MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUNAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985, UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN, UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A RABU, 2 SEPTEMBER 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial [Pasal 30], Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi [Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2)], Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perunahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 [Pasal 9 ayat (1)], Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman [Pasal 30 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)], Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 21 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. I Made Sudana ACARA Perbaikan Permohonan (II) Rabu, 2 September 2015 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) I Dewa Gede Palguna (Ketua) 2) Suhartoyo (Anggota) 3) Maria Farida Indrati (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. I Made Sudana ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sidang dalam Perkara Nomor 94/PUU-XIII/2015 dalam rangka pemeriksaan pendahuluan untuk perbaikan permohonan, saya buka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Saudara Pemohon, bisa mendengarkan suara saya? 2. PEMOHON: I MADE SUDANA Mudah-mudahan tidak seperti kemarin dulu itu, ya. 3. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, baik. 4. PEMOHON: I MADE SUDANA Ini maaf, Pak, saya tambahkan sedikit. 5. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sebentar dulu, Pak, sebentar dulu, sebentar, sebentar. Bapak silakan dulu karena ini sidang terbuka, Bapak tolong sampaikan dulu namanya, nama Bapak selaku Pemohon, siapa saja yang diajak hadir di situ, apakah sendiri atau ditemani. Silakan disampaikan dulu, Pak. 6. PEMOHON: I MADE SUDANA KETUK PALU 3X Saya sendirian, Pak. Memang saya sudah mengusahakan untuk cari pendampingnya, malah dosen di Unud juga, tapi kami tidak dapat, Pak. Saya padahal tamatan Unud saya, Pak. Di samping itu juga, Pak, ini nomor perkaranya, Pak, nomor risalah sidangnya 941 ditulis di sana, tapi sebenarnya 94., Pak. 7. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, mungkin ada persoalan pengkodean yang ini. Jadi, Pak, sekarang ini adalah pemeriksaan perbaikan permohonan, kami belum mendengar, belum membaca, atau belum menerima perbaikan permohonan dari Bapak. Tadi kami cek di bagian Kepaniteraan itu belum 1

5 ada, tetapi menurut berita dari Kepaniteraan katanya Bapak sudah mengirimkan lewat pos, apakah mungkin di kantor pos, barangkali Bapak bisa menunjukkan pada sidang ini tanda bukti pengirimannya, Pak? 8. PEMOHON: I MADE SUDANA Tanda buktinya maafkan, enggak saya bawa, Pak. Ini arsipnya ada saya bawa, Pak. 9. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Oh, arsipnya ada? 10. PEMOHON: I MADE SUDANA Ya. 11. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik. Baik. Kalau begitu sekarang begini, kalau begitu kami Majelis Panel ini hendak mendengarkan perbaikan-perbaikan apa saja yang sudah Bapak lakukan karena ini adalah kesempatan yang terakhir untuk perbaikan permohonan. Jadi, Bapak tolong sampaikan secara ringkas saja pokok-pokok dari perbaikan permohonan yang telah kami nasihatkan pada persidangan sebelumnya. Bapak bisa mendengar, Pak? 12. PEMOHON: I MADE SUDANA Bisa mendengar, Pak. 13. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Bapak tolong sampaikan apa saja pokok-pokok perbaikan permohonan yang sudah Bapak lakukan dari yang sudah dinasihatkan oleh Mahkamah pada persidangan sebelumnya. 14. PEMOHON: I MADE SUDANA Siap. Pokok-pokoknya saja? 15. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, yang diperbaiki saja. Kan kemarin sudah diberikan nasihat, ini yang dilakukan begini, ini begini, Bapak sampaikan sekarang. 2

6 16. PEMOHON: I MADE SUDANA Dengan nasihat dari Majelis, Pimpinan Majelis, (suara tidak terdengar jelas) juga diperluas. Jadi, tidak bisa dimohonkan untuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun Ini mungkin tahunnya juga salah ini, ya, berarti Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dengan sendirinya batal karena undang-undangnya tersebut telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Di samping itu pula Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2011 telah terjadi perubahan, sehingga pencantuman Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dijunctokan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Bahwa sebelum membahas tentang undang-undang yang salah satu pasalnya mengatur tentang sumpah, tetapi tidak ada diuraikan sanksi agamanya dari (suara tidak terdengar jelas) yang dilanggar, sesuai dengan permintaan Ketua Majelis terlebih dahulu akan Pemohon jelaskan kerugian konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun Dengan berlakunya undang-undang yang tidak mengatur tentang sanksi agama (suara tidak terdengar jelas) bila pasal tersebut bila tentang sumpah tersebut dilanggar. Di samping itu, sebagaimana Pemohon telah uraikan dalam permohonan Pemohon, dalam perihal menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tanggal 12 Mei 2014 tersebut, yang jelas berlaku untuk semua undang-undang yang salah satu pasalnya mengatur tentang sumpah jabatan. Tetapi tidak menguraikan sanksi agama. Bila yang mengucapkan sumpah melanggar sumpahnya sebagaimana Pemohon uraikan dari halaman 5 dengan judul Kerugian Pemohon sampai halaman 32 dalam hubungan dengan sumpah jabatan yang di yang bila dilanggar, tidak diatur sanksinya. Untuk lebih jelasnya Pemohon akan berusaha menguraikan tambahan sebagai berikut. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 28D Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ayat (1), Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ayat (2), Setiap orang berhak untuk bekerja, serta mendapat imbalan yang dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya. Bahwa apabila dihubungkan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, itu setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum dengan sumpah jabatan, rasanya ada perlakuan yang tidak adil dalam pengucapan sumpah jabatan tersebut yang dalam 3

7 pengucapannya tidak menguraikan sanksi agama atau religius apabila sumpahnya dilanggar. Sedang dalam sumpah (suara tidak terdengar jelas) dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dalam Pasal 47, dan Pasal 88-nya diatur tentang sanksi agamanya, yaitu menerima laknat dari Allah SAW bila sumpahnya dilanggar. Juga dalam Buku Pedoman Sumpah dan Janji Pegawai Negeri Sipil bagi umat Hindu oleh tim penyusun 10 orang, penerbit Dewi Kayana Abadi Nomor dalam halaman 13 diuraikan, Dalam hubungannya dengan seorang yang melanggar sumpah jabatan akan mengalami dua sanksi sekaligus, (a) pertama, si pelanggar akan mendapat hukuman jabatan, yaitu dipecat dari jabatannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Pasal 23. Kedua, si pelanggar akan menerima akibat seperti dinyatakan dalam Weda Smerti XI 53 dan 54, demikian sebagai akibat dari sisa-sisa kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya, menjadi lahir bodoh, dungu, tuli ini bukan kuli, tuli, buta, tuli, ini komanya hilang, buta tuli, dan sebagai orang yang tidak sempurna yang serta serba kurang karena kurang kebajikannya. Dalam halaman 14-nya diuraikan, Hukuman jabatan diurus oleh negara melalui pengadilan administrasi, hukuman bagi yang melanggar satya dan sumpah, yakni bagi pejabat atau pegawai negeri sipil yang telah diambil sumpahnya adalah mengalami penderitaan selama hidupnya. Tapi awal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1943 tahun Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan tentang Pokok- Pokok Kepegawaian dalam Pasal 26 dan seterusnya yang mengatur tentang sumpah, kode etik, dan peraturan disiplin dalam uraiannya tidak ada mengatur tentang sumpah menurut agama. Beliau orang yang ( ) 17. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Pak Made, Pak, itu kami sudah anu ya itu kan sudah diuraikan dulu. Begini, kalau itu kan pengulangan, jadi itu pada dasarnya sudah kami bisa menangkap maksud Bapak itu. Satu hal yang perlu kami tanyakan terlebih dahulu. Ini memang saya kami sudah menerima satu surat, tapi judulnya adalah Risalah Sidang Perkara 941/PUU-XIII/2015. Apa itu yang Bapak maksud sebagai perbaikan? 18. PEMOHON: I MADE SUDANA Ya. 4

8 19. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ha? 20. PEMOHON: I MADE SUDANA Ya, itu 941-nya itu, 1-nya itu coret, Pak. 21. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, tapi kalau ini bukan format. Mestinya format perbaikannya tidak seperti ini, Pak, karena saya setelah saya lihat, setelah kami dengar, ternyata yang Bapak baca itu adalah yang uraian yang di sini dan itu juga pengulangan. Baik, saya kami akan langsung saja me me menanya mem mengkonfirmasi kepada Pak Made, pada Saudara Pemohon. Ini di petitumnya, kan Bapak minta ini ada empat ini. Bisa dengar suara saya, Pak, ya? 22. PEMOHON: I MADE SUDANA Bisa, bisa. 23. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Ini ada empat. Petitum yang nomor 1, 2.1 di halaman 6 itu, Bapak meminta menyatakan hukum. Satu, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial khusus Pasal kok masih muncul Undang-Undang Nomor 22 ini, juncto Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial yang mengatur tentang Sumpah Jabatan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Yang kedua, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Pasal 9 juncto Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1985 itu juga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Kemudian, Bapak juga menyampaikan begitu yang di bawahnya, ya. Berarti kalau begini petitum Bapak, artinya Bapak meminta supaya pasal itu dicoret? 24. PEMOHON: I MADE SUDANA Ya, disempurnakan, gitulah. 5

9 25. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Kalau disempurnakan lain lagi, Pak. Kalau ini karena Bapak menyatakan di sini untuk bertentangan dengan Undang-Undang Dasar berarti dia... kalau misalnya permohonan ini dikabulkan, itu berarti pasal itu menjadi tidak ada lagi karena permintaannya seperti itu. Berarti justru tidak ada seluruh dari ketentuan tentang sumpah itu menjadi tidak ada. Kalau Bapak meminta penyempurnaan, sebenarnya itu bukan di Mahkamah Konstitusi tempatnya. Sebenarnya itu adalah itu namanya legislative review, itu tempatnya adalah di DPR karena itu menyangkut perubahan tentang naskah. Kalau Mahkamah Konstitusi, hanya bisa menyatakan ini bertentangan atau tidak, dan kemudian menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, Mahkamah Konstitusi itu tidak mempunyai kewenangan untuk merumuskan norma undangundang termasuk memperbaiki, yang paling maksimum bisa dilakukan oleh Mahkamah adalah (...) 26. PEMOHON: I MADE SUDANA Membatalkan. 27. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, membatalkan atau memberikan pengertian ini menyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar jika dimaknai seperti ini, hanya maksimum bisa seperti itu. Jadi tidak mungkin Mahkamah Konstitusi Bapak minta untuk melakukan perubahan secara tekstual terhadap apa yang Bapak anggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar itu. Ya, jadi itu penegasan dari saya selaku Ketua Panel dulu. Nah, tapi karena ini sudah tidak ada lagi waktu untuk melakukan perbaikan, maka saya minta pada Yang Mulia yang lain, pak siapa dulu? Itu Pak Made, jadi begini. Karena ini adalah perbaikan... pemeriksaan pendahuluan terakhir untuk perbaikan permohonan, jadi untuk kelanjutan dari perkara ini kami akan sampaikan ke Rapat Permusyawaratan Hakim tentang kelanjutan dari perkara ini. Apakah nanti ini akan dilanjutkan ke sidang Pleno ke pemeriksaan persidangan, itu bukan kami yang menentukan, tetapi nanti itu bergantung kepada putusan dari Rapat Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh sembilan Hakim Konstitusi. Jelas, ya, Pak? Bapak bisa dengar, Pak? 28. PEMOHON: I MADE SUDANA Bisa, Pak. Bisa. 6

10 29. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Jadi demikian karena ini sudah waktu perbaikannya sudah yang terakhir, tidak mungkin lagi ada perbaikan lagi, tidak ada waktu lagi untuk melakukan perbaikan, maka permohonan ini yang akan kami sampaikan ke dalam Rapat Permusyawaratan Hakim nanti. Gitu, Pak. 30. PEMOHON: I MADE SUDANA Tidak perlu saya berikan penjelasan sedikit, Pak, yang (...) 31. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Bagian mana yang Bapak mau sampaikan penjelasan? 32. PEMOHON: I MADE SUDANA Yang tadi itu apa namanya... itu permohonannya dibatalkan, Pak, dari (suara tidak terdengar jelas) sumpah jabatan tapi tidak menguraikan tentang sanksi agama bila sumpah dilanggar. Itu supaya dicabut, diganti. 33. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Itulah yang kami maksud tadi, Pak. Jadi kalau... karena Bapak meminta itu dicabut, berarti kan seluruh ketentuan itu menjadi tidak berlaku. 34. PEMOHON: I MADE SUDANA Khusus mengenai pasal sumpah, ya. 35. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Berarti tidak ada pasal tentang sumpah itu? 36. PEMOHON: I MADE SUDANA Kalau bunyinya seperti itu, ya, tidak ada tapi harus diganti. 37. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, kalau mau diganti itu bukan di Mahkamah Konstitusi, Pak, yang memutuskan. Itu yang kami sebutkan tadi. Kalau mengganti itu kami tidak mempunyai kewenangan untuk mengubah rumusan norma 7

11 undang-undang. Kami hanya bisa mencoret atau menyatakan bertentangan atau tidak dengan Undang-Undang Dasar, itu saja. Kalau mau melakukan perbaikan rumusan, itu tempatnya di Dewan Perwakilan Rakyat. 38. PEMOHON: I MADE SUDANA Kalau di Mahkamah Konstitusi kan bisa saja, Pak. 39. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Lho, enggak bisa, Pak. Mahkamah Konstitusi itu hanya bisa mencoret, makanya kami tadi tanyakan, Bapak meminta itu dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar berarti konsekuensinya, akibatnya, kalau pasal itu dicoret berarti justru pasal tentang sumpah itu menjadi tidak ada. Itu konsekuensinya, kalau dikabulkan. Kalau Bapak misalnya apa... memang berniat sungguh-sungguh, ini nasihat dari kami, kalau memang Bapak berniat sungguh-sungguh ini memperbaiki itu, saran kami adalah Bapak mengajukan apa namanya... surat atau menyampaikan aspirasi ini ke Dewan Perwakilan Rakyat karena itu yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perubahan terhadap pasal undang-undang. Kami hanya bisa menyatakan bertentangan atau tidak dengan Undang-Undang Dasar. Kami tidak mempunyai kewenangan untuk merumuskan norma. Paham, Bapak? 40. PEMOHON: I MADE SUDANA Ngerti Pak, ngerti Pak. 41. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Nah, kalau begitu apakah Bapak masih akan meneruskan permohonan ini atau bagaimana? Kalau dengan penjelasan seperti itu. Kalau misalnya permohonan ini ditarik kembali dan kemudian surat Bapak tujukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden misalkan selaku pembentuk undang-undang. Itu barangkali jalan yang lebih bagus. Karena kami kalau ini dicoret, justru sumpah itu menjadi enggak ada. Bagaimana terus kemudian kalau misalkan permohonan ini dikabulkan? Itu. 42. PEMOHON: I MADE SUDANA Tapi, nah artinya terserah dari Mahkamah yang akan merumuskan. 8

12 43. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Oh, begitu. 44. PEMOHON: I MADE SUDANA Tapi yang jelas bahwa Undang-Undang tersebut, pasal-pasal yang mengatur tentang sumpah. Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu sih ada masalah. Nanti bagaimana keputusan di Mahkamah, terserah. 45. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, kalau begitu. 46. PEMOHON: I MADE SUDANA Sedangkan supaya inggih, tambahan lagi sedikit. Sedangkan supaya ada sanksi agamanya, kami harus mengajukan baru ke DPR, gitu? 47. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, kalau mengenai perubahan undang-undang, kalau mengenai perubahan teks dari undang-undang atau norma dari undang-undang yang menurut Bapak kurang bertentangan, supaya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, atau menurut Bapak rumusan dari norma itu tidak sempurna atau memerlukan perubahan, itu namanya legislatif review. Itu adalah kewenangan dari pembentuk undang-undang dalam hal ini DPR bersama dengan Presiden, bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi hanya berwenang menyatakan kalau ada satu ketentuan undang-undang yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, maka Mahkamah Konstitusi akan mengatakan itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan akibat hukumnya, undang-undang itu atau pasal dari undang-undang itu menjadi tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Dengan kata lain, pasal itu kemudian menjadi tidak ada lagi. Itulah sebabnya tadi saya menanyakan kepada Bapak. Kalau Bapak meminta norma tentang sumpah ini dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, berarti norma itu akan dicoret. Justru ketentuan tentang sumpah itu menjadi tidak ada. Padahal kalau menurut pemahaman kami, apa yang Bapak terangkan tadi itu, maksud Bapak sebenarnya bukan demikian, gitu kan? 9

13 48. PEMOHON: I MADE SUDANA Ya, maksud saya supaya ( ) 49. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Menyempurnakan bunyi sumpah itu, kan gitu? 50. PEMOHON: I MADE SUDANA Ya. 51. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Nah, itulah yang kami tidak mempunyai kewenangan, Pak. Tapi baiklah karena ini sudah perbaikan. Ini yang akan kami laporkan nanti kepada sembilan Hakim Konstitusi dalam Rapat Permusyawaratan Hakim. Kami tidak mempunyai kewenangan untuk memutuskan apa-apa. Jadi untuk berita selanjutnya tentang kelanjutan dari permohonan ini, Bapak tinggal apa nanti menunggu berita dari Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Begitu ya, Pak Made? 52. PEMOHON: I MADE SUDANA Terima kasih, Pak. 53. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, terima kasih. Ada hal yang mau disampaikan lagi, Pak? 54. PEMOHON: I MADE SUDANA Sebelum jawaban ini saya terima. Saya juga perlu kiranya perlu mengajukan permohonan apa namanya perubahan undang-undang yang saya maksudkan itu. Mengajukan permohonan judicial review ke DPR dan tembusan atau dan ke DPR, gitu. 55. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Bukan, maksudnya itu begini. Siapa tahu misalnya Bapak juga bisa mengirimkan surat langsung kan ke DPR atau bagaimana. Atau misalnya pas anggota DPR sedang berkunjung ke Bali, kan Bapak bisa menyampaikan juga asprirasi itu lewat sana. Ini ada ketentuan begini mengenai sumpah. Saya sudah mengajukan ke Mahkamah Konstitusi, katanya Mahkamah Konstitusi tidak mempunyai kewenangan untuk 10

14 merumuskan norma itu. Bapak kan bisa menyampaikan begitu. Tanpa harus capek-capek membuat permohonan misalnya ke sini. Walaupun untuk mengajukan permohonan tentu saja itu adalah hak dari setiap warga negara. Kami akan terima permohonan ini apa adanya dan kami akan sampaikan nanti di Rapat Permusyawaratan Hakim. Begitu, Pak ya? 56. PEMOHON: I MADE SUDANA Baiklah, terima kasih, Pak. 57. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, terima kasih. Dengan demikian maka pemeriksaan persidangan untuk pemeriksaan pendahuluan dalam rangka perbaikan permohonan untuk kali ini saya oh, ya. Bapak ini mencantumkan alat bukti tidak ada nomornya tapi memang sudah ada ada materai. Ya, tapi kami terimalah apa adanya yang sudah kami terima di sini dan kami sahkan. KETUK PALU 1X Baik, dengan demikian maka persidangan untuk kali ini untuk Perkara Nomor 94/PUU-XIII/2015 untuk pemeriksaan pendahuluan bagian perbaikan permohonan saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 2 September 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 11