Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa"

Transkripsi

1 187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this research was to obtain better performance by modifying the algorithm of Ant Colony Optimization (ACO), particularly in terms of computational speed while maintaining the quality of the solution. Modifications made in this research is the calculation of the probability of the next city to be visit, the ant trail intensity calculations, and modification number of ants to follow the size of the problem. From the results of this research it can be concluded that by modifying the probability of the next city to be visit and the intensity of the ant trail can maintain the quality of the resulting solution with a percentage of 99.8% while the number of ants that used 35% of the size of the problem. In terms of memory usage, modification ACO algorithm is more efficient than the original ACO algorithm with an average of 7%. In addition, the time required to generate the shortest path on average three times faster than the original ACO. Keywords ACO, ACO Modified, Shortest Path Abstra Penelitian ini berfous pada modifiasi ACO untu penentuan rute terpende e Kabupaten/Kota. di Jawa Tujuan penelitian ini adalah untu mendapatan inerja yang lebih bai dengan memodifiasi Algoritma Ant Colony Optimization (ACO), hususnya dalam hal ecepatan omputasi dengan tetap menjaga ualitas solusi. Modifiasi yang dilauan dalam penelitian ini adalah perhitungan probabilitas pemilihan Kota beriutnya yang aan diunjungi, perhitungan intensitas jeja Semut, dan modifiasi jumlah Semut mengiuti uuran permasalahan. Dari hasil pengujian dapat disimpulan bahwa dengan memodifiasi probabilitas pemilihan Kota beriutnya dan intensitas jeja Semut dapat menjaga ualitas solusi yang dihasilan dengan prosentase 99,8% walaupun jumlah Semut yang digunaan 35% dari uuran masalah. Dalam hal pemaaian memori, Algoritma Modifiasi ACO secara rata-rata lebih efisien dari Algoritma ACO dengan prosentase 7%. Selain itu watu yang dibutuhan untu menghasilan rute terpende rata-rata 3 ali lebih cepat daripada ACO asli. Kata Kunci - ACO, Modifiasi ACO, Rute Terpende Ahmad Jufri adalah mahasiswa Program Magister Teni Eletro Universitas Brawaya, Malang, Indonesia (phone : ; ahmad.stima@yahoo.com) Sunaryo adalah Ketua Program Studi Geofisia, Jurusan Fisia, FMIPA Universitas Brawaya, Malang, Indonesia, phone: , sunaryo.geofis.ub@gmail.com, sunaryo@ub.ac.id Purnomo Budi Santoso adalah Kepala Laboratorium Komputer Teni Industri Universitas Brawaya, Malang, Indonesia (phone: ; pbsabn@ub.ac.id) K I. PENDAHULUAN ABUPATEN didefinisian sebagai daerah swatantra Tingat II yang diepalai oleh Bupati, setingat dengan Kotamadya, dan merupaan bagian langsung dari Provinsi yang terdiri atas beberapa Kecamatan. Sedangan Kota didefinisian sebagai daerah pemuiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupaan esatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyaraat [1]. Menurut buu indu ode data dan wilayah Tahun 2013, jumlah Kabupaten di Indonesia sebanya 399, sedangan jumlah Kota di Indonesia berjumlah 98 Kota [2]. Provinsi Jawa Barat sendiri terdiri dari 17 Kabupaten dan 9 Kota. Untu Jawa Tengah terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota. Sedangan Jawa Timur memilii 29 Kabupaten dan 9 Kota. Setiap Kabupaten/Kota dihubungan oleh jalur, bai udara, laut maupun darat. Untu Kabupaten/Kota di Jawa sebagian besar dihubungan dengan jalur darat dengan jara yang berbeda-beda. Dengan banyanya Kabupaten/Kota, buan hal yang mudah untu mencari dan memilih rute yang terbai atau optimal dari satu Kabupaten/Kota e Kabupate/Kota yang lain. Permasalahan pencarian rute terpende dienal juga dengan istilah Traveling Salesman Problem (TSP). Sampai saat ini telah banya diembangan metode untu memecahan masalah TSP, bai menggunaan pendeatan deterministi maupun probabilisti. Untu permasalahan dengan andidat solusi yang banya pendeatan probabilisti lebih sesuai. Ant Colony Optimization (ACO) merupaan salah satu Algoritma probabilisti yang terbuti mampu memberian solusi yang optimal untu permasalahan TSP. Dari hasil simulasi yang dilauan [3] menunjuan bahwa algoritma ACO menghasilan solusi terbai ratarata 24,9% lebih bai daripada Algoritma Geneti. Tetapi dari segi watu omputasi rata-rata Algoritma Geneti 34% masih lebih bai daripada Algoritma ACO. Dari penelitian [4] dengan membandingan Algoritma Geneti, ACO, dan Simulated Anneling (SA) disimpulan bahwa Algoritma ACO menghasilan menghasilan ualitas solusi 4.2% lebih bai daripada yang lain, tetapi dalam sisi watu omputasi Algoritma ACO 1,7 ali lebih lambat daripada Algoritma Geneti. Dari permasalahan diatas maa pada penelitian ini aan dilauan modifiasi pada Algoritma ACO yang terdiri dari modifiasi jumlah Semut secara otomatis mengiuti jumlah titi/ot, modifiasi perhitungan

2 188 intensitas jeja Semut dan perhitungan probabilitas ota yang aan diunjungi. Hal ini dilauan untu mendapatan inerja yang lebih bai hususnya dalam hal watu omputasi dengan tetap menjaga ualitas solusi yang dihasilan. II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam memodifiasi Algoritma ACO perlu dilauan ajian terhadap pustaa yang berhubungan dengan rute terpende dan Algoritma ACO. Hal ini agar peneliti memilii landasan yang uat dalam melauan proses modifiasi Algoritma ACO. A. Rute Terpende Menurut [1] rute didefinisian sebagai jara atau arah yang harus diturut, ditempuh, atau dilalui. Dari pengertian tersebut maa rute terpende bisa didefinisian sebagai jara atau arah terpende yang harus ditempuh atau dilalui dari satu titi (sebagai sumber) e titi lainnya (sebagai tujuan). B. Algoritma ACO Algoritma Ant Colony Optimization (ACO) merupaan Algoritma yang diadopsi dari perilau Semut [5]. Beriut langah Algoritma ACO: 1. Inisialisasi harga parameter algoritma yang terdiri dari: a. Jumlah Kota (n) beserta oordinatnya (x dan y) atau jara antar Kota (d ). b. Tetapan silus Semut (Q). c. Tetapan pengendalian intensitas jeja Semut (α), dimana α > 0. d. Tetapan pengendali visibilitas (β). e. Jumlah Semut (m). f. Tetapan penguapan jeja Semut (ρ), dimana 0<ρ<1. g. Jumlah silus masimum (NCmas). h. Intensitas jeja Semut antar Kota (τ ). 2. Mengisi titi pertama e dalam tabu list. 3. Penyusunan rute unjungan setiap Semut e setiap titi yang dilewati. Untu menentuan probabilitas titi untu diunjungi digunaan rumus beriut: [ ].[ ], ut j{n - tabu } p [ ].[ ] (1) ' { Ntabu } 0, ut jlainnya 4. Perhitungan panjang rute untu setiap Semut. a. Perhitungan panjang rute. Perhitungan ini dilauan berdasaran tabu masing-masing dengan persamaan beriut : n 1 s1 L d d (2) tabu ( n), tabu (1) tabu ( s), tabu ( s1) dengan d adalah jara antara Kota i e Kota j yang dihitung berdasaran persamaan: d 2 2 ( xi yi ) ( yi y j ) (3) b. Pencarian rute terpende loal (tiap silus) & global (semua silus). c. Perhitungan intensitas jeja Semut antar titi dengan rumus: Dengan m (4) 1 adalah perubahan harga intensitas jeja ai Semut antar Kota yang dihitung dengan rumus: Q, ut (i, j) Kota asal dan Kota tujuan dlm tabu L 0, ut (i, j) lainnya (5) 5. Perhitungan harga intensitas jeja Semut antar titi untu silus beriutnya dengan rumus:. (6) Untu silus beriutnya nilai ini aan direset menjadi nol (0). 6. Mengosongan tabu list. 7. Mengulangi langah 2 sampai silus masimum. III. METODOLOGI PENELITIAN Modifiasi ACO untu menentuan rute terpende diawali dengan penelusuran terhadap implementasi algoritma ACO pada penelitian terdahulu diiuti dengan pengujian awal algoritma ACO pada asus TSP untu mengetahui pengaruh parameter-parameter masuan terhadap inerja dan solusi yang dihasilan oleh algoritma ACO, emudian dilanjutan dengan memodifiasi parameter yang memilii pengaruh signifian terhadap inerja algoritma ACO serta solusi yang dihasilan. Dari edua Algoritma ini emudian di uji embali dan dibandingan. Kemudian hasil pengujian di analisis menggunaan pendeatan posteriori (poteriori testing) untu mengetahui inerja dari edua algoritma tersebut. Dan yang terahir diambil esimpulan. A. Pengaruh parameter ACO terhadap ualitas solusi Setiap parameter masuan yang ada di dalam suatu algoritma memilii pengaruh terhadap eluaran algoritma tersebut. Algoritma ACO memilii beberapa parameter masuan seperti α, β, Q, d, ρ, τ, NC mas, m dan n. Setiap parameter memilii pengaruh yang berbeda-beda. Dari penelitian terdahulu yang dilauan oleh [6] dapat dietahui bahwa ualitas solusi yang dihasilan oleh algoritma ACO bergantung pada jumlah Semut. Penelitian ini diperuat dengan hasil penelitian yang dilauan oleh [7] yang menyataan bahwa ACO menghasilan solusi yang paling optimal etia jumlah Semut sama dengan jumlah Kota dan nilai α harus mendeati 1. Hal ini dapat dilihat pada diagram alir perhitungan rute terpende dengan algotima ACO pada Gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa untu mendapatan rute terpende Algoritma ACO harus melauan proses yang berulang-ulang. Ada tiga perulangan yang terjadi selama mencari rute terpende, yaitu pertama probabilitas pemilihan Kota beriutnya sampai ditemuannya titi/kota tujuan. Kedua, proses

3 189 pencarian rute terpende yang dilauan oleh Semut pertama sampai semut terahir. Dan etiga, pencarian rute terpende yang dilauan oleh setiap Semut mulai dari silus pertama sampai dengan silus yang terahir. Jia dalam pengujian berpa pada penelitian yang dilauan oleh [10], dengan jumlah titi/kota=20 maa proses perulangan yang terjadi aibat jumlah Semut dan jumlah silus paling tida berjumlah 400 perulangan. Dengan banyanya perulangan tersebut maa watu yang diperluan untu mendapatan rute terpende aan semain lama. Sedangan dari segi pemaaian memori yang digunaan selain bergantung dari jumlah Semut dan jumlah silus, juga bergantung jumlah titi/kota yang diunjungi selama proses pencarian trute terpende. Beriut diagram alir pencarian rute terpende menggunaan algoritma ACO. dari mulai silus pertama sampai dengan silus terahir aan diambil sebagai rute terpende global (optimum global). Beriut gambar prosentase hasil pengujian Algoritma ACO. Gambar 2 Prosentase Semut penghasil rute terpende dengan silus = 10 Gambar 3 Prosentase Semut penghasil rute terpende dengan silus = 50 Gambar 1 Diagram alir Algoritma ACO B. Pengujian awal ACO Pengujian awal di dalam penelitian ini dilauan dengan tujuan untu mengetahui parameter-parameter yang berpengaruh terhadap inerja algoritma Semut, hususnya jumlah Semut dan silus terhadap solusi yang dihasilan. Pengujian awal terhadap algoritma ACO untu permasalahan TSP menggunaan parameter sebagai beriut: α = 1, β = 5, Q = 100, ρ = 0.5, τ = 0.1, m = 25, dan n = 30. Pengujian ini dilauan dengan menggunaan data matri jara Kabupaten/Kota di Jawa Timur dan dilauan sebanya 3 ali untu jumlah silus 10, 50, dan 100. Dari hasil pengujian emudian aan di rata-rata dan diambil prosentasenya. Dari hasil pengujian awal terlihat bahwa rute terpende loal lebih banya dihasilan oleh Semut nomor 1, dengan prosentase diatas 90%. Dari sini terlihat bahwa Semut nomor 1 lebih mendominasi terhadap perolehan rute terpende loal (optimum loal). Nilai terecil dari optimum loal yang diperoleh Gambar 4 Prosentase Semut penghasil rute terpende C. Modifiasi ACO dengan silus = 100 Dari masalah diatas maa pada penelitian ini dilauan modifiasi Algoritma ACO dengan berdasar pada pengujian awal dan penelitian yang dilauan oleh [8]. Dari penelitian yang dilauan oleh [8] dengan memodifiasi Algoritma ACO yang digabungan dengan Insert, Swap, dan 2-opt yang disebut sebagai NMACO dan digunaan untu menyelesaian masalah Multiple Traveling Salesman Problem (MTSP) menunjuan bahwa Algoritma NMACO berhasil

4 190 meningatan efisiensi dari Algoritma ACO. Modifiasi yang dilauan pada penelitian ini meliputi: 1. Memodifiasi jumlah Semut yang melauan perjalanan untu mencari rute terpende, dimana jumlah Semut aan secara otomatis disesuaian dengan uuran masalah (jumlah titi atau Kota). Masuan jumlah Semut pada Modified ACO dalam penelitian ini aan diset otomatis dengan etentuan sebagai beriut: a. Jia jml_kota >= 25 maa jml_semut = 25. b. Jia jml_kota > 25 maa jml_semut=0.35*jml_kota. Tujuan modifiasi jumlah Semut disini untu mengurangi jumlah perulangan sehingga dapat mengurangi watu omputasi. Aan tetapi pengurangan jumlah Semut juga dapat mengurangi ualitas solusi yang dihasilan apalagi jia uuran masalahnya bertambah. 2. Memodifiasi perhitungan intensitas jeja Semut yang ditinggalan. Pada Modifiasi ACO aumulasi intensitas jeja intensitas jeja Semut antar titi/kota dihitung dengan rumus: cbs bs ( t 1) (1 ). ( t) ( t) ( t) (7) Dimana, cbs (t) = perubahan intensitas jeja Semut pada Semut yang memperoleh solusi optimum loal pada iterasi saat ini. bs (t) = perubahan intensitas jeja Semut pada Semut yang memperoleh solusi optimum loal mulai dari iterasi awal sampai iterasi saat ini. 3. Memodifiasi proses perhitungan probabilitas pemilihan Kota beriutnya yang aan diunjungi. Pada Modifiasi ACO probabilitas pemilihan Kota beriutnya yang aan diunjungi dihitung berdasaran rumus: [ ].[ ].[ ], ut j{n - tabu} p [ ].[ ].[ ] (8) ' { Ntabu } 0, ut jlainnya Dimana, = jara ombinasi antara dua titi i dan j yang dihitung dengan rumus: d. d. d (9). i1 1 j = parameter ontrol yang dimasuan oleh pengguna. Modifiasi pada perhitungan intensitas jeja Semut dan probabilitas pemilihan Kota beriutnya diadopsi dari penelitian yang dilauan oleh [8]. Tujuan dari modifiasi pada perhitungan intensitas jeja Semut (no. 2) dan probabilitas pemilihan Kota beriutnya (no. 3) adalah untu mempertahanan solusi yang dihasilan oleh Algoritma Modifiasi ACO agar tetap optimal walaupun jumlah Semut yang melauan perjalanan untu memperoleh rute terpende diurangi. IV. HASIL UJI COBA Pengujian dilauan menggunaan dataset yang dibuat berdasaran data jara antar Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dataset yang digunaan berbentu matri jara antar titi/ Kota. Parameter yang digunaan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut: α = 1, β = 5, Q = 100, ρ = 0.5, τ = 0.1, dan n mengiuti jumlah Kabupaten/Kota yang ada di tiap Provinsi. Untu jumlah Semut pada Algoritma ACO menggunaan nilai 25. Sedangan pada Algoritma Modifiasi ACO mengiuti jumlah Kota (uuran masalah). Jia jumlah Kabupaten/Kota urang dari atau sama dengan 25 maa jumlah Semut diisi otomatis 25, dan jia jumlah Kabupaten/Kota lebih dari 25 maa jumlah Semut aan diisi otomatis 35% dari jumlah Kabupaten/Kota. A. Hasil Analisa Perbandingan Watu Komputasi Algoritma ACO dan Modifiasi ACO Berdasaran hasil pengujian yang dilauan terhadap Algoritma ACO dan Modifiasi ACO untu pencarian rute terpende di Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur diperoleh hasil sebagai beriut: Gambar 5 Perbandingan Watu Komputasi ACO dan Modifiasi ACO (Jabar21) Gambar 6 Perbandingan Watu Komputasi ACO dan Modifiasi ACO (Jateng32) Gambar 7 Perbandingan Watu Komputasi ACO dan Modifiasi ACO (Jatim30) Dari Gambar 5, 6, dan 7 terlihat bahwa watu yang diperluan Algoritma Modifiasi ACO untu

5 191 menghasilan rute terpende lebih bai daripada Algoritma ACO. Semain besar silusnya, semain besar pula perbedaannya. Peningatan ecepatan aibat dari pengurangan jumlah Semut yang melauan pencarian rute terpende loal untu setiap silusnya. Dengan mengurangi jumlah Semut menjadi 35% dari jumlah Kota maa watu yang dibutuhan untu memperoleh rute terpende loal setiap silusnya menjadi urang lebih sepertiga dari watu yang diperluan oleh ACO asli untu mendapatan rute terpende atau dengan ata lain ecepatannya meningat seitar tiga ali lipat dari ACO asli. Tetapi pengurangan jumlah Semut juga buan satu-satunya fator yang menyebaban watu omputasi algoritma Modifiasi ACO lebih bai dari ACO. B. Hasil Analisa Perbandingan Pemaaian Memori Algoritma ACO dan Modifiasi ACO Dari pengujian yang dilauan terhadap Algoritma ACO dan Modifiasi ACO diperoleh perbandingan hasil pemaaian memori untu mendapatan rute terbai sebagai beriut: probabilitas yang emudian dibandingan dengan bilangan random yang dibangitan, sehingga esempatan setiap titi/kota yang aan diunjungi adalah sama. Namun secara umum Algoritma Modifiasi ACO menggunaan memori rata-rata yang lebih rendah 7% daripada Algoritma ACO. Dalam hal ini tida ada perbedaan yang signifian arena walaupun jumlah Semut yang melauan perjalan pada Modifiasi ACO diurangi menjadi 35% dari jumlah titi/kota (uuran masalah). Perbedaan penggunaan memori antara Algoritma ACO dan Modifiasi ACO tida terlalu besar arena variabel yang digunaan untu proses perhitungan untu mendapatan rute terpende pada Algoritma Modifiasi ACO lebih banya daripada yang digunaan pada Algoritma ACO. Jadi dari sisi perulangan jumlah Semut mengurangi pemaaian memori Algoritma Modifiasi ACO, tetapi dari sisi proses perhitungan untu mendapatan rute terpende Algoritma Modifiasi ACO memaai ruang memori yang lebih besar daripada Algoritma ACO. C. Hasil Analisa Perbandingan Rute Terpende yang dihasilan oleh Algoritma ACO dan Modifiasi ACO Beriut hasil perbandingan rute terpende yang dihasilan oleh Algoritma ACO dan Modifiasi ACO. Gambar 8 Perbandingan Pemaaian Memori ACO dan Modifiasi ACO (Jabar21) Gambar 11 Perbandingan Rute Terpende ACO dan Modifiasi ACO (Jabar21) Gambar 9 Perbandingan Pemaaian Memori ACO dan Modifiasi ACO (Jateng32) Gambar 12 Perbandingan Rute Terpende ACO dan Modifiasi ACO (Jateng32) Gambar 10 Perbandingan Pemaaian Memori ACO dan Modifiasi ACO (Jatim30) Dari etiga Gambar 8, 9, dan 10 hasil pengujian diatas terlihat bahwa pemaaian memori oleh edua Algoritma sama-sama mengalami flutuasi. Hal ini diarenaan untu pemilihan titi/kota menggunaan Gambar 13 Perbandingan Rute Terpende ACO dan Modifiasi ACO (Jatim30)

6 192 Dari Gambar 11 terlihat bahwa ualitas solusi yang dihasilan oleh Algoritma Modifiasi ACO dalam menghasilan rute terpende hampir sama dengan ualitas solusi yang dihasilan oleh Algoritma ACO (masih ada perbedaan). Pada asus Jabar21 (Gambar 11) ualitas solusi yang dihasilan Modifiasi ACO mendeati solusi yang dihasilan Algoritma ACO dengan prosentase 99,41%. Sedangan pada asus Jateng32 dan Jatim30 (Gambar 12 dan 13) solusi yang dihasilan sama persis. Secara rata-rata ualitas solusi yang dihasilan oleh Algoritma Modifiasi ACO untu permasalahan pencarian rute terpende di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur 99,88% mendeati solusi yang dihasilan ACO yang asli. V. KESIMPULAN Dari Berdasaran data-data hasil pengujian terhadap implementasi Algoritma ACO dan Modifiasi ACO untu menyelesaian permasalahan rute terpende dengan menggunaan Dataset Jabar21, Jateng32, dan Jatim30 dapat ditari esimpulan sebagai beriut: 1. Modifiasi Algoritma ACO dengan memberian nilai secara otomatis terhadap parameter jumlah Semut sebesar 35% dari uuran masalah terbuti mampu meningatan ecepatan pencarian rute terpende sebesar 3 ali dari ecepatan Algoritma ACO yang asli. Sedangan dari sisi pemaaian memori Modifiasi ACO terbuti lebih efisien dengan rata-rata pemaaian memori 93% dari Algoritma ACO yang asli. 2. Modifiasi pada perhitungan intensitas jeja Semut antar titi dan probabilitas pemilihan Kota beriutnya dengan mempertimbangan intensitas jeja Semut terbai silus sebelumnya dan internsitas jeja Semut selama silus berjalan (awal sampai saat ini) terbuti mampu mempertahanan ualitas solusi yang dihasilan sebesar 99,8% untu permasalahan jara terpende di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur endati jumlah Semut diurangi. Pada penelitian beriutnya diharapan Algoritma Modifiasi ACO dapat di hybrid dengan metode lainnya, hususnya yang dapat mengoptimalan ualitas pencarian rute terpende loal. REFERENSI [1] Kamus Besar Bahasa Indonesia: Diases tanggal 12 Mei [2] Buu Indu Kode Data dan Wilayah: Diases tanggal 25 November [3] Zuhri Z. dan Paputungan V. A Hybrid Optimization Algorithm Based on Genetic Algorithm and Ant Colony Optimization. International Journal of Artificial Intelligence & Applications (IJAIA), Vol. 4, No. 5, September [4] J. L. Pasquier, d. A Comparative Study of three Metaheuristics applied to the Traveling Salesman Problem. Sixth Mexican International Conference on Artificial Intelligence, Special Session [5] Dorigo, M., dan Stutzle, T. The Ant Colony Optimization Metaheuristic: Algorithms, Applications, and Advances. [6] I. Brezina Jr. dan Z. Čičová. Solving the Traveling Salesman Problem Using the Ant Colony Optimization. Management Information Systems, Vol. 6, No. 4, 2011, pp [7] M. Aggarwal dan Saroj. Compute Traveling Salesman Problem Using Ant Colony Optimization. International Journal of Computing & Business Research [8] M. Yousefihoshbaht, F. Didehvar, dan F. Rahmati. Modification of the Ant Colony Optimization for Solving the Multiple Traveling Salesman Problem. Romanian Journal of Information Science and Technology. Vol. 16, No. 1, 2013, pp

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM Seminar Nasional Sistem dan Informatia 2007; Bali, 16 November 2007 PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM Fajar Saptono 1) I ing Mutahiroh

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

Sistem Navigasi Perjalanan Berbasis Web Dengan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Algorithm)

Sistem Navigasi Perjalanan Berbasis Web Dengan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Algorithm) Sistem Navigasi Perjalanan Berbasis Web Dengan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Algorithm) Arna Fariza 1, Entin Martiana 1, Fidi Wincoo Putro 2 Dosen 1, Mahasiswa 2 Politeni Eletronia Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA KOLONI SEMUT PADA PROSES PENCARIAN JALUR TERPENDEK JALAN PROTOKOL DI KOTA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI ALGORITMA KOLONI SEMUT PADA PROSES PENCARIAN JALUR TERPENDEK JALAN PROTOKOL DI KOTA YOGYAKARTA Seminar Nasional Informatia 2009 (semnasif 2009) ISSN: 1979-2328 UPN Veteran Yogyaarta, 23 Mei 2009 IMPLEMENTASI ALGORITMA KOLONI SEMUT PADA PROSES PENCARIAN JALUR TERPENDEK JALAN PROTOKOL DI KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

pada Permasalahan Traveling Salesman Problem

pada Permasalahan Traveling Salesman Problem Studi Perbandingan Algoritma Ant Colony System dan Algoritma Ant System Leonardo Z Tomarere Laboratorium Ilmu dan Reayasa Komputasi Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Jl. Ganesa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN MINIMUM SPANNING TREE DENGAN ALGORITMA SEMUT

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN MINIMUM SPANNING TREE DENGAN ALGORITMA SEMUT PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN MINIMUM SPANNING TREE DENGAN ALGORITMA SEMUT Alamsyah* * Abstract Without a program, computer is just a useless box. In general, the search for the minimum

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP)

ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) Igusta Wibis Vidi Abar Purwanto 2 FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: wibis.roccity@gmail.com Abstra: Multi Depot Vehicle Routing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GOOGLE MAPS MASHUPS DENGAN MOBILE SYSTEM ANDROID

PENENTUAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GOOGLE MAPS MASHUPS DENGAN MOBILE SYSTEM ANDROID menciptaan apliasi merea sendiri untu digunaan oleh bermacam peranti bergera, oleh arena itu Android memilii omunitas besar Satria Prasamya, Ary Mazharuddin pengembang S., S.Kom, M.Comp.Sc program apliasi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV Solusi Numerik

BAB IV Solusi Numerik BAB IV Solusi Numeri 4. Algoritma Genetia Algoritma Genetia (AG) [2] merupaan teni pencarian stoasti yang berdasaran pada meanisme selesi alam dan prinsip penurunan genetia. Algoritma genetia ditemuan

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA 94 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA Yudhi Purwananto 1, Diana Purwitasari 2, Agung Wahyu Wibowo Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS)

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Prosiding Semirata15 bidang MIPA BKS-PTN Barat Hal 357-36 SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Budi Rudianto 1, Narwen Jurusan

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 271-278 BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman trianisr@yahoo.com.au ABSTRACT.

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B

Lebih terperinci

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listri Penyulang Renon Menggunaan Metode Artificial Neural Networ I Gede Dyana Arana Jurusan Teni Eletro Faultas Teni, Universitas Udayana Denpasar, Bali,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) 6.. UMUM Tujuan: Mengetahui proporsi pengaloasian perjalanan e berbagai moda transportasi. Ada dua emunginan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan moda:

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Tentang Permasalahan Merupaan landasan teori yang terdapat pada permasalahan yang dibahas. 2.1.1 Masalah tranportasi Masalah tranportasi dalam dunia distribusi

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Jurnal Teni dan Ilmu Komputer ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS AN ANALYSIS OF THE VARIATION PARAMETERS OF THE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK DATA CLUSTERING

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK DATA CLUSTERING PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK DATA CLUSTERING Yoe Ota a, Ahmad Saihu, S.Si,MT. b Jurusan Teni Informatia, Faultas Tenologi Informasi, Institut Tenologi

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan Jurnal Penelitian Sains Volume 16 Nomor 1(A) Januari 013 Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untu Menari Aar-aar Suatu Persamaan Evi Yuliza Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia Intisari:

Lebih terperinci

FUNGSI BANTU NONPARAMETRIK BARU UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMASI GLOBAL

FUNGSI BANTU NONPARAMETRIK BARU UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMASI GLOBAL Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 2 Otober 27 FUNGSI BANTU NONPARAMETRIK BARU UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMASI GLOBAL Ridwan Pandiya #, Emi Iryanti #2 # S Informatia, Faultas Tenologi Industri dan

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Joncheere Terpstra dan Modifiasinya Ridha Ferdhiana Statistics Peer Group Jurusan Matematia FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, 23 email:

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK PENERAPAN AKAR KUADRA PADA ENSEMBLE KALMAN FILER (EnKF) Jasmir 1, Erna Apriliani 2, Didi Khusnul Arif 3 Email: ijas_1745@yahoo.co.id ABSRAK Ensemble Kalman Filter (EnKF) merupaan salah satu metode untu

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK. Tesis

APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK. Tesis APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK Tesis Program Studi Teni Eletro Jurusan Ilmu-ilmu Teni disusun oleh : Wiwien Widyastuti 8475/I-/820/02 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar

Lebih terperinci

Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System

Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System Jan Alif Kreshna, Satria Perdana Arifin, ST, MTI., Rika Perdana Sari, ST, M.Eng. Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari 1 Rumbai,

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SISTEM SENSOR GAS METANA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SISTEM SENSOR GAS METANA Jurnal Neutrino Vol., No. April 010 108 PENERAPAN AGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMAI TRANFER DAYA PADA ITEM ENOR GA METANA. Muthmainnah 1), Melania uweni Muntini ). Abstra: Pada penguuran perubahan gejala

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY Jurnal Manti Penusa Vol No Desember ISSN 88-9 ANALISIS EPUASAN ONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAET (URIR DENGAN MENGGUNAAN METODE TOPSIS FUZZY Desi Vinsensia Program Studi Teni Informatia

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG Volume, Nomor, Juli 6 (ISSN: 56-6) HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG Firnanda Zia Azmi *) Tinu Istiarti **) Kusyogo Cahyo

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN POLA GEOMETRI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK Muhamad Tonovan *, Achmad Hidayatno **, R. Rizal Isnanto ** Abstra - Pengenalan waah adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu:

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu: 2.4 Artificial Neural Networ 2.4.1 Konsep dasar Neural Networ Neural Networ (Jaringan Saraf Tiruan) merupaan prosesor yang sangat besar dan memilii ecenderungan untu menyimpan pengetahuan yang bersifat

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL Reisha Humaira NIM 13505047 Program Studi Teni Informatia Institut Tenologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if15047@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA FOLD-GROWTH DAN FP-GROWTH PADA PENGGALIAN POLA ASOSIASI

ANALISIS KINERJA ALGORITMA FOLD-GROWTH DAN FP-GROWTH PADA PENGGALIAN POLA ASOSIASI Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 26 (SNATI 26) ISSN: 97-522 Yogyaarta, 7 Juni 26 ANALISIS KINERJA ALGORITMA FOLD-GROWTH DAN FP-GROWTH PADA PENGGALIAN POLA ASOSIASI Rully Soelaiman, Ni Made Arini

Lebih terperinci

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Di aman searang sebuah adal yang tersusun rapi merupaan ebutuhan bagi setiap individu. Namun masalah penyusunan sebuah adal merupaan sebuah masalah umum yang teradi,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Amethis Otaorora 1, Bilqis Amaliah 2, Ahmad Saihu 3 Teni Informatia, Faultas Tenologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian pada bagian ini akan diuraikan tentang tinjauan pustaka dan landaran teori yang sesuai dengan ACO dan AG. 2.1 Algoritma Ant Colony Optimization Secara umum pencarian

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa Sentimen Pada Review Buku

Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa Sentimen Pada Review Buku Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Januari 2018, Vol. 03, No. 01, hal 55-59 jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jhp17 E-ISSN : 2502-8308 P-ISSN : 2579-7980 Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami onsep pembelaaran dalam JST Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui prinsip algoritma Perceptron 2. Dapat mengetahui

Lebih terperinci

SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE

SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE SIMULASI FILR KALMAN UNUK SIMASI SUDU DNGAN MNGGUNAKAN SNSOR GYROSCOP Wahyudi *), Adhi Susanto **), Sasongo Pramono **), Wahyu Widada ***) Abstact he Kalman filter is a recursive solution to the process

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Ihwannul Kholis, 2 Ahmad Rofii. 1 Universitas 17 Agustus 1945 Jaarta,

Lebih terperinci

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut Irfan Afif (13507099) Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION UPN Veteran Yogyaarta, 30 Juni 2012 CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION Ni G.A.P Harry Saptarini 1), Rocy Yefrenes Dilla 2) 1) Politeni Negeri Bali 2)

Lebih terperinci