MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017

Transkripsi

1 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 3 AGUSTUS 2017

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XV/2017 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia [Pasal 36 ayat (1)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Edi Priyanto ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 3 Agustus 2017, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Wahiduddin Adams (Ketua) 2) Aswanto (Anggota) 3) Suhartoyo (Anggota) Wilma Silalahi Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Edi Priyanto ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Sidang Perkara Nomor 46/PUU-XV/2017, Pengujian Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia dibuka dan terbuka untuk umum. Silakan kepada Pemohon, untuk memperkenalkan diri. 2. PEMOHON: EDI PRIYANTO Baik, terima kasih, Majelis Hakim. Perkenalkan, nama saya Edi Priyanto. Kedudukan sebagai Pemohon Pengujian undang-undang... norma undang-undang terkait dengan Ombudsman Republik Indonesia, ketentuan Pasal 35 huruf a, dimana yang huruf b-nya substansi laporan sedang dan telah menjadi objek (...) 3. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Perkenalan dulu, ya. 4. PEMOHON: EDI PRIYANTO Baik. Kebetulan saya adalah Warga Negara Indonesia, yang memiliki keinginan menguji terkait dengan (...) 5. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, nanti dijelaskan. Ya, perkenalkan dulu saja. Nama, sudah? 6. PEMOHON: EDI PRIYANTO Sudah. 7. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya. 8. PEMOHON: EDI PRIYANTO KETUK PALU 3X Nama Edi Priyanto. 9. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS iii

5 Langsung Pemohon, ya? 10. PEMOHON: EDI PRIYANTO Pemohon, selaku Pemohon. 11. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, tanpa ada kuasa. Baik, agenda hari ini adalah pemeriksaan pendahuluan. Dan untuk itu, pertama acara pokok persidangan kita, kami persilakan Pemohon untuk menyampaikan pokok-pokok permohonannya. Jadi, pokokpokoknya saja karena permohonan tertulis yang di... kita terima 27 Juli, yang disampaikan 13 Juni sudah kami terima. Jadi, pokokpokoknya saja, ya. 12. PEMOHON: EDI PRIYANTO Baik. 13. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Silakan. 14. PEMOHON: EDI PRIYANTO Terkait dengan apa yang akan saya sampaikan saat ini, terkait dengan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Hal mana yang ingin saya sampaikan pertama adalah legal standing Pemohon. Pemohon adalah perorangan Warga Negara Indonesia, dimana Pemohon merasa kedudukan kewenangan konstitusional hak Pemohon dirugikan dengan berlakunya undang-undang a quo yang dimaksud. Kemudian yang berikutnya, terkait dengan alasan permohonan. Latar belakang pengujian mungkin sudah Pemohon ajukan terkait dengan batasan latar belakang dan masuk pada batu uji, batu uji terkait dengan Undang-Undang Dasar Tahun Terkait dengan latar belakang, mungkin sudah secara rinci... terperinci sudah saya sampaikan supaya permohonan tidak dikategorikan sebagai constitutional complaint semata, maka saya bedakan menjadi dua alasan permohonan, positanya yang latar belakang pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tentang terjadinya tindakan maladministratif, ini yang melatarbelakangi. 2

6 Kemudian, kami masuk poin yang kedua, terkait dengan batu uji. Batu uji yang kami gunakan dalam menguji norma materi Undang- Undang Nomor Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Pemohon gunakan ada lima batu uji norma materi Undang-Undang Dasar Tahun Yang pertama, Pasal 1 ayat (3). Kemudian, Pasal 28 ayat (1). Kemudian, c. Pasal 28D ayat (1). Kemudian d. Pasal 28H ayat (2). e. Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2). Nah, dari itu tadi kemudian Pemohon mencoba masuk pada apa yang Pemohon harapkan, yaitu petitum. Berdasarkan alasan-alasan yang telah Pemohon sampaikan terkait dengan permohonan uji materi tersebut adalah: yang pertama, memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan: a. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. b. Ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun c. Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4899 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. d. Memerintahkan pemuatan putusan dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya. Mungkin itu, Majelis Hakim, yang bisa saya sampaikan. 15. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik, terima kasih. Sudah secara padat dan singkat pokok-pokok isi permohonan yang sudah disampaikan secara tertulis. Dan pada Pemeriksaan Pendahuluan ini, Majelis akan memberikan nasihat, saran yang nanti dapat digunakan pertimbangan bahan oleh Pemohon untuk menyempurnakan permohonannya. Kami persilakan, Prof. Lebih dulu Pak Dr. Suhartoyo. 16. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Pak Edi, ya? 17. PEMOHON: EDI PRIYANTO 3

7 Ya, betul. 18. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Pak Edi ini kasusnya di peradilan TUN, ya? TUN apa peradilan umum? 19. PEMOHON: EDI PRIYANTO TUN. 20. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO TUN, ya? Baik. Jadi, saya mencermati untuk sistematika sepertinya Anda sudah... sudah apa ya, sudah pada... sudah pernah beracara di sini? 21. PEMOHON: EDI PRIYANTO Belum. 22. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Belum, ya. Tapi kayaknya rujukannya sudah ada, sehingga kalaupun ada kekurangan-kekurangan, tidak terlalu mendasar, ya. Sistematika sudah bagus, Kewenangan Mahkamah langsung bahwa permohonan Pemohon adalah pengujian konstitusionalitas Pasal 36, ini sudah benar. Kemudian Kedudukan Hukum, uraiannya juga sudah mencakup. Hanya barangkali yang perlu Bapak tekankan barangkali untuk legal standing itu adalah kerugian konstitusional Anda yang berkaitan dengan... dikaitkan dengan pasal ini. Kalau saya se... apa ya... sejenak tadi, sepintas mencermati uraian Anda itu, saya kaitkan dengan alasanalasan yang ada di posita itu bahwa sebenarnya kan ada pemahaman dari majelis hakim dari tingkat bawah sampai tingkat PK, itu yang kemudian menurut Anda tidak memerhatikan dengan cermat tentang bukti adanya kelalaian dari bupati itu kan sebenarnya, ya? Kurang lebihnya begitu? 23. PEMOHON: EDI PRIYANTO Mohon maaf. 24. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO 4

8 Ya. 25. PEMOHON: EDI PRIYANTO Begini (...) 26. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Itu kasus konkretnya mestinya Anda uraikan tadi, tapi ya saya juga sudah membaca. 27. PEMOHON: EDI PRIYANTO Sudah, sudah masuk pada posita, makanya supaya tidak menjadi constitutional complaint semata, saya uraikan secara detail mulai tingkatan pengadilan tingkat pertama sampai PK. Jadi, pada... ada memang dalam... mohon maaf agak panjang, enggak apa-apa, ya? 28. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, enggak usah panjang-panjang! 29. PEMOHON: EDI PRIYANTO Ya, jadi pada tingkat pertama, itu kan ada... ada dua... apa... judex factie itu mengabulkan terkait dengan cacat prosedural, substansinya tidak... tidak diteliti, tidak diangkat. Kemudian tingkat kasasi, itu kan... itu proses yang terlihat kan, hanya menguji kesalahan judex factie, betul. 30. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, saya sudah bisa menangkap, Pak. 31. PEMOHON: EDI PRIYANTO Ya, seperti itu. 32. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Oke, itu yang ingin saya sampaikan bahwa persoalan yang Anda alami itu mohon di dalam... apa... mengaitkan dengan persoalan legal standing diperjelas contohnya atau dipertegas bahwa ini bukan persoalan bahwa Pasal 36 ayat (1) bukan persoalan bagaimana... bagaimana yang dimasukkan dalam pertimbangan hukum Majelis 5

9 Hakim itu, tapi ini adalah menurut Bapak kan ini ada maladministrasi, ya kan? 33. PEMOHON: EDI PRIYANTO Ya. 34. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Yang dilakukan oleh seorang bupati itu? 35. PEMOHON: EDI PRIYANTO Betul. 36. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, artinya bahwa Mahkamah diberi penegasan supaya nanti meskipun sebenarnya kita tidak mengadili kasus konkret, tapi kan ini bisa menjadi pintu masuk bahwa ini yang kemudian bisa memperkuat Bapak punya legal standing untuk mengajukan ini, yang Bapak sudah secara tegas mengatakan bahwa ini bukan persoalan constitutional complaint tadi, kan? 37. PEMOHON: EDI PRIYANTO Betul. 38. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Itu. Mungkin nanti bisa di-share atau di... apa... dielaborasi. Kemudian, soal alasan-alasan permohonan, mungkin kami tidak bisa masuk terlalu jauh. Tapi kalaupun boleh, mohon di... di... ini kan terlalu... apa... menurut saya kok agak anu, ya... agak banyak dan mengulang-ulang. Apa tidak sebaiknya agak dipadatkan, supaya agak strict, gitu, sehingga pemahamannya lebih sederhana dan lebih bisa ditangkap. Meskipun, inipun sudah bisa, tapi saya harus agak konsentrasi lebih... lebih... apa... lebih serius untuk. Artinya begini, Pak Edi, saya pengin bahwa Bapak bisa mengembangkan dalam argumentasi itu yang lebih fokus bahwa ini persoalannya bukan masalah adanya tindakan maladministrasi dalam proses pemeriksaan di pengadilan yang dimaksudkan dalam Pasal 36 ayat (1), tapi lebih dari itu bahwa ini adalah persoalan adanya yang sebenarnya adalah... apa ya... itu meskipun itu adalah kewenangan Hakim yang menyidangkan. Tapi kan, Bapak kan ingin menembak dari 6

10 angel bahwa maladministrasi ini termasuk bagian ini yang Bapak maksudkan itu adalah Bapak dirugikan karena itu, meskipun mungkin dari badan peradilan di sana punya pertimbangan bahwa ini adalah kewenangan independensi hakim, misalnya. Tapi ini yang dimaknai oleh Ombudsman, menurut Bapak kan tidak tepat karena kan mestinya laporan Bapak itu adalah masuk bagian dari Pasal 36 ini, kan? 39. PEMOHON: EDI PRIYANTO Betul. 40. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Itu jadi, mohon difokuskan, dipertegas saja, dianu nanti. Saya melihat ini di satu sisi, Bapak memang sudah anu sih... menguraikan tentang bagaimana pertimbangan hakim tingkat judex factie, kemudian judex juris, dan hakim PK. Tapi, saya lebih... lebih menginginkan, Bapak menambahkan sebenarnya dari perspektif Ombudsman itu ada sesuatu yang salah, yang menurut Bapak lho ini, bukan menurut saya, yang keliru ataupun tidak tepat, ketika memaknai tindakan maladministrasi yang Bapak kemudian menggeser bahwa ini adalah ada persoalan dengan norma pasal ini. Bukan... bukan kemudian kepada personal dari Ombudsmannya, tapi karena adanya norma ini, kemudian itu bisa menjadi ruang oleh Ombudsman, bisa mungkin apakah memaknai yang berbeda dengan semangat daripada pasal ini atau seperti apa, kami tidak bisa mengarahkan. Tapi kira-kira kalaupun tidak sependapat, Anda boleh tidak men... menerima. Ini kan sifatnya hanya nasihat, yang sifatnya tidak mengikat. Kemudian yang ketiga, mungkin langsung ke Petitum saja. Petitum mungkin kalau Bapak tetap sreg dengan masalah ini, bisa dibuat satu anu saja... satu kesatuan karena bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat itu sekarang kita sudah sederhanakan dengan satu amar saja, satu item amar. Tidak mempunyai kekuatan hukum... tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Disederhanakan, tapi supaya masyarakat pemahamannya lebih mudah. Hanya barangkali untuk amar ini, apakah Pak Edi juga sudah firm dengan ini? Karena kalau Bapak menghendaki ini, berarti kan pasal ini harus dihilangkan. Yang Bapak mau di Petitum ini, kan? Apakah masih ada ruang, barangkali. Supaya diberlakukan dengan syarat-syarat tertentu mungkin ataukah tetap firm dengan ini, silakan itu juga sepenuhnya menjadi pilihan-pilihan Anda. Dan hanya persoalannya kalau kemudian pasal atau ayat (1) huruf b ini dihilangkan, ini memang kan sebenarnya kira-kira kan ini untuk me-cover perkara-perkara yang 7

11 sedang dalam proses peradilan, yang kemudian Ombudsman bisa hindari supaya sifatnya di samping overlapping, barangkali juga supaya tidak ada bentuk intervensi dari Ombudsman kepada proses peradilan yang sedang berjalan. Untuk satu pesan yang pertama. Pesan yang kedua adalah kalaupun tidak sedang menjadi objek pemeriksaan, dikecualikan kalau laporan tersebut menyangkut tindakan maladministrasi. Jadi, meskipun sedang dalam proses, kalau kemudian pelapor bisa membuktikan bahwa di sana terjadi adanya maladministrasi, terbuka sebenarnya kewenangan Ombudsman untuk masuk atau menangani perkara itu, itu sebenarnya kan di situ. Tapi kalau kemudian Bapak serta-merta ini dihilangkan, bagaimana dengan poin yang pertama itu, kalau Bapak nanti suatu saat yang menjadi posisi yang berbeda, misalnya sebagai terlapor misalnya? Sekarang kan jadi pelapor. Kalau misalnya ini, kan bisa kena kepada siapa pun, warga negara kan tidak hanya Pak Edi. Sebagai terlapor misalnya, proses itu sedang ditangani pengadilan. Nah, apakah tidak kemudian Ombudsman di dalam konteks ingin menghormati proses badan peradilan itu kemudian menjadi hilang tanpa batas karena norma ini sudah Bapak inginkan untuk dihilangkan? Apa kemungkinan-kemungkinan itu tidak Bapak pertimbangkan kembali untuk apakah ini hanya diberlakukan bersyarat ataukah Bapak tetap firm dengan ini? Sikat saja sampai habis, tapi mungkin perlu dipikirkan juga warga negara lain yang suatu saat akan menjadi terlapor barangkali. Ini kan melihat dari dua sisi ini. Dua aspek pertama dari pelapornya, kemudian dari terlapornya. Kalau dari pelapor, ya, mungkin tetap menghormati proses peradilan. Terlapornya juga mungkin seperti itu. Tapi kan, jangan nanti kemudian orang... seperti Bapak kan, melaporkan para hakim misalnya kan. Ini Bapak para hakim apa bupatinya? Kan para hakim, ya kan, yang Bapak arahkan ini untuk Ombudsman? Satu kata saja dijawab Bapak. 41. PEMOHON: EDI PRIYANTO Maladministratifnya. 42. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Maladministratifnya kan oknum... apa... oknum di peradilannya? 43. PEMOHON: EDI PRIYANTO Bukan. 44. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO 8

12 Apa? Makanya jawab satu kata atau (...) 45. PEMOHON: EDI PRIYANTO Bupati. 46. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Bupatinya, kan? 47. PEMOHON: EDI PRIYANTO Ya. 48. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Nah, itu dia kalau dia sebagai terlapor, sementara sudah ada proses peradilan yang sedang berjalan, ini yang ruang pertama, Pak, kalau kecuali tadi kan. Bapak kan masuknya dari yang kecuali tadi kan? Ada malpraktik itu. Nah malpraktik itu... ini juga harus... harus dipertegas juga di... kembali ke posita sedikit, Pak Edi. Bahwa ini apakah Bapak memahami maladministrasinya adalah maladministrasi yang dilakukan terlapor atau oleh pemeriksaan di pengadilan? Kan di sini malpraktik dalam proses pemeriksaan di pengadilan. Ini perlu Bapak pertegas supaya Mahkamah juga firm, ngeh yang Bapak maksud itu adalah oh, ini malpraktik yang dilakukan bupati, bukan oleh proses di peradilannya. Barangkali itu, Pak, kalau bisa Bapak terima, ya silakan. Kalau tidak pun, kami juga hanya menjalankan amanah Pasal 39 untuk memberikan nasihat-nasihat di dalam perbaikan ke depan. Barangkali itu, Yang Mulia, terima kasih. 49. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih, Yang Mulia Pak Dr. Suhartoyo. Dipersilakan Pak Prof. Aswanto. 50. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Terima kasih, Yang Mulia. Saudara Pemohon, ya, saya ingin menegaskan kembali bahwa agar kita bisa yakin bahwa memang Saudara punya legal standing untuk mengajukan permohonan ini, mungkin perlu dielaborasi kembali apa yang Saudara sudah uraikan pada bagian legal standing. Saudara sudah mengutip Pasal 51 ayat (1) ya Undang-Undang Mahkamah, tetapi sebenarnya dengan mengutip pasal itu, justru itu 9

13 yang harus Saudara yakinkan kita bahwa ternyata norma yang ada pada Pasal 51 itu memang Saudara penuhi, gitu, sehingga kita yakin bahwa Anda punya legal standing untuk mengajukan permohonan. Nah, tidak hanya sekadar me... apa... mengutip pasalnya. Misalnya kita mulai saja dari misalnya bagian A, ya. Adanya hak atau kewenangan konstitusional yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar kepada Pemohon. Nah, hak apa yang diberikan itu yang kemudian dirugikan dengan adanya norma yang diminta untuk diuji, yaitu Pasal 36 ayat (1) huruf b. Lalu kemudian, bagian B juga begitu, harus diberi... apa... uraian bahwa ya, hak dan kewenangan konstitusional yang dimiliki Pemohon yang diberikan oleh konstitusi tadi, itu memang sangat... apa... dirugikan dengan norma Pasal 36. Itu yang harus Bapak elaborasi lebih komprehensif, sehingga kita yakin bahwa Bapak punya legal standing untuk mengajukan. Karena persoalan legal standing itu sangat penting, Pak. Kita tidak masuk ke pokok permohonan kalau... mungkin saja pokok permohonan yang Bapak ajukan memang persoalan konstitusional, artinya ada norma undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Tapi kemudian karena yang mengajukan itu adalah tidak punya legal standing atau tidak bisa meyakinkan Mahkamah bahwa yang bersangkutan punya legal standing, ya kita enggak bisa apa-apa, gitu ya. Lalu, Bapak harus menguraikan juga bahwa kerugian itu kerugian... kerugian konstitusional yang Bapak alami itu adalah kerugian yang sifatnya spesifik. Baik yang faktual, maupun yang potensial. Bahkan di bagian E kan diminta itu. Diminta juga dijelaskan bahwa kalau kerugian faktual atau kerugian potensial yang menurut nalar itu nalar yang wajar, itu setelah permohonan Saudara dikabulkan, maka hal itu tidak akan terjadi lagi. Maksudnya tidak akan terjadi kerugian, tidak ada potensi kerugian lagi. Kalau pasal yang Bapak minta untuk dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat itu, dikabulkan oleh Mahkamah. Nah, ini yang Bapak harus elaborasi, gitu. Setelah Mahkamah yakin bahwa Bapak punya legal standing, nah masuk ke posita. Kalau Kewenangan Mahkamah kan jelas. Kewenangan Mahkamah enggak usah panjang-panjang, Pak, singkat saja. Bahwa yang Bapak uji ini adalah norma undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar sehingga merupakan Kewenangan Mahkamah, gitu kan. Nah, ini yang perlu lebih komprehensif ini sebenarnya yang kerugian konstitusional Bapak itu. Nah, lalu ya kadang-kadang Pemohon itu agak... agak... apa namanya mencampuradukkan atau bingung antara apa yang ada legal standing dengan apa yang ada pada bagian posita, gitu. Di bagian 10

14 posita atau alasan pemohon itu, alasan permohonan, itu lebih lebih... apa lebih komprehensif lagi uraiannya. Bahwa memang Bapak dirugikan, gitu. Bapak dirugikan, enggak usah panjang-panjang, Pak. Yang penting kita bisa yakin, kami bisa yakin bahwa memang ya posita yang Bapak ajukan itu memang kelihatan atau nampak bahwa ya ini persoalan konstitusional dan hak konstitusional Pemohon memang dirugikan. Sehingga ya enggak ada alasan bagi Mahkamah untuk tidak mengabulkan permohnan Bapak, ya. Tidak usah terlalu panjang uraiannya, kita singkat-singkat saja ya, Pak, ya. Tadi sudah disinggung oleh Yang Mulia Pak Dr. Suhartoyo dan Bapak juga sudah mengatakan bahwa untuk menghindari agar tidak dipahami bahwa ini sebagai constitutional complaint, ya Bapak menguraikan... apa namanya historinya kasus ini. Mulai dari tingkat pertama, pengadilan pertama, sampai ke tingkat sudah di tingkat mana, Pak? Banding atau sudah di kasasi? Atau sudah di PK? Sudah di PK, ya? 51. PEMOHON: EDI PRIYANTO Sudah di PK HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Nah, sudah di PK itu. Ya, itu penting juga, tetapi sebenarnya yang yang paling prinsip itu adalah Anda yakinkan kita bahwa norma. Norma yang Bapak minta uji itu kan Ombudsman menolak laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a, Dalam hal: b) substansi laporan sedang dan telah menjadi objek pemeriksaan pengadilan, kecuali laporan tersebut menyangkut tindakan maladministrasi dalam proses pemeriksaan pengadilan, gitu ya. Itu yang... apa namanya yang Bapak harus yakinkan kita bahwa memang norma yang ada pada Pasal 36 ayat (1) huruf b ini adalah norma yang bertentangan dengan pasal yang ada di dalam Undang-Undang Dasar, ya. Enggak, ini juga pasal yang Bapak tunjuk ini kan agak ini ya pasal pasal Undang-Undang Dasar yang Bapak jadikan sebagai landasan uji, itu kan pasal berapa saja, Pak itu? 53. PEMOHON: EDI PRIYANTO Pasal 1, 28C, 28D, 28H, 28I. 54. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO 11

15 Nah, tolong nanti difokus. Mana yang paling di antara pasalpasal itu, mana yang paling... apa namanya paling relevan, paling relevan dengan norma yang Bapak uji, gitu. Relevan dalam arti yang menurut Bapak ini yang paling cocok ini. Ini yang paling bertentangan dengan norma ini. Ya boleh saja sih, banyak, silakan. Tapi kan mestinya ada yang paling relevan dengan relevan dalam arti bertentangan, ya. Yang paling bertentangan dengan Pasal 36 ayat (1) huruf b itu, Oh, pasal ini, gitu. Sehingga Mahkamah bisa lebih lebih... apa lebih mudah melihat, Oh, ya benar. Ini ternyata norma Pasal 36 ayat (1) huruf b bertentangan dengan pasal ini di Undang-Undang Dasar Tahun 1945, gitu. Sehingga kita juga yakin bahwa ini Pemohon ini yakin betul. Tidak masih... apa kalau misalnya ini pasal ini, pasal ini, janganjangan ini Pemohon masih meraba-raba ini, pasal mana sebenarnya. Nah, oleh sebab itu, mungkin lebih bagus kalau dilihat kembali nanti, pasal mana yang paling cocok dijadikan sebagai landasan atau dasar pengujian terhadap norma itu, ya. Itu saja saya kira, Pak, ya. Kalau bisa disingkat permohonannya, ndak usah terlalu panjang, terutama bagian posita, ndak usah panjangpanjang. Cukup yakinkan kita bahwa ini adalah persoalan konstitusional. Dalam artian, Bapak juga punya landasan konstitusional untuk menyatakan bahwa pasal ini bertentangan, gitu. Enggak ujukujuk, Oh, ini pasal ini bertentangan, gitu. Lalu, kemudian di bagian Petitum, bagian Petitum itu di halaman 22 ya, 22 ada sampai d ya, d itu. Tadi sudah di (...) 55. PEMOHON: EDI PRIYANTO Dipadatkan. 56. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Digabung, ya? 57. PEMOHON: EDI PRIYANTO Ya. 58. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Bukan di... apa... jadi, poin yang menyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan poin yang menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat itu digabung saja. Jadi, tidak mempunyai... apa... bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik 12

16 Indonesia Tahun 1945 juga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, gitu. Itu jadi satu poin saja. Cukup, Yang Mulia. Terima kasih. 59. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik. Terima kasih, Prof. Aswanto. Saya hanya tambahkan sedikit. Ya, memang titik tolak Saudara ketika surat dari Ombudsman, ya. Bahwa pasal a quo ini dijadikan dasar untuk menolak laporan Saudara, ya. (Suara tidak terdengar jelas) Ombudsman menyatakan menolak laporan Saudara dan ditutup karena substansi laporan yang diadukan telah menjadi objek pemeriksaan pengadilan, dan itu dikutip Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman, ya. Di surat itu sudah digambarkan, kemarin Saudara sudah mengelaborasinya di permohonan ini. Nah, hal yang paling tadi perlu dipertajam oleh Saudara adalah kerugian konstitusional Saudara itu, itu akibat norma dari Pasal ayat (1) huruf b itu atau akibat penerapan norma ketika ya Ombudsman memakai atau menerapkan norma apa menolak surat Saudara itu. Coba dipertajam, sehingga tidak tadi itu adalah constitutional complaint, ya. Coba, nanti dipertegas, ya. Kemudian yang kedua, ya juga harus diperhatikan, sehingga Pak Dr. Suhartoyo tadi, ya apa ini ada bersyarat atau apa ya. Karena pasal ini banyak keterkaitannya. Kalau disingkat, misalnya dikabulkan, ini akan mengait pada Pasal 37. Pasal 37 itu juga karena merujuk pada Pasal 36 ayat (1) huruf b, Pasal 37. Jadi, ada implikasinya kalau itu di apa dinyatakan tidak mempunyai kekuatan mengikat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun Ada juga pasal lain terkait dengan itu. Tapi yang tadi Pasal 37 itu merujuk kepada Pasal 36 ayat (1) huruf b. Nah, itu penting diperhatikan, sehingga ya apa dibatasi, sehingga syarat-syarat tertentu saja yang dikaitkan dengan norma ini, ya. Terakhir, ya di petitum itu. Tadi sudah disebutkan supaya disatukan saja. Tapi yang kedua, teknis saja. Ini rasanya itu ada... ya ini langsung di pasal, itu pakai di (suara tidak terdengar jelas) menyatakan ya, di halaman 22 itu, (a) mengabulkan permohonan seluruhnya, (b) Pasal yang menyatakan Pasal 36 ayat (1) huruf b bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Ini saja tambahan dari saya dan hal-hal yang kita sampaikan adalah nasihat dan menjadi bahan atau dapat dijadikan bahan oleh Saudara untuk menyempurnakan. Jadi, tidak perlu dijelaskan lagi karena sudah cukup jelas, cukup tebal, bahkan nanti perlu di apa 13

17 dipadatkan saja. Dan hal-hal yang kami sampaikan menjadi bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya, ya. Dan kepada Saudara, diberikan waktu 14 hari, ya. Jadi penyerahan perbaikan permohonan itu 16 Agustus 2017, pukul WIB di Kepaniteraan ya. Karena sidang selanjutnya ditentukan kemudian, ya. Saya kira cukup ya, Pak Edi, ya? 60. PEMOHON: EDI PRIYANTO Mohon izin, Yang Mulia. 61. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, silakan ada. 62. PEMOHON: EDI PRIYANTO Seandainya persoalannya saya saat ini juga beracara di PTUN Jakarta, lah kebetulan kalau itu di tanggal 16, itu tanggal 10 saya ke Jakarta lagi, mohon izin seandainya diizinkan. 63. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, ini... ini paling lambat, ya. Jadi perbaikan ini paling lambat, lebih cepat juga lebih baik, dan ini bukan sidang, ya. 64. PEMOHON: EDI PRIYANTO Ya. 65. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Jadi paling lambat penyerahan perbaikan dalam hal ada perbaikan, itu paling lambat tanggal 16 Agustus Kalau lebih cepat... dan pada waktu penyerahan itu tidak di persidangan, diserahkannya di Kepaniteraan, ya. 66. PEMOHON: EDI PRIYANTO Kepaniteraan, baik. 67. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS 14

18 Baik ya, cukup, Pak Edi? 68. PEMOHON: EDI PRIYANTO Terima kasih, Yang Mulia. 69. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, baik, kita tunggu nanti sampai paling lambat tanggal 16, mudah-mudahan bisa lebih cepat. Dan dengan demikian, sidang selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 3 Agustus 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Yohana Citra Permatasari NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 15