MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN JUNCTO UNDANG- UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN TERHADAP UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A SENIN, 5 JUNI 2017

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XV/2017 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian juncto Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian [Pasal 23 ayat (1)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Sudding Dg. Nyau 2. Muntu Dg. Situju 3. Sakarang Dg. Tappo ACARA Perbaikan Permohonan (II) Senin, 5 Juni 2017 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) I Dewa Gede Palguna (Ketua) 2) Aswanto (Anggota) 3) Saldi Isra (Anggota) Ria Indriyani Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Resa Indrawan ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sidang untuk Perkara Nomor 21/PUU-XV/2017 dalam rangka perbaikan permohonan, masih dalam berkaitan pemeriksaan pendahuluan saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Saudara Pemohon, silakan perkenalkan diri terlebih dahulu. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Terima kasih, Yang Mulia. Perkenalkan saya Kuasa Hukum atas nama Resa Indrawan Samir. 3. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Terima kasih. KETUK PALU 3X 5. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Jadi, sekarang ini adalah sidang perbaikan permohonan sebagaimana sudah dinasihatkan pada sidang sebelumnya. Sekarang, Saudara... kami sudah menerima permohonan walaupun barusan saja. Tapi silakan Saudara sampaikan pokok-pokok yang sudah Saudara perbaiki saja, setelah itu barangkali bisa langsung kepetitumnya apakah ada perubahan atau tidak, ya itu. Apa yang sudah diperbaiki, silakan itu sampaikan. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Baik, Yang Mulia. Terkait perbaikan ini... terkait kewenangan tidak ada masalah, bagian B saja, Yang Mulia, terkait kedudukan hukum dan kerugian konstitusinal. Kami bagi dua, terkait kedudukan hukum Pemohon dan kerugian konstitusional Pemohon. Kalau terkait kedudukan hukum dianggap dibacakan, Yang Mulia, karena sebagai warga negara Indonesia. Terkait kerugian konstitusional mungkin kami bacakan sedikit. 1

5 Bahwa para Pemohon selaku perorangan warga negara Indonesia yang berdasarkan kartu tanda penduduk bertempat di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki hak konstitusional sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dianggap dibacakan pasal-pasalnya, Yang Mulia. Bahwa adapun hak konstitusional para Pemohon dirugikan akibat tidak jelasnya norma yang mengatur terkait kegiatan pengadaan tanah, terkait penyelenggaraan transmigrasi dalam Undang-Undang Ketransmigrasian bahwa para Pemohon cukup beralasan jika menyatakan norma yang mengatur terkait kegiatan pengadaan tanah terkait penyelenggaraan transmigrasi dalam Undang-Undang Transmigrasi tersebut tidak jelas dan kabur dikarenakan: a. Pasal-pasal yang mengatur terkait dengan pengadaan tanah untuk penyelenggaran transmigrasi saat ini hanya diatur dua pasal, yaitu Pasal 23 dan Pasal 24 yang dimana akibat hal tersebut dalam prakteknya para pelaksana atau yang menjalankan Undang-Undang Ketransmigrasian tersebut menimbulkan multitafsir yang akibat... akibat hal tersebut berdampak kepada para Pemohon yang akhirnya mengalami kerugian konstitusional sebagaimana dijamin Undang- Undang Dasar Tahun KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Anda itu dua pasal, apa tiga itu? Karena kurungnya tiga itu? Yang halaman lima itu. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Halaman lima. Yang mana, Yang Mulia? 9. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Diatur dalam dua pasal, huruf a itu. Anda maksudkan dua pasal atau tiga? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Dua, Yang Mulia, situ. Oh, ya. Mohon, maaf, Yang Mulia. 11. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, ya, teruskan, silakan teruskan. 2

6 12. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Selain itu, menurut para Pemohon menganggap Pasal 23 dan Pasal 24 Undang-Undang Ketransmigrasian yang terkait pengadaan tanah untuk penyelenggaraan transmigrasi, kegiatan transmigrasi secara spesifik tidak mengatur terkait tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pelaksana atau yang menjalankan undang-undang dalam menjalankan kegitan pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi khususnya tahapan pemberian ganti kerugian sehingga dalam pratiknya para pelaksana atau yang menjalankan undang-undang tersebut secara bebas menafsirkan Pasal 23 dan Pasal 24 yang akibat... yang berakibat para Pemohon mengalami kerugian konstitusional sebgaimana dijamin dalam Undang-Undang Dasar. Bahwa untuk menjamin para Pemohon tidak mengalami kerugian konstitusional, baik kepada para Pemohon ataupun kepada masyarakat ke depannya terkait kegiatan pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi, maka terhadap Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Ketransmigrasian yang menyatakan pemerintah menyediakan tanah bagi penyelenggaraan tersebut perlu ditafsirkan secara bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi karena para Pemohon berpendapat jika tafsir Mahkamah Konstitusi tersebut... terhadap konstitusional pasal-pasal undang-undang tersebut merupakan tafsir satu-satunya yang memiliki kekuatan hukum sehingga terhadap pasal-pasal yang memiliki makna ambigu tidak jelas dan multitafsir. Bahwa adapun uraian kerugian konstitusional yang dialami oleh para Pemohon adalah berawal ketika para Pemohon mendapatkan surat dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan yang dimana di atas tanah yang dimiliki oleh para Pemohon secara sah menurut hukum berdasarkan sertifikat hak milik yang dimiliki selama ini ternyata telah ditetapkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan sebagai pencadangan tanah untuk lokasi permukiman transmigrasi mulai dua surat keputusan. Keputusan tersebut dianggap dibacakan, Yang Mulia. Bahwa para Pemohon perlu tegaskan tanah yang ditetapkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan sebagaimana poin 6 di atas tersebut merupakan tanah milik para Pemohon sebagaimana... berdasarkan surat-surat kepemilikan yang sah di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Itu Pemohon 1 memiliki sertifikat hak milik dengan Nomor 69 Tahun 2000, Pemohon 2 memiliki sertifikat hak milik dengan Nomor 81 Tahun 2000, Pemohon 3 memiliki sertifikat hak milik dengan Nomor 90 Tahun Bahwa penetapan lokasi milik para Pemohon sebagaimana Pemohon sebagai pencadangan tanah untuk lokasi pemukiman transmigrasi oleh Gubernur Sulawesi Selatan tersebut tidak pernah diketahui diberi... diberitahukan serta disosialisasikan kepada para Pemohon selama ini dan juga tidak pernah diberikan ganti kerugian atau 3

7 kompensasi. Sedangkan diketahui tanah yang ditetapkan sebagai pencadangan tersebut merupakan tanah milik para Pemohon secara sah menurut hukum. Bahwa para Pemohon menganggap jika dikeluarkannya dua SK penetapan milik para Pemohon berdasarkan surat keputusan pencadangan tanah untuk lokasi permukiman tersebut tidak lepas dari ditafsirkannya secara bebas oleh pemerintah atau para pelaksana undang-undang terhadap pasal-pasal dalam Undang-Undang Ketransmigrasian terhadap pengadaan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi yang menurut para Pemohon tidak jelas dan kabur. Bahwa adapun penafsiran keliru yang dilakukan oleh pelaksana undang-undang tersebut dalam menafsirkan Undang-Undang Ketransmigrasian adalah pelaksanaan pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi yang dimana pemerintah atau pelaksana undang-undang dapat menyelenggarakan kegiatan pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi dengan cara mengeluarkan surat keputusan tanpa harus terlebih dahulu mensosialisasikan serta memberikan ganti kerugian kepada yang terkena dampak seperti Para Pemohon, terkait rencana pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi tersebut sehingga yang terjadi, tanah yang telah ditetapkan tersebut seolah-olah telah menjadi milik negara atau milik pemerintah daerah. Bahwa penafsiran secara bebas terhadap Undang-Undang Ketransmigrasian tersebut menyebabkan Para Pemohon mengalami kerugian konstitusional yang secara faktual yang dialami Para Pemohon yang dimana akibat hal tersebut, kepemilikan tanah milik Para Pemohon seolah dianggap tidak ada dan terhadap tanah milik Pemohon berdasarkan SHM tersebut telah beralih kepada negara dan/atau dalam hal ini pemerintah daerah berdasarkan surat keputusan tersebut sehingga menurut para Pemohon, telah melanggar hak konstitusional Para Pemohon yang telah dijamin negara terhadap terkait perlindungan hak kebendaan yang dijamin dalam Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa apa yang ditakutkan oleh Para Pemohon saat ini benarbenar telah terjadi. Setelah Para Pemohon membaca di media massa, jika tanah yang diduduki dan dialasi alas sertifikat hak milik di atas surat keputusan tersebut telah diklaim sebagai tanah milik negara. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa orang, yaitu Saudara Risnu Siswanto, Saudara Muhammad Nur Utari, dan Saudara Sila bin Laidi yang telah ditetapkan tersangka dan ditahan oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dengan alasan telah menjual tanah milik mohon maaf, milik negara yang didasari surat keputusan tersebut, dianggap dibacakan. Bahwa Para Pemohon takut serta khawatir akibat masalah hukum yang diketahui terjadi pada Saudara Risnu, Muhammad Nur Utari, dan 4

8 Saudara Sila bin Laidi disangkakan tersebut juga dapat terjadi kepada Para Pemohon. Maka hal tersebut merugikan Para Pemohon karena berpotensi juga dapat ditersangkakan karena dilaporkan sebagai pihak di pihak yang berwajib telah melakukan tindak pidana penyuluhan tanah milik negara sebagaimana Pasal 385 KUHP atau telah melakukan tindak pidana pengancaman untuk menguasai tanah milik negara dengan melanggar Pasal 368 KUHP atau telah melakukan tindak pidana pengrusakan barang milik orang lain di tanah milik negara dengan melanggar Pasal 406 KUHP, atau telah terjadi tindak pidana penguasaan tanah milik orang lain tanpa izin dengan melanggar Pasal 2 Undang- Undang Nomor 51 PHP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin. Sedangkan diketahui tanah tersebut yang ditetapkan gubernur tentang pencadangan tanah untuk lokasi transmigrasi tersebut merupakan tanah milik Para Pemohon dengan surat-surat hukum yang sah. Bahwa apabila terkait penetapan tersangka terjadi kepada pada diri Pemohon, maka Para Pemohon mengalami kerugian konstitusional yang dimana mendapatkan perlakuan yang tidak adil yang dimana secara nyata melanggar hak konstitusional Para Pemohon dijamin Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan, Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka Para Pemohon memiliki kerugian konstitusional yang baik secara faktual yang dimana seolaholah tanah milik Para Pemohon dianggap sebagai tanah negara, sedangkan tanah tersebut berdasarkan SHM milik Para Pemohon. Kemudian selain itu, secara fakta, faktanya saat ini terjadi telah ada ditetapkan tersangka ( ) 13. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Oke. Ini saya kira mengulang dengan yang pertama, ya. Terus. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Alasan-alasan Pemohon, Yang Mulia, mungkin dianggap dibacakan saja karena tidak ada perbaikan yang di poin 1-nya kemarin, langsung di poin 2-nya. Perlu penafsiran konstitusional terhadap Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Ketransmigrasian karena tidak jelasnya norma hukum yang mengatur terkait tahapan pemberian ganti kerugian kepada Para Pemohon sebagai akibat adanya pengadaan tanah untuk kegiatan transmigrasi sebagai pengakuan, jaminan, dan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil terhadap Para Pemohon, sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara 5

9 Republik Indonesia Tahun Mungkin langsung pada poin 6-nya, Yang Mulia. Karena kemarin sampai poin 5 enggak ada perbaikan. Bahwa menurut Para Pemohon, tahapan yang sangat krusial yang perlu diperhatikan dikarenakan sangat bersinggungan dengan hak konstitusional setiap warga termasuk hak konstitusional Para Pemohon adalah tahapan terkait dengan pemberian ganti kerugian kepada para pihak yang terkena dampak pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi untuk para transmigran. Bahwa Para Pemohon beranggapan, jika pasal-pasal dalam Undang-Undang Ketransmigrasian, baik itu Pasal 23 maupun Pasal 24 tersebut tidak menjelaskan secara detail dan kongkret terkait dengan adanya tahapan pemberian yang dituduhkan terhadap para pihak yang ditetapkan tanah hak miliknya sebagai tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi. Termasuk juga apa yang terjadi selama ini pada Para Pemohon. Bahwa apabila mencermati pasal-pasal terkait pengadaan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi, maka dalam penjelasan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Ketransmigrasian tersebut, tidak adanya yang menjelaskan adanya frasa pemberian ganti kerugian terhadap tanah yang di dilekati alas hak. Akan tetapi, hanya disebutkan tanah yang dilekati alas hak tersebut terlebih dahulu dibebaskan. Frasa dibebaskan tersebut menurut Para Pemohon mengandung multitafsir dikarenakan pemerintah atau pelaksana undang-undang dapat menafsirkan secara bebas jika terhadap tanah yang dilekati alas hak sebagaimana penjelasan Pasal 24 tersebut dapat dibebaskan tanpa harus memberikan ganti kerugian dengan alasan tidak adanya kewajiban dalam Undang-Undang Ketransmigrasian untuk memberikan ganti kerugian, dan hanya ada kewajiban membebaskan tanah yang dilekati alas hak tanpa harus menggunakan cara memberikan ganti kerugian. Adapun penjelasan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Ketransmigrasian menunjukkan bahwa penyediaan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi dapat berasal dari tanah negara dan/atau tanah hak. Apabila berasal tanah hak, tanah dimaksud harus terlebih dahulu dibebaskan dari segala hak atas tanah dan segala sesuatunya yang berada di atasnya, dan selanjutnya diproses hak diproses hak pengelolaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa dalam perkara yang dialami Pemohon, pelaksana undangundang atau pemerintah telah menafsirkan secara bebas serta sewenang-wenang terhadap pasal-pasal yang ada dalam Undang- Undang Ketransmigrasian sehingga berdasarkan hal tersebut, mengeluarkan surat keputusan terkait kegiatan penyelenggaraan tanah untuk kegiatan penyelenggaraan transmigrasi di atas tanah yang dijadikan hak milik atas nama Para Pemohon yang dimana akibat hal tersebut, tanah milik Pemohon saat ini seolah-olah milik pemerintah 6

10 yang akibat hal tersebut, Para Pemohon mengalami kerugian konstitusional berdasarkan Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28H ayat (4) dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena tidak memberikan ganti kerugian terlebih dahulu. Bahwa tindakan pelaksana undang-undang atau pemerintah tersebut yang menafsirkan pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah untuk penyelenggaraan transmigrasi tanpa harus memberikan ganti kerugian adalah penafsiran yang keliru dan sewenang-wenang, dan telah melanggar Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang menjelaskan, Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di depan hukum. Bahwa Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, telah menegaskan jika negara dalam hal ini pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang dikarenakan mempunyai kewajiban memberikan suatu perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap setiap warga negaranya, tidak terkecuali termasuk Para Pemohon. Kemudian, selain itu, Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 juga menggambarkan sebagai negara hukum, pejabat administrasi negara tidak boleh berbuat sekehendak hatinya dalam hal melakukan penafsiran terhadap undang-undang dengan cara yang keliru, akan tetapi harus bertindak sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan, sehingga tujuan daripada memberikan perlindungan dan kepastian hukum, hal tersebut dapat tercapai. Bahwa oleh karena itu, menurut Para Pemohon agar Undang- Undang Ketransmigrasian tidak bertentangan dengan Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (4), dan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang mana dimaknai oleh Para Pemohon merupakan bentuk perlindungan negara terhadap salah satu hak kodrati, Para Pemohon itu hak milik yang dimana tidak boleh dikurangi dalam keadaan apa pun oleh negara, serta kewajiban negara memberikan perlindungan hukum yang adil terhadap Para Pemohon, maka Mahkamah Konstitusi perlu menafsirkan dan menyatakan khususnya Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Ketransmigrasian yang menyatakan, Pemerintah menyediakan tanah, bagi penyelenggaraan transmigrasi bertentangan secara bersyarat dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Ketransmigrasian, pemerintah menyediakan tanah bagi penyelenggara transmigrasi setelah terlebih dahulu memiliki ganti kerugian kepada para pihak terkait dampak adanya kegiatan pengadaan tanah untuk penyelenggaraan transmigrasi. 7

11 Petitum. Berdasarkan hal tersebut di atas, kami memohon kepada Majelis Hakim pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memeriksa dan memutus uji materiil sebagai berikut. a. Mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-undang yang diajukan oleh Para Pemohon. b. Menyatakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 juncto Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian sepanjang frasa pemerintah menyediakan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi bertentangan secara bersyarat dan tidak mempunyai kekuatan mengikat dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu tidak konstitusional sepanjang tidak dimaknai Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 juncto Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian. Pemerintahan menyediakan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi telah terlebih dahulu memberikan ganti kerugian, kepada pihak terkena dampak dari adanya kegiatan pengadaan tanah untuk penyelenggaraan transmigrasi. c. Memerintahkan memuat putusan ini dalam Berita Acara... Berita Negara Republik Indonesia, apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Terima kasih, Yang Mulia. 15. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, ini saya mau menegaskan satu hal saja. Juncto yang Anda maksud itu di sini, maksudnya bagaimana ini? Yang di petitum itu. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Maksudnya, ya, Yang Mulia. Karena satu kesatuan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 dengan 29 Tahun 1999, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 itu belum diganti secara keseluruhan, Yang Mulia, masih ada pasal-pasalnya yang masih berlaku dan ada juga beberapa diganti di Pasal Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999, Yang Mulia. 17. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Kalau begitu sebenarnya bukan juncto yang dimaksud, sebagaimana telah diubah dengan (...) 8

12 18. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Oh, begitu, gitu, baik. 19. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Kalau juncto kan artinya dua undang-undang yang berbeda dan apa... satu derajat, gitu kan. 20. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Oh, gitu. Baik, Yang Mulia. 21. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Jadi, itu direnvoi sekarang saja ya, sebagaimana telah di (...) 22. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Diubah. Baik, Yang Mulia. 23. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Yang Mulia ada pertanyaan? 24. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Saya ada pertanyaan ini. Dua kali sidang, hari ini dan sebelumnya, Saudara selalu menyebut membaca di koran, kan? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya. 26. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Bahwa itu sudah ditetapkan, kan begitu, ya? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya, Yang Mulia. 9

13 28. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Lokasi itu. Apakah Prinsipal Saudara tidak pernah menanya langsung begitu? 29. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ini diskusi Yang Mulia sama Prinsipal. 30. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Ya. 31. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Kita juga dapat di media, ini bahaya. Sehingga kami mengajukan judicial review, Yang Mulia. 32. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Bukan, pertanyaan saya. Kan tanah yang tiga Pemohon di sini ya, itu kan ada sertifikatnya? 33. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya, Yang Mulia. 34. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Sertifikat hak milik, kan Saudara mesti tahu bagaimana status sertifikat hak milik itu terhadap apa namanya... terhadap tanah itu. Itu kan jelas. 35. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Jelas, Yang Mulia. 36. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Apanya? 37. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Atas namanya. 10

14 38. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Kalau jelas, nah, Anda sudah baca di koran, kenapa tidak coba pernah menanya, misalnya langsung? Karena kalau saya jumlahkan, tanah-tanah yang dipersoalkan di sini, itu jumlahnya hampir m², yang nomor tiga itu, sementara tanah yang disiapkan oleh pemda jumlahnya 7.762,5 hektare. Jadi, tanah Prinsipal Saudara ini kan, cuma 2 hektare dari jumlah seluas itu, kan? 39. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya, Yang Mulia. Karena memang kami... maksudnya, ya, memang yang merasa... merasa dirugikan... maksudnya semua merasa dirugikan, masih banyak tanah-tanah milik yang lain, tapi yang punya sertifikat ada sebagian juga, Yang Mulia. 40. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Enggak, pertanyaan saya, ada hal-hal pokok yang belum diselesaikan oleh Prinsipal Saudara terhadap pemerintah daerah. Misalnya menanya, meminta klarifikasi, dan segala macamnya, itu kan, harusnya dilakukan? 41. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya, Yang Mulia. 42. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Bagaimana nih? Ini tanah kami ada di sini, ini statusnya hak milik, sementara lokasi ini kan, sudah ditunjuk sebagai... apa... pencadangan untuk kepentingan transmigrasi, kan? Itu sudah dilakukan, belum? 43. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Sudah, Yang Mulia. Karena itulah ada surat balasan, Yang Mulia. Bahwa telah ditetapkan, baru kami mengajukan surat. Sampai sekarang surat itu (...) 44. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Kan saya sudah sampaikan minggu... dua minggu yang lalu itu. Kalau ada lokasi dicadangkan untuk kepentingan transmigrasi, nah, setelah itu akan ada tahap berikutnya. Tahap berikutnya itu adalah 11

15 mengidentifikasi apakah di atas tanah yang dicadangkan itu ada tanah... ada alas hak milik lain, enggak? Itu akan diselesaikan. 45. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Tapi faktanya, Yang Mulia, tidak. 46. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Nah, kalau tidak, kan artinya Anda bisa melakukan proses ke tempat lain, tidak ke Mahkamah Konstitusi. Gugatan perdata, kan? 47. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Tapi, salah satu masalahnya juga menurut kami, Yang Mulia adalah dalam undang-undangnya ditafsirkan secara bebas itu. 48. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Saya sudah katakan kemarin. Kalau pengadaan tanah untuk kepentingan umum, itu kan, sudah diatur tahapan-tahapannya. Anda mengakui, enggak bahwa pencadangan tanah untuk... apa... transmigrasi ini masuk kepada kategori pengadaan tanah untuk kepentingan umum? 49. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Kami belum tahu juga, Yang Mulia. 50. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Aduh. Nah, itu salahnya. Ya, kami perlu klir yang kayak-kayak begini, karena apa? Memang nantinya jangan ada problem... apa namanya... konkret... masalah konkret, lalu normanya yang dipersoalkan, satu. Yang kedua. Kalau bicara soal pengadaan tanah untuk kepentingan umum, kan tidak selesai dengan Undang-Undang Transmigrasi ini saja, ada lagi peraturan perundang-undangan yang mengatur soal pengadaan tanah untuk kepentingan umum, gitu. 51. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Baik, Yang Mulia. 12

16 52. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Terima kasih, Yang Mulia. 53. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Silakan, Yang Mulia Prof. Aswanto. 54. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Tambahan sedikit, Yang Mulia. Terima kasih, Pak Ketua. Sebenarnya yang Saudara minta... coba, Saudara perhatikan petitum Saudara! Yang Saudara minta di petitum itu kan, dimaknai bahwa tanah yang dicanangkan itu kalau di atasnya ada hak, itu kan harus diselesaikan dulu. Itu kan yang Saudara minta? 55. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya. 56. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Nah, coba Saudara lihat penjelasan Pasal 24 ayat (1) itu. Di penjelasan Pasal 24 ayat (1) jelas, Penyediaan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi dapat berasal dari tanah negara dan/atau tanah hak. Apabila berasal dari tanah hak, tanah dimaksud harus terlebih dahulu dibebaskan dari segala hak atas tanah dan segala sesuatu yang berada di atasnya. Nah, ini yang Saudara minta sudah ada. Jadi, di mana persoalan konstitusionalnya yang Saudara permasalahkan di situ? Sudah jelas di penjelasannya bahwa kalau itu ada hak di atasnya, diselesaikan dulu bahwa ada kasus konkret yang terjadi di wilayah Prinsipal Saudara itu. Ya, itu kan, bukan persoalan konstitusional, itu persoalan implementasi di lapangan, gitu. Coba Saudara renungkan lagi itu! 57. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Baik, Yang Mulia. 58. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Terima kasih, Yang Mulia. 13

17 59. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, pengertian dibebaskan itu, itu kan, merujuk kepada undangundang yang lain, ya, itu dalam hal ini pembebasan tanah untuk kepentingan umum itu. Nah, itu Saudara tidak cantumkan juga dalam argumentasi sehingga kan, ya, petitumnya... jangan-jangan yang di sana malah lebih rinci mengaturnya. Itu satu. Kemudian yang kedua. Tadi disampaikan juga oleh Yang Mulia. Materi muatan undang-undang itu kan, kita bisa rinci kan, peraturan pelaksananya. Nah, Saudara juga tidak merujuk peraturan pelaksananya, padahal seingat kami waktu persidangan sebelumnya juga sudah kita minta itu Saudara menguraikan itu. Peraturan pelaksananya bagaimana dari ketentuan ini? Karena itu kan pasti ada rinciannya keterkaitan dengan undang-undang yang lain untuk pembebasan lahan untuk kepentingan umum atau penggunaan tanah untuk kepentingan umum, kemudian ada peraturan di bawahnya sampai kepada SK gubernur. Nah, bahkan ketika sampai pada tahap yang paling konkret pun, dalam hal ini SK gubernur. Kalau di situ misalnya Saudara menganggap ada... apa namanya... ketidakabsahan dalam... dalam SK gubernur itu, itu kan terbuka kemungkinan dipersoalkan di pengadilan tata usaha negara. Itu satu. Kalau menimbulkan ganti... apa... menimbulkan kerugian perdata karena dalil bahwa tanah itu adalah telah bersertifikat hak milik dan Saudara tidak diberikan ganti kerugian, nah, itu ada pengadilan perdata untuk menyelesaikan, kan begitu anunya. Tapi itu pun juga tidak ada dalam... dalam perbaikan permohonan ini, tetapi, ya, itulah pendapat Saudara, kami hargai itu. Tetapi kewajiban Mahkamah menasihatkan sesuai dengan Pasal 39, harus kami laksanakan dan sudah kami sampaikan nasihat itu. Satu hal lagi, di dalam perbaikan permohonan Saudara juga Saudara tidak menyampaikan apakah orang yang ditetapkan sebagai tersangka itu pemegang sertifikat hak milik atau tidak. Kan kita enggak jelas. Kalau benar-benar penyerobot bagaimana, kan harus ditetapkan sebagai tersangka. Apakah mungkin seorang penyidik, dalam hal ini kepolisian, akan menetapkan orang yang nyata-nyata mempunyai status sah atas tanah... pemilikan atas tanah itu sebagai tersangka? Kalaupun itu terjadi, kan bisa Saudara persoalkan juga di praperadilan, sekarang sudah ada putusan Mahkamah Konstitusi soal itu. Jadi, banyak sebenarnya usaha... jalan hukum yang masih tersedia sebelum Saudara membawa persoalan ini ke Mahkamah Konstitusi karena kalau normanya yang dipersoalkan sebenarnya tetap belum terlihat memang di mana... apa namanya... pelanggaran konstitusionalnya dari norma itu karena kalau Saudara sampaikan tadi itu kan cuma asumsi-asumsi saja, asumsi-asumsi saja, dan itu bukan yang dimaksud oleh ketentuan Pasal 51 itu yang menurut penalaran yang 14

18 wajar dapat dipastikan akan terjadi itu, kan itu sebenarnya yang belum terjawab dalam uraian tentang legal standing ini. Silakan, Prof. Kalau ada tambahan. 60. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Satu hal lagi Saudara... apa... Pemohon. Apakah di tanah yang di... apa namanya... dicadangkan itu sudah ada penempatan transmigrasi, enggak? 61. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Baru proses pencadangan, kalau pencadangan belum, Yang Mulia. 62. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Makanya. Tapi kan, ini akan ada tahapan lagi, gitu. Kan belum ada penempatan transmigrasi, kan? 63. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Belum, Yang Mulia. 64. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Hanya penunjukan lokasi, itu? 65. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Ya, Yang Mulia. 66. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Terima kasih. 67. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, tapi Saudara sudah menyampaikan perbaikan permohonan. Kami... begini, setelah perbaikan permohonan ini dilakukan, nanti kami akan melaporkan ini ke Rapat Permusyawaratan Hakim ke sembilan hakim konstitusi, tahapan selanjutnya adalah apakah perkara ini layak untuk dibawa ke pemeriksaan persidangan ataukah tidak itu bukan kewenangan kami untuk memutusnya, bukan panel yang mempunyai kewenangan itu, tetapi itu adalah tergantung kepada pendapat sembilan hakim konstitusi nanti di dalam Rapat Permusyawaratan Hakim. Jadi 15

19 untuk kelanjutan permohonan ini atau perkara ini Saudara tinggal menunggu pemberitaan dari Kepaniteraan di Mahkamah Konstitusi. Sementara itu, kami mengecek berdasarkan data yang masuk bersamaan dengan perkara ini Saudara mengajukan alat bukti yang Saudara beri tanda dari P-1 sampai dengan P-9, betul? 68. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Betul, Yang Mulia. 69. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ini sudah kami verifikasi dan dengan demikian maka alat bukti ini disahkan. Ada hal lagi yang mau Saudara sampaikan? 70. KUASA HUKUM PEMOHON: RESA INDRAWAN Cukup, Yang Mulia. 71. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA KETUK PALU 1X Cukup. Nah, kalau begitu nanti Saudara sebagaimana saya sampaikan tadi tinggal menunggu pemberitahuan dari Mahkamah Konstitusi melalui Kepaniteraan tentang kelanjutan dari perkara ini apakah akan terus ke pemeriksaan persidangan ataukah cukup diperiksa oleh panel dan kemudian nanti Mahkamah sudah bisa mengambil putusan itu nanti akan diberitahukan kepada Saudara. Demikian, ya. Baik, dengan demikian maka sidang hari ini dinyatakan selesai dan saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 5 Juni 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Yohana Citra Permatasari NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 16