Psychological Wellbeing Pada Guru yang Bekerja di Yayasan PESAT Nabire. Ruth Sumule Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psychological Wellbeing Pada Guru yang Bekerja di Yayasan PESAT Nabire. Ruth Sumule Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2008"

Transkripsi

1 Psychological Wellbeing Pada Guru yang Beerja di Yayasan PESAT Nabire Ruth Sumule Faultas Psiologi Universitas Gunadarma 2008 Yayasan PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) merupaan yayasan yang memberian pendidian berpola asrama secara gratis bagi ana-ana suu Papua. Walaupun Yayasan ini letanya di Papua, guru-guru yang beerja di Yayasan PESAT Nabire sebagian besar berasal dari luar papua. Merea rela meninggalan ampong halaman demi membantu pendidian di Papua walaupun diberian gaji yang rendah serta fasilitas seadanya. Psychological wellbeing beraitan dengan bagaimana seseorang mampu berfungsi positif secara psiologis dalam hidupnya, yang diuur dengan melihat enam aspe yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingungan, tujuan dalam hidup serta pertumbuhan pribadi. Dengan ondisi hidup dan beerja yang dialami oleh para guru, tujuan dilauan penelitian ini adalah untu mendapatan gambaran tentang ondisi psychological wellbeing guru yang beerja di Yayasan PESAT serta fator-fator apa saja yang menyebaban dan mempengaruhi ondisi psychological wellbeing merea. Penelitian dilauan dengan wawacara dan observasi terhadap 3 orang subje (dengan masing-masing satu significant other) dengan arateristi merupaan guru sealigus pengasuh asrama, berasal dari luar Papua dan belum pernah tinggal di Papua sebelumnya. Hasil penelitian menunjuan ondisi aspe-aspe psychlogical wellbeing yang beragam yang terutama dipengaruhi oleh fator spiritualitas, pengalaman di masa lalu dan duungan sosial. Kata unci: Psychological Wellbeing, Guru Latar Belaang Pendidian pada dasarnya merupaan interasi antara pendidi dengan peserta didi, yang berlangsung dalam lingungan tertentu. Pendidian terait dengan nilai-nilai, dimana mendidi berarti memberian, menanaman, dan menumbuhan nilai pada peserta didi. Pendidian berfungsi membantu peserta didi dalam mengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, ecaapan, serta arateristi pribadinya e arah yang positif bai bagi dirinya maupun lingungannya (Sumadinata, 2004). Oleh arena itu, pendidian itu penting seali bagi setiap individu, buan hanya sebagai sarana agar seseorang mendapatan ilmu dan gelar, sehingga dapat diterima oleh masyaraat dengan status yang lebih bai, na melalui pendidian, seorang individu dapat mengembangan potensi dirinya. Seiring dengan berembangnya watu, pendidian searang tida menjadi lebih murah. Kenyataan yang ada adalah bahwa biaya pendidian mahal harganya. Masyaraat yang ingin mendapatan pendidian harus mau mengeluaran uang yang cuup banya jumlahnya. Padahal, masih banya warga negara Indonesia yang hidup di bawah garis emisinan. Disebutan oleh Diretorat Jendral Perbendaharaan (2006), bahwa 1 dari 5 pendudu Indonesia digolongan sangat misin. Dengan enyataan ini, maa dapat disimpulan bahwa masih banya pula warga negara Indonesia yang tida mampu membiayai pendidian. Hal ini terjadi secara merata di seluruh Indonesia. Papua, sebagaimana propinsi lainnya di Indonesia, juga memilii pendudu yang masih hidup di bawah garis emisinan. Papua memilii banya ana-ana yang masih belum mengecap indahnya bangu pendidian, diarenaan biaya pendidian yang terlampau mahal. Selain itu, etersediaan seolahseolah, terutama di daerah pedalaman, juga masih sangat minim. Oleh arena itu, peningatan perembangan pendidian di Papua sangatlah diperluan. Yayasan Pelayanan Desa Terpadu (PESAT), merupaan sebuah Yayasan yang dibangun oleh Pendeta Daniel Alexander di Nabire, Papua, yang memilii visi untu membina dan menghasilan generasi baru di Nabire, Papua dengan memberian esempatan pendidian gratis dari TK hingga Perguruan Tinggi bagi ana-ana suu Papua asli. Salah satu program yayasan PESAT, adalah pendidian yang berpola asrama bagi ana-ana tersebut. Ana-ana diasramaan seja usia dini (yani TK), agar merea dapat bertumbuh secara holisti (menyeluruh). 1

2 Perembangan inteletual dan moral dilayani di seolah, sementara di asrama merea diperlengapi dengan program yang menunjang perembangan fisi (esehatan dan gizi), sosial, spiritual dan emosional. Uninya, para staff pengajar di seolahseolah yang dibangun oleh Yayasan ini, sebagian besar merupaan tenaga yang berasal dari luar pulau Papua dan buan merupaan suu bangsa asli Papua. Kebanyaan dari merea belum pernah beerja di Papua sebelum beerja di Yayasan PESAT. Merea datang secara suarela oleh ajaan Pendeta Daniel Alexander untu menjadi guru di Yayasan PESAT. Merea tida datang dengan epastian aan mendapatan penghasilan yang tinggi serta fasilitas yang bai, na, merea memilii einginan dan emauan untu iut membantu mengembangan ana-ana Papua, hususnya yang ada di ota Nabire. Sebagian dari guru yang beerja di Yayasan PESAT, selain berprofesi sebagai guru, juga berprofesi sebagai pengasuh asrama. Tanggung jawab merea terhadap ana-ana dapat diataan berlangsung nonstop, selama 24 jam. Sebab merea bertanggung jawab sebagai pendidi di lingungan seolah, dan juga bertanggung jawab sebagai pengasuh di lingungan asrama. Dengan tanggung jawab yang demiian besar ini, hanya peerjaan sebagai guru yang diberi gaji oleh Yayasan. Sedangan peerjaan sebagai pengasuh asrama tida diberi gaji atau honor. Selain itu, sealipun peerjaan guru di seolah digaji, jumlahnya tidalah seberapa. Bahan bisa diataan sangat sediit seali. Mengingat bahwa guru-guru yang dimasud berasal dari luar Papua, buan suu bangsa asli Papua, rata-rata belum pernah hidup di Papua sebelum beerja pada Yayasan PESAT, serta memilii gaji yang bisa diataan rendah, maa, pertanyaan yang timbul disini adalah bagaimana ondisi psychological wellbeing guru-guru yang beerja dengan ondisi-ondisi demiian. Psychological wellbeing merupaan suatu variabel psiologis yang menguur tentang ondisi sejahtera (well-being) seorang individu dalam hidupnya yang dilihat berdasaran enam aspe, yaitu penerimaan individu terhadap dirinya, emampuan individu untu menguasai lingungannya, emampuan untu bersifat otonom, tingatan hubungan positif dengan orang lain, pertumbuhan pribadi, serta tujuan individu dalam hidupnya (Ryff, 1989). Tingat psychological wellbeing seseorang beraitan dengan tingat pemfungsian positif 2 yang terjadi dalam hidup orang tersebut (Ryff, 1989). Dengan ata lain, psychological wellbeing seseorang aan beraitan dengan psychological functioning atau emampuan berfungsi secara psiologis orang tersebut dalam menjalani hidupnya. Ketia individu memilii ondisi psychological wellbeing yang bai maa ia mampu berfungsi secara psiologis dengan bai. Dengan demiian, ia optimal dalam mengerjaan segala tugas dan tanggung jawabnya sebagai individu, ia memilii hubungan-hubungan bai yang positif dengan orang lain, ia mampu berpegang pada eyainannnya, ia mampu menangani lingungan diseitarnya, dan secara umum ia menjadi manusia yang lebih bai dalam hidupnya. Bila hal ini dispesifiasian dengan dunia peerjaan, maa tingat psychological wellbeing seseorang aan berguna dalam omitmen individu, produtivitas erja individu, target-target dalam peerjaan, hubungan dengan rean erja, serta penguasaan lingungan erja (Horn, 2004). Pada umumnya, individu yang memilii psychological wellbeing yang tinggi merupaan individu yang mendapat duungan sosial yang bai, tingat spiritualitas yang tinggi, memlii locus of control internal, mempunyai tingat pendidian yang tinggi serta mempunyai penghasilan yang tinggi dan berada pada tingatan sosial yang bai (Richter, 2006; Grossbaum & Bates, 2002; Davis & Robinson (dalam Natapura, 2004); Kim & Nesselroade (2003); Sarason (dalam Natapura, 2004)). Sedangan guru yang beerja di Yayasan Pesat, dibatasi penghasilan yang rendah. Mengetahui eadaan psychological wellbeing dari guru-guru ini adalah sangat penting. Guru yang memilii tingat psychological wellbeing yang tinggi aan berarti memilii emampuan untu berfungsi secara penuh sebagai seorang individu. Dengan mengetahui tingat psychological wellbeing guru-guru ini, maa dapat dilauan tinda lanjut untu memperbaii dan mempertahanan psychological wellbeing yang lebih tinggi sehingga guru-guru ini dapat berfungsi secara penuh dalam mengajar dan membimbing murid-murid yang berseolah di Yayasan PESAT. Tinjauan Pustaa Sebelum membahas mengenai psychological wellbieng, terlebih dahulu aan dibahas mengenai wellbeing. Wellbeing merupaan suatu onstru yang omples yang menyangut pengalaman optimal dan pemfungsian. Konsep dari wellbeing mengacu pada pemfungsian

3 psiologis yang optimal (Ryan & Deci, 2001). Ryan & Deci (2001) mengataan bahwa, bagaimana ita mendefinisian wellbeing dapat mempengaruhi cara ita mempratean pemerintahan, pengajaran, terapi, pengasuhan orang tua terhadap ana, dan preaching serta semua upaya yang diarahan untu mengubah manusia demi perubahan ehidupan yang lebih bai, sehingga ini membutuhan suatu visi dari apa yang disebut sebagai lebih bai. Wellbeing mental merupaan suatu onstru yang sangat omples. Selama lebih dari 20 tahun, penelitian mengenai wellbeing mental dipandu oleh dua onsep utama dari pemfungsian positif (Ryff, 1989). Pada saat itu, penelitian mengenai wellbeing masih berembang, sehingga penelitian-penelitian tersebut mengacu pada istilah psychological wellbeing. Konsep-onsep ini searang dibawahi oleh onsep utama, wellbeing mental (Tennant, d, 2007). Diemuaan oleh Tennant, d (2007) bahwa terdapat dua perspetif besar dalam wellbeing mental, yaitu perspetif hedoni (hedonism) dan eudaimoni (eudaimonism). Hedonism adalah pendeatan mengenai psychological wellbeing tentang pencapaian enimatan (Thompson, 2006). Hedonism berfous pada perasaan ebahagiaan janga pende yang berlangsung di masa searang (present time) (Grossbaum & Bates, 2002). Pendeatan ini berfous pada ebahagiaan dan esuaan (Ryff, d, 2006). Perspetif hedoni berfous pada pengalaman subjetif terhadap ebahagiaan dan epuasan hidup (disebut sebagai subjective wellbeing oleh (Ryff, C.D., Keyes, C.L.M., & Shmotin, D., 2002). Ditambahan oleh Keyes (2006) bahwa aliran hedonism berfous juga pada assessment dari individu terhadap epuasan dan ebahagiaan hidupnya, dan merupaan dimensi spesifi dari subjective wellbeing yang terdiri atas persepsi terhadap etertarian aan hidup, ebahagiaan dan epuasan hidup serta eseimbangan antara pengaruh negatif dan positif dalam hidup. Eudaimonism adalah pendeatan mengenai psychological wellbeing tentang ejadian dalam hidup yang bermana (purposeful life engagement) (Thompson, 2006). Sebagai ontras dari ebahagiaan hedonism, eudaimonism berfous pada jalur pemenuhan dari potensi seseorang lewat pengusahaan target-target janga lama yang penting. Pemenuhan target-target janga lama tersebut membutuhan usaha, disiplin diri, dan pengorbanan (Grossbaum & Bates, 2002). Pendeatan ini berfous pada pengembangan 3 diri dan ejadian yang bermana dalam hidup (Ryff, d, 2006). Perspetif eudaimoni, berfous pada pemfungsian psiologis dan penyadaran diri (self-realization) (Tennant, d, 2007). Ditambahan oleh Keyes (2006) bahwa wellbeing eudaimoni mengacu pada pemfungsian positif, yang terdiri atas evaluasi individu terhadap ondisi psychological wellbeing diri merea. Kedua perspetif besar tersebut diatas, merupaan dasar dari pembagian pandangan dari wellbeing seseorang. Perspetif hedoni mendasari pemiiran dan onsep dari subjective wellbeing, sedangan perspetif eudaimoni mendasari pemiiran dan onsep dari psychological wellbeing. Konsep pertama menyataan onsep wellbeing sebagai perbedaan antara pengaruh positif dan pengaruh negatif. Menurut onsep ini, eseimbangan antara pengaruh positif dan pengaruh negatif menghasilan ebahagiaan (Bradburn dalam Ryff & Keyes, 1995). Bradburn menggunaan onsep ebahagiaan ini berdasaran teori aristotoles tentang nicomachean ethics, yang menyataan bahwa hal tertinggi dari segala hal bai yang dapat dicapai oleh tindaan manusia adalah ebahagiaan (diistilahan oleh bahasa Yunani sebagai eudaimonia). Konsep Bradburn ini memberian sediit perhatian pada pengertian dasar dari wellbeing. Kelemahan dari onsep ini adalah bahwa pada awalnya, tujuan utama dari penelitian yang dilasanaan oleh Bradburn (dalam Ryff & Keyes, 1995) buan untu mendefinisian strutur dasar dari psychological wellbeing, melainan berfous pada perubahan sosial. Sehingga, demonstrasi bahwa pengaruh positif dan pengaruh negatif lebih terlihat sebagai penemuan yang tida disengaja dari penelitian dengan tujuan lain. Kelemahan yang edua adalah dipertanyaan apaah ata yunani eudaimonia, sudah dengan benar diterjemahan sebagai ebahagiaan. Waterman (dalam Ryff & Keyes, 1995) berpendapat bahwa terjemahan seperti itu menunjuan ada euivalensi antara eudaimonia dan hedonism, yang merupaan ebalian dengan perbedaan yang penting antara epuasan dari einginan benar dan einginan yang salah. Dari perspetif alternatif ini, eudaimonia lebih coco dan tepat didefinisian sebagai perasaan-perasaan yang mendampingi perilau searah dengan onsisten dengan potensi asli seseorang (Waterman dalam Ryff & Keyes, 1995). Konsep edua menyataan pemfungsian positif sebagai unci dari indiator wellbeing. Dipandang sebagai omponen ognitif,

4 epuasan hidup dilihat dapat menjadi pelengap dari ebahagiaan, sehingga merupaan dimensi yang berpengaruh pada pemfungsian positif (Andrews & McKennell; Andrews & Withey; Bryant & Veroff, Campbell, Converse & Rodgers, dalam Ryff 1995). Sama dengan onsep pengaruh positif dan pengaruh negatif, penguuran epuasan hidup dihasilan dengan suatu perhatian pada apliasi pratis dari penemuan penelitian, buan ejelasan dari pengertian esensial wellness (Sauer & Warland, dalam Ryff 1995). Ryff (1989) menyataan pengertian psychological wellbeing sebagai suatu variabel psiologis yang menguur tentang ondisi wellbeing seorang individu dalam hidupnya yang dilihat berdasaran enam aspe, yaitu penerimaan individu terhadap dirinya, emampuan individu untu menguasai lingungannya, emampuan untu bersifat otonom, tingatan hubungan positif dengan orang lain, pertumbuhan pribadi, serta tujuan individu dalam hidupnya (Ryff, 1989). Psychological wellbeing ini beraitan dengan seberapa bai seseorang mampu untu berfungsi secara positif dalam hidupnya (Andrews & McKennell; Andrews & Withey; Bryant & Veroff, Campbell, Converse & Rodgers, dalam Ryff 1995). Dari pengertian diatas, maa dapat disimpulan bahwa psychological wellbeing merupaan perspetif eudaimoni dari wellbeing mental yang berfous pada pemfungsian psiologis dan penyadaran diri (self-realization) dan menguur sejauh apa seorang individu melihat dirinya dalam usaha-usaha pemenuhan dan pengembangan aspirasi dirinya, yang dilihat berdasaran enam aspe, yaitu penerimaan individu terhadap dirinya, emampuan individu untu menguasai lingungannya, emampuan untu bersifat otonom, tingatan hubungan positif dengan orang lain, pertumbuhan pribadi, serta tujuan individu dalam hidupnya. Elemen dari psychological wellbeing diturunan dari tema Aristotoles tentang eudaimonia, yang menyataan bahwa ondisi yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh tindaan manusia dapat diwujudan dalam onsep atualisasi diri, pemfungsian secara penuh (fully functioning), individuasi, maturasi, dan perembangan masa dewasa yang suses yang menghasilaan penyadaran aan ebaian, maa, Ryff (1989) mengintegrasian literatur-literatur tersebut edalam penguuran psiometri yang mereflesian suatu model multidimensional dari psychological wellbeing. Model multidimensional ini terdiri atas enam dimensi dari psychological wellbeing, yang masing-masing mengindiasian tantangan 4 yang dihadapi oleh individu selama berusaha untu berfungsi secara penuh dan menyadari potensi dan talenta uni dirinya (Keyes, 2006). Dimensi dari psychological wellbeing adalah penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingungan, tujuan dalam hidup, serta pertumbuhan pribadi (Ryff, 1989). Penguuran psychological wellbeing dengan menggunaan dimensi-dimensi ini telah terbuti dapat mereflesian cara-cara individu dalam berespon terhadap suatu pengalaman spesifi, misalnya seperti pengaloasian oitas individu (Ryff & Essex, dalam Grossbaum & Bates, 2002). Penguuran dengan dimensi-dimensi Ryff ini juga telah terbuti relevan dan sesuai dalam penelitian yang melibatan aumulasi pengalaman individu sepanjang hidupnya (Ryff & Singer; Ryff, Lee, Essex & Schmutte, dalam Grossbaum & Bates, 2002). Terdapat beberapa fator yang dapat mempengaruhi ondisi psychological wellbeing seseorang yaitu usia, jenis elamin dan status sosial (Ryff, 1989), spiritualitas (Ritcher, 2006), pendidian (Grossbaum & Bates, 2002), duungan sosial (Kim & Nesselroade, 2003) serta pengalaman di masa lalu (Ryff & Heidrich (dalam Grossbaum & Bates, 2002). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untu mengetahui bagaimana psychological wellbeing guru-guru yang beerja di Yayasan PESAT, Nabire. Penelitian ini juga bertujuan untu mengetahui apa saja fator yang menyebaban dan mempengaruhi ondisi psychological wellbeing guru yang beerja di Yayasan PESAT. Penelitian dalam penelitian ini merupaan guru yang sealigus berfungsi sebagai pengasuh asrama, yang buan suubangsa Papua, tida berdomisili di Papua, serta tida pernah beerja di Papua sebelumnya. penelitian ini merupaan lai-lai dan perempuan yang berusia tahun. Dalam penelitian ini, diambil 3 orang subje yang memenuhi arateristi masud penelitian, dengan masing-masing 1 orang significant other. Metode Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilauan dengan metode wawancara dan observasi. Sedangan analisis data dilauan dengan teni teni analisa indutif arena peneliti tida memasa diri untu hanya

5 membatasi penelitian pada upaya menerima atau menola dugaan-dugaannya, melainan mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilan diri. Analisis indutif dimulai dengan observasi husus, yang aan mean tema-tema, ategori-ategori dan pola hubungan diantara ategori-ategori tersebut (Poerwandari, 1998). Keauratan penelitian didapatan dengan menggunaan triangulasi yang merupaan teni pemerisaan eabsahan data yang memanfaatan sesuatu yang diluar data itu untu eperluan pengecean atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1994). Wawancara dan Observasi dilauan terhadap subje penelitian, sedangan hanya wawancara yang dilauan terhadap significant other. Hasil Penelitian Hasil penleitian menunjuan bahwa terdapat ondisi psychological wellbeing yang bervariasi pada subje 1, 2 dan 3, dimana psychological wellbeing yang lebih tinggi didapatan pada subje 2 dan 3. Sedangan, subje 1 memilii ondisi psychological wellbeing yang lebih rendah. Pembahasan mengenai ondisi psychological wellbeing subje penelitian aan dibahas menurut masing-masing aspe dari psychological wellbeing. Dimensi Penerimaan Diri Secara umum, subje 2 dan 3 memilii dimensi penerimaan diri yang tinggi, na subje 1 menunjuan dimensi penerimaan diri yang lebih rendah. 2 dan 3 menunjuan siap yang menerima segala aspe diri, sedangan subje 1 merasa hawatir dengan arater tertentu dari dirinya dan berharap bahwa dirinya berbeda dari eadaan dirinya searang. Selain itu, subje 2 dan 3 menunjuan siap yang positif terhadap masa lalu, sedangan subje 1 justru merasa ecewa dengan masa lalunya. diemuaan oleh Ryff (1989), bahwa individu yang memilii dimensi penerimaan diri yang tinggi, merupaan individu yang memilii siap positif terhadap diri (self); menghargai dan menerima berbagai aspe dari diri (self) termasu ualitas yang bai dan buru; serta merasa positif tentang ehidupan di masa lalu. Sedangan, individu yang memilii penerimaan diri yang rendah, merupaan individu yang merasa tida puas dengan diri (self); ecewa dengan apa yang telah terjadi di 5 ehidupan masa lalu; hawatir dengan ualitas-ualitas pribadi tertentu; serta berharap bahwa dirinya berbeda dari eadaan dirinya searang. Tabel 1. Gambaran Dimensi Penerimaan Diri Kriteria Penerimaan Diri Memilii siap positif terhadap diri X X Tinggi Rendah Menghargai dan menerima berbagai aspe dari diri termasu ualitas yang bai dan buru Merasa positif tentang ehidupan di masa lalu Merasa tida puas dengan diri Kecewa dengan apa yang telah terjadi di ehidupan masa lalu Khawatir dengan ualitas-ualitas pribadi tertentu Berharap bahwa dirinya berbeda dari eadaan dirinya searang X X X Dimensi Hubungan yang Positif dengan Orang Lain 1 dan 2 memilii dimensi hubungan positif dengan orang lain yang rendah, na subje 3 memilii dimensi hubungan positif dengan orang lain yang lebih tinggi. 1, 2, dan 3 memilii hubungan yang deat dan saling percaya dengan orang lain, na bagi subje 1 dan 2, hubungan yang deat dan saling percaya ini hanya terjalin dengan orang-orang dalam lingungan Yayasan PESAT saja. 1 terutama merasa sulit untu bersiap hangat dan terbua serta hawatir terhadap orang lain, dimana hanya aan peduli etia orang itu memilii arti bagi subje. diemuaan oleh Ryff (1989), bahwa individu yang memilii dimensi hubungan positif dengan orang lain yang tinggi, merupaan individu yang memilii hubungan yang hangat, memuasan dan saling percaya dengan orang lain; perhatian dengan esejahteraan orang lain; mampu untu memilii empati yang uat, afesi dan eintiman; serta memahami mengenai prinsip memberi dan menerima dalam hubungan-hubungan manusia. Sedangan, individu yang memilii dimensi hubungan positif dengan orang lain yang rendah, merupaan individu yang memilii sediit hubungan yang deat dan saling

6 percaya dengan orang lain; sulit untu bersiap hangat dan terbua serta hawatir tentang orang lain; terisolasi dan frustrasi dalam hubungan-hubungan interpersonal; serta tida mau melauan penyesuaian untu mempertahanan iatan penting dengan orang lain. Tabel 2. Gambaran Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain Kriteria Hubungan Positif dengan Orang Lain Memilii hubungan yang hangat, memuasan dan saling percaya dengan orang lain Perhatian dengan esejahteraan orang lain X Mampu untu Tinggi memilii empati yang uat, afesi dan eintiman Memahami mengenai prinsip memberi dan menerima dalam hubunganhubungan manusia Memilii sediit hubungan yang deat dan saling X percaya dengan orang lain Sulit untu bersiap hangat dan terbua serta hawatir tentang orang lain Rendah Terisolasi dan frustrasi dalam hubunganhubungan interpersonal mau melauan penyesuaian untu mempertahanan iatan penting dengan orang lain X X Dimensi Otonomi Secara umum, subje 2 dan 3 memilii dimensi otonomi yang tinggi, na subje 1 menunjuan dimensi otonomi yang lebih rendah. Bai subje 2 dan 3 menunjuan siap yang mampu untu mengambil eputusan sendiri dan tida bergantung pada pendapat orang lain. 2 dan 3 juga selalu mempertimbangan bai-bai pendapat orang lain sebelum mengiutinya, dan tida sua untu diatur-atur oleh orang lain dalam berpiir dan bertingah lau. Berbeda dengan subje 2 dan 3, subje 1 lebih cenderung untu mengiuti permintaan / emauan orang lain walaupun sebenarnya subje 1 tida 6 menyuainya. Selain itu, subje 1 juga lebih bergantung pada orang lain untu mengambil eputusan, terutama eputusan yang beraitan dengan asrama. diemuaan oleh Ryff (1989), bahwa individu yang memilii dimensi otonomi yang tinggi, merupaan individu yang mampu mengambil eputusan sendiri (self-determining) dan mandiri; mampu untu bertahan terhadap teanan sosial dalam hal berpiir dan bertingah lau dengan cara-cara tertentu; mengatur perilau dari dalam diri; serta mengevaluasi diri berdasaran standarisasi pribadi. Sedangan, individu yang memilii otonomi yang rendah, merupaan individu yang prihatin terhadap espetasi dengan evaluasi dari orang lain; bergantung pada penilaian orang lain untu membuat eputusan penting; serta mengiuti teanan sosial dalam hal berpiir dan bertingah lau dengan cara tertentu. Tabel 3. Gambaran Dimensi Otonomi Kriteria Otonomi Mampu mengambil eputusan sendiri X dan mandiri Mampu untu bertahan terhadap teanan sosial dalam hal berpiir X Tinggi dan bertingah lau dengan cara-cara tertentu Mengatur perilau dari dalam diri Mengevaluasi diri berdasaran standarisasi pribadi Prihatin terhadap espetasi dan evaluasi dari orang X lain Bergantung pada penilaian orang lain untu membuat Rendah eputusan penting dapat bertahan/mengiuti teanan sosial dalam hal berpiir dan bertingah lau dengan cara-cara tertentu Dimensi Penguasaan Lingungan 2 dan 3 memilii dimensi penguasaan lingungan yang tinggi, na subje 1 menunjuan emampuan untu menguasai lingungan yang lebih rendah. Berbeda dengan subje 1 yang tida mampu untu mengatur watunya dengan bai, subje 2 dan 3 memilii emampuan yang bai dalam

7 mengatur watu dan egiatan-egiatannya. Berbeda dengan subje 1 yang lebih banya bingung etia esempatan datang dan merasa taut untu menggunaan esempatan tersebut, subje 2 justru antusius terhadap pengalaman baru dan selalu berusaha menggunaan esempatanesempatan yang datang untu pengembangan diri. Hal senada dimilii oleh subje 3, dimana subje menggunaan esempatan yang datang untu mengembangan diri, walaupun selalu mempertimbangannya terlebih dahulu sebelum iut menggunaannya. Selain itu, subje 2 dan 3 mampu untu memilih ontes lingungan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadinya, sedangan subje 1 lebih memlih untu mengiuti pendapat umum, dan bertahan saja dengan apa yang ada dalam lingungannya, walaupun dirinya tida menyuainya. diemuaan oleh Ryff (1989), bahwa individu yang memilii dimensi penguasaan lingungan yang tinggi, merupaan individu yang memilii suatu rasa terhadap penguasaan dan ompetensi dalam mengatur lingungan; mengontrol pengaturan yang omples dari esternal ativitas; menggunaan secara efetif esempatan-esempatan di seitar (lingungan) serta mampu untu memilih atau membuat ontes yang coco / sesuai dengan eperluan dan nilai-nilai pribadi. Sedangan, individu yang memilii emampuan penguasaan lingungan yang rendah, merupaan individu yang memilii esulitan dalam mengatur urusan sehari-hari; merasa tida mampu untu merubah atau meningatan ontes di seitarnya; tida menyadari aan esempatan-esempatan diseitarnya; serta urang memilii perasaan ontrol terhadap dunia esternal. Tabel 4. Dimensi Penguasaan Lingungan Kriteria Penguasaan Lingungan Memilii suatu rasa terhadap penguasaan dan ompetensi dalam X mengatur lingungan Mengontrol Tinggi pengaturan yang omples dari X egiatan esternal Menggunaan secara efetif esempatanesempatan X X di seitar (lingungan) Mampu untu X 7 Rendah memilih atau membuat ontes yang coco / sesuai dengan eperluan dan nilai-nilai pribadi Memilii esulitan dalam mengatur urusan sehari-hari Merasa tida mampu untu merubah atau meningatan ontes di seitarnya menyadari aan esempatanesempatan diseitarnya Kurang memilii perasaan ontrol terhadap dunia esternal cil cil cil Dimensi Tujuan dalam Hidup Secara umum, subje 1, 2 dan 3 memilii dimensi tujuan dalam hidup yang tinggi. Bai subje 1, 2 dan 3 memilii tujuan-tujuan dalam hidupnya serta tau apa yang ingin dicapainya dalam hidup. Selain itu, subje 1, 2 dan 3 memegang epercayaan yang memberian harapan dan tujuan dalam hidup. 1, 2 dan 3 juga merasa bahwa ehidupan masa lalu dan ehidupan saat ini memlii mana. Khususnya bagi subje 1 dan 3, walaupun telah mengalami ehidupan masa lalu yang urang harmonis dan tida terlalu bai, subje 1 dan 3 tetap merasa bahwa ehidupan masa lalunya itu memilii arti dan mana bagi dirinya. diemuaan oleh Ryff (1989) bahwa individu yang memilii dimensi tujuan dalam hidup yang tinggi, merupaan individu yang memilii tujuan-tujuan dalam hidup dan rasa terhadap arah; merasa ada mana pada ehidupan saat ini dan masa lampau; serta memegang epercayaan yang memberian tujuan hidup; memilii target dan objetif untu hidup. Sedangan, individu yang memilii dimensi tujuan dalam hidup yang rendah, merupaan individu yang urang memilii rasa arti dalam hidup; memilii sediit tujuan / target; urang memilii rasa terhadap arah; tida melihat adanya tujuan dari ehidupan lampau; serta tida memilii harapan atau epercayaan yang memberian arti hidup. Tabel 5. Dimensi Tujuan dalam Hidup Kriteria Penerimaan Diri Memilii tujuantujuan dalam hidup Tinggi dan rasa terhadap arah Merasa ada mana

8 Rendah pada ehidupan saat ini dan masa lalu Memegang epercayaan yang memberian tujuan hidup Memilii target dan objetif untu hidup Kurang memilii rasa arti dalam hidup Memilii sediit tujuan / target Kurang memilii rasa terhadap arah melihat adanya tujuan dari ehidupan lampau memilii harapan atau epercayaan yang memberian arti hidup Dimensi Pertumbuhan Pribadi Secara umum, subje 1, 2 dan 3 memilii dimensi pertumbuhan pribadi yang bai. Bai subje 1, 2 maupun 3 melihat dirinya sebagai individu yang terus bertumbuh dan berembang. 1, 2 dan 3 selalu berusaha untu mengembangan potensinya dengan meningatan emampuanemampuan yang sudah dimiliinya serta mempelajari emampuan yang belum dimiliinya. 1, 2 dan 3 juga banya mengalami peningatan dalam hal siap dan perilau. Hal ini terutama dirasaan terjadi setelah tinggal dan beerja di Yayasan PESAT. 1 lebih dapat menerima berbagai arater orang lain, subje 2 banya belajar untu lebih mengendalian emosinya, sedangan subje 3 belajar untu mengurangi perasaan mindernya dan lebih lagi terbua epada orang lain untu mendisusian permasalahan yang dialaminya. Selain itu, bai subje 1, 2 dan 3 terbua terhadap pengalaman-pengalaman baru. diemuaan oleh Ryff (1989) bahwa individu yang memilii dimensi pertumbuhan pribadi yang tinggi, merupaan individu yang memilii perasaan terhadap perembangan yang berlangsung terus-menerus; melihat diri sebagai individu yang terus bertumbuh dan berembang (expanding); terbua terhadap pengalaman baru; memilii rasa menyadari potensi diri; melihat peningatan dalam diri dan perilau seiring dengan watu; serta berubah dalam cara-cara yang mereflesian lebih banya pengetahuan diri dan efetivitas. Sedangan, individu yang memilii pertumbuhan pribadi yang rendah, merupaan individu yang memilii rasa stagnasi pribadi; urang memilii rasa terhadap peningatan atau perembangan seiring dengan watu; merasa bosan dan tida tertari dengan ehidupan; serta merasa tida mampu untu mengembangan siap atau perilau baru. Tabel 6. Gambaran Dimensi Pertumbuhan Pribadi Kriteria Pertumbuhan Pribadi Tinggi Rendah Memilii perasaan terhadap perembangan yang berlangsung terusmenerus Melihat diri sebagai individu yang terus bertumbuh dan berembang Terbua terhadap pengalaman baru Memilii rasa menyadari potensi diri Melihat peningatan dalam diri dan perilau seiring dengan watu Berubah dalam cara-cara yang mereflesian lebih banya pengetahuan diri dan efetivitas Memilii rasa stagnasi pribadi Kurang memilii rasa terhadap peningatan atau perembangan seiring dengan watu Merasa bosan dan tida tertari dengan ehidupan Merasa tida mampu untu mengembangan siap atau perilau baru

9 Fator yang mempengaruhi Psychological Wellbeing Fator Tabel 7. Fator yang mempengaruhi Psychological wellbeing Spiritualitas menurun - Duungan Sosial bai - Pengalama n Masa Lalu urang bai - Spiritualitas bai - Duungan Sosial bai - Pengalaman di Masa Lalu bai - Spiritualitas bai - Duungan Sosial bai - Pengalaman di Masa Lalu urang bai Secara umum, fator spiritualitas mempengaruhi ondisi psychological wellbeing pada etiga subje. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, dimana subje 2 dan 3 memilii spiritualitas yang bai, yang mengaibatan ondisi psychological wellbeing yang juga tinggi. Sedangan, subje 1 memilii spiritualitas menurun, yang mengaibatan ondisi psychological wellbeing yang lebih rendah. Hal ini diduung oleh teori Ritcher (2006), bahwa tingat spiritualitas yang tinggi pada seorang individu berasosiasi dengan arateristi epribadian yang sehat (psychological wellbeing yang lebih tinggi). Selain fator spiritualitas, fator lain yang juga memberian pengaruh terhadap ondisi psychological wellbeing etiga subje adalah fator duungan sosial. Hal ini dapat dilihat, dimana bai subje 1, 2 dan 3 mendapat duungan dari eluarga, teman dan rean erja di PESAT yang mempengaruhi dimensidimensi psychological wellbeing subje. Bagi subje 1, 2 maupun 3, duungan sosial ini terutama mempengaruhi emampuan untu mengembangan diri. Bagi subje 1 dan 2, duungan orang lain dirasaan berbentu esempatan-esempatan yang diberian oleh orang lain untu mengembangan potensi subje. Sedangan subje 3 aan sangat segan untu mencoba hal baru dan mengembangan potensi etia tida merasaan adanya duungan dari orang lain. Hal ini diduung oleh teori Roo (dalam Kim & Nesselroade, 2003) juga mengemuaan bahwa iatan sosial yang bermasalah memilii pengaruh lebih besar pada psychological wellbeing etimbang iatan sosial yang menduung (supportive). Fator lain yang juga turut mempengaruhi ondisi psychological wellbeing etiga subje adalah fator pengalaman di masa lalu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, dimana subje subje 1 dan 3 memilii masa lalu yang urang bai, sedangan subje 2 memilii 9 masa lalu yang lebih bai. Pengalamanpengalaman di masa lalu ini mempengaruhi emampun subje 1 dan 2 serta 3 dalam menjalin hubungan yang poitif dengan orang lain. Karena masa lalu yang urang harmonis, subje 1 dan 3 memilii esulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, dan memilii beberapa esulitan dalam menerima diri. Hal ini diduung oleh teori dari Ryff & Heidrich (dalam Grossbaum & Bates, 2002), yang mengemuaan bahwa hubungan interpersonal merupaan preditor yang paling uat dalam menentuan penerimaan diri, penguasaan lingungan, dan hubungan yang positif dengan orang lain. Na, walaupun subje 3 memilii pengalaman di masa lalu yang urang bai, hal ini tida terlalu mempengaruhi dimensidimensi psychological wellbeing-nya sehingga ondisi psychological wellbeing-nya secara umum adalah cenderung tinggi. Hal ini terutama diarenaan oleh fator spiritualitas. 3 banya belajar dari ehidupan rohani bahwa dengan masa lalu yang tida bai, Tuhan memilii masud yang terbai atas dirinya. Sehingga, subje 3 mengganggap bahwa ehidupan masa lalunya itu merupaan pengajaran Tuhan atas dirinya, sehingga memilii mana dan diterima oleh subje 3. Dari hasil penelitian yang dilauan, fator yang paling banya memilii pengaruh terhadap ondisi psychological wellbeing guruguru yang beerja di Yayasan PESAT adalah fator pengalaman di masa lalu, yang diiuti oleh fator spiritualitas dan fator duungan sosial. Kesimpulan Berdasaran hasil penelitian yang dilauan peneliti terhadap tiga orang subje dan masing-masing satu orang significant other, yang merupaan guru yang beerja di Yayasan PESAT Nabire, dapat ditari esimpulan bahwa secara umum, terdapat variasi ondisi psychological wellbeing pada subje yang diteliti. Psychological wellbeing yang paling bai didapat pada subje 2 dan 3. Sedangan subje 1 memilii psychological wellbeing yang cenderung lebih rendah. Tabel 9. Gambaran Dimensi-Dimensi Psychological Wellbeing Dimensi/ Penerimaan Rendah Tinggi Tinggi Diri Hubungan Positif dengan Rendah Rendah Tinggi

10 Orang Lain Otonomi Rendah Tinggi Tinggi Penguasaan Rendah Tinggi Tinggi Lingungan Tujuan dalam Tinggi Tinggi Tinggi Hidup Pertumbuhan Pribadi Tinggi Tinggi Tinggi Jia dilihat dari masing-masing dimensi psychological wellbeing, bai subje 1, 2 dan 3 menunjuan dimensi tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi yang tinggi. Hal ini berarti bai subje 1, 2 dan 3 memilii emampuan yang bai dalam menentuan tujuan-tujuan hidup dan memiilii eyainan bahwa ehidupannya memilii mana dan bertujuan, serta bertumbuh dan berembang sebagai seorang individu. Sedangan untu dimensi penerimaan diri, otonomi, serta penguasaan lingungan, subje 2 dan 3 menunjuan emampuan yang lebih tinggi etimbang subje 1. Ini berarti subje 2 dan 3 lebih mampu untu memegang suatu siap yang positif terhadap diri, lebih mampu untu mengambil eputusan sendiri serta memilii etetapan diri, dan lebih mampu untu secara efetif mengatur ehidupan dan lingungan seitar, dibanding dengan subje 1. Selain itu, subje 3 juga menunjuan emampuan yang lebih tinggi dibanding subje 1 dan 2 dalam menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Dari hasil penelitian, disimpulan bahwa fator yang mempengaruhi ondisi psychological wellbeing guru yang beerja di Yayasan PESAT Nabire adalah fator pengalaman di masa lalu, duungan sosial, serta ondisi spiritualitas. Fator pengalaman di masa lalu memilii pengaruh yang cuup banya terhadap ondisi masing-masing dimensi psychological wellbeing dan eseluruhan psychological wellbeing subje. Pengalaman di masa lalu ini, terutama bagi subje 1 dan 2 memilii dampa terhadap cara subje menjalin hubungan dengan orang lain, serta cara subje menerima diri, juga terhadap ondisi psychological wellbeing secara umum. Hal ini dapat terlihat dari pengalaman masa lalu yang tida harmonis yang menjadian subje 1 memilii banya esulitan dalam menerima dirinya serta menerima orang lain. Sepadan dengan itu, hal ini juga dapat terlihat dari subje 2 yang mana memilii pengalaman di masa lalu yang cuup menyenangan yang tergambar dari ondisi psychological wellbeing yang tinggi. Lain halnya dengan subje 3, yang walaupun memilii pengalaman di masa 10 lalu yang tida menyenangan, emampuan subje untu menjalin hubungan dengan orang lain sudah lebih bai dan mengalami perembangan dalam menerima diri. Fator lain yang memegang peranan penting adalah fator duungan sosial. Bagi subje 1, 2 maupun 3, duungan sosial ini terutama mempengaruhi emampuan untu mengembangan diri. Bagi subje 1 dan 2, duungan orang lain dirasaan berbentu esempatan-esempatan yang diberian oleh orang lain untu mengembangan potensi subje. Sedangan bagi subje 3, duungan ini sangat penting untu memotivasi subje dalam terus mengembangan diri dan perilau. Fator lainnya yang memberian pengaruh terhadap psychological wellbeing subje adalah fator spiritualitas. Kehidpan spiritual subje 2 dan 3 yang bai, mengaibatan ondisi psychological wellbeing yang juga tinggi. Sedangan, ehidupan spiritual subje 1 mengalami penurunan, mengaibatan ondisi psychological wellbeing yang lebih rendah. DAFTAR PUSTAKA Abbott, R.A., Ploubidis, G.B., Huppert, F.A., Kuh, D., Wadsworth, M.E.J, & Croudace, T.J. (2006). Psychometric evaluation and predictive validity of ryff s psychological wellbeing items in a UK birth cohort sample of women. Health and Quality of Life Outcomes, 4. Diases dari tanggal 27 April 2008 Abror, A.R. (1993). Psiologi pendidian. Yogyaarta: PT Tiara Wacana Yogya An, J.S. & Cooney, T.M. (2006). Psychological wellbeing in mid to late life: the role of generativity development and parent-child relationships across the lifespan. International Journal of Behavioral Development, 30, Anon. (2008). Teacher. Wiipedia, The Free Online Encyclopedia. Diases dari tanggal 27 Maret 2008 Berliner, D.C. & Calfee, R.C. (1996). Handboo of educational psychology. New Yor: MacMillan Library Reference USA Blanco, A. & Diaz, D. (2007). Social order and mental health: A social wellbeing approach. Psychology in Spain, Diases dari /content/full/2007/11006.pdf, tanggal 4 April 2008

11 Bryant, F.B. & Veroff, J. (1982). The strucure of psychological wellbeing: A sociohistorical analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 43, Djiwandono, S.E.W. (2004). Psiologi pendidian. Jaarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Grossbaum, M.F. dan Bates, G.W. (2002). Correlates of psychological wellbeing at midlife: The role of generativity, agency and comion, and narrative themes. International Journal of Behavioral Develompment, 26, Diases dari tanggal 5 April 2008 Harrington, R. & Loffredo, D.A. (2007). Private self-consciousness factors and psychological wellbeing. Journal of Psychiatry, Psychology and Mental Health, 1. Diases dari 07/articles/1086.htm, tanggal 5 Januari 2008 Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schreurs, P.J.G. (2004). The structure of occupational wellbeing: A study among dutch teachers. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 77, Jannah, N. (2006). Gambaran stress dan strategi coping pada pemuda pengangguran. Sripsi. diterbitan. Depo: Faultas Psiologi Universitas Gunadarma Keyes, Corey L. M. (2006). Subjective wellbeing in mental health and human development research worldwide: An introduction. Social Indicators Research, 77, 1-10 Kim, J.E. & Nesselroade, J.R. (2003). Relationships among social support, selfconcept, and wellbeing of older adults: A study of process using dynamic factor models. International Journal of Behavioral Development, 27, Moleong, L.J. (2002). Metodologi penelitian ualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdaarya Patton, M.Q. (1990). Qualitative evaluation & research methods, 2 nd edition. California: Sage Publications, Inc. Poerwandari, E. K. (1998). Pendeatan ualitatif dalam penelitian psiologi. Jaarta: Lembaga Pengembangan Sarana Penguuran dan Pendidian Psiologi UI Richter, R.J. (2006). Correlation of Psychological Wellbeing and Christian Spiritual Wellbeing at a Small Christian 11 Liberal Arts College in the Urban Midwest. Diases dari posium_spring 01/richter1.pdf, tanggal 30 April 2008 Ryan, R.M. & Deci, E.L. (2001). On happiness and human potentials: A review of research on hedonic and eudaimonic wellbeing. Annual Reviews Psychology, 52, Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological wellbeing. Journal of Personality and Social Psychology, 57, Ryff, C.D. & Keyes, C.L.M. (1995). The structure of psychological wellbeing revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, Ryff, C.D., Keyes, C.L.M., & Shmotin, D. (2002). Optimizing wellbeing: The empirical encounter of two traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82, Ryff, C.D., Love, G.D., Urry, H.L., Muller, D., Rosenranz, M.A., Friedman, E.M., Davidson, R.J., & Singer, B. (2006). Psychological well-being and ill-being: Do they have distinct or mirrored biological correlates?. Psychother Psychosom, 75, Santroc. (1998). Educational Psychology. Boston: McGraw Hill Soemanto, W. (1998). Psiologi pendidian: Landasan erja pemimpin pendidian. Jaarta: PT Rinea Cipta Tennant, R., Hiller, L., Fishwic, R., Platt, S., Joseph S., Weich, S., Parinson, J., Secer, J., & Stewart-Brown, S. (2007). The warwic-edinburgh mental wellbeing scale (WEMMBS): development and UK validation. Health and Quality of Life Biomed Central. Diases dari tanggal 18 April 2008 Thompson, P. (2006). Researcher explores psychological wellbeing and physical health wins seligman award. Diases dari articles/ php, tanggal 3 Maret 2008 Woolfol, A.E. (1998). Educational psychology. Boston: Allyn & Bacon Wijaya, H. (2005). Selamat Datang Sahabat PeNa!. Diases dari indonesia membangun.org, tanggal 4 Februari 2008

HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG Volume, Nomor, Juli 6 (ISSN: 56-6) HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG Firnanda Zia Azmi *) Tinu Istiarti **) Kusyogo Cahyo

Lebih terperinci

MUSIK KLASIK DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS TINGGI

MUSIK KLASIK DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS TINGGI Volume, Nomor 1, April 013 http://doi.org/10.1009/jppp MUSIK KLASIK DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS TINGGI Jayanti Dwiputri Abdi* ** *Faultas Ilmu Pendidian, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL ABSTRAK HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL Afifah *), Indri Subeti **) *) Mahasiswa Abid Unisa **)Dosen Abid Unisa ABSTRAK

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK Novhirtamely Kahar, ST. 1, Nova Fitri, S.Kom. 2 1&2 Program Studi Teni Informatia, STMIK

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Farida Huriawati 1), Purwandari 1,2), Intan Permatasari 1,3) 1,2,3 Program Studi Pendidian

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA Adam Husaien Faultas Eonomi Manajemen Unversitas 17 agustus 1945,Samarinda Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja Apliasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Kalimantan Timur The Application of Somers d Correlation Analysis at Leadership

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY Jurnal Manti Penusa Vol No Desember ISSN 88-9 ANALISIS EPUASAN ONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAET (URIR DENGAN MENGGUNAAN METODE TOPSIS FUZZY Desi Vinsensia Program Studi Teni Informatia

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE DEMONSTRASI. Oleh : ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE DEMONSTRASI. Oleh : ABSTRAK UPAYA MEIGKATKA HASIL BELAJAR MATA PELAJARA ILMU PEGETAHUA ALAM MELALUI METODE DEMOSTRASI Oleh : Erhan Rizi Aprian 1, edin Badruzzaman, Saur M. Tampubln 3 ABSTRAK Upaya Meningatan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian yang digunaan adalah penelitian desriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subye

Lebih terperinci

SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Ruhana Khabibah, Hery Tri Sutanto 2, Yuliani Puji Astuti 3 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI DASAR GURU DAN KUALITAS LULUSAN AKUNTANSI

EVALUASI KOMPETENSI DASAR GURU DAN KUALITAS LULUSAN AKUNTANSI Evaluasi Kompetensi Dasar... (Rahmadita Nurul1 EVALUASI KOMPETENSI DASAR GURU DAN KUALITAS LULUSAN AKUNTANSI BASIC COMPETENCY EVALUATION OF TEACHER AND THE QUALITY OF ACCOUNTING GRADUATES Oleh: Rahmadita

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pembahasan ini penulis aan membahas tentang asus yang diambil dengan judul Penerapan Terapi Musi Rebana Pada Lansia ng Mengalami Stres Di Unit Rumah Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

ALASAN KONSUMEN MEMILIH BUS TRANS JOGJA SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI KOTA YOGYAKARTA

ALASAN KONSUMEN MEMILIH BUS TRANS JOGJA SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI KOTA YOGYAKARTA ALASAN KONSUMEN MEMILIH BUS TRANS JOGJA SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI KOTA YOGYAKARTA Studi Kasus Halte Bus Trans Jogja SKRIPSI Diajuan Untu Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Eonomi Program

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

Peluang Peningkatan Tipe Terminal di Kecamatan Banyumaik (Analisis Demand dan Supply) Febriana Ayu K¹ dan Bitta Pigawati²

Peluang Peningkatan Tipe Terminal di Kecamatan Banyumaik (Analisis Demand dan Supply) Febriana Ayu K¹ dan Bitta Pigawati² Jurnal Teni PWK Volume 4 Nomor 4 2015 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pw Peluang Peningatan Tipe di Kecamatan Banyumai (Analisis Demand dan Supply) Febriana Ayu K¹ dan Bitta Pigawati²

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN E-MODULE EKONOMI PADA MATERI UANG DAN PERBANKAN UNTUK SISWA KELAS X A SMA NEGERI 1 PANGGUL TRENGGALEK TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGEMBANGAN E-MODULE EKONOMI PADA MATERI UANG DAN PERBANKAN UNTUK SISWA KELAS X A SMA NEGERI 1 PANGGUL TRENGGALEK TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGEMBANGAN E-MODULE EKONOMI PADA MATERI UANG DAN PERBANKAN UNTUK SISWA KELAS X A SMA NEGERI 1 PANGGUL TRENGGALEK TAHUN AJARAN 2014/2015 Nelvy Warsi Enggal Lestari Prih Hardinto Lisa Rohmani Abstract

Lebih terperinci

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE Desfrianta Salmon Barus - 350807 Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung Bandung e-mail: if807@students.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

PEGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN ROBOTIKA MENGGUNAKAN ROBOT MANIPULATOR PENYELEKSI BENDA BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE

PEGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN ROBOTIKA MENGGUNAKAN ROBOT MANIPULATOR PENYELEKSI BENDA BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE 452 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA : E-Journal Universitas Negeri Yogyaarta http://journal.student.uny.ac.id/ojs PEGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN ROBOTIKA MENGGUNAKAN ROBOT MANIPULATOR PENYELEKSI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS) Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT GAGAL GINJAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT GAGAL GINJAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES Pelita Informatia Budi Darma, Volume : IV, Nomor: 3, Agustus 203 ISSN : 230-425 SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT GAGAL GINJAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES Sri Rahayu 044) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH COGNITIVE LOAD BAGI KECEPATAN MAHASISWA MENGENALI POLA STIMULI VISUAL

ANALISIS PENGARUH COGNITIVE LOAD BAGI KECEPATAN MAHASISWA MENGENALI POLA STIMULI VISUAL ANALISIS PENGARUH COGNITIVE LOAD BAGI KECEPATAN MAHASISWA MENGENALI POLA STIMULI VISUAL Nathanael G. Sumatoyo ABSTRACT Cognitive load has long been hypothesized to have deteriorating effects toward individuals

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI MULTIMEDIA UNTUK PENGENALAN BAHASA ISYARAT BAGI ANAK TUNARUNGU BERBASIS ANDROID

PERANCANGAN APLIKASI MULTIMEDIA UNTUK PENGENALAN BAHASA ISYARAT BAGI ANAK TUNARUNGU BERBASIS ANDROID 170 Jurnal Sistem dan Tenologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 170 PERANCANGAN APLIKASI MULTIMEDIA UNTUK PENGENALAN BAHASA ISYARAT BAGI ANAK TUNARUNGU BERBASIS ANDROID Alfian Irdandi 1, Helfi

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Psychological Well-Being pada Guru di SMA Plus Al- Ghifari Bandung A Descriptive Study of Psychological Well-Being on Theacers at Al-Ghifari Senior

Lebih terperinci

ANALISA KEPUASAN PELAKU TRANSPORTASI TERHADAP KINERJA MOBIL PENUMPANG UMUM JURUSAN BOJONEGORO-BABAT

ANALISA KEPUASAN PELAKU TRANSPORTASI TERHADAP KINERJA MOBIL PENUMPANG UMUM JURUSAN BOJONEGORO-BABAT ANALISA KEPUASAN PELAKU TRANSPORTASI TERHADAP KINERJA MOBIL PENUMPANG UMUM JURUSAN BOJONEGORO-BABAT Nama Mahasiswa : Abdul Chaim NRP : 310 100 114 Jurusan : Teni Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Cahya

Lebih terperinci

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest JMHT Vol. XIV, (2): 81-87, Agustus 28 ISSN: 215-157X Keragaman Strutur Tegaan Hutan Alam Seunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest Abstract Muhdin 1*, Endang Suhendang 1,

Lebih terperinci

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO 1 Selvia Hana, Tohap Manurung 1 Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Abstra Antrian merupaan

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK Nurul Khotimah *), Farida Hanum, Toni Bahtiar Departemen Matematia FMIPA, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang aan dilauan meruju epada beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilauan sebelumnya, diantaranya: 1. I Gst. Bgs. Wisuana (2009)

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATAKULIAH

PEMBELAJARAN MATAKULIAH .: Daftar Isi :. Daftar Isi.. 1 Kata Pengantar. 2 Analisa Diri. 3 Yang Diperoleh dari Ibu Nunu Wahyuningtyas. 5 Konsep Proye. 5 Keranga Kerja Proye.. 6 Area Pengetahuan Dalam Manajemen Proye 7 Team Building

Lebih terperinci

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa 187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 PENGARUH KAPITAL DAN HUMAN CAPITAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA TAHUN 1970-2005 Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1)

Lebih terperinci

TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I

TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN Nama : Dwi Shinta Marselina A. Pengertian Desain Esperimen BAB I Desain Esperimen Merupaan langah-langah lengap yang perlu di ambil jauh sebelum esperimen dilauan supaya data

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 1, Agustus 2017 eissn X

Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 1, Agustus 2017 eissn X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 6 KOTA BENGKULU 1 Sintya Siti Anggraeni, 2 Effie

Lebih terperinci

MAT. 12. Barisan dan Deret

MAT. 12. Barisan dan Deret MAT.. Barisan dan Deret i Kode MAT. Barisan dan Deret U, U, U3,..., Un,... Un a + (n-)b U + U +..., Un +... n?? Sn? BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Kampus Unkris Jatiwaringin 2) Program Studi Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana

Kampus Unkris Jatiwaringin   2) Program Studi Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 10-14 Juliantia 1) Budi Tri Rahardjo 2), 1) Program

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK Airani Elizabeth Mani Program Studi Teni Informatia Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) 6.. UMUM Tujuan: Mengetahui proporsi pengaloasian perjalanan e berbagai moda transportasi. Ada dua emunginan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan moda:

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM BILANGAN BINER PADA MATA PELAJARAN PRAKTIK DIGITAL DI SMK N 1 PUNDONG

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM BILANGAN BINER PADA MATA PELAJARAN PRAKTIK DIGITAL DI SMK N 1 PUNDONG 328 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA : E-Journal Universitas Negeri Yogyaarta http://journal.student.uny.ac.id/ojs PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM BILANGAN BINER PADA MATA PELAJARAN PRAKTIK

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (0) -50 (0-9X Print) D- Pendeatan Regresi Nonparametri Spline Untu Pemodelan Laju Pertumbuhan Eonomi (LPE) di Jawa Timur Elfrida Kurnia Litawati dan I Nyoman Budiantara

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA I Nengah Suparta dan I. B. Wiasa Jurusan Pendidian MatematiaUniversitas Pendidian Ganesha E-mail: isuparta@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI PRODUK PADA RANCANGAN FAKTORIAL. Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI PRODUK PADA RANCANGAN FAKTORIAL. Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Optimalisasi Produ (Triastuti Wuryandari) METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI PRODUK PADA RANCANGAN FAKTORIAL Triastuti Wuryandari 1, Tati Widiharih 2, Sayeti Dewi Anggraini 3 1,2 Staf Pengajar Program Studi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN OBAT (Studi Kasus : Apotek Adi Cipta Parma Jl. Sirnarasa no.49 Cimahi) Oleh : Bella Hardiyana, S.

SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN OBAT (Studi Kasus : Apotek Adi Cipta Parma Jl. Sirnarasa no.49 Cimahi) Oleh : Bella Hardiyana, S. SISTEM INFORMSI PEMBELIN DN PENJULN OBT (Studi Kasus : pote di Cipta Parma Jl. Sirnarasa no.49 Cimahi) Oleh : Bella Hardiyana, S. Kom BSTRK pote di Cipta Parma adalah apote yang baru berdiri pada pertengahan

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MEMPEROLEH ASSOCIATION RULE ANTAR ITEMSET BERDASARKAN PERIODE PENJUALAN DALAM SATU TRANSAKSI

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MEMPEROLEH ASSOCIATION RULE ANTAR ITEMSET BERDASARKAN PERIODE PENJUALAN DALAM SATU TRANSAKSI PENERAPAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MEMPEROLEH ASSOCIATION RULE ANTAR ITEMSET BERDASARKAN PERIODE PENJUALAN DALAM SATU TRANSAKSI Devi Fitrianah, Ade Hodijah Program Studi Teni Informatia, Faultas Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 ObjePenelitian Obje penelitian merupaan hal yang tida dapat dipisahan dari suatu penelitian. Obje penelitian merupaan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilauan.

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 21 Manajemen Polusi Polusi yang diaibatan oleh suatu perusahaan arena tida adanya eteraitan antar area dalam proses produsi yang bai Hasil dari produsi tersebut adalam produ yang

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation Seminar Nasional e 9: Reayasa Tenologi Industri dan Informasi Sistem Penduung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunaan Metode Bacpropagation Teti Rohaeti 1, Yoyon Kusnendar Suprapto 2, Eo Mulyanto 3

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

APLIKASI BERBAGI PESAN BERBASIS WEB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DI STMIK PRINGSEWU

APLIKASI BERBAGI PESAN BERBASIS WEB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DI STMIK PRINGSEWU APIKASI BERBAGI PESAN BERBASIS WEB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DI STMIK PRINGSEWU Rita Irviani 1, Pontianus Setiawan 2 STMIK Pringsewu ampung Jl. Wisma Rini No. 09 Pringsewu website: www.stmipringsewu.ac.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV

PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV Nama Mahasiswa : Husien Haial Fasha NRP : 1207 100 011 Jurusan : Matematia FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Suharmadi, Dipl.

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN POLA GEOMETRI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK Muhamad Tonovan *, Achmad Hidayatno **, R. Rizal Isnanto ** Abstra - Pengenalan waah adalah

Lebih terperinci

PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN DATUM GEODESI NASIONAL. Sutomo Kahar *)

PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN DATUM GEODESI NASIONAL. Sutomo Kahar *) PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN DATUM GEODESI NASIONAL Sutomo Kahar *) Abstract According to Minister of Internal Affair regulation which is Permendagri No.

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Jaringan syaraf tiruan ( Artificial Neural Networ ) adalah suatu tenologi omputasi yang berbasis pada model syaraf biologis dan mencoba

1. Pendahuluan Jaringan syaraf tiruan ( Artificial Neural Networ ) adalah suatu tenologi omputasi yang berbasis pada model syaraf biologis dan mencoba JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI METODE PERAMALAN PADA PERHITUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN DI INDONESIA Nurmalasari Rusmiati 1 Sistem Informasi, Faultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci