KONTROL GETARAN GAGAL AMAN MENGGUNAKAN PEMBANGKIT GAYA AKTIP Djoeli Satrijo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTROL GETARAN GAGAL AMAN MENGGUNAKAN PEMBANGKIT GAYA AKTIP Djoeli Satrijo"

Transkripsi

1 KONROL GEARAN GAGAL AMAN MENGGUNAKAN PEMBANGKI GAYA AKIP Djoeli Satijo Abstact Using the concept of foce geneatos, vaious active vibation configuations have been axained fo thei pefoance potential. It is shown that an active vibation contol syste offes a geat deal of flexibility in that by a pope choice of active copanent its tansisibility chaacteistics n be alteed to suit the equieents. It is also shown how the full potential of active systes n be achieved even when thee ae passive coponents. An active syste is designed in such a way that it gives the desied pefoance even in the event of the failue of the active coponents though the eliability offeed by a passive syste. PENDAHULUAN Isolasi siste ekanik dai getaan yang ditibulkan oleh lingkungan tehadap siste yang beopeasi ensyaatkan penggunaan suatu siste kontol getaan. Dahulu hanya siste kontol getaan pasip yang dipetibangkan oleh peanng kaena siste kontol getaan aktip biayanya ahal. Naun siste pasip eiliki unjuk keja yang tebatas dan peanng tidak eiliki pilihan untuk eneia solusi tesebut. Dala keadaan diana batasan batasan unjuk keja tidak dapat lagi diteia dan biaya siste kontol aktip dapat dipetibangkan dala sudut pandang pebaikan unjuk kejanya, aka siste kontol getaan aktip eupakan solusi yang tebaik. Aspek peanngan siste kontol getaan aktip telah banyak dikaji. Paa paktisi getaan enentukan peanngan suatu siste kontol gbetaan pasip biasanya engacu pada bebeapa liteatu, sebagai contoh Vibation and Shock in Daped Mechanil Systes [8], Influence of Daping in Vibation [7], dan shock and Vibation Handbook [4]. Sebaliknya aspek peanngan pada siste kontol getaan aktip hanya diteui pada bebeapa akalah [, 5, 6, 9]. Sayangnya akalah akalah tesebut tidak ebahas sea uu dan hanya ditujukan untuk peneapan peneapan khusus sehingga paa peanng siste kontol getaan tidak epeoleh infoasi sea utuh tentang keapuan dai siste kontol getaan aktip. ujuan utaa penulisan akalah ini adalah ebeikan infoasi tentang aspek peanngan siste suspensi aktip aga sipeanng siste getaan kontol aktip dapat engapesiasikan keapuan sea utuh dai siste kontol getaan aktip. Seingkali untuk ebeikan keaanan pada kasus kegagalan koponen aktip ditibulkan koponen pasip [, 5, 6, 9]. Penabahan koponen pasip ebeikan pilihan gagal aan pada siste kontol getaan, naun jenis kontol aktip yang dibahas pada liteatu tesebut tidak epeoleh pehatian, khususnya keapuan unjuk kejanya. Hal ini disebabkan adanya asalah biaya. ujuan kedua penulisan akalah ini adalah enunjukkan keapuan yang dapat dipai oleh siste aktip jika dibei koponen pasip. Jadi suatu siste aktip dapat dianng sedeikian upa sehingga ebeikan unjuk keja yang diinginkan dan akan ebeikan jainan opeasi gagal aan elalui keandalan yang diiliki oleh siste pasip. Saat ini siste kontol getaan aktip sudah banyak diteapkan di bebagai bidang ekayasa, sebagai contoh Calcea [] eneapkan siste kontol aktip pada pelindungan pliot pesawat tebang, Esailzadeh [] eneapkan siste kontol pneuatik aktip yang enggunakan katup sevo tiga gebang untuk kendaaan daat, Klinge dan Calzado [6] eneapkan suspensi pneuatik aktip pada keeta penupang, Yosiahi dan Nako [] eneapkan absobe getaan aktip untuk engatu siste getaan kendaaan, Young dan Suggs [0] engebangkan suatu suspensi tepat duduk dengan pinsip hidolik untuk engisolasi fekuensi endah dai geak guling dan angguk pada kendaaan off oad. GAYA KONROL SISEM PASIP Untuk engawali peahaan konsep gaya kontol pada siste isolasi getaan dipegunakan gaba. Pada gaba tesebut siste tedii dai assa, kekakuan k, edaan c. Pada siste deajat kekbebasan tesebut siste endapat gangguan beupa pepindahan x. Bedasakan huku Newton II pesaaan geak dai siste tesebut adalah x c ( x x ) k ( x x ) 0 () atau x 0 (a) c diana c ( x x ) k ( x x ) c Rasio tansisibilitas absolut dai siste pasip tesebut adalah p k / c / k / c / / (3) ROASI Volue 3 Noo Januai 00 6

2 Kaakteistik tansisibilitas siste pasip untuk bebagai haga c / bila k / = s - digabakan pada gaba. Kaakteistik tesebut telah banyak dibahas pada buku buku getaan ekanik. Haga optiu yang dipai pada haga asio edaan = atau c / =.4 s -. SISEM YANG MENGGUNAKAN GABUNGAN PEMBANGKI GAYA AKIP DAN PASIP Siste Pebangkit gaya Aktip dan Pasip Siste ini ditunjukkan pada gaba 3. Kanop dkk [0] enggunakan peeda skyhook. Gaya kontol yang ditibulkan oleh jenis ini adalah sebanding tehadap kecepatan output x. Sebagai tabahan tehadap peeda skyhook siste dilengkapi dengan pegas k. Gaya kontol yang dihasilkan siste pada gaba 3 adalah c k ( x k ( x x x ) ) cx (4) dan (4a) Penguatan upan balik yang digunakan dala ebangkitkan gaya kontol dinyatakan sebagai c. Pesaaan geak untuk kasus ini adalah Siste pasip yang tedii dai sebuah pegas dan sebuah peeda enghasilkan gaya gaya kontol c yang dituliskan dala pesaaan (). Gaya kontol tesebut eupakan penjulahan gaya pegas dan gaya peedaan. Gaya pegas setaa dengan pepindahan elatif (x x ) dan gaya peedaan setaa dengan kecepatan elatif ( x x ). Pada siste kontol getaan pasip, gaya kontolnya ditibulkan oleh saana ekanik tanpa eelukan sube enegi dai lua. Pada siste aktip haus disediakan sube enegi dai lua dan gaya kontol dapat diubah sea linea aupun non linea tehadap paaete peaete geakan, dala hal ini adalah x,x,(x x ),x, x,(x x ),x, x,( x x ) x cx k ( x x ) 0 (5) ROASI Volue 3 Noo Januai 00 7

3 Noenklatu : c = koefisien edaan pada peeda skyhook c = koefisien edaan pada peeda viskos linie c = gaya kontol seua koponen = gaya kontol yang ditibulkan oleh koponen aktip siste k = kekakuan pegas skyhook (k x ) k = kekakuan pegas konvensional = suku penguatan upan balik pecepatan ( x ) = assa siste p = tansisibilitas pepindahan absolut siste pasip ( ) sd = tansisibilitas pepindahan absolut pada siste yang eneapkan peeda skyhook ( ) sd = tansisibilitas pepindahan absolut pada siste yang eneapkan peeda skyhook yang saa sepeti suku penguatan upan balik x ( ) ss = tansisibilitas pepindahan absolut pada siste yang eneapkan pegas skyhook ( ) ss = tansisibilitas pepindahan absolut pada siste yang eneapkan pegas skyhook yang saa sepeti suku penguatan upan balik x ( ) g = tansisibilitas pepindahan absolut pada siste dala bentuk apat yang eupakan gabungan antaa siste aktip dan pasip x = pepindahan assa x = input pepindahan, = tuunan petaa, dan tuunan kedua tehadap waktu = fekuensi peaksa. Rasio tansisibilitas absolut ( ) ps dai siste peeda skyhook adalah ps k / c / k / / Kaakteistik tansisibilitas untuk siste yang tedii dai assa, pegas, dan peeda skyhook ditunjukkan pada gaba 4. Untuk =0, ( ) ps =. Bila gaba 4 dibandingkan dengan gaba, aka tedapat pebedaan unjuk keja antaa siste pasip dengan sisti aktip yang enggunakan peeda skyhook. Pada gaba 4 enunjukkan bahwa seakin besa asio koefisien penguatan edaan tehadap assa akan enuunkan asio tansisibilitas untuk kisaan fekuensi paksa =0 sapai.4(k / ) / ; kalau fekuensi eksitasi elebihi.4(k / ) / peningkatan c / akan enghasilkan peningkatan asio tansisibilitas. PENGARUH PENAMBAHAN SUKU UMPAN BALIK PERCEPAAN Siste assa pegas (pasip) dan peeda skyhook (pebangkit gaya aktip) dapat diodifikasi dengan elibatkan suku upan balik pecepatan. Pesaaan geaknya adalah x cx k x x 0 (7) Dala kasus diana c adalah penguatan upan balik dala suku c x dan adalah penguatan upan balik pecepatan dala suku x. ps ansisibilitas ( ) ps dai siste adalah k / ( / ) c / k / / (8) Kaakteistik tansisibilitas dai kedua nilai yang bebeda hasilnya dapat dilihat pada gaba 5 dan 6. Pebandingan hasil pada gaba 4 dan 5, untuk suatu haga c/ tetentu dengan / = 0.5 akan enuunkan punk asio tansisibilitas. Naun bila dibandingkan dengan gaba 6 untuk suatu haga c/ tetentu dengan / = 3, haga punk tansisibilitasnya akan lebih tinggi daipada saat / =0. SISEM MASSA - PEREDAM DAN PEGAS SKYHOOK Pada siste ini pegas konvensional digantikan oleh pegas skyhook sehingga pesaaan geaknya enjadi x x kx 0 x c (9) ROASI Volue 3 Noo Januai 00 8

4 Gaya kontol yang ditibulkan oleh bagian aktip dai siste dinyatakan oleh kx, diana k adalah penguatan upan balik yang engacu ke konstanta pegas skyhook. Rasio tansisibilitasnya dinyatakan ps k / c / c / / (0) Kaakteistik asio tansisibilitas dapat dilihat pada gaba 7. Peubahan haga k/ eupakan fekuensi esonansi pada haga punknya. Aspek kualitatip dai nilai tansisibilitas tidak dipengauhi oleh peubahan nilai k/. Untuk haga k/ tetentu asio tansisibilitasnya adalah nol bila fekuensi eksitasinya nol dan eningkat dai nol ke haga punk. Bila fekuensi eningkat di atas fekuensi esonansi asio tansisibilitasnya enuun. Siste di atas dapat diodifikasi dengan elibatkan suatu suku upan balik pecepatan. Pesaaan geaknya enjadi x c x x kx 0 () diana k adalah kekakuan pegas skyhook dan adalah penguatan suku upan balik pecepatan. Rasio tansisibilitas untuk kasus tesebut adalah ps k / ( / ) c / c / / () Kaakteistik asio tansisibilitasnya dinyatakan pada gaba 8 dan 9 untuk haga / yang bebeda yaitu 0.5 dan 3. Dengan ebandingkan hasil pada gaba 8 dan 9 dengan gaba 7 dapat diaati bahwa peubahan haga tidak cukup beakna untuk eubah kaakteistik tansisibilitas ROASI Volue 3 Noo Januai 00 9

5 dai siste assa peeda (positip) dan pegas skyhook (aktip). Naun untuk haga k/ tetentu peubahan dala haga enyebabkan suatu peubahan fekuensi esonansi. Melalui pebadingan hasil pada gaba 8 dan 9, hal yang pelu dipehatikan bahwa asio tansisibilitas pada fekuensi tinggi ( > 0 ad/s) dapat dituunkan elalui peningkatan penguatan upan balik pecepatan. SISEM MASSA PEGAS PEREDAM (PASIP) DENGAN PEREDAM SKYHOOK, PEGAS SKYHOOK, DAN SUKU UMPAN BALIK PERCEPAAN Diaga skeatik pada odel ini dapat dilihat pada gaba 3. Bentuk pesaaan geaknya adalah x k x x kx c x x cx 0 (3) Rasio tansisibilitas dai siste tesebut dinyatakan u k / k / ( / ) c / c / ( k / ) ( c / ) / (4) Kaakteistik asio tansisibilitas siste tesebut untuk haga / = 0.5 dan 3 dapat dilihat pada gaba 0 dan. Kaena kebeadaan pegas skyhook (k/ = 6 ), asio tansisibilitas pada = 0 adalah lebih kecil daipada (sekita 0.06)pada gaba 0 dan. Melalui pebandingan hasil dai gaba 0 dan dapat diaati bahwa fekuensi pada haga asio tansisibiltas aksiu tejadi pada ROASI Volue 3 Noo Januai 00 0

6 haga c/ tetentu yang begantung pada suku upan balik pecepatan. Dala kasus / = 3 haga fekuensi tesebut lebih endah daipada / = 0.5, Hal ini dapat disipulkan dai hasil pada gaba 0 dan bahwa kaakteistik tansisibilitas data dapat dipeoleh elalui peilihan bebagai penguatan upan balik yang cocok. Jadi kaakteistik tansisibilitas gaba 0 dan enunjukkan keluwesan dai siste kontyol getaan aktip dan pasip. Kaena kebeadaan koponen pasip, aka bila tejadi kegagalan koponen aktip siste asih befungsi. Hal ini enunjukkan adanya keandalan pada siste tesebut. Naun kebeadaan koponen pasip pada siste aktip akan enuunkan unjuk keja asio tansisibilitasnya. Hal ini akan dibahas pada sub bab beikut ini. SISEM AKIP ANPA KOMPONEN PASIP Diaga skeatik dai siste aktip tanpa koponen pasip ditunjukkan pada gaba. Siste tesebut enawakan keluwesan pada gaya kontol yang dapat enjadi suatu fungsi gabungan dai paaete paaete geak. Kedua bentuk siste di atas dapat digunakan untuk enunjukkan nilai keapuan siste aktip. SISEM AKIP YANG MEMBERIKAN KARAKERISIK RANSMISIBILIAS DAAR DAN RASIO RANSMISIBILIAS NOL Pebanggkit gaya yang enghasilkan gaya kontol dai peeda skyhook dan pegas skyhook. Gaya kontol dinyatakan dala hubungan beikut ini cx kx (5) Dala kasus pesaaan geak assa pada gaba adalah x cx kx 0 (6) Jadi assa akan eiliki getaan bebas dengan fekuensi pibadi tanpa edaan sebesa (k/ ) / dan asio edaan sebesa c/((k ) / ). Setelah waktu tansien asio tansisibilitasnya pada keadaan tunak adalah akan enuju haga nol. SISEM KARAKERISIK RANSMISIBILIAS DAAR DAN RASIO RANSMISIBILIAS NOL Misal pebangkit gaya pada gaya dai siste pada gaba enghasilkan gaya kontol bebentuk x x cx x x k (7) Maka pesaaan geak assa pada siste dinayatakan sebagai beikut x x cx x kx x 0 (8) atau z cz kz 0 (8a) diana z = x x Gaba 3. Kaakteistik tansisibilitas Siste aktip yang beadaptasi tehadap Peubahan fekuensi Rasio tansisibilitas elatip setelah waktu Z tansien adalah 0 atau asio tansisibilitas Z absolutnya. Kalau siste aktip dibuat aga beadaptasi dengan sendiinya tehadap peubahan fekuensi eksitasi aka kaakteistik tansisibilitasnya akan eiliki bentuk sepeti pada gaba 3. Kalau fekuensi eksitasi lebih kecil dai haga atau. x x cx x x k (9) Kalau kx cx (0) Jadi siste aktip yang dibahas pada sub bab ini enawakan suatu keluwesan yang baik dala hal peubahan unjuk keja siste dan juga kaakteistik tansisibilitas data pada bebagai tingkat asio tansisibilitas. 0 ROASI Volue 3 Noo Januai 00

7 Naun siste aktip yang dibahas ini jika koponen aktipnya gagal aka siste tidak tekontol lagi. jadi siste tesebut hanya ebeikan keleluasaan opeasi yang aksiu naun tidak enawakan keandalan sepeti yang ditawakan oleh siste pasip. SISEM AKIP YANG ANDAL Dai diskusi sub bab sebelunya telah disipulkan bahwa siste aktip sebaiknya elibatkan koponen pasip untuk enawakan opeasi gagal aan. Banyak siste aktip yang elibatkan koponen pasip sepeti yang dibahas pada siste gabungan pasip aktip. Naun kobinasi pebangkit gaya aktip dan pasip sejauh ini tidak enawakan keluwesan atau keleluasaan dala opeasinya dibandingkan siste aktip saja. Sistepasip dapat diubah dengan pebangkit gaya aktip untuk eacu siste opeasi siste pasip yang tidak eiliki koponen pasip. apa yang dibutuhkan disini adalah suatu kebutuhan untuk ebangkitkan gaya aktip dengan petolongan pebangkit gaya aktip yang elawan suku suku koponen pasip sehingga siste seakan akan hanya engandung koponen aktip saja. SISEM AKIP GAGAL AMAN YANG MEMBERIKAN KARAKERISIK DAAR DAN RASIO RANSMISIBILIAS NOL Diaga siste aktip gagal aan ditunjukkan pada gaba 4. Pesaaan geak siste tesebut adalah x k x c c x x x k x x 0 () atau x c x k x 0 (a) Pesaaan () iip dengan pesaaan (6), jadi pegas skyhook dan peeda skyhook dapat diealisasikan dengan enggunakan susunan sepeti gaba 4. Keuntungan susunan gaba 4 bila dibandingkan gaba adalah kalau bagian aktip dai siste gagal aka gaba 4 akan befungsi sebagai siste pasip. Pada odus aktip opeasi fekuensi pibadi dan asio edaan dai siste pada gaba 4 dapat diubah elalui pengauh suku upan balik pecepatan untuk ebangkitkan gaya kontol. SISEM AKIP GAGAL AMAN YANG MEMBERIKAN KARAKERISIK RANSMISIBILIAS DAAR DAN RASIO RANSMISIBILIAS NOL Model dai siste ditunjukkan sepeti pada gaba 5. Susunan tesebut ebeikan asio tansisibilitas absolut / atau asio tansisibiltas elatipnya saa dengan nol. Pesaaan geaknya adalah x x k 0 x x c x x () atau z k z c z 0 (a) diana z = x x Pesaaan (a) iip dengan pesaaan (8a). Oleh kaena itu siste pada gaba 5 bepeilaku sepeti pada siste yang hanya eiliki koponen aktip saja. Jadi setelah waktu tansien, asio tansisibilitas elatipnya adalah nol. jadi siste ini enawakan aspek keluwesan opeasi dan juga keandalan opeasi. KESIMPULAN Siste yang enggunakan kobinasi pebangkit gaya aktip dan pasip adalah lebih baik daipada siste pasip dala hal peilihan bebagai suku penguatan upan balik yang dapat ebeikan kaakteistik tansisibilitas data. Siste tesebut juga enawakan keandalan dai siste pasip. Naun dengan siste aktip yang ditawakan pada liteatu getaan tidak enghasilkan kaakteistik tansisibilitas data pada tingkat atau 0 kaena koponen koponen aktip hanya ditabahkan ke koponen - koponen pasip, sedangkan gaya ditibulkan oleh koponen pasip (gaya yang tidak dikehendaki ) tidak teeleini. Siste yang hanya tedii dai koponen koponen aktip enunjukkan kaakteistik tansisibilitas data eskipun pada tingkat tansisibilitas sebesa atau 0 naun siste tesebut saa sekali tidak enawakan aspek keandalan sepeti yang diiliki siste pasip. Meskipun hanya enabahkan koponen aktip ke siste pasip kalaukoponen gaya pasip yang tidak diinginkan dapat dieleini oleh pebangkit gaya aktip, siste yang dihasilkan dapat ensiulasikan opeasi dai siste yang hanya tedii dai koponen aktip saja. Siste tesebut akan enawakan kaakteistik tansisibilitas yang data pada suatu tingkat tansisibilitas. Siste tesebut juga enawakan keandalan dai siste pasip jika koponen aktip engalai kegagalan, sehingga siste akan beopeasi sepeti siste pasip. DAAR PUSAKA. Caltea, P. C., Reseach on Vibation Isolation echniques fo Ai Caft Pilot Potection, Ai oce Repot AMRL R 67-38, 967. ROASI Volue 3 Noo Januai 00

8 . Esailzadeh, E., Sevo Contolled Pnueatic Suspension, Jounal of Mechanil Engineeing, Science, Vol., No., Gi, A.E., Huff, G.., and Wilson, J.N., An Active Suspension fo Off Road Vechicles, Jounal of Vibation, Acustic, Stess, and Reliability in Design, Hais, C. M., and Cede, C. E., Shock and Vibation Handbook, Mc Gaw Hill, Kanopp, D., Cosby, M.J., and Hawood, R.A., Vibation Contol Using Sei Active oce Geneatos, ASME jounal of Engineeing fo Industy, Klinge, D. l., Calzado, A.L., and Hawood, a Pneuatis on off Vechicle Suspension Syste, ASME jounal of Dynaic Measueent and Contol, Ruzika, J. E., and Deby,.., Influence of Daping in Viation Isolation, Pentice Hall, Snowdon, J. C., Vibation and Shock in daped Mechanil Systes, Willy, Sanha, S., and Guntu, R.R., Pneuatic Vibation Contol Using Active oce Geneatos, Jounal of Vibation, Acustic, Stess, and Reliability in Design, Young, R.E., and Suggs, C.W., Seat Suspension Syste of Roll and Pitch in Off Road Vechicles, ansaction of ASAE, Yoshiashi, I., and Nako, M., Optiu Peview Contol of Vechicle Ai Suspension, Bullentin of JSME, Vol.9, No. 38, 976. ROASI Volue 3 Noo Januai 00 3

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN POPULASI SATU SPESIES DENGAN TUNDAAN WAKTU DISKRIT

MODEL PERTUMBUHAN POPULASI SATU SPESIES DENGAN TUNDAAN WAKTU DISKRIT Ono Rohaeni Model Petubuhan Populasi Satu Spesies MODEL PERTUMBUHA POPULASI SATU SPESIES DEGA TUDAA WAKTU DISKRIT Ono Rohaeni Staf Pengaja Poga Studi Mateatika FMIPA Univesitas Isla Bandung e-ail: onoohaeni@gail.co

Lebih terperinci

Perancangan Poros Transmisi

Perancangan Poros Transmisi Peancangan Poos Tansisi 1. ebuah oos tansisi beuta 6 dan dituu oleh bantalan seeti telihat ada gaba. Daya sebesa h ditansisikan ke oos elalui ulley bediaete 18 yang eiliki beat lb dengan asio tegangan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) Yogyakarta, 20 Juni 2009

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) Yogyakarta, 20 Juni 2009 PENGEMBANGAN METODA SELF TUNING PARAMETER PID CONTROLLER DENGAN MENGGUNAKAN GENETIC ALGORITHM PADA PENGATURAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK Ea Puwanto, Ananto Mukti Wibowo, Soebagio, Mauidhi

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

= (3) (1) Dalam metode ½ interval: (2) Gambar 1 Metode interpolasi linier Dr.Eng. Agus S. Muntohar Department of Civil Engineering

= (3) (1) Dalam metode ½ interval: (2) Gambar 1 Metode interpolasi linier Dr.Eng. Agus S. Muntohar Department of Civil Engineering Analisa Teapan: Metode Nueik Peteuan ke-4: 7 Septebe 01 Pesaaan Non-inie: Metode Intepolasi inie (False-Position Method Depatent o Civil Engineeing 1 1 Penganta ( ( 0 ( Dala etode ½ inteval: ( * ( < 0

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

MODEL REGULASI PADA PROSES BIODEGRADASI POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET)

MODEL REGULASI PADA PROSES BIODEGRADASI POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET) Junal Ilu Mateatika dan Teapan Desebe 2016 Volue 10 Noo 1 Hal. 107 115 MODEL REGULASI PADA PROSES BIODEGRADASI POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET) Taufan Talib Poga Studi Mateatika, Univesitas Halahea Jl.

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Sekolah Olimpiade Fisika

Sekolah Olimpiade Fisika SOLUSI SOAL SIMULASI OLIMPIADE FISIKA SMA Juli 06 TINGKAT KABUPATEN/KOTA Waktu : 3 ja Sekolah Olipiade Fiika davitipayung.co Sekolah Olipiade Fiika davitipayung.co davitipayung@gail.co. Sebuah balok (aa

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. Uraian Materi Pokok

Kompetensi Dasar. Uraian Materi Pokok Kopetensi Dasa Menevaluasi peikian diinya tehadap keteatuan eak planet dala tatasuya bedasakan huku-huku Newton Uaian Matei Pokok Huku Gavitasi Newton A. HUKUM GAVIASI UMUM NEWON 1. Gaya Gavitasi Gaya

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN KABEL LISTRIK DI BAWAH TANAH

PEMODELAN SISTEM RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN KABEL LISTRIK DI BAWAH TANAH Peodelan Siste Rada untuk Mendeteksi....Ai D, dkk PEMODELAN SISTEM RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN KABEL LISTRIK DI BAWAH TANAH Ai D 1, Indawati 2, Akhya 3 1,3 Dosen Juusan Teknik Elekto Politeknik Negei

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gravitasi

Fisika Dasar I (FI-321) Gravitasi Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini Gavitasi Inteaksi (Gaya) Fundaental di ala 1. Inteaksi Kuat. Inteaksi lektoagnetik 3. Inteaksi Leah 4. Inteaksi Gavitasi Meupakan inteaksi yang paling Leah Tidak Bepengauh/Diabaikan

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB Oleh : Dody Wahjudi Abstact Automation contol has significant ole in human life, specifically fo science and industy.

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

MENENTUKAN KRITERIA PRIMA BERDASARKAN KONGRUEN LUCAS. Nani Anugrah Putri S 1, Sri Gemawati 2 ABSTRACT

MENENTUKAN KRITERIA PRIMA BERDASARKAN KONGRUEN LUCAS. Nani Anugrah Putri S 1, Sri Gemawati 2 ABSTRACT MENENTUKAN KRITERIA PRIMA BERDASARKAN KONGRUEN LUCAS Nani Anugah Puti S Si Geawati 2 2 Poga Studi S Mateatia Juusan Mateatia Faultas Mateatia dan Ilu Pengetahuan Ala Univesitas Riau Kapus Bina Widya Peanbau

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

Bab 2 STUDI LITERATUR. 2.1 Model Uji Fisik Prinsip Pemodelan Fisik

Bab 2 STUDI LITERATUR. 2.1 Model Uji Fisik Prinsip Pemodelan Fisik Bab SUDI IERAUR Uji Model isik Peecah Gelobang ie iang Pancang Betiai.1 Model Uji isik Untuk daat eecahkan easalahan teknik aa insinyu teknik begantung ada tiga teknik yang bebeda naun saling tekait satu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Genap TA 2011/2012 FMIPA UGM

Ujian Akhir Semester Genap TA 2011/2012 FMIPA UGM Ujian Akhi eeste Genap TA / FMIPA UGM Mata Kuliah : Mekanika (MFF ) K : sks Hai/tanal Ujian : enin, Apil uan : U. Waktu Ujian : 7. 9. (esi ) Untuk: Fisika - A ifat Ujian : Buku Teuka Dosen Penapu : D.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

PERANCANGAN METODE KONTROL LINEAR QUADRATIC INTEGRAL TRACKING (LQIT) UNTUK PENGENDALIAN POSISI SISTEM SUSPENSI SEDERHANA (MASS-SPRING-DAMPER)

PERANCANGAN METODE KONTROL LINEAR QUADRATIC INTEGRAL TRACKING (LQIT) UNTUK PENGENDALIAN POSISI SISTEM SUSPENSI SEDERHANA (MASS-SPRING-DAMPER) Vol: 6, No., Juli 7 ISSN: 3-949 PERANCANGAN MEODE KONROL LINEAR QUADRAIC INEGRAL RACKING (LQI) UNUK PENGENDALIAN POSISI SISEM SUSPENSI SEDERHANA (MASS-SPRING-DAMPER) Hanum Aosida* dan Albet Sudayanto Pogam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN - PENGGANTIAN BERDASARKAN UMUR PRODUK UNTUK GARANSI SATU DIMENSI. Dyah Ika Rinawati *)

STRATEGI PERBAIKAN - PENGGANTIAN BERDASARKAN UMUR PRODUK UNTUK GARANSI SATU DIMENSI. Dyah Ika Rinawati *) STRATEGI PERBAIKAN - PENGGANTIAN BERDASARKAN UMUR PRODUK UNTUK GARANSI SATU DIMENSI Dyah Ika Rinawati ) Abstact When the anufactue selling poducts with waanties, it causes additional costs (called waanty

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Pemodelan Simulasi Berbasis Fuzzy Controller Terhadap Perilaku Yaw Rate dengan Pengendalian Sudut Steer Roda Belakang (4WS)

Pemodelan Simulasi Berbasis Fuzzy Controller Terhadap Perilaku Yaw Rate dengan Pengendalian Sudut Steer Roda Belakang (4WS) Peodelan Siulasi Bebasis Fuzzy Contolle Tehadap Peilaku Yaw Rate (ID.G Ay Subagia et al.) Peodelan Siulasi Bebasis Fuzzy Contolle Tehadap Peilaku Yaw Rate dengan Pengendalian Sudut Stee Roda Belakang (4WS)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci