BAB VII ELEMEN KESELAMATAN DAN PERANCANGAN JALAN RAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII ELEMEN KESELAMATAN DAN PERANCANGAN JALAN RAYA"

Transkripsi

1 MINGGU KE Dikripi ingkat Manaat eevani Learning Outome : materi minggu ini berii tentang eemen-eemen geometri yang dikenakan pada perenanaan jaur tranportai apabia uatu jaur uru akan memauki engkung ingkaran atau ebainya agar tidak terjadi gonangan pada kendaraan yang mengaami perobahan arah yang tibatiba.bentuk geometri yang dapatmeredam gonangan teret antara ain uper eevai, buur peraihan yang umumnya berupa pira, jarak pandang henti dan menyiap d. : mahaiwa akan dapat meranjang jaur tranportai yang aman dan nyaman untuk dikendarai. : karena aat kini pengguna jaan udah menuntut au inta yang epat dan aman erta nyaman. : Seteah mengikuti kuiah minggu ini mahaiwaa dapat menghitung dimeni dan geometri eemen-eemen keeamatan daam mendeain uatu rute tranportai. BAB VII ELEMEN KESELAMATAN DAN PEANCANGAN JALAN AYA VII.. Pendahuuan. Ha-ha yang dibaha daam keamanan dan peranangan jaan raya ini dibatai pada maaah (a) engkung upereevai, (b) peebaran dari engkungan, dan () jarak pandang. Unur-unur keamanan ainnya, termauk peranangan ungi perimpangan dan periangan ( ihat bab 9 ), yang didaarkan pada karakteritik dan voume dari aru au inta, eara mendeti dibaha diuar buku ini. VII... Lengkung uper eevai VII...Gaya Sentriuga.

2 Gaya reaki yang arahnya keuar, diebut gaya entriuga, yang ditimbukan oeh benda yang bergerak meewati uatu intaan engkung ama dengan perkaian dari maa dan keepatannya terhadap puat kurva, dinyatakan dengan: W v Gaya entriuga =, g r dimana, W = berat dari benda, daam b; v = keepatan, eet per detik; r = jari-jari kurva, daam eet; g = perepatan gravitai, eet per detik. Pada engkung jaan raya yang berapa, gaya entriuga ini mempunyai keenderungan untuk menggeinirkan kearah yang menjauhi puat engkungan; pada jaan kereta api, gaya ini menyebabkan tekanan dari roda ke re. Untuk mengantiipai gaya yang kearah uar ini ( eara horizonta ), biaanya diakukan dengan membuat permukaan jaan di ii daam ebih rendah, atau membuat ii uar jaan ebih tinggi, ehingga eek yang dihaikan dari keengkungan ini akan dinetrakan oeh gaya gravitai. VII...Tepi Lengkung Jaan aya Pada gambar 87 ditunjukkan (a) bagian engkungan dari renana jaan raya dua ajur, dan (b) gambar tampang meintang yang menunjukkan upereevai erta gaya-gaya yang bekerja pada mobi. = udut yang dibentuk oeh ii miring AB terhadap bidang horizonta, S = tan = kemiringan upereevai. ( gambar VIII.. ) Perhatikan bahwa gaya-gaya yang bekerja pada mobi daam keadaan eimbang dan komponen-komponen rektanguar ejajar AB, kita mempunyai Wv W in F o, (VII.) gr Dimana F merupakan biangan penambah dan niai gaya geek mempunyai niai makimum W, merupakan koeiien geekan.

3 Gambar VII... Maukkan F = N = W o dengan W o, kita peroeh pada peramaan (VII.), kemudian dibagi v v tan, atau tan (VII..) gr gr Ubah v daam eet per detik dengan V daam mi per jam dan g = 3, eet per detik, peramaan (6) menjadi V S = kemiringan meintang = (VII/3) 5r Niai angat bervariai tergantung dari keepatan, kondii ban, dan permukaan jaan, apakah kering, baah, hau, atau tertutup e. Perobaan-perobaan yang teah diakukan oeh Moyer dan ainnya menunjukkan bahwa geekan pada aat akan tergeinir, untuk kondii ban baru dan permukaan beton yang kering, dapat menapai 0.5 pada keepatan rendah dan berkurang hingga 0.35 pada keepatan tinggi. Perobaan yang diakukan di jaan to Pennyvania menunjukkan niai makimum 0.30 pada keepatan yang angat tinggi (ebih dari 50 mph). Berdaarkan pada 900 perobaan, dengan mempertimbangkan keamanan, Barnett ( Biro jaan raya Amerika) merekomendaikan niai 0,6 untuk keepatan mph, dan 0,4 untuk keepatan 70 mph. Untuk keepatan rendah pada kurva, gaya entriuga reati kei, oeh ebab itu gaya unur ke daam akan menggantikan gaya geek. Pada jaan yang tertutup e, 3

4 koeiien geekan akan berkurang hingga 0,0. Oeh karena itu, raio upereevai S dibatai hampir ama dengan, atau 0,0. Memperhitungkan kemungkinan keepatan aru au inta baik ambat daam berbagai kondii uaa, kondii upereevai yang idea tidak dapat diterapkan daam praktek. Pada daerah yang beba e dan aju, rentang makimum untuk niai tahanan geinir permukaan yang digunakan adaah,5 inhi per detik (0,5). Jika kondii jaan dieimuti e, niai S makimum yang digunakan ekitar,5 inhi per detik (0,0); Bagaimanapun juga, kondii datar yang tetap direkomendaikan untuk daerah yang dingin. Pada jaan raya eara norma diberikan permukaan yang embung untuk memperanar drainae. Jika kondii permukaan embung ini berada pada uatu engkungan, pada ii daam dari jaan yang mempunyai dua ajur akan mendapat eek entriuga yang kei, namun pada ii uar akan mendapat eek entriuga yang membahayakan. Oeh karena itu, pada kondii jaan dengan upereevai yang ebih tajam dari 0, pada bagian tengah dari permukaannya dibuat menurun ke arah puat kurva. Pada aat memauki engkungan, perubahan dari bentuk embung menjadi datar diakukan eara bertahap. Gambar berikut menunjukkan angkah-angkah yang ering diakukan (gambar VII.) : () Lajur uar dirubah eara bertahap dari bentuk etengah embung ke bentuk datar pada TS, edangkan ajur daam tetap pada bentuk embung norma. () ajur daam didatarkan eara bertahap hingga menjadi uatu permukaan yang miring, ehinggi kedua ajur menjadi atu permukaan miring ke arah daam dengan niai upereevai atu etengah kainya; (3) eteah titik ini, kedua ajur dirotaikan terhadap gari tengah, ii daam dan uar dari kedua ajur tetap pada bidang miring yang ama ampai upereevainya Pada ituai dimana bagian tepi dari ii daam membutuhkan drainae yang ebih rumit, eperti gaian, upereevai dipengaruhi oeh rotai pada tepi daam, atau gari dekat tepi daam dan ejajar gari tengah. Pada bagian antara SC dan CS, eek geer ini kontan. Pada bagian akhir engkungan kebaikan dari aat memauki engkungan. Pada upereevai, kemiringan yang dibutuhkan pada tepi uar jaan reati terhadap gari tengah tidak meebihi per 00.terpenuhi pada atu dekat SC. 4

5 Gambar VII.. Bentuk metode mendapatkan uper eevai, dimana perkeraan meingkupi umbu. C ama dengan punak dan E ama dengan makimum upereevai. Lengkung vertika pendek dapat dipandang dengan mata ditandai dengan patok atau bentuk di apangan mungkin dapat di bentuk, apabia dikendaki, ditandai pada titik V Pada engkung yang bukan pira, pengendara motor merubah endiri dari bagian uru ke bagian meengkungr. Pada keepatan rendah atau perkeraan jaan yang diperebar, perpindahan ini dapat diakukan tetap pada ajurnya. Untuk keepatan yang ebih tinggi, pengendara pada ajur uar enderung untuk meewati bata ke ajur daam. VII...3. Panjang Jaan aya Spira. 5

6 Perubahan dari bentuk embung ke bentuk miring penuh pada engkungan membutuhkan perhitungan eang waktu (katakan t) ama waktu kendaraan meewati engkungan pada keepatan yang tetap, daam ha ini ama dengan panjang pira tranii. Yaitu, t (VII.4) v Peramaan (5) diuun kembai dan diberikan o =, in = S, W/g = M (maa kendaraan), dan F = Ma (maa x perepatan), kita dapatkan Atau v Ma M MgS, (VII.5) r v a S, (VII.6) r Dimana a, v /r, dan gs merupakan perbandingan perepatan terhadap gaya geek, entriuga, dan gravitai. Anggapah t(=/v) = waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak pada keepatan v; t (=v / r) = waktu untuk menapai perbandingan perepatan radia terhadap gaya entriuga; dan t (9=gS/ ) = waktu untuk memutar kendaraan meewati udut, daam ha ini dan merupakan perubahan niai variabe perepatan. Karena interva waktu terjadi eara imutan, maka dan berniai ama, yaitu t = t = t. Namun jika dan diganti dengan C dan C, dimana C dan C merupakan niai perubahan makima yang dapat diganti, kemudian t biaanya ebih kei dari t. Dengan menganggap t = t kemudian dikurangkan, kita dapatkan 3 v C r (VII.7) Demikian pua t = t, kita peroeh vgs (VII.8) C Ubah v daam eet per detik dengan V daam mi per jam dan g = 3, eet per detik, peramaan (VII.7) dan (VII.8) menjadi 6

7 3 3.55V, dan C (VII.9) 47.3VS (VII.0) C Beberapa tahun yang au, Shortt o Engand, berdaarkan peneitian tentang upereevai re kereta api, mengemukakan rumu eperti pada peramaan (VII.9), dimana, dengan mengaumikan C =, teah banyak digunakan oeh ininyur-ininyur di bidang jaan raya di negara terebut, daam bentuk 3.58V, (VII.) r Dimana C = = niai perubahan perepatan makimum yang dapat digantikan tanpa ketidaknyamanan. Leeming o Engand adaah yang pertama kai menunjukkan bukti bahwa peramaan (VII.) adaah keiru, karena peramaan terebut mengabaikan upereevai. Bagaimanapun juga, deviai pada ii keeamatan, dikarenakan pertimbangan panjang pira memberikan kemudahan pada aat mendekati erta penampian yang ebih baik dibandingkan dengan yang ebih pendek. Eek putaran yang berkaitan dengan re kereta api teah diperjuangkan oeh Haie dan ainnya untuk menentukan panjang pira. Metode ini teah diterapkan di jaan to Penyvania yang menggunakan daar perubahan putaran 0.0 eet per detik. Kemudian jika S = 0.0, au t = 0.0/0.0 = 5 detik. Dengan menggunakan keepatan 60 mph (88 eet per detik), panjang minima dari pira adaah 5 x 88 = ekitar 440 eet. Metode putaran ini berpengaruh pada penentuan rumu (VII.0). Kemudian jika C = (dieuaikan dengan perubahan putaran 0.0 eet per detik), kita peroeh 73. 3VS (VII.) Dimana = panjang pira yang diarankan, V = keepatan yang direnanakan (mph), dan S = kemiringan jaan makimum. minimum. Semua rumu yang teah dikemukakan memberikan panjang pira yang VII..4. Eevai Dari Sii Luar e Kereta Api Pada Lengkungan. 7

8 Pada gambar VII., BC = eevai dari ii uar re kereta api pada gari ukuran, dimana hai pengukurannya = 4 eet 8,5 inhi = 56.5 inhi. Dengan mengabaikan geekan (yaitu, mengganggap = 0), peramaan (VII.3) memberikan tan BC AC V 5r (VII.3) Dengan AC = 56.5 inhi, dan mengganti r = 5.730/D, BC pada peramaan (VIII.3) menjadi BC = e = DV, (VII.4) Dimana, e = eevai tota dari ii uar re, (dam inhi)., D = derajat kurva V = keepatan,(mi per jam). Untuk mengakomodaikan baik pengangkutan muatan yang ambat dan au inta kendaraan yang epat, pada prakteknya teori ini dieuaikan (dikurangi). Banyak re kereta api menggunakan reduki datar 3 inhi, yang diebut upereevai tak eimbang. Ketinggian ii daam dari re kereta api tetap pada aat meewati kurva, dan ii uar dinaikkan eara perahan hingga menapai niai e makimum, dimana tidak pernah ebih dari 8 inhi; jika jaur digunakan untuk keepatan rendah dan tinggi, biaanya tidak ebih dari 6 inhi. VII..5. Panjang Spira e Kereta Api. Panjang dari pira re kereta api pada umumnya ditentukan dengan menggunakan niai yang eragam pada perubahan putaran daam kemiringan meintang untuk mengembangkan upereevai yang makimum. Niai ini ditentukan demi kenyamanan dari penumpang. Seteah beberapa tahun peneitian dan pengaaman, AE teah menetapkan niai,5 inhi per detik, dimana ebanding dengan peren perubahan putaran per detik pada kemiringan meintang pada keepatan yang ama. Dengan demikian, jika e = 5 inhi. Dan keepatannya 70 mph, panjang pira minimum adaah 8

9 eet VII.3. Peebaran pada Lengkung Jaan aya VII.3.. Tujuan. Peebaran pada engkung/tikungan jaan raya diakukan untuk dua aaan : () radiu dari roda beakang kendaran ketika meintai engkungan ebih kei daripada roda depannya, ehingga membutuhkan ruang yang ebih ebar ke arah amping daripada yang uru. Oeh karena itu, untuk menyediakan jarak yang ama antar kendaraan pada aat meewati engkungan, maka engkungan haru memiiki ebar yang ebih. () adanya aaan tuntutan pikoogi dari pengendara mobi yang kenang agar ebih meraa aman pada aat meewati engkungan/tikungan.. Dengan memperhatikan kebutuhan kedepannya, Vohe o US Bureau o Pubi oad teah mengajukan rumu untuk jaan dua ajur ebagai berikut : 35 B, (VII.5) Dimana = peebaran makimum daam eet, B = pangjang bai roda (diarankan 0 eet), dan = jari-jari engkungan daam eet/kaki.. Bukti untuk bagian awa dari rumu (39) adaah ebagai berikut. Dari gambar VII.3 kita peroeh B d, (a) Dimana = jari-jari roda beakang-uar pada aat menikung daam eet, = jari-jari roda depan-uar pada aat menikung daam eet, dan d = ukuran mobi daam eet. Pada peramaan (a) +d diganti dengan - kemudian diuun kembai, kita dapatkan B (VII.6) 9

10 Gambar VII.3. Miakan untuk dan dikaikan untuk kedua jaur, kita peroeh peramaan (VIII.), dimana teah berubah menjadi bentuk yang ebih ook namun dengan edikit perkiraan ebagai berikut : B ( 400) Kemudian peramaan (39) dikurangkan terhadap (VII.7) Maukkan = 5,79.58/D, peramaan (4) menjadi 0.07D D (VII.8) Dimana D adaah derajat keengkungan dari tikungan.. Peramaan Vohe diranang untuk keepatan 35mph, bagaian kedua ditentukan eara empirik. Sebagai modiikai, Barnett mengemukakan n B V (VII.9) Daam ha ini n = jumah ajur dan V = deain keepatan daam mph. Peramaan (43) dapat ditui menyerupai peramaan (4) ebagai berikut n 0.035D 0. 03V D (VII.0) Pengarang teah mengajukan peramaan 0

11 D (VII.) 0 Pada prakteknya niai peebaran ini tidak eragam. Biaanya bervariai dri,5 ampai 6,0 eet, tergantung dari derajat keengkungan dan aktor ainnya. VII.3.. Metode Peebaran. Seteah puat peebaran ditentukan, dua ha yang peru dipertimbangkan eanjutnya adaah () kapan gari tengah yang teah diurvey berbentuk pira, dan () kapan gari tengah yang teah diurvey berbentuk buur ingkaran. Pada kau, tepi daam dimodiikai menjadi bentuk pira, dan peeberan mengambi ii daam dengan harapan dapat ditentukan dengan mata, pada SC. Bagaimanapun juga, akan ebih mudah dikerjakan apabia peebaran diakukan dengan etengah pada tepi daam dan etengahnya agi pada ii uar. Pada kau (), tepi daam merupakan gabungan kurva ingkaran, dan peebaran hanya terjadi pada tepi daam aja. Kau. Dibuat Lengkung Spira VII.3.3. Panjang Tepi Daam Dari Jaan Yang Diperebar. Bagian tepi daam dari engkungan yang diperebar dianggap ebagai engkungan yang mempunyai jarak radia dari gari tengah engkungan (gambar VIII.4.) bertambah eara perahan dari 0.5 di TS hingga di SC, atau beberapa bagian ebeumnya. Oeh karena itu, peebaran ini berubah menurut jarak epanjang gari tengah menurut peramaan Dimana ' = variabe jari-jari dari gari tengah yang teah diurvey, = variabe jari-jari tepi daam yang tidak diebarkan = variabe jari-jari tepi daam yang diebarkan

12 Gambar VII.4.Peebaran dimana hai urvei umbu jaan adaah pira. Pada gambar 90, d = deerenia paria dari kurva bagian daam; kemudian d d d d d d Perhatikan bahwa d = d dan / = diintegraikan, kita dapatkan (ihat peramaan ebeumnya; kemudian 3 (VII.) Di SC, = ; ehingga peramaan (46 menjadi 3 (VII.3) Dimana ama dengan panjang tepi daam dari jaan tang diebarkan dari titik yang berawanan di TS ke gari radia di SC. Sudut diukur daam radian (ama dengan derajat dibagi dengan ). Untuk bagian yang tidak diebarkan, + =. Contoh. Diberikan = 400t, = 0t, = 5 0 = 0.68 radian, dan = 3.0t. Diari niai dan, tepi daam dan tepi uar, diperebar dari TS ke gari radia di SC. Soui. = 400 (0+)(0.68) = 396.9t, dan = (0)(0.68) = 40.6t.

13 VII.3.4. Area Tambahan (Extra) Pada Jaan Yang Diebarkan. a. Tampang pira pada tiap ii. Pada gambar VIII.4, dibutuhkan peramaan untuk area tambahan pada pira yang diebarkan A antara engkung A C dan A C. Seperti dinyatakan pada ub bab 0, peebaran dianggap dimuai dari TS dan bertambah eara perahan ampai eet pada SC; dimana pertambahannya berubah menurut jarak dari TS ke SC. Dengan menggunakan notai pada ub bab 0, area turunan (dihitamkan) = da = Perbedaan antara dua ektor radiu dan adaah d d d d Nyatakan daam, integraikan dengan bata antara 0 dan, dan dikurangkan, diperoeh A 3 4 (VII.4) Dikaikan dua untuk kedua bagian pira, kemudian dibagi 9 untuk memberikan hai daam bentuk akar, dan nyatakan udut pira daam derajat, peramaan untuk kedua bagian pira (ihat gambar 9) = A adaah Akhirnya ( qyd) (VII.5) A B (VII.6) 9 Dimana B diberikan daam tabe 8 untuk niai dan dan untuk = 6,8,0, dan eet. Contoh. Diberikan = 400 t, = 0 0, = t, dan pada area peebaran. = 0 t. Diari bear ektra area tambahan Jawaban. Dengan menggunakan peramaan (VII.5), dan menurut tabe 8 (bagian 3), area ektra tambahan pada peebaran adaah q yd 3

14 b. Bagian puat ingkaran. Pada gambar 9, pada are A pada bagian meingkar yang mempunyai peebaran yang kontan t ama dengan turunan antara kedua ektor udut puat ( - ) dan jari-jari dan ( -), dimana = -0.5 ( merupakangari puat jari-jari); atau eara ebih ederhana, Area = (panjang bujur yang meewati gari tengah) x = = = L t q Dimana L adaah nomina panjang kurva gari tengah dari SC ke CS, dan udut dinyatakan daam radian. Gambar VII.5.. 4

15 Luaan per kaki dari gari tengah engkungan adaah L D 00 q t, (VII.7) Dimana D dinyatakan daam radian. Dibagi dengan 9 dan D dinyatakan daam derajat, kita akan memperoeh Lua per kaki gari uru tengah 9 D q yd (VII.8) Tabe 9 didaarkan pada peramaan(5) VII.3.5. Pemaangan (Laying Out) Tepi Daam Dari Peebaran Perkeraan. Sii daam dari area peebaran ebih mudah ditentukan dengan jarak radia ratarata dari gari tengah pira. Oet ini berubah-ubah tergantung dari jarak buur puat pira terhadap TS. Jadi, jika peebaran di SC adaah t, maka pada titik tengah adaah 0.5 t. Kau. Lengkung Tak Dipirakan VII.3.6. Tepi Daam Dari Peebaran. Jika jarak tangen awa terbata, engkung diebarkan pada ii daam, edangkan gari tengah dan tepi uar tetap konentri terhadap engkung ingkaran eperti ditunjukkan pada gambar 9. Tepidaam dari engkungan merupakan gabungan dari engkung ingkaran. Kurva meingkar pada bagian daam memungkinkan ekibiita dari ainemen dan tranii pada aat memauki dan meninggakan tikungan dengan ebih pendek, daripada engkung penuh. Pada gambar 9, = ebar norma jaan pada tangen; = kontanta ebar tambahan pada bagian tengah engkungan; = A F = perpanjangan dari A (PC) ke tepi daam peebaran = OA = jari-jari gari tengah engkung AC = OA = 0.5 = jari-jari ingkaran konentri A C ; 5

16 = O A = jari-jari ingkaran daam A B yang digabung pada B dengan jari-jari ingkaran konentri bagian daam = = - = ; g = A A = jarak dari A ke titik awa ingkaran daam, = udut puat kurva perpotongan AB, A B dan A B = udut puat kurva perpotongan AF pada radiu Meewati titik B dan B digambar gari B J dan BK diperpanjang ke O A dan OA. Gambar BN yang diperpanjang ke B J dan perhatikan bahwa udut NBB adaah. Kemudian g = KB JN = KB ( JB -NB ) = in in + in = ( - +) in (VII.9) Namun - = OA-OA = OM = g ot (VII.30) Maukkan peramaan (54) ke peramaan (53) kemudian dikurangkan, kita peroeh g = g o + in dimana g in o ot (VII.3) Dari peramaan (54) kita dapatkan = + g ot (VII.3) Jika FQ diperpanjang ke OA,menjadi = ver, (VII.33) dimana in = g/. Dengan demikian ver o in in in ( mendekati) Hai diata hampir tepat jika in angat kei jika dibandingkan dengan gabungannya. Maukkan ke peramaan (57) dan dikurangkan, kita memperoeh g (VII.34) Panjang dari buur bagian daam AB ama dengan 00 /D, dimana D 5,

17 Jika g dan (atau D) diketahui, maka area peeberan bagian daam ini dapat dietakkan. Oet dari PC ke engkungan hanya ebagai eking. Gari tangen yang digambar ke kurva bagian daam di F berpotongan dengan A A pada H (gambar 9). Kemudian, diperkirakan, Gambar VII.6. Peebaran dimana hai urvei umbunya adaah engkung ingkaran. A H ot (VII.35) g Perkiraan diata hampir tepat untuk niai yang kei, dimana in = g/, dan ot = /g ( mendekati ) Contoh. Diketahui = , = 8 t, D = 0 0, = t. Dianggap bahwa peebaran penuh dimuai dari 50 t didepan PC dan diperpanjang ampai bagian tengah engkungan pada 50 t dari PT. Diari : data untuk aying out engkung bagian daam ( buur ingkaran ). Jawaban. 7

18 Karena buur AB (gambar 9) = 50 t, hubungan udut puat = 50D/00 = (50 x 0)/00 = 5 0. Kemudian g = ot 0.5 = (.904) = 45.8 t. =5,730/D = 573 t. = 564 t. = +g ot = (45,8)(.430) =,087.6 t. D = 5,730/ = = F = 0.5(g /) = 0.96t.A H = /g = (0.96)(,087.6)/45.8 =.8t. Kau khuu ( = 0.5 ). Ha yang biaa diarankan adaah memperebar engkungan eara perahan di ekitar titik tengah tikungan ( gambar VII.7 ). Langkah ini ebagian menguntungkan untuk tikungan tajam di jaan kota. Gambar VII.7.. Kau khuu dari gambar VII.6.. Contoh. Diberikan = , = 30 t, D = 50 0, = 6.0t. Peebaran dianggap mengambi tempat di ekitar titik tengah tikungan, eperti ditunjukkan pada gambar 93. Diperukan : data aying out kurva bagian daam ( buur ingkaran ). Penyeeaian. =0.5 = ; g = ot 0.5 = 6(.3639) =.8 t; =5,79.58/50 = 4.59 t; =99.59 t;= +g ot 0.5 = (.8)(0.834) =0.8 t; D = 5,79.58/0.8 = = ; = 0.5g / = 0.5(.8) /0.8 = t. 8

19 VII.3.7.Area Tambahan (Ektra) Untuk Peebaran. Area yang diebarkan eara khuu pada bagian tengah peebaran kontan (gambar 9) = trapezoid O A A O + bagianoa B bagian O A B = 0.5( + )g + 0.5( ) 0.5( ) = 0.5( + )[g + ( - )], (60) Dimana udut diukur daam radian. Menggunakan peramaan (55) dan (56) untuk g dan dan perhatikan bahwa = 0.5, Peramaan (60) untuk area menjadi (ot )(ot ) ot ot ot (VII.37) Dikaikan untuk kedua ii tikungan, dibagi dengan 9 untuk mendaptkan hai daam bertuk kuadrat, kemudian diaktorkan, kita dapatkan Area = 9 ot ot ot ot (VII.38) Diberikan K= 9 ot ot Peramaan (6) dapat dtuikan ebagai berikut : Area = 5, dan perhatikan bahwa, D A B C (VII.39) D Daam ha ini A=,459.56K, B=K, dan C =K(ot 0.5 )(ot ). Dengan menerapkan peramaan (58) untuk berbagai niai, abe A, B, C teah dihitung dan diatat pada abe 30. Dengan D (derajat keengkungan dari gari tengah engkungan), (ebar jaan norma), (ebar tambahan), dan (udut puat yang dibentuk oeh buur AB)(gambar 9) diketahui, area peebaran tambahan (ektra) dapat ditentukan eara epat. Pada area terebut haru ditambahkan area ektra diekitar bagian tengah engkungan, dimana ebar tambahan tetap dan udut puat adaah (50) atau abe 9 memberikan hai yang dimakud. -. Peramaan 9

20 Contoh. Seuai ontoh (ub bab ebeumnya), kita teah diberikan = , = 8 t, D = 0 0, dan = t. Karena = 5 o, udut puat pada bagian ebar yang kontan adaah 3 o 30, dan buur perpotongan adaah (00 x 3.5)/0t = 35t. Diari : area tambahan ektra tota peebaran. dimana dari A Penyeeaian. Area pada kedua ujung dari ebar abe e = B C, D pada bagian ujung adaah abe 30 diperoeh A = 74.05, B = , dan C =.69. Kemudian area Dengan menggunakan yd q yd abe 9, area pada bagian tengah adaah (0.8)(35) = q Area keeuruhan peebaran = = 9.9 q yd. Contoh. Seuai pada ontoh (ub bab ebeumnya), kita teah diberikan = 00 o 0, = 30t, D = 50.0t, = 6.0t. Diari : area tambahan keeuruhan untuk peebaran yang mengambi titik tengah tikungan. Penyeeaian. Seuai tabe 30 dan = 0.5 = 50 o 0, kita peroeh A = , B = , C = Area keeuruhan untuk peebaran adaah q yd VII.4. Jarak Pandang VII.4..Pendahuuan. Teah diketahui eara ua bahwa kemampuan untuk dapat meihat ke depan angat diperukan demi keeamatan erta eiieni tranportai jaan raya. Pada pubikai yang diakukan oeh AASHO untuk keperuan peningkatan keeamatan daam 0

21 peranangan jaan raya adaah ebuah pamet berjudu A Poiy on Sight Ditane or Highway, teah diterima eara ua dinegara ini ebagai auan praktek. Jarak pandang adaah jarak jaan di depan yang maih dapat diihat oeh pengendara. Untuk keperuan praktek dan peakanaan, ha ini terbagi ata jarak pandang untuk berhenti dan jarak pandang untuk menyaip/mendahuui. VII.4.. Jarak Pandang Untuk Berhenti. Jarak pandang henti adaah keeuruhan jarak pada aat berjaan pada tiga interva waktu : () waktu bagi pengendara untuk memperkirakan bahaya, () waktu untuk bereaki, (3) waktu untuk berhenti eteah pengereman. Pada aat dua interva pertama, kendaraan meaju pada keepatan penuh, pada interva ketiga, keepatan berkurang hingga no, dan ha ini haru terjadi ebeum menabrak kendaraan yang berada didepannya. Gamabr VII.8.. Pernyataan terakhir dari Nationa Saety Couni (956) bahwa rata-tata reaki dari pengendara adaaha ¾ detik. Dengan interva ¾ detik ini, kendaraan yang meaju dengan keepatan 40 mph akan bergerak 44 t. Jarak pengereman (dinamakan d) tergantung pada keepatan dan tipe jaan. Dengan menggunakan hukum mekanik : gaya dikai jarak ama dengan perubahan energi kinetik, atau W Wv W d v (a) g 64.4,

22 v V Dimana d (VII.40) Dimana V adaah keepatan kendaraan (mph) eaat eteah pengereman dan adaah koeiien geek antara ban dan apa. Jika t(detik) adaah waktu reaki, yang diperkirakan.5 detik, kemudian 44 V Jarak henti = Vt, (VII.4) Niai aktor geekan ( dianggap kontan) untuk kondii norma, baah, apa baah yang beba dari umpur, aju, atau e angat bervariai dari 0.36 pada keepatan 30 mph ampai 0.9 pada keepatan 70mph. Tidak diperboehkan adanya atu titik dimana jarak pandang kurang dari jarak berhenti minimum. Jarak pandang dimana tidak boeh mendahuui berdaarkan ata jarak henti. AASHO menetapkan bahwa jarak antara gari pandang dari pengendara adaah ekitar 3 ¼ t diata permukaan apa ke objek yang berada di jaan etinggi 6 inhi, dengan anggapan bahwa objek yang ebih rendah dari 6 inhi tidak merupakan gangguan yang eriu jika tertabrak. VII.4.3.Jarak Pandang Untuk Mendahuui/Menyaip. Gambar VII.9. Eemen dari jarak pandang untuk mendahuui

23 Jarak pandang untuk mendahuui/menyaip adaah jarak terpendek yang memungkinkan bagi pengendara untuk berpindah ajur, meewati kendaraan ain, kemudian kembai ke ajur emua dengan eamat dan nyaman tanpa mengganggu kendaraan yang diewati ataupun kendaraan yang meaju dari arah berawanan dengan keepatan yang direnanakan yang memungkinkan eteah manuver dimuai (ihat gambar VIII.8, VIII.9, VIII.0.). VII.4.4. Jarak Pandang Sepanjang Lengkung Horizonta. Viibiita pada engkung horizonta dibatai dengan perhitunggan gangguan eperti bangunan atau tepi jaan. Dua kau akan dikemukakan : () Jika jarak pandang S kurang dari panjang engkung L, yaitu, jika S<L (gambar VIII,), () jika S>L (gambar VIII.98). M = jarak aman, t, dari gari tengah jaan ke gangguan S = jarak pandang, t, epanjang gari tengah jaan; = jari-jari kurva gari tengah, t; D = derajat hubungan dari kurva. Gambar VII.0. Tota jarak pandang menyaip untuk jaan raya dua jaur. 3

24 Bear jarak pandang bukan merupakan gari hubung AB; buur yang dibentuk oeh gari ini menyatakan bagian meintang dari kendaraan, karena bagian ini merupakan jarak untuk berhenti yang dapat digunakan. Pada bagian ini mempunyai jari-jari 6t ebih pendek dibanding dengan jari-jari dari gari tengah yang digunakan daam rumu berikutnya. Pemotongan ebanyak 6 t dari niai M yang teah dihitung diakukan untuk mendapatkan akurai yang ebih baik. Bagaimanapun juga, penganggapan yang dibuat bahwa gari AC = ½ S dimakudkan untuk mengkompenai perbedaan ini. Kau. S < L Dari gambar 97 AC AD M, dan (a) AD M (b) Maukkan (b) ke (a), dan tentukan AC = ½ S, kemudian dikurangkan, kita dapatkan S 8 M S = 8 x M, dan (VII.4) (VII43) Gambar VII.. Jarak pandang diekitar engkung horionta dimana S < L M Niai M yang ebih tepat dapat diari. Karena o, 4

25 Kita mendapatkan M = ( - o ) = ver, Daam ha ini = (S/00) x D (VII.44) Contoh. Jarak aman terhadap bangunan adaah 30t dan jarak pandang yang diinginkan ketika meewati kurva horizonta adaah 600t. Diari : radiu kurva minima. Penyeeaian. Menggunakan peramaan (VII.4) , 500 t 8 30 Contoh. Penyeeaian. Diberikan D = 4 o dan S =,000t. Diari : Jarak aman terhadap bangunan. (a) menggunakan peramaan (VII.43),000,000 M 87 t 8,43 (b) Menggunakan peramaan (68) M =,43 x ver 0 o = 86t. Kau. S > L. Pada gambar 98, Jarak pandang bertampaan dengan kurva pada jarak tangen d t pada titik kurva, ehingga S = L +d, atau d = ½ (S L). Pada egitiga ACD, ADO, dan AEO, AC AD M, (a) AD AO M, (b) AO AE () 5

26 Gambar VII.. Jarak pandang diekitar engkung horionta dimana S > L Maukkan AE = d = ½ (S L) pada peramaan () dan maukkan ke peramaan (b), kita peroeh 4 AD S L M (d) Maukkan peramaan (d) ke (a), kemudian dikurangkan, kita peroeh AC S L M 4 Maukkan AC = ½ S ke peramaan (e) dan dikurangkan, kita peroeh L S L M 8 (e) (VII.45) VII.4.5. Jarak Pandang Pada Lengkung Vertika. Peramaan untuk jarak pandang pada engkung vertika diata punak dibagi menjadi dua kau : () jika jarak pandang S euruhnya berada di kurva ( S < L ); () jika jarak pandang bertampaan dengan kurva dan diperpanjang hingga tangen ( S > L ). Pada gambar 99, S = (d + d ), t; h, h = ketinggian gari pandang (t) diata jaan, huntuk mata pengendara dan h untuk objek atau bahaya pada ajur jaan. 6

27 Gambar VII.3 Jarak pandang pada engkung vertika dimana S < L L, A, dan e merujuk pada kurva vertika (paraboa) dan mempunyai arti umum eperti pada bab 5, keuai bahwa L diukur daam eet (tergantung taion) dan niai aboute (bukan niai negati) yang digunakan untuk A, dimana A = eiih niai ajabar daam peren. Sehingga, e = AL/800. Kau. S < L. Dengan hukum paraboa, bearan oet berubah menurut kuadrat jaraknya. Oeh karena itu, dari gambar 99, kita dapatkan e = k ( ½ L) (a) h = k (d ) ; h = k (d ) (b) Membagi (b) dengan (a) memberikan 4 d h 4 d h ; L e L e ; () Karena e = AL/800, penyeeaian peramaan () untuk d dan d, dan ditambahkan,kita peroeh S d Kemudian d h h 00L A (d) S A L (VII.46) 00 h h Dimana L adaah panjang kurva vertika untuk jarak pandang S pada beragam niai A. Jika h = h = 3.75t (kondii menyaip), ( S < L ), 7

28 S A L (VII.47) 3,000 Jika h = 3.75t, h = 6 ini = ½ t (kondii berhenti), (S < L), S A L (VII.48),400 Kau. S > L. pada gambar 00, menganggap niai kaar g, kita dapatkan h g S L 00 (a) h g Untuk niai A yang menyebabkan niai S minimum, kemiringan pada g akan ama dan berkebaikan dengan kemiringan g. Gambar VII.4. Jarak pandang pada engkung vertika dimana S > L. Dengan menetapkan niai turunan pertama S = 0, kita peroeh g h g h Seanjutnya, h 0, atau g g h h h h A (niai kaar) = g +g = g g h h (b) Lau, g h h g h h A; A () h h Maukkan () ke (a) dan dikurangkan, kita dapatkan 8

29 S L 00 h A h (d) Dimana L 00 h h S (VII.49) A Jika h = h = 3.75t (kondii menyaip), S > L, 3,000 L S (VII.50) A Jika h =3.75t, h = 6ini = ½ t (kondii berhenti), dimana S > L,,400 L S (VII.5) A TABEL A. JAAK PANDANG PADA LENGKUNG VETIKAL CEMBUNG. Henti: h = 3,75 t; h = 0,50 t Keepatan renana Jarak pandang ( mph ) ( t ) Mendahuui :h = 3,75 t h = 4,00 t Keepatan renana Jarak pandang ( mph ) ( t )

30 Gambar VII.5. Jarak pandang mendahuui untuk engkung vertika embung. Gambar VII.6. Deain kontro untuk engkung vertka embung. 30

31 Gambar VII.7. Jarak pandang ekitar engkung horionta dimana S < L VII.4.6. Lengkung Vertika Cekung. Pada aat ini ( kebijakan AASHO ), tidak ada atu kriteria tungga yang digunakan eara ua untuk menetapkan panjang dari engkung vertika ekung. Paing edikit terdapat 4 kriteria yang dikena. Yaitu () jarak inar ampu depan, () kenyamanan pengendara, (3) kontro drainae, (4) aturan untuk kenampakan umum.. Jarak Sinar Lampu Depan. a. S < L. Pada gambar 04, ampu depan kendaraan (mobi di O) dianggap.0 t diata jaan, dan inar ampu mempunyai udut buka o dari horizonta. Tangen pada kurva paraboa OB adaah OV dan VB, dan OVD merupakan umbu datar auan. S adaah jarak pandang dari O ke perpotongan antara inar ampu dan permukaan jaan (di B ) Karena A/00 = Seiih tinggi per t dari gari kemiringan VD dan VB, maka (gambar 04) A L DB (a) 00 3

32 Gambar VII.9. Jarak inar ampu dimana S > L Demikian pua berdaarkan hukum oet, D B S L DB S L Karena tan o = 0.075, AL 00 A S 00L D B S () Menyuun peramaan (b) dan () dan dikurangkan, kita dapatkan (b) L S 400 A 3.6S Dimana L dan S daam eet dan A = g g (niai mutak) (VII.5) b. S > L. Pada gambar 05, OV dan VB merupakan tangen dari paraboa OB, Jika VB diperpanjang ke VB, dimana B merupakan perpotongan inar ampu dengan permukaan jaan, kemudian A L D B S (a) 00 Juga, D B = S Suun peramaan (a) dan (b) dan dikurangkan, kita dapat (b) 3

33 L S S (VII.53) A Gambar VII.0.Lengkung ekung berdaarkan aktor kenyamanan.. Eek kenyamanan terhadap perubahan arah vertika ebih jea teraa pada kurva vertika ekung dibanding embung karena gaya gravitai dan entriuga ebih tergabung daripada gaya-gaya ainnya. Eek ini pada aat ini beum terukur namun keimpuan kaar oeh AASHO meyatakan bahwa berkendaraan ebih nyaman pada kurva vertika ekung jika perepatan entripeta tidak ebih dari eet per detik per detik. Miakan V = keepatan yang direnanakan, mph, edangkan panjang kurva L dan jari-jari daam eet. (gambar 06). v Dengan daar bahwa perepatan entripeta =, kita peroeh (dengan v = t/det) 44 V V.5 (a) 30 Daam ha ini, =.5 V Karena eara praktek paraboa erupa dengan ingkaran dengan jari-jari, L = =.5V Dimana Dan juga, adaah udut puat daam radian. (b) () 33

34 A ( 06) 00 gambar Maukkan (d) ke (), kita peroeh (d).5v V A L A (VII.54) Tuga : Doen memberikan tuga kepada para mahaiwa/etiap regu untuk mendikuikan maing=maing atu topik dari eemen-eemen keeamatan dan kenyamanan daam tranportai dan menyimpukan keemahan dan keuntungan maingmaing. Latihan : Mahaiwa diminta untuk menghitung eemen-eemen geometri dari etiap kau /maam tindakan untuk keeamatan auinta eperti uper eevai, engkung peraihan, jarak pandang henti dan menyiap pada engkung horionta dan vertika. angkuman : Eemen-eemen keeamatan daam tranportai antara ain : uper eevai., buur peraihan (pira) jarak pandang henti dan menyiap baik daam engkung horionta dan vertika, peebaran pada tikungan, peebaran perkeraan d, merupakan ha yang angat penting terutama daam ha auita yang epat, agar pengendara meraa aman dan nyaman. eereni. Dirjen Bina Marga, 990, Speiikai Standar untuk Perenanaan Geometrik Jaan Luar Kota, Departemen Pekerjaan Umum. Hikeron, T.F., 964, oute Loation and Deign, Fith Edition, M. Graw-Hi Book Company, New York. 3. Kavanagh,B.F.,997. Surveying with Contrution Appiation, Prentie Ha In, New Jerey. 4. Meyer, C.F., 970, oute Surveying, M Graw-Hi Book Company, New York. 5. Tumewu, L,977, oute Survey, Departemen Geodei FTSP-ITB, Bandung. 34

35 35

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan Daftar Notai hatam.an. - 1 DAFTAR NOTASI.:'#, a = bentang geer, jarak antara beban terpuat dan muka dari tumpuan. a = tinggi blok peregi tegangan tekan ekivalen. A = lua efektif beton tarik di ekitar tulangan

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO GEAK MELINGKA Diuun oleh : Ir. AIANTO DEFINISI GEAK MELINGKA PENGETIAN 1 ADIAN PEIODA DAN FEKENSI KELAJUAN ANGULE DAN KELAJUAN LINIE HUBUNGAN ANTA ODA GEAK BENDA DI LUA DINDING MELINGKA GEAK BENDA DI DALAM

Lebih terperinci

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul? SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodeogi Umum Tujuan peneitian ini dicapai dengan cara mengikuti tahapan-tahapan yang diuun eperti pada Gambar.. Tahapan-tahapan terebut adaah: (i) pemahaman komperhenif

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi MODUL 4 (MEKNIK TEKNIK) 27 43 Muatan tak angsung untuk peengkung 3 sendi 431 Pendahuuan eperti pada baok menerus, pada peengkung 3 sendi ini pun terdapat muatan yang tak angsung Pada kenyataannya tidak

Lebih terperinci

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN LINGKARAN PENGUATAN KONTAN Kau Uniatera ( 0 Penuatan makimum dieroeh ada kondii : untuk dan maka enuatan G dan G 0. Untuk embaran niai G dan G yan berada diantara no dan niai makimumnya, G -max dan G -max,

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA PERIODE 2005/2006

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA PERIODE 2005/2006 UJ H SEMESE M PEJ S PEODE 5/6 Diketahui : -panjang peat (p 5,5 c -ebar peat ( 6, c Ditanya : ua peat (? p x 5,5 x 6,, 79 c Seuai aturan penuian karena dari panjang dan ebar peat, angka penting yang paing

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN CEMPAKA WANARAJA KECAMATAN GARUT KOTA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN CEMPAKA WANARAJA KECAMATAN GARUT KOTA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN CEMPAKA WANARAJA KECAMATAN GARUT KOTA Aceng Badrujaman Jurnal Kontruki Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamu No. 1 Jayaraga Garut 44151

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 4//013 ivil Engineering Diploma Program Vocational chool Gajah Maa Univerity Nuryamu Hiayat, Ph.D. Alinemen horiontal/trae jalan merupakan proyeki umbu jalan paa biang horiontal Alinemen horiontal teriri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Dermaga adalah bangunan di tepi laut (ungai, danau) yang berfungi untuk melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan penumpang (Aiyanto, 2008). Dermaga

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal SPMB 00 Matematika Daar Kode Soal Doc. Name: SPMB00MATDAS999 Verion : 0- halaman 0. Diketahui egitiga ABC dengan A(,5), B (4,), dan C(6,4). Peramaan gari yang melalui titik A dan tegak luru gari BC adalah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB V SPIRAL TRANSISI

BAB V SPIRAL TRANSISI MINGGU 7 & 8 Diskripsi singkat Manfaat Reevansi Learning Outcome : materi minggu ini berisi tentang engkung atau busur transisi yang berupa engkung prira atau kotoid, dengan sifat-sifatnya dan kegunaannya

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS GEDUNG PARKIR

BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS GEDUNG PARKIR BB 5 PERENCNN STRUKTUR TS GEDUNG PRKIR 5.1 PENDHULUN 5.1.1 Fungi Bangunan Bangunan yang akan dideain adalah bangunan parkir kendaraan yang diperuntukkan untuk penumpang pada Bandara Internaional Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

Lebih terperinci

EVALUASI TIKUNGAN PADA STA DI RUAS JALAN SIMPANG LAGO SEKIJANG MATI

EVALUASI TIKUNGAN PADA STA DI RUAS JALAN SIMPANG LAGO SEKIJANG MATI Jurnal Teknik Sipil Siklu, Vl., N., Oktber 016 EVALUASI TIKUNGAN PADA STA 40+100 DI RUAS JALAN SIMPANG LAGO SEKIJANG MATI Hendri Rahmat Prgram Studi Teknik Sipil Univerita Lanang Kuning Jalan Y Sudar Km.

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik,

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik, ALAT ALAT OPTIK. 8.4.1 MATA DAN KACA MATA. M A T A Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik, karena mata dapat dipandang ebagai alat optik maka pembahaan kita tentang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

Topi petani itu berbentuk kerucut. Dalam matematika, kerucut tersebut digambarkan seperti Gambar 2.8 di bawah ini.

Topi petani itu berbentuk kerucut. Dalam matematika, kerucut tersebut digambarkan seperti Gambar 2.8 di bawah ini. 2.2 Apa yang akan kamu pelajari? Menyatakan lua ii Menghitung lua ii Menyatakan volume Menghitung volume prima. Kata Kunci: Kerucut Lua ii Kerucut Selimut Volume Tinggi P Lua Sii Kerucut ernahkah kamu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp SM NEGERI 14 JKRT Jaan SM Barat, Ciiitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tp. 01 809096 BIDNG STUDI : FISIK DINMIK ROTSI F 1. Sebuah roda dapat mengeinding pada sebuah bidang datar yang kasar. Massa roda 0,5

Lebih terperinci

MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR

MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR Sumardyono, M.Pd. Maalah pengepakan (packing) adalah maalah meletakkan objek-objek yang aling beringgungan dengan cara tertentu dan di dalam uatu wadah dengan peifikai tertentu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program ini memenuhi syarat atau tidak, serta layak atau tidaknya program ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN GIRI BANYUWANGI TAHUN 00 / 0 NAMA :... NO. UJIAN :... AYUNAN SEDERHANA Tujuan : Menentukan percepatan gravitasi disuatu tempat. Aat dan bahan : - beban - penggaris

Lebih terperinci

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi DEGRADAI DAAR UNGAI Ole : Imam uardjo Abtraki Degradai daar ungai umumnya merupakan akibat adanya eroi dan ebagai perantara utama adala air yang dipengarui ole kecepatan aliran. tudi ini bertujuan mengidentifikai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi, ebagian bear pelaku teknik ipil memanaatkan komputer untuk menyeleaikan pekerjaan analia truktur. Dalam prakteknya pekerjaan analia

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah ABSTRAK Perhitungan raio tulangan pada kolom beton angat ignifikan karena dalam perhitungan raio

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI

ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI ISSN 4-735 MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI Setiyadi, Suratno Lourentiu, Ezra Ariella W.*, Gede Prema M.S. Juruan Teknik Kimia, Fakulta Teknik, Univerita Katolik Widya Mandala,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф ) FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

Struktur Baja 2 Kolom tersusun

Struktur Baja 2 Kolom tersusun Struktur Baja Koom tersusun Bagus Eratodi Struktur tersusun prismatis dengan eemen ang dihubungkan oeh peat meintang dan memiku gaa sentris Komponen struktur tersusun dari beberapa eemen ang disatukan

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

Nama : Dewi Fatmawati Kelas : C NIM : L2C Blog : sakura03.wordpress.com. Tugas Kimia Umum B

Nama : Dewi Fatmawati Kelas : C NIM : L2C Blog : sakura03.wordpress.com. Tugas Kimia Umum B Naa : Dewi Fatawati Kela : C NIM : L2C00950 Blog : akura03.wordpre.o Tuga Kiia Uu B Jawaban :. Perobaan Milikan Menentukan aa elektron dengan perobaan tete inyak Milikan. Perobaan Millikan atau dikenal

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kela 11 FISIKA Gerak Harmoni Sederhana - Latihan Soal Doc Name: AR11FIS0401 Verion : 01-07 halaman 1 01. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran (A) elalu ebanding dengan impangannya tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan POTNSOMT Metode poteniometer adalah uatu metode yang membandingkan dalam keadaan etimbang dari uatu rangkaian jembatan Pengukuran tahanan S t t G angkah kerja :. Atur heotat ehingga aru tetap, ehingga

Lebih terperinci

Perancangan Bentuk Geometri dan Derajat Kebebasan dan Analisa Kestabilan Robot Humanoid Makara 1

Perancangan Bentuk Geometri dan Derajat Kebebasan dan Analisa Kestabilan Robot Humanoid Makara 1 Peranangan Bentuk Geometri dan Derajat Kebebaan dan Analia Ketabilan obot Humanoid Makara Gandjar K, Filipu K, Yohanne TT, Galih S., Akthur F Departemen Teknik Mein - Univerita Indoneia - Kampu Baru UI

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Penetapan Berat Volume Tanah 25 3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Fahmuddin Agu, Rahmah Dewi Yutika, dan Umi Haryati 1. PENDAHULUAN Berat volume tanah merupakan alah atu ifat fiik tanah yang paling ering

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci