Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta"

Transkripsi

1 Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta : Sebelum kita lanjutkan C.V. Makasih ya. Nama saudara Setya Budi Arijanta S.H., K.N ya. Lahir di Surakarta 31 Desember 1970, agama Islam, alamat perum Puri Nirwana I, Blok GG no.6 Cibinong, Bogor. Pendidikan saudara Kenotariatan ya? : Ya : Dengan terdakwa saudara kenal? Agama saudara apa? Islam ya? : Islam Pak. : Dengan terdakwa kenal? : Tidak Pak. : Tidak ada hubungan keluarga juga tidak ada hubungan pekerjaan ya? Saudara dihadirkan dalam persidangan ini sebagai ahli pengadaan ya? : Iya Pak. : Sebelum memberikan keterangan saudara disumpah terlebih dahulu sesuai dengan agama yang saudara anut. Silahkan berdiri. : Saudara tirukan lafal sumpah ahli. (Saksi ahli diambil sumpahnya.) Bismillahirrahminirrahim, Demi Allah, saya bersumpah sebagai ahli akan memberikan pendapat, soal-soal yang dikemukakan, menurut pengetahuan saya dan keahlian saya dengan sebaik-baiknya. : Silahkan duduk : Ahli bidang pengadaan ya? : Iya Pak. : Sudah sering ya saudara menjadi ahli dalam persidangan-persidangan menyangkut masalah pengadaan ya? : Ada berapa puluh kali?

2 : Tidak terhitung. : Tidak terhitung ya. Menyangkut masalah CIS RISI ini saudara pernah dimintai pendapat oleh penyidik KPK? : Lalu, ketika saudara dimintai pendapat oleh penyidik KPK, apa, atau datadata apa yang disodorkan kepada saudara sehingga saudara sampai pada satu kesimpulan? : Ya. : Apa? : Jadi, kita diminta pendapat mengenai proses pengadaan di kasus ini Pak. : Hmm. Gimana tuh? Data-data yang ada apa? : Apanya? Kronologis dan kontraknya, Pak. : Nah gimana tuh? Coba. : Jadi kita pertama ditanya, aturan apa yang berlaku untuk pengadaan di PLN? Di ketentuan pengadaan kalau di PLN tuh ada 2 pak. Kalau PLN itu menggunakan APBN/APBD, jadi ada komposisi pengadaan dengan dana APBN/APBD, berlaku ketentuan pemerintah. Itu tergantung kejadiannya kapan. Kalau sebelum 2004 itu Keppres 18, kemudian Keppres 80, Perpres 54. Kemudian kalau dia tidak pakai dana APBN/APBD, murni dari APLN, dari Anggaran PLN, itu pakai SK Direksi. : Di dalam kasus CIS RISI ini menggunakan anggaran apa? : Ini APLN Pak. : Hmmm? : APLN Pak, jadi murni dari PLN sendiri. : Jadi yang berlaku adalah? : Keputusan Direksi. : Terhadap pengadaan itu, pengadaan barang?

3 : SK Direksi? : Terus, apakah ini berarti bahwa Keppres tidak dapat diberlakukan dalam case terdakwa di PLN ini? : Tidak pak. Jadi di Keppres 80 atau Keppres 18, di situ ruang lingkupnya sudah tegas. Kita tidak boleh mengatur pengadaan di BUMN. Kalau dia pakai dana dari BUMN sendiri. Ini tindak lanjut dari PP mengenai BUMN Pak. Jadi di seluruh BUMN itu sudah dilepaskan dari ketentuan Keppres pemerintah. Kecuali dia tadi ada unsur APBN/APBD nya. Jadi PLN itu masih sampai sekarang, masih ada proyek yang dibiayai pinjaman hibah bantuan dalam negeri, pemerintah. Kalau itu masuk APBN, jadi proyek yang khusus dibiayai oleh PLN tadi itu harus tunduk pada ketentuan kita. Gitu : Gitu ya. Ini kan tadi saudara bilang tadi ada aturan daripada PLN sendiri. APLN sendiri. : Itu diaturnya dimana itu? Di Anggaran Dasar atau? : Apanya Pak? Di SK Direksi Pak. : SK Direksi. SK direksi berapa yang mengatur perihal pengadaan itu? : Saya bacakan dulu ya. Kalau sebelum 2004, itu SK 038 Pak. : Sebelum 2004 ya? : Iya : Itu di dalam pasal berapa mengatur perihal itu? Di dalam SK Direksi itu kan ada pasal-pasalnya nggak? : Iya ada. Jadi disini SK 038 itu tahun 98. Itu mengatur pengadaan barang dan jasa di PLN. : Bagaimana tuh? Aturannya bagaimana, ketentuannya bagaimana tuh? : Maksudnya Pak? : Dari SK tersebut untuk pengadaan bagaimana?

4 Kalau di 038 ini metode pengadaannya pengadaan langsung, pemilihan langsung, penunjukkan langsung, pelelangan dan sewa kelola. : Untuk pengadaan yang menggunakan metode penunjukkan langsung, diatur nggak di dalam situ? : Diatur. Disini diatur, pengadaan yang menggunakan penunjukkan langsung untuk pekerjaan yang mendesak, yang tidak bisa ditunda. Ini hampir mirip Keppres 80 Pak. Kemudian pengadaan yang sifatnya hanya bisa dipenuhi satu penyedia. Jadi hanya satu, yang bisa mengerjakan hanya satu penyedia. Jadi yang memenuhi hanya satu. Itu yang ada di SK 038 Pak. Gitu. : Di dalam case ini setelah saudara melihat data ya, yang diajukan penyidik lalu bagaimana? : Dalam PLN itu ada khusus untuk Outsourcing. Itu diatur di SK 038 tahun Di situ ada ketentuan untuk pengadaan Outsourcing, itu pada dasarnya dapat dilakukan dengan penunjukkan langsung, tapi harus dapat dipertanggung jawabkan secara financial dan yuridis. : Cuma itu aja syaratnya? : Ya. Bunyi pasalnya begitu Pak. : Jadi penjabarannya bagaimana? Dapat dipertanggung jawabkan secara finansial? : Jadi kalau digabung dengan 038, saya berpendapat karena kriteria penunjukkan langsung yang 038 hanya dua tadi Pak, itu harus memenuhi itu dulu. Kemudian yang kedua secara financial, itu prosesnya harus dapat dipertanggung jawabkan, efisien. Gitu. Karena di 038 itu harus ada HPS, harus ada negosiasi. Gitu Pak. : Ini sifatnya limitatif atau bagaimana? : Maksudnya Pak? : Kan ada syarat-syaratnya? : Yang dalam 038, 138 kan ada?

5 : Syara-syarat untuk melakukan penunjukkan langsung dan Outsourcing. Syarat-syarat ini kan ada poin-poin? : Sifatnya bagaimana? Limitatif atau bagaimana? : Kalau menurut pendapat saya bagaimana limitatif : Bagaimana saudara bisa berpendapat bahwa itu adalah limitatif? : Apanya? : Bagaimana dasarnya pendapat bahwa itu limitatif? : Dasarnya ya bunyi pasal tadi Pak. Yang di 038 tadi mengatur pengadaan barang dan jasa Pak. Itu, yang boleh tunjuk langsung ini dan ini. Gitu. : Saudara ahli ya, saudara tadi katakan bahwa Keppres ini nggak bisa diterapkan? : Nggak bisa. : Ada ketentuannya. Di pasal 7 jelas : Pasal 7 ya? : Dan di PP BUMN, kenapa waktu kita menyusun Keppres 18 dan 80 itu kenapa kita nggak mau nnggaktur sana karena di PP BUMN sudah jelas pasalnya bahwa BUMN itu pakai aturan tersendiri. : Pakai aturan sendiri ya? : Jadi di PP BUMN itu ada dua Pak. Kalau BUMN itu sudah go public, jadi sudah Tbk Pak, itu diatur oleh RUPS. Kemudian kalau go public kayak Pertamina, PLN, itu sebenarnya diatur Menneg BUMN. Tapi Menneg BUMN mendelegasikan ke masing-masing Direktur BUMN masingmasing tadi. Gitu Pak. : Gitu ya. Baik. Kalau saudara sebagai ahli ya, saudara kan sudah mengetahui kalau di Keppres 80 sudah jelas persyaratannya, aturan yang mendesak, kemudian hanya ada satu penyedia kan?

6 : Nah saudara juga sebutkan tadi 038 juga demikian. Ada satu mendesak dan satu penyedia, Apakah saudara pernah membaca apa yang dimaksud dengan mendesak dan hanya ada satu penyedia? : Kalau di keterangan pasalnya yang mendesak itu yang bencana alam, hampir persis seperti Keppres 80. : Pada prinsipnya hampir persis? : Dan dulu Pak, temen-temen BUMN itu pada menundukkan diri sebagian. Dari pada bikin aturan sendiri, temen BUMN itu kadang-kadang minta advice kita. Tolong saya dibantu untuk menyusun aturan Direksi tadi. Dia banyak mengacu dan ada beberapa pengecualian. Gitu. Ini pengalaman saya mendampingi, kebetulan saya jadi narasumber untuk penyusunan SK Direksi. Gitu Pak. : Baik. Itu kan kalau di Keppres sudah jelas. Keadaan darurat, benacana alam. Nah yang satu penyedia jasa ini bagaimana maksudnya? : Pekerjaan itu, karena kompleksitas pekerjaannya itu hanya dia yang bisa. Yang lain nggak bisa. Biasanya karena pemegang hak paten, hak cipta, terus karena satu-satunya. Jadi kemarin ditanya contohnya apa sih? Misalnya kita mau masang iklan di bandara, itu pihak Angkasa Pura sudah melelangkan pengelolaan tempat iklan itu Pak. Siapapun pemerintah kalau masang iklan di sana, harus nunjuk ke pengelola iklan tadi yang sudang menang lelang tadi. Itu pihak yang mendapat izin. Kemudian kemarin terakhir saya rapat di ESDM, kebetulan di proyeknya ESDM. Menteri itu mau membeli alat yang mengubah batubara menjadi cair. Setelah di survey di seluruh dunia, ternyata di dunia hanya satu hasil surveynya itu Pak. Ya sudah pak, itu namanya penyedia tunggal. Satu-satunya menunjuk langsung ke Afrika. : Nggak bisa yang lain ya? : Di dunia nggak ada yang lain. Hanya dia aja. Yaudah walaupun nilainya hampir triliunan. Itu saya baru ketemu pekerjaan yang kompleks, yang hanya satu. : Hanya satu?

7 : Betul-betul hanya satu. Setelah di survey ya. Ini pendapat ahli, ternyata di dunia hanya satu. : Baik. Satu penyedia lagi. Apakah saudara sebagai ahli pengadaan barang dan jasa, pernah menemukan itu di pengadaan BUMN-BUMN? Katakanlah misalnya Pertamina, PLN? : Kalau di BUMN itu, bisa jadi karena misalnya ini pekerjaan beli komponen Pak. Komponen alat. Jadi kalau alat, itu kalau ganti spare part kan nggak bisa. Itu bisa. Itu bisa langsung ke pabriknya saja. Tapi kalau ternyata spare part nya banyak yang jual. Ya lelang. Bukan penyedia tunggal. Itu biasanya terjadi di IT. Jadi server itu kalau mau di connect kan dengan tempat lain. Itu kadang server SUN itu nggak bisa connect ke sever HP. Ya satu-satunya harus langsung ke dia. Gitu. : Saudara ahli ya, saya ke SK 138 tadi, tadi saudara menjelaskan bahwa pengadaan di BUMN terkait dengan outsourcing itu dapat dilakukan dengan penunjukkan langsung atau harus dilakukan dengan langsung tadi? : Tidak harus Pak, kan bunyinya dapat. : Dapat ya? : Kemudian saudara menjelaskan dapat dilakukan dengan penunjukkan langsung dengan ketentuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara finansial dan (dipotong oleh ). : Dan yuridis. : Ada tidak di dalam penjelasan SK 138, eh 138 tadi (dipotong oleh Ahli (SBA)). : Iya 138. : Apa sih yang dimaksud dengan finansial itu apa kemudian yuridis itu bagaimana? Ada tidak dalam penjelasan itu? : Tidak ada Pak.

8 Haki Anggota : Tapi menurut pendapat saudara- (dipotong oleh ). : Karena itu ada kaitannya dengan 038 tadi. : Nah itu ada tidak di dalam SK 038? Apabila ada hal-hal, kan duluan SK 038 ya (dipotong oleh ). : Baru 138. : Ada tidak yang menunjuk bahwa kalau tidak ada diatur secara limitatif di dalam SK 138 dapat menginduk di dalam 038? : Tidak ada pasal bunyi itu Pak. : Tidak ada ya? : Tidak ada. Tapi tidak jalan kalau hanya melihat 038. : 138? : Eh 138, tidak jalan. : Memang tidak ada secara rinci dijelaskan di (dipotong oleh ). : Iya nggak. : Tapi di dalam ketentuannya sendiri tidak ada yang mengatakan kembali menginduk kepada 038? : Begitu ya?

9 Saksi Asli : Ahli, terkait dengan SK 038, ahli dipertanyakan tidak mengenai CIS RISI itu? : Maksudnya bagaimana Pak? : Mengenai CIS RISI ditanyakan tidak oleh penyidik? : Ditanyakan? (dipotong oleh ). : Apakah ini termasuk kualifikasi penunjukkan langsung atau tidak? : Ini di tanya Pak kalau di (dipotong oleh). : Oh di tanyakan, baik. Dalam penunjukkan langsung tadi dari 2 kriteria ini antara mendesak sama apa? Hanya (dipotong oleh ). : Penyedia tunggal. : Atau satu penyedia. CIS RISI ini termasuk kualifikasi yang mana? : Kalau. Karena saya tidak tahu pekerjaannya detail Pak, sepengetahuan saya tadi di BAP saya kalau ini. Intinya begini, kalau yang mengerjakan banyak, yang mampu mengerjakan, berarti nggak boleh PL. : Bagaimana saksi tahu banyak atau tidak? : Ya nanti. Makanya saya tidak memastikan ini apakah penyedia atau tidak, karena detailnya saya tidak tahu Pak. Bukan keahlian saya maksudnya, gitu loh. : Lalu keahlian ahli disini yang dijabarkan apa? : Prosedurnya Pak. Prosedur yang bisa menempati penyedia tunggal itu, kalau begini gitu loh. : Gitu loh. Jadi nanti yang bisa menjawab orang teknis.

10 : Oh cukup Pak. Terima kasih. : Silahkan. : Ahli ya, tadi ada mengenai Outsourcing 138 ya? : Pekerjaan-pekerjaan apa saja? Bisa saksi, bisa ahli menjabarkan lingkup pekerjaan yang bisa dilakukan outsourcing itu apa saja? : Jadi kalau di SK 138 itu pekerjaan jenis-jenis yang bisa di outsourcingkan itu pekerjaan informasi pelayanan. Pelayanan informasi langsung : Front desk, call center, pengaduan pelayanan kemudian pekerjaan di lokasi pelanggan itu baca meter dan perbaikan gangguan serta pemutusan penyambungan, yang ketiga adalah pekerjaan penerbitan rekening, yang keempat adalah pekerjaan penagihan, yang kelima adalah pekerjaan penunjang, kemudian yang F adalah pekerjaan-pekerjaan pelayananan pelanggan lainnya. : Baik. Kalau ada 1 pekerjaan pengembangan software atau jasa konsultasi bisa tidak dilakukan outsourcing? : Kalau konsultan itu bukan outsourcing Pak tidak masuk disini, kalau ada pekerjaan konsultan. Karena konsultan itu output nya dari olah pkir, kalau yang outsourcing ini pelayanan, bukan untuk membuat aplikasi dan seterusnya itu. : Baik. Saudara ahli ya, untuk aturan main di KepDir 038 maupun KepDir 138, itu penyedia barang juga harus tahu aturan mainnya tersebut ya? : Iya harus, karena ini pedoman bagi 2 pihak gitu. : Kemudian mengenai HPS, apakah di dalam penunjukkan langsung yang menggunakan dasar 038 maupun dasar 138 itu apakah diwajibkan untuk membuat HPS?

11 Saksi Ahi : Kalau HPS itu wajib untuk di SK 038 itu walaupun penunjukkan langsung tetep harus ada HPS. : Bisa saksi terangkan, kira-kira apa saja syarat-syarat untuk pembuatan HPS tersebut? : Jadi di SK 038 di bab IV.1, HPS itu dibuat secara cermat dan menggunakan data dan referensi yang dapat dipertanggung jawabkan (dipotong oleh ). : Langsung tunjukkan pasalnya saja. : Iya Pak, ini ada A - J. : Ini dalam HPS yang tadi saksi, ahli sebutkan tadi, antara lain ada memperhatikan perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan engineer s estimate, benar ya? : Itu apakah dari panitian pengadaan ya, itu apabla ada satu perhitungan biaya dari konsultan atau engineer s estimate, itu langsung diterima saja atau memang harus disaring dengan data - data yang ada atau bagaimana? : Jadi, salah satu sumber data HPS itu boleh dari ahli Pak, Ahli itu kalau menyusun kesimpulan Pak menetapkan ini harganya harus segini, Itu dia harus punya metode kerja, dia harus bandingkan survey juga data-datanya valid tidak, gitu kan. Ketemulah misalnya tenaga ahli A atau komponen A nilainya misalnya Rp. 15 jt sebulan misalnya, itu harus ada back up datanya, tidak bisa turun dari langit ujuk-ujuk Rp. 15 jt. Itu kalau ujugujug Rp. 15 jt kata orang jawa itu nggak valid berarti hasilnya engineer s estimate tadi. : Baik. : Gitu.

12 : Misal tentang pembuatan biaya langsung personal, biaya langsung personal itu dalam berdasarkan kepada pada auditit payroll. Jadi misalnya ada satu auditit payroll yang dibuat oleh satu akuntan public, pakah ini oleh panitia pengadaan dalm pembuatan HPS harus diteliti atau seperti tadi, diterima langsung karena dianggap ini adalah produk ahli dari konsultan. : Jadi laporan audit itu kan harus lengkap mestinya Pak. Back up datanya, ketemu kesimpulannya A itu harus ada, tidak bisa langsung kesimpulannya saja gtu. : Artinya tetap harus di (dipotong oleh ). : Jadi ya laporannya itu semua. : Baik. Kemudian saksi, ya. Maaf. Dalam BAP nomor 12 ada menerangkan mengenai kontrak bersifat multi years yang harus mendapatkan persetujuan. : Ini bagaimana maksudnya? : Jadi kalau berdasarkan anggaran dasar kontrak yang multi years itu harus minta persetujuan RUPS yang sebelumnya harus mendengar saran atau pendapat dari Komisaris, Dewan Komisaris, kalau mau multi years, disebutin untuk kerja sama. : Kemudian ini juga ada di No. 14 ahli menerangkan bahwa Direksi tidak bisa mendanda tangani kontrak multi-years tanpa persetujuan RUPS ya? : Iya kalau sesuai Anggran Dasar begitu. : Oke baik. Apakah di dalam pengadaan barang jasa itu dari Direksi bisa melakukan intervensi?

13 : Apanya Pak? : Dalam pengadaan suatu barang. : Kalau ketentuannya di 038 itu proses teknis itu di panitia Pak, cuma Direksi hanya menetapkan kalau nilai tertentu. Menetapkan begitu. Tapi proses awalnya di tangan panitia, gitu. : Kalau suruh Direksi yang buat satu arahan-arahan, tindakan-tindakan yang untuk memenangkan suatu rekanan? : Ya berarti melanggar prosedurnya tadi itu. : Sementara cukup. : Dari Penasehat Hukum silahkan. : Saya yang ke terakhir ini tadi dulu, saksi mengatakan bahwa kalau ada arahan dari Direksi. Sepanjang saudara ahli melakukan atau menelisik penjanjian-perjanjian sesuai dengan data yang diserahkan oleh penyidik, apakah ahli menemukan ada arahan Direksi untuk menunjuk orang lain dalam proses ini? : Kalau arahan saya tidak tahu Pak kalau itu, proses mengenai arahan itu tidak tahu. : Tidak tahu? : Tidak, tidak saya teliti. : Ahli tidak pernah menemukan ada bukti (dipotong oleh ). : Tidak ditunjukkan, saya tidak memeriksa fakta itu. : Oh tidak memeriksa fakta itu. Saya tanya lebih lanjut masih berhubungan dengan kontrak yang ahli katakan ini tadi ya. Apakah kepada ahli ditunjukkan adanya RKAP 2002, 2003, 2004 PLN?

14 : RKAP saya kayaknya tidak melihat Pak. : Oh tidak melihat, tidak ditunjukkan oleh penyidik? : Tidak kayaknya ya. Saya lupa-lupa ingat, sudah lama. : Tadi ahli mengatakan bahwa mesti ada pendapat dari Komisaris? : Iya itu di Anggaran Dasar. : Di Anggaran Dasar. Khusus menyangkut Roll Out CIS RISI ini apakah kepada ahli ditunjukkan adanya surat persetujuan dari Komisaris mengenai pengadaan ini? : Tidak pernah lihat saya Pak. : Tidak pernah lihat? : Tidak. : Saudara minta tidak kepada penyidik ketika itu? : Bukan kewajiban saya Pak. : Saudara ini kan akan berpendapat tentang sesuatu mengenai kebenaran kan? : Iya saya berpendapat sesuatu aturan Pak. : Betul. : Mengenai fakta nanti di persidangan. : Nah justru karena itulah makannya saya tanya tadi, apakah kepada ahli (dipotong oleh ). : Jawabannya tidak Pak, jawabnya kan begitu. : Tetapi saudara tidak minta itu?

15 : Iya tidak dong, jawabnya tidak Pak, kalau Bapak nanya itu jawabnya tidak. : Baik, saya teruskan pertanyaan saya. Ahli tadi menyebutkan mengenai soal penunjukkan langsung ya. Ini saya lihat pada Bab IV mengenai Tata Cara Pengadaan Penunjukkan Langsung ini pada halaman 48, itu kriterianya itu dikatakan begini pengadaan barang atau jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukkan langsung untuk jenis pekerjaan. pengadaan sebagai berikut : a.) Pekerjaan yang kebutuhannya sangat mendesak yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, berhubung dengan telah terjadinya bencana untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, yang dapat mengancam jiwa manusia dan menghindarkan kerugian PLN yang lebih besar. : Nah pertanyaan saya, apakah ketika itu kepada ahli ditunjukkan adanya fakta bahwa mengenai pencatatan ada, tidak sinkron antara penagihan dan accounting di PLN? Ditunjukkan seperti itu tidak? : Tidak. : Tidak pernah ada yang dijelaskan kepada ahli, bahwa akibat tidak sinkronnya pencatatan ini mereka sebut mendatangkan kerugian sampai setiap tahun itu sekitar Rp. 70 M? : Tidak Pak. : Tidak ditunjukkan kepada ahli? : Tidak. : Oke saya teruskan, ini yang butir b dikatakan begini: pengadaan barang atau jasa yang sifat kebutuhannya hanya dapat dipenuhi oleh rekanan tertentu, satu-satunya yang menjual barang-barang yang bersangkutan atau

16 barang-barang spesifik atau yang dapat melaksanakan pekerjaan spesifik. Pertanyaan saya kepada ahli, apakah kepada ahli ditunjukkan bahwa ada pihak lain yang bisa dan mempunyai pengalaman untuk melakukan Roll Out CIS RISI ini? : Tidak Pak. Itu bukan keahlian saya dan saya memang tidak menilai itu. : Yang saya tanya ditunjukkan atau tidak kepada ahli? : Tidak. : Kemudian mengenai perjanjian. Apakah kepada ahli ketika ditanya oleh penyidik, sudah ditunjukkan seluruh proses pengadaan, seluruh proses negosiasi yang dilakukan oleh tim PLN Disjaya dan Netway ketika itu? : Kalau tidak salah, tidak Pak seluruhnya. : Kalau menurut ingatan ahli yang ditunjukkan kepada ahli itu apa? : Saya lupa, kontraknya kalau tidak salah Pak. : Hanya kontrak saja? Tercapainya kontrak itu, negosiasinya tidak? : Detailnya nggak tahu saya Pak. Hitung-hitungannya dari penawaran berapa menjadi berapa itu bukan, bukan, nggak ditunjukkan kepada saya. : Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses implementasi itu? : Nggak ada. Nggak ada. : Juga tidak ditunjukkan kepada ahli? : Nggak ada. : Kemudian saudara ahli ya, tadi ahli menyebutkan SK 138 ya. Kalau yang saya lihat pada pasal 3 ini, pekerjaan penunjang itu dimaksudkan disini termasuk diantaranya adalah teknologi informasi, keamanan kantor, kebersihan fasilitas kantor. : Ya.

17 : Menurut pengetahuan ahli, apakah CIS RISI ini termasuk teknologi informasi ini? : Bukan keahlian saya pak, karena saya nggak tahu detailnya itu lho pak. : Ketika Ahli diminta untuk bersaksi, diterangkan tidak CIS RISI ini apa sih? Binatangnya seperti apa? : Binatangnya saya nggak tahu detail, saya jelasnya itu nggak detail, karena memang bukan keahlian saya. Saya tidak menilai teknis pak. : Apakah diterangkan kepada ahli bahwa ini termasuk pelayanan pelanggan? : Ya nggak tahu saya pak. Teknis ini pak. Kalau pertanyaannya teknis saya nggak mungkin bisa jawab. : Ada bagian-bagian tertentu tidak yang diterangkan kepada penyidik kepada ahli waktu hendak dimintai pendapat, mengenai CIS RISI ini? : Saya hanya ditanyakan kalau disini ada komponen tenaga ahli, itu masuk konsultan atau tidak? Kalau tenaga ahli itu konsultan? Terus di BAP saya menanyakan apakah ini pakai apa, Billing rate-nya pak, menggaji komponen tenaga Outsourcing tadi apakah pakai SE-nya Bappenas? Itu yang ditanyakan ke saya. Nah saya, kebetulan yang menyusun SC-nya itu saya kebetulan pak, SC itu saya bikin bukan untuk PLN, SC itu saya bikin untuk menyusun RAB untuk APBN/APBD, dan itu untuk pekerjaan jasa konsultan, bukan outsourcing. Jadi kalau pakai itu nggak nyambung, salah pakai, gitu. Karena lingkupnya jelas beda sama sekali. Itu untuk APBN/APBD, dan khusus pekerjaan konsultan, bukan untuk outsourcing. Gitu pak. : Tapi ini di dalam BAP ahli pada butir 20 : Ya? : Dikatakan jawabannya begini atas pertanyaan ditunjukkan kepada saudara ahli atas surat perjanjian dan seterusnya itu? kemudian ahli menjawab begini. Pekerjaan jasa konsultansi adalah layanan jasa keahlian dan seterusnya, ya? Untuk membedakan apakah pekerjaan ini termasuk kategori jasa konsultansi dengan jasa lainnya adalah, kalau jasa konsultan komponen biayanya minimal 60% untuk membayar personil atau tenaga ahli, sedangkan jasa lainnya komponen non-personil bisa lebih dari 60%. Kalau jasa konsultan outputnya adalah piranti lunak yang

18 disusun secara sistematis yang dituangkan dalam kerangka acuan kerja dan seterusnya. Pertanyaan saya, ini dasar saudara berpendapat seperti ini apa ada ketentuannya ya? Yang mengatur tentang ini? Ahli MI : Ada. Ini kalau di dunia internasional pak, pengadaan internasional itu yang namanya konsultan itu komponen biayanya harus lebih banyak bayar tenaga ahli. Kalau konsultan pak. Kalau barang, ya barang, kalau jasa lainnya ya jasa lainnya, kalau komponen biayanya lebih banyak nonkonsultan itu tidak boleh disebut konsultan. Gitu pak. : Yang saya mau tau itu tadi aturannya itu dimana pak? : Itu Keppres 80, definisi pengadaan konsultan internasional itu begitu. : Yang saya mau tanya lebih lanjut adalah, 038 itu mengatur itu atau tidak? : Apanya? 038 ini ada pengadaan konsultan ada pak di 038, tapi tidak mengatur 60% tadi tidak ada memang. : Tidak diatur? : Tidak pak. : 138 juga tidak mengatur itu? : Tidak, tidak. Kalau 138 jelas outsourcing, bukan konsultan pak, jelas itu. Kalau 138 itu jelas outsourcing. Gitu pak. : Kemudian disini di pertanyaan nomor 21, ahli menjawab begini. Pertanyaannya begini, Apakah diperbolehkan dalam suatu pengadaan outsourcing terdapat biaya bayar konsultan maupun tenaga ahli, dan biaya-biaya terkait pengembangan perangkat lunak yang digunakan dalam outsourcing tersebut? Jawaban ahli Tidak boleh. Seharusnya paket pekerjaan pengembangan perangkat lunak tidak dijadikan satu dengan pekerjaan outsourcing. Karena pengembangan perangkat lunak tersebut merupakan pekerjaan jasa konsultansi, sedangkan pekerjaan roll outsourcing merupakan jasa lainnya. Mekanisme dan prosedur pemilihan pekerjaan jasa konsultansi dan jasa lainnya berbeda dengan penyediaan jasa dan jasa juga berbeda. Nah pertanyaan saya, apakah hal seperti ini disebut didalam SK 038? : Tidak, tapi kita melihat begini pak, kalau- (dipotong oleh Penasehat Hukum)

19 : Saya kira cukup pertanyaan saya. : Ya sudah. : Lanjut? : Saya lanjutkan pak. Terima kasih Yang Mulia atas waktunya. Saudara ahli ya, saudara tadi sudah menyebut tentang, di dalam BAP ini nomor 12 tentang pernyataan keputusan rapat PT. PLN nomor 70 tanggal 27 Januari 1998, tentang Anggaran Dasar PT. PLN ya? : Saudara sebut disitu, bahwa untuk pekerjaan multi years ini harus ada persetujuan dari RUPS? : Ya. : Coba, saudara mungkin membawa, tolong di. Ini di pasal 11 ayat 9 ya, saudara sudah? Di dalam pasal 11 ayat 9 tadi disebutkan ya, disini perjanjian-perjanjian lain, bahwa perbuatan-perbuatan dibawah ini hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari RUPS, dan persetujuan tersebut diberikan sesuai dengan saran dari Komisaris dan memperhatikan ketentuan yang berlaku yaitu E. Yang E ya pak ya. : Mengadakan kerja sama dengan badan usaha atau pihak lain berupa kerja sama operasi kontrak manajemen, kerjasama lisensi, BOT, bangun guna milik ya pak ya? : Dan perjanjian-perjanjian lain yang mempunyai dampak keuangan bagi perseroan, yang berlaku untuk jangka waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus usaha, antara lain perjanjian pembelian tenaga. : Pembelian tenaga, iya. : Nah pertanyaan saya, apakah yang memerlukan persetujuan RUPS, berdasarkan pasal 11 ayat 9 tadi, adalah kerja sama yang sifatnya multi years ya? Yang bukan saja multi years tapi juga mempunyai dampak keuangan terhadap PLN?

20 : Ya kalau bunyinya mengadakan. Kan tadi bunyinya mengadakan kerja sama dengan pihak lain. Ada BOT dan perjanjian lainnya yang menyampaikan mempunyai dampak keuangan yang mempunyai dampak waktu lebih dari 1 tahun. : Mempunyai dampak keuangan ya saudara? : Iya, kan disini yang berlaku untuk jangka satu tahun- (dipotong oleh Penasehat Hukum) : Ya tapi ada yang mempunyai dampak keuangan kan? : Ya. : Bagi perseroan yang berlaku untuk jangka waktu lebih satu tahun? : Jadi saya ingin minta pendapat ahli ya. Jadi yang dimintakan persetujuan dari RUPS itu apakah hanya pekerjaan yang sifatnya multi years, ataukah bahwa pekerjaan itu di samping multi years juga mempunyai dampak keuangan bagi perseroan? : Dua-duanya pak. : Dua-duanya ya? Baik, terimakasih. Saudara tahu nggak pengertian tentang dampak keuangan ini? Saudara paham nggak? : Ya, berdampak dengan keuangan PLN. : Berdampak dari keuangan. Yang menetukan bahwa suatu pekerjaan yang sifatnya multi years itu mempunyai dampak keuangan terhadap PLN itu saudara tahu? : Makanya, RUPS sama pendapat Komisaris tadi. : RUPS dan? : Sama Komisaris. : Dan Komisaris ya? Baik. Tadi saudara juga, saudara ditunjukkan nggak tadi oleh penyidik tentang RKAP itu? Ditunjukkan tidak? : Kayaknya nggak pak.

21 : Tidak ya? Selanjutnya ya, kepada saudara ahli ya, siapa yang menentukan ya bahwa penyedia barang atau jasa itu hanya satu-satunya, misalnya si X? Yang menentukan itu siapa? : Kalau yang menentukan untuk bisa PL atau tidak itu tadi, itu mestinya hanya panitia. : Panitia? Direksi punya kewenangan tidak? : Apanya? : Direks, suatu Direksi. : Direksi hanya menetapkan saja hasil panitia tadi. : Menetapkan hasil panitia? : Hasil yang sudah diproses tadi itu Direksi yang menetapkan. : Menetapkan. Berarti prosesnya dari? : Dari bawah : Kemudian juga berkaitan SK direksi 038 itu ya, saudara tahu nggak? Siapa yang jadi pengguna dari proyek CIS RISI ini? Diberitahu nggak oleh penyidik? : Pengguna- : Usernya siapa? : Wah saya nggak hafal pak. : Nggak hafal ya. Pertanyaan saya kepada saudara ahli ya, siapa yang harus menerapkan Sk direksi 038? : Maksudnya? : Yang menerapkan. Yang harus menerapkan SK direksi 038? : Ya seluruh jajaran PLN kan? : Dalam konteks ini misalnya proyek CIS RISI ini? : Ini siapa dalam proyek CIS RISI ini? Saudara tahu nggak?

22 PH DA PH PH PH PH : Krena ini kan punyanya Disjaya ya- : Nah itu yang saya maksud. Usernya Disjaya? : Jadi siapa yang harus menerapkan? : Ya Disjaya. : Disjaya. Kemudian, panitia pengadaan ini, apakah dia bersifat independen atau dia mempunyai, boleh di, di apa, diintervensi? : Tidak boleh, tadi sudah saya jawab juga. : Tidak boleh ya, sifatnya independen ya? : Ya. : Independen. Kemudian panitia pengadaan ini bertanggung jawab kepada siapa, saudara masih ingat? : Kepada yang angkat. : Kepada yang angkat ya? Oke. Dari kami cukup pak, terima kasih. : Sedikit saja Yang Mulia, tentang UPN Saudara ahli. : Dari dokumen yang diperlihatkan kepada ahli dalam melakukan pendapat keterangan ahli ini, apakah ahli mengetahui ada berapa macam RUPS dalam yang dilaksanakan di PLN? : Aduh saya nggak hafal pak. : Tapi ada pertanyaan tentang itu? : Nggak. : Pertanyaan selanjutnya, ketika RKAP sudah disahkan oleh RUPS, apakah terhadap pelaksanaan dari project tersebut telah disetujui oleh RUPS, apa belum? : Itu bukan, bukan keahlian saya pak. : Pendapatnya, pendapatnya?

23 PH Terdakwa : Saya nggak bisa jawab, karena bukan masalah pengadaan. : Bukan keahlian saudara itu kan? : Ya, bukan. : Terimakasih Yang Mulia. : Terdakwa ada pertanyaan? : Satu, Yang Mulia. Saudara saksi, sorry, saudara ahli, apakah saudara juga mengetahui ada SK 075? : 075? Terdakwa : SK Direksi 075 tahun Terdakwa Terdakwa Terdakwa Terdakwa Terdakwa : 074, 074 ada pak. Kalau 075 saya nggak, nggak, nggak anu sih. 075 saya nggak (dipotong oleh Terdakwa) : 075, rasanya ada disebut. : 075 nggak, saya nggak ada. : SK 075 apa intinya pak? : SK 75 adalah SK pendelegasian kewenangan pengadaan kepada para GM sehingga tidak ada batas atas maksimum nilai pengadaan yang boleh dilakukan oleh GM. SK 075 dibuat di jaman pak Kuntoro. : Ya. : Yang menyebabkan Direksi tidak punya kewenangan melakukan pengadaan seperti yang anda sebut tadi. : Tetapi semua pengadaan ada di Unit-unit Bisnis nya. : Di bawah? Kalau memang itu ada, ya nggak apa-apa. : Tapi saudara nggak pernah lihat? : Ya. Begitu. : Saudara nggak pernah lihat?

24 Terdakwa : Saya kira itu saja, terima kasih. : Silahkan. Ada lagi yang ingin saudara sampaikan? : Tidak pak. : Sudah? Terimakasih ya. : Baik, kepada Terdakwa maupun Penasehat Hukum, silahkan nanti didalam pledoi, sependapat atau tidaknya silahkan nanti di dalam pledoi tanggapan ya. Silahkan! (mempersilahkan ahli meninggalkan ruang sidang) (Ahli menginggalkan ruang sidang) : Hari ini habis ya? : Habis, Yang Mulia : Silahkan, saudara terdakwa! (Terdakwa kembali duduk di depan) Terdakwa : Sebelum sidang ditutup ada yang ingin saudara sampaikan? : Saya rasa cukup, Yang Mulia, terimakasih. : Cukup? Dari Tim penasehat hukum ada? : Saya cuma mau minta waktu yang cukup ketika kami mengajukan saksi yang menguntungkan dan ahli, Yang Mulia. Makasih. : Saya ingatkan juga kepada Penuntut Umum ya! Kesempatan terakhir saudara pada kesempatan berikut! Jika pada persidangan berikut saudara tidak bisa menghadirkan ahli yang saudara butuhkan maka kesempatan saudara berakhir! Ya? Itu rencananya ada berapa? : Dua, Yang Mulia. : Dua? : Ahli dari BPKP sama IT. : Saya rasa ya, dalam persidangan berikut, karena hanya dua, saudara Terdakwa dan tim Penasehat Hukum sudah bisa siap-siap untuk membawa

25 satu orang atau dua orang saksi. Sudah bisa siap-siaplah. Saya kasih waktu mulai dari sekarang nih, untuk mempersiapkan dari sekarang! Ya? PH MI : Kami usahakan, Yang Mulia. : Iya, harus bisa! Saya yakin dan percaya saudara mampu itu untuk menghadirkan saksi dalam persidangan. Oke? Baik! Untuk memberikan kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menghadirkan ahli, dan juga Penasehat Hukum untuk mempersiapkan saksi yang meringankan bagi diri Terdakwa, maka sidang hari ini kita tunda dan kita lanjutkan kembali pada hari yang sama, Selasa tanggal 15 November 2011, jam satu ya, karena ini di complaint anggota saya di Jakarta pusat, sidang dia dalam perkara lain paling satu hari, selebihnya disini. Maka kita mulai dari jam satu! Dengan perintah kepada Penuntut Umum untuk menghadirkan saksi atau ahli pada hari dan jam tersebut diatas, sidang kami nyatakan ditutup! (Palu di ketuk)

Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar

Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar Selasa, 23 November 2011 Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar : Saudara ahli ya, sebagaimana diawal keahlian saudara adalah dibidang pengadaan ya, pertanyaan di luar bidang pengadaan untuk tidak dijawab

Lebih terperinci

Saksi #17: Budi Maryati

Saksi #17: Budi Maryati Saksi #17: Budi Maryati (Saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Saudara saksi Budi Maryati ya, saudara sudah disumpah dalam persidangan yang lalu untuk memberikan keterangan yang

Lebih terperinci

(Saksi P dihadirkan ke persidangan)

(Saksi P dihadirkan ke persidangan) Saksi #14: Purwanto PU PU : Saksi berikut Purwanto ya? : Iya Yang Mulia. : Biar nyambung dengan yang tadi. : Saksi Purwanto. (Saksi P dihadirkan ke persidangan) : Saudara saksi, saudara tadi sudah bersumpah

Lebih terperinci

Saksi #15: Fahmi Mochtar

Saksi #15: Fahmi Mochtar Saksi #15: Fahmi Mochtar : Pakai Mic nya, ya. Saudara tadi sudah disumpah menurut agama yang saudara anut. Itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar, ya. Sesuai dengan apa yang saudara

Lebih terperinci

Saksi #11: Conny Kurniawan

Saksi #11: Conny Kurniawan Saksi #11: Conny Kurniawan : Silahkan saksi selanjutnya. Saksi Conny. Conny Kurniawan Wahjoe. : Maaf Yang Mulia, mau kita gabung atau satu? : Satu. (Saksi CK memasuki ruang persidangan) : Saudara saksi

Lebih terperinci

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo : Saksi meninggalkan ruang sidang. Saksi berikut. Ya berikutnya Budi Harsono. ( Hakim mengetuk palu) Saksi (BS) : Yang Mulia apakah diperkenankan Budi

Lebih terperinci

Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari

Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari : Ahli berikutnya. : Ahli berikut dari BPKP. (Ahli AA memasuki ruang persidangan) : Baik, saudara ahli ya? Saudara pernah dimintai pendapat oleh penyidik KPK menyangkut

Lebih terperinci

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Sidang perkara nomor 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Soewondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu diketuk)

Lebih terperinci

Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie

Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie PU Sakai (BS) : Skors dicabut sidang di buka kembali (Palu diketuk). Saksi berikut. : Saksi Muljo Adji Abdoel Gonie dan saksi Budi Santoso.

Lebih terperinci

: Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang persidangan)

: Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang persidangan) Saksi #23: Ricky Singh Bedi, Saksi#24: Sri Wahyuningsih dan Saksi#25: Abdul Hakim Said : Saksi berikut. : Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang

Lebih terperinci

Saksi #16: Tonny Soewandito

Saksi #16: Tonny Soewandito Saksi #16: Tonny Soewandito : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu diketuk) Terdakwa

Lebih terperinci

Saksi #38 : Bagja Rasa

Saksi #38 : Bagja Rasa Selasa, 23 November 2011 Saksi #38 : Bagja Rasa : Sidang dibuka kembali. Saksi berikut. (Saksi BR memasuki ruang persidangan) : Saudara sudah disumpah ya, untuk memberikan keterangan apa yang saudara ketahui,

Lebih terperinci

Saksi Ahli Keuangan Negara : Dian Puji N. Simatupang

Saksi Ahli Keuangan Negara : Dian Puji N. Simatupang Selasa, 30 November 2011 Saksi Ahli Keuangan Negara : Dian Puji N. Simatupang : Skors dicabut sidang dinyatakan terbuka kembali, ahli berikut. : Terima kasih Yang Mulia. : Silahkan pak, baik sidang lanjut,

Lebih terperinci

(Saksi N memasuki ruang persidangan) Saksi (N) : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun 93.

(Saksi N memasuki ruang persidangan) Saksi (N) : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun 93. Saksi #12: Nuraini : Saksi berikut. Saksi Nuraini. (Saksi N memasuki ruang persidangan) : Saudara di PLN bagian apa? : Di bagian Hukum. : Dari tahun berapa? : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun

Lebih terperinci

Saksi #13: Sofyan Djalil

Saksi #13: Sofyan Djalil Saksi #13: Sofyan Djalil Hakim : Baik, kalau tidak keberatan, siapa yang ingin diajukan terlebih dahulu? PU : Mungkin dari pak Sofyan Djalil dulu. Hakim : Silahkan, yang pak Sofyan tinggal dalam ruang

Lebih terperinci

Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana

Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana : Sidang perkara Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN. Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc., dibuka dan dinyatakan terbuka

Lebih terperinci

Saksi#6 : Bambang Boediono

Saksi#6 : Bambang Boediono Saksi#6 : Bambang Boediono : Saudara diminta memberikan keterangan yang benar, sesuai dengan apa yang saudara ketahui, saudara alami dan saudara dengarkan langsung. Ya? Saudara adalah dosen teknik sipil?

Lebih terperinci

Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati

Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati : Teddy, Tumpak Johny Purba, Teddy Triheryadi, Eva Indrawati. Kahar Mulyani. (Saksi-saksi

Lebih terperinci

Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim. Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo

Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim. Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo Selasa, 23 November 2011 Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo : Sidang perkara Nomor: 37/Pid B/Tipikor/2011/ PN Jakarta Pusat

Lebih terperinci

Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya

Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya : Sidang perkaran Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakpus atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto

Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa, Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka, dan dinyatakan terbuka untuk umum. Penuntut

Lebih terperinci

Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo

Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo : Sidang perkara nomor 27/Pid.B/Tipikor/2011/PN.PST atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondo MSc. dibukan dan terbuka untuk umum. (Palu di Ketuk)

Lebih terperinci

Saksi Ahli Perusahaan : Erman Rajagukguk

Saksi Ahli Perusahaan : Erman Rajagukguk Selasa, 30 November 2011 Saksi Ahli Perusahaan : Erman Rajagukguk : Skors dicabut sidang dinyatakan terbuka kembali, ahli berikut. : Terima kasih Yang Mulia. : Silahkan pak, baik sidang lanjut, majelis

Lebih terperinci

: Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut

: Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut Saksi#5: Tunggono : Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut : Saksi Tunggono : Saudara saksi ya, saudara telah disumpah, untukmemberikan keterangan sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Identitas dan Pengambilan Sumpah -saksi : Sidang perkara nomor No. 37/Pid.B/Tipikor/2011 PN Jakarta pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu

Lebih terperinci

Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang

Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang (saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Jadi anggota, salah satu anggota majelis hari ini mengikuti pelatihan di Mega mendung, jika saudara

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 96] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG GERAKAN PRAMUKA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian 1. Subjek S 1Untuk mengetahui kemampuan translasi model representasi dari Real Script menjadi Gambar Statis subjek S 1, maka diberikan

Lebih terperinci

Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang

Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang Saksi( ASj) : Baik yang pertama kita dengar,silahkan tinggal diluar, siapa ini didalam siapa? : Azwani Sjech Umar dengan Hardiv Harris Situmeang

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA MATERAI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA ANTARA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH DENGAN KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 138/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 138/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Umum... 1 1.2 Pengertian Isilah... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 3 III. PRINSIP DASAR, KEBIJAKAN DAN ETIKA

Lebih terperinci

( Saksi memasuki ruang sidang )

( Saksi memasuki ruang sidang ) Selasa, 1 November 2011 Saksi #30: Gani Abdul Gani : Saksi berikut? : Saksi Gani Abdul Gani ( Saksi memasuki ruang sidang ) : Saudara Saksi Gani Abdul Gani ya! Saudara pernah diperiksa oleh penyidik KPK?

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PHPU.D-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PHPU.D-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PHPU.D-XI/2013 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bogor Tahun

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal : 1 Tujuan Untuk menjamin bahwa pelaksanaan proses Penunjukan Langsung sesuai dengan peraturan per undang-undangan yang berlaku, harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

menyelesaikan permasalahan tersebut? Jika ya, bagaimana commit to user solusi alternatif tersebut?

menyelesaikan permasalahan tersebut? Jika ya, bagaimana commit to user solusi alternatif tersebut? digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Pada Bab IV ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan pada Bab I yaitu: Bagaimana tingkat dan karakteristik dari tingkat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi [Pasal 41

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

: ^%^&%&^^&% (ucapan hakim sama sekali tidak jelas) Hakim1 : ahh, dalam pekerjaan ini saudara sebagai apa, berkedudukan sebagai apa?

: ^%^&%&^^&% (ucapan hakim sama sekali tidak jelas) Hakim1 : ahh, dalam pekerjaan ini saudara sebagai apa, berkedudukan sebagai apa? Panitera : Saksi Pandu Anklasito dan Rahmat : ya, silahkan duduk : ya, saudara berdua, saudara sudah disumpah menurut agama yang saudara anut, itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 87/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 87/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 87/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PERIHAL SIDANG PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pelelangan Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang / jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedian

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Banda Aceh Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 55] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA RISALAH SIDANG NOMOR REGISTER PERKARA: 001/PUU-XI/2015/MM.UI

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA RISALAH SIDANG NOMOR REGISTER PERKARA: 001/PUU-XI/2015/MM.UI MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA RISALAH SIDANG NOMOR REGISTER PERKARA: 001/PUU-XI/2015/MM.UI PERIHAL PENGUJIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA TERHADAP

Lebih terperinci

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2012 Jl. Rasakunda Girimaya Pangkalpinang

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2012 Jl. Rasakunda Girimaya Pangkalpinang PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2012 Jl. Rasakunda Girimaya Pangkalpinang BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (BAPP) PEKERJAAN/AANWIJZING Nomor

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Maksud dan Tujuan... 1 3. Referensi... 2 4. Daftar Istilah... 3 BAB II. DEWAN KOMISARIS... 5

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan [Pasal 27 ayat (1) huruf e ] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan

Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan Pengertian Umum Seluruh pengadaan barang yang pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian atau keseluruhan, harus mengacu kepada aturan yang berlaku (Keppres

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 98/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 98/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 98/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Lebih terperinci

PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)

PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) Nomor : 13.00/KPTS/03/II/2014 TENTANG PEDOMAN PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 55/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 55/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 55/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan [Pasal 8 ayat (5)] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: Keppres 80-2003 lihat: Perpres 32-2005::Perpres 8-2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkup aktivitas perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkup aktivitas perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap lingkup aktivitas perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi [Pasal 33 ayat (1 ) huruf

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN JUNCTO UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09. Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.00 WIB Bagaimana proses identifikasi wajib retribusi Izin

Lebih terperinci