Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari"

Transkripsi

1 Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari : Ahli berikutnya. : Ahli berikut dari BPKP. (Ahli AA memasuki ruang persidangan) : Baik, saudara ahli ya? Saudara pernah dimintai pendapat oleh penyidik KPK menyangkut CIS RISI ini ya? : Pernah. : Itu sebelum saudara menandatangani berita acara tersebut, saudara membaca itu? : Benar itu ya? : Benar ya? Metode yang saudara gunakan di dalam menilai kerugian negara dalam masalah CIS RISI ini apa? Coba. : Untuk kami menilai kerugian negara disini kami menghitung harga yang wajar dari pekerjaan CIS RISI ini, Roll Out CIS RISI ini. Dimana komponen biaya-nya adalah Biaya Langsung Personil dan Biaya Langsung Non-Personil. Untuk biaya langsung personil komponennya adalah jumlah man month dikalikan dengan tarif harga satuan, dimana jumlah man month yang kami gunakan adalah jumlah man month sesuai sengan yang dihitung oleh ahli dari Teknologi Informasi Pak Yudho tadi dan timnya. : Oh jadi itu acuannya? : Acuannya dari penilaian ataupun pendapat dari ahli itu ya? : Saudara menghitung dan menemukan kerugian negara? : Dari jumlah man month aja?

2 : Dari jumlah man month dan Biaya Langsung Non Personil yang terkait dengan jumlah man month tersebut. : Itu berapa? Disimpulkan itu berapa? : Saya mohon ijin membaca dokumen. : Silahkan. : Semua hasil penelitian kami telah kami tuangkan dalam laporan tanggal 16 Februari dimana disitu kami menyimpulkan adanya kerugian keuangan negara sejumlah Rp ,59. : Ada pertanyaan? : Saudara ahli, dalam menghitung kerugian keuangan negara seperti yang tadi saudara sebutkan dan juga jumlahnya sudah saudara sebutkan, itu menggunakan dokumen apa saja? : Di dalam laporan kami pak, di Lampiran 1 kami sudah mencantumkan seluruh dokumen yang kami gunakan, saya tidak bisa menyebutkan satu persatu karena kalau tidak salah ada 28 halaman. : Baik, tadi saudara sudah sebutkan dalam laporannya ya? : Itu kan berdasarkan dokumen dari pendapatnya ahli untuk menilai kerugian negara ada berapa, terus itu man month, kemudian biaya langsung itu ya? Dan dokumen-dokumen lain sebagaimana tertera didalam dakwaan. : Baik. Dari dokumen yang saudara sebutkan tadi dan ada dalam dokumen ini, apakah saudara dapat melihat bahwa PT. PLN sudah memenuhi kewajiban sesuai dengan kontraknya itu? Artinya sudah dibayarkan seluruhnya sesuai dengan kontrak? : Kalau mengenai jumlah pembayaran didalam laporan telah kami sebutkan, kalau tidak salah ada 100-an, saya melihat jumlah yang telah dibayarkan dari PT. PLN ke PT. Netway adalah Rp ,- termasuk PPN 10%. Nah, dari situ kami hanya menghitung komponen harga barangnya saja, dengan jumlah Rp ,26 dan itu kami kurangkan dengan komponen harga yang wajar dari pekerjaan tersebut yaitu BLP (Biaya Langsung Personil) dan Biaya Langsung Non-Personil sejumlah Rp ,67 sehingga selisih antara jumlah yang telah dibayarkan PT.PLN Disjaya Tangerang kepada PT. Netway dengan pembebanan BLP dan BNLP yang seharusnya itu kami hitung sebagai kerugian keuangan negara dengan jumlah yang sebagaimana telah disebutkan tadi.

3 Saksi (AA) : Baik. Jadi jumlah itu sudah fix, artinya sudah dikurangi pembebanan pajak dan lain sebagainya? : Kemudian saudara ahli, dalam menghitung kerugian keuangan negara ini apakah saudara, mengenai standar harga satuan saudara hitung pakai harga tertera dalam kontrak atau apa? : Kami menghitung jumlah yang riil dan bukan yang tertera di dalam kontrak. Karena di dalam kontrak pada pelaksanannya ada pergeseranpergeseran penggantian personil dimana harga satuannya juga berubah. Nah kami menghitung berdasarkan tarif harga satuan yang memang secara riil dibayarkan oleh PT.PLN Disjaya Tangerang kepada PT. Netway Utama, termasuk apabila ada perubahan-perubahan personil itu kami hitung brerdasarkan jumlah-jumlah yang riil yang memang dikeluarkan oleh PT. PLN Disjaya Tangerang kepada PT. Netway. : Baik, terimakasih. Saudara ahli, apakah dari hasil perhitungan saudara yang saudara lakukan bersama tim ya, : Saudara sudah membuat laporan? : Ya, sudah tadi disebutkan. : Sudah diserahkan kepada Yang Mulia Majelis Hakim? : Sudah : Mohon ijin Yang Mulia, ingin menambahkan. Saudara ahli tadi ada menjelaskan, ada standar penghitungan untuk BLP dan Non-BLP ya? Biaya Langsung Personil dan Biaya Langsung Non-Personil. Jadi sebelumnya saya mau minta penjelasan dari ahli, yang termasuk ke dalam Biaya Lansung Personil itu apa saja yang masuk ke dalam penelitian ahli? : Biaya Langsung Personil adalah jumlah pembayaran kepada para ahli, hitungannya kepada para ahli, tentu dibayarkannya melalui PT.Netway, dimana disitu adalah tarif harga satuan dikalikan dengan jumlah man month sesuai dengan fungsi masing-masing yang dijelaskan oleh kami di dalam lampiran 4 dan lampiran 5, disitu. Jadi ada Operation Manager, harga satuannya sekian. Ada Area Community Leader nilainya sekian harga satuannya sekian, itu yang kami hitung di dalam komponen Biaya Langsung Personil. Untuk Biaya Langsung Non-Personil komponen total dari biaya itu ada 15 items, dari mulai biaya transportasi, biaya perlengkapan kantor, dan seterusnya sampai biaya administrasi. Kami

4 mengurangkan atau menghitung kerugian keuangan negara untuk selisihselisih biaya yang berkaitan langsung dengan personil, yaitu disini biaya komunikasi, tunjangan perumahan, dan sewa kendaraan. Tiga komponen biaya itu yang kami hitung ada kelebihan pembayaran yang dikeluarkan oleh PT. PLN, dimana itu seharusnya tidak dikeluarkan karena adanya kelebihan jumlah man month yang dibebankan kepada PT.PLN Disjaya Tangerang. : Untuk standar harga pengitungan untuk Biaya Langsung Personil itu sendiri ahli menggunakan standar harga apa? : Metodologi penghitungannya adalah mengacu kepada SE Bappenas sebagaimana kesepakatan antara PT.Netway sendiri dengan PT.PLN Disjaya. Metodologinya, dimana komponennya tadi terbagi menjadi 2, Biaya Langsung Personil dan Biaya Langsung Non-Personil. Untuk tarifnya, kami tidak menggunakan harga standar apapun, tetapi kami menghitung sesuai dengan jumlah riil yang dibayarkan oleh PT.PLN kepada PT.Netway. sedangkan untuk man month nya tadi saya sudah sampaikan, kami menggunakan harga dari perhitungan ahli Teknologi Informasi dari UI. : Kami kira cukup, Yang Mulia. : Cukup? Silahkan Penasehat Hukum. : Terima kasih Yang Mulia. Saudara ahli ya, saya mau tanya lebih dahulu. Saudara ahli tahu ada Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 103 tahun 2001, kemudian yang terakhir yang saya tahu itu nomor 64 tahun 2005, saudara ahli tahu ya? : Apakah ahli ingat, bahwa BPKP tidak lagi mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perhitungan tehadap kerugian negara seperti ini? : Iya, sudah. Kami menghitung kerugian keuangan negara karena kami diminta oleh penyidik sebagaimana surat yang disampaikan oleh penyidik KPK, nomor dan seterusnya ada di dalam laporan kami mengenai bantuan tenaga ahli untuk menghitung kerugian keuangan negara dan memberikan tenaga ahli, jadi itu dasar kami untuk melakukan penghitungan kerugian negara. Setahu saya di Keppres itu tidak diatur mengenai kerugian negara dan seterusnya, karena context dari perhitungan kerugian keuangan negara yang kami lakukan adalah berdasarkan dengan permintaan penyidik sebagaimana UU Tindak Pidana Korupsi seperti itu.

5 : Kalau pasal 52 dikatakan begini BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak ada kan mengenai penghitungan kerugian negara kan disini? : Oke. Pasal 53 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 52, BPKP menyelenggarakan fungsi pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan. Perumusan pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan. Nomor C, koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP. Nomor D, pemantauan pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan. Nomor E, penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketata usahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Tidak ada kan? Tadi saya sudah menjelaskan (dipotong oleh PH MI) : Biar saya teruskan ya. : dalam melaksanakan fungsi sebagaimana disebut pasal 53 BPKP mempunyai kewenangan penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya, perumusan kebijakan dibidangnya untuk pembangunan secara makro... (dipotong oleh ) : Pertanyaannya apa ini? : Saya mau tanya apakah di dalam Keputusan Presiden ini ada kewenangan BPKP melakukan penghitungan kerugian negara? : Maksudnya saudara mau mengatakan tidak sesuai dengan Keppres gitu? : Sesuai dengan Keppres ini itu tidak ada (dipotong oleh ) : Kan tidak berwenang kan? Nah, dia jawab tadi bahwa? : Dasar penugasan kami adalah sebagaimana di dalam laporan kami, ada UU No.30 tahun 2003 tentang KPK pasal 6 disitu dikatakan berkoordinasi dengan aparat yang berwenang di dalam pasal penjelasannya itu termasuk adalah disebutkan salah satunya BPKP. Kemudian pasal 32 UU Tindak Pidana Korupsi sendiri didalam

6 penjelasannya mengatakan yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara adalah sebagaimana yang dihitung oleh instansi yang berwenang dan akuntan publik yang ditunjuk. Jadi bahkan akuntan publik pun apabila dia memang ditunjuk oleh penyidik maka menurut pendapat kami, dia berwenang untuk menghitung kerugian keuangan negara. : Itulah dasarnya saudara melakukan perhitungan? : Apakah ahli juga membaca UU nomor 15 tahun 2006 tentang BPK pasal 10 dinyatakan BPK berwenang menilai dan atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik disengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola, BUMN, BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Saudara tahu itu? : Sebelum dijawab, kami mungkin akan menyampaikan interupsi Yang Mulia. Kalau untuk membahas masalah penafsiran tentang Undang- Undang saya kira tidak tepat dengan ahli. : Ahli kalau merasakan itu bukan keahliannya ya jangan jawab, ya? Makanya saya tadi sudah menjelaskan Yang Mulia, dasar penugasan kami adalah itu. Jadi di luar itu penafsiran undang-undang dan lain sebagaimananya silahkan (dipotong oleh ) : (suara tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Ok. Baik, saya teruskan Yang Mulia, pertanyaan saya dilapor, di dalam laporan yang dibuat oleh ahli yang ikut di tanda tangani oleh ahli tanggal 16 Februari 2011 ya, pada halaman 3 dari 72 halaman, salah satu hambatan penugasan dikatakan bahwa pelaksanaan penghitungan kerugian keuangan negara memerlukan waktu yang cukup lama terkait dengan proses penelitian yang dilakukan oleh ahli Teknologi Informasi dari UI. Apakah betul ahli membaca ya, BAP dari ahli IT ini yang ditanda tangani pada tanggal 17 Desember 2010? : Betul ya? Apakah ahli juga membaca Laporan Kejadian Tindak Pidana Korupsi No.LPTKPK-24/KPK/12 tahun 2009? : Tidak membaca.

7 : Saudara tidak tahu? : Laporan kejadian tadi saya tidak membaca. : Saudara ahli tidak membaca itu. Tidak pernah diberitahu oleh penyidik KPK bagaimana besarnya kerugian yang sudah mereka hitung sendiri? : Yang Mulia, di dalam LPTK ini menurut laporan dari Izwan Helmi, Direktur Penyelidikan, Rp 45 Milyar kerugiannya. Baik, saya teruskan. Pada halaman 4, tadi ahli juga menyebut-nyebut mengenai BLP ya, di halaman 4 ini tertulis begini tidak tersedia atau data dokumen realisasi Biaya Langsung Personil, jumlah personil, waktu kerja, pembayaran gaji, pembayaran pajak penghasilan atas gaji karyawan PT.Netway Utama yang mengerjakan pekerjaan oursourcing dan seterusnya. Tadi ahli mengatakan bahwa penghitungan itu berdasarkan BLP, dasar penghitunganya apa? : Ya, yang dimaksud didalam klausul ini adalah kami tidak menemukan data yang riil dibayarkan oleh PT.Netway kepada ahli. Jadi ada 2 komponen, tadi kami menghitung yang dihitung oleh PT.Disjaya Tangerang kepada PT.Netway. Tetapi berapa yang riil dibayarkan oleh PT.Netway kepada para ahli itu yang tidak kami dapatkan, sehingga itu lah sebabnya kami tidak menghitung dengan metodologi menghitung harga yang dibayarkan PT.Netway kepada para ahli. : Pada laporan ini ya, menurut ahli, mencantumkan bahwa ada data-data atau dokumen yang dari PT.PLN Disjaya disebutkan dimana disini? : Di dalam lampiran. Itu semua di dalam seluruh lampiran. Khusus untuk Rekapitulasi Pembayaran itu ada di (dipotong oleh PH MI) : Saya bukan tanya rekapitulasinya, saudara ahli. Hasil penghitungan yang ahli buat berdasakan dokumen dari PLN, dimana dicantumkan disini? : Jumlah kerugian keuangan negara ada di halaman 72. : Saya sudah tau itu, ya. Bisa adanya hitungan ini ya, yang ahli temukan data-data atau dokumennya dari PLN, dijelaskan dimana didalam dokumen ini? : Saya tidak mengerti maksudnya. : Ada tidak dokumen-dokumen ysang saudara peroleh dari PLN? : Ada, semua ada di dalam lampiran 2 itu. Berapa yang dibayarkan, berapa break down dari masing-masing komponen pembayaran, kami sudah

8 menghitung semua. Disitu sudah ada di dalam lampiran kami sudah menjelaskan disitu, ada lampiran 3 mengenai pembayarannya, kemudian lampiran 4 mengenai perhitungan dari UI, lampiran 5 mengenai break down dari masing-masing pembayaran. Jadi untuk operation manager dengan 22 man month dengan nilai sekian, community leader area sekian dengan pembayaran sekian, itu semua sudah ada perinciannya. Total semua yang sudah dibayarkan oleh PT.PLN kepada PT.Netway adalah man month, dengan jumlah Rp 77 Milyar sekian. Nah itu yang kami bandingkan dengan penghitungan menurut ahli man month dari UI. Jadi semua ada di dalam lampiran ini. : Ahli menetapkan harganya darimana? : Dari jumlah yang dibayarkan dari PT.PLN kepada PT.Netway itu. : Baik. Itu sesuai, ahli membaca perjanjian mereka? : Itu sesuai nggak dengan perjanjian yang mereka buat? : Kami tidak melihat kesesuaian, tidak menilai kesesuaian atau tidak. Tapi yang riil dibayarkan oleh PT.PLN adalah itu, begitu. : Iya, yang saya tanya adalah yang dibayarkan ini sesuai dengan kewajiban yang tertera di dalam perjanjian atau tidak? : Saya tidak berpendapat mengenai kesesuaian kewajiban atau tidak, tapi kami menghitung itu berdasarkan data yang dibayarkan PT.PLN kepada PT.Netway. Faktanya itu yang dibayarkan. Sesuai atau tidak, saya tidak berpendapat. : Iya, saya mengerti, saudara ahli. Pertanyaan saya adalah apakah ahli melihat data ini, yang dibayarkan, kemudian melihat pada sisi yang lain, ini perjanjian yang mesti dibayarkan? : (suara tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Baik, saya teruskan pertanyaan saya. Di dalam laporan saudara ahli, yang saudara ahli tanda tangani ini, apakah ahli juga membaca BAP dari terdakwa Eddie Widiono? : Apakah di dalam laporan ini ahli membandingkan dan mencantumkan bagaimana hasil penghitungan mengenai apa yang diterangkan oleh Eddie Widiono?

9 : Dari bagian keuangan? : Iya, kalau dari bagian-bagian lain kami sudah jelaskan disini, keterangan siapa saja yang menjelaskan, ini sudah kami cantumkan. Termasuk kami minta keterangan dari pihak Netway sendiri, itu sudah kami jelaskan semua di dalam laporan. : Oke, baik. Apakah ahli juga mencantumkan keterangan dari Parno Isworo? : Saudara ahli tahu itu siapa Parno Isworo? : Direktur Keuangan PLN. : Jadi yang saudara ahli hitung itu apa saja sih sebenarnya? : Jumlah pembayaran dari PT.PLN kepada PT.Netway Utama. Jumlahnya, kami menghitung dari mulai surat pengajuan permintaan pembayaran, sampai kepada verifikasi oleh pihak PLN, sampai kepada itu ditransfer ke bank itu kami hitung dengan data-data pedukungnya termasuk time sheet dan seterusnya itu sudah kami cross check, dengan rekapitulasi sebagaimana di dalam laporan. Kalau mengenai kertas kerjanya tentu ada, tetapi menurut saya tidak perlu dijelaskan disini karena jumlahnya sangat banyak kalau saya jelaskan satu persatu. : Menurut ingatan saudara ahli ya, atau pengetahuan saudara ahli, apakah yang diterangkan oleh Direktur Keuangan mengenai soal ini? Pernah saudara baca? : Intinya kalau tidak salah ya, hanya masalah bahwa sudah dibayarkan sekian. Dan itu memang sudah kami uji ke dalam dokumennya. Jadi untuk kami, jadi ada beberapa teknik audit sebenarnya, salah satu hal yang kami lakukan kalau itu ragu, kami lihat ke BAP. Tetapi disaat kami tidak ragu mengenai jumlah pembayaran dan seterusnya, maka tidak wajib bagi kami untuk mengcross check dengan BAP nya, karena BAP itu semata-mata adalah pendukung dari dokumen-dokumen sumber yang sebenarnya. Nah untuk pembayaran ini sumber yang sebenarnya adalah dokumen pembayaran dari PT. PLN kepada PT. Netway, itu yang kami hitung. : Apakah ahli juga pernah meminta konfirmasi kepada orang PLN? Orang keuangan PLN? : Konfirmasi untuk apa ini? : Mengenai pembayaran-pembayaran, hal-hal (dipotong oleh ahli AA).

10 : Oh iya tentu kami sudah yakini betul kalau itu memang dan itu sudah kami cross check bahkan sampai kepada rekening transfernya. Artinya kami sudah yakin betul memang sudah ada perpindahan uang pembayaran dari PT. PLN kepada PT. Netway Utama. : Saya kembali ke laporan saudara ahli, saya ingin tahu, berapa banyak yang saudara ahli baca mengenai BAP atau keterangan-keterangan dan surat-surat? : Kalau jumlahnya saya harus hitung. Kalau saudara bertanya jumlah saya harus hitung, tetapi siapa saja yang menurut kami keterangan itu relevan dengan perhitungan keuangan Negara itu sudah kami cantumkan disini. Ada keterangan dari saudara Hardiv Situmeang, ada apa dan seterusnya itu sudah ada disini semua. Keterangan (dipotong oleh PH MI). : Apa Hardiv Situmeang menerangkan tentang rugi keuntungan, menerangkan tentang keuangan? : Bukan tentang itu, artinya yang relevan itu : Relevansinya keterangan Hardiv Situmeang dengan keahlian saudara ahli itu apa? : Contohnya ini Pak, dalam salah satu BAP dari Pak Margo Santoso dikatakan (dipotong oleh PH MI). : Saya bukan tanya Margo Santoso saya tanya Hardiv Situmeang. : Pada saat itu, saudara Hardiv Situmeang menyampaikan pertanggung jawaban dalam memilih dan seterusnya, harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, misalnya dilakukan dengan cara tender. Itu yang kami kutip dari BAP yang tertera disitu, yang kami baca. ada di halaman 15. : Apanya yang berhubungan dengan soal CIS RISI ini, soal pembayaran? Relevansinya apa? : Tidak, tadi kan saudara bertanya kan, apa, siapa saja, ya itu semua (dipotong oleh PH MI). : Justru karena itu, saudara ahli tahu tidak konteksnya keterangan Hardiv Situmeang itu? : Jadi begini, keterangan orang-orang yang kami minta kepada penyidik dalam bentuk BAP, adalah keterangan orang-orang untuk meyakinkan adanya penyimpangan itu dan kami menyimpulkan berdasarkan buktibukti, ada empat penyimpangan.

11 : Saya tanya begini (dipotong oleh ahli AA). : Kemudian untuk kerugian negaranya, tentu kami konfirmasi kepada orang-orang yang relevan disitu. Siapa saja orang-orang yang sudah kami mintakan keterangan, semua sudah tertera disini. : Baik, saya tanya kembali keterangan Hardiv Situmeang itu mengenai OSCO atau non-osco? : Di halaman 17 saya kutip seperti itu, jadi ya seperti itulah keterangannya. : Ini keterangan ahli ini menyesatkan. : Kami keberatan Yang Mulia. : Cukup cukup! Saya larang adanya perdebatan ya. Saya ingatkan kepada saudara Penasehat Hukum, jangan lagi mengulang kata menyesatkan ya! Ini kan keterangan ahli, sudah berulang-ulang pula saya katakan bahwa Majelis tidak berpihak ya. Pertanyaan lain! : Baik saya teruskan, saudara ahli. Menurut hasil penelitian yang ahli lakukan mengenai kerugian Negara itu tadi, yang ahli lihat atau ahli temukan buktinya peran dari Eddie Widiono apa? : Yang Mulia saya tidak berpendapat mengenai peran dari seseorang karena yang kami lihat adalah konteks kerugian keuangan negara. : Ini di dalam BAP saudara ahli, fakta nomor 58 dan nomor 59 dikatakan begini (dipotong oleh ahli AA). : Maaf saya tidak memegang BAP. : Bahwa atas penyampaian Eddie Widiono Suwondho, Dekom meminta untuk dilakukan penghematan, dan seterusnya. Kemudian bahwa perbuatan Eddie Widiono Suwondho selaku Dirut PLN Persero, menyampaikan kepada Dewan Komisaris bahwa harga pekerjaan Roll Out CIS RISI dengan PT Netway Utama sebesar Rp ,- adalah wajar, dan selanjutnya memerintahkan kepada General Manager PLN Disjaya untuk melakukan penandatanganan kontrak pekerjaan Outsourcing Roll Out CIS RISI, tanpa mengindahkan rekomendasi dari Dewan Komisaris PLN, menyebabkan harga pekerjaan Roll Out CIS RISI dengan PT Netway Utama mengalami kemahalan harga. Ini keterangan (dipotong oleh ahli AA). : Mohon diperiksa kembali, itu pertanyaan yang disampaikan oleh penyidik atau jawaban saya.

12 : Ini jawaban dari saudara ahli. : Mohon diperiksa kembali. : Yang Mulia, kami kira Penasehat Hukum mengutip satu pertanyaan yang tidak secara sempurna. Ini merupakan pertanyaan nomor 13, dalam proses penyidikan diperoleh fakta-fakta dan keterangan ahli di bidang tekhnologi informasi sebagai berikut, 1 sampai sekian dan ini dari penyidik. : Saudara ahli merasa menjawab seperti itu tidak? : Saudara ahli tidak pernah menjawab seperti itu? : Mohon diperiksa kembali di BAP, bisa dibaca disitu. Apakah itu pertanyaan dari penyidik, dimana penyidik mungkin mengutip dari pendapat ahli atau apa saya tidak membaca BAP nya (dipotong oleh PH MI). : Ini (dipotong oleh ahli AA). : Kemudian (dipotong oleh PH MI). : Ini pertanyaannya, saudara ahli (dipotong oleh ). : Jawabannya ada di halaman 50. : Kemudian saya teruskan, mengenai pernyataan dari saudara ahli pada butir 13 ini halaman 50 dan 51, bahwa ahli menyatakan bahwa disini jawaban saudara ahli, penyimpangan-penyimpangan yang telah diuraikan tersebut diatas yaitu dari 1-65 ini tadi sesuai laporan hasil perhitungan kerugian negara.. dan seterusnya, ini kan pendapat saudara ahli. pendapat yang kami sampaikan berdasarkan bukti-bukti yang kami peroleh dan itu kami menegaskan mengenai penyimpangannya. Kami tidak bicara bahwa penyimpangan itu menjadi tanggung jawab si A, si B, atau si C itu silahkan diputuskan di forum ini. : Jadi pendapat ahli memang ada penyimpangan? : Yang melakukan penyimpangan itu menurut pendapat ahli siapa disitu? Berdasarkan dokumen yang ada? : Saya sudah berpendapat tadi Yang Mulia, saya tidak akan mengulang pendapat saya.

13 PH (MR) : Masih ada pertanyaan? : Masih ada, sebentar Yang Mulia. Apakah kepada ahli pernah ditunjukkan adanya laporan keuangan konsolidasi PT PLN nomor 20 B Auditama/ Gauditama 5/ GA/ 05/ 2006 tanggal 31 Mei 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia? : Tidak pernah diberitahu bahwa pelasanaan pekerjaan Roll Out CIS RISI ini menurut pendapat BPK bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut belum optimal dan lebih bayar hanya Rp Rp. 530 jt saja? : Atas pertanyaan penyidik pada halaman 15, pada butir 15 ahli menyebutkan bahwa dilihat dari sumber keuangan dalam pemberian subsidi yang merupakan uang negara maka hal tersebut memang menimbulkan kerugian terhadap negara, ini jawabannya. Pertanyaannya begini, apabila ada perbuatan melawan hukum atau menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya, karena jabatan atau kedudukan yang disengaja dari pejabat struktural PLN Persero dalam proses pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran PLN (APLN) yang sebagian dari anggaran tersebut berasal dari subsidi negara, subsidi Pemerintah dan berakibat merugikan keuangan PT PLN Persero. Apakah kerugian tersebut merupakan kerugian keuangan Negara? Jawaban saudara ahli dilihat dari sumber keuangan dan pemberian subsidi yang merupakan uang negara maka hal tersebut memang menimbulkan kerugian terhadap negara. Pertanyaan saya, apakah dalam hasil penelitian saudara ahli, untuk pembayaran terhadap PT Netway Utama ini memang menggunakan subsidi negara ini? : Mohon diperiksa kembali, itu sepertinya bukan BAP saya. : Ini adalah BAP Agustina. : Nomor berapa? : Maaf, oke. Oke saya tarik pertanyaan saya. Sementara dari saya cukup Yang Mulia. : Cukup? : Kami lanjutkan Yang Mulia, terima kasih (dipotong oleh ). : Jangan diulang-ulang ya.

14 PH (MR) PH (MR) PH (MR) : Baik terima kasih, Yang Mulia. Saudara ahli ya, apakah saudara ahli mengetahui ya, dalam hal apa BPK menyatakan bahwa suatu proyek itu, Pemerintah, itu diindikasikan mengalami atau menimbulkan atau ada potensi kerugian Negara? : Pertanyaannya tentang BPK? : Saya tidak akan berpendapat mengenai (dipotong oleh PH MR). : Tidak tahu ya. Kami cukup Pak. : Saudara terdakwa, ada pertanyaan? : Ada yang saya mau tanya kepada ahli ini. Apakah ahli ini membaca RUPS RKAP ? : Dokumen RUPSnya? : Tidak pernah ditunjukkan? : Apakah ahli juga membaca kontrak yang dibuat oleh Margo Santoso antara ? : Kontraknya? : Iya kami baca. : Berapa kontrak yang ahli baca? : 6. : 6 kontrak, oke. Apakah ketika membaca kontrak itu ahli menemukan adanya peran dari Eddie Widiono di dalam hubungannya dengan kontrak itu? : Saya tidak berpendapat mengenai hal itu. : Saya kemudian terus ke soal surat dakwaan. Apakah ahli pernah diperiksa untuk tersangka Margo Santoso? : Saya tidak pernah.

15 : Tidak pernah? : Tidak pernah. : Untuk Fahmi Moechtar? : Untuk Gani Abdul Gani? : Tidak, oke. Jadi saudara ahli diperiksa hanya untuk Pak Eddie Widiono ya. : Atau berikan kesempatan kepada terdakwa dulu untuk bertanya? : Saya teruskan dulu, sedikit saja Yang Mulia. Apakah dilakukan perhitungan terhadap kerugian Negara ini, ahli pernah ditunjukkan business plan PT. Netway Utama tahun ? Apakah ahli tidak pernah ditanya oleh penyidik bahwa Eddie Widiono menerima terima uang Rp. 2M? : Apa yang ditanya oleh penyidik dan apa jawaban saya, itulah yang tertera di dalam BAP, diluar itu tidak. : Saya kira dari saya cukup Yang Mulia. : (Suara tidak terdengar karena tidak menggunakan mic). Hakim Anggota : Saudara ahli dalam beberapa kasus ya, kalau misalnya BPK, menghitung keuangan negara itu biasanya ada penyimpangan dulu baru dihitung? Hakim Anggota : Tadi saudara menjelaskan penyimpangan-penyimpangan itu. Hakim Anggota : Apa penyimpangan-penyimpangan yang saudara katakan waktu itu? : Saya mohon izin, mohon baca. Hakim Anggota : Secara singkat saya katakan bahwa ada 4 jenis penyimpangan, yang pertama adalah proses penunjukkan PT. Netway Utama untuk melakukan pekerjaan Roll Out CIS RISI tersebut tidak sesuai dengan

16 Hakim Anggota keputusan Direksi nomor : 038 tahun 1998 yaitu tentang tata cara pengadaan barang dan jasa, dimana disitu diatur kriteria untuk melakukan pekerjaan penunjukkan langsung adalah apabila pekerjaan tersebut kebutuhannya sangat mendesak, dan tidak dapat ditunda-tunda lagi berhubungan dengan telah terjadinya bencana, untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat mengancam jiwa manusia dan seterusnya. Bunyi aturannya. Disitu kami tidak menemukan adanya fakta bahwa pekerjaan Roll Out disini dilakukan untuk konteks ini. : Kemudian pengadaan barang dan jasa sifatnya hanya dapat dipenuhi oleh rekanan tertentu. Hakim Anggota : Dan seterusnya bunyi lengkapnya, itu kami pakai pendapat dari ahli teknologi informasi, dimana mengatakan bahwa pekerjaan Roll Out adalah pekerjaan yang biasa dan lazim dikerjakan oleh software house dimana saja yang biasa melakukan pekerjaan seperti ini. Arrtinya bukan itu saja, bukan Netway saja yang bisa melakukan. Kemudian penyimpangan yang kedua adalah proses penyusunan HPS, jadi HPS adalah harga acuan dari PT. PLN untuk mengevaluasi harga pekerjaan agar diperoleh harga yang wajar dengan kualitas yang sesuai dengan yang dibutuhkan PLN. Disini juga kami melihat adanya penyimpangan atas ketentuan tersebut, dimana harga perkiraan sendiri yang harusnya memang di kalkulasi secara keahlian sebelum dilakukannya proses pelelangan atau proses pengadaan, disini tidak dilakukan seperti itu. Tetapi HPA nya adalah dengan memakai audited payroll yang diserahkan oleh pihak Netway, yang apa, kemudian itu dipakai oleh tim penunjukan langsung sebagai angka untuk menghitung tarif harga satuan dari pekerjaan ini. Kemudian kontrak Roll Out sendiri itu dikerjakan secara 2 tahun dari mulai 29 April April Artinya lebih dari 1 tahun buku, dimana menurut anggaran dasar PT PLN, yaitu nomor Akta nomor 169 tanggal 30 Juli 1999 disitu Pasal 11 mengatakan perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari RUPS, yaitu antara lain mengadakan kerjasama dengan Badan usaha atau pihak lain berupa : kerjasama operasi, kontrak manajemen, kerjasama lisensi, bangun guna serah, bangun guna milik dan perjanjian lain yang mempunyai dampak keuangan bagi perseroan yang berlaku untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun, itu penyimpangan yang ketiga. Kemudian yang keempat, hasil pekerjaan SIMPEL RISI milik PT PLN Distribusi Jaya yang kemudian didaftarkan oleh PT Netway Utama, hak ciptanya ke Direktorat Jenderal

17 Haki sebagai Netway CCBS, dimana kemudian alasan pemilikan Hak Cipta itulah menjadi salah satu alasan juga untuk penunjukan langsung. Berdasarkan hasil penelitian dari saudara Yudho tadi, ahli teknologi informasi mengatakan bahwa CD yang sebenarnya didaftarkan dan diakui sebagai Netway CCBS itu sebenarnya substansi barangnya adalah suatu substansi barang yang identik dengan output hasil pekerjaan SIMPEL RISI yang dilakukan PT PLN dengan kontrak, dengan Politeknik ITB. Itu yang kemudian di daftarkan di HAKI dan itu diakui sebagai Netway CCBS. Itu ada 4 secara ringkas penyimpangan yang kami temukan. Hakim Anggota : Dalam Berita Acara ini kan saudara rinci ya. Katakanlah dari fakta-fakta yang (dipotong oleh Ahli AA) : Di dalam laporan. Hakim Anggota : Dalam laporan? : Dalam laporan kami sudah rinci. Hakim Anggota : Apakah sekarang BPKP memang, saudara kan diminta oleh penyidik ya, untuk menghitung keuangan negara. Kalau saudara tidak yakin, pada waktu BPKP tidak yakin, apakah itu tetap dihitung waktu itu? Tidak yakin ada penyimpangan, tetap dihitung? Hakim Anggota : Tidak? : Kami harus meyakini dulu bahwa memang ada penyimpangan. : Saudara silahkan : Terima kasih saudara ahli. Saya mengikuti dengan seksama tadi diskusinya. Mohon maaf, karena saya baru pertama kali berhadapan dengan saksi BPKP. Tadi kesan yang saya terima adalah, saudara ahli menerima fakta-fakta dari KPK, yang disampaikan oleh KPK, kemudian saudara ahli menerima pendapat dari ahli komputer, ahli IT, yang kemudian saudara ahli membuat empat kesimpulan dari situ. Apakah pendapat saya benar kira-kira? : Apa yang kurang disitu? : Kami menyimpulkan penyimpangan berdasarkan bukti-bukti yang kami peroleh melalui penyidik. Jadi kami tidak serta merta begitu saja menerima. Tadi saya sudah jelaskan, ada empat penyimpangan, itu

18 memang kami uji dengan bukti-bukti yang kami peroleh. Kalau mengenai pendapat ahli teknologi informasi, kami sampaikan, kami tidak mempunyai kompetensi untuk menilai software itu sendiri, sehingga kami menggunakan pendapat dari orang yang kami anggap berkompeten di bidang itu. : Baik. Kalau begitu, apakah saksi meyakini bahwa bukti-bukti yang disampaikan oleh KPK kepada saksi, itu sudah mencukupi atau saksi meyakini masih ada hal-hal lain yang belum disampaikan? : Kami telah meyakini adanya penyimpangan berdasarkan bukti-bukti yang kami peroleh. Dan itu sudah kami disclose di dalam laporan kami. : Maksud saya adalah, saudara saksi, saudara ahli, tanggung jawab saudara ahli ini besar sekali ya, karena ahli menentukan dalam hal ini, ya. Apakah ahli merasa sudah mendapatkan semua data, ya, untuk mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi penyimpangan tadi? : Ya. Tadi saya sudah sampaikan. Kami menyimpulkan penyimpangan bahwa itu berdasarkan data yang ada standarnya di kami, relevan, kompeten, dan cukup. Jadi tiga hal itu yang menjadi standar bagi kami untuk memberikan pendapat, apakah memang ada penyimpangan atau tidak. : Baik. Saya ingin bertanya, apakah saksi, apakah ahli, mendapatkan informasi bahwa pada tahun 2000, PLN mengalami kerugian sangat besar, Rp. 26 trilyun? : Apakah saksi, maaf, apakah ahli mendapatkan informasi adanya pendapat KAP tahun 2001, bahwa telah terjadi kegagalan di dalam rekonsiliasi pendapatan PLN yang berpotensi menimbulkan kerugian? : Apakah ahli mendapat informasi bahwa telah terjadi kerugian yang disebut Katyanto Gate, karena kebocoran keuangan akibat tidak adanya sistem informasi memadai? : Baik. Apakah itu relevan, saksi? : Kami tidak berpendapat, karena kami tidak melihat dokumen yang dimaksud.

19 : Baik. Saya ingatkan sekali lagi saksi, bahwa, ahli, bahwa pendapat ahli sangat menentukan dalam hal ini, ya. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah SWT, memberikan yang terbaik. : Amin. : Ya. Saya ingin bertanya sekarang, selanjutnya. Saksi mencantumkan SK 038, beserta perubahan-perubahannya. Apakah saksi mengetahui SK 075? : Ya. : Baik. Bisa menjelaskan apa isi SK 075 tahun 2000? : Ada SK 073 dan 075. SK 073 itu menjelaskan mengenai bahwa, saya tidak hafal semua, tetapi salah satu butir yang kami gunakan untuk pengadaan di atas 10 milyar adalah menjadi kewenangan Direktur Utama. Kalau mengenai 075, itu menyangkut kewenangan pengadaan untuk proyek listrik desa dan seterusnya. Kalau tidak salah seperti itu. : Bisa saya bacakan sedikit saksi, ahli, ya. Pada SK 075, nanti saya tunjukkan, bagian dua kewenangan, khusus APLN, di sini dikatakan, PLN Pusat seluruh unit induk prolist desk, ditetapkan seluruh tanggung jawab dan wewenang pengadaan barang dan jasa, oleh pemimpin unit. Pimpro induk, pimpro list, pimpro list desk, tidak ada lagi kewenangan Direksi, untuk menerapkan di dalam APLN. : Apa terbaca seperti itu? Saya berpendapat tadi, 073 mengatakan, di atas 10 milyar adalah kewenangan Direktur Utama. : 073 di cabut oleh 075. : Ya, kalau tidak salah di bagian penjelasannya, di situ untuk APLN mengacu ke 073. Kecuali untuk prolist desk dan sebagainya, itu memang di atur tersendiri. : Tidak demikian saksi, ya (dipotong oleh ) : Itu pendapat ahli loh ya. : Baik. Mohon maaf Yang Mulia. Tapi saya kira ini sangat relevan dan perlu, saya kira. Selanjutnya, saudara ahli, apakah ahli membaca di dalam risalah RUPS, 31 Desember 2003, ada pendapat Dekom mengenai Roll-Out? : Tapi risalah RUPS ini ahli masukkan sebagai daftar dokumen yang saksi pertimbangkan.

20 : Yang mana? : Risalah rapat umum pemegang saham 31 Desember : Di dalam lampiran di laporan saya nomor berapa? : Butir nomor 20, ahli. Ini data, data itu ada di pertanyaan 12 ya, butir 20 dari pertanyaan 12. : Saya tidak memegang BAP. : Di sini dikatakan, risalah rapat umum pemegang saham, RUPS, tanggal 31 Desember 2003, tentang risalah RUPS tentang pengesahan RKAP dan RKA PKBL tahun Saksi katakan, ini adalah data yang kami gunakan untuk menghitung kerugian negara. : Ya, di situ ada. : Ada? : Ada. : Saksi tahu ada pendapat Dekom? : Tidak dibaca ya? : Ya. : Saksi tahu ada perintah RUPS Direksi harus melakukan outsourcing? Dalam risalah RUPS? : Dalam menghitung di dalam laporan, kami mendasarkan pada BAP Laksamana Sukardi, kalau tidak salah, yang mengatakan bahwa sebagai RUPS Laksamana Sukardi tidak pernah tahu mengenai izin tersebut. : Ahli, tadi kesimpulan nomor 3 ahli menyebutkan mengenai tidak adanya persetujuan RUPS, kalau saya tidak salah. : Ya, berdasarkan bukti itu. : Berdasarkan bukti apa? : Tadi, keterangan dari Laksamana Sukardi. : Tapi saksi tidak membaca? Bahwa di dalam risalah RUPS, ada kalimatkalimat pendapat Dekom, dan perintah RUPS?

21 : Terima kasih. Mengenai HPS, bisa saksi jelaskan sekali lagi, apakah yang di anggap sebagai masalah oleh saudara saksi, penentuan billing rate, atau penentuan volume? : Prosesnya pak. Proses penyusunan HPS tersebut, tidak mengacu kepada aturan Kepdir 038, dimana di situ dikatakan, HPS kan acuan pak, untuk mengevaluasi harga. Sehingga harusnya pihak PLN sudah harus tahu bahwa saya mau beli Roll-Out CIS RISI, dengan harga sekian. Di atas itu, saya tidak mau. Nah, ketika menyusun HPS itu lah, tim penunjukan langsung yang dipimpin oleh saudara Budi Harsono, tidak melakukan prosedur untuk menyusun HPS, dengan menggunakan harga yang.. harga pasar, harga wajar, dan seterusnya. Itu yang kami, pendapat kami. : Saudara Budi Harsono, menyusun HPS berdasarkan masukan dari Tim Re-evaluasi dan Negosiasi, mengenai man-month, betul? : Ya. : Betul. Man-month ini berkait dengan apa? Menurut pendapat saksi, ahli. : Man-month adalah orang bulan. Jadi, jumlah orang yang bekerja pada periode bulan melakukan kegiatan Roll-Out tersebut. : Bagaimana menentukan berapa orang, berapa bulan, untuk pekerjaan ini? Keahlian siapa yang bisa menentukan? : Karena itu adalah di dalam SK Penunjukan Tim adalah menjadi tugas tim penunjukan langsung, maka itu menjadi tugas dari tim penunjukan langsung yang menyusun HPS. : Betul. Tapi di dalam SK 038, bisa dimintakan pendapat ahli, ya. Mengenai penyusunan HPS (dipotong oleh Ahli AA) : Apabila tim yang menyusun HPS merasa perlu, ya silahkan. Itu tim yang menyusun HPS yang harus melakukan itu. : Baik. Ahli, program CIS RISI berkaitan dengan Tata Usaha Langganan PLN, dan hanya PLN yang menerapkan Tata Usaha Langganan PLN. Apakah saksi sependapat.. ahli sependapat dengan saya, bahwa keahlian menentukan jumlah man-month berdasarkan kebutuhan, itu ada di PLN? : Ya. : Betul. : Ya. : Jadi, volume pekerjaan ahli tidak ada masalah? Mengenai billing rate yang jadi masalah?

22 : Loh nggak. Ini hal lain lagi. Itu adalah proses penyusunan HPSnya. Proses penyusunan HPSnya, memang harus seperti itu. Karena yang mau beli barang kan PLN. Sehingga PLN yang memang harus tahu, berapa saya mau beli barang ini dengan harga berapa. Itu benar. Tapi, tidak terkait dengan fakta yang sebenarnya. Itu tadi pendapat saudara mengenai, pertanyaannya mengenai tadi, HPS. : Baik. Apa ahli mengetahui barang yang di maksud itu apa sebetulnya? : Roll-Out. Pekerjaan itu. : Roll-Out pekerjaan, ya. Jadi suatu pekerjaan yang di ukur berdasarkan volume dan harga satuan billing rate, betul kan? : Ya. : Betul. Nah sekarang, proses membuat HPS berdasarkan SK 038, ya, adalah mencari informasi keahlian, ya. Berdasarkan informasi keahlian yang ada dan hanya ada di PLN, informasi man-month itu ada di Tim Re-evaluasi dan Negosiasi. Apakah saksi sependapat bahwa ini sudah mengikuti aturan SK 038 kalau begitu? : Tadi saya sudah menjelaskan berulang-ulang. : Maaf yang Mulia. Ini poin yang saya kira.. (dipotong oleh Ahli AA) : Kalau mengenai substansi teknisnya, itu tadi saya berharap ahli dari TI sudah menjelaskan. Jadi saya menjelaskan mengenai kerugian keuangan negaranya. : Benar, tapi ahli tadi menyampaikan ada penyimpangan dalam proses pengadaan. Sampai detik ini, saya tidak tahu dimana penyimpangan yang ahli maksudkan tadi. Mohon saya dijelaskan. Apanya yang menyimpang? : (suara tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Itu salah satu dari empat poin yang Mulia, yang disampaikan. Ada tiga poin yang lain. Bahwa pengadaan ini tidak sesuai dengan SK 038. Tadi disinggung bahwa, dalam penyusunan HPSnya. Saya kejar di HPSnya, apanya dalam penyusunan HPS, apakah volume atau harga satuan, yang menyalahi? : Prosesnya. : Proses yang pada akhirnya akan menghasilkan angka-angka ouput, tentu saja.

23 PH(MI) : Maaf kalau saya tidak bisa menangkap dengan jelas, proses yang mana yang tidak sesuai dengan SK 038? : Ya, yang pertama tadi saya sudah jelaskan, bahwa itu, dia menggunakan dengan harga berdasarkan proposal dari Netway, kemudian dia mengkaji dari proposal itu, jumlah man-month nya berapa. Kemudian audited payroll nya, atau tarif rate satuannya itu berdasarkan audited payroll yang diberikan oleh Netway. Artinya, bukan datang dari pihak PLN sendiri, tetapi berdasarkan proposal dari PT. Netway. : Apakah ahli mendapat informasi bahwa proposal Netway itu, manmonth nya jauh di atas HPS? : Itu justru dijadikan acuan oleh tim penunjukan langsung, untuk kemudian menyimpulkan bahwa ini masih di atas HPS, sehingga penunjukan langsung ini dapat dilakukan. Seperti itu. : Yang Mulia, di sini saya menangkap ada kerancuan. Saya tidak tahu apakah ini saat yang tepat untuk menjelaskan. : Nantilah. : Baik yang Mulia. : Itu pendapat ahli. : Baik. Mohon di catat, saya tidak bisa menerima pendapat ahli mengenai ini. Khusus mengenai ini. : (ucapan tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Terima kasih, yang Mulia. : Cukup? : Saya satu lagi yang Mulia. : Satu rangkaian ya? (audience tertawa) PH(MI) : Jangan berulang-ulang loh ya. Baik. Terima kasih yang Mulia. : Ya. : Tadi ahli ini menyebut soal dampak keuangan terhadap PLN, ya. Ahli mengukur dampak keuangan terhadap PLN ini seperti apa sih?

24 : Saya berpendapat atas kerugian keuangan negara kasus ini. Tidak dalam konteks apakah itu memberikan dampak yang makro atau apa pun tentang itu. Tetapi untuk pengadaan CIS RISI, Roll-Out CIS RISI tersebut, menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar sekian sekian sekian itu. : Yang saya mau tanya, kepada ahli, karena tadi ahli yang menyebutnyebut bahwa ini berdampak terhadap keuangan. Nah, pertanyaan saya, terhadap keuangan PLN atau apa? : Ya, keuangan PLN. : Saudara ahli tahu, berapa nilai asset PLN ketika itu? : Saudara ahli tahu berapa cash flow PLN ketika itu? : Apakah ahli tahu pendapatan Disjaya pada tahun itu? : Cukup ya? : Cukup yang Mulia. Kalau semua tidak tahu, ya tidak ada gunanya. Terima kasih. : Jangan-jangan komentar-komentar yang lain! (audience tertawa) : Ada yang mau ditunjukkan? : Tidak ada. : Tidak ada. Silahkan ditanggapi dalam pledoi, ya. Masih ada yang mau ahli sampaikan? : Tidak, cukup. Terima kasih. : Pensehat Hukum dan, apakah hari ini siap dengan saksi-saksi dan ahli? : Kami belum siap yang Mulia. Kami minta waktu khusus untuk pemeriksaan saksi minggu depan, kemudian ahlinya pada minggu berikutnya. : Ini kan waktunya mepet ya. Waktu mepet, ya. Jadi Untuk memenuhi hak-hak saudara, ya. Saudara silahkan hitung, saksi ada berapa yang

25 akan saudara ajukan, dan ahli ada berapa. Jika memungkinkan, pada saat itu juga saudara bawa sebagian dari ahli. : Saya khawatir tidak mungkin yang Mulia. Karena sementara sekarang menurut catatan kami, antara delapan sampai sepuluh orang yang menjadi saksi, kemudian lima atau enam orang yang akan menjadi ahli. : Begini, saya berikan waktu saudara sampai dengan dua kali persidangan ya. : Baik. : Tanggal 23. Ini akan saya pindahkan pada hari Rabu. Karena pada hari Selasa banyak jadwal persidangan, jadi akan saya pindahkan pada hari Rabu, tanggal 23. : Baru kemudian terakhir tanggal : 30. HakimKetua : 30 dan langsung pada pemeriksaan terdakwa. Kemudian saya sampaikan, untuk putusan itu saya berikan waktu Penuntut Umum satu minggu. Pledoi pun, tanggal 14, satu minggu. Tanggal 21, kami putuskan. Ya, ini kita anggap tidak bisa di simpangi lagi. Ya. Silahkan saudara terdakwa ke tengah. ( duduk di depan Majelis Hakim) : Sebelum sidang di tutup, ada yang mau saudara sampaikan? : Tidak ada. : Penasehat Hukum? : Cukup. : Penuntut Umum? : Cukup. : Kita berikan kesempatan kepada terdakwa dan penasehat hukumnya, untuk mempersiapkan saksi dan ahli dari pihak terdakwa, maka sidang hari ini kita tunda, dan kita lanjutkan kembali pada hari Rabu, tanggal 23 November 2011 jam 09:00, ya. Perintah kepada Penuntut Umum untuk menghadirkan terdakwa pada hari, tanggal dan jam yang telah disebutkan. Sidang hari ini kami tutup. (Palu diketuk)

Saksi #17: Budi Maryati

Saksi #17: Budi Maryati Saksi #17: Budi Maryati (Saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Saudara saksi Budi Maryati ya, saudara sudah disumpah dalam persidangan yang lalu untuk memberikan keterangan yang

Lebih terperinci

Saksi #15: Fahmi Mochtar

Saksi #15: Fahmi Mochtar Saksi #15: Fahmi Mochtar : Pakai Mic nya, ya. Saudara tadi sudah disumpah menurut agama yang saudara anut. Itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar, ya. Sesuai dengan apa yang saudara

Lebih terperinci

Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar

Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar Selasa, 23 November 2011 Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar : Saudara ahli ya, sebagaimana diawal keahlian saudara adalah dibidang pengadaan ya, pertanyaan di luar bidang pengadaan untuk tidak dijawab

Lebih terperinci

(Saksi P dihadirkan ke persidangan)

(Saksi P dihadirkan ke persidangan) Saksi #14: Purwanto PU PU : Saksi berikut Purwanto ya? : Iya Yang Mulia. : Biar nyambung dengan yang tadi. : Saksi Purwanto. (Saksi P dihadirkan ke persidangan) : Saudara saksi, saudara tadi sudah bersumpah

Lebih terperinci

Saksi #11: Conny Kurniawan

Saksi #11: Conny Kurniawan Saksi #11: Conny Kurniawan : Silahkan saksi selanjutnya. Saksi Conny. Conny Kurniawan Wahjoe. : Maaf Yang Mulia, mau kita gabung atau satu? : Satu. (Saksi CK memasuki ruang persidangan) : Saudara saksi

Lebih terperinci

(Saksi N memasuki ruang persidangan) Saksi (N) : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun 93.

(Saksi N memasuki ruang persidangan) Saksi (N) : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun 93. Saksi #12: Nuraini : Saksi berikut. Saksi Nuraini. (Saksi N memasuki ruang persidangan) : Saudara di PLN bagian apa? : Di bagian Hukum. : Dari tahun berapa? : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun

Lebih terperinci

Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta

Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta : Sebelum kita lanjutkan C.V. Makasih ya. Nama saudara Setya Budi Arijanta S.H., K.N ya. Lahir di Surakarta 31 Desember 1970, agama Islam, alamat perum Puri Nirwana

Lebih terperinci

Saksi#6 : Bambang Boediono

Saksi#6 : Bambang Boediono Saksi#6 : Bambang Boediono : Saudara diminta memberikan keterangan yang benar, sesuai dengan apa yang saudara ketahui, saudara alami dan saudara dengarkan langsung. Ya? Saudara adalah dosen teknik sipil?

Lebih terperinci

Saksi #16: Tonny Soewandito

Saksi #16: Tonny Soewandito Saksi #16: Tonny Soewandito : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu diketuk) Terdakwa

Lebih terperinci

Saksi #13: Sofyan Djalil

Saksi #13: Sofyan Djalil Saksi #13: Sofyan Djalil Hakim : Baik, kalau tidak keberatan, siapa yang ingin diajukan terlebih dahulu? PU : Mungkin dari pak Sofyan Djalil dulu. Hakim : Silahkan, yang pak Sofyan tinggal dalam ruang

Lebih terperinci

: Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang persidangan)

: Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang persidangan) Saksi #23: Ricky Singh Bedi, Saksi#24: Sri Wahyuningsih dan Saksi#25: Abdul Hakim Said : Saksi berikut. : Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang

Lebih terperinci

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo : Saksi meninggalkan ruang sidang. Saksi berikut. Ya berikutnya Budi Harsono. ( Hakim mengetuk palu) Saksi (BS) : Yang Mulia apakah diperkenankan Budi

Lebih terperinci

Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto

Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa, Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka, dan dinyatakan terbuka untuk umum. Penuntut

Lebih terperinci

Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana

Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana : Sidang perkara Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN. Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc., dibuka dan dinyatakan terbuka

Lebih terperinci

Saksi #38 : Bagja Rasa

Saksi #38 : Bagja Rasa Selasa, 23 November 2011 Saksi #38 : Bagja Rasa : Sidang dibuka kembali. Saksi berikut. (Saksi BR memasuki ruang persidangan) : Saudara sudah disumpah ya, untuk memberikan keterangan apa yang saudara ketahui,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 31/PUU-X/2012 Tentang Kewenangan Lembaga BPKP dan BPK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 31/PUU-X/2012 Tentang Kewenangan Lembaga BPKP dan BPK RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 31/PUU-X/2012 Tentang Kewenangan Lembaga BPKP dan BPK I. PEMOHON Ir. Eddie Widiono Sowondho,M.Sc., selanjutnya disebut Pemohon. Kuasa Hukum: Dr.

Lebih terperinci

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Sidang perkara nomor 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Soewondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu diketuk)

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 31/PUU-X/2012 Tentang Kewenangan Lembaga BPKP dan BPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 31/PUU-X/2012 Tentang Kewenangan Lembaga BPKP dan BPK RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 31/PUU-X/2012 Tentang Kewenangan Lembaga BPKP dan BPK I. PEMOHON Ir. Eddie Widiono Sowondho,M.Sc., selanjutnya disebut Pemohon. Kuasa Hukum: Dr. Maqdir Ismail,

Lebih terperinci

Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo

Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo : Sidang perkara nomor 27/Pid.B/Tipikor/2011/PN.PST atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondo MSc. dibukan dan terbuka untuk umum. (Palu di Ketuk)

Lebih terperinci

Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati

Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati : Teddy, Tumpak Johny Purba, Teddy Triheryadi, Eva Indrawati. Kahar Mulyani. (Saksi-saksi

Lebih terperinci

Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim. Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo

Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim. Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo Selasa, 23 November 2011 Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo : Sidang perkara Nomor: 37/Pid B/Tipikor/2011/ PN Jakarta Pusat

Lebih terperinci

: Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut

: Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut Saksi#5: Tunggono : Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut : Saksi Tunggono : Saudara saksi ya, saudara telah disumpah, untukmemberikan keterangan sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

Saksi Ahli Keuangan Negara : Dian Puji N. Simatupang

Saksi Ahli Keuangan Negara : Dian Puji N. Simatupang Selasa, 30 November 2011 Saksi Ahli Keuangan Negara : Dian Puji N. Simatupang : Skors dicabut sidang dinyatakan terbuka kembali, ahli berikut. : Terima kasih Yang Mulia. : Silahkan pak, baik sidang lanjut,

Lebih terperinci

Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang

Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang (saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Jadi anggota, salah satu anggota majelis hari ini mengikuti pelatihan di Mega mendung, jika saudara

Lebih terperinci

Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya

Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya : Sidang perkaran Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakpus atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu

Lebih terperinci

Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie

Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie PU Sakai (BS) : Skors dicabut sidang di buka kembali (Palu diketuk). Saksi berikut. : Saksi Muljo Adji Abdoel Gonie dan saksi Budi Santoso.

Lebih terperinci

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Identitas dan Pengambilan Sumpah -saksi : Sidang perkara nomor No. 37/Pid.B/Tipikor/2011 PN Jakarta pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu

Lebih terperinci

: ^%^&%&^^&% (ucapan hakim sama sekali tidak jelas) Hakim1 : ahh, dalam pekerjaan ini saudara sebagai apa, berkedudukan sebagai apa?

: ^%^&%&^^&% (ucapan hakim sama sekali tidak jelas) Hakim1 : ahh, dalam pekerjaan ini saudara sebagai apa, berkedudukan sebagai apa? Panitera : Saksi Pandu Anklasito dan Rahmat : ya, silahkan duduk : ya, saudara berdua, saudara sudah disumpah menurut agama yang saudara anut, itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar,

Lebih terperinci

Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang

Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang Saksi( ASj) : Baik yang pertama kita dengar,silahkan tinggal diluar, siapa ini didalam siapa? : Azwani Sjech Umar dengan Hardiv Harris Situmeang

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Saksi Ahli Perusahaan : Erman Rajagukguk

Saksi Ahli Perusahaan : Erman Rajagukguk Selasa, 30 November 2011 Saksi Ahli Perusahaan : Erman Rajagukguk : Skors dicabut sidang dinyatakan terbuka kembali, ahli berikut. : Terima kasih Yang Mulia. : Silahkan pak, baik sidang lanjut, majelis

Lebih terperinci

Usulan Perubahan Anggaran Dasar Bank Permata

Usulan Perubahan Anggaran Dasar Bank Permata Usulan Perubahan Anggaran Dasar Bank Permata No. ANGGARAN DASAR PT BANK PERMATA Tbk USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT BANK PERMATA Tbk Peraturan 1. Pasal 6 ayat (4) Surat saham dan surat kolektif saham

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

( Saksi memasuki ruang sidang )

( Saksi memasuki ruang sidang ) Selasa, 1 November 2011 Saksi #30: Gani Abdul Gani : Saksi berikut? : Saksi Gani Abdul Gani ( Saksi memasuki ruang sidang ) : Saudara Saksi Gani Abdul Gani ya! Saudara pernah diperiksa oleh penyidik KPK?

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A. PIAGAM DIREKSI Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. 1. Peraturan Perseroan No. 40/2007 A. LEGAL BASIS 2. Peraturan Pasar Modal

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PEMBUATAN AKTA-AKTA TERKAIT DENGAN PERSEROAN TERBATAS YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH NOTARIS Oleh: Alwesius, SH, MKn Notaris-PPAT Surabaya, Shangrila Hotel, 22 April 2017 PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan PIAGAM KOMISARIS A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan I. Struktur: 1. Dewan Komisaris paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang anggota. Salah satu anggota menjabat sebagai Komisaris Utama dan satu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan ANGGARAN DASAR SAAT INI ANGGARAN DASAR PERUBAHAN PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan PASAL 3 MAKSUD DAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

RAHASIA BANK. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

RAHASIA BANK. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM RAHASIA BANK PENGERTIAN RAHASIA SESUATU YANG DIPERCAYAKAN SESEORANG UNTUK TIDAK DICERITAKAN KEPADA ORANG YANG TIDAK BERWENANG MENGETAHUINYA RAHASIA BANK SESUATU YANG DIPERCAYAKAN NASABAH KEPADA BANK AGAR

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790] UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790] 33. Ketentuan Pasal 46 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 46 ayat (1) menjadi

Lebih terperinci

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 346 /KMK.017/2000 TENTANG PENGELOLAAN REKENING DANA INVESTASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan penerapan sistem pencatatan

Lebih terperinci

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI Penyusun Desain Sampul & Tata Letak Isi MPRCons Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

: Hadirin dimohon berdiri. Majelis Hakim memasuki ruang sidang. (Majelis Hakim memasuki ruang sidang)

: Hadirin dimohon berdiri. Majelis Hakim memasuki ruang sidang. (Majelis Hakim memasuki ruang sidang) Panitera : Hadirin dimohon berdiri. Majelis Hakim memasuki ruang sidang. (Majelis Hakim memasuki ruang sidang) Panitera : Dipersilahkan duduk kembali. Hakim Ketua : Sidang perkara (penyebutan nomor register

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XVI/2018 PERKARA NOMOR 8/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472] BAB VIII KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 46 (1) Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RADIO REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RADIO REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RADIO REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar www.kompas.com Mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin didakwa menyalahgunakan wewenangnya dalam proses kerja sama rehabilitasi,

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 Tanggal 28 Juli Presiden Republik Indonesia,

TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 Tanggal 28 Juli Presiden Republik Indonesia, Menimbang : TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 Tanggal 28 Juli 1986 Presiden Republik Indonesia, bahwa dalam rangka pelaksanaan wewenang Direktur Jenderal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT- 58582/PP/M.VIB/12/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Umum... 1 1.2 Pengertian Isilah... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 3 III. PRINSIP DASAR, KEBIJAKAN DAN ETIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar dapat berperan sebagai alat perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketersediaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Mandom Indonesia TBK 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN HARAPAN KITA JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN HARAPAN KITA JAKARTA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN HARAPAN KITA JAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar dapat berperan sebagai alat perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci