MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012 [PASAL 7 AYAT (4), PENJELASAN PASAL 7 AYAT (4) DAN PASAL 7 AYAT (6)] TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A JUMAT, 10 FEBRUARI 2012

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 [Pasal 7 ayat (4), Penjelasan Pasal 7 ayat (4), dan Pasal 7 ayat (6)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Bgd. Syafri 2. Lavaza Basyaruddin 3. Yuliana 4. Asep Anwar ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Jumat, 10 Februari 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Ahmad Fadlil Sumadi (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) Hamdan Zoelva (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti i

3 Pihak Yang Hadir: A. Pemohon: 1. Bgd. Syafri 2. Lavaza Basyaruddin ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Sidang untuk Perkara Nomor 13/PUU-X/2012 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Saudara Pemohon, untuk Perkara Nomor 13 ya? Silakan Saudara perkenalkan diri terlebih dahulu siapa yang hadir dan siapa pula yang bersama-sama dengan Saudara? Silakan. 2. PEMOHON: BGD. SYAFRI Assalamualaikum wr. wb. Pemohon dalam perkara a quo adalah saya Bgd. Syafri, S.H. Bertempat tinggal di Cianjur. Selanjutnya saya didampingi oleh rekan saya Lavaza Basyaruddin, S.H., di sebelah kanan saya ( ) 3. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Itu pedamping apa Pemohon II? 4. PEMOHON: BGD. SYAFRI Maksudnya mendampingi saya, Pak, di sini. 5. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oh. 6. PEMOHON: BGD. SYAFRI Duduk di sebelah saya maksudnya. 7. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oh, Di di samping saya, gitu ya? 8. PEMOHON: BGD. SYAFRI Ya, di samping, Pak. 1

5 9. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Tapi Pemohon juga kan? 10. PEMOHON: BGD. SYAFRI Pemohon. 11. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Terus siapa lagi? 12. PEMOHON: BGD. SYAFRI Sementara Saudari L. Yuliana ( ) 13. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI He em. 14. PEMOHON: BGD. SYAFRI Tidak hadir karena dalam ujian fakultas hukumnya, Pak. 15. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI He em, oke. Terus? 16. PEMOHON: BGD. SYAFRI (Suara tidak terdengar jelas) Asep Anwar sedang sidang di Pengadilan Negeri Agama Cianjur. 17. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. 18. PEMOHON: BGD. SYAFRI Sekian dan terima kasih. 19. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Perlu saya informasikan kepada Saudara Pemohon bahwa sidang hari ini adalah sidang berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang 2

6 Mahkamah Konstitusi yang sebutannya sebagai sidang pemeriksaan pendahuluan. Tujuan sidang ini untuk memperoleh kejelasan dan kelengkapan dari permohonan Saudara. Oleh karena itu, yang pertama nanti Saudara disilakan menguraikan secara garis besar permohonan Saudara. Kemudian, nanti Hakim berdasarkan apa yang Saudara sampaikan itu akan melihat, apakah permohonan Saudara sudah lengkap atau belum, nanti akan diberikan nasihat-nasihat sebagai kewajibannya. Oleh karena itu, yang pertama disilakan Saudara menjelaskan secara garis besar. Tidak usah dibaca seluruhnya, gitu ya. Nah, silakan. 20. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Terima kasih. Sebelum kami menjelaskan kepada Majelis Hakim, ada hal-hal penambahan permohonan. Apakah saya serahkan dahulu atau membacakan dari ( ) 21. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Begini saja, nanti belakangan sekalian saja. Tidak (suara tidak terdengar jelas) sekarang. Bolehlah diceritakan, tapi tidak usah sekarang apa diserahkannya. Karena barangkali Saudara nanti akan memperbaiki, nanti dikonsolidasikan menjadi satu naskah, gitu ya. Disilakan Saudara. 22. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Terima kasih. Langsung kepada Yang Terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ( ) 23. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Itu enggak usah dibaca ya, pokok-pokoknya misalnya soal kewenangan. Mahkamah Konstitusi menurut Anda berwenang apa enggak, ya? 24. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Baik, untuk yang pertama adalah Kewenangan Mahkamah. Dalam hal ini, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang sudah jelas, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh 3

7 sebuah Mahkamah Konstitusi. Dan dalam poin kedua, jelas di dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa jelas di sana Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Itu normanya? 26. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Norma. 27. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Lalu permohonan Saudara apa? 28. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Baik. Sebelum saya sampaikan bahwa yang kedua dalam hal ini adalah kedudukan hukum (legal standing). Kami selaku Pemohon, di dalam Pasal 41 ayat (1) ( ) 29. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Sebentar! Ini kan Saudara menyatakan kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan Undang-Undang Dasar itu, menguji undangundang yang putusannya final. Ini permohonan Saudara ini termasuk permohonan pengujian undang-undang, begitu? 30. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Betul, Pak. 31. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oh. Oleh karena itu, Saudara berpendapat Mahkamah berwenang? 32. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Ya. 4

8 33. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Sekarang soal orangnya yang mengajukan. Saudara ini siapa? Mengapa mengajukan itu? 34. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Baik, untuk selanjutnya saya selaku Pemohon dalam hal ini berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 ( ) 35. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Itu kan ada empat, a, b, c, d kan? 36. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Ya. 37. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Saudara ter menggolongkan diri yang mana? 38. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Sebagai perorangan, warga negara Indonesia. 39. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Perorangan, warga negara Indonesia. Oke. Nah, lalu kerugiannya apa, Saudara? 40. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Dalam hal ini secara konstitusional terhadap undang-undang terhadap Pasal 7 ayat (4) penjelasan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 Anggaran Tahun 2012 Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 113. Bahwa di situ jelas pemerintah dalam poin tersebut, khususnya di butir 1 penjelasan daripada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011, dimana ( ) 41. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Sejak April ( ) 5

9 42. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Di sini pengalokasian BBM bersubsidi secara tepat sasaran dilakukan melalui pembatasan konsumsi BBM jenis premium untuk kendaraan roda empat, sejak April, tanggal 1 April KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Apa kerugian Saudara kalau ditentukan roda empat pribadi dibatasi konsumsi BBM-nya? 44. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Otomatis secara pribadi dalam kehidupan, kemudian operasional dalam biaya hidup dan kehidupan kami, dan mungkin lebih luas lagi masyarakat Bangsa Indonesia itu merasa berat beban yang di ( ) 45. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Bukan, itu kan kerugian itu kan didasarkan pada hak konstitusional Saudara. Di sini Saudara menulis Pasal 27, Pasal 28A, C, D, I, dan Pasal 33. Apa kaitannya dengan kerugian Saudara di pasal-pasal ini? 46. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Bahwa di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana yang disebutkan tadi adalah yang pertama, kami selaku warga negara Indonesia yang telah diberikan hak konstitusinya oleh Undang-Undang Dasar Kemudian bahwa kedudukan hukum kami selaku warga negara is warga negara Indonesia sama di mata hukum dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Kemudian dalam pelaksanaan daripada khususnya penjelasan daripada Pasal 7 ayat (4) butir 1 dan 2, dimana terjadi suatu kontra. Dan kemudian Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33, khususnya ayat (3) bahwa bumi, dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kepentingan warga negaranya. Nah, dalam hal ini saya selaku warga negara Indonesia menginginkan suatu kesejahteraan yang lebih baik, kelancaran dalam kehidupan kami. 47. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, sekarang lanjut saja ke petitumnya apa ini? Saudara minta apa? 6

10 48. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Petitumnya, Pak, berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, Pemohon dengan ini mohon kiranya Majelis Hakim Konstitusi sebagai pengawal dan penafsir tertinggi terhadap konstitusi berkenan mengadili dan memutuskan permohonan Pemohon dengan putusan yang amarnya tertulis di sini, Pak. 49. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya, apa? 50. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Ya, menerima dan mengabulkan permohonan. Kemudian menyatakan Pasal 7 ayat (4) dan Penjelasan Pasal 7 ayat (4) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 113 sangat bertentangan dengan Pasal 7 ayat (6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Terus, jadi Pasal 7 ayat (4) ( ) 52. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Penjelasan Pasal 7 ayat (4), Pak. 53. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Bertentangan dengan Pasal 7 ayat (6)? 54. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Dengan Penjelasan Pasal 7 ayat (6). 55. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Nah, itulah, nanti akan diberikan. 7

11 56. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Ya. 57. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Terus? 58. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Terus poin tiga di sini menyatakan bahwa Pasal 7 ayat (4) dan Penjelasan Pasal 7 ayat (4) dan Pasal 7 ayat (6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 113 bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A, Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (4), dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Selanjutnya tidak punya kekuatan mengikat begitu ya? 60. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Ya. 61. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, saya kira cukup ini. Kepada Pak Hakim Anwar disilakan ada penjelasan atau nasihat mungkin? 62. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, terima kasih, Pak Ketua. Pemohon, ini saya hanya sedikit saja. Secara sistematika, struktur, dan format permohonan ini cukup bagus, walaupun masih ada yang mungkin perlu mendapat perhatian. Misalnya mengenai penulisan pasal-pasal yang ada dalam UUD 1945 yang dijadikan batu uji itu disesuaikan. Misalnya penulisan-penulisan Pasal 28I dan seterusnya, itu disesuaikan, pisah atau apakah digabung, antara misalnya itu (suara tidak terdengar jelas) atau dipisah, perhatikan dengan Undang- Undang Dasar. Kemudian, hal lainnya yang tentu saja yang terkait dengan materi permohonan Para Pemohon. Ini terkait dengan BBM ya? Memang BBM ini ya dari tahun ke tahun, dari dulu sampai sekarang, bahkan sampai kapan 8

12 pun itu karena menyangkut hidup hidup dan kehidupan rakyat banyak, ya termasuk Para Pemohon tentunya. Ya, sehingga ya wajar memang mendapat perhatian kita semua, termasuk Para Pemohon terutama. Namun demikian, kiranya alasan-alasan ya yang perlu di dibuat atau dielaborasi lebih lanjut mengenai adanya hubungan ya, kerugian yang dialami oleh Pemohon dengan berlakunya Undang-Undang APBN ini, terutama yang terkait dengan pasal-pasal yang ingin diuji, yaitu Pasal 7 ayat (4) dan penjelasannya, termasuk Pasal 7 ayat (6). Ketika ini diberlakukan, apakah kerugian yang dialami itu kerugian konstitusional atau kerugian biasa, gitu? Nah, ini perlu di dielaborasi lebih lanjut. Hal lain, mengenai istilah diskriminasi ya? Ada perlakuan diskriminasi ada dalam halaman 8 poin 4 permohonan Para Pemohon, juga dielabolarasi lebih lanjut maksud, makna diskriminatif yang dimaksud oleh Para Pemohon. Apabila dikaitkan lagi dengan undang-undang mengenai hak asasi manusia Pasal 38 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3. Tentu ini ini akan mendapat perhatian dari Para Pemohon. Hal lain juga yang perlu diketahui oleh Para Pemohon bahwa penjelasan dalam permohonan Para Pemohon, penjelasan Pasal 7 disebut norma ya? Sebenarnya panjala penjelasan itu bukan merupakan norma, tetapi merupakan penjelasan dari norma yang diatur dari sebuah frasa. Jadi penjelasan itu sendiri ya bukan norma sebenarnya. Untuk sementara, cukup, Pak Ketua. 63. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Yang Mulia Hakim Hamdan. 64. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Saudara Pemohon, coba dilihat di petitum petitum permohonan. Di petitum nomor nomor berapa tadi? Nomor 2. Di petitum nomor 2 itu, apa benar ini bertentangan antara Pasal 7 ayat (4) dengan dan penjelasanya, dan Pasal 7 ayat (6), gitu? Betul itu? Sebenarnya, pengujian di sini ini pengujian pertentangan antara undang-undang dengan Undang-Undang Dasar. Jadi, bukan bertentangan antara undang-undang dengan undang-undang ya? Baik di internal undang-undang itu, maupun secara horizontal dengan undang-undang yang lain ya. Jadi ini tidak perlu ini. Karena bukan itu objek pengujian ya. Kalau undang-undang dengan Undang-Undang Dasar, ya bisa dipahami ya. Pasal 7 ayat (4) dan tahap penjelasannya. Jadi dengan demikian, yang sebenarnya Saudara mohonkan jadi hanya Pasal 7 ayat (4) dan penjelasannya. Kalau Saudara mau menguraikan ada pertentangan di internal undang-undang itu, Pasal 7 ayat (4) dengan penjelasan, dengan Pasal 7 ayat (6), ya silakan diuraikan 9

13 dalam bagian dalam bagian apa alasan-alasan permohonan bahwa ada pertentangan antara satu pasal dengan pasal yang lain. Tapi bukan pasal dalam undang-undang itu sebagai batu uji, itu yang pertama. Kemudian yang kedua, ini Saudara mencantumkan batu uji yang cukup banyak. Saya minta sedikit klarifikasi Saudara-Saudara. Yang Saudara uji adalah mengenai apa alokasi pengambilan alokasi BBM bersubsidi secara tepat, gitu kan? Ya menurut penjelasannya dilakukan pembatasan BBM untuk penggunaan BBM, khususnya bensin untuk Jawa dan Bali, April tahun 2011, itu model kebijakannya, ya. Model kebijakan alokasi BBM bersubsidi secara tepat. Kemudian yang kedua yang Saudara uji adalah (suara tidak terdengar jelas) BBM. Pengendalian konsumsi BBM yang dapat dilakukan dalam empat model, tadi ya? Jadi konfersi LPG dipercepat, LPG, energi alternatif, penghematan, dan penyempurna regulasi kebijakan ya. Nah, kalau itu menjadi objek, lalu apa hubungannya dengan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar, kesamaan kedudukan dalam pemerintahan? Di mana hubungannya? Ada relevansi enggak? Ini coba, saya tidak melihat dalam uraiannya Saudara. Ada relevansi enggak dengan Pasal 27 ayat (1)? Dengan kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan dengan masalah alokasi subsidi BBM secara tepat. Begitu juga dengan Pasal 27 ayat (2), Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Apakah dengan kebijakan itu, hak untuk hidup itu menjadi tidak ada, dan hak untuk mempertahankan kehidupannya menjadi menjadi apa menjadi terkurangi ya karena ada itu? Itu yang harus Saudara jelaskan kalau Saudara mencantumkan itu ya, Pasal 27 ayat (2). Kemudian pasal demikian juga Pasal 28 ayat (1). Ada enggak hubungannya alokasi pengelolaan (suara tidak terdengar jelas) subsidi secara tepat sasaran itu, subsidi BBM secara tepat sasaran itu dengan masalah hak untuk hidup serta mempertahankan hidup kehidupannya? Apa terganggu hak untuk hidup Saudara atau untuk mempertahankan kehidupan dengan kebijakan itu? Nah, ini pertanyaan-pertanyaan dasar ya yang harus terjawab dalam permohonan itu. Pasal 28C, Setiap orang berhak untuk menunjukkan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara. Ini apa hubungannya? Enggak ada hubungannya ini. Jadi kalau enggak ada hubungannya, Saudara tidak usah cantumkan di sini, cari saja yang ada hubungannya langsung. Ya, jadi ini kan Saudara harus menguji norma undang-undang dengan Undang-Undang Dasarnya. Jadi, diuji ya norma undang-undang dengan Undang-Undang Dasarnya. Jadi, tidak sembarang memasukkan tanpa penjelasan yang di dalamnya, kecuali Saudara jelaskan memang ada hubungannya, tapi di dalam juga tidak ada penjelasannya. Kemudian perlindungan, pemajuan, penegakan, dan begitu juga ini 28I ayat (4). Pasal 33 ayat (3), Bumi, dan air, dan kekayaan alam. Boleh 10

14 saja Saudara cantumkan, tapi harus jelaskan di mana pertentangannya. Boleh, boleh, ya mana saja boleh, tapi ketika Saudara tidak menjelaskan, menjadi tidak ada artinya, menjadi tidak ada artinya itu ya. Jadi semakin banyak pasal Undang-Undang Dasar yang Saudara cantumkan, semakin panjang uraian Saudara karena Saudara harus menguraikan satu per satu pertentangan antara pasal yang Saudara uji dengan Undang-Undang Dasar. Harus diuraikan satu per satu. Nah, ini pertentangannya di sini, ini pertentangannya di sini. Jadi biar jelas kelihatan, itu satu ya. Kemudian yang kedua. Jadi pengujian di sini ya bukan persoalan arif tidak arif dari suatu kebijakan ya. Ini Saudara tulis di sini, Pasal 7 ayat (4) itu dan penjelasannya ya adalah suatu kebijakan yang tidak tepat dan tidak arif ya karena kebijakan pemerintah (suara tidak terdengar jelas) pembatasan konsumsi BBM. Kalau arif tidak arif, itu bukan persoalan di MK ya. Di MK itu persoalannya apakah kebijakan itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar atau tidak. Jadi tegas ya, bukan persoalan arif, tidak arif. Kalau arif, tidak arif itu bisa beda bisa beda pemahaman. Arif, tidak arif menurut Anda, arif menurut pemerintah. Atau tidak arif menurut Anda, arif menurut yang lain. Jadi arif itu subjektif ya. Karena itu ukurannya harus objektif ya. Objektif bahwa kebijakan itu betul bertentangan dengan Undang-Undang Dasar pasal sekian ya, yang Saudara jadikan batu uji. Nah, itu ya? Jadi, ini secara mendasar Saudara harus mengubah mindset ya, mindset dari apa permohonan dan alasan-alasan permohonan Saudara ini. Jadi, kalau saya lihat dari awal, arif dan tidak arif ini banyak ya mengenai kebijakan itu. Sekali lagi, ini bukan persoalan arif tidak arif ya. Jadi, persoalan ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar apa enggak? Itu yang penting. Kemudian yang terakhir, itu APBN kan anggaran tahunan ya? Jadi anggaran belanja untuk satu tahun. Dalam satu tahun itu bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengatur anggaran negara. Jadi, untuk meningkatkan untuk mengurangi subsidi, maka dilakukan kebijakan ini, ini, ini ya. Karena untuk mengurangi subsidi ya, tentu anggaran untuk subsidi itu anggaran untuk subsidi itu kan kan apa subsidi BBM kan besar ya, itu dibayar dengan uang dari APBN juga. Subsidinya di di dikurangi ya, dikurangi, kemudian anggaran itu dialokasikan di alokasi yang lain, pengeluaran anggo alokasi yang lain pengeluarannya. Jadi, sebenarnya di sini yang terpotong, di di tempat lain yang terbantu. Mungkin nanti anggaran untuk pembangunan lebih naik, anggaran untuk infrastruktur naik, anggaran untuk pendidikan naik dengan mengurangi subsidi. Jadi, ini persoalan kebijakan anggarannya setiap tahun bisa berubah-ubah. Apa tepat ini permohonan Saudara? Coba Saudara kaji lebih dalam ya? Saya kira itu apa untuk Saudara renungkan kembali. Terima kasih. 11

15 65. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Terakhir, ingin saya sampaikan dengan menambah apa yang sudah disampaikan oleh kedua Bapak Hakim yang sebelumnya. Bahwa kalau istilah Beliau itu mindset, gitu ya, mindset itu harus dituangkan dalam bentuk posita yang berupa alur pikir permohonan yang jelas. Jadi, ini tidak jelas alur pikirnya. Misalnya dapat saya contohkan, Saudara ini di dalam permohonannya ini seperti apa namanya pidato. Jadi, pidato yang isinya menilai kebijakan yang dianggap merugikan banyak pihak, begitu ya. Pidato yang isinya, Oleh karena itu, diharapkan supaya kebijakan itu makin arif, gitu ya, ini pidato ya. Permohonan itu bukan alur pikirnya bukan alur pikir pidato, tapi namanya alur pikir argumentasi. Oleh karena itu, saya ingin menunjukkan apa yang sudah jelas di sini dan apa yang belum jelas. Kalau soal jelasnya, sebenarnya Saudara ini yang sudah jelas menguji Pasal 7 ayat (4) terhadap Undang-Undang Dasar yang tadi banyak sekali itu. Bahwa Pasal 7 ayat (4) itu diuji dengan Undang-Undang Dasar sudah jelas. Itu menjadi tidak jelas karena Saudara tidak menguraikan, apa pertentangannya Pasal 7 itu terhadap pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar yang Saudara kutip? Di mana pertentangannya? Kalau yang satu Pasal 7 ayat (4) itu mengatur tentang bagaimana mengelola supaya subsidi itu tepat sasaran dengan cara melakukan pembatasan, nah pembatasan itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar poin yang mana? Kalau kesamaan hukum, apa apa apa pertentangannya dengan ketentuan persamaan di depan hukum, persamaan di depan pemerintahan, itu apa pertentangannya? Ndak ada, ndak dijelaskan oleh Saudara. Lalu mengapa bertentangan? Jadi, apa pertentangannya? Mengapa pertentangan itu? Bagaimana pertentangan itu, sehingga Saudara itu menderita kerugian? Dan kerugiannya itu Saudara lebih banyak menguraikan kerugian-kerugian yang tidak bersifat konstitusional, tapi kerugian karena tidak arif itu. Ah, itu kan bukan konstitusional. Karena tidak arif, tidak memenuhi harapan banyak orang, itu itu bukan konstitusional. Jadi seperti tadi dicontohkan, Saudara itu punya hak konstitusional untuk hidup. Dengan dibatasi BBM-nya itu, hak hidup Saudara yang dirugikan apa? Nah, gitu ya. Itu jadi ada lubang di tengah itu, ada ada loophole di tengahnya. Ini sudah, ini sudah jelas, tapi di tengahtengahnya ndak jelas. Sehingga enggak bisa dianggap sudah jelas ini dan mindset-nya itu, mindset pidato, orasi ya. Oleh karena itu, diubah menjadi mindset argumentative, yaitu ini bertentangan, pertentangannya berupa ini, karena begini, seperti ini sebegitu besar pertentangannya, sehingga merugikan hak konstitusional warga negara apa? Hak konstitusional yang dirugikan itu, wah harus jelas semua, ya. Lalu dalam petitum, coba Saudara buka petitum Saudara itu. Itu angka 2, itu tadi sudah dikemukakan menjadi enggak penting. Dan 12

16 Saudara supaya fokus pertentangannya dengan ayat (6) itu ndak relevan sebagai pengujian karena ndak ada pengujian undang-undang terhadap undang-undang. Pengujian undang-undang itu terhadap Undang-Undang Dasar. Kalau yang ayat poin tiga dan poin empat sebenarnya sudah tepat dengan menghilangkan apa namanya Pasal 7 ayat (6)-nya itu barangkali atau kalau Pasal 7 ayat (6) juga ikut diuji, mengapa itu dianggap bertentangan? Jadi itu masukkan sekalian saja untuk pasal yang diuji, kalau memang itu mau diuji. Kalau sekadar untuk perbandingan dengan itu, dengan bertentangan begitu dari penglihatan konstitusional, apanya yang dirugikan? Begitu, ya? Oke, itu tidak usah ditanggapi, tapi itu masukan dari Hakim. Karena kalau ini apa namanya dalam laporan kami bertiga ini kepada sembilan Hakim nanti ternyata diputuskan untuk didengar pembentuk undang-undang karena permohonan Saudara ini serius dan apa namanya mempunyai nilai penting untuk didengar pembentuk undangundang, presiden dan DPR, Saudara sudah siap. Lah kalau mocar-macir begini, bagaimana Saudara bisa menghadapinya, ya? Ini enggak main-main, Saudara paling tidak berhadapan dengan Menteri ESDM, begitu ya. Nah, mau berhadapan dengan menteri dan dengan DPR Saudara masih mocar-macir begini. Belum lagi nanti membuktikannya, gitu ya. Oleh karena itu, Saudara supaya siap. Mau diubah atau tidak diubah, Saudara ada waktu untuk memperbaiki sampai dengan 14 hari maksimal. Sekarang ini kan tanggal berapa ini? Sekarang ini? Ini sekarang kan Jumat kan? Tanggal 10. Itu artinya Saudara paling lambat tanggal 9 lho kok 9? ya? 24 itu Saudara harus sudah masuk, tapi pada umumnya enggak sampai tanggal 24. Tiga hari saja sudah masuk, sehingga bisa dijadwal untuk sidang untuk dicek, apakah perbaikannya ini sudah bagus atau belum? Nanti untuk laporan berikutnya, gitu ya. Untuk laporan kami kepada Pleno sembilan orang Hakim. Nanti Saudara akan berhadapan dengan sembilan orang Hakim juga, tidak kami bertiga, gitu ya. Sudah paham Saudara? Ada yang ingin dikatakan? Silakan kalau ada yang ingin dikatakan. Kalau sudah cukup, ya sudah. Gimana? 66. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Ada yang mau ditanya, Pak. 67. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya, silakan. 68. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Untuk teknis pengajuannya, penambahan atau? 13

17 69. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Dikonsolidasikan dalam satu naskah yang baru. 70. PEMOHON: LAVAZA BASYARUDDIN Dikonsolidasikan. 71. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ha. Jadi Anda bikin baru lagi satu dengan memasukkan apa yang Saudara ingin tambahkan dan apa yang dinasihatkan, ini kalau dipandang penting. Tapi jangan lalu apa ini biar tetap di sini. Supaya apa namanya menjadi dokumen bahwa asilnya itu ini, lalu perbaikannya baru, baru sama sekali. Begitu ya? Oke, sudah cukup? Baik. Dan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi itu sudah pernah diubah lho. Saudara pernah baca perubahannya? Nah, tahun Nah, itu kan Saudara kecer juga itu kan, ya? Undang-Undang Nomor 8 Tahun Sehingga (suara tidak terdengar jelas) itu, sehingga Saudara harus bisa mengonsolidasikan secara lebih baik di dalam satu naskah perbaikan namanya. Ya? Oke? Sudah? Nah, baik kalau sudah diapahami, maka selamat memperbaiki atau tidak memperbaiki, disilakan Saudara untuk menerungkan baik-baik, ya. Sidang dipandang cukup dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 10 Februari 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d. Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 14