MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi [Pasal 41 ayat (4)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Boyamin 2. Soepardjito 3. Supriyadi ACARA Perbaikan Permohonan (II) Selasa, 19 Februari 2013, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Hamdan Zoelva (Anggota) 3) Harjono (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Boyamin 2. Supriyadi

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang pada Perkara Nomor 8/PUU-XI/2013, dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Pada hari ini kita akan melaksanakan sidang Panel yang kedua tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi khususnya Pasal 41 ayat (4). Sebelumnya saya mohon kepada Pemohon menjelaskan siapa yang hadir di sini. 2. PEMOHON: BONYAMIN Terima kasih, Yang Mulia. Saya Bonyamin selaku Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia dan sebelah kiri saya Supriyadi pendiri dan sekaligus Pemohon dalam hal ini. Satu lagi Pak Soepardjito berhalangan, beliau agak tidak enak badan di Temanggung. Sebenarnya juga sudah mengirim kuasa-kuasa segala macam, kemarin juga bisa datang lengkap, tapi hari ini banyak sidang di Jakarta Selatan. Jadi hanya kami yang hadir, Yang Mulia. Terima kasih. 3. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Ya, sidang ini adalah sidang pere pemeriksaan perbaikan permohonan, ya. Bagaimana, apa yang telah diperbaiki dalam permohonan yang sudah diajukan yang lalu? 4. PEMOHON: BONYAMIN KETUK PALU 3X Siap, Yang Mulia. Kemarin tentang susunan untuk kewenangan Mahkamah harus di setelah di Pemohon sudah saya penuhi dan juga kedudukan Pemohon ( legal standing) dan sekaligus kerugiannya saya uraikan, dan juga norma yang diuji juga sudah untuk itu ada juga garis bawahnya. Terus kemudian apa pokok permohonan berkaitan dengan norma materiil yang diujikan, terus juga norma uda Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai batu uji juga sudah saya uraikan yang serinci mungkin begitu, sudah saya coba untuk itu, sekaligus di di bawahnya pasal-pasal seperti itu tidak terpisah seperti kemarin. Dan juga kerugian yang bersifat apa sifatnya kontekstual dan yang sudah terjadi juga sudah saya kami uraikan. Dan juga kami dasar pemikiran kami

5 tambahkan berkaitan dengan apa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 76/PUU-X/2012, kami apa yang 3.16 berkaitan dengan peran serta masyarakat di situ kami juga masukan, dan juga berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun Berkait dengan ini apa mudah-mudahan norma yang ada itu juga sudah di undang-undang yang lain begitu, Undang-Undang Lingkungan Hidup, Konsumen, dan Kehutanan. Dan juga di KUHAP itu menyangkut bahwa masyarakat juga berhak mengajukan gugatan terhadap penghentian penyidikan maupun penuntutan. Jadi kami memahami di Undang-Undang Pemberantasan Korupsi itu warga masyarakat itu berhak melapor dan bertanya. Nah, kami menganggap itu kurang lengkap, sehingga ini mestinya masuk kategori norma, mestinya juga punya hak gugat. Kami bukan menggugat pelaku korupsi, juga bukan menggugat dalam pengertian apa negara yang tidak mau menangani kasus korupsi, tapi kalau kami sesuaikan dengan KUHAP adalah me punya hak gugat untuk terhadap penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan. Hanya itu saja, elementernya di situ saja. Terus alasan-alasan, saya kira terlalu banyak barangkali, tapi kami ingin menyampaikan di posita itu kami munculkan di sebelum petitum itu kira-kira ya tiga, empat poin di situ sebelum petitum. Positanya di situ bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan segala perubahannya itu, pemberlakuannya secara bersyarat, dan bersyaratnya adalah memasukkan peran serta masyarakat punya hak gugat, khususnya terkait dengan menggugat ke pengadilan untuk yang apa penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan kasus-kasus korupsi. Yang meskipun KPK tidak punya hak untuk SP3, tapi kejaksaan dan kepolisian masih punya hak SP3. Jadi kami hanya berkaitan dengan aparat penegak hukum yang menghentikan kasus-kasus perkara korupsi yang secara tidak sah. Hanya elemen elementer, gitu saja. Jadi, bukan hak gugat untuk menggugat pelaku korupsi atau menggugat aparat penegak hukum yang tidak mau menangani kasus korupsi, tapi kalau sudah ditangani kayak oleh penegak hukum, tapi kemudian dihentikan secara tidak sah, kami ingin ini menjadi norma yang ada di Undang-Undang Pemberantasan Korupsi. Terima kasih, Yang Mulia. Cukup itu. Dan berlakunya secara bersyarat itu sudah di petitum, kira-kira kemarin atas nasihat Pak Harjono barangkali untuk lebih ringkas sudah gitu saya ( ) 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Oke.

6 6. PEMOHON: BONYAMIN Karena kemarin masih pilihan saya bingung meletakkannya di tengah atau di akhir. Cuma itu saja. 7. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. 8. PEMOHON: BONYAMIN Terima kasih, Yang Mulia. 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, jadi petitumnya ada lima, ya? 10. PEMOHON: BONYAMIN Ya. 11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, kalau demikian saya sahkan alat bukti yang sudah diajukan, yaitu P-1 ya akta pemberian Notaris Lucky Ike Luki [Sic!], S.H. Nomor 175 tanggal 30 April sampai dengan bukti nomor P-21, ini kopi dari hardcopy Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Peran Serta Masyarakat, ya. Saya sahkan alat buktinya. Ada hal yang akan disampaikan? 12. PEMOHON: BONYAMIN Yang Mulia, kemarin saya waktu perbaikan juga menambahkan bukti nomor P-22 sampai P-2 berapa itu ( ) 13. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Oh, ya, ya. Ini P-22 sampai P-25, ya? 14. PEMOHON: BONYAMIN Ya, Yang Mulia. KETUK PALU 1X

7 15. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Oke, saya sahkan. 16. PEMOHON: BONYAMIN Jadi, kemarin itu kan apa pemberan peraturan pemerintah itu apakah sudah mengatur atau belum karena saya lihat betul itu sama sekali tidak mengatur karena memang di undang-undangnya tidak ada yang di turunan. Jadi, bukan turunan, bukan segala macam. Dan mohon berkenan karena ada salah satu bukti itu buku, Yang Mulia, karena kami hanya kopi halamannya dua halaman, kami kalau diperkenankan ada buku tiga untuk Majelis Yang Mulia yang hadir di sini akan kami serahkan aslinya. Begitu, Yang Mulia. 17. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, nanti silakan diserahkan kepada Panitera, ya. Ya karena sudah apa... diajukan perbaikannya dan alat buktinya sudah disahkan, maka kami akan mengajukan kepada Sidang Rapat Permusyawaratan Hakim untuk ditentukan kelanjutan dari perkara ini, ya? Masih ada yang akan disampaikan? 18. PEMOHON: BONYAMIN Terima kasih, Yang Mulia. Mudah-mudahan nanti kalau toh ada persidangan, kami sudah menemui Prof. Romli Atmasasmita mungkin bersedia jadi saksi. Karena beliau memang menerangkan belum ada kepikiran waktu itu selaku Ketua Tim Perumus Pemerintah bahwa memang pikirannya hak bertanya dan hak melapor itu dianggap cukup waktu itu. Tapi, ketika kemudian saya tanyakan, Bagaimana kalau penghentian penyidikan memenuhi? Nah, itu baru mungkin kira-kira mudah-mudahan harapan kami ada persidangan. 19. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, nanti kalau ada (...) 20. PEMOHON: BONYAMIN KETUK PALU 1X Tapi terserah, kami anu (...)

8 21. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, kalau sudah nanti diajukan ke Pleno, nanti akan... Saudara akan diberitahu kapan sidangnya dan Anda boleh mengajukan ahli-ahli atau saksi, ya? Kalau tidak ada sesuatu yang dipermasalahkan lagi, maka sidang ini saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 19 Februari 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.