PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG
|
|
- Johan Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO) Menimbang : a. bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain di lingkungan PT PLN (Persero), telah dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berikut peraturan pelaksanaannya yang ditetapkan dalam berbagai Keputusan dan Edaran Direksi PT PLN (Persero); b. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, maka perlu ditetapkan kembali pengaturan tentang penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain di lingkungan PT PLN (Persero); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas, maka perlu ditetapkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) tentang Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Penerima Pemborongan Pekerjaan di Lingkungan PT PLN (Persero). Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 2. Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; 3. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; 4. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; 5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara menjadi perusahaan Perseroan (Persero); 6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara; 7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; 8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik; 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Penerima Pemborongan Pekerjaan; 10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-252/MBU/2009 jo. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-224/MBU/2011 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; 11. Keputusan Menteri badan Usaha Milik Negara Nomor SK-179/MBU/2013 tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengangkatan Anggotaanggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; 12. Anggaran Dasar PT PLN (Persero); 13. Keputusan Direksi
2 13. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 001.K/030/DIR/1994 tentang Pemberlakuan Peraturan Sehubungan Dengan Pengalihan Bentuk Hukum Perusahaan; 14. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.K/DIR/2009 tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PT PLN (Persero sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1387.K/DIR/2011; 15. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 023.K/426/DIR/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 273.K/DIR/2013. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : (a) PLN adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Sutjipto, SH, Nomor 169 Tahun 1994 yang telah dimuat dalam Berita Negara RI; (b) General Manager (GM) / Kepala adalah sebutan pemangku jabatan struktural yang memiliki kewenangan dan sebagai penanggung jawab Unit Induk; (c) Kantor Pusat adalah induk organisasi PLN; (d) Unit Induk, adalah Unit Organisasi satu tingkat di bawah kantor pusat yang melaksanakan kegiatan usaha tertentu sesuai dengan tujuan dan kegiatan usaha Perusahaan; (e) Unit Pelaksana, adalah Unit Organisasi PLN di bawah Unit Induk, sedangkan Sub Unit Pelaksana adalah Unit Organisasi PLN di bawah Unit Pelaksana; (f) Pemberi pekerjaan adalah Kantor Pusat / Unit Induk / Unit Pelaksana yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaannya kepada Perusahaan Lain melalui Perjanjian Pemborongan Pekerjaan; (g) Perusahaan Lain adalah Perusahaan penerima pemborongan pekerjaan, yaitu perusahaan yang berbentuk badan hukum yang memenuhi syarat untuk menerima penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dari PLN; (h) Pekerjaan adalah semua jenis pekerjaan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (bukan merupakan pekerjaan yang bersifat proyek/ project based), yang diserahkan oleh PLN kepada Perusahaan Lain, sesuai lingkup pemborongan pekerjaan; (i) Perjanjian Pemborongan Pekerjaan adalah Perjanjian Pemborongan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain yang dibuat secara tertulis antara PLN dengan Perusahaan Lain, yang di dalamnya memuat hak dan kewajiban para pihak; (j) Perjanjian Kerja adalah perjanjian hubungan kerja yang dibuat secara tertulis antara Perusahaan Lain dengan pekerjanya yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. (k) Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Perusahaan Lain yang memuat syarat syarat kerja dan tata tertib perusahaan. (l) Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. (m) Pekerja adalah setiap orang yang mempunyai hubungan kerja secara tertulis dengan Perusahaan Lain yang melaksanakan pekerjaan yang diserahkan oleh PLN; (n) Uang Pengakhiran...
3 (n) Uang Pengakhiran adalah uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak, yang diterima oleh pekerja atau ahli warisnya pada saat terjadi pengakhiran hubungan kerja antara Pekerja dengan Perusahaan Lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; (o) Direksi Pekerjaan adalah pejabat atau pegawai PLN yang ditunjuk oleh Pemberi Pekerjaan sebagai wakil Pemberi Pekerjaan untuk mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan; (p) Fungsi Pendukung adalah pekerjaan yang mendukung pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik dan usaha pendukung penyediaan tenaga listrik, mengacu pada Alur Kegiatan Proses Pelaksanaan Pekerjaan di Lingkungan PT PLN (Persero). Pasal 2 Maksud dan Tujuan (1) Maksud ditetapkannya Keputusan ini adalah sebagai pedoman penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain agar terlaksana secara tertib dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Tujuan ditetapkannya Keputusan ini adalah : (a) Sebagai acuan dalam penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain; (b) Sebagai dasar pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain; (c) Sebagai pedoman untuk mendapatkan Perusahaan Lain yang berkualitas dan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai Service Level Agreement (SLA) dan Performance Guarantee Agreement (PGA) serta menjamin tingkat kesejahteraan pekerjanya. (3) Kebijakan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain di lingkungan PLN bukan merupakan kebijakan untuk pengisian formasi tenaga kerja di PLN. Pasal 3 Ketentuan Pelaksanaan Pemborongan Pekerjaan (1) PLN dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain dalam bentuk Pemborongan Pekerjaan. (2) Pekerjaan yang diserahkan kepada Perusahaan Lain dalam bentuk Pemborongan Pekerjaan harus memenuhi syarat sebagai berikut : (a) Dilakukan dengan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan secara tertulis dari PLN kepada Perusahaan Lain; (b) Merupakan kegiatan penunjang di PLN; (c) Obyek utamanya adalah pekerjaan; (d) Mempunyai SLA dan / atau PGA; (e) Dalam pelaksanaannya membutuhkan adanya pekerja, peralatan, bahan / material dan manajemen / pengawasan. (3) Jenis-jenis kegiatan penunjang yang dapat diserahkan kepada Perusahaan Lain penerima pemborongan adalah mengacu pada Alur Kegiatan Proses Pelaksanaan Pekerjaan di Lingkungan PT PLN (Persero) yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi. Pasal 4 Pemaketan (Packaging) dan Pengelompokan (Grouping) (1) Pelaksanaan Pemborongan Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 harus dilaksanakan dengan cara Pemaketan (Packaging) atau Pengelompokan (Grouping). (2) Pemaketan (Packaging)..
4 (2) Pemaketan (Packaging) adalah suatu Pemborongan Pekerjaan yang terdiri dari beberapa kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (3), yang dipaket menjadi satu paket Pemborongan Pekerjaan. (3) Pemaketan Pemborongan Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, harus memenuhi minimal salah satu kriteria sebagai berikut : (a) sifat kegiatan yang sejenis; (b) memiliki spesifikasi kegiatan yang mirip; (c) memiliki karakteristik kegiatan yang saling mendukung/ terkait; (d) dianggap merupakan satu bagian dari suatu pekerjaan yang lebih besar. (4) Pengelompokan (Grouping) adalah suatu Pemborongan Pekerjaan yang terdiri dari satu atau beberapa paket Pemborongan Pekerjaan dari beberapa Unit Pelaksana atau Sub Unit Pelaksana. (5) Tujuan Pemaketan (Packaging) dan Pengelompokan (Grouping) adalah untuk : (a) menyederhanakan jumlah Perjanjian Pemborongan Pekerjaan; (b) mempermudah fungsi pengendalian dan pengawasan; (c) mendapatkan Perusahaan Lain yang berkualitas. Pasal 5 Perusahaan Lain (1) Perusahaan Lain minimal harus memenuhi persyaratan : (a) Berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas, kecuali untuk pengelolaan kelistrikan sebagai kewajiban pelayanan sosial (Public Service Obligation) dapat berbentuk koperasi; (b) Memiliki tanda daftar perusahaan; (c) Memiliki izin usaha; (d) Memiliki ijin operasi yang sesuai; (e) Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan; (f) Memiliki Peraturan Perusahaan atau Peraturan Kerja Bersama; (g) Memiliki pengalaman kerja sejenis yang dipersyaratkan; (h) Mempunyai kantor dan alamat tetap (milik sendiri atau sewa), dibuktikan dengan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) atau Surat Keterangan Domisili yang diterbitkan oleh instansi pemerintah yang berwenang; (i) Memiliki kualifikasi, kompetensi dan pengalaman di bidangnya yang dipersyaratkan; (j) Memiliki pekerja yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan sesuai lingkup pekerjaan; (k) Memiliki modal yang cukup sesuai dengan yang dipersyaratkan; (l) Memiliki logo dan identitas perusahaan, serta model dan warna pakaian seragam pekerja yang berbeda dengan logo, identitas dan seragam kerja yang digunakan PLN. (2) Untuk pemborongan pekerjaan yang merupakan fungsi pendukung diprioritaskan Perusahaan Lain yang sedang melakukan pekerjaan sejenis di luar PLN, sehingga dapat melakukan rotasi pekerjanya secara lintas perusahaan (tidak hanya di lingkungan PLN). (3) Perusahaan Lain berkewajiban : (a) Mendaftarkan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang telah ditandatangani kepada instansi ketenagakerjaan di kabupaten/ kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. (b) Menyampaikan foto copy bukti pendaftaran Perjanjian Pemborongan Pekerjaan dari instansi ketenagakerjaan di kabupaten/ kota tempat pekerjaan dilaksanakan kepada Direksi Pekerjaan paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. (c) Menjamin kesejahteraan pekerjanya, dengan : (i) memiliki hubungan kerja dengan pekerjanya yang dibuat secara tertulis dalam bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT); (ii) memberikan perlindungan..
5 (ii) memberikan perlindungan kerja, upah dan hak normatif selama bekerja dan setelah terjadi pengakhiran hubungan kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; (iii) membayar angsuran uang pengakhiran pekerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ke rekening pekerja pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) / Bank yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS); (iv) melaporkan dan mendaftarkan / melanjutkan pembayaran iuran Jamsostek pekerja. (4) Perusahaan Lain dilarang : (a) mempergunakan tempat, prasarana, sarana dan peralatan kerja milik PLN, kecuali diatur secara tertulis dalam perjanjian pemborongan pekerjaan. (b) menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lainnya (mensubkontrakkan), kecuali mendapat persetujuan secara tertulis dari PLN. (c) mengalihkan tanggung jawab pekerjaan kepada pihak lain, meskipun telah mensubkontrakkan sebagaimana ketentuan pada butir b di atas. Pasal 6 Pemberi Pekerjaan (1) Pemberi Pekerjaan memiliki kewajiban pelaporan yaitu : (a) Melaporkan jenis kegiatan penunjang yang akan diserahkan kepada Perusahaan Lain kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten / kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan, sebelum pelaksanaan proses pengadaan, dan meminta bukti tanda terima pelaporan. (b) Melaporkan secara tertulis setiap perubahan jenis kegiatan penunjang yang akan diserahkan melalui pemborongan pekerjaan, kepada instansi ketenagakerjaan di kabupaten / kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan sesuai prosedur kewajiban pelaporan tersebut diatas. (2) Pemberi Pekerjaan wajib untuk meningkatkan pemahaman kepada Direksi Pekerjaan / pejabat / pegawai PLN yang mengelola Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain mengenai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dan peraturan perusahaan yang terkait. (3) Pemberi Pekerjaan bertanggungjawab untuk : (a) menetapkan kualifikasi Perusahaan Lain dan kompetensi pekerja yang dibutuhkan serta SLA dan/atau PGA yang diperjanjikan dengan Perusahaan Lain. (b) memastikan bahwa Perusahaan Lain melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. (c) memastikan bahwa Perusahaan Lain menyelesaikan setiap permasalahan / pengaduan / gugatan / laporan tentang ketenagakerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. (4) Pemberi Pekerjaan dilarang : (a) memberikan perintah kerja tertulis secara langsung kepada pekerja Perusahaan Lain dalam bentuk apapun. Perintah kerja tertulis harus ditujukan kepada manajemen Perusahaan Lain. (b) melakukan pembayaran secara langsung kepada pekerja Perusahaan Lain. (c) melakukan proses rekrutmen pekerja untuk Perusahaan Lain. (d) mempunyai keterkaitan dengan Perusahaan Lain yang dapat menimbulkan conflict of interest terkait tugas dan tanggungjawab pekerjaannya di PLN. (5) Pemberi Pekerjaan dapat memfasilitasi Perusahaan Lain untuk menggunakan tempat, prasarana, sarana dan peralatan kerja milik PLN, sepanjang dikelola secara terpisah dan diperhitungkan dalam skema bisnis yang diatur secara tertulis dalam perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian tersendiri. Pasal 7 Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (1) Perjanjian Pemborongan Pekerjaan dibuat secara tertulis antara PLN dengan Perusahaan Lain, yang ditandatangani oleh Pihak PLN dan Pihak Perusahaan Lain sesuai kewenangannya. (2) Perjanjian Pemborongan..
6 (2) Perjanjian Pemborongan Pekerjaan minimal harus menguraikan secara jelas tentang: (a) pihak yang membuat perjanjian; (b) lingkup pekerjaan; (c) jangka waktu; (d) wilayah kerja pelayanan; (e) pelaksanaan pekerjaan; (f) harga; (g) jaminan pelaksanaan; (h) pajak dan pungutan lainnya; (i) tata cara pembayaran; (j) SLA dan / atau PGA; (k) sanksi; (l) laporan hasil pekerjaan; (m) direksi pekerjaan dan pengawas pekerjaan; (n) keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja (K3) dan / atau keselamatan ketenagalistrikan (K2); (o) komitmen integritas layanan publik; (p) ketenagakerjaan / perlindungan pekerja; (q) perizinan; (r) kelestarian lingkungan dan fasilitas; (s) larangan pengalihan / penyerahan perjanjian; (t) tanggung jawab dan ganti rugi; (u) kerahasiaan data; (v) penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri; (w) force majeure; (x) perubahan; (y) pemutusan / pengakhiran perjanjian; dan (z) penyelesaian perselisihan. (3) Dalam hal aspek ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (p), Perjanjian Pemborongan Pekerjaan harus mensyaratkan Perlindungan Pekerja yang minimal memuat hal-hal sebagai berikut : (a) menjamin terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; (b) memiliki Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama yang telah mendapat pengesahan dari Instansi Ketenagakerjaan dan masih berlaku, yang sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut : (i) Hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja; (ii) Waktu kerja, waktu istirahat, cuti dan ijin tidak masuk kerja bagi pekerja; (iii) Sistem pengupahan, termasuk didalamnya upah kerja lembur dan Tunjangan Hari Raya (THR); (iv) Jaminan sosial tenaga kerja bagi pekerja dan keluarganya; (v) Sanksi bagi pekerja, termasuk di dalamnya prosedur pemberian teguran dan surat peringatan bagi pekerja yang mangkir dan melakukan pelanggaran; (vi) Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dan kompensasinya. (c) memiliki hubungan kerja dengan pekerjanya yang dibuat secara tertulis dalam bentuk PKWTT; (d) menyediakan seragam kerja bagi pekerjanya minimal 2 set per tahun, sesuai spesifikasi yang ditetapkan. (e) memenuhi kewajiban pengupahan yaitu upah tetap yang terdiri dari : (i) upah pokok pekerja untuk pekerjaan yang hanya memerlukan pelatihan yang bersifat umum dan kompetensi sederhana, sekurang-kurangnya sebesar 110% dari UMK setempat yang berlaku. Sedangkan untuk pekerjaan lainnya yang memiliki spesifikasi lebih tinggi, upah pokok harus lebih tinggi, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Perusahaan Lain. (ii) tunjangan masa kerja, besarnya dihitung secara proporsional sesuai dengan masa kerja yang telah dilalui oleh pekerja dan pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Perusahaan Lain. (f) adanya perlindungan..
7 (f) adanya perlindungan hak normatif pekerja di Perusahaan Lain berupa THR, Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Uang Lembur, Cuti dan lain-lain sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku; (g) membayar angsuran uang pengakhiran pekerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ke rekening pekerja pada Bank / Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Pasal 8 Service Level Agreement/ Performance Guarantee Agreement (1) Perjanjian Pemborongan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain harus mengatur secara detail mengenai SLA dan/atau PGA. (2) SLA dirancang dan disusun oleh pejabat struktural pengguna jasa terkait dengan memperhatikan tuntutan dan tantangan kinerja PLN, persyaratan teknis pekerjaan yang diatur oleh Direktorat/ Divisi teknis terkait, serta mempertimbangkan adanya reward (bonus) / punishment (penalti) atas pencapaian SLA dan/atau PGA. (3) SLA dan/atau PGA dipakai sebagai dasar : (a) Menetapkan tingkat kinerja dan mutu pelayanan yang diharapkan dari Perusahaan Lain; (b) Perhitungan reward (bonus) apabila kinerja dan mutu pelayanan melampaui SLA dan / atau PGA, dan punishment (penalti) apabila kinerja dan mutu pelayanan dibawah SLA dan/atau PGA (c) Melakukan penyusunan HPS yang dibuat secara cermat dengan menggunakan data/referensi dasar pertimbangan sebagaimana diatur dalam Pedoman Pengadaan Barang / Jasa PT PLN (Persero). (4) Pemberian reward (bonus)/ punishment (penalti) kepada Perusahaan Lain atas pencapaian SLA dan/atau PGA diatur sebagai berikut: (a) Nilai reward (bonus)/ punishment (penalti) atas pencapaian SLA dan/atau PGA dinyatakan dan diatur dalam Dokumen Pengadaan Barang/Jasa dan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, yang nilainya secara total pada setiap periode penagihan adalah maksimal sebesar 10% dari nilai tagihan. (b) Upah Tetap pekerja Perusahaan Lain tidak boleh dipotong dalam hal Perusahaan Lain mendapat punishment (penalti) atas tidak tercapainya SLA dan/atau PGA. (c) Perusahaan Lain memberikan sebagian reward (bonus) kepada pekerjanya yang terkait dalam hal tercapainya SLA/ PGA, yang diatur oleh Perusahaan Lain. Pasal 9 Jangka Waktu Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan (1) Perjanjian Pemborongan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain dilaksanakan selama 5 (lima) tahun yang dievaluasi secara periodik dan dapat diperpanjang kembali. (2) Jangka Waktu Perjanjian Pemborongan dan Perpanjangannya sebagaimana ayat (1) di atas, dapat diteruskan apabila hasil evaluasi periodik menyatakan bahwa : (a) Perusahaan Lain menunjukan kinerja yang baik atau memenuhi standar SLA dan/atau PGA yang ditetapkan; dan (b) Perusahaan Lain tidak memiliki masalah ketenagakerjaan yang berdampak negatif terhadap citra dan/atau kinerja PLN. (3) Apabila Perusahaan Lain tidak dapat memenuhi persyaratan sebagaimana butir (a) dan (b) pada ayat (2) di atas, maka PLN dapat mengakhiri / memutus Perjanjian Pemborongan secara sepihak yang ketentuannya ditetapkan dalam klausul pemutusan / pengakhiran Perjanjian Pemborongan di Dokumen Pengadaan dan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan. Pasal 10...
8 Pasal 10 Pengendalian dan Pengawasan (1) Pengendalian Pengadaan (a) Prosedur pengadaan kontrak Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain mengikuti ketentuan yang diatur dalam pedoman pengadaan barang / jasa di PLN dan peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku. (b) Untuk pekerjaan yang merupakan fungsi pendukung, maka dalam proses pengadaannya dipersyaratkan untuk menggunakan metode evaluasi sistem nilai yang memprioritaskan Perusahaan Lain yang sedang melakukan pekerjaan sejenis di luar PLN. (c) Panitia/ Pejabat Pengadaan harus memastikan bahwa Perusahaan Lain yang mengikuti proses pengadaan pemborongan pekerjaan adalah perusahaan yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan sebagaimana disebutkan pada pasal 5 dan pasal 7 di atas. (d) Komponen biaya dihitung secara cermat oleh pengguna jasa/panitia pengadaan berdasarkan data pendukung yang valid dengan mempertimbangkan proyeksi target kinerja, proyeksi perubahan teknologi dan proses bisnis, serta proyeksi kenaikan biaya bahan, material, dan tenaga kerja. (2) Pengendalian Biaya dan Jumlah Pekerja Kepala Divisi terkait di Kantor Pusat, General Manager / Kepala Unit Pelaksana Induk, Manajer Unit Pelaksana bertanggung jawab mengendalikan biaya dan jumlah pekerja pada Unit / Divisi masingmasing sesuai anggaran yang tersedia dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). (3) Pengawasan Pekerjaan (a) Pengawasan atas pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, dilakukan oleh masingmasing Direksi Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan. (b) Direksi Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan antara lain bertugas : (i) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan Perjanjian Pekerjaan Pemborongan tentang Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain di lingkungan unitnya. (ii) Melakukan evaluasi secara periodik atas kinerja Perusahaan Lain kepada pejabat berwenang secara berjenjang. dan melaporkan (iii) Memastikan perjanjian kerja antara Perusahaan Lain dengan pekerja sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan ini dan peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku. (iv) Memastikan bahwa di dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan terdapat klausul yang mengatur tentang persyaratan pengajuan pembayaran rutin, yang harus dilampiri dokumen terkait. (4) Pengawasan Ketenagakerjaan (a) Pengawasan atas pelaksanaan aspek ketenagakerjaan pada semua Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, dilakukan oleh Pejabat Pengawas Ketenagakerjaan, yaitu : (i) Kepala Divisi yang membawahi pengendalian dan pengawasan pekerja alih daya pada Kantor Pusat; (ii) Manajer Bidang yang membawahi pengendalian dan pengawasan pekerja alih daya pada Unit Induk; (iii) Pegawai fungsional di bawah Manajer yang ditunjuk oleh Manajer pada Unit Pelaksana. (b) Pejabat Pengawas Ketenagakerjaan antara lain bertugas : (i) Memastikan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Perusahaan Lain dengan PLN sesuai dengan ketentuan ini dan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku. (ii) Memastikan perjanjian kerja antara Perusahaan Lain dengan pekerjanya sesuai perjanjian pemborongan pekerjaan dan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku. (iii) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban Perusahaan Lain yang berkaitan dengan ketentuan ketenagakerjaan sesuai perjanjian kerja antara Perusahaan Lain dengan pekerja dan peraturan perundangan yang berlaku. (iv) Membuat database seluruh pekerjaan yang dilaksanakan melalui penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Lain, meliputi data nama perusahaan, jenis kegiatan / pekerjaan, jumlah tenaga kerja, besar kontrak, permasalahan yang ada, dan melaporkan secara periodik dan berjenjang ke PLN Kantor Pusat. Pasal 11..
9 Pasal 11 Ketentuan Peralihan (1) Perjanjian pelaksanaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain yang ditandatangani sebelum diterbitkannya Keputusan ini dan belum berakhir pada tanggal 14 November 2013, serta bertentangan dengan Keputusan ini dan ketentuan perundangan yang berlaku harus segera disesuaikan melalui kesepakatan para pihak. (2) Perjanjian pelaksanaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain yang masih berbentuk Perjanjian Jasa Tenaga Kerja (PJTK) dan bertentangan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 19 tahun 2012 wajib disesuaikan dengan Keputusan ini melalui kesepakatan para pihak. (3) Bilamana Perusahaan Lain tidak bersedia atau tidak sepakat melakukan penyesuaian sebagaimana ketentuan pada ayat (2) di atas, maka Perusahaan Lain dapat diusulkan untuk masuk dalam black list karena dianggap tidak patuh terhadap ketentuan perundangan yang berlaku. Pasal 12 Ketentuan Penutup (1) Pada saat keputusan ini mulai berlaku, maka ketentuan-ketentuan sebagai berikut : (a) Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 118.K/DIR/2004 tanggal 22 Juni 2004 tentang Penataan Outsourcing; (b) Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 001.E/DIR/2007 tanggal 29 Januari 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan ke Perusahaan Lain (Outsourcing); (c) Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1040.K/DIR/2011 tanggal 6 Juli 2011 tentang Standardisasi Komponen Penghasilan Tenaga Outsourcing di Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana diubaha dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1507.K/DIR/2011 tanggal 30 Desember 2011; dan (d) Ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Keputusan ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Keputusan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan. Juli 2013
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Lebih terperinciI. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA
I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat
Lebih terperinciPT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 004.K/DIR/2006 TENTANG MUTASI JABATAN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO)
PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 004.K/DIR/2006 TENTANG MUTASI JABATAN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO) Menimbang : a. bahwa sesuai perkembangan organisasi
Lebih terperinci1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada
1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 2. Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada Perusahaan Lain Pasal 64 UU No.13 Tahun 2003 : Perusahaan
Lebih terperinciI. Fakta-fakta menurut hukum secara kronologis
I. Fakta-fakta menurut hukum secara kronologis 1. Bahwa dalam menghadapi tantangan bisnis ketenagalistrikan, PT PLN (Persero) perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, kompeten dan berintegritas
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN ANAMBAS
BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH POVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG 26 Agustus 2013 PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN
Lebih terperinciNOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NTERI KETENAGAKERJAANPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN
Lebih terperinci-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdassarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa implementasi tanggung jawab pengusaha penyedia jasa pekerja dalam hal ini PT. Sandhy putra makmur terhadap pekerja
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciPERJANJIAN TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN TAHUN DAN IKATAN KERJA TAHUN
PERJANJIAN TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN TAHUN 2014 2015 DAN IKATAN KERJA TAHUN 2015-2020 Nomor : /330//2014 Perjanjian ini dibuat di , pada hari, tanggal.bulan. tahun
Lebih terperinci2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Se
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1986, 2014 BPJS. Penyelenggaraan. Pengawasan. Pemeriksaan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENYELENGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER - 38/MEN/XII/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSURAT PERJANJIAN KERJA
SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini
Lebih terperinciRINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.
1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 27 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERIZINAN BURSA KERJA LUAR NEGERI DI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 27 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERIZINAN BURSA KERJA LUAR NEGERI DI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa pelayanan melalui bursa kerja luar negeri
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar
No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR
Lebih terperinciCreated by : Ratih dheviana puru hitaningtyas
Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Pasal 64-66 UU no 13 tahun 2003 Permenakertrans No 19 tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain yang
Lebih terperinciTERMS OF REFERENCE PENGADAAN JASA CLEANING SERVICE
TERMS OF REFERENCE PENGADAAN JASA CLEANING SERVICE Kantor Perwakilan SKK MIGAS Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara 2015 TERMS OF REFERENCE (TOR) SPESIFIKASI TEKNIS NAMA PROYEK : Pengadaan Cleaning Service
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/ TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI
-1- Yth. Wakil Manajer Investasi di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/2016.. TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan
Lebih terperinciperjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang
perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya
Lebih terperinciPT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR: 311.KIDIR/2009 TENTANG PROGRAM MASA PERSIAPAN PENSIUN (MPP) DIREKSI PT PLN (PERSERO)
PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR: 311.KIDIR/2009 TENTANG PROGRAM MASA PERSIAPAN PENSIUN (MPP) DIREKSI PT PLN (PERSERO) Menimbang Mengingat. a. bahwa sumber daya manusia yang merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 25 /PBI/2011 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 229 /MEN/2003 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
Lebih terperinciDireksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN
Yth. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /SEOJK.04/2017 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,
R AN SALINAN PERATURAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu diatur
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN SURAT IZIN PELAKSANA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA
Lebih terperinciOleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011
Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.21, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Pihak Lain. Pelaksanaan Pekerjaan. Prinsip. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5845) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING
15 BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN 2.1 Hubungan Hukum Antara Perusahaan Penyedia Jasa Dengan Pekerja/Buruh Hubungan hukum antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa itu sendiri
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI
Yth. 1. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi; 2. Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia; dan 3. Asosiasi Manajer Investasi Indonesia, di tempat. SALINAN SURAT
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA SURAT PERJANJIAN Paket Pekerjaan Konstruksi
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SURAT PERJANJIAN Paket Pekerjaan
Lebih terperinciH. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)
408 H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENGAWASAN Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : bahwa guna
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENDAFTARAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI Menimbang
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciF. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)
391 F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DI LAUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.07/MEN/IV/2008 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di
Lebih terperinciK. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :..
443 K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan :.. Lokasi :.. Sumber
Lebih terperinciLAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN 69 70 KUESIONER Assalamu alaikum Wr Wb, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Jurusan Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XI HUBUNGAN INDUSTRIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 102 1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala
Lebih terperinciKISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN
KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,
BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEMBERI KERJA SELAIN PENYELENGGARA NEGARA DAN SETIAP ORANG, SELAIN PEMBERI KERJA, PEKERJA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 2 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 40 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa penilai mempunyai
Lebih terperinci2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2099, 2014 KEMENAKER. Peraturan Perusahaan. Pembuatan dan Pendaftaran. Perjanjian Kerja Sama. Pembuatan dan Pengesahan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEMBERI KERJA SELAIN PENYELENGGARA NEGARA DAN SETIAP ORANG, SELAIN PEMBERI KERJA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME KERJA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA
BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,
Lebih terperinciLEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG
LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 29 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI DAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk
PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PENDAHULUAN Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan terutama dalam:
Lebih terperinciPengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan
Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan Pengertian Umum Seluruh pengadaan barang yang pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian atau keseluruhan, harus mengacu kepada aturan yang berlaku (Keppres
Lebih terperinciPenjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia
Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia Penjelasan mengenai penentuan upah sehari Sesuai ketentuan Pasal 77 ayat (2) UU Ketenagakerjaan No. 13/2003, bahwa waktu kerja adalah: 1. a. 7 (tujuh)
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI
Lebih terperinciRANCANGAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN Jln. Suroto No. 9 Yogyakarta 55212 Telepon (0274) 511314, e-mail : kap@jogjakota.go.id; HOT LINE SMS: 08122780001; HOTLINE EMAIL: upik@jogjakota.go.id
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL
PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL Jl. Soekarno Hatta Km.4 Brangsong, Telp (0294) 381490 Fax (0294) 384044 Kendal-51371 Website : www.pa-kendal.go.id SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN:
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI
SALINAN LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 4 TAHUN 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN DEMAK
PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003
Lebih terperinci: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG.
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13/M-DAG/PER/3/2006 T E N T A N G KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinci