KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I Kantor Bank Indonesia Palembang

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2010 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Mei 2010 Ttd Endoong Abdul Gani Pemimpin

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK INDIKATOR EKONOMI i iii vii ix xiii RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Jasa Jasa 14 SUPLEMEN 1 MEMBAIKNYA KONDISI USAHA DI BANGKA BELITUNG Sisi Permintaan Konsumsi 18 SUPLEMEN 2 OPTIMISME KONSUMEN PANGKALPINANG TERJAGA DIDUKUNG OLEH PENINGKATAN HARGA TIMAH Investasi 20

5 Daftar Isi Ekspor dan Impor 20 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang 25 SUPLEMEN 3 TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH BANGKA BELITUNG 27 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kondisi Umum Kelembagaan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Bangka Belitung Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan Spread Suku Bunga Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Rentabilitas Perbankan Kelonggaran Tarik Risiko Likuiditas 40 iv

6 Daftar Isi BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota Realisasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Realisasi Dana Tugas Pembantuan Realisasi Dana Dekonsentrasi 45 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar Serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Penyediaan Uang Layak Edar 49 BAB 6 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Lapangan Pekerjaan Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Upah Minimum Nilai Tukar Petani (NTP) Kemiskinan Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin 55 v

7 Daftar Isi Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Bangka Belitung 55 SUPLEMEN 4 SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG 58 BAB 7 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sisi Permintaan Proyeksi Inflasi 67 DAFTAR ISTILAH vi

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) 8 Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%) 8 Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%) 9 Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) 17 Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) 17 Tabel 1.6 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang, Palembang dan Nasional, Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) 32 Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) 34 Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan I Tabel 4.1 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 (Rupiah) 42 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun 2010 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran

9 Daftar Tabel Tabel 4.5 Realisasi Dana Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung 48 Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung 52 Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung 53 Tabel 7.1 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Wilayah Bangka Belitung 64 Tabel 7.2 Proyek Pembangkit Sistem di Bangka 64 Tabel 7.3 Proyek Pembangkit Sistem di Belitung 65 Tabel 7.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun viii

10 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Konsumen Bangka Belitung 7 Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian 9 Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian 10 Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 11 Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air 11 Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan 12 Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12 Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13 Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa 14 Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa 14 Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi 18 Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi 20 Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung 20 Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung 22 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang, Palembang dan Nasional 23 Grafik 2.2 Indikator Tekanan Inflasi 24 Grafik 2.3 Kontribusi Inflasi 25 Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 25 Grafik 2.5 Inflasi Beberapa Kelompok Barang 26 Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung 29 Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung 30

11 Daftar Grafik Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung 31 Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2010 di Bangka Belitung 31 Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Triwulan I Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung 34 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan I 2010 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan I 2010 Berdasarkan Wilayah Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM menurut Plafon Kredit 36 Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Bangka Belitung 37 Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Bangka Belitung 37 Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Bangka Belitung 38 Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung 38 Grafik 3.15 Perkembangan NPL per Kelompok Barang 39 Grafik 3.16 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi 39 Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung 40 Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Bangka Belitung 40 Grafik 4.1 Pengaturan Wewenang dan Pemerintahan 43 Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 47 Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out) 47 Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung 48 Grafik 5.4 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang 49 Grafik 5.5 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) 49 x

12 Indikator Ekonomi Grafik 6.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT 52 Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Indeks) 55 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung 61 Grafik 7.2 Produksi Timah 63 Grafik 7.2 Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Kedepan 66 Grafik 7.3 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung 67 xi

13 Daftar Grafik Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank x

14 INDIKATOR EKONOMI A. INFLASI & PDRB *) Data PDRB dan pertumbuhan ekonomi Tw.I 2010 proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang

15 Indikator Ekonomi B. PERBANKAN *) Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) s.d Februari 2010 ** Total Aset Bank Pelapor *** DPK Berdasarkan Lokasi Penghimpun Dana xiv

16 Indikator Ekonomi C. SISTEM PEMBAYARAN KETERANGAN I II III IV I 1. Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) 494, , , ,988 2,240, ,539 b. Warkat (lembar) 14,700 16,204 18,370 19,398 68,672 18, Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) 8,389 7,601 10,515 10,381 9,220 11,058 b. Warkat (lembar) Penolakan cek/bg a. Nominal (Rp juta) 4,967 5,283 8,498 7,594 26,341 4,207 b. Warkat (lembar) Jumlah hari Penolakan cek/bg > Nominal (%) 1.00% 1.12% 1.37% 1.16% 1.18% 0.62% >Warkat (%) 1.35% 0.89% 1.49% 0.99% 1.18% 0.84% xv

17 Indikator Ekonomi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xvi

18 I/10 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung hingga triwulan I 2010 ada pada level yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi tetap tinggi walaupun mengalami perlambatan secara tahunan. Di saat produksi timah terindikasi menurun, perekonomian masih dapat didorong oleh aktivitas konsumsi rumah tangga. Inflasi cenderung mulai meningkat terutama disebabkan oleh kendala distribusi dan seiring kenaikan harga timah, namun dengan realisasi yang masih konsisten dengan proyeksi inflasi Bank Indonesia tahun Perbankan Bangka Belitung menunjukkan perlambatan secara siklikal pada awal tahun, dan mengindikasikan adanya excess demand kredit perbankan. Perkembangan sistem pembayaran mengkonfirmasi tingginya aktivitas perekonomian melalui peningkatan transaksi tunai dan non tunai. Optimisme masyarakat atas lapangan kerja terlihat membaik walaupun terdapat indikasi penurunan kesejahteraan di kalangan grass-root. Pada triwulan II 2010, aktivitas perekonomian Bangka Belitung diperkirakan lebih intens secara riil. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong baik oleh permintaan domestik maupun perdagangan internasional. Ekspor diperkirakan meningkat karena kenaikan harga timah dan volume perdagangan dunia yang diprediksi lebih tinggi dari perkiraan semula. Di samping itu, potensi peningkatan kredit perbankan dan baiknya outlook perekonomian Indonesia akan mendorong aktivitas permintaan domestik. Inflasi diperkirakan mengalami peningkatan seiring ekspektasi excess demand komoditas pangan dan energi, serta rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Perbankan diperkirakan akan semakin meningkatkan kreditnya yang dipicu oleh perbaikan prospek dunia usaha. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi tidak mengalami banyak perubahan.

19 Ringkasan Eksekutif Pada tahun pemulihan ekonomi dunia diperkirakan tetap berlangsung sehingga akan memberikan dorongan bagi Bangka Belitung baik melalui permintaan domestik maupun eksternal. Perekonomian Bangka Belitung di triwulan I 2010 diperkirakan tumbuh secara tahunan sebesar 6,52% (yoy) namun menurun 0,35% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan triwulanan dengan menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) diperkirakan sebesar 0,84% atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Hampir seluruh sektor ekonomi diperkirakan tumbuh cukup tinggi, meskipun terdapatt beberapa sektor mengalami perlambatan. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan mengalami perlambatan terkait dengann kondisi cuaca yang masih kurang kondusif, sehingga mengurangi produksi pasir timah. Sektor pertanian meski mengalami perlambatan namun tetap tumbuh cukup tinggi, didorong oleh peningkatan produksi tanaman bahan makanan dan harga komoditas yang membaik. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan masih tumbuh seiring dengan prospek pemulihan ekonomi, saham, dan perbaikan rating Indonesia. Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 masih cukup tinggi meski sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu konsumsi swastaa nirlaba dan pemerintah mengalami percepatan pertumbuhan. Pada perdagangan luar negeri, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan mulai tumbuh setelah mengalami kontraksi sejak triwulan III Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Palembang menunjukkan konsumen optimis dalam memandang perekonomian Bangka Belitung, namun dengan level yang sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada triwulan I 2010 tercatat sebesar 4,38%,. Inflasi Kota Pangkalpinang ini masih di dalam range proyeksi yang dibuat Bank Indonesia Palembang di awal tahun yakni 4,98±1% %. Tekanann inflasi pada triwulan I 2010 terutama disebabkan oleh kendala distribusi, yakni kondisi perairan Bangkaa Belitung kurang kondusif di bulan Januari dan Februari yang menyebabkan kerap terhambatnya pasokan barang ke Bangkaa Belitung. Hal ini terkonfirmasi oleh menurunnya arus bongkar di pelabuhan Pangkalbalam pada triwulan I Sumber tekanan lainnya berasal dari membaiknya penghasilan saat ini, yang terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumenn yang menunjukkan adanya peningkatan indeks penghasilann saat ini dibanding 2

20 Ringkasan Eksekutif enam bulan yang lalu. Selain itu, harga timah sebagai motor penggerak ekonomi Bangka Belitung juga terus mengalami peningkatan dengann tendensi pergerakan hargaa timah di pasar internasional searah dengann inflasi tahunan, meski terdapat lag 4-5 bulan. Secara umum, kinerja perbankan di Bangka Belitung padaa triwulan I 2010 (hingga bulan Februari) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit penurunan secara triwulanan. Total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sejalan dengan terjadinya peningkatan secara triwulanan. Penghimpunan DPK meningkat secara tahunan terutama didorong oleh peningkatann simpanan tabungan, kendati menurun secara triwulanan. Adapun penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan tipis secaraa tahunan yang sangat dipengaruhi oleh perubahan triwulanan yang menurun. Pertumbuhan DPK dan kredit banyak didorong oleh aktivitas perbankan di Pangkalpinang, di saat wilayah Bangka dan wilayah Belitung justru mengalami penurunan. Di sisi lain, suku bunga simpanann dan suku bunga pinjaman bergerak secara berlawanan dan memperlebar spread, yang mengindikasikan terjadinya excess demandd kredit. Tercatat terjadi net-outflow kegiatan kas titipan di Pangkalpinang dan peningkatan nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) dibanding triwulan sebelumnya. Aliran uang keluar dapat mencerminkan kegiatan perekonomian mengingat penggunaan uang kartal yang masih sangat dominan di Bangka Belitung. Peningkatan transaksi kliring mengindikasikan adanya peningkatann kegiatan perekonomian Bangkaa Belitung. Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang memberikan indikasi bahwa masyarakat semakin optimis dalam memandang penghasilan saat ini dan dalam memandang ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Indeks NTP di Bangka Belitung pada bulan Februari 2010 tercatat sedikit menurun dibanding bulan Desember. Penurunan nilai indeks tersebutt menunjukkan tingkat kesejahteraan petani mengalami sedikit penurunan karena nilai pendapatann yang diterima petani menurunn sedangkan biaya yang harus dibayar oleh petani naik. 3

21 Ringkasan Eksekutif Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Bangka Belitung pada triwulan II 2010 diproyeksikan dalam kisaran 5,13 ± 1% dan secara triwulanan (qtq) sebesar 1,95% %. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akan didorong baik oleh permintaan domestik maupun perdagangann internasional. Beberapa faktor yang diperkirakan dapat memberikan stimulus pada perekonomian melalui permintaan domestik, yaitu: (1) Adanya potensi peningkatan pendapatan karena meningkatnya harga komoditas khususnya timah yang memicu peningkatan konsumsi, (2) Masih rendahnya tingkatt inflasi yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat, (3) Potensi peningkatan penyaluran kredit perbankan karena meningkatnya kegiatan investasi dan baiknya outlook perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, terdapatt pula potensi yang patut diperhatikan karena dapat membuat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan, yaitu: (1) Nilai tukar Rupiah yang berpotensi semakin terapresiasi yang dapat menurunkan net ekspor, (2) Potensi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Pertumbuhan Bangka Belitung dari sisi permintaan diperkirakan masih didominasi oleh konsumsi. Pada triwulan I 2010 konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap kuat terkait dengan membaiknya daya beli dan adanya perayaan Cheng Beng pada bulan April. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Palembang menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi enam bulan akan datang, dan ketersediaan lapangann kerja enam bulan yang akan datang dalam level optimis. Ekspor produk-produk unggulan Bangka Belitung diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan harga komoditas dan ekspektasi perekonomian dunia yang membaik. IMF dan WTO merevisi ke atas prakiraan pertumbuhan tahunan volume perdagangan dunia pada tahun Selain itu proyeksi pertumbuhan ekonomi negaraa tujuan ekspor Bangka Belitung untuk tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan realisasi tahun Meskipun demikian, peningkatan ekspor diprediksi akan terbatas karena nilai tukar Rupiah yang cenderung terus terapresiasi hingga pertengahan tahun Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Bangka Belitung, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan II 2010 akan meningkat menjadi 6,29±0,5% %. Ekspektasi inflasi secara rasional mulai triwulan II 2010 akan meningkat, terutama terkait perubahan iklim yang berpotensi menimbulkan 4

22 Ringkasan Eksekutif ketatnya suplai komoditas pangan ke depan, walaupun pada triwulan II 2010 suplai pangan masih relatif baik karena adanya musim panen. Dari sisi perekonomian domestik, peningkatan tekanan inflasi tersebutt utamanya disebabkan oleh investasi dan konsumsi yang diindikasikann akan meningkat pada sektor swasta sebagai antisipasi membaiknyaa pendapatan masyarakat dan optimisme dunia usaha. Di sisi lain, Pemerintah dan DPR telah sepakat menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) dengan rata-rata kenaikan 10%. Berdasarkan simulasi deterministik, diperkirakan kenaikan TDL sebesar rata-rata 10% berdampak secara langsung dalam meningkatkan besaran inflasi bulanan sebesar 0,37% pada bulan dimana kenaikan TDL tersebutt terjadi. Pengaruh tersebutt belum termasuk pengaruh tidak langsungg seperti kenaikan harga beberapa jenis barang yang terjadi akibat kenaikan biayaa energi maupun antisipasi kenaikan biaya energi yang diperkirakan terjadi dalam waktu dekat. 5

23 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 6

24 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Bangka Belitung triwulan I 2010 diproyeksi tumbuh cukup tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Seluruh komponen penawaran (PDRB), tetap tumbuh signifikan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan terutama ditopang oleh konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga. Ekspor mulai tumbuh setelah terkontraksi sejak triwulan III 2008 Pada tahun 2010 pemulihan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap berlangsung sehingga akan memberikan dorongan bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selanjutnya disebut Bangka Belitung) baik melalui permintaan domestik maupun eksternal. Perekonomian Bangka Belitung di triwulan I 2010 diperkirakan tumbuh secara tahunan sebesar 6,52% (yoy) namun menurun 0,35% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan triwulanan dengan menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) diperkirakan sebesar 0,84% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 0,76%. Hasil Survei Konsumen 1 Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang menunjukkan konsumen optimis dalam memandang perekonomian Bangka Belitung, namun dengan level yang sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Konsumen Bangka Belitung Survei Konsumen Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung dan Survei Konsumen KBI Palembang 1 Survei Konsumen menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen, antara lain IKK. Konsumen dikatakan optimis jika indeks berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.

25 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1. Sisi Penawaran Hampir seluruh sektor ekonomi diperkirakan tumbuh cukup tinggi, meskipun terdapat beberapa sektor mengalami perlambatan. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan mengalami perlambatan terkait dengan kondisi cuaca yang masih kurang kondusif, sehingga mengurangi produksi pasir timah. Sektor pertanian meski mengalami perlambatan namun tetap tumbuh cukup tinggi, didorong oleh peningkatan produksi tanaman bahan makanan dan harga komoditas yang membaik. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan masih tumbuh seiring dengan prospek pemulihan ekonomi, saham, dan perbaikan rating Indonesia. Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) *) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%) *) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Dilihat dari kontribusi sektoral, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung masih didominasi oleh sektor primer, diikuti oleh sektor tersier, dan sektor sekunder. Sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang terbesar diikuti dengan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 8

26 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%) *) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan I 2010 diproyeksikan tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 11,77% (yoy), meski melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,19% (yoy). Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya produksi padi, jagung, dan kacang tanah pada tahun 2010 jika dibandingkan tahun Berdasarkan hasil penghitungan Angka Ramalan I (ARAM I 2010), produksi padi di bulan Januari sampai April tahun 2010 diperkirakan mencapai ton Gabah Kering Giling (GKG) atau naik 68,85% dibandingkan dengan produksi periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut terjadi karena peningkatan luas panen akibat pencetakan lahan sawah baru di Kabupaten Bangka seluas 100 hektar dan Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 9

27 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian (Lanjutan) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Wilayah Perairan Sumatera Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Kabupaten Bangka Selatan seluas 600 hektar. Berdasarkan informasi dari BPS Bangka Belitung terjadi peningkatan produktivitas padi terkait program bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Adanya program CBN juga mendongkrak produksi jagung dan kacang tanah. Sub sektor perkebunan diperkirakan sedikit mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya akibat faktor cuaca yang menyebabkan menurunnya produksi karet. Namun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, diperkirakan mengalami peningkatan, sejalan dengan menguatnya harga komoditas unggulan Bangka Belitung yaitu karet, Crude Palm Oil (CPO), dan lada putih. Sub sektor perikanan diperkirakan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, akibat kondisi laut pada bulan Januari dan Februari yang tidak kondusif bagi para nelayan untuk melaut Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian diproyeksikan tumbuh 4,17% (yoy). Faktor utama pertumbuhan berasal dari menguatnya harga timah di pasar internasional, namun sayangnya produksi pasir timah dari penambangan darat diperkirakan mengalami penurunan akibat 10

28 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional tingginya curah hujan dan adanya pengurangan kuota solar bersubsidi untuk tahun 2010 dari BPH Migas. Jika diasumsikan konsumsi solar sama seperti konsumsi tahun 2009, maka hanya 86,94% konsumsi yang terpenuhi. Sama halnya dengan timah, produksi kaolin juga mengalami penurunan akibat tingginya curah hujan, namun tidak sampai mempengaruhi produksi kaolin. Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian (Lanjutan) Sumber : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan diproyeksikan sebesar 4,17% (yoy). Pada umumnya industri pengolahan di Bangka Belitung menggunakan bahan dasar timah dan karet, namun industri pengolahan timah hingga saat ini lebih mendominasi dibanding industri crumb rubber. Faktor penghambat pertumbuhan adalah rendahnya input produksi industri, yaitu pasir timah dan getah karet akibat tingginya curah hujan. Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor listrik, gas, dan air (LGA) diproyeksikan tumbuh 9,29% (yoy) turun dari 10,54% (yoy) di triwulan IV Secara triwulanan sektor ini turun 1,59% (qtq). Sub sektor listrik masih menjadi pendorong pertumbuhan sektor LGA, namun sub sektor ini diperkirakan turun dibanding triwulan sebelumnya terkonfirmasi dari penjualan listrik Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung 11

29 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air (Lanjutan) yang turun tipis 1,04% (qtq). Pada sub sektor gas diperkirakan juga terjadi penurunan sejalan dengan konsumsi elpiji di wilayah Bangka Belitung yang turun 1,25% (qtq). Sumber : Pertamina Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Bangunan Sektor bangunan diproyeksi tumbuh sebesar 5,02% (yoy). Realisasi pengadaan semen tumbuh 18,70% (yoy). Pembangunan pada triwulan I 2010 lebih dominan dilakukan oleh sektor swasta dibanding pemerintah dikarenakan pada awal tahun pemerintah baru menyusun rencana kerja. Banyak pengembang di tahun 2010 yang membangun perumahan diantaranya di Pangkalpinang dan Manggar. Dalam pembiayaan pengembang bekerjasama dengan perbankan melalui Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diproyeksikan tumbuh 2,93% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,43% (yoy). Pendorong utama pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran terkait membaiknya pendapatan masyarakat dan adanya perayaan Imlek. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia Palembang terjadi peningkatan 15% pada subsektor perdagangan. Sub sektor hotel dan restoran diperkirakan mengalami penurunan 12

30 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional yang tercermin dari rata-rata jumlah wisatawan dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang yang menurun dibanding triwulan sebelumnya. Namun dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya terjadi kenaikan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I 2010 diprediksi tumbuh 8,69% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,35% (yoy). Sub sektor pengangkutan diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dilihat dari pertumbuhan tahunan jumlah penumpang baik melalui udara maupun laut yang mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Meski secara triwulanan terjadi penurunan, namun hal ini lebih dikarenakan faktor musiman. Pada angkutan laut penurunan secara triwulanan terjadi akibat tidak kondusifnya perairan Bangka Belitung, pada bulan Januari rute Pangkalbalam Tanjungpandan tidak beroperasi selama dua minggu. Pada subsektor komunikasi tarif komunikasi yang semakin murah seiring berbagai promo dari sejumlah operator seluler tetap mampu menjaga kinerja sub sektor ini tumbuh cukup tinggi selain didorong juga dengan adanya provider telekomunikasi seluler yang baru. Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (Lanjutan) Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber: PT. Angkasa Pura Bandara Depati Amir, PT Pelindo Pelabuhan Pangkalbalam, PT Pelindo Pelabuhan Tanjungpandan, dan PT Pelindo Pelabuhan 35 Ilir, diolah 13

31 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor keuangan, persewaan, dan jasa diprediksi tumbuh secara tahunan 9,26% (yoy) namun turun secara triwulanan sebesar 1,12% (qtq). Pada sub sektor keuangan, terlihat kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan I 2010 (hingga bulan Februari) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit penurunan. Pada sub sektor Persewaan dan Jasa, diperkirakan juga akan sedikit mengalami penurunan. Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Jasa Jasa Sektor jasa-jasa relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sub sektor jasa pemerintahan umum pada triwulan I diperkirakan belum tumbuh secara signifikan. Penyumbang pertumbuhan dominan diperkirakan berasal dari sub sektor jasa swasta, yaitu berasal dari jasa hiburan dan rekreasi terkait dengan adanya perayaan Imlek dan beberapa kegiatan berskala nasional. Selain itu jasa perorangan dan rumah tangga juga memberikan kontribusi yang cukup besar, terlihat dari konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. 14

32 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 MEMBAIKNYA KONDISI USAHA DI BANGKA BELITUNG 2 Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Bangka Belitung, secara umum perkembangan usaha semakin membaik dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja ditunjukkan oleh meningkatnya harga jual, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum ke depan. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh ketersediaan bahan baku dan regulasi yang multi tafsir. Peningkatan kinerja dunia usaha yang dimulai pada semester II 2009, saat ini secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang menggembirakan dan mampu tumbuh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan terutama di sub sektor tanaman perkebunan, menjadi penopang meningkatnya kinerja dunia usaha serta berdampak langsung dan tidak langsung dalam peningkatan permintaan dan daya beli masyarakat. Meskipun terdapat beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha, antara lain pasokan bahan baku dan meningkatnya persaingan. Ke depan, diperkirakan tingkat penjualan domestik akan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat dan membaiknya harga komoditas unggulan. Penjualan ekspor saat ini secara umum menunjukkan peningkatan dibanding awal tahun lalu seiring dengan meningkatnya harga jual dan kebutuhan timah pada triwulan I dan II di Amerika dan Eropa untuk persiapan panen buah-buahan yang berlangsung pada bulan Agustus dan September. Semakin membaiknya harga komoditas unggulan terutama di sub sektor tanaman perkebunan maupun pertambangan, menjadi penopang utama meningkatnya kinerja dunia usaha maupun peningkatan permintaan dan daya beli masyarakat. Peluang peningkatan ekspor masih terbuka meskipun terdapat kendala keterbatasan bahan baku pada industri pengolahan timah, regulasi yang mengatur pertambangan pada Undang Undang Mineral dan Batu Bara (Minerba) Nomor 4 Tahun 2009 yang tidak sepenuhnya sesuai dengan karateristik penambangan timah, yaitu : (i) Kriteria untuk penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) salah satunya adalah mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai. Daerah pertambangan di daerah aliran sungai, bertentangan dengan Peraturan Daerah, (ii) Izin Pertambangan Rakyat (IPR) terutama diberikan kepada penduduk setempat. Apabila penambangan timah dilakukan oleh bukan penduduk setempat akan menimbulkan kerawanan sosial. Kapasitas utilisasi pelaku usaha secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya meskipun masih belum mencapai kapasitas optimal. Keterbatasan pasokan, regulasi, peraturan pemerintah dan kepastian hukum menjadi faktor pembatas dalam peningkatan produksi. Hal yang menggembirakan adalah bahwa di tengah 2 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai lansung pelaku usaha. 15

33 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional keterbatasan peningkatan usaha, beberapa pelaku usaha masih optimis untuk meningkatkan kapasitas utilisasinya ke depan dengan perluasan area, penambahan fasilitas serta kamar dan peralatan. Rata-rata pelaku usaha menyatakan bahwa investasi yang dilakukan pada tahun ini lebih bersifat rutin seperti perawatan dan peremajaan peralatan maupun mesin serta melanjutkan investasi tahun sebelumnya. Namun demikian, terdapat pelaku usaha yang pada tahun ini merealisasikan investasi dengan nilai yang cukup besar seperti pembangunan pabrik baru, perluasan area usaha dan peningkatan fasilitas pelayanan. Untuk tahun-tahun mendatang rata-rata pelaku usaha belum berencana untuk melakukan investasi meskipun tidak menutup kemungkinan apabila kondisi usaha semakin membaik dan permintaan terhadap produk meningkat. Jumlah tenaga kerja secara umum relatif tetap, penambahan tenaga kerja hanya bersifat menggantikan tenaga kerja yang pensiun. Namun beberapa pelaku usaha menyatakan terjadi peningkatan jumlah tenaga disebabkan oleh ekspansi usaha yang dilakukan. Ke depannya, pelaku usaha belum berencana untuk menambah tenaga kerja, kecuali yang sifatnya replacement. Secara umum, biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat serta biaya energi dan bahan baku seiring dengan meningkatnya harga jual di pasar dunia terutama untuk timah. Harga jual pada triwulan I 2010 secara umum meningkat dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditas timah yang harganya berfluktuasi mengikuti harga timah dunia. Selain itu, untuk jasa angkutan udara, terdapat rencana kenaikan tarif airport tax dari sebesar Rp menjadi Rp yang akan diberlakukan pada tahun ini. Margin usaha secara umum masih relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena peningkatan usaha dan peningkatan harga umumnya diiringi oleh peningkatan biaya operasional. Selain itu, menguatnya nilai tukar rupiah di sisi lain berdampak pada penurunan pendapatan eksportir maupun pelaku usaha yang bertransaksi dengan valuta asing. Fluktuasi nilai tukar dirasakan berpengaruh terhadap pendapatan usaha. Di sisi lain, bagi perusahaan yang orientasi penjualan untuk pasar domestik dan tidak menggunakan komponen impor, perubahan nilai tukar relatif tidak berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Terkait dengan pembiayaan, sebagian besar pelaku usaha menggunakan dana internal untuk operasional perusahaan, meskipun demikian beberapa pelaku usaha juga menggunakan pembiayaan perbankan untuk modal kerja maupun investasi terutama dari perbankan lokal dengan kisaran yang bervariasi. Tingkat suku bunga pinjaman dalam rupiah menurut pelaku usaha masih tinggi dan selisihnya cukup tinggi dibandingkan suku bunga acuan (BI rate). Beberapa faktor yang dinilai oleh pelaku usaha masih menjadi kendala dan pembatas dalam pengembangan usaha antara lain: (i) Keterbatasan listrik, (ii) Keterbatasan pasokan bahan baku, (iii) Kebijakan, regulasi pemerintah dan law enforcement yang multi tafsir, (iv) Pembiayaan, dan (ix) Masih rendahnya daya saing. 16

34 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2. Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 masih cukup tinggi meski sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu konsumsi swasta nirlaba dan pemerintah mengalami percepatan pertumbuhan. Pada perdagangan luar negeri, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan mulai tumbuh setelah mengalami kontraksi sejak triwulan III Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) *) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi PermintaanBangka Belitung (%) *) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Tabel 1.6 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) *) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 17

35 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi Konsumsi pada triwulan I 2010 diperkirakan mengalami perbaikan kinerja, meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh sedikit melambat yang terkonfirmasi dari adanya penurunan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Meski demikian diperkirakan perlambatan ini tidak terlampau besar, terlihat dari pendaftaran kendaraan baru yang meliputi truk, mobil, dan sepeda motor masih mengalami peningkatan yaitu 6,78% (qtq) dan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi naik tipis 0,43% (qtq). Konsumsi swasta diperkirakan mengalami peningkatan terkonfirmasi dari penggunaan listrik untuk bisnis yang naik 28,30% (yoy). Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : Pertamina Sumber : PLN, Wilayah Bangka Belitung 18

36 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 OPTIMISME KONSUMEN PANGKALPINANG TERJAGA DIDUKUNG OLEH PENINGKATAN HARGA TIMAH Tingkat Keyakinan Konsumen Pangkalpinang yang dicerminkan dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survey Konsumen Bank Indonesia Palembang sepanjang triwulan I tahun 2010 menunjukkan optimis kecuali di bulan Januari yang memperlihatkan pesimis. Penyebab terbesar terjadi penurunan adalah penurunan ketersediaan lapangan kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Hal ini diperkirakan terjadi karena belum normalnya operasi penambangan rakyat selain itu juga dari segi pekerja formal belum adanya penambahan lapangan kerja baru. Pada bulan Februari dan Maret keyakinan konsumen menunjukkan optimisme kembali. Berdasarkan Structural Equation Model Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI) maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di bulan Maret 2010 relatif sama kuatnya dalam pembentukan IKK. IKK dicerminkan oleh IKESI sebesar 0,93 dan IEK sebesar 0,88. Dimana IKESI dan IEK sangat dicerminkan oleh penghasilan masyarakat, IKESI dicerminkan oleh penghasilan saat ini sebesar 0,51 dan IEK dicerminkan oleh ekspektasi penghasilan sebesar 0,56. Mulai beroperasinya penambangan rakyat dan peningkatan harga timah di pasar internasional meningkatkan pendapatan masyarakat, yang terkonfirmasi dari peningkatan indeks penghasilan saat ini. Grafik 1 Pembentuk Keyakinan Konsumen Grafik 2 Pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan Structural Equation Model, Maret 2010 Grafik 3 Indeks Penghasilan 19

37 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Investasi pada triwulan I 2010 diprediksi tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya, tetap tumbuh pada kisaran 8%. Diperkirakan pendorong utama investasi berasal dari swasta. Indikator investasi nonbangunan seperti impor barang modal menunjukkan ada sedikit perbaikan, demikian pula investasi bangunan (realisasi pengadaan semen, grafik 1.6). Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Ekspor dan Impor a. Ekspor Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Bangka Belitung dari bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 tercatat sebesar US$337,70 juta, atau naik tajam 99,91% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan tahunan ekspor di triwulan I 2010 yang diperkirakan mulai tumbuh 0,98% (yoy) setelah terkontraksi sejak triwulan III Perbaikan ini didukung oleh terus menguatnya harga komoditas unggulan Bangka Belitung di pasar internasional. Timah Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 20

38 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional sebagai penyumbang terbesar ekspor Bangka Belitung, harganya mengalami peningkatan tajam yaitu sebesar 57,74% (yoy), namun sayangnya peningkatan ini tidak dapat diikuti dengan peningkatan produksinya, dikarenakan adanya tingginya curah hujan yang mengurangi jumlah pasir timah dari penambangan darat. Sama halnya dengan timah, hampir semua komoditas lainnya juga mengalami penurunan volume ekspor, sehingga naiknya ekspor bergantung pada kenaikan harga di pasar internasional. Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura yaitu 67,31%. Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung (Lanjutan) Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg 21

39 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional b. Impor Berdasarkan data nilai impor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung Indonesia, total nilai impor non migas di Bangka Belitung dari bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Februari 2010 tercatat sebesar US$17,87 juta, naik sebesar 9,52% dibanding bulan September sampai Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah November 2009, dan jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya naik tajam sebesar 498,34%. Adanya peningkatan impor dimulai tahun 2009 ini terkait dengan adanya pembelian kapal isap dan kapal keruk oleh para pelaku timah. Diperkirakan peningkatan ini akan terus berlanjut di tahun 2010, terkait dengan masih adanya pembelian kapal isap dan kapal keruk di tahun Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung (Lanjutan) 22

40 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Tekanan inflasi di triwulan I 2010 dipicu faktor distribusi dan peningkatan konsumsi terkait perayaan Imlek Inflasi Kota Pangkalpinang Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang,Palembang, dan Nasional Sumber: BPS, diolah Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang,Palembang dan Nasional Sumber: BPS,diolah Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada triwulan I 2010 tercatat sebesar 4,38%, lebih tinggi dari inflasi nasional dan Kota Palembang yang masing-masing hanya mencapai 3,43% dan 2,50%. Inflasi Kota Pangkalpinang ini masih di dalam range proyeksi yang dibuat Bank Indonesia Palembang di awal tahun yakni 4,98±1%. Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional dan Kota Palembang. Dari data tahun 2008 sampai 2010 angka standar deviasi Kota Pangkalpinang mencapai 6,21%, lebih tinggi dibandingkan angka standar deviasi nasional yang tercatat 4,01% dan Palembang sebesar 5,29%. Inflasi Kota Pangkalpinang sangat dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi Bangka Belitung terhadap pasokan barang dari kota lain terutama Kota Palembang dan Jakarta. Sementara pengangkutan barang-barang menggunakan jalur laut, pada musim penghujan dan ombak tinggi, kondisi perairan dan cuaca sering kurang kondusif yang berdampak pada ketersediaan pasokan dan harga barang tersebut.

41 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Tekanan inflasi pada triwulan I 2010 terutama disebabkan kendala distribusi, yakni kondisi perairan Bangka Belitung kurang kondusif di bulan Januari dan Februari (gelombang laut mencapai 3,5 meter dan kecepatan angin mencapai 55km/jam) yang menyebabkan kerap terhambatnya pasokan barang ke Bangka Belitung. Hal ini terkonfirmasi oleh menurunnya arus bongkar di pelabuhan Pangkalbalam sebesar 11,87% (qtq) pada triwulan I Sumber tekanan lainnya berasal dari membaiknya penghasilan saat ini, hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan indeks penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu dari 123,00 pada triwulan IV 2009 menjadi 125,17. Selain itu, harga timah sebagai motor penggerak ekonomi Bangka Belitung juga terus mengalami peningkatan, naik 14,24% (qtq). Pada grafik 2.2 dapat dilihat tendensi pergerakan harga timah di pasar internasional searah dengan inflasi tahunan, meski terdapat lag 4-5 bulan. Grafik 2.2 Indikator Tekanan Inflasi Survei Konsumen Sumber: BPS Bangka Belitung dan Bloomberg, diolah Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Sumber: PT Pelindo, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah 24

42 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 2.2. Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang Peningkatan inflasi tahunan Pangkalpinang pada triwulan I 2010 dibanding triwulan IV 2009 terjadi pada hampir semua kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok sandang dan kesehatan yang mengalami penurunan. Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Grafik 2.3 Kontribusi Inflasi Sumber: BPS Bangka Belitung Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I 2010 tercatat 5,52% (yoy), naik tajam dari triwulan sebelumnya 0,54% (yoy). Tekanan inflasi berasal dari berkurangnya pasokan terutama dari Pulau Jawa dan Palembang akibat kurang kondusifnya kondisi perairan dan belum masuknya musim panen padi. Namun pada bulan Maret pasokan bahan makanan sudah mulai kembali normal, harga beras turun 3,99% (mtm). Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik dari 7,23% (yoy) di triwulan IV 2009 menjadi 8,25% (yoy). Tekanan berasal dari peningkatan permintaan terkait perayaan Imlek. Inflasi di bulan Januari terutama disebabkan oleh naiknya harga gula sebesar 15% (mtm), namun di bulan Maret harga komoditas ini sudah mulai mengalami penurunan sebesar 2,48% (mtm). Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan dan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: Disperindag, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 25

43 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.5 Inflasi Beberapa Kelompok Barang Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok sandang turun dari 5,12% (yoy) di triwulan IV 2009 menjadi 1,93% (yoy). Penurunan ini terkait dengan turunnya harga emas perhiasan seiring dengan melemahnya harga emas di pasar internasional. Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan dari 5,8% (yoy) di triwulan IV 2009 menjadi 1,37% (yoy). Penurunan ini lebih dikarenakan faktor siklikal, dimana inflasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tinggi. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Kelompok transportasi, keuangan, dan jasa keuangan pada triwulan I 2010 mengalami inflasi sebesar 2,17% (yoy). Selama triwulan ini, hanya terjadi perubahan pada sub kelompok transportasi, sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan. Terjadi peningkatan tarif angkutan udara di bulan Januari Sumber: BPS Bangka Belitung, Bloomberg, diolah 26

44 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Suplemen 3 TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH BANGKA BELITUNG Pengendalian inflasi merupakan suatu prasyarat utama dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Di samping itu, pengendalian inflasi juga mendukung tujuan Pemerintah Daerah karena pengaruhnya yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan perekonomian. Bank Indonesia, sebagai otoritas moneter, hanya mampu mengendalikan inflasi melalui jumlah uang beredar yang kemudian mempengaruhi kondisi permintaan dan sebagian kecil kondisi penawaran. Selain itu, kebijakan tersebut mempunyai efek nasional, dan tidak secara langsung dapat terdiferensiasi ke masing-masing daerah yang mempunyai karakteristik dan kondisi yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, agar pengendalian inflasi daerah dapat berjalan efektif, efisien, dan menyeluruh, Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait dan beberapa pelaku usaha strategis di seluruh provinsi di Indonesia dan beberapa kabupaten di Indonesia (grafik 1) melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sampai saat ini telah terbentuk TPID di 38 provinsi/kabupaten/kota di Indonesia. Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang sudah membentuk TPID melalui Nota Kesepahaman antara Gubernur Kep. Bangka Belitung dengan Pemimpin Bank Indonesia Palembang Nomor 580/001/VII/2010 dan Nomor 12/4/DKM/Pg tanggal 29 Maret 2010 tentang Peningkatan Pertumbuhan dan Pengembangan Perekonomian Bangka Belitung. Grafik 1 Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam TPID Bank Indonesia Kantor Bank Indonesia Forum yang ada Tim Pengendalian Inflasi Rekomendasi Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Tim Pengendalian Inflasi Daerah Tercapainya Inflasi IHK nasional yang rendah dan stabil. Inflasi daerah yang rendah dan stabil. Pada bulan April 2010 telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (RAKORNAS TPID) di Bali yang dihadiri oleh 38 TPID yang telah terbentuk dari seluruh wilayah Indonesia. RAKORNAS TPID ini dimaksudkan untuk memperkuat komitmen, memperluas jejaring sekaligus mempererat kerjasama antara TPI dan TPID maupun antar TPID. Disamping itu, juga dimaksudkan sebagai wahana untuk berbagi informasi terkait dengan strategi yang ditempuh TPID terutama beberapa daerah yang telah dianggap berhasil dalam mengendalikan inflasi. atau Tujuan: 1. Tercukupinya pasokan dan lancarnya distribusi. 2. Kebijakan pemda yang juga memperhatikan ekonomi dan inflasi daerah. 3. Munculnya komitmen untuk mengendalikan inflasi di daerah. 4. Monitoring atas kondisi terkini ekonomi dan harga di daerah. Rekomendasi 27

45 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Bangka Belitung merupakan provinsi yang berbnetuk kepulauan, dimana hampir 90% kebutuhan bahan makanannya dipenuhi dari Pulau Jawa dan Sumatera Selatan. Diperlukan koordinasi antar instansi dan badan untuk menjaga tekanan inflasi yang berasal dari pasokan bahan makanan, untuk itu perlunya dibentuk tim yang dapat melakukan kegiatan pengendalian inflasi. Urgensi lain pembentukan TPID di Bangka Belitung adalah adanya kecenderungan peningkatan tekanan inflasi di tahun 2010, dikarenakan : Peningkatan pendapatan masyarakat yang memicu peningkatan permintaan, dan selanjutnya meningkatkan inflasi Potensi terganggunya produksi bahan makanan, kenaikan harga komoditas pangan dan energi. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang terdiri dari Bank Indonesia, dinas/instansi terkait dan beberapa pelaku usaha strategis di Bangka Belitung mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Melakukan pemantauan inflasi, pemetaan permasalahan di sekitar pergerakan inflasi komoditas barang dan jasa strategis, serta proyeksi pergerakan inflasi ke depan. Komoditas strategis yaitu komoditas bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan beberapa komoditas penting lainnya yang memiliki bobot tertinggi dalam penghitungan inflasi Bangka Belitung. Pemantauan inflasi dilakukan oleh semua anggota TPID sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing; 2. Kegiatan pengendalian inflasi komoditas strategis, disesuaikan dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi anggota TPID. Bentuk-bentuk pengendalian inflasi, antara lain operasi pasar, perbaikan distribusi barang, moral suasion, dan pembentukan ekspektasi masyarakat yang kondusif terhadap inflasi. Dalam melakukan pengendalian inflasi, TPID dapat meminta bantuan kepada pihak lain; 3. Memberikan informasi dan atau rekomendasi kepada Gubernur Kep. Bangka Belitung, Walikota/Bupati se-bangka Belitung, Pemimpin Bank Indonesia Palembang, dan lembaga/instansi/pihak terkait. 28

46 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pertumbuhan kinerja perbankan di Bangka Belitung mengalami perlambatan yang disebabkan oleh faktor siklikal. Suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan bergerak secara berlawanan dan memperlebar spread, yang mengindikasikan terjadinya excess demand kredit Kondisi Umum Secara umum, kinerja perbankan di Grafik 3.1 Bangka Belitung pada triwulan I 2010 (hingga Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung bulan Februari) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit penurunan secara triwulanan. Laba perbankan Bangka Belitung mengalami penurunan cukup signifikan pada triwulan ini, yang ditunjukkan oleh adanya penurunan Return on Assets (ROA) secara tahunan dari 0,61% menjadi 0,38%. Di sisi lain, rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami penurunan dari 123,48% menjadi 122,90%. Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 4,04% dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp7,71 triliun menjadi Rp8,02 triliun. Sejalan dengan terjadinya peningkatan secara triwulanan sebesar 1,91% (qtq), pertumbuhan tahunan mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 1,89% (yoy) dari Rp7,69 triliun menjadi Rp7,83 triliun, namun mengalami penurunan sebesar 2,27% secara triwulanan (qtq). Peningkatan DPK terutama didorong oleh peningkatan simpanan tabungan yang meningkat sebesar 19,87% (yoy). Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan tipis sebesar 3,22% (yoy) dari Rp3,35 triliun menjadi Rp3,45 triliun, yang sangat dipengaruhi oleh perubahan triwulanan yang menurun sebesar 7,21% (qtq).

47 3. Perkembangan Perbankan Daerah Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar 10,27% dari Rp1,78 triliun menjadi sebesar Rp1,96 triliun. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM mengalami penurunan sebesar 13,96%. Peningkatan DPK yang dibarengi dengan peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara triwulanan yang lebih kecil telah menyebabkan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari sebesar 46,,45% pada triwulan IV 2009 menjadi sebesar 44,10% pada triwulan I Kelembagaan Jumlah bank yang beroperasi di Provinsi Bangkaa Belitung sampai dengan triwulan I 2010 sebanyak 19 bank dengan jumlah kantor bank sebanyak 107 kantor yang terdiri dari 2 Kantor Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung Pusat BPR/S, 21 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 2 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 5 Kantor Cabang BPR/S, 61 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, serta 16 Kantor Kas Bank Umum, dan 1 Kantor Kas BPR. Sementara itu jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 999 unit Penghimpunan Danaa Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK DPK mengalami peningkatan tahunan sebesar 1,89% (yoy). Giro tercatat menurun tajam dari Rp2,37 triliun menjadi sebesar Rp1,56 triliun atau sebesar 34,28%. Tabungan mengalami peningkatan sebesar 19,87% menjadi Rp3,95 triliun. Simpanan berjangka/deposito meningkat dari Rp2,03 triliun menjadi Rp2,33 triliun atau meningkat sebesar 14,89% %. Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 2,27% yang disebabkan oleh penurunan tabungan sebesar 8,67% %. Namun, giro dan deposito masih mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,75% dan 7,70% (qtq). 30

48 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3. 3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2010 di Bangka Belitung Berdasarkan pangsa masing-masing komponen simpanan terhadap total DPK yang berhasil dihimpun, tabungan masih tercatat dengan pangsa terbesar yaitu sebesar 50,41%, kendati menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 53,94%. Sementaraa itu giro dan deposito masing-masing memiliki pangsa sebesar 19,85% dan 29,74% Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Saat inii sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Bank Indonesia Palembang mengelompokkan wilayah Bangka Belitung terdiri dari Pangkalpinang, Bangka, dan Belitung. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), pertumbuhan penghimpunan DPK Pangkalpinang tercatat paling tinggi yakni sebesar 22,92% dengan pangsa pertumbuhan tahunan yang juga paling tinggi, yaitu 12,61%. Penghimpunan DPK di Kabupaten Bangka menurun drastiss sebesar 22,55% dari sebesar Rp2,86 triliun menjadi sebesar Rp2,21 triliun pada triwulan ini. Kabupaten Belitung juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,45% (yoy). Sama halnya dengan pertumbuhan tahunan, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung tercatat mengalami penurunan DPK secara triwulanan. DPK di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung mengalami penurunan masing-masing sebesar 22,80% dan 2,08% dengann andil pertumbuhan masing-masing sebesar minus 6,44% dan 0,40%. Pertumbuhan DPK di Kota Pangkalpinang mengalami peningkatan sebesar 13,91% dengan andil pertumbuhan sebesar 7,33%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Pangkalpinang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 52,70% dari total DPK di Bangka Belitung, disusul berturut-turut oleh Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung masing-masing sebesar 28,,27% dan 19,03%. 31

49 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah 2009 I II III Pangkalpinang Belitung Bangka 3,331,608 1,497,594 2,859,206 3,592,702 1,566,651 2,951,908 3,722,065 1,535,452 2,822,842 IV 3,624,412 1,522,507 2,868, I* 4,128,557 1,490,783 2,214, Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/ /Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,22% dari tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp3,35 triliun menjadi Rp3,45 triliun. Selain sektor lain-lain, peningkatan tertinggi terjadi pada kredit sektor jasa sosial masyarakat dan kredit sektor pertambangan masing-masing sebesar 203,07% dan 40,17%. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Sektor Pertaniann Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Listrik, Gas dan Air Konstruksi Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial MLain-lain k I 141, , , , ,540 10, ,708 35,563 88,252 31, ,454 II 142, , , , ,881 10, ,202 36,464 91,803 30,951 1,037,78 2 III 131, , , , ,107 9, ,619 33, ,925 30,823 1,152,74 8 IV 191, , , , ,512 9, ,025 29,448 78,974 31,283 1,190,280 I* 111, , , , ,660 9, ,800 34,231 52,584 96,452 1,357,804 Pada pertumbuhan kredit secara tahunan, sektor perdagangan dan sektor perindustrian mencatat andil pertumbuhan negatif masing-masing sebesar minus 4,98% dan minus 4,40%. Begitupun secara triwulanan, sektor perdagangan dan sektor perindustrian yang berperan pada pertumbuhan kredit masing-masing sebesar minus 7,55% dan 3,55%. Pertumbuhan kredit secara tahunan utamanya didorong oleh 32

50 3. Perkembangan Perbankan Daerah pertumbuhan kredit di sektor jasa sosial masyarakat dan sektor pertambangan dengan andil pertumbuhan tahunan masing-masingg sebesar 6,33% dan 4,76%, dan secara triwulanan pertumbuhan kredit juga banyak didorong oleh kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 6,49% dan 3,54% %. Selain sektor lain-lain, sektor perdagangan memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit yaitu sebesar 29,01%. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor perindustrian dan sektor pertambangan yaitu masing-masing sebesar 12,56% dan 8,23%. Selain itu, penyaluran kredit di sektor jasa konstruksi dan sektor pertanian juga mempunyai pangsa yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 5,52% dan 5,57%. Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Triwulan I Penyaluran Kredit/ /Pembiayaan Menurut Penggunaan Setiap jenis penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami peningkatan dibandingkann dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit konsumsi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 27,85% menjadi sebesar Rp1,19 triliun, yang kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan peningkatan sebesar 18,39% %. Sementara itu, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar 13,72%. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami penurunan cukup tajam sebesar 16,,47%. Kredit konsumsi tercatat menurun sebesar 5,31% %. Berbeda dengan dua jenis kredit lainnya, kredit investasi mengalami peningkatan tajam sebesar 20,57%. Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaann masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 46,33% %, diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 34,39%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 19,27% %. 33

51 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan I Penyaluran Kredit/ /Pembiayaan Menurut Kabupaten Berdasarkan daerah penyaluran kredit, Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Belitung tercatat sebagai wilayah yang paling dominan mendorong penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunann (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 3,03% dan 2,22%. Sementara itu, penyaluran kredit/pembiayaan pada Kabupaten Bangkaa justru mencatat andil pertumbuhan tahunan sebesar minus 1,43%. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah I Pangkalpinang 1,465,129 Belitung 376,315 Bangkaa 1,501,202 Dati II lainnya 4,707 *Data sampai bulan Februari II III IV I* 1,538, ,772 1,575,715 4,474 1,510, ,2744 1,299,170 4,247 1,357, ,007 1,804, ,563, ,715 1,449, Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung tercatat dengann andil pertumbuhan masing-masing sebesar minus 8,24% dan minus 2,74%. Sementara itu, Kota Pangkalpinang masih mendorong pertumbuhan kredit dengan andil pertumbuhan triwulanan sebesar 6,87%. 34

52 3. Perkembangan Perbankan Daerah Menurut komposisinya, Kota Pangkalpinang tercatat mendominasi penyaluran kredit perbankan di Bangka Belitung, yaitu sebesar 45,25%. Kemudian disusul oleh Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung, yaitu masing-masing 41,97% dan 12,79%. mempunyai pangsa sebesar Sedangkan Dati II lainnyaa mempunyai pangsa yang sangat kecil mendekati nol. Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan I 2010 Berdasarkan Wilayah Penyaluran Kredit/ /Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Realisasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami pertumbuhan yang bervariasi. Kredit mikro mengalami penurunan drastis sebesar 36,23%, sedangkan kredit kecil dan kredit menengah masing-masing mengalami peningkatan sebesar 48,16% dan 19,66% %. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit investasi sebesar 28,89%, diikuti oleh kredit konsumsi 22,17%. Di sisi lain, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar 7,21%. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit UMKM mengalami penurunan sebesar 13,26% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut didorong oleh perkembangan pada pada ketiga jenis kredit menurut penggunaan. Kredit modal kerja, kredit Grafik 3. 9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan investasi, dan kredit konsumsi mengalami penurunan masing-masing sebesar 20,17% %, 9,22% dan 8,85%. Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatatt sebesar Rp1,08 triliun atau dengan pangsa sebesar 55,24%, sementara kredit modal kerja tercatat sebesar Rp0,,70 triliun atau dengann pangsa sebesar 35,59% %. Sementara itu, kredit investasi tercatat sebesar Rp0,18 triliun atau dengan pangsa sebesar 9,16%. 35

53 3. Perkembangan Perbankan Daerah Secara triwulanan (qtq), realisasi penyaluran kredit usaha mikro mengalami penurunan drastis sebesar 38,97%, kredit usaha menengah juga mengalami penurunan sebesar 7,28% %. Di sisi lain, kredit usaha kecil masih mengalami kenaikan tipis sebesar 0,35%. Menurut komposisinya, kredit kecil mempunyai pangsa tertinggi yaitu sebesar 48,88% dari keseluruhan kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM). Kemudian, kredit mikro dan kredit menengah masing-masing mempunyai pangsa sebesar 20,44% dan 30,68%. Ke depan diprediksi pangsa penyaluran kredit kecil akan semakin besar dibandingkan segmen kredit MKM lainnya. Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafon Kredit Perkembangan Sukuu Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan sukuu bunga pinjaman padaa triwulan I 2010 tercatat mengalami pertumbuhan dengan arah yang berbeda Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 7,23%, menurun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 7,39% maupun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), yang sebesar 8,74% %. 36

54 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung Bila dibandingkann dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangkaa waktu simpanan, jenis simpanan dengann jangka waktu 1 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan mengalami penurunan suku bunga, dan jenis simpanan dengann jangka waktu 3 bulan dan 24 bulan mengalami peningkatan atau relatif tetap. Penurunan suku bunga yang secara relatif paling drastis terjadi pada jenis simpanan dengan jangka waktu 12 bulan. Suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yakni sebesar 8,19%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate paling rendah adalah jangka waktu 1 bulan yakni sebesar 6,56% Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun Grafik Perkembangan Sukuu Bunga Kredit Bangka Belitung konsumsi, secara rata-rata mengalami sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan paling dalam pada tiga triwulan terakhir ini terjadi untuk sukuu bunga kredit investasi. Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 14,07%,, meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,74% dan menurun jauh dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 16,01%. Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan I 2010 adalah suku bunga kredit konsumsi, yaitu sebesar 14,47%. Sementaraa itu kredit investasi tercatat sebagai kredit dengan suku bunga terendah, yakni sebesar 13,76%. Sukuu bunga 37

55 3. Perkembangan Perbankan Daerah kredit konsumsi dan kredit modal kerja mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing dari 12,98% menjadi 14,47% dan dari 13,83% menjadi 13,99% Perkembangan Spread Suku Bunga Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung Spread suku bunga bank umum konvensional, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan sukuu bunga simpanan perbankan tercatat mengalami peningkatan pada triwulan I 2010 dari 6,35% menjadi 6,85%. Kenaikan sukuu bunga pinjaman bersamaan dengan penurunan suku bunga simpanan menyebabkann semakin lebarnya spread suku bunga. Hal ini juga mengindikasikan adanya excess demand kredit Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan I 2010 mencapai 3,50%, menurun dibandingkann kondisi tahun sebelumnya namun sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) tercatatt sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat NPL net posisi triwulan I 2010 tercatat sebesar 0,43%, lebih rendah dibandingkann sebesar 3,32%. tahun sebelumnya yang 38

56 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.15 Perkembangan NPL per Kelompok Bank Grafik 3.16 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi Perubahan NPL Gross pada periode triwulan I 2010 secara umum sama pada setiap kelompok bank, yaitu relatif tetap. Bank pemerintah mengalami sedikit peningkatan NPL dari 3,72% menjadi 3,78%. Begitupun Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami sedikit peningkatan 0,30%. NPL dari 0,28% menjadi Dilihat dari sektor ekonominya, persentase NPL gross bank umum konvensional terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 89,32%,, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 91,02%. Sektor pertambangan tercatatt menyumbang NPL sebesar 1,35% dan sektor lain-lain tercatat menyumbang NPL sebesar 7,30%. Menurunnya dominasi NPL dari sektor perdagangan ini dapat disebabkan oleh pembayaran jasaa perdagangan dan aktivitas perekonomian pada triwulan I 2010 ini Rentabilitas Perbankan Bank pemerintah mampu mencatat keuntungan sebesar Rp29,22 miliar, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mampu mencetak laba sebesar Rp723 juta. Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 0,49%, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mencapai 0,04%. Beban operasional pada BUSN dan Bank Pemerintah relatif lebih besar dibandingkan pendapatan operasionalnya, yang tercermin dari BOPO masing-masing sebesar 290,67% dan 106,04%. 39

57 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.4. Indikator Kinerja Perbankann terkait Labaa Triwulan I 2010 No Indikator Angka Rasio Bank BUSN Pemerintah 1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Return on Asset (ROA) Keuntungan (dalam juta Rp) 29, Kelonggaran Tarik Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan I 2010 tercatatt sebesar Rp0,29 triliun atau 11,,18% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,000 triliun atau 41,56% %, dan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1,18 triliun atau 43,47%. Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung Risiko Likuiditas Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung Risiko likuiditas bank umum konvensional di Bangka Belitung pada triwulan I 2010 adalah sebesar 121,37%. Rasio tersebutt tercatat meningkat jika dibandingkan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,,66%. Menurunnya rasio likuiditas merupakan dampak dari kenaikan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 3,64% (qtq) menjadi sebesar Rp7,10 triliun yang disertai dengan penurunan pasiva likuid < 1 bulan, yaitu sebesar 13,19% (qtq) menjadi sebesar Rp5,,85 triliun. 40

58 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran belanja kegiatan pembangunan APBD 2010 Bangka Belitung baru terealisasi 5,30%, sementara itu rata-rata realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan masingmasing sebesar 4,96% dan 5,92%. 4.1 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung, dana kegiatan pembangunan yang berasal dari APBD 1 pada triwulan I 2010 baru terealisasi sebesar 5,30% atau Rp32,35 miliar. Dinas Pekerjaan Umum mendapat alokasi anggaran terbesar, yakni 33,89% dari total anggaran dengan realisasi sebesar 1,02%. Dinas kesehatan merupakan instansi dengan realiasasi terbesar yaitu sebesar 17,24%. Tabel 4.1 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD (Rupiah) Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 1 Tidak memperhitungkan APBD yang dialokasikan pada Sekertariat DPRD, Kantor Penghubung, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

59 4. Perkembangan Keuangan Daerah 4.2. Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota Dana Alokasi Umumm (DAU) merupakan salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang bersumber dari APBN, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepadaa masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Perhitungan besarnya DAU yang diberikan mengikuti persamaan berikut : DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF), Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan unjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku, dan Celah Fiskal (CF) dihitung dari selisih kebutuhan fiskal terhadap kemampuan fiskal suatu daerah. Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka masih tercatat sebagai penerima DAU terbesar dengan alokasi dana tahun 2010 sebesar Rp272,13 miliar, namun dibanding tahun 2009 menurun sebesar 2, 23% (yoy). Tabel 4.2 Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Sumber : Direktoratt Jenderal Perimbangan Keuangan,Departemen Keuangann 42

60 4. Perkembangan Keuangann Daerah 4.3. Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA). DBH Pajak terbagi atas komponen: (i) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21, (ii) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan (iii) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). DBH SDA diperoleh berdasarkan persentase tertentu antara Pemerintah Pusat dan Daerah dari : (i) Sektor Kehutanan, (ii) Pertambangan Umum, (iii) Perikanan, (iv) Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dan (v) Pertambangan Panas Bumi. Data dari Direktorat Jenderal Keuangan Perimbangan menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka merupakan daerah penerima DBH terbesar dengan pada tahun alokasi DBH Pajak sebesar Rp27,02 miliar dan DBH SDA sebesar Rp36,77 miliar. Tabel 4.3 Alokasi Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun 2010 Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangann Departemen Keuangan 4.4 Realisasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Prinsip-prinsip pengaturan wewenang dan penugasan pemerintahan di Indonesia sesuai dengan beberapa landasan hukum yang berlaku saat ini (grafik 4.1), yaitu: Grafik 4.1 Pengaturan Wewenang dan Pemerintahann Sumber : Departemen Keuangan RI 43

61 4. Perkembangan Keuangan Daerah a. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. b. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. c. PPP No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. d. PPP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara atau Lembaga. e. PPP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahann Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten atau Kota. f. PPP No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Realisasii Dana Tugas Pembantuan Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Terdapat 6 departemen/kementrian/lembaga di Bangka Belitung yang mendapatkan dana tugas pembantuan. Dana tugas pembantuan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat fisik yaitu seperti pengadaan barang seperti tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, serta barang bantuann sosial yang dapat diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan data dari Bappeda Bangka Belitung dari tiga instansi yang sudah melapor rata-rata realisasi anggaran sampai akhir April 2009 adalah sebesar 9,52%, dimana instansi yang paling tinggi angka realisasinya adalah Departemen Pertanian dengan SKPD Pelaksana Badan Ketahanan Pangan yaitu terealisasi sebesar 27,89%. Tabel 4.4 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangkaa Belitung Tahun Anggaran 2010 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 44

62 4. Perkembangan Keuangann Daerah Realisasii Dana Dekonsentrasi Dana dekonsentrasi mencakup semua penerimaan dan pengeluaran Gubernur dalam melaksanakan tugas pemerintah pusat, namun tidak termasuk danaa yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Dana ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negaraa (APBN) untuk membiayai kegiatan pemerintah pusat di daerah yang bersifat non fisik dan menunjang sub kegiatan bersifat fisik, maksimal 25% dari total anggaran kegiatan. Terdapat 19 instansi di Bangka Belitung yang mendapatkann dana dekonsentrasi, dengan total pagu dana Rp224,79 miliar atau sedikit turun 8,87% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung dari tiga belas instansi yang sudah melapor ata-rata realisasi anggaran sampai akhir April 2009 adalah sebesar 4,96%, dimana instansi yang paling tinggi angka realisasinya adalah Departemen Pendidikan Nasional yaitu sebesar 13,45%. Tabel 4.5 Realisasi Dana Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran NO Departemen/Kementerian/Lembagaa SKPD Pelaksana Pagu Dana (RP) Bappeda dan Statistik 195,000,000 Badan Kesbangpol dan Linmas 155,338,000 1 Departemen Dalam Negeri*) Badan Diklat 241,400,000 BPMPD Provinsi 3,818,155,000 Sekretariat Daerah 721,942,000 2 Departemen Pertanian Badan Ketahanan Pangan 1,651,330,000 Dinas Pertanian,Perkebunan dan Peternakan 8,468,128, Departemen Perindustrian Departemen Perdagangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Departemen Pendidikan Nasional Departemen Kesehatan Departemen Tenaga Kerja dan Trasmigrasi*) Departemen Sosial Departemen Kehutanan*) Departemen Kelautan dan Perikanan Departemen Pekerjaan Umum*) Kementerian Negara Lingkungan Hidup Kementerian Negara Koperasi dan UKM Perpustakaan Nasional RI Arsip Nasional RI Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga Departemen Kebudayaan dan Pariwisata*) Badan Koordinasi Penanaman Modal*) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pendidikan Provinsi Dinas Kesehatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Kesejahteraan Sosial Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas PU Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Dinas Koperasi dan UKM Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Dinas Pemuda dan Olah Raga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata BKPMD 957,770,000 1,181,772,000 1,000,000, ,810,615,000 16,567,789,000 3,351,105,000 10,316,874,000 1,871,263,000 5,776,708,000 1,400,000, ,000,000 3,530,194,000 2,029,525,000 83,514,000 3,973,675,000 2,040,000, ,000,000 T O T A L 224,792,097,000 *)Belum melaporkan pada Bappeda Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 45

63 4. Perkembangan Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 46

64 Bab 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Peningkatan kegiatan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai merupakan indikator tumbuhnya perekonomian Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Tercatat terjadi net-outflow kegiatan kas titipan 1 di Pangkalpinang dan peningkatan nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) dibanding triwulan sebelumnya, yang memperlihatkan adanya pertumbuhan perekonomian yang cukup signifikan Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out) Berdasarkan data perkasan Kota Pangkalpinang, di triwulan I 2010 aliran uang masuk (inflow) tercatat Rp1.038,71 miliar, sedangkan aliran uang keluar (outflow) Rp1.186,21 miliar, sehingga terjadi net-outflow sebesar Rp147,50 miliar. Aliran uang keluar dapat mencerminkan kegiatan perekonomian mengingat penggunaan uang kartal yang masih sangat 1 Layanan kebutuhan uang kartal bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu tidak dapat sepenuhnya dilayani oleh BI. Untuk itu, BI melakukan kerjasama kas titipan di bank tertentu yang bertindak sebagai pengelola kas titipan.

65 5. Perkembangan Sistem Pembayaran dominan di Bangka Belitung. Net-outflow yang tercatat pada triwulan I 2010 dibanding triwulan sebelumnya mengalami sedikit penurunan yang menunjukkan adanya penurunan kegiatan ekonomi dibanding triwulan sebelumnya. Namun dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya naik tajam, sehingga dapat dikatakan kegiatan perekonomian Bangka Belitung triwulan I 2010 tetap memperlihatkan adanya penguatan perekonomiann meski tidak sebesar triwulan sebelumnya dikarenakan faktor musiman Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Dari sisi nominal aktivitas perputaran kliring pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan sebesar 3,14% (qtq) dibandingkann dengan triwulan IV 2009, yaitu dari Rp653,98 miliar menjadi Rp674,54 miliar. Peningkatan transaksi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan perekonomian Bangka Belitung. Kenaikan perputaran kliring ini juga diikuti dengan penurunan penolakan cek/bilyet giro dari Rp7,59 miliar di triwulan IV 2009 menjadi Rp4,21miliar, sehingga menurunkan rasio nominal penarikan cek/bilyet giro kosong terhadap perputaran kliring dari 1,16% menjadi 0,62% %. Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Berdasarkan data perkembangann RTGS Bangka Belitung, di triwulan I 2010 nilai dan volume RTGS baik dari maupun ke Bangka Belitung mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai RTGS dari Bangka Belitung tercatat naik sebesar 53,58% (yoy) dan untuk nilai RTGS ke 48

66 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Bangka Belitung naik 75,15%. Untuk volume RTGS dari Bangka Belitung naik 36,35% (yoy) dan volume dari Bangka Belitung naik 27,97%. Meskipun demikian dari pertumbuhan triwulanan baik nilai maupun volume RTGS tidak mengalami perubahan yang signifikan, nilai RTGS hanyaa tumbuh tipis sedangkan volume RTGS sedikit turun dibanding triwulan IV Penyediaan Uang Layak Edar Grafik 5.4 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 5.5 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia selain bertugas menyediakan uang dalam jumlah yang cukup, juga senantiasa menjagaa agar kualitas uang yang beredar di masyarakat terjaga kualitasnya. Upaya yang dilakukan melalui kegiatan yang disebut clean money policy, yaitu menarik dan memusnahkan atau melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) uang yang tidak layak edar dan mengganti dengan yang layak edar. Berdasarkan data rata-rata uang lusuh dari tahun 2009 sampai 2010 didapat bahwa denominasi Rp1.000 merupakan pecahan uang yang paling banyak diberikan tanda PTTB, diikuti dengan pecahan Rp5.000 dan Rp Jumlah penarikan uang lusuh selama triwulan I 2010 tercatatt sebesar Rp30,73 miliar, naik 26,31% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar Rp24,32 miliar. Kenaikan ini juga diikuti dengan naiknya rasio antara uang lusuh yang ditandai PTTB dengann uang masuk (inflow) dari 2,73% di triwulan IV 2009 menjadi 2,95% di triwulan I

67 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkann This page is intentionally blank 50

68 Bab 6 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Masyarakat optimis terhadap kondisi perekonomian, demikian pula terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Upah Minimum Propinsi Bangka Belitung 2010 meningkat 7,1%, namun peningkatan tersebut tidak diikuti oleh indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang justru turun 0,71%. Grafik 6.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, masyarakat Pangkalpinang pada triwulan I 2010 tetap optimis memandang perekonomian, meskipun optimismenya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada pada level optimis atau sebesar 105,17, sejalan dengan optimisme konsumen terhadap perekonomian, selain itu masyarakat juga semakin optimis dalam memandang penghasilan saat ini. Dalam memandang ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang masyarakat juga semakin optimis Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung, jumlah angkatan kerja Agustus 2009 mencapai orang. Pada kurun waktu 3 tahun terakhir sektor primer masih tetap menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja dengan lebih dari 50% dari total angkatan kerja yang bekerja, yang diikuti dengan sektor tersier dimana rata-rata tenaga kerja yang terserap sebesar 33,95%. Dan terakhir sektor sekunder, ratarata menyerap 10,03% tenaga kerja.

69 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja dibanding dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. TPAK pada bulan Agustus 2009 tercatat sebesar 65,05%, menunjukkan penduduk usia bekerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi sebesar 65,05%. TPAK tertinggi pada Kabupaten Bangka Selatan, yaitu sebesar 68,23% melebihi TPAK Bangka Belitung. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2009 tercatat sebesar 6,14%, yang menunjukkan dari 100 orang angkatan kerja terdapat 6 pencari kerja yang aktif maupun pasif Lapangan Pekerjaan Ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2009 jika dibanding tahun-tahun sebelumnya memiliki pola yang sama, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor primer, diikuti dengan sektor tersier, dan terakhir sektor sekunder. Sektor primer menyerap tenaga kerja sebesar 52,04%, sektor tersier 37,88%, dan sekunder 10,08%. 52

70 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor primer pada Agustus 2009 terjadi di sektor pertanian, yaitu 31,28% sedangkan sektor pertambangan menyerap 20,76%. Pada sektor sekunder, penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan tercatat sebesar 4,94%, sektor bangunan 4,92%, dan sektor listrik, gas, dan air 0,22%. Di sektor tersier, sektor perdagangan, hotel dan restoran masih tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 18,97%. Ke depan sektor ini diperkirakan akan meningkat, terkait dengan terselenggaranya program Visit Babel Archi Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Terdapat dua kelompok besar yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu : a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Agustus Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Agustus b. Kelompok Pekerja Informal di bulan Agustus 2009 tercatat sebesar orang, dimana terdiri atas kelompok : (i) berusaha sendiri 46,74%, (ii) berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar 19,89%, (iii) pekerja bebas pertanian 5,13%, (iv) pekerja bebas bukan pertanian 11,15%, (v) pekerja tidak dibayar 17,10%. 53

71 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Upah Minimum 1 Upah Minimum Provinsi Kep. Bangka Belitung 2010 berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor /533/TK.T/2009 adalah sebesar Rp atau naik 7,1% dibanding tahun Sementara itu Upah Minimum Kota Pangkalpinang 2010 tercatat sebesar Rp naik 3,14% dibanding tahun Untuk Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Zona I yaitu Kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut : a. UMSK Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel sebesar Rp b. UMSK Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Galian sebesar Rp c. UMSK Konstruksi dan Bangunan sebesar Rp d. UMSK Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar Rp e. UMSK Niaga, Asuransi, Bank, dan Jasa sebesar Rp Upah Minimum pada Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung tahun 2010 sebesar Rp Untuk Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Zona II yang meliputi Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut : a. UMSK Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan sebesar Rp b. UMSK Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp c. UMSK Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Galian sebesar Rp d. UMSK Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel sebesar Rp e. UMSK Konstruksi dan Bangunan sebesar Rp f. UMSK Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar Rp g. UMSK Niaga, Asuransi, Bank, dan Jasa sebesar Rp Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan 1 Data Upah Minimum berasal dari Asosiasi Pengusaha Indonesia 54

72 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Indeks) Indeks NTP di Bangka Belitung pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar 94,29, atau sedikit menurun dibanding bulan Desember yaitu sebesar 94,96. Penurunan nilai indeks tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan petani mengalami sedikit penurunan karena nilai pendapatan yang diterima petani menurun sedangkan biaya yang harus dibayar oleh petani naik. Kenaikan biaya petani berasal dari kenaikan subkelompok konsumsi rumah tangga dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal. Sumber: BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.3. Kemiskinan Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Berdasarkan data BPS Bangka Belitung jumlah penduduk di Bangka Belitung tahun 2009 adalah sebesar jiwa dimana terdapat penduduk miskin. Dibanding tahun 2008 terdapat penurunan 11,65% jumlah penduduk miskin Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Bangka Belitung a. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) 2 Dalam rangka mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia, Presiden Republik Indonesia membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang merupakan forum terdiri dari semua unsur, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, lembaga keuangan dan perbankan, usaha nasional, kelompok swadaya masyarakat, akademisi, dan unsur masyarakat lainnya. TKPK merupakan forum lintas pelaku yang berfungsi sebagai wadah koordinasi dan sinkronisasi untuk melakukan penajaman 2 Sumber : 55

73 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat kebijakan, strategi dan program penanggulangan kemiskinan. TKPK mempunyai tugas untuk melakukan langkah-langkah konkret untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin. TKPK ada yang mencakup nasional dan ada pula yang mencakup daerah, biasa disebut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD), selain itu di daerah juga terdapat penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPKD). Di Bangka Belitung TKPKD dan SKPD di tingkat propinsi, serta 5 TKPK dan 3 SKPD di tingkat kabupaten atau kota. Pada tahun 2009, TKPK Bangka Belitung telah melaksanakan : (i) Pelaksanaan lokakarya, (ii) Pelaksanaan in service training, (iii) Supervisi dan monitoring, (iv) Pelatihan pada masyarakat dan kepala desa. b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) 3 PNPM-PISEW merupakan program dengan tujuan : (i) Mempercepat pembangunan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal, (ii) Mengurangi kesenjangan antar wilayah, pengentasan kemiskinan daerah perdesaan, (iii) Memperbaiki pengelolaan pemerintahan, dan (iv) Penguatan institusi di perdesaan Indonesia. Kesemuanya ini diharapkan bisa dilakukan melalui: 1. Peningkatan pelayanan dasar dalam bidang infrastruktur sosial dan ekonomi di wilayah perdesaan. 2. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam melaksanakan pengembangan sosial ekonomi di wilayahnya. Penerima manfaat dari program ini meliputi masyarakat desa, lembaga kemasyarakatan desa, dan pemerintah kabupaten, kecamatan dan pemerintah desa. Sasaran-sasaran pelaksanaan PNPM-PISEW mencakup : 1. Terbangunnya infrastruktur perdesaan yang meliputi pembangunan sarana dan infrastruktur: transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih, sanitasi, pendidikan, dan kesehatan. 2. Meningkatnya usaha ekonomi masyarakat. 3 Sumber : 56

74 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat 3. Terbentuknya kawasan strategis kabupaten, kelompok usaha masyarakat, dan institusi Kelompok Diskusi Sektor (KDS) serta menguatnya fungsi KDS di lokasi yang telah memilikinya. 4. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan pembangunan. 5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. PNPM-PSEW terdapat pada sembilan provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Bangka Belitung. Pada tahun 2009 pagu dana program di Bangka Belitung sebesar Rp31,5 miliar dimana dialokasikan di Kabupaten Bangka sebesar Rp9 miliar, Kabupaten Belitung Rp6 miliar, Kabupaten Bangka Selatan Rp10,5 miliar, dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebesar Rp6 miliar. Sampai akhir tahun 2009, realisasi anggaran dan kegiatan 100% telah terlaksana. 57

75 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Suplemen 4 SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Salah satu metode dalam mengetahui sektor ekonomi unggulan yang terdapat pada suatu daerah adalah analisa Locational Quotient (LQ). Besaran nilai LQ dapat digunakan sebagai indikator awal untuk melihat sektor ekonomi yang potensial (sektor basis) dan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Analisa dilakukan dengan pendekatan PDB, PDRB total. Nilai LQ suatu sektor memperlihatkan : (i) sektor tersebut merupakan sektor basis jika LQ bernilai lebih besar dari satu, (ii) sektor tersebut hanya memenuhi wilayah itu sendiri jika LQ bernilai sama dengan satu, (iii) sektor tersebut tidak cukup memenuhi wilayahnya sendiri jika LQ bernilai kurang dari satu. Berdasarkan penghitungan LQ sektor unggulan Bangka Belitung adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Selain itu pendekatan jumlah tenaga kerja nasional dan daerah juga dilakukan pada kajian ini untuk memperlihatkan spesialisasi tenaga kerja daerah dibanding nasional. a. Sektor Pertambangan dan Penggalian LQ sektor pertambangan berdasarkan data tahun 2000 sampai 2009 selalu bernilai lebih dari satu, hal ini memperlihatkan sektor ini merupakan sektor basis dimana selain menopang perekonomian Bangka Belitung juga dapat memenuhi daerah lain. Timah yang dihasilkan Bangka Belitung bukan hanya memenuhi kebutuhan di Indonesia namun juga di dunia, mengingat produsen terbesar pasir timah kedua di dunia adalah Bangka Belitung. Sementara itu LQ dengan pendekatan tenaga kerja bernilai kurang dari satu, yang memperlihatkan share tenaga kerja pada sektor ini di Bangka Belitung jauh lebih besar daripada share Nasional. Berdasarkan LQ dengan pendekatan PDB dan tenaga kerja terlihat ketergantungan perekonomian Bangka Belitung terhadap sektor pertambangan dan penggalian khususnya pada komoditas timah. Timah merupakan sumber daya yang tidak terbarukan dan berdasarkan informasi dari US Geological Survey 2006, disebutkan bahwa cadangan terukur timah di Indonesia adalah sekitar sampai ton. Dengan tingkat produksi rata-rata sekitar ton/tahun, atau setara dengan ton/tahun pasir timah, cadangan tersebut akan mampu bertahan sekitar tahun lagi, atau hingga tahun Untuk itu pemerintah daerah telah mempersiapkan usaha diversifikasi perekonomian, yaitu ke sektor pertanian dan perdagangan hotel dan restoran. Pada tahun 2010 telah ditetapkan program Visit Babel Archi 2010, diharapkan sektor pariwisata dapat mendorong perekonomian Bangka Belitung, mengingat kondisi alam Bangka Belitung yang mirip dengan Bali. 58

76 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Grafik 1 LQ (PDB-PDRB) Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 2 LQ (Tenaga Kerja) Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah b. Sektor Pertanian Nilai LQ sektor pertanian berdasarkan pendekatan PDB bernilai lebih dari satu (data tahun ), hal ini memperlihatkan bahwa sektor ini merupakan salah satu sektor basis. Sektor pertanian didominasi oleh subsektor perikanan dan perkebunan. Kedepan diperkirakan akan terjadi peningkatan LQ sektor pertanian terkait usaha pemerintah daerah mengurangi ketergantungannya Grafik 3 LQ (PDB-PDRB) Sektor Pertanian Sumber: BPS, diolah pada timah yaitu dengan mengembangkan perkebunan (lada, karet, kelapa sawit), perikanan baik darat maupun laut, dan peningkatan produksi padi. Share tanaman bahan makanan terhadap pertanian masih kecil, untuk itu peningkatan padi diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Bangka Belitung terhadap pasokan pangan dari Jakarta dan Sumatera Selatan. Sementara itu nilai LQ dengan pendekatan tenaga kerja kurang dari satu, hal ini memperlihatkan tenaga kerja di Bangka Belitung kurang terspesialisasi pada sektor pertanian dibanding pada level nasional. Grafik 4 LQ (Tenaga Kerja) Sektor Pertanian Grafik 5 Rata-Rata Share Pembentuk Sektor Pertanian (PDRB ADHB) Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah 59

77 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat c. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor lain yang merupakan sektor basis adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran ditunjukkan dengan nilai LQ yang berada diatas satu. Meskipun demikian tenaga kerja yang terserap pada sektor ini lebih kecil dibanding penyerapan tenaga kerja sektor ini di Indonesia. Kedepan penyerapan tenaga kerja pada sektor ini diperkirakan akan meningkat mengingat akan dijadikannya pariwisata menjadi sektor unggulan di Bangka Belitung. Grafik 6 LQ (PDB-PDRB) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Grafik 7 LQ (Tenaga Kerja) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah 60

78 Bab 7 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan meningkat seiring dengan pulihnya perekonomian domestik dan internasional. Faktor tersebut adalah penopang utama ekspor Bangka Belitung tumbuh lebih tinggi. Tekanan inflasi diperkirakan naik diakibatkan meningkatnya konsumsi seiring membaiknya daya beli masyarakat dan adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Berdasarkan International Monetary Fund (IMF) pemulihan ekonomi dunia menunjukkan tendensi lebih kuat dibanding perkiraan sebelumnya. Hasil proyeksi pertumbuhan World Economic Outlook (WEO) yang dikeluarkan oleh IMF menunjukkan adanya perbaikan perekonomian di tahun Setelah terkontraksi sebesar 0,6% di tahun 2009, pertumbuhan dunia di tahun 2010 diprediksi akan mencapai 4,2%. Perbaikan yang paling tampak terjadi di Asia, sementara itu perbaikan di Eropa diperkirakan relatif tertinggal terkait dengan masih tingginya level pengangguran dan persoalan defisit di beberapa negara Eropa. Prospek perekonomian Indonesia diperkirakan akan lebih baik dari perkiraan semula terkait dengan pemulihan yang terjadi pada negara mitra dagang Indonesia yang diperkirakan mendorong ekspor Indonesia. Dari permintaan domestik, masih kuatnya konsumsi baik rumah tangga maupun swasta serta iklim investasi yang membaik merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Perbaikan iklim investasi tercermin pada peningkatan sorveign credit rating Indonesia beberapa lembaga pemeringkat internasional. Sejalan dengan perbaikan Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung perekonomian dunia dan Indonesia, perekonomian Bangka Belitung juga diproyeksikan akan mengalami perbaikan. Faktor pendorong perbaikan diperkirakan berasal dari meningkatnya ekspor yang pada akhirnya diharapkan mendorong *) Hasil Proyeksi KBI Palembang Sumber : BPS Propinsi Bangka Belitung dan proyeksi pendapatan masyarakat menjadi lebih BI Palembang tinggi.

79 7. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) di Bangkaa Belitung pada triwulan II diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 5,13 ± 1%, secara triwulanann (qtq) pertumbuhan diproyeksikan tumbuh sebesar 1,95% %. Beberapaa faktor yang diperkirakan dapat memberikan stimulus pada perekonomian melalui permintaan domestik, yaitu: (1) Adanya potensi peningkatan pendapatan karena meningkatnya harga komoditas khususnya timah yang memicu peningkatan konsumsi, (2) Masih rendahnya tingkat inflasi yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat, (3) Potensi peningkatan penyaluran kredit perbankann karena meningkatnya kegiatan investasi dan meningkatnya outlook perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, terdapat pula potensi yang patut diperhatikan karenaa dapat membuat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang berpotensi semakin terapresiasi yang dapat menurunkan net ekspor, (2) potensi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kenaikann Upah Minimum Provinsi (UMP) yang menambah beban perusahaan Sisi Penawaran Pertumbuhan ekonomi Bangkaa Belitung dilihat dari sisi penawaran masih tetap didominasi oleh sektor primer terutamaa sektor pertanian dan sektor penggalian, kemudian sektor sekunder yaitu sektor pengolahan yang berbasis pada sumber dayaa alam. a. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian diprediksi tumbuh secara signifikan, terutama didukung oleh sub sektor perkebunan yang mengalami perbaikan yang signifikan terkait peningkatan harga komoditas unggulan Bangka Belitung di pasar internasional meskipun masih belum setinggi di tahun Peningkatan harga komoditas unggulan Bangka Belitung seperti karet, CPO, lada putih diperkirakan akan meningkatkan kinerja sub sektor perkebunan. Sub sektor tanaman bahan makanan diperkirakan juga akan mengalami sedikit peningkatan karena di bulan April masih merupakan periode panen. Sementara itu peningkatan juga terkait dengan Prioritas Pembangunan oleh Pemerintah Provinsi Bangka Belitung tahun 2010 yang kedua, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya 62

80 7. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah saing pada sektor pertaniann yang terdiri atas : (i) Meningkatnya luas lahan persawahan, (ii) Meningkatnya jumlah produksi padi, (iii) Meningkatnya produksi tanamann hortilkutura, dan (iv) Meningkatnya minat masyarakat membudidayakan tanaman lada dan karet. Selain itu padaa ketahanan pangan targetnya adalah meningkatnyaa ketersediaan pangan bagi masyarakat sebanyak ton beras/tahun. Pada sub sektor perikanan, diperkirakan akan terjadi sedikit peningkatan baik dari perikanan darat ataupun perikanan laut. Hal ini terkait dengan kondusifnya perairan dan mulai naiknya konsumsi dunia sehingga dapat meningkatkann permintaan dunia terhadap ikan dari Bangka Belitung meskipun belum ke posisi sebelum krisis keuangan global. Prioritas Pembangunan oleh Pemerintah Provinsi Bangka Belitung tahun 2010 yang kedua yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing pada sektor kelautan dan perikanan terdiri atas : (i) Meningkatnya produksi perikanann tangkap, (ii) Terbangunnya etalase kelautan wilayah barat, (iii) Meningkatnya jumlah nelayan menjadi nelayan, (iv) Meningkatnya jumlah perahu nelayan. Program yang sudah dilaksanakan Dinas Kelautan dan Perikanan adalah : (i) Program pengembangan budi daya perikanan, (ii) Program pengembangan perikanan tangkap, (iv) Program optimalisasii pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, (v) Program pengembangan budi daya laut, air payau, dan air tawar, (vi) Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan pengendalian sumber daya kelautan. Sementara itu beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan perikanan adalah : (i) Sarana dan prasarana pengolahan ikan dan pemasaran ikan yang belum memadai, (ii) Harga bahan bakar minyak untuk nelayan, yang tinggi, (iii) Belum memadainya pendamping teknologi, kelembagaan, dan lemahnya pengawasan, (iv) Sulitnya modal dan masih sedikitnya investasi pada perikanan. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Harga timah terus menunjukkan perbaikan dan diperkirakan akan terus berlanjut di triwulan II Curah hujan yang tidak tinggi akan meningkatkan hasil penambangan darat dan mulai beroperasinya kapal keruk dan kapal isap diharapkan dapat meningkatkan hasil penambangan laut. Grafik 7.2 Produksi Timah Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 63

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci