Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) Yogyakarta, 20 Juni 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) Yogyakarta, 20 Juni 2009"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN METODA SELF TUNING PARAMETER PID CONTROLLER DENGAN MENGGUNAKAN GENETIC ALGORITHM PADA PENGATURAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK Ea Puwanto, Ananto Mukti Wibowo, Soebagio, Mauidhi Hey Punoo Electical Engineeing Depatent of Institute Technology Sepuluh Nopebe Suabaya, Indonesia Kapus ITS, Keputih Sukolilo, Suabaya ABSTRAK Pada saat ini PID kontolle asih banyak digunakan di bebagai sekto industi, kaena ketangguhannya untuk enghandel peasalahan yang ada di industi, tetapi tedapat satu kekuangan yaitu etode tuning, poses tuning haus dilakukan dengan caa coba - coba. Posedu tuning lebih banyak dilakukan secaa anual dengan etode tial and eo yang belu tentu bena, untuk engatasi peasalahan tesebut dibutuhkan suatu pendekatan altenatif yang dapat encapai suatu tingkat autoasi dai poses tuning dan oang yang elakukan poses tuning tidak haus eiliki pengetahuan luas engenai siste pengatuan. Dala kasus ini etode altenatif yang digunakan adalah Genetic Algoith (GA). GA diipleentasi untuk endapatkan kobinasi paaete P,I, dan D dai kontole PID dala siulasi pengatuan kecepatan oto induksi tiga fasa sehingga kecepatan oto dapat dipetahankan aga saa dengan kecepatan efeensi dala steady-state. Hasil dai siulasi yang dilakukan enunjukkan bahwa epons kecepatan yang dihasilkan sangatlah bagus. Kata Kunci: self-tuning, genetic Algoith,dq-odel,vecto contol 1. PENDAHULUAN Pada saat ini enegi listik asih eupakan enegi altenatif untuk digunakan pada alat tanspotasi, pada siste ini oto listik akan enggantikan esin diesel atau esin konvensional sebagai penggeak utaa, esin listik yang dapat digunakan pada saat ini sangat banyak sekali ulai dai oto DC sapai dengan oto AC. Moto dc adalah oto yang paling ideal digunakan pada siste pengendalian elektis, kaena pengendaliannya dapat dilakukan secaa tepisah (decoupled syste). Naun deikian tedapatnya koutato enyebabkan dipelukannya peawatan utin dan bekala. Hal ini enyebabkan siste enjadi kuang effisien. Kaena itu penggunaan oto dc pelahan-lahan digese oleh oto induksi, kaena bentuknya kokoh, peelihaaannya udah, dan effisien, aka oto induksi banyak digunakan. Secaa konvensional oto induksi diopeasikan pada kecepatan yang tetap sesuai dengan fekuensi sube tegangan seta julah kutub dai oto induksi, tetapi pada obil listik dipelukan kecepatan vaiable teutaa pada kondisi jalan yang aai. Pengatuan kecepatan pada oto induksi jauh lebih sulit dibandingkan dengan oto DC kaena tidak ada hubungan yang linie antaa aus oto dan tosi yang dihasilkan sepeti pada oto DC. Suatu etode yang keudian disebut sebagai vecto contol digunakan untuk engatu kecepatan oto induksi pada entang kecepatan yang besa seta pesisi dan espon yang cepat. Naun deikian oto induksi adalah siste kopel (coupled) diana ada saling ketegantungan antaa toka dan fluksi. Pada vecto contol, pengatuan oto induksi ini telah diubah sepeti pangatuan oto aus seaah, sehingga dala pengatuan oto induksi dapat digunakan bebagi kontole sepeti pada pengatuan kecepatan oto aus seaah. Dengan bekebangnya etoda Vecto contol aka keleahan pada oto induksi dapat diatasi dengan engubah siste couple enjadi decouple, sehingga antaa koponen toka dan koponen fluksi bisa dikendalikan secaa tepisah. Vecto contol adalah suatu etode pengatuan edan pada oto ac, diana dai siste coupled diubah enjadi siste decoupled. Dengan teknik ini aka pengatuan oto induksi enjadi sangat penting, bahkan enjadi oto yang sangat endoinasi pada siste pengendalian. Dengan siste ini aus penguatan dan aus beban oto dapat dikontol secaa tepisah, sehingga toka dan fluksi juga dapat diatu secaa tepisah, dengan deikian tosi dan fluksi juga dapat diatu secaa tepisah, sepeti halnya oto dc. Dai odel ekanik diatas aka dikebang-kanlah odel elektik sepeti ditunjukkan pada gaba 1. Gaba 1. Siste Pengatuan Moto Induksi E-120

2 Moto induksi banyak dipakai dala industi kaena bentuknya sedehana, haganya uah, konstuksinya kokoh (obust), dan peelihaaannya udah. Uunya oto induksi diopeasikan untuk kecepatan konstan. Naun bila beban beubah, aka kecepatan akan beubah, selain itu kecepatan vaiabel ebeikan efisiensi yang lebih tinggi bila beban yang dibeikan bevaiasi, kaena itu dipelukan siste kontol untuk dapat epebaiki kinejanya. Penggunaan kontole PID dala suatu siste epunyai keleahan, yakni bahwa paaetepataete dala kontole haus selalu diubah (tuned up) bila tejadi peubahan didala siste, peubahan tesebut akan enyebabkan tejadinya tuning kebali dai paaete paaete PID untuk epetahankan kondisi yang sudah ditentukan, etode tuning yang akan digunakan untuk encai paaete-paaete kontole PID adalah dengan engguakan etoda Genetic Algoiths. Sasaan penelitian ini adalah untuk endapatkan paaete-paaete kontole PID dengan etode Genetic Algoiths dala pengatuan kecepatan oto induksi tiga phasa. 2. DQ MODEL MOTOR INDUKSI Untuk kepeluan analisa dipelukan satu odel yang akan dapat digunakan untuk ebantu analisa digunakan. Pada penelitian ini odel oto induksi yang digunakan adalah odel d-q, diana pesaaan adalah sebagai beikut: d λ qs v qs = s i qs + + ω eλ dt (1) dλ v = s i + ω eλ qs dt (2) dλ q v q = i q + + ( ω e ω ) λ d dt (3) dλ d v d = i q + + ( ω e ω ) λ q dt (4) Pesaaan untuk fluksi adalah λ = L l i + L i i (5) ( qs q ) ( i i d ) ( i i d ) ( i i ) qs s qs + λ = L l i + L + (6) d s s d λ = L l i + L + (7) λ = L l i + L + (8) Pesaaan (1) s/d (4) dapat dinyatakan oleh diaga ekivalen pada gaba 1. d Gaba 2. Rangkaian ekivalen oto induksi dala koodinat d-q Pesaaan (1) sapai dengan (9) dapat dinyatakan dala bentuk atiks sebagai beikut: V qd = Zqd I (9) qd dengan qd qs q V = v v v v (10) q I qd = i qs i i i (11) dan Z qd adalah atiks ipedansi yang dinyatakan oleh: Z qd = s + Lsp ωels Lp ωel ωels s + Lsp ωel Lp Lp ( ωe ω ) L + L p ( ωe ω ) L ( ωe ω ) L Lp ( ωe ω ) L + L p (12) diana L s = L + L ls (13) L = L + L l (14) p = d/dt (15) Bentuk lain dai pes. 9 dapat ditulis-kan dala bentuk: V qd = R Iqd + ω e F Iqd + ω G Iqd + p L Iqd (16) diana s R = 0 s (17) Ls 0 L 0 L = 0 Ls 0 L L 0 L 0 (18) 0 L 0 L d t d t E-121

3 0 Ls 0 L F = Ls 0 L 0 0 L 0 L (19) L 0 L G = L 0 - L (20) L 0 L 0 3.KONTROLER PID DENGAN GENETIC ALGORITHMS TUNING 3.1 Response Siste Respons suatu siste kontol selalu enunjukkan osilasi teeda sebelu encapai steady-state. Penggolongan kaakteistik espons tansien suatu siste kontol tehadap asukan tangga satuan secaa gafik ditunjukkan pada gaba 3. Pengelopokan ini didefinisikan sebagai beikut: 1. Waktu naik, t Waktu naik adalah waktu yang dipelukan oleh espons untuk naik dai 10% enjadi 90%, 5% enjadi 95%, atau 0% enjadi 100% dai nilai akhi yang biasa digunakan. Untuk siste atas edaan waktu naik yang biasa digunakan 10% enjadi 90%. 2. Oveshoot aksiu, Mp Oveshoot aksiu adalah nilai puncak kuva espons diuku dai satuan. 3. Waktu steady-state, ts Waktu steady-state adalah waktu yang dipelukan untuk eespons kuva aga dapat encapai dan tetap beada dala gugus nilai akhi ukuan yang disedehanakan dengan pesentase utlak haga akhinya (biasanya 2% atau 5%). Waktu steady-state tadi dihubungkan tetapan waktu tebesa siste kontol. Gaba 3. Kuva espons tangga satuan enunjukkan t, Mp dan ts 3.2 Kontol PID Sesuai dengan naanya, kontole ini eupakan kobinasi dai tiga syste kontol yaitu popotional,integal dan deivative. Jika asingasing dai ketiga kontole tesebut bedii sendii, hasil yang dicapai kuang bagus sebab asingasing eiliki keleahan dan kelebihan sendiisendii. Kaena itu kobinasi dai ketiga siste kontol tesebut dihaapkan dapat engeliinasi keleahan asing-asing dan apu ebeikan kontibusi dai kelebihan asing-asing. Blok diaga secaa uu dai kontole PID ditunjukkan pada gaba 3. Tiap eleen eneia sinyal eo yang saa dan output dai seua eleen tesebut dijulahkan elalui suing aplifie. Gaba 4. Blok Diaga Kontole PID Secaa uu fungsi dai asing-asing kontole dala kontole PID adalah sebagai beikut: Popotional - Befungsi untuk epecepat tejadinya espons tehadap sinyal eo. - Bekeja efektif pada daeah sebelu siste encapai daeah setpoint/kondisi stat. Integal - Befungsi elihaa sinyal kontol konstan. - Bekeja efektif pada daeah di ana siste encapai set point. Deivative - Befungsi endapatkan sinyal kontol dai peubahan eonya. - Bekeja efektif pada daeah tansient. 3.3 Genetic Algoiths Poses keja GA diawali dengan inisialisasi satu angkaian nilai ando yang disebut populasi. Setiap individu di dala populasi disebut kooso. Sebuah kooso dapat diepesentasikan dala bentuk sibol-sibol sting bine, floating point, intege, abjad. Kooso-kooso ini bekebang elalui bebeapa iteasi yang disebut geneasi. Setiap geneasi, kooso-kooso ini dievaluasikan dengan enggunakan ukuan fitness elalui fungsi tujuan (objective function) dan batasan-batasan fungsi yang eupakan peasalahan sehingga individu dengan solusi yang tebaik yang tepilih. Untuk enghasilkan geneasi selanjutnya (t+1) sebagai kooso bau yang disebut offsping, dibentuk elalui penggabungan dua kooso geneasi saat ini (t) dengan enggunakan opeato cossove dan eodifikasikan sebuah kooso enggunakan opeato utasi. Satu geneasi bau dibentuk elalui poses seleksi sesuai dengan fitness value kooso E-122

4 oang tua dan kooso yang fit yang akan dituunkan. Kooso dengan fitness tebesa eiliki pobabilitas tetinggi untuk dipilih. 3.4 Tuning Kontole PID Dengan Genetic Algoiths Untuk enginisialisasi GA ini, populasi awal dibentuk dai 20 individu yang diabil secaa acak dengan epehatikan batas atas dan batas bawah kooso diana tiap individu tedii atas 3 kooso benilai eal yang eepesentasikan nilai paaete kontole PID. Langkah awal dala poses GA adalah engevaluasi tiap kooso dan ebei nilai fitness. Tiap individu dievaluasi untuk endapatkan vaiabel untuk paaete-paaete kontole PID. Setelah vaiabel paaete PID didapatkan, vaiabelvaiabel tesebut keudian diasukkan dala odel Siulink yang enceinkan odel sebenanya dai siste yang digunakan. Setelah siulasi selesai, vaiabel tesebut dikebalikan lagi kedala GA aga espons siulasi dievaluasi dan individu tesebut dibei nilai fitness. Individu yang tepilih untuk geneasi beikutnya ditentukan secaa pobabilistik bedasakan nilai fitness individu tesebut. Dai individu yang tepilih diatas, geneasi beikutnya dipeoleh dai poses utasi dan single-point cossove, dengan paaete sebagai beikut: Pobabilitas cossove : 0,8 Pobabilitas utasi: 0,01 Paaete PID dipeoleh setelah engulang iteasi hingga 100 geneasi. L l : induktansi kupaan oto R : tahanan kupaan oto J : oen inesia Siulasi diuji dengan kecepatan efeensi 100 ad/s pada tiga beban yang bebeda. Besanya beban ditentukan dengan engatu besanya tosi beban (T L ) yaitu untuk T L = 0 N., T L = 1 N., dan T L = 1,5 N Pengeudian Moto Induksi Dengan Kecepatan Yang Vaiabel Dala hal ini, digunakan pengeudian oto induksi enggunakan aus stato sinusoidal yang dipengauhi dan open loop flux contol. Tosi oto dikontol oleh fekuensi oto (yang juga disebut fekuensi slip). Blok diaga dai pengeudian ini ditunjukkan dala gaba 5. Moto induksi endapat asukan dai cuentcontolled PWM invete, yang beopeasi sebagai sube aus tiga fasa sinusoidal. Oscillato tiga fasa ebangkitkan aus sinusoidal efeensi ia*, ib*, dan ic* untuk kontole aus. Aplitudo dan fekuensi oscillato diatu secaa tepisah oleh sinyal Is (aus stato) dan ωs (fekuensi stato). Tosi oto diatu oleh fekuensi oto ω (fekuensi slip). Kecepatan oto ω dibandingkan dengan efeensi ω* dan eonya diposes oleh kontole kecepatan untuk enghasilkan toque coand yang eupakan fekuensi oto ω. Fekuensi oscillato ωs, yang eepesentasikan fekuensi aus stato eupakan hasil penjulahan kecepatan oto ω dan fekuensi slip ω. 4. PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI DENGAN SELF TUNING KONTROLER PID 4.1 Siulasi Siste Moto induksi yang digunakan adalah oto induksi tiga fasa, 4 kutub, tipe sangka bajing dan diodelkan oleh blok asynchonous achine. Paaete oto induksi dala siulasi dibeikan pada tabel 1. Tabel 1. Paaete oto induksi Data Moto Induksi 3 fasa Daya (Watt) 250 Tegangan (Volt) 400 Fekuensi (Hz) 50 R s (Oh) 41,18 L ls (H) 0,1744 L (H) 0,9854 L l (H) 0,2616 R (Oh) 22,37 J (Kg. 2 ) 0,0025 Keteangan: R s : tahanan kupaan stato L ls : induktansi kupaan stato : induktansi besaa L Gaba 5. Pengeudian oto induksi dala opeasi kecepatan vaiabel E-123

5 Fluksi celah udaa diatu dala suatu open loop oleh function geneato yang enghubungkan aplitudo aus Is dengan fekuensi oto ω bedasakan pesaaan beikut: ( ω ) 2 L ( ω L ) 2 R 2 + Is = I (21) R 2 + l diana I = Aus agnetisasi noinal (A) R = Tahanan oto (Ω) L l = Induktansi boco kupaan oto (H) L = Induktansi total kupaan oto (H) Fungsi dai speed contolle adalah untuk epetahankan kecepatan oto aga saa dengan kecepatan efeensi dala steady-state dan ebeikan dinaik yang bagus selaa tansien Siulasi Pengatuan Kecepatan Moto Induksi dengan Kontole PID Menggunakan MATLAB/SIMULINK dan POWER SYSTEM BLOCKSET Siulasi dilakukan dengan enggunakan bantuan kopute enggunakan fasilitas softwae MATLAB vesi 6.1. Siste yang diinginkan diodelkan dala blok SIMULINK. Gaba 6 enunjukkan skea Siulink untuk odel pengatuan kecepatan oto induksi dengan kontole PID. Tabel 2. Paaete PID untuk T L = 0 N. Geneation Kp Ki Kd Gaba 7. Respons kecepatan oto untuk TL=0 N Hasil Siulasi Pengatuan Kecepatan Moto Induksi untuk Tosi Beban = 1 N. Dengan etode GA, untuk T L = 1 N. dipeoleh paaete kontole PID sepeti yang telihat pada tabel 3. Gaba 6. Skea pengatuan kecepatan oto induksi dengan kontole PID 4.2 Hasil Siulasi dan Analisa Hasil Siulasi Pengatuan Kecepatan Moto Induksi untuk Tosi Beban = 0 N. Dengan etode GA, untuk T L = 0 N. dipeoleh paaete kontole PID sepeti yang telihat pada tabel 2. Paaete ini keudian diasukkan dala kontole PID dala siulasi odel SIMULINK yang dijelaskan pada bab Respons kecepatan hasil siulasi dapat dilihat pada gaba 7. Tabel 3. Paaete PID untuk T L = 1 N. Geneation Kp Ki Kd Paaete ini keudian diasukkan dala kontole PID dala siulasi odel SIMULINK yang dijelaskan pada bab Respons kecepatan hasil siulasi dapat dilihat pada gaba 8. E-124

6 Gaba 8. Respons kecepatan oto untuk TL=1 N Hasil Siulasi Pengatuan Kecepatan Moto Induksi untuk Tosi Beban = 1,5 N. Dengan etode GA, untuk T L = 1,5 N. dipeoleh paaete kontole PID sepeti yang telihat pada tabel 4. Tabel 4. Paaete PID untuk T L = 1,5 N. Geneation Kp Ki Kd Dai hasil siulasi dipeoleh espons kecepatan oto induksi dengan beban yang bebeda. Untuk elihat unjuk keja dai tuning paaete kontole PID dengan GA aka espons kecepatannya dibandingkan dengan dua espons kecepatan untuk siste yang saa, naun paaete PID-nya ditentukan secaa acak. Untuk pebanding 1, paaete PID yang diabil adalah yang haganya lebih besa dai hasil tuning GA. Sedangkan untuk pebanding 2, paaete PID yang diabil adalah yang haganya lebih kecil dai hasil tuning GA. Paaete yang dibandingkan adalah: waktu naik (t), oveshoot aksiu (M P ), dan waktu steady-state (ts) Analisis Respons Kecepatan Untuk T L = 0 N. Untuk pebanding petaa, nilai paaete kontole PID yang diabil adalah sebagai beikut: Tabel 5. Paaete PID pebanding untuk T L = 0 N. Pebanding 1 Pebanding 2 Kp 1,6 0,6 Ki 0,3 0,05 Kd 0,04 0,01 Respons kecepatan oto induksi dai siulasi untuk pebanding 1 dapat dilihat pada gaba 10, sedangkan untuk pebanding kedua pada gaba 11. Paaete ini keudian diasukkan dala kontole PID dala siulasi odel SIMULINK yang dijelaskan pada bab Respons kecepatan hasil siulasi dapat dilihat pada gaba 8. Gaba 10. Respons kecepatan oto dengan paaete PID pebandiung 1 (T L =0) Gaba 9. Respons kecepatan oto untuk TL=1,5 N Pebandingan Respons Kecepatan Antaa Tuning Paaete PID Dengan GA Dan Tanpa GA Gaba 11. Respons kecepatan oto dengan paaete PID pebandiung 2 (T L =0) E-125

7 Dai hasil siulasi dipeoleh paaete espons kecepatan oto induksi sepeti yang telihat di tabel 6. Tabel 6. Hasil siulasi untuk T L = 0 N. t M p ts Dengan GA [gaba (6)] Pebanding Tanpa [gaba (9)] GA Pebanding [gaba (10)] Analisis Respons Kecepatan Untuk T L = 1 N. Untuk pebanding petaa, nilai paaete kontole PID yang diabil adalah sebagai beikut: Tabel 7. Paaete PID pebanding untuk T L = 1 N. Pebanding 1 Pebanding 2 Kp 0,7 0,2 Ki 1,2 0,8 Kd 0,01 0,006 Respon kecepatan oto induksi dai siulasi untuk pebanding petaa dapat dilihat pada gaba 12, sedangkan untuk pebanding kedua pada gaba 13. T L = 1 N. didapat hasil sepeti yang telihat di tabel 8. Tabel 8. Hasil siulasi untuk T L = 1 N. t M p ts Dengan GA [gaba (7)] Pebanding Tanpa [gaba (11)] GA Pebanding [gaba (12)] Analisis Respons Kecepatan Untuk T L = 1,5 N. Untuk pebanding petaa, nilai paaete kontole PID yang diabil adalah sebagai beikut: Tabel 9. Paaete PID pebanding untuk T L = 1,5 N. Pebanding 1 Pebanding 2 Kp 0,8 0,2 Ki 1,9 1,3 Kd 0,03 0,005 Respon kecepatan oto induksi dai siulasi untuk pebanding 1 dapat dilihat pada gaba 14, sedangkan untuk pebanding 2 pada gaba 15. Gaba 14. Respons kecepatan oto dengan paaete PID pebandiung 1 (TL=1,5) Gaba 12. Respons kecepatan oto dengan paaete PID pebandiung 1 (TL=1) Gaba 15. Respons kecepatan oto dengan paaete PID pebandiung 2 (TL=1,5) Gaba 13. Respons kecepatan oto dengan paaete PID pebandiung 2 (TL=1) Dai hasil siulasi pengatuan kecepatan oto induksi dengan kontole PID untuk kondisi Dai hasil siulasi pengatuan kecepatan oto induksi dengan kontole PID untuk kondisi T L = 1,5 N. didapat hasil sepeti yang telihat di tabel 10. E-126

8 Tabel 10. Hasil siulasi untuk T L = 1,5 N. t M p ts Dengan GA [gaba (8)] Pebanding Tanpa [gaba (13)] GA Pebanding [gaba (14)] 5. PENUTUP 5.1 Kesipulan Bedasakan siulasi yang dilakukan dan hasil yang dipeoleh aka dai penelitian ini dapat disipulkan sebagai beikut: 1. Dengan enggunakan GA, paaete PID dapat dipeoleh dengan cepat dengan hasil optial. 2. Untuk tosi beban = 0 N., dengan GA dipeoleh paaete kontole Kp = , Ki = dan Kd = Dengan paaete kontole PID ini, dipeoleh kaakteistik espons kecepatan oto induksi sepeti yang telihat di gaba 6 sebagai beikut: t = , Mp = , ts = Untuk tosi beban = 1 N., dengan GA dipeoleh paaete kontole Kp = , Ki = dan Kd = Dengan paaete kontole PID ini, dipeoleh kaakteistik espons kecepatan oto induksi sepeti yang telihat di gaba 7 sebagai beikut: t = , Mp = , ts = Untuk tosi beban = 1,5 N., dengan GA dipeoleh paaete kontole Kp = , Ki = dan Kd = Dengan paaete kontole PID ini, dipeoleh kaakteistik espons kecepatan oto induksi sepeti yang telihat di gaba 8 sebagai beikut: t = , Mp = , ts = 0.9. PUSTAKA Chapan, S. J., Electic Machiney Fundaentals. Thid Edition, Singapoe: McGaw-Hill, Davis, L., Handbook Of Genetic Algoiths. New Yok: Van Nostand Reinhold, Hydo-Quebec and TEQSIM Intenational Inc., Powe Syste Blockset Use s Guide. TEQSIM Intenational Inc., Michalewicz, Z., Genetic Algoiths + Data Stuctues = Evolution Pogas. Thid Edition, New Yok: Spinge, Ogata, K., Moden Contol Engineeing. Thid Edition, Uppe Saddle Rive,NJ: Pentice-Hall, Inc., Ogata, K., Teknik Kontol Autoatik Jilid 1. Edisi Kedua, Jakata: Elangga, Vithayathil, J., Powe Electonic Pinciples and Aplication. McGaw-Hill, Webb, J., and Geshock, K., Industial Contol Electonics. Singapoe: Maxwell Macillan, Winte, G., Péiaux, J., Galán, M., and Cuesta, P., Genetic Algoiths in Engineeing and Copute Science. John Wiley & Sons, Saan Dai penelitian yang dilakukan, diusulkan bebeapa saan: 1. Penelitian ini dihaapkan dapat dijadikan langkah awal untuk penelitian yang lebih endala tentang Genetic Algoiths dan peneapannya dala siste tenaga. 2. Untuk pengebangan lebih lanjut, penulis saankan aga etode tuning kontole PID dilakukan secaa on-line. 3. Penelitian selanjutnya enggunakan poga AI lainnya sehingga akan didapatkan pebandingan antaa tiap poga dan didapatkan ana yang lebih baik dala tuning paaete kontole PID. E-127

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pint) F-202 Pengatuan Kecepatan Moto Induksi Tiga Fasa Menggunakan Metode Flux Vecto Contol Bebasis Self-Tuning PI Fey Avianto dan Mochammad

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa 27 Analisis Pengauh Penempatan Dan Peubahan Kapasito Tehadap Unjuk Keja Moto Induksi 3-Fasa Becatu 1-Fasa Hey Punomo Abstak Moto induksi 3 fasa dalam beopeasi secaa nomal mendapat catu daya 3 fasa yang

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL MAKARA, TEKNOLOG, VOLUME 1, NO. 1, APRL 008: 1-6 PENGEMBANGAN NVERTER FUZZY LOGC CONTROL UNTUK PENGENDALAN MOTOR NDUKS SEBAGA PENGGERAK MOBL LSTRK DENGAN METODA VECTOR KONTROL Ea Puwanto, M. Ashay, Subagio,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI

IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI Junal ELTEK, Vol 12 No 01, Apil 2014 ISSN 1693-4024 IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI Haij Mukti K 1 Penelitian ini membahas mengenai implementasi Diect Toque

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent Pengatuan Kecepatan Moto Induksi 3 Phasa Tanpa Senso Kecepatan Melalui Vekto Kontol Dengan Teknik Atificial Intelegent Gigih Pabowo ¹, Renny Rakhmawati ², Meidy Ivianto 3 1 Dosen Juusan Teknik Elekto Industi

Lebih terperinci

= (3) (1) Dalam metode ½ interval: (2) Gambar 1 Metode interpolasi linier Dr.Eng. Agus S. Muntohar Department of Civil Engineering

= (3) (1) Dalam metode ½ interval: (2) Gambar 1 Metode interpolasi linier Dr.Eng. Agus S. Muntohar Department of Civil Engineering Analisa Teapan: Metode Nueik Peteuan ke-4: 7 Septebe 01 Pesaaan Non-inie: Metode Intepolasi inie (False-Position Method Depatent o Civil Engineeing 1 1 Penganta ( ( 0 ( Dala etode ½ inteval: ( * ( < 0

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tanpa Sensor Kecepatan dengan Metoda Direct Torque Control Menggunakan Observer Recurrent Neural Network

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tanpa Sensor Kecepatan dengan Metoda Direct Torque Control Menggunakan Observer Recurrent Neural Network Pengatuan Kecepatan Moto Induksi Tanpa Senso Kecepatan dengan Metoda Diect Toque Contol Menggunakan Obseve Recuent Neual Netwok Epyk Sunano,), Soebagio ), Mauidhi Hei Punoo ) ) Politeknik Elektonika Negei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1).Novizon ) Uyung Gatot S Dinata. Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASA II : EL-22 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-5 CAKUPAN MATEI. ESISTANSI DAN HUKUM OHM 2. ANGKAIAN LISTIK SEDEHANA 3. DAYA LISTIK DAN EFISIENSI JAINGAN SUMBE-SUMBE:.

Lebih terperinci

KONTROL GETARAN GAGAL AMAN MENGGUNAKAN PEMBANGKIT GAYA AKTIP Djoeli Satrijo

KONTROL GETARAN GAGAL AMAN MENGGUNAKAN PEMBANGKIT GAYA AKTIP Djoeli Satrijo KONROL GEARAN GAGAL AMAN MENGGUNAKAN PEMBANGKI GAYA AKIP Djoeli Satijo Abstact Using the concept of foce geneatos, vaious active vibation configuations have been axained fo thei pefoance potential. It

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB Oleh : Dody Wahjudi Abstact Automation contol has significant ole in human life, specifically fo science and industy.

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

MODEL REGULASI PADA PROSES BIODEGRADASI POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET)

MODEL REGULASI PADA PROSES BIODEGRADASI POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET) Junal Ilu Mateatika dan Teapan Desebe 2016 Volue 10 Noo 1 Hal. 107 115 MODEL REGULASI PADA PROSES BIODEGRADASI POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET) Taufan Talib Poga Studi Mateatika, Univesitas Halahea Jl.

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi Implementasi Metode Kontol ν,ω Bebasis Poposional Integal Untuk Kontol Geak Mobile Robot Bepenggeak Diffeensial : Studi Simulasi Ahmad Nashul Aziz, Enda Pitowano Juusan eknik Elektonika, Mekatonika Politeknik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Desain Sistem Kontol Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling Untuk Unit Boile-Tubine Nonlinea Daiska Kukuh Wahyudianto, Tihastuti Agustinah Teknik Elekto, Fakultas

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Transien Motor Induksi Tiga Fase Menggunakan Aplikasi MOTORSIM Dan Simulink

Simulasi Karakteristik Transien Motor Induksi Tiga Fase Menggunakan Aplikasi MOTORSIM Dan Simulink Semina Nasional Peanan Ipteks Menuju Industi Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 217 ISBN: 978-62-757-5- http://epoceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd217 Simulasi Kaakteistik

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN KABEL LISTRIK DI BAWAH TANAH

PEMODELAN SISTEM RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN KABEL LISTRIK DI BAWAH TANAH Peodelan Siste Rada untuk Mendeteksi....Ai D, dkk PEMODELAN SISTEM RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN KABEL LISTRIK DI BAWAH TANAH Ai D 1, Indawati 2, Akhya 3 1,3 Dosen Juusan Teknik Elekto Politeknik Negei

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika Untuk Permasalahan Distribusi Rantai Pasok Dua Tingkat Yang Dipengaruhi Oleh Biaya Tetap

Penerapan Algoritma Genetika Untuk Permasalahan Distribusi Rantai Pasok Dua Tingkat Yang Dipengaruhi Oleh Biaya Tetap Peneapan Algoitma Genetika Untuk Pemasalahan Distibusi Rantai Pasok Dua Tingkat Yang Dipengauhi Oleh Biaya Tetap Novita M Mayasai 1, Mahendawathi E, S.T, M.Sc, Ph.D 1, Rully Soelaiman, S.Kom, M.Kom 2 1

Lebih terperinci

MENENTUKAN KRITERIA PRIMA BERDASARKAN KONGRUEN LUCAS. Nani Anugrah Putri S 1, Sri Gemawati 2 ABSTRACT

MENENTUKAN KRITERIA PRIMA BERDASARKAN KONGRUEN LUCAS. Nani Anugrah Putri S 1, Sri Gemawati 2 ABSTRACT MENENTUKAN KRITERIA PRIMA BERDASARKAN KONGRUEN LUCAS Nani Anugah Puti S Si Geawati 2 2 Poga Studi S Mateatia Juusan Mateatia Faultas Mateatia dan Ilu Pengetahuan Ala Univesitas Riau Kapus Bina Widya Peanbau

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN POPULASI SATU SPESIES DENGAN TUNDAAN WAKTU DISKRIT

MODEL PERTUMBUHAN POPULASI SATU SPESIES DENGAN TUNDAAN WAKTU DISKRIT Ono Rohaeni Model Petubuhan Populasi Satu Spesies MODEL PERTUMBUHA POPULASI SATU SPESIES DEGA TUDAA WAKTU DISKRIT Ono Rohaeni Staf Pengaja Poga Studi Mateatika FMIPA Univesitas Isla Bandung e-ail: onoohaeni@gail.co

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 14 Mei 011 APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC

BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC 3.1 Pendahuluan Pada penelitian sebelumnya[7] telah dibuktikan bahwa sinyal efeensi optimum yang dapat menghasilkan iak aus keluaan yang minimum pada invete

Lebih terperinci

ERA PURWANTO, ANANTO M., SOEBAGIO, MAURIDHI HARY, ARMAN JAYA, GIGIH PRABOWO, DAN ENDRO W. 20

ERA PURWANTO, ANANTO M., SOEBAGIO, MAURIDHI HARY, ARMAN JAYA, GIGIH PRABOWO, DAN ENDRO W. 20 ERA PURWANTO, ANANTO M., SOEBAGIO, MAURIDHI HARY, ARMAN JAYA, GIGIH PRABOWO, DAN ENDRO W. 20 Pengembangan Metoda Self Tuning Parameter PID Controller Dengan Menggunakan Genetic Algorithm Pada Pengaturan

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

Keyword : permanent magnet, inductance, cos φ.

Keyword : permanent magnet, inductance, cos φ. RIPPLE CONTROL SIMULATION OF OUTPUT CURRENT OF CUK CONVERTER BY 6 AIR GAP AND FERRITE CORE USING APPROACH OF MAGNET NETWORK TO ELECTRICS NETWORK Bida, Mikha / 0222196 Electical Majos, Technique Faculty,

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II METODA GEOLISTRIK

BAB II METODA GEOLISTRIK BB METOD GEOLSTRK. Pendahuluan Metode Geolistik Metoda geolistik adalah salah satu metoda dalam geofisika yang memanfaatkan sifat kelistikan untuk mempelajai keadaan bawah pemukaan bumi. Metoda geolistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Junal Mateatika Vol., No., Agutu 008: 00-05, IN: 40-858 KEBERADAAN OLUI PERAMAAN DIOPHANTIN MATRIK POLINOMIAL DAN PENYELEAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLAI Laila Itiani R. Hei oelityo Utoo, Poga

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan membahas tentang pemodelan perancangan sistem, hal ini dilakukan untuk menunjukkan data dan literatur dari rancangan yang akan diteliti. Selain itu, perancangan

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

Perancangan Poros Transmisi

Perancangan Poros Transmisi Peancangan Poos Tansisi 1. ebuah oos tansisi beuta 6 dan dituu oleh bantalan seeti telihat ada gaba. Daya sebesa h ditansisikan ke oos elalui ulley bediaete 18 yang eiliki beat lb dengan asio tegangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA UNIVERSITAS INDONESIA ANAISIS DAN SIMUASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA SKRIPSI AFIAT DIRGHANTARA 0606073713

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

Jenuh AC dan Putus AC

Jenuh AC dan Putus AC Penguat Daya Gais beban D dan A dai Penguat Emite Sekutu Kaena kapasito dianggap hubung-singkat untuk sinyal A maka tahanan beban yang dilihat oleh tansisto adalah : = R // R L Oleh kaena itu gais beban

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA Posidin Temu Ilmiah Nasional Dosen Teknik 007 FT-UNTAR ISBN : 978-979-9973--6 STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK GOVERNOR JENIS PROELL DAN HARTNELL HASIL DESAIN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MODUL PRAKTIKUM FENOMENA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI Zanu Rachad Wahyudi 0905068 Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber Kapus ITS, Surabaya 60 e-ail: zanoe_rw@yahoo.co

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA) EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syaiah DI JAWA) Enny Aiyani Podi Teknik Industi FTI-UPNV Jawa Timu ABSTRAK Pemasalahan dalam penelitian ini bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini meupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis egesi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengauh antaa vaiabel bebas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci