BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BAIQ NURHIDAYAH Penddkan Matematka, FPMIPA IKIP Mataram Abstrak : Hasl observas dan wawancara yang dlaksanakan d SMPN 1 Praya Barat menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematka d kelas VIII metode yang dgunakan adalah metode ceramah, lathan dan demonstras metode n sedkt member peluang kepada sswa untuk berperan aktf karena proses pembelajarannya hanya berjalan satu arah atau monoton, sehngga tdak ada tmbal balk antara sswa maupun guru. Selan tu rendahnya prestas belajar matematka sswa dsebabkan karena beberapa permasalahan dantaranya mash banyak sswa yang belum memaham mater yang telah dajarkan oleh guru karena dsebabkan sswa tdak ada yang bertanya, kemungknan hal n dkarenakan sswa malu dan tdak beran untuk bertanya kepada gurunya, sehngga pada saat dber lathan soal sswa kesultan dan tdak bsa mengerjakan. Dsampng tu, mash sedktnya sswa yang berperan aktf dalam pembelajaran dan mau mengerjakan tugas. Hal n dtunjukkan dengan hanya beberapa orang sswa saja yang beran mengerjakan soal d depan kelas. Peneltan n bertujuan untuk menngkatkan aktvtas dan prestas belajar sswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat dengan menerapkan pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas pada mater pokok kubus dan balok. Jens peneltan n adalah Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan tndakan kelas adalah peneltan yang dlakukan oleh guru atau penelt d dalam kelas dengan tujuan untuk memperbak proses belajar dan pembelajaran sehngga aktvtas dan prestas belajar sswa menjad menngkat. Peneltan n dlaksanakan dalam 2 (dua) sklus. Dmana setap sklus terdr atas perencanaan, pelaksanaan, observas dan evaluas, dan refleks. Berdasarkan hasl peneltan, dperoleh nla rata-rata belajar sswa pada sklus I sebesar 78,75 dengan ketuntasan klaskal 62,50%. Karena pada sklus I belum memenuh ketuntasan belajar klaskal yang dsyaratkan yatu 85%, maka peneltan dlanjutkan ke sklus II. Hasl yang dperoleh pada sklus II, nla rata-rata sswa sebesar 81,25 dengan ketuntasan klaskal mencapa 87,50% yang artnya ketuntasan belajar klaskal sudah tercapa dan prestas belajar mengalam penngkatan. Sehngga dapat dsmpulkan dengan penerapan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dapat menngkatkan aktvtas dan prestas belajar sswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada mater pokok kubus dan balok Tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunc: Model Pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI), Metode Restas, Penngkatan Aktvtas dan prestas belajar, Kubus dan Balok 1. PENDAHULUAN Penddkan pada dasarnya merupakan usaha dasar untuk menumbuh kembangkan potens sumber daya manusa (Sardman, 2007: 25). Penddkan merupakan suatu kegatan yang unversal dalam kehdupan manusa. Penddkan dpandang merupakan kegatan manusa untuk memanusakan sendr, yatu manusa berbudaya. Salah satu masalah yang mendasar dalam duna penddkan saat n adalah mash rendahnya prestas sswa dalam belajar matematka, faktor penyebabnya antara lan metode pengajaran yang kurang menark (Ranto, 2009: 117 ). Upaya untuk memecahkan permasalahan d atas adalah membutuhkan kreatvtas dan novas dar penddk dalam pelaksanaan pembelajaran. Setap kegatan pembelajaran yang dlaksanakan pada dasarnya memlk teknk, cara atau metode pendekatan. Pelaksanaan suatu kegatan pembelajaran yang ddahulu dengan pengertan akan pemahaman teor dan konsep basanya akan berjalan dengan lancar, sstemats, efektf, dan efesen. Karena salah satu tujuan departemen penddkan nasonal adalah mencerdaskan kehdupan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerntah telah melakukan berbaga upaya salah satunya adalah upaya penngkatan kualtas penddkan, lewat pembaruan-pembaruan pembelajaran. Model pembelajaran yang dharapkan dapat mencptakan proses belajar mengajar yang lebh efektf dan sesua dengan kehdupan nyata yang ada d masyarakat saat n (Depdknas, 2004). Kurkulum mata pelajaran matematka yang dkembangkan oleh departemen Penddkan Nasonal sekarang n, dapat dsesuakan berdasarkan keanekaragaman konds dan kebutuhan yang berkatan dengan potens sswa maupun potens lngkungan. Hal n memberkan kesempatan kepada guru untuk melakukan novas terhadap pendekatan, model, metode maupun teknk dalam mengajar. Pendekatan pembelajaran yang dkembangkan tersebut harus dapat membangktkan semangat belajar, dan motvas belajar 80

2 sswa, selan tu juga harus mampu membuat sswa berperan aktf dalam kegatan belajar mengajar. Berdasarkan nformas yang dperoleh melalu observas dan wawancara serta pengalaman selama mengkut kegtan praktek pengalaman lapangan (PPL) d SMPN 1 Praya Barat, metode yang dgunakan guru dalam proses mengajar yang domnan dterapkan adalah metode ceramah, lathan dan demontras, guru menerapkan metode n karena menganggap cocok untuk dterapkan, sementara metode n sedkt member peluang kepada sswa untuk berperan aktf karena proses pembelajarannya hanya berjalan satu arah atau monoton yatu aktvtas yang dlakukan sswa hanya duduk, mendengar, mengerjakan soal, dan menuls apa yang djelaskan oleh guru sehngga tdak ada tmbal balk antara guru dan sswa, hal n berpengaruh terhadap rendahnya prestas belajar sswa. Sepert yang terlhat dalam nla rata-rata md semester mata pelajaran matematka sswa kelas VIII semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat dlhat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Daftar nla rata-rata md semester kelas VIII SMP Neger 1 Praya Barat tahun pelajaran 2012/2013. No Kelas Rata-rata KK KKM 1 VIII.1 62,18 65,62% 2 VIII.2 65,62 68,75% 3 VIII.3 65,75 60,60% 4 VIII. 4 70,96 77,4 % (sumber data : Arsp guru matematka SMPN 1 Praya Barat 2012/2013) Berdasarkan tabel d atas dapat dketahu bahwa nla rata-rata dan ketuntasan klaskal kelas VIII.1 terletak pada poss yang rendah dbandngkan dengan kelas VIII.2, VIII.3 dan VIII.4. Dengan demkan kelas VIII.1 djadkan subyek dalam peneltan n. Secara umum rendahnya prestas belajar matematka dsebabkan karena beberapa permasalahan dantaranya mash banyak sswa yang belum memaham mater yang telah dajarkan oleh guru. Padahal setap kal guru selesa mengajarkan mater, selalu bertanya kepada sswa mengena kejelasan mater yang telah dsampakan tetap tdak ada sswa yang bertanya, kemungknan hal n dkarenakan sswa malu dan tdak beran bertanya kepada gurunya, sehngga pada saat dber lathan soal sswa kesultan dan tdak bsa mengerjakan. Dsampng tu, mash sedktnya sswa yang berperan aktf dalam pembelajaran dan mau mengerjakan tugas. Hal n dtunjukkan dengan hanya beberapa orang sswa saja yang beran mengerjakan soal d depan kelas. Berkut n dcantumkan tentang perolehan nla rata-rata ulangan haran mata pelajaran matematka 65 mater pokok lngkaran, kubus dan balok kelas VIII.1 semester II tahun pelajaran 2011/2012. Tabel 1.2. Nla rata-rata hasl belajar sswa kelas VIII.1 pada masng-masng mater semester II SMP Neger 1 Praya Barat tahun pelajaran 2011/2012. Kelas No Mater KKM. VIII.1 Rata KK 1 Lngkaran 76,62 92,5% 2 Gars Snggung 72,87 90,00% Lngkaran 65 3 Kubus dan Balok 60,00 50,00% 4 Prsma dan Lmas 75,25 87,5% (Sumber data : Arsp guru matematka SMPN 1 Praya Barat 20011/2012) Berdasarkan data d atas terlhat bahwa, nla rata-rata kelas VIII.1 pada mater pokok kubus dan balok tergolong rendah dar semua mater pokok. Dlhat dar nla rata-rata menunjukkan bahwa sswa kelas VIII.1 kurang memaham mater pokok kubus dan balok sehngga prestas belajar sswa mash rendah. Rendahnya prestas belajar matematka sswa kelas VIII.1 tentunya dpengaruh oleh banyak faktor, dantaranya faktor sswa yang mengalam masalah secara parsal dalam matematka, hal n dpengaruh oleh faktor nternal sswa sepert kesapan sswa, motvas, perhatan, mnat, dan bakat, sedangkan faktor eksternal melput faktor dar keluarga, faktor sekolah, dan faktor yang berasal dar masyarakat tempat tnggal sswa. Berdasarkan hal tersebut penelt mencoba menerapkan suatu metode lan untuk mengatas masalah-masalah tersebut d atas yang mengajak sswa untuk berperan aktf dalam berdskus dan bertanya kepada teman sejawatnya dalam proses belajar mengajar, dkarenakan sswa akan lebh nyaman dan cepat mengert apabla bertanya kepada teman sejawatnya. Untuk dapat menyajkan data dan menyampakan mater pengetahuan atau bdang stud dengan tepat, guru dtuntut menguasa strateg atau metode mengajar yang bak, dapat memlh dan menggunakan model-model nteraks belajar mengajar yang tepat, mengelola kelas, dan membmbng perkembangan sswa dengan tepat pula. Metode pengajaran sangat menentukan prestas belajar sswa, dengan kata lan prestas belajar sangat tergantung kepada metode pengajaran yang dgunakan oleh guru pada saat menyampakan atau memberkan mater.jad,dalam penggunaan metode pembeljaran hendaknya dkuasa oleh guru yang akan mengajar. Tanpa penguasaan mater yang bak maka aktvtas belajar mengajar akan kurang berhasl. 81

3 Upaya untuk memecahkan permasalahan d atas, dapat dcarkan suatu solus untuk menngkatkan aktvtas dan prestas belajar sswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada mater pokok kubus dan balok, dengan menerapkan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode Restas yatu model pembelajaran kelompok yang d serta dengan pemberan tugas secara bertahap yang bsa menngkatkan aktvtas sswa. Hal n ddasarkan pada karakterstk mater kubus dan balok yang kajannya bersfat abstrak namun banyak dterapkan dalam kehdupan sehar-har, sehngga dapat dajarkan dengan menggunakan Model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass Metode Restas. Berdasarkan uraan d atas, maka penelt melakukan peneltan dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Apttude Treatment Interacton ( ATI ) Berbass Metode Restas Dalam Menngkatkan Aktvtas dan Prestas Belajar Sswa Kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada Mater Pokok Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2012/ METODE PENELITIAN Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu penerapan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass Metode Restas dapat menngkatkan aktvtas dan prestas belajar sswa kelas VIII.1 pada mater pokok kubus dan balok SMPN 1 Praya Barat tahun pelajaran 2012/2013. Jens peneltan n adalah peneltan tndakan kelas. Peneltan tndakan kelas merupakan suatu peneltan yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dhadap oleh guru d lapangan (Anonm, 2003:25). Peneltan tndakan kelas adalah peneltan yang dlakukan guru/penelt d dalam kelas, dengan tujuan untuk memperbak knerja guru, sehngga hasl belajar sswa jad menngkat (Wardhan, 2007:14). Peneltan tndakan kelas n dlakukan untuk menngkatkan aktvtas dan prestas belajar sswa dengan menggunakan model pembelajran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas pada mater pokok kubus dan balok. Peneltan n dlaksanakan dalam dua sklus, masng-masng sklus terdr dar empat tahapan kegatan yatu perencanaan tndakan, pelaksanaan tndakan, observas dan evaluas, dan refleks dakhr tndakan. Teknk yang dgunakan dalam pengamblan data pada peneltan n adalah: 1. Data Hasl Belajar Sswa Data Hasl belajar sswa dperoleh dengan pemberan tes kemampuan sswa dalam bentuk soal evaluas. 2. Data Aktvtas Belajar Sswa Data aktvtas belajar sswa dperolah dengan menggunakan lembar observas. Penlaan terhadap aktvtas belajar sswa dlakukan pada seluruh sswa dengan menggunakan lembar observas berupa actvty check lst yatu daftar yang bers butr-butr pertanyaan keaktfan sswa selama proses belajar mengajar berlangsung yang djawab oleh pengamat (observer). 3. Data Aktvtas Guru Penlaan terhadap aktvtas guru dlakukan dengan menggunakan lembar observer berupa actvty check lst yang djawab pengamat (observer). Data aktvtas sswa danalss dengan cara berkut: a. Menentukan skor deskrptor aktvtas belajar sswa Data tentang aktvtas belajar sswa danalss secara deskrptf kualtatf. Indkator tentang aktvtas sswa yang damat adalah sebanyak 7 ndkator setap ndkator memlk 3 deskrptor. Skor tertngg setap ndcator adalah 4 dan skor terendah setap ndkator adalah 1. Pemberan skor untuk masng-masng deskrptor mengkut aturan berkut: 1. Skor 4 dberkan jka banyaknya sswa yang memenuh descrptor aktvtas sswa sebanyak 75% dar jumlah sswa yang hadr 2. Skor 3 dberkan jka banyakanya sswa yang memenuh descrptor aktvtas sswa sebnayak 50% dan < 75% dar jumlah sswa yang hadr. 3. Skor 2 dberkan jka banyaknya sswa yang memenuh descrptor aktvtas sswa sebanyak 25% dan < 50% dar jumlah sswa yang hadr. 4. Skor 1 dberkan jka banyaknya sswa yang memenuh descrptor aktvtas sswa sebnayak < 25% dar jumlah sswa yang hadr. b. Menentukan skor ndkator aktvtas belajar sswa Dalam menentukan skoe ndkator aktvtas belajar sswa dgunakan rumus sebaga berkut: x In = Keterangan: In = skor ndkator aktvtas belajar sswa x = jumlah skor deskrptor aktvtas sswa = banyaknya ndkator c. Menentukan skor aktvtas belajar sswa Skor aktvtas belajar sswa dapat dcar dengan menggunakan rumus sebaga berkut: As = In Keterangan: 82

4 As = skor aktvtas belajar sswa In = Total skor ndkator aktvtas belajar sswa d. Menentukan kategor aktvtas belajar sswa Dalam menentukan kategor aktvtas belajar sswa dapat menggunakan rumus berkut: MI = ½ x (skor tertngg + skor terendah) = ½ x (4 + 1) = 2,5 SDI = x MI = x 2,5 = 0,83 Tabel 2.1 Krtera Untuk Menentukan Aktvtas Belajar Sswa Bedasarkan Skor Standar Interval Kategor AS MI + 1,5 SDI Sangat Aktf MI + 0,5 SDI AS<MI+1,5 SDI Aktf MI 0,5 SDI AS < MI + 0,5 SDI Cukup Aktf MI 1,5 SDI AS < MI 0,5 SDI AS< MI 1,5 SDI Kurang Aktf Sangat kurang Aktf Keterangan: As = Skor aktvtas belajar sswa Untuk aktvtas sswa dkatakan berhasl apabla skor aktvtas belajar sswa mnmal berkategor Aktf. Data aktvtas guru Pengsan lembar observas aktvtas guru dalam proses pembelajaran adalah sebaga berkut: Ya : Dberkan jka aktvtas deskrptor dlakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran. Tdak : Dberkan jka aktvtas deskrptor tdak dlakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran. Penlaan aktvtas guru danalss secara deskrptf kualtatf. Indkator tentang aktvtas guru yang damat adalah sebanyak 6 ndkator setap ndkator terdr dar 3 deskrptor. Skor tertngg setap ndcator adalah 4 dan skor terendah setap ndkator adalah 1. Skor untuk setap ndkator prlaku guru pada peneltan n mengkut aturan sebaga berkut: a. Skor 4 dberkan jka semua deskrptor nampak b. Skor 3 dberkan jka 2 deskrptor nampak c. Skor 2 dberkan jka 1 deskrptor nampak d. Skor 1 dberkan jka tdak ada deskrptor nampak Untuk mengetahu aktvtas guru dalam pembelajaran, maka data hasl observas yang berupa skor dolah dengan menggunakan rumus sebaga berkut: AG x = Keterangan: AG = skor rata-rata aktvtas guru x = jumlah skor aktvtas guru = banyaknya ndkator Untuk menla kategor aktvtas guru, maka dtentukan terlebh dahulu mean deal (MI) dan standar devas (SDI) dengan menggunakann rumus sebaga berkut: MI = ½ x (skor tertngg + skor terendah) = ½ x (4 + 1) = 2,5 SDI = x MI = x 2,5 = 0,83 abel 2.2 Krtera Untuk Menentukan Aktvtas Guru Berdasarkan Skor Standar Interval Kategor AG MI + 1,5 SDI Sangat Aktf MI + 0,5 SDI AG<MI+1,5 SDI Aktf MI 0,5 SDI AG < MI + 0,5 SDI Cukup Aktf MI 1,5 SDI AG < MI 0,5 SDI AG< MI 1,5 SDI Kurang Aktf Sangat kurang Aktf Keterangan : AG = Aktvtas guru Untuk data aktvtas guru dkatakan berhasl apabla skor aktvtas guru mnmal berkategor Aktf. Data Prestas Belajar Sswa Setelah memperoleh data hasl belajar sswa, maka data tersebut danalss dengan mencar ketuntasan belajar, kemudan danalss secara kuanttatf. Untuk mengetahu ketuntasan belajar sswa dgunakan krtera ketuntasan sebaga berkut : 1. Rata-rata Skor Prestas Belajar Sswa Rata-rata skor prestas belajar sswa drumuskan sebaga berkut : N 1 X M = n Keterangan : M = Mean ( rata-rata) X = Skor yang dperoleh masng-masng sswa n = Banyaknya sswa 2. Ketuntasan Indvdu Setap sswa dalam proses belajar mengajar dnyatakan tuntas secara ndvdu, apabla sswa tersebut mampu memperoleh nla 65 sebaga ketuntasan belajar yang dtetapkan oleh sekolah tempat penelt melakukan peneltan. 3. Ketuntasan Klaskal Ketuntasan belajar sswa secara klaskal drumuskan sebaga berkut : n KB x100 % N Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar N = Jumlah seluruh sswa yang mengkut tes n = Jumlah seluruh sswa yang memperoleh nla mnmal

5 Sswa dkatakan tuntas secara klaskal terhadap mater yang telah dsajkan, jka mnmal 85% dar jumlah sswa yang memperolah nla 65. Yang menjad ndkator keberhaslan dalam peneltan n adalah penngkatan aktvtas dan prestas belajar sswa dengan ketuntasan sebaga berkut : 1. Aktvtas belajar sswa dkatakan menngkat apabla aktvtas belajar sswa secara klaskal mnmal berkategor tngg/sangat aktf 2. Prestas belajar sswa dkatakan menngkat apabla persentase ketuntasan belajar secara klaskal 85% 3. HASIL PENELITIAN Peneltan n dlaksanakan dalam 2 sklus dengan subyek peneltannya adalah sswa kelas VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT yang berjumlah 32 orang. Pada peneltan n, data yang dperoleh berupa data kuanttatf dan data kualtatf. Data kuanttatf berupa data tentang prestas belajar sswa yang dperoleh dar hasl tes evaluas yang dlaksanakan tap akhr sklus, sedangkan data kualtatf berupa data tentang aktvtas guru dan sswa yang dperoleh dar hasl observas. Adapun hasl peneltan tap sklus adalah sebaga berkut: Sklus 1 1. Hasl Observas Aktvtas Sswa Berdasarkan hasl pengamatan yang dlakukan oleh observer dperoleh aktvtas sswa dalam belajar pada sklus I pertemuan I dan II adalah cukup aktf dengan rata-rata 2,37 dan 2,38, 2. Hasl Evaluas Evaluas dlaksanakan pada akhr tap sklus. Data hasl evaluas sklus I, dapat dlhat pada tabel berkut: Tabel 2.1. Data Hasl Evaluas Sklus I No Keterangan Nla 1. Nla Tertngg Nla Terendah Total Nla Nla Rata-rata 78,75 5. Jumlah Sswa yang mengkut 32 evaluas 6. Jumlah sswa yang tdak 0 mengkut evaluas 7. Jumlah sswa yang tuntas Jumlah sswa yang tdak tuntas Persentase ketuntasan 62,50 % Data datas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klaskal pada sklus I belum mencapa karena belum memenuh ndkator keberhaslan yang sudah dtetapkan yatu 85% (Nurkencana,1990 dalam Yun) sswa harus mendapatkan nla 65, Sesua dengan ketetapan d SMPN 1 Praya Barat. Berdasarkan hasl evaluas tersebut, guru harus lebh ntensf dalam membmbng sswa yang nlanya berada dbawah 65 dengan tdak lupa memberkan bmbngan kepada sswa yang lannya. Untuk tu, dperlukkan perbakan pada sklus berkutnya. Sklus II a. Hasl Observas Aktvtas Sswa Kegatan sswa dalam setap ndkator pada sklus II sudah tercapa. Berdasarkan hasl pengamatan yang dlakukan oleh observer, dperoleh kategor aktvtas sswa tergolong aktf dengan rata-rata 3,18 pada pertemuan I dan pada pertemuan II sebesar 3,31 b. Hasl observas aktvtas guru Dalam proses pembelajaran, guru sudah melaksanakan kegatan pembelajaran, sesua dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dbuat. Kategor aktvtas guru pada sklus II pertemuan I dan II adalah sangat aktf dengan rata-rata 4. c. Hasl Evaluas Evaluas dlaksanakan pada akhr tap sklus. Data hasl evaluas pada sklus II dapat dlhat dar tabel berkut: Tabel 4.2 Data Hasl Evaluas Sklus II No Keterangan Nla 1. Nla Tertngg Nla Terendah Total Nla Nla Rata-rata 81,25 5. Jumlah Sswa yang mengkut 32 evaluas 6. Jumlah sswa yang tdak 0 mengkut evaluas 7. Jumlah sswa yang tuntas Jumlah sswa yang tdak tuntas 4 9 Persentase ketuntasan 87,50% Berdasarkan hasl observas dan hasl evaluas menunjukkan bahwa ndkator kerja sudah tercapa. Hal n terlhat dar aktvtas belajar sswa pada sklus II berkategor aktf. Begtu juga dengan hasl evaluas sswa pada sklus II yang telah memenuh ketuntasan belajar klaskal yatu banyaknya sswa yang tuntas 85%. Dengan demkan, model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dapat dkatakan berhasl dan efektf dgunakan pada proses belajar mengajar pada mater pokok kubus dan balok. Pembahasan Peneltan tndakan kelas n dlakukan sebaga upaya untuk menngkatkan aktvtas dan prestas belajar matematka pada mater pokok kubus dan balok melalu penerapan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas. 84

6 Berdasarkan hasl analss data pada tap-tap sklus, terlhat bahwa hasl dar sklus ke sklus mengalam penngkatan. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasl analss data sklus I, dperoleh aktvtas sswa dengan kategor cukup aktf dengan presentase ketuntasan belajar 62,50%. In berart keaktfan dan ketuntasan belajar klaskal sswa belum tercapa, karena sswa dkatakan tuntas secara klaskal jka mencapa nla 85% (Nurkencana, 1990 dalam Yun) Pada pelaksanaan pembelajaran sklus I mash terdapat kekurangan-kekurangan yatu dalam hal kesapan sswa untuk melaksanakan kegatan pembelajaran mash terjad kendala, terutama dalam penguasaan mater yang ddskuskan, salah satu penyebabnya guru terlalu cepat menunjukkan buktbukt lmah dan kurang menjelaskan secara detal konsep-konsep awal sehngga sswa tdak terlalu menguasa mater-mater yang dberkan, penyebab lannya guru tdak menark kesmpulan pada akhr kegatan sehngga sswa tdak memlk kesepahaman yang sama terhadap mater yang dajarkan hal n dkarenakan guru kurang mengalokaskan waktu yang terseda. Selanjutnya, pada saat pelaksanaan kegatan pembelajaran maupun saat pelaksanaan kus, mash ddomnas oleh sswa yang pntar, sedangkan yang lan mash malu dan takut salah dalam menjawab soal yang dberkan guru maupun temannya, hal n dsebabkan karena guru kurang mengontrol dan memberkan motvas kepada sswa. Hasl refleks sklus I mengsyaratkan perbakan tndakan selanjutnya antara lan bahwa peranan guru dalam mengorgansaskan aktvtasaktvtas belajar sswa perlu doptmalkan, guru harus berupaya menngkatkan keterlbatan sswa dengan melakukan bmbngan-bmbngan secara ndvdual maupun berkelompok serta membangktkan respon sswa dalam proses pembelajaran. Guru menghmbau dan memotvas sswa agar tdak malu untuk merespon pertanyaan kepada guru menngena hal-hal yang belum dmengert. Guru memberkan arahan kepada sswa agar sswa tdak malu untuk mempresentaskan hasl jawabannya. Guru menark kesmpulan bersama-sama sswa dengan mengaktfkan sswa dalam menympulkan mater yang telah dbahas dengan cara menunjuk beberapa sswa untuk menympulkan dan memnta sswa untuk memperbak jka ada yang mash kurang.\ Setelah dlakukan perbakan berdasarkan pengalaman dan kelemahan-kelemahan yang ada pada sklus I maka dlakukan tndakan atau perbakan pada sklus II, dalam usaha dan pencapaan proses belajar mengajar yang lebh bak. Pemahaman belajar sswa menngkat yatu rata-rata kelas dar 78,75 menngkat menjad 81,25 dan ketuntasan klaskal menngkat dar 62,5% menjad 87,5%, n menunjukkan bahwa ndkator ketuntasan belajar klaskal sudah tercapa. Hal n sesua dengan pendapat Nurkencana,1990 yang menyatakan ketuntasan belajar klaskal tercapa jka 85% sswa memperoleh nla ketuntasan yang telah dtetapkan sekolah yakn sebesar 65 yang akan terlhat pada hasl evalua tap-tap sklus. Selan prestas belajar yang menngkat terdapat aktvtas sswa dan gurupun menngkat, hal n terlhat dar aktvtas sswa dengan rata-rata 2,37 dan 2,38 dengan kategor cukup aktf pada sklus I terjad penngkatan pada sklus II dengan rata-rata 3,18 dan 3,31 dengan kategor aktf. Selan tu, pada aktvtas guru juga terjad penngkatan dengan rata-rata 3,5 dengan kategor aktf pada sklus I menngkat pada sklus II dengan rata-rata 4 dengan kategor sangat aktf. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas n terjad perubahan-perubahan pada sswa saat pembelajaran berlangsung. Perubahan yang terjad pada sswa adalah sswa lebh aktf dalam belajar, sswa dapat memecahkan konsep-konsep yang danggap sult, sswa lebh termotvas dan antusas sehngga perestas belajar sswa kut menngkat, hal n sesua dengan pendapat para ahl penddkan ( dalam Nngsh,2011:27) menyatakan bahwa Apttude Treatment Interacton (ATI) berasums bahwa optmalsa prestas akademk akan tercpta blamana perlakuan- perlakuan ( Treament) dalam pembelajran dsesuakan sedemkan rupa dengan perbedaan kemampuan ( Apttude) sswa,pendapat n dperkuat lag dengan pendapat dar roestyah,1991:113 yang manyatakan bahwa sswa akan lebh mudah menemukan dan memaham konsepkonsep yang sult apabla mereka dapat salng mendskuskan konsep-konsep tu dengan temannya dan juga sswa akan lebh paham dengan mater yang dajarkan jka dberkan tugas secara bertahap. Dengan demkan, model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dapat dterapkan pada mater pokok Kubus dan Balok. Dalam peneltan n penelt bersama observer tdak menemukan kendala yang berart, semua kendala dapat datas berkat kerjasama penelt, observer dan sswa. Akhrnya penelt berkesmpulan penerapan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dapat menngkatkan aktvtas dan prestas belajar sswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada mater pokok kubus dan balok Tahun Pelajaran 2012/

7 4. PENUTUP a. Kesmpulan Berdasarkan hasl analss data akan pembahasan hasl peneltan n maka dsmpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dapat menngkatkan aktvtas belajar sswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada mater pokok kubus dan balok Tahun Pelajaran 2012/2013, hal n terlhat dar penngkatan ratarata aktvtas belajar sswa pada sklus I yang berkategor cukup aktf dengan rata-rata sebesar 2,37 pada pertemuan I dan 2,38 pada pertemuan II, mengalam penngkatan pada sklus II yang berkategor aktf dengan rata-rata pada pertemuan I sebesar 3,18 dan pada pertemuan II sebesar 3, penerapan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dapat menngkatkan prestas belajar sswa kelas VIII.1, hal n terlhat dar penngkatan rata-rata kelas hasl tes evaluas pada sklus I sebesar 78,75 dengan ketuntasan klaskal sebesar 62,5% menngkat pada sklus II dengan nla ratarata kelas sebesar 81,25 dan ketuntasan klaskal 87,5%. b. Saran Adapun saran-saran yang dapat dsampakan sehubungan dengan hasl peneltan n adalah: 1. Dalam mengatas kesultan belajar matematka, terutama dalam mengerjakan mater yang sult dpaham sswa, sebaknnya guru memlh metode yang dapat menngkatkan aktftas dan kreatvtas berpkr anak, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas. 2. Khusus kepada sswa yang mash lemah tngkat pemahaman dan pengetahuannya agar guru melakukan pendekatan dan memperhatkannya pada saat kegatan pembelajaran, supaya ada motvas anak tersebut untuk belajar. 3. Bag penelt selanjutnya yang ngn melanjutkan peneltan tentang model pembelajaran Apttude Treatment Interacton (ATI) berbass metode restas dharapkan agar dapat menerapkan metode pembelajaran n pada pokok bahasan lan atau mater pelajaran lan. DAFTAR PUSTAKA Arkunto, S Prosedur Peneltan. Jakarta: PT. Asd Mahasatya. Asror, Muhammad Peneltan Tndakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prma. Suroso Metode Menghafal Cepat dan Menngkatkan Ketajaman Memor. Surabaya: SIC Hakm, Lukmanul Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prma. Hudojo, Herman Pengembangan Kurkulum dan Pembelajaran Matematka. Malang: Insttut Ilmu Keguruan dan Penddkan Malang. Irzan Strateg Belajar Mengajar Matematka. Yogyakarta: Meda Grafndo Pers. IKIP, Pedoman Penulsan Skrps. Mataram: Insttut Keguruan dan Ilmu Penddkan Mataram. Mulyono, Penddkan Bag Anak Berkesultan Belajar. Jakarta: Rneka Cpta. Negoro dan Harahap Matematka SMP Kelas VIII. Surabaya:SIC Rasyd dan Mansur Penlaan Hasl Belajar. Bandung: CV. Wacana Prma. Ryanto, Yatm Metodolog Peneltan Penddkan. Surabaya: SIC. Salamah, Um Membangun Kompetens Matematka. Solo: PT. Wangsa Jatra Lestar. Sugyono Statstka untuk Peneltan. Bandung: Alfabeta, cv. Sukdn, dkk Manajemen Peneltan Tndakan Kelas. Jakarta: Insan Cendka. Sulhan, Najb Pembangunan Karakter pada Anak. Surabaya: Surabaya Intelektual Club. Suslana dan Ryana Meda Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prma. 86

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRSUNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SUB POKOK BAHASAN LUAS TRAPESIUM KELAS VII A SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarnt Novantar Program Stud Penddkan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI KLASIFIKASI BENDA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 SIMO TIM PENGUSUL:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Peneltan n adalah peneltan pengembangan yang berorentas pada pembuatan meda dan pengembangan meda pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana. Meda Ajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuh sebagan persyaratan Guna mencapa derajat Sarjana S-1 PGSD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN Putr Dana Amrta, M. Arfuddn Jamal, Msbah Program Stud

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELASVIII SMP NEGERI 1 PANTAI CERMIN T.P. 2013/2014 Ar Semayang dan Rahmatsyah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo Jurnal Publkas Penddkan http://ojs.unm.ac.d/ndex.php/pubpend Volume 7 Nomor 3, Oktober 2017 p-issn 2088-2092 e-issn 2548-6721 Submtted : 19/09/2017 Revewed : 28/09/2017 Accepted : 09/10/2017 Publshed :

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Posigadan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Posigadan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan a. Profl Sekolah Dasar d Kecamatan Posgadan Kecamatan Posgadan merupakan salah satu kecamatan yang ada d wlayah Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN Peneltan n adalah peneltan yang berorentas pada pembuatan modul pembelajaran dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatf dengan tpe TGT (Team Game

Lebih terperinci

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA ARTIKEL PENELITIAN Oleh SULINDA NIM. F37008001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci