tem peneltan, yakn sebanyak 71 tem peneltan. Dar 71 tem n terdr dar 24 tem pada bagan kemampuan menyusun perangkat pembelajaran berupa slabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 47 tem pada bagan pelaksanaan kegatan pembelajaran dalam kelas, dan 10 tem pada bagan pelaksanaan evaluas kegatan pembelajaran. Kemampuan Menyusun Slabus dan RPP Bagan pertama dar kemampuan mengmplementaskan KTSP yakn kemampuan menyusun slabus dan RPP. Pada komponen n, ada 24 tem peneltan dan semuanya d-

9 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 155 jawab oleh responden. Total skor deal terendah pada komponen n 24 dan skor deal tertngg adalah 96. Data peneltan menunjukkan skor terendah dar responden 38 dan skor tertnggnya adalah 53. Dar skor tersebut dapat dhtung rata-rata terendah dar responden adalah 1,58 dan rata-rata tertngg adalah 2,21. Total rata-rata jawaban masng-masng responden untuk semua tem pada komponen n adalah 220,33. Dar total rata-rata jawaban responden n dbag jumlah responden 116. Jad rata-rata tngkat kemampuan guru Kecamatan Detukel dalam penyusunan slabus dan RPP yakn 1,90. Dengan rata-rata n bla dkonverskan dengan skala 5 maka perhtungannya sebaga berkut; X N x 5 skor maksmal 1,90 x 5 4 2,374 Dengan nla rata-rata 2,374 dalam skor lma maka berdasarkan krtera penlaan pada Tabel 7 maka kemampuan guru dalam menyusun slabus dan RPP termasuk dalam kategor kurang. Adapun rncan skor nla setap responden pada komponen 2 n dapat dlhat pada gambar 3. Hasl konvers n menunjukkan bahwa dar 116 guru; tdak ada guru yang memperoleh nla sangat kurang, 110 orang atau 94,83% yang memperoleh nla kurang, 6 orang atau 5,17% yang memperoleh nla cukup yang memperoleh nla, tdak ada yang memperoleh nla bak dan sangat bak. Sangat kurang kurang cukup bak Sangat bak Kemampuan Melaksanakan Kegatan Pembelajaran Bagan kedua dar komponen mplementas KTSP yakn kemampuan melaksanakan kegatan pembelajaran. Pada komponen n, ada 37 tem peneltan dan semuanya djawab oleh responden. Total skor deal terendah pada komponen n 37 dan skor deal tertngg adalah 148. Data peneltan menunjukkan skor terendah dar responden 60 dan skor tertnggnya adalah 84. Dar skor tersebut dapat dhtung rata-rata terendah dar responden adalah 1,62 dan rata-rata tertngg adalah 2,27. Total ratarata jawaban responden untuk semua tem pada komponen n adalah 225,57. Dar total rata-rata jawaban responden n dbag jumlah responden , ,94 Jad Rata-rata tngkat kemampuan guru kecamatan Detukel dalam pelaksanaan pembelajaran d kelas yakn 1,94. Dengan rata-rata n bla dkonverskan dengan skala 5 maka perhtungannya sebaga berkut; X N x 5 skor maksmal 1,94 x 4 2,431 5 Dengan nla rata-rata 2,431 dalam skor lma maka berdasarkan krtera penlaan pada tabel 7, maka kemampuan guru dalam melaksanakan kegatan pembelajaran, termasuk dalam kategor kurang. Adapun rncan skor nla setap responden pada komponen 3 n dapat dlhat pada gambar 4. Hasl konvers n menunjukkan bahwa dar 116 guru; tdak ada guru yang memperoleh nla sangat kurang, 102 orang atau 87,93% yang memperoleh nla kurang, 14 orang 12,07% yang memperoleh nla cukup, tdak ada yang memperoleh nla bak dan sangat bak. Gambar 2. Kemampuan Menyusun Slabus dan RPP Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

10 156 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 Sangat kurang Kurang bahwa dar 116 guru; 1 orang atau 0,86% yang memperoleh nla sangat kurang, 36 orang 31,03% yang memperoleh nla kurang, 79 orang atau 68,10% yang memperoleh nla cukup, tdak ada yang memperoleh nla bak dan sangat bak. Cukup Bak Sangat bak Gambar 3. Kemampuan Melaksanakan Kegatan pembelajaran Kemampuan Melaksanakan Evaluas terhadap Kegatan Pembelajaran Bagan terakhr dar komponen mplementas KTSP yakn kemampuan melaksanakan evaluas terhadap kegatan pembelajaran dalam kelas. Pada komponen n, ada 10 tem peneltan dan semuanya djawab oleh responden. Total skor deal terendah pada komponen n adalah 10 dan skor deal tertngg adalah 40. Data peneltan menunjukkan skor terendah dar responden 13 dan skor tertnggnya adalah 24. Dar skor tersebut dapat dhtung rata-rata terendah dar responden adalah 1,30 dan rata-rata tertngg adalah 2,40. Total rata-rata jawaban responden untuk semua tem pada komponen n adalah 226,40. Total jawaban setap tem selanjutnya dbag jumlah responden 116. Jad Rata-rata tngkat kemampuan guru kecamatan Detukel dalam pelaksanaan evaluas kegatan pembelajaran d kelas berdasarkan jawaban responden yakn 1,95. Dengan rata-rata kemampuan 1,95 n bla dkonverskan dengan skala 5 maka perhtungannya sebaga berkut; X N x 5 skor maksmal 1,95 x 5 4 2,440 Dengan nla rata-rata 2,440 dalam skor lma, berdasarkan krtera penlaan pada Tabel 7 maka kemampuan guru melaksanakan evaluas kegatan pembelajaran termasuk dalam kategor kurang. Adapun rncan skor nla setap responden pada komponen 1 n dapat dlhat pada gambar 5. Hasl konvers n menunjukkan Gambar 4. Kemampuan Melaksanakan Evaluas Kegatan pembelajaran Secara umum pada bagan kemampuan mengmplementaskan KTSP dengan 71 tem peneltan, total skor terendah deal 71 dan skor tertngg deal adalah 284. Data peneltan menunjukkan skor terendah dar responden 118 dan skor tertnggnya adalah 154. Pada komponen 2 yang terdr dar kemampuan menyusun perangkat pembelajaran berupa slabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan kegatan pembelajaran dalam kelas, dan pelaksanaan evaluas kegatan pembelajaran dapat dhtung rata-ratanya dengan mengakumulaskan rata-rata dar ketga bagan peneltan tersebut. Total rata-rata dalam skor 5 dar ketga bagan n adalah 7,24. Sangat kurang kurang cukup Dengan nla rata-rata 2,41 dalam skor lma, berdasarkan krtera penlaan maka kemampuan guru mengmplementaskan KTSP pada sekolah dasar d Kecamatan Detukel dkatakan kurang. Hasl konvers n menunjukkan bahwa dar 116 guru; tdak ada guru yang memperoleh nla sangat kurang, 108 orang 94,83% yang memperoleh nla kurang, 8 orang 5,17% yang memperoleh nla cukup yang memperoleh nla, tdak ada yang memperoleh nla bak dan sangat bak. bak Sangat bak

11 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 157 Sangat kurang kurang cukup Gambar 5. Kemampuan Mengmplementaskan KTSP bak Sangat bak Berdasarkan gambaran d atas maka jelas bahwa pelaksanaan KTSP d sekolah belum berjalan sesua dengan harapan. Ada 94,83% guru yang memlk kemampuan menyusun perangkat pembelajaran kurang. Bahkan lebh dar tu, hasl peneltan menunjukkan, ada guru yang tdak membuat rencana pembelajaran untuk setap pertemuan sesua jadwal d satuan penddkan. Keadaan n berdampak pada pelaksanaan pembelajaran d kelas. Tentang RPP yang lengkap, Mulyasa (2007, pp ) mengungkapkan pada umumnya pelaksanaan pembelajaran berbass KTSP mencakup tga hal: (a) Pretest (tes awal), (b) Pembentukkan kompetens, dan (c) Posttest (tes akhr). Dengan kemampuan membuat perangkat pembelajaran yang mnm n, jelas guru tdak melakukan perencanaan yang matang untuk kegatan pembelajaran yang dlaksanakannya d kelas bersama sswanya. Pembelajaran d kelas berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas, yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pencapaan kompetens sswa terhadap mater yang dpelajarnya. Dalam Permendknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan penddkan dasar dan menengah telah datur mengena syarat pelaksanaan proses pembelajaran serta kegatan dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan mplementas dar RPP. Pelaksanaan pembelajaran melput kegatan pendahuluan, kegatan nt dan kegatan penutup. Dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang tdak matang, tentunya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran dan evaluas kegatan pembelajaran. Seluruh kegatan pembelajaran hendaknya tertuang dalam RPP. Demkan juga dengan rencana pelaksanaan evaluas pembelajaran (posttest) harus tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bla RPP tdak dbuat dengan bak, maka sudah sangat past pelaksanaan kegatan pembelajaran dan evaluas pun tdak dbuat dengan bak. Dengan demkan guru tentu tdak dapat melaksanakan kegatan pembelajaran dengan benar dan mengevaluas dengan tepat apa yang seharusnya devaluas dar pembelajaran yang dlaksanakannya. Suatu kenyataan yang tdak dapat dngkar bahwa semuanya n bermula dar rendahnya pemahaman guru tentang kurkulum yang dlaksanakannya. Rendahnya pemahaman guru tentang KTSP n sendrlah yang merupakan dasar yang rapuh untuk pelaksanaan KTSP. Selan faktor pemahaman yang rendah tentang KTSP, rendahnya tngkat kerja sama antara guru dalam KKG turut mempengaruh pelaksanaan kurkulum d sekolah. Bla ada kerja sama antara guru, tentu d antara guru dapat salng melengkap kekurangan dan dapat memperbak rencana pelaksanaan pembelajaran dan juga pelaksanaan pembelajaran. Selan kedua faktor d atas, kerja sama antara guru dengan kepala sekolah, keterlbatan komte, ketersedaan buku pelajaran dan fasltas penunjang kegatan belajar juga turut mempengaruh kegatan pembelajaran yang dlaksanakan guru d sekolah. Rendahnya sumber daya manusa dan juga tdak dtunjang oleh komponen lannya menyebabkan pelaksanaan KTSP d sekolah menjad sangat tdak optmal. Melhat konds yang ada, memang sangat tdak mungkn pelaksanaan kurkulum tngkat satuan penddkan yang sudah berjalan sekan tahun n hanyalah menjad suatu rutntas tak bermakna bag sswa. Sswa ke sekolah tetap tdak mendapatkan pengetahuan atau kompetens lebh. Kegatan pembelajaran yang mereka jalan tdak memberkan pengalaman belajar yang bermakna untuk menngkatkan kompetens dalam dr sswa. Untuk keluar dar stuas n tentu tdaklah mudah. Perencana program atau kurkulum perlu menyapkan semuanya dengan matang, mula dar sosalsas yang memada bag guru, ketersedaan dana yang mencukup untuk pelaksanaan kurkulum, dan juga menyedakan fasltas yang memada untuk menunjang pelaksanaan kurkulum. Perencana kurkulum harus benar-benar memaham konds lapangan dan juga guru sebaga pelaksana kurkulum d lapangan. Dengan tngkat penddkan yang belum semuanya dploma atau sarjana, menyebabkan lambannya pemahaman guru terhadap kurkulum. Karena tu, sosalsas tdak dapat hanya dlakukan dengan 1 atau 2 kal saja. Sosalsas harus dlakukan secara perlahan dan dberkan Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

12 158 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 penjelasan sedetal mungkn, agar bsa dpaham dengan benar. Perencana kurkulum perlu mempertmbangkan untuk menyapkan tenaga pendampng yang benar-benar mahr dengan kurkulum yang sedang berjalan untuk melakukan pendampngan bag guru dalam pelaksanaan d tahap awal dan sekalgus untuk melakukan supervs ketka guru sudah bsa melaksanakan sendr. Supervs dpandang perlu karena dengan tngkat rutntas yang cukup tngg membuat guru bosan ataupun jenuh, sehngga pelaksanaan kurkulum bsa dabakan oleh guru. Dengan pendampngan dan supervs yang terus menerus, dharapkan dapat menjad dorongan kuat bag guru dalam melaksanakan kurkulum. Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat Pelaksanaan KTSP pada Sekolah Dasar d Kecamatan Detukel Komponen peneltan tentang faktor penunjang dan faktor penghambat pelaksanaan KTSP pada sekolah dasar d Kecamatan Detukel dalam nstrumen peneltan ada 14 tem peneltan dan semuanya djawab oleh responden. Hasl peneltan pada komponen n dapat dlhat pada lhat pada tabel berkut: Tabel 3. Persentase Perngkat Ketdaktersedaan Faktor Penunjang Pelaksanaan KTSP No Urut Faktor Penunjang Pelaksanaan KTSP Jawaban Responden dalam Persen (%) Tdak Ada Kurang Cukup Banyak/Bak 1 Ketersedaan dana untuk pelaksanaan KTSP Ketersedaan meda pembelajaran Ketersedaan buku-buku tentang KTSP d perpusatakaan sekolah Kerja sama antara sekolah dan komte dalam pelaksanaan KTSP Ketersedaan buku sumber lannya yang mater pelajaran Kemauan/nat guru untuk melaksanakan KTSP d sekolah Kerja sama antara guru dalam KKG dalam pelaksanaan KTSP Ketersedaan buku pedoman pelaksanaan KTSP Ketersedan buku pelajaran Ketersedaan alat peraga pembelajaran Kerja sama antara guru dengan kepala sekolah dalam pelaksanaan KTSP Sosalsas tentang KTSP dar Dnas Kabupaten ke guru Keterlbatan komte dalam menyedakan sarana dan pra-sarana yang menunjang kegatan pembelajaran Keterlbatan komte sekolah dalam penyusunan KTSP Dar detal frekuens dan persentas jawaban responden d atas sudah bsa terlhat betapa terbatasnya ketersedaan faktor-faktor penunjang pelaksanaan KTSP d sekolah dasar sekecamatan Detukel. Rendahnya ketersedaan faktor-faktor yang dharapkan dapat menunjang pelaksanaan KTSP n justru menjad faktor penghambat dalam pelaksanaan KTSP. Hasl peneltan menunjukkan bahwa faktor penghambat dalam Pelaksanaan KTSP d sekolah dasar d kecamatan Detukel yatu: Ketersedaan dana merupakan faktor yang menempat perngkat tertngg dalam persentas jawaban responden yang mengatakan faktor tersebut tdak terseda. Ada 43,10% responden mengatakan tdak ada dana yang dsedakan untuk pelaksanaan KTSP dan 56,90% mengatakan dana tu terseda tetap kurang. Pada perngkat kedua yakn ketersedaan meda pembelajaran dengan 40,52% yang mengatakan tdak ada meda pembelajaran yang terseda d sekolah dan 59, 48% mengatakan meda pembelajaran yang terseda mash kurang. Selanjutnya ketersedaan buku-buku tentang KTSP d perpusatakaan sekolah ada 36,21% yang mengatakan tdak terseda, dan 63,79% mengatakan ada tetap mash kurang. Ada 35,34% responden mengatakan tdak ada kerja sama antara sekolah dan komte dalam pelaksanaan KTSP dan ssanya 64,66% ada ker-

13 Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 159 ja sama antara sekolah dan komte dalam pelaksanaan KTSP tetap mash kurang. Sementara tu pada faktor ketersedaan buku sumber lannya yang mater pelajaran, ada 34,48% mengatakan tdak ada dan 65,52% responden mengatakan mash kurang. Tentang kemauan/nat guru untuk melaksanakan KTSP d sekolah, ada 33,62% responden mengatakan tdak ada dan 66,38% mengatakan mash kurang. Menyusul faktor kerja sama antara guru dalam KKG dalam pelaksanaan KTSP, ada 30,17% mengatakan tdak ada kerja sama, dan 69,83% mengatakan ada kerja sama namun mash kurang. Sementara faktor ketersedaan buku pedoman pelaksanaan KTSP, ketersedan Buku pelajaran dan ketersedaan alat peraga pembelajaran, ketganya berada pada perngkat yang sama yakn dengan 29,31% responden mengatakan tdak ada dan 70,69% responden mengatakan ada namun mash kurang. Faktor kerja sama antara guru dengan kepala Sekolah dalam pelaksanaan KTSP, ada 29,31% mengatakan tdak ada dan 70,69% mengatakan mash kurang. Untuk faktor sosalsas tentang KTSP dar Dnas Kabupaten ke guru, ada 27,59% responden mengatakan tdak ada dan 72,41% mengatakan mash kurang. Tentang faktor keterlbatan komte dalam menyedakan sarana dan prasarana yang menunjang kegatan pembelajaran, ada 27,59% responden mengatakan tdak ada dan 72,41% mengatakan kurang. Dan faktor yang menempat perngkat palng akhr yakn keterlbatan komte sekolah dalam penyusunan KTSP, ada 25,86% responden mengatakan tdak ada dan 74,14% responden mengatakan kurang. Dana Meda Pembe lajaran Buku tentang KTSP Kerja Buku Motvas sama penun guru sekolah-jankomte pelajaran Kerja sama guru dlm KKG Buku pedo man KTSP Buku pelajaran Alat peraga Kerja sama gurukepala sekolah Sosal Komte sas dar dnas seda kan sarana Gambar 7. Persentas Ketersedaan Faktor Penunjang Pelaksanaan KTSP Komte dlm penyu sunan KTSP Komponen peneltan tentang Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat Pelaksanaan KTSP, hasl peneltan menunjukkan bahwa ketersedaan faktor penunjang pelaksanaan KTSP d sekolah tdak ada dan kalaupun ada tetap mash kurang. Tdak ada responden yang mengatakan bahwa ketersedaan faktor-faktor tu cukup dan bak atau banyak. Pelaksanaan suatu program tentunya optmal jka dtunjang dengan bak oleh faktorfaktor penunjang lannya. Ketdaktersedaan faktor-faktor penunjang tersebut justru menjad penghambat bag pelaksanaan program tersebut. Demkan juga dengan pelaksanaan KTSP d sekolah. Dengan rendahnya ketersedaan faktor-faktor penunjang pelaksanaan KTSP justru menjad penghambat untukn pelaksanaan KTSP tu sendr. Ketersedaan faktor penunjang pelaksanaan KTSP d Kecamatan Detukel sangat terbatas, bak tu ketersedaan fasltas, berupa: buku-buku tentang KTSP, Buku pelajaran, meda dan alat peraga pembelajaran, dan juga dana untuk pelaksanaan KTSP; maupun rendahnya Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013

14 160 - Jurnal Prma Edukasa, Volume 1 - Nomor 2, 2013 kerja sama antara; Guru dalam KKG, guru dengan kepala sekolah, komte sekolah dengan sekolah, sekolah dengan dnas. Dan lebh dar tu faktor motvas dar dalam dr guru untuk melaksanakan KTSP dan sosalsas yang kurang. Semuanya n justru menjad penghambat yang sangat mempengaruh pelaksanaan KTSP d sekolah. Kenyataan n bertentangan dengan apa yang dsampakan Fske (1998, p.29) mengatakan bahwa; untuk memperbak mutu penddkan perlu memberkan kepada masyarakat kesempatan yang lebh besar untuk urun pendapat dalam mengelola sekolah-sekolah mereka. Keterlbatan guru, komte sekolah dan masyarakat sangat mnm, menyebabkan mereka tdak memaham apa yang harus dlaksanakan. Mereka tdak tdak bersahabat dengan kurkulum yang sedang mereka jalan. Dengan konds rl sepert n, maka untuk pelaksanaan kurkulum ke depan, perlu ddahulu dengan kajan yang mendalam tentang stuas lapangan. Perencana kurkulum tdak dapat menyamakan konds d daerah dengan tempat kurkulum drencanakan. Untuk perubahan kurkulum ke depan, sebaga suatu bentuk novas d bdang penddkan agar mudah dterma dan dlaksanakan, maka perencana kurkulum dapat menyapkannya beberapa hal yang dsampakan Sanjaya (2011, pp ) berkut: Faktor pembayaan (cost), Inovas mudah dterma bla bersfat sederhana dan mudah dkomunkaskan (komplekstas), novas mudah dlaksanakan, sesua dengan kebutuhan, tngkat pengetahuan, dan keyaknan penggunanya (kompabltas), novas terlebh dahulu harus dujcobakan secara lmah sehngga dapat dpertanggungjawabkan, novas yang dalam penyusunannya melbatkan penggunanya, novas perlu dsosalsaskan untuk dketahu dan dpaham oleh penggunanya. Karena tu, tngkat keahlan dan kemampuan penyuluh sangat dbutuhkan dalam mensosalsaskan novas tersebut. Smpulan dan Saran Smpulan Pemahaman guru tentang KTSP pada Sekolah Dasar d Kecamatan Detukel Kabupaten Ende mash rendah dengan rata-rata tngkat pemahaman 1,97 berdasarkan frekuens jawaban responden, atau dengan nla 2,462 dalam skor lma. Kemampuan guru mengmplementaskan KTSP pada Sekolah Dasar d Kecamatan Detukel Kabupaten Ende mash rendah. Kemampuan mengmplementaskan n terdr dar; (a) Kemampuan dalam penyusunan slabus dan RPP mash rendah dengan rata-rata tngkat kemampuan 1,90 berdasarkan frekuens jawaban responden, atau dengan nla 2,374 dalam skor lma; (b) Kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran d kelas mash rendah dengan rata-rata tngkat kemampuan 1,90 berdasarkan frekuens jawaban responden, atau dengan nla 2,374 dalam skor lma; (c) Kemampuan melaksanakan evaluas kegatan pembelajaran d kelas nash rendah dengan rata-rata tngkat kemampuan 1,95 berdasarkan frekuens jawaban responden, atau dengan nla 2,440 dalam skor lma. Ketersedaan faktor penunjang dalam pelaksanaan KTSP pada Sekolah Dasar d Kecamatan Detukel, sepert; dana, meda dan alat peraga, buku pelajaran, buku pedoman KTSP, kerja sama antara, kepala sekolah, guru, komte sekolah dan dnas, dan sosalsas KTSP untuk guru sangat kurang. Ketersedaan faktor-faktor tersebut yang sangat terbatas bahkan tdak ada. Saran Untuk Guru Sekolah Dasar: tngkatkan motvas dar dalam dr sendr dalam menjalankan tugas secara profesonal, dengan melakukan persapan yang matang untuk pelaksanaan kegatan pembelajaran d kelas, mendalam kurkulum yang berlaku, membuat slabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran secara benar dan sesua dengan kurkulum yang berlaku. Guru harus membangun kerja sama dengan sesama guru dalam KKG, Kepala sekolah dan Komte Sekolah untuk menunjang pelaksanaan kurkulum. Kepala Sekolah: membangun kerja sama dengan guru, komte sekolah dan Dnas Penddkan, Pemuda dan olahraga dalam menunjang pelaksanaan kurkulum, melakukan supervs bag guru dalam pelaksanaan kurkulum d sekolah. Dnas Penddkan: Pemuda dan Olahraga, dan Pemerntah Daerah: memberkan sosalsas yang memada tentang kurkulum bag guru d sekolah, dan secara terus menerus melakukan supervs untuk membantu pengawasan pelaksanaan kurkulum. Pemerntah Daerah perlu menyapkan dana yang memada untuk pengadaaan fasltas menunjang pelaksanaan kurkulum, dan juga dana untuk pelaksanaan kurkulum tu sendr.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Laporan n Dsusun Guna Sebaga Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktk Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademk 2014/2015 Lokas PPL Nama Sekolah : SMA N 2

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 3g TAHUN 2012 TENTANO PENTELENGGARAAN PENDDKAN NKLUSF D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang a. bahwa peseta ddk yang memlk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD Pengembangan Perangkat Pembelajaran... (Prawda Estnngtyas) 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

Alokasi kursi parlemen

Alokasi kursi parlemen Alokas kurs parlemen Dd Achdjat Untuk Sndkas Pemlu dan Demokras 1. Pendahuluan 1 Pelaksanaan pemlhan umum sebaga sarana mplementas demokras memerlukan suatu konsep yang kokoh dan taat azas. Konsep pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran) Buku Pedoman Akademk (Standar Kompetens Lulusan & Standar Is Pembelajaran) dsampakan Tatk Suryan tatk@perbanas.ac.d Catatan: Sebagan sldes dambl dar sldes yang dproduks oleh Tm Belmawa Dkt Buku Pedoman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Peneltan n adalah peneltan pengembangan yang berorentas pada pembuatan meda dan pengembangan meda pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana. Meda Ajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci