Halaman ini sengaja dikosongkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Halaman ini sengaja dikosongkan"

Transkripsi

1

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III-215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan periode triwulan III-215 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 mencatat pertumbuhan sebesar 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,14% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasajasa. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tercatat 7,3% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,7%, yoy), utamanya dipengaruhi meningkatnya permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Dari sisi kinerja perbankan, kredit perbankan pada triwulan III-215 tumbuh 4,67% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (8,37% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai tumbuh melambat. BAB I Pada triwulan IV-215 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan meningkat dan berada dalam kisaran 4,-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-215 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% - 4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil paket kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan hingga di penghujung tahun. Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan i

6 Kata Pengantar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik. Banjarmasin, 18 November 215 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HARYMURTHY GUNAWAN Direktur KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ii

7 Daftar Isi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii KETERANGAN DAN SUMBER DATA... ix TABEL INDIKATOR TERPILIH... xi RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) BOKS1. Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Stabilitas Sistem Keuangan Intermediasi Perbankan Ketahanan Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perbankan Syariah KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iii

8 Daftar Isi 2. Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi Pembayaran Tunai... 5 BOKS2. Mendorong Pertambahan Ekonomi Melalui Pelonggaran Kebijakan LTV / FLV BAB 4. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Daerah BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan Daya Beli Masyarakat Nilai Tukar Petani BOKS3 Formula Baru Upah Minimum Provinsi BAB 6. PROSPEK EKONOMI Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro Prakiraan Inflasi DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iv

9 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan... 8 Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 Sektor) Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan III Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IIII Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan TerbesarTriwulan III Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi Kalimantan Selatan Periode Februari Agustus Tabel 5.2. Presentase Penduduk Kalsel Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 213 Februari 215 (%) Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalsel (Tahun Dasar 212) Tabel 6.1 Proyeksi Harga Komoditas KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan v

10 Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IIII 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vi

11 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor... 7 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional... 7 Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjual Eceran (IPE) Kota Banjarmasin... 8 Grafik 1.4. Indeks Penyusunan ITK Kalimantan Selatan... 8 Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi VS Kredit Umum Kalsel... 9 Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalsel... 1 Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalsel... 1 Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalsel... 1 Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalsel Grafik 1.1. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Kalsel Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kalsel Grafik Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalsel Hingga Tw. III Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Komoditas Unggulan Grafik Distribusi Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Negara Hingga Tw. II Grafik 1.16 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Perkembangan Permintaan Batubara Domestik Grafik Perkembangan Permintaan Karet Domestik Grafik Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti Grafik 1.2. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalsel Grafik Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalsel Berdasarkan Jenis Barang Grafik Produksi Padi Kalsel Grafik Produksi TBS Kalsel Grafik Produksi Karet Kalsel Grafik Perkembangan Produksi Batubara Kalsel... 2 Grafik Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalsel... 2 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalsel... 2 Grafik Perkembangan Negara Mitra (Pertumbuhan PDB)... 2 Grafik Perkembangan Produksi CPO Kalsel Grafik 1.3. Perkembangan Volume Penjualan Karet Grafik Perkembangan Bongkar Muat Di Pelabuhan Grafik Tingkat Hunian Hotel Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan secara Kuartalan (qtq) Grafik 2.4 Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel Grafik 3.2. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya Grafik 3.4. Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Grafik 3.6. Shere Kredit Korporasi Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Grafik 3.1. Shere Kredit Konsumsi Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi Grafik Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik Share Kredit UMKM Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Umum KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vii

12 Daftar Grafik Grafik Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah Grafik Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah Grafik Transaksi RTGS... 5 Grafik Transaksi Kliring... 5 Grafik 3.2. SP Tunai (Level)... 5 Grafik SP Tunai (Pertumbuhan)... 5 Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Tw. III Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Tw. III Grafik 5.1. Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Berdasarkan Jenjang Pendidikan Grafik 5.3. Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan Grafik 5.4. Saldo Bersi Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalsel Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Grafik 6.3. Proyeksi Inflasi Kalsel KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan viii

13 Keterangan dan Sumber Data BAB II KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 21 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder Departemen Statistik, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data-data lainnya dalam Bab 1 berasal dari publikasi instansi, pemerintahan maupun swasta, juga publikasi data berbayar. Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis. Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara. Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. KEKR Tw.IIII 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ix

14 Keterangan dan Sumber Data Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan KEKR Tw.IIII 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan x

15 Tabel Indikator Terpilih TABEL INDIKATOR TERPILIH a. Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 21) INDIKATOR IHK Kalimantan Selatan Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) IHK Tanjung Inflasi Tanjung (y-o-y) TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III 146, 145,71 151,2 153,49 18,32 11,91 111,66 116,4 115,9 117,64 119,75 5,25 4,74 7,9 6,98 4,89 6,81 4,81 7,28 7, 6,7 7,3 146, 145,71 151,2 153,49 18,22 11,91 111,63 115,97 115,82 117,55 119,59 5,25 4,74 7,9 6,98 4,84 6,81 4,67 7,16 7,2 6,5 6,94 19,57 111,79 112,1 116,93 116,93 118,79 121,93 5,49 7,2 6,54 8,8 6,72 6,26 8,31 PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 6,65 4,67 4,75 5,51 5,26 5,51 4,63 4,5 3,91 3,14 3, ,4 44,8 124,8 62,3 16,9 65,5 34,6 15,1 61,8 64, 64,2 26,5 31,5 68,3 49, 56,6 61,1 5,2 53,3 56,1 44,2 56,1 b. Stabilitas Sistem Keuangan INDIKATOR Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Total Asset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit - Lokasi Proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR - Lokasi Proyek 113,33% 115,9% 121,94% 118,3% 121,15% 118,61% 123,73% 129,45% 13,97% 122,83% 121,61% NPL 1,44% 1,42% 1,42% 1,38% 1,78% 2,22% 2,79% 2,62% 3,23% 3,6% 3,62% c. Sistem Pembayaran Indikator 213 Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Inflow Kas (Rp miliar) Outflow Kas (Rp miliar) Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring (Rp Miliar) Volume Kliring (ribu lbr) Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar) KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xi

16 Tabel Indikator Terpilih PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN Tw II -1,8% yoy PERTUMBUHAN EKONOMI 3,86% yoy SEKTORAL PERMINTAAN TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR Tw III -.3% yoy Tw II 4,% yoy triwulan III Tw III 3.9% yoy Tw II 5,8% yoy Tw III 5,7% yoy triwulan II 3,14% yoy Tw II 2,53% yoy Tw III 8,% yoy SSK SP P. Asset (yoy) P. DPK (yoy) P. Kredit (yoy) NPL Tw II 5,7% 12,9% 4,8% 6,5% 8,5% Tw III 4,7% 3,6% 3,62% Pertumbuhan Ekonomi Tw IV: 4,-4,2%yoy KLIRING Tw II -6,2% yoy Non Tunai Rp3,9T Tw III -6.7% yoy RTGS Tunai Tw II -,3% yoy Rp63,4T Tw III -8,7% yoy INFLOW OUTFLOW NET INFLOW Rp2,9T Rp2,T Rp,9T 215: 3,5-3,9%yoy OUTL KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xii

17 Tabel Indikator Terpilih INFLASI triwulan III 7,3% yoy triwulan II 6,7% yoy Vol. Foods Adm. Price Core Tw II 5,8% yoy Tw III 5.5% yoy Tw II 7,2% yoy Tw III 1.% yoy Tw II 5,9% yoy Tw III 6.7% yoy OOK APBD Realisasi Pendapatan 76,5% Realisasi Belanja 6,% TENAGA KERJA Tk. Pengangguran Ags 14 3,8% Ags 15 4,9% Indeks Penghasilan Inflasi 215: 4,7-4,9%yoy Tw II 119. Tw III 11.4 Nilai Tukar Petani Tw II 1,6 Tw III 99,7 KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiii

18 Tabel Indikator Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiv

19 Tabel Indikator Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xv

20 Tabel Indikator Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xvi

21 RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 3,86% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-215 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan II-215 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-215 bersumber dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah. Membaiknya permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-iii 215. Aktivitas investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tercatat 7,3% (yoy), sedikit meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,7% yoy) yang utamanya dipengaruhi oleh peningkatan permintaan saat menjelang Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Kenaikan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan beberapa bahan makanan menyusul kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian, inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga sejumlah bahan makanan penting seperti beras, bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan stok persediaan dari hasil panen raya di daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi. KEKR Tw.IIII 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1

22 Tabel Indikator Terpilih STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kredit perbankan pada triwulan III-215 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit meningkat karena pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai, mencerminkan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas. KEUANGAN DAERAH Pada triwulan III-215, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat, baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 76,5% pada triwulan III-215, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan sebesar 6%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 215 terdapat peningkatan tingkat pengangguran dibandingkan tahun sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PROSPEK EKONOMI Pada triwulan IV-215 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan meningkat dan berada dalam kisaran 4,-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mitra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta dukungan subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang menghasilkan. Realisasi inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-215 diprakirakan menurun signifikan mengarah pada kisaran 4,7% - 4,9% (yoy). Penurunan inflasi tersebut diperkirakan akibat KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2

23 Tabel Indikator Terpilih terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat menyusul paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III pada awal triwulan IV-215, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung tahun lalu. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3

24 Tabel Indikator Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4

25 Tabel Indikator Terpilih BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5

26 Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IIII 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 6

27 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 3,86% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-215 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan II-215 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy). % yoy Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor -1.8 I II III IV I II III Sumber: BPS Kalsel (diolah) PHR PDRB Industri Tambang Pertanian % yoy Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional I II III IV I II III Sumber: BPS (diolah) Nasional Kalsel Kalimantan 1.1. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-215 bersumber dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah. Membaiknya permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-iii 215. Aktivitas investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 7

28 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan Penggunaan Tw.II-215 Tw.III-215 % (yoy) % (yoy) Pangsa SOG Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok & Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PDRB Sumber: BPS (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth Konsumsi Rumah Tangga (RT) Konsumsi RT pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 5,67% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,78% (yoy). Perlambatan tersebut tercermin pada melambatnya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin yang menurun dari -3,17% (yoy) menjadi -5,19% (yoy). Demikian pula Indeks Pendapatan Rumah Tangga yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mencatat penurunan tingkat pendapatan RT yaitu dari 111,57 menjadi 18,69. Pengaruh sedikit meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan III-215 dampaknya relatif terbatas terhadap penurunan konsumsi RT sebagaimana ditunjukkan oleh moderatnya penurunan Indeks Kaitan Inflasi terhadap Konsumsi dan perlambatan pertumbuhan konsumsi RT. Pelemahan daya beli seiring dengan perlambatan konsumsi RT turut terbantu oleh peran pembiayaan di mana pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari 9,45% (yoy) menjadi 9,71% (yoy). % yoy Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin I II III IV I II III IV I II III Data: KPw BI Prov Kalsel (diolah) Grafik 1.4. Subindeks Penyusun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 8

29 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan Rp. Triliun Pertumbuhan Kredit Konsumsi (sb. kanan) Kredit Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (diolah) Metode: lokasi proyek % yoy Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 6,53% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,87% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah didorong oleh lebih baiknya serapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hingga triwulan-iii 215 yang mencapai 6,%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 58,3%. Pencapaian ini menunjukkan baiknya peran fiskal daerah dalam menopang pertumbuhan ekonomi daerah Investasi Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 5,32% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy). Peningkatan pertumbuhan investasi terjadi baik pada investasi bangunan maupun investasi nonbangunan sejalan dengan meningkatnya impor barang modal dan penjualan semen. Meningkatnya investasi nonbangunan tercermin dari peningkatan pertumbuhan volume impor barang modal industri yakni dari sebesar -,31% (yoy) pada triwulan-ii 215 menjadi sebesar 317,32% (yoy) pada triwulan-iii 215. Investasi mesin dan peralatan mengalami peningkatan seiring dengan berlanjutnya pembangunan pembangkit listrik Independent Power Producer (IPP) Mulut Tambang (2x1 MW) di Tanjung, pembangkit Mini Hydro Power di Tabalong (1 MW), berlanjutnya pembangunan transmisi listrik Satui, Banjarmasin dan Pelaihari. Perusahaan tambang minyak di daerah Tabalong juga telah melalui proses tender bagi investasi infrastruktur tambangnya. Meningkatnya investasi bangunan terindikasi dari peningkatan pertumbuhan volume bongkar barang konstruksi baik dari luar negeri maupun dalam negeri serta peningkatan pertumbuhan penjualan semen. Pertumbuhan volume bongkar barang konstruksi membaik dari -34,42% (yoy) pada triwulan-ii 215 menjadi -28,44% (yoy) pada triwulan-iii 215. Volume KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 9

30 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional penjualan semen tercatat membaik dari -5,53% (yoy) pada triwulan II-215 menjadi -34,99% (yoy) pada triwulan III-215. Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan Ribu Ton Volume Impor Barang Modal Industri* Pertumbuhan Volume Impor Barang Modal Industri (sb. Kanan) % yoy (.31) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bea Cukai (diolah) *)SITC2-Machinery & Transportation Equipment Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan Volume Bongkar Barang Konstruksi Pertumbuhan Volume Bongkar Barang Konstruksi (sb. Kanan) Ribu Ton % yoy (28.44) (34.42) -4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah) *)aspal, kayu gergajian, semen, baja/besi beton Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan Ribu Ton Volume Konsumsi Semen Pertumbuhan Volume Konsumsi Semen (sb. Kanan) (5.53) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah) % yoy (34.99) -4-6 Terdapat kemajuan pembangunan proyek pemerintah dan swasta sebagaimana terindikasi dari data Building and Construction Interchange (BCI) Asia. Pada triwulan laporan pembangunan Bendungan Tapin terealisasikan. Pembangunan Daerah Irigasi (DI) Amandit di Hulu Sungai Selatan juga sudah mulai berlangsung setelah pada triwulan sebelumnya masih dalam fase post-tender. Pembangunan serta perbaikan konektivitas darat juga meningkat pada triwulan laporan. Dari Rp. 1,94 triliun total APBN dan APBD yang dialokasikan Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Selatan pada tahun 215 untuk perbaikan jalan, kualitas pemukiman (air) dan irigasi, pada triwulan laporan sekitar 45 proyek perbaikan jalan berlangsung, 2 di antaranya baru dimulai pada triwulan laporan, yakni Jalan Sebamban-Pagatan dan Tambang Ulang-Kait-kait. Sementara itu 3 proyek pembangunan juga tengah berlangsung yakni fase 1 jembatan Pulau Kalimantan-Pulau Laut, Jembatan Kota Lama dan Jembatan Mandastana-Tanipah yang baru dimulai pada triwulan laporan. Pembangunan noninfrastruktur juga berkembang cukup pesat pada triwulan laporan, ditunjukkan oleh KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1

31 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional peningkatan jumlah proyek yang memasuki fase konstruksi pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan Pemilik Proyek Tipe Proyek Tahapan Proyek Jumlah Proyek Nilai Proyek 215Q2 215Q3 215Q2 215Q3 Juta USD Swasta Listrik 2. Concept Construction: Main Contract Awarded Non Infrastruktur 2. Concept Documentation Post tender Construction: Main Contract Awarded Construction: Subcontract(s) Awarded Infastruktur 6. Post tender Pemerintah Bandara, Pelabuhan, Terminal 6. Post tender Irigasi, Waduk dan Air Bersih 7. Construction: Main Contract Awarded Jalan 6. Post tender Construction: Main Contract Awarded Jembatan 6. Post tender Construction: Main Contract Awarded Non Infrastruktur 2. Concept Documentation Post tender Construction: Main Contract Awarded Infastruktur 4. Documentation Total 2. Concept Documentation Post tender Construction: Main Contract Awarded Construction: Subcontract(s) Awarded Sumber: BCI Asia (diolah) Keterangan: (1). Jumlah dan nilai proyek merupakan data posisi. (2). Infrastruktur: bangunan yang dinikmati publik secara langsung, baik milik swasta maupun pemerintah. (3). Non Infrastruktur: bangunan yang tidak dinikmati publik secara langsung (kebutuhan operasional swasta/pemerintah). Pada triwulan-iii 215, nilai penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar USD 352,1 juta atau tumbuh 354,34% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -67,83% (yoy) dengan nilai PMA sebesar USD 54,8 juta. Dari sisi sektoral, hingga triwulan-iii 215 PMA terbesar dilakukan pada subsektor perkebunan, disusul oleh sektor properti, sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi serta sektor mineral nonlogam. Pada tahun 215, konsesi lahan perkebunan kelapa sawit Kalimantan Selatan meningkat 14,58% (yoy) yakni dari 48 ribu Ha menjadi 55 ribu Ha 1. Peningkatan khususnya berasal dari lahan basah dan perkebunan rakyat pola inti-plasma seiring dengan adanya ruang pengembangan lahan dari Permentan No. 98 Tahun 213 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Saat ini terdapat satu perusahaan asing dengan 1 GAPKI Kalimantan Selatan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 11

32 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional pangsa perkebunan terluas di Indonesia berada di Kalimantan Selatan menempatkan refinery-nya di Kalimantan Selatan. Dengan bisnis downstream yang luas dan panjang serta permintaan global yang terus tumbuh, penempatan dan pengembangan bisnis upstream di Indonesia sangat diperhitungkan Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan USD Juta 4 5 Nilai PMA Pertumbuhan Nilai PMA (sb. Kanan) (67.83) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BKPM (diolah) % yoy Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan PMA Kalimantan Selatan (Juta USD), Q3 215 YTD Sektoral Nilai % Tanaman Pangan dan Perkebunan % Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran % Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi % Industri Mineral Non Logam % Industri Makanan % Lainnya % Total % Sumber: BKPM (diolah) Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan PMDN Kalimantan Selatan (Rp. Milyar), Q3 215 YTD Sektoral Nilai Dist Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan El % Listrik, Gas dan Air % Hotel dan Restoran % Lainnya % Total % Di sisi lain, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) Kalimantan Selatan tumbuh kian terkontraksi. Pada triwulan III-215 total PMDN tercatat sebesar Rp. 26,9 miliar, tumbuh -98,41% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya -24,26% (yoy). Hingga triwulan-iii 215, PMDN terbesar dilakukan pada sektor industri logam dasar. Hal tersebut sejalan dengan adanya pembangunan smelter bijih besi di Pulau Sebuku yang proses pembangunannya masih berlangsung hingga saat ini. Investasi terbesar kedua berasal dari pembangunan pembangkit milik swasta (IPP) di Tabalong yang terus berlanjut Perkembangan Ekspor Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 8,1% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,53% (yoy). Mengacu kepada aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, perbaikan pertumbuhan muat barang terjadi pada destinasi ekspor luar negeri sementara itu destinasi domestik terindikasi melambat. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 12

33 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.1. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti % yoy Dalam Negeri Luar Negeri 4-4 I II III IV I II III IV I II III Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah) Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan terkontraksi -24,21% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi -3,27% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekspor luar negeri utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor batubara dari -35,87% (yoy) pada triwulan II-215 menjadi -25,1% (yoy) pada triwulan III-215. Meningkatnya ekspor utamanya ke negara mitra utama yaitu Tiongkok, ASEAN, dan Jepang. Grafik 1.11.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Nilai Total Ekspor USD Milyar Pertumbuhan Nilai Total Ekspor (sb. kanan) % yoy (24.21) -3. (3.27) -4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bea Cukai (diolah) Juta Ton Grafik 1.12.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Volume Total Ekspor Pertumbuhan Volume Total Ekspor (sb. kanan) (12.41) (26.26) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bea Cukai (diolah) % yoy Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan mencapai 74,24% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (16,81%), kayu lapis (4,34%) dan karet alam serta olahan (2,93%). Dari sisi tren pertumbuhan, komoditas karet alam dan olahan serta batubara mengalami peningkatan pertumbuhan. Komoditas karet mengalami peningkatan nilai maupun volume seiring dengan meningkatnya permintaan dari Jepang dan Tiongkok. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 13

34 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan hingga Tw.III-215 Grafik Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara hingga Tw.III-215 AUSTRALIA,.9% Korea Selatan, 3.63% Sumber: Bea Cukai (diolah) EROPA, 6.95% ASEAN, 13.95% Jepang, 11.5% AFRIKA,.9% India, 26.9% US,.78% Tiongkok, 27.5% AMERIKA excl US,.39% Other ASIA, 9.46% % yoy Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan I II III IV I II III IV I II III Data: Bea Cukai (diolah) % yoy Karet Alam & Olahan Plywood CPO Batubara Total Ekspor Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan I II III IV I II III Sumber: Bea Cukai (diolah) *)ASIA dikurangi Tiongkok, India, Jepang, Korsel dan ASEAN Tiongkok ASEAN Jepang EROPA India Other ASIA* Sementara itu kinerja ekspor komoditas lain seperti CPO dan plywood tumbuh melambat. Volume dan nilai ekspor CPO ke India tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sebagai konsumen minyak nabati utama (minyak kedelai dan CPO) terbesar di dunia 2, perlambatan permintaan domestik yang berlanjut hingga triwulan-iii 215 serta kecaman dari petani lokal atas derasnya impor minyak nabati di India akibat harga CPO impor yang lebih murah di tengah terpaan El Nino yang cukup kuat 3 pada tahun ini menurunkan tingkat permintaan CPO dari negara tersebut. Sementara itu ekspor plywood dengan pangsa ekspor utama Jepang mengalami penurunan permintaan di tengah terbatasnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Jepang. Sejumlah perusahaan plywood di Kalimantan Selatan menyatakan bahwa pangsa pasar ekspor mereka untuk Jepang turun dari semula di kisaran 2 Disebutkan dalam analisis singkat Oilseed: World Markets and Trade (USDA, Nov 215) 3 Mengacu kepada rilis akhir sebaran curah hujan monsoon di India dari India Meteorological Department (ww.imd.gov.in/section/hydro/dynamic/rfmaps/sddaily.htm) KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 14

35 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 9% menjadi pada kisaran 65%-7% 4. Penurunan permintaan komoditas hasil hutan Kalimantan Selatan lainnya seperti rotan dari Jepang juga tercatat menurun sepanjang 215. Ekspor antardaerah pada triwulan III-215 tumbuh melambat seiring menurunnya pertumbuhan volume muat batubara dan karet di Pelabuhan Trisakti dengan tujuan domestik. Perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur nasional yang lokasinya terpusat di Jawa menurunkan tingkat penjualan listrik industri dan kebutuhan PLTU akan batubara. Sementara itu penurunan permintaan karet domestik didorong oleh melambatnya industri otomotif nasional yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan angka penjualan motor. Ribu Ton 1, Grafik 1.17.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah) Volume Muat Batubara DN Pertumbuhan Volume Muat Batubara DN % yoy (2.9) -4 Ribu Ton Grafik 1.18.Perkembangan Permintaan Karet Domestik Domestik karet Pertumbuhan domestik karet (skala kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Gapkindo Kalselteng % yoy Perkembangan Impor Impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 13,41% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (8,88% yoy). Peningkatan impor didorong oleh meningkatnya impor barang modal seiring dengan meningkatnya pertumbuhan investasi maupun barang konsumsi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Juli Liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 15

36 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional % yoy Grafik Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti 5 Dalam negeri Luar negeri I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: KSOP Banjarmasin(diolah) Ribu Ton Grafik 1.2. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bea Cukai (diolah) Nilai Total Impor Pertumbuhan Nilai Total Impor (sk. kanan) % yoy Grafik Pertumbuhan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang % yoy 2 Mesin & peralatan Material mentah Bahan Kimia -1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Data: Bea Cukai (diolah) Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 64,18 juta atau tumbuh 85,21% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (-2,18% yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya berupa barang modal industri seperti mesin dan peralatan tumbuh meningkat dari 2,51% (yoy) menjadi 143,5% (yoy). Volume impor antardaerah pada triwulan laporan tumbuh 1,9% yoy, meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,743% (yoy). Peningkatan volume impor barang konsumsi terjadi pada komoditas gula pasir, susu, kacang kedelai serta makanan dan minuman jadi dalam rangka kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Sementara itu peningkatan impor barang investasi dari daerah lain terjadi pada komoditas baja/besi beton/bahan bangunan dan pupuk. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 16

37 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2. SISI PENAWARAN : SEKTOR UTAMA DAERAH Di sisi penawaran, menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan-iii 215 didorong oleh membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan dan peningkatan pertumbuhan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa -jasa. Membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh perbaikan permintaan negara mitra khususnya Tiongkok tercermin pada meningkatnya ekspor batubara. Meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan seiring menggeliatnya aktivitas investasi baik pemerintah maupun swasta, tercermin pada meningkatnya impor barang modal. Meningkatnya sektor perdagangan bersumber dari meningkatnya aktivitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat Ramadhan dan Hari Raya di awal triwulan laporan. Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 kategori) Kategori Uraian Tw.II-215 Tw.III-215 % (yoy) % (yoy) Pangsa SOG A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya Total PDRB Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor) Sektor Tw.II-215 Tw.III-215 % (yoy) % (yoy) Pangsa SOG Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan %.7 Pertambangan dan Penggalian % -.1 Industri Pengolahan %.2 Listrik, Gas dan Air* %. Konstruksi %.2 Perdagangan, Hotel dan Restoran** %.7 Transportasi dan Komunikasi *** %.5 Jasa Keuangan**** %.4 Jasa Lainnya***** % 1.1 Total PDRB % 3.9 Sumber: BPS Kalsel (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth *regrup D dan E **regrup G dan I ***regrup H dan J ****regrup K, L, M dan N *****regrup O, P, Q, R, S, T dan U KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 17

38 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III-215 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,96% yoy). Masih baiknya pertumbuhan sektor pertanian utamanya didukung oleh baiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan seiring baiknya produksi padi terkait program Upaya Khusus Swasembada Pangan pemerintah dan comparative advantage lahan rawa Kalimantan Selatan. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor perkebunan agak tertahan oleh menurunnya produksi karet, meskipun pertumbuhan produksi kelapa sawit meningkat pada triwulan laporan. Kinerja subsektor tanaman bahan makanan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi padi. Meski angka produktivitas padi rata-rata pada Aram II direvisi menjadi 41,5 kw/ha dari angka Aram I yang sebesar 42,48 kw/ha, peningkatan luas tanam pada triwulan sebelumnya sebagai dampak positif comparative advantage El Nino terhadap lahan rawa Kalimantan Selatan mendorong peningkatan luas panen pada triwulan laporan. Data bulanan sementara dari Dinas Pertanian Kalimantan Selatan mencatat luas panen padi Kalimantan Selatan sebesar 253 ribu Ha, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 181 Ha. Dengan demikian luas panen tumbuh sebesar 28,1% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,6% (yoy). Di sisi lain, kendala umur tanaman karet di Kalimantan Selatan yang mulai tua, kondisi kering El Nino serta kabut asap memberikan dampak negatif bagi produksi Karet Kalimantan Selatan 5. Juta Ton Grafik 1.22.Produksi Padi Kalimantan Selatan Produksi Padi Pertumbuhan Produksi Padi (sb. Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Dinas Pertanian Kalsel (diolah) % yoy Grafik Produksi TBS Kalimantan Selatan Ribu Ton Produksi TBS Pertumbuhan Produksi TBS (skala kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah) Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS % yoy Gapkindo Kalselteng KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 18

39 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Ribu Ton Grafik Produksi Karet Kalimantan Selatan Produksi karet Pertumbuhan produksi karet (skala kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Gapkindo Kalselteng Perkebunan kelapa sawit pada triwulan-iii 215 tercatat mengalami peningkatan produksi. Hal ini terindikasi dari data sampling penetapan harga TBS. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke depan produksi TBS Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas kebun baru yang memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Untuk meningkatkan daya saing industri kelapa sawit nasional, pemerintah mencanangkan Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.143/3/211 tentang Pedoman Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Dalam peraturan tersebut pemerintah mewajibkan usaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit untuk memenuhi kriteria ISPO paling lambat tahun 214. Replanting merupakan salah satu cara untuk mencapai ISPO dan merupakan strategi bisnis yang memang sudah masuk dalam agenda perusahaan kelapa sawit termasuk salah satu perusahaan asing dengan pangsa perkebunan terbesar di Kalimantan Selatan. Perusahaan tersebut telah melakukan replanting yang terjadwal sejak 29 dan secara bertahap hingga tahun 218 semua tanaman telah diremajakan Sektor Pertambangan Sektor pertambangan pada triwulan III-215 terkontraksi sebesar -,27% (yoy), meski masih terkontraksi namun lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -1,82% (yoy). Perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh membaiknya permintaan negara mitra utama khususnya Tiongkok sebagaimana tercermin pada membaiknya ekspor batubara yang dari sisi volume tumbuh 44,66% (yoy), meningkat dari triwulan-ii yang terkontraksi sebesar -18,37% (yoy) Pada triwulan laporan, realisasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih tinggi dari yang diprakirakan berbagai pengamat. Meskipun pertumbuhannya melambat yaitu dari 7,% (yoy) menjadi 6,9% (yoy), perlambatannya sudah lebih landai dari periode-periode sebelumnya. Peningkatan volume % yoy ekspor batubara selain ke Tiongkok, juga terjadi ke negara tujuan India dan Jepang. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 19

40 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan Ribu MT 5 Produksi Batubara Pertumbuhan Produksi Batubara (17.29) I II III IV I II III IV I II III Sumber: Kementrian ESDM (diolah) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan Juta Ton Volume Ekspor Batubara Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara (sb. kanan) % yoy (12.15) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Data: Bea Cukai (diolah) -2-3 % yoy Grafik Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan % I II III IV I II III IV I II III 213(DMO = 2,22%) 214 (DMO = 25,9%) 215 (DMO = 24,%) Sumber: Kementrian ESDM (diolah) % yoy Ekspor DMO Target DMO Grafik Perekonomian Negara Mitra (Pertumbuhan PDB) Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3* Sumber: Reuters (diolah) Tiongkok India Di sisi lain, penyerapan domestik batubara cenderung menurun, tercermin dari turunnya persentase DMO pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri nasional tercatat menurun pada semester I- 215 khususnya dari sektor industri baja. Penjualan listrik industri di kawasan industri yang terpusat di Jawa Tengah dan Jawa Timur menurun pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri regional Jawa Tengah 6 tumbuh terkontraksi yakni sebesar -,87% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya melambat dari 2,25% (yoy) pada triwulan-i menjadi,66% (yoy) pada triwulan-ii. Sementara itu pertumbuhan penjualan listrik industri di Jawa Timur 7 juga mengalami tren perlambatan, pada triwulan-iii 215 tercatat terkontraksi sebesar -3,87% (yoy). Perlambatan pertumbuhan manufaktur nasional berpotensi menurunkan pencapaian target DMO tahun 215 yang sebesar 91 juta ton di mana penyerapan batubara oleh PLTU sampai dengan semester I-215 hanya sebesar 32 juta ton. 6 PLN Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta 7 PLN Wilayah Jawa Timur KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2

41 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III-215 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 1,88% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Perlambatan sektor industri pengolahan didorong oleh menurunnya permintaan domestik karet olahan terkait kondisi pasar yang masih lesu serta harga yang masih rendah maupun pasokan bahan baku yang terkendala produktivitas (umur tanaman yang dominan tua), cuaca (kondisi kering El Nino dan adaptasi terhadap kondisi asap). Pertumbuhan industri otomotif domestik yang melambat seiring dengan turunnya angka penjualan kendaraan bermotor berpengaruh terhadap permintaan karet olahan. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit (CPO), senada dengan produksi kelapa sawit (TBS), mengalami peningkatan. Grafik Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan Ribu Ton Produksi CPO Pertumbuhan Produksi CPO (skala kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Q1 Q2 Q Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah) Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS % yoy Grafik 1.3. Perkembangan Volume Penjualan Karet % yoy Dalam negeri I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Gapkindo Kalselteng Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kalimantan Selatan pada triwulan III- 215 tercatat tumbuh sebesar 7,51% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,31% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR didorong oleh meningkatnya meningkatnya aktitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat Ramadhan dan Hari Raya di awal triwulan laporan. Hal ini juga tercermin pada meningkatnya pertumbuhan total bongkar dan muat barang pada triwulan laporan menjadi,43% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang masih terkontraksi sebesar -,14% (yoy). Di sisi lain, kinerja subsektor perhotelan masih tertekan, tercermin pada tingkat hunian hotel baik bintang maupun nonbintang yang menurun pada triwulan laporan. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 21

42 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Trisakti Juta Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III Data: KSOP Banjarmasin (diolah) Volume Bongkar dan Muat (LN & DN) Pertumbuhan Volume Bongkar dan Muat (LN & DN) % yoy Grafik Tingkat Hunian Hotel % 7 6 Hotel Berbintang HotelNon Berbintang I II III IV I II III IV I II III IV I II III Data: BPS Prov Kalsel (diolah) KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 22

43 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BOKS Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan Potensi Pariwisata Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 127 objek wisata alam/budaya, 92 objek wisata sejarah/religi dan 8 objek wisata khusus artifisial yang tersebar 11 kabupaten dan 2 kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 211 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki dua Destinasi Pariwisata Nasional yakni Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Martapura (Kab. Banjar) serta 1 Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Nasional yakni Loksado (Kab. HSS). Sementara itu mengacu kepada Perda Pemerintah Provinsi Kalsel No. 11 Tahun 213 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun , total 13 kota dan kabupaten dikategorikan ke dalam 8 wilayah Destinasi Pariwisata Provinsi. Sejumlah destinasi wisata menjadi unggulan Provinsi Kalimantan dan cukup banyak diulas di sosial media seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kota Banjarmasin), Bukit Langgara (Kab. HSS) dan Danau Biru Pengaron (Kab. Banjar). The Hidden Paradise of South Borneo merupakan slogan pariwisata Kalimantan Selatan yang dideklarasikan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan yang perlu untuk diperkenalkan lebih luas. Berdasarkan pendekatan Tourism Area Life Cycle (TALC), objek wisata seperti Pulau Kembang dan Martapura telah memasuki fase stagnan, sehingga perlu dipertajam keunggulannya ke arah peremajaan (rejuvenation) dan tidak terjebak ke penurunan (decline). Gambar B1.1 Tourism Area Life Cycle (TALC) Kalimantan Selatan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 23

44 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 24

45 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kontribusi Pariwisata Kalimantan Selatan dalam Perekonomian Pada tahun 214 jumlah wisnus (wisatawan nusantara/domestik) dan wisman (wisatawan mancanegara) masing-masing tumbuh meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun sebelumnya meski PDRB tumbuh melambat dari 5,36% (yoy) menjadi 4,85% (yoy). % yoy Q3 YTD Sumber: BPS Kalsel (diolah) Lainnya PDRB Sektor Utama (Tambang,Tani, Manufaktur) Perdagangan Akomodasi & Makan Minum Gambar B1.3.Pertumbuhan PDRB Sektotal Kalsel Tabel B1.1. Distribusi PDRB Sektoral Kalsel Sumber: Dinas Pariwisata Prov Kalsel (diolah) Gambar B1.2. Perkembangan Jumlah Lapangan Usaha Q3 YTD Perdagangan 7.8% 8.3% 8.6% 9.14% Akomodasi dan Makan Minum 1.72% 1.77% 1.8% 1.82% Sektor Utama* 57.66% 56.3% 54.49% 52.4% Lainnya 32.82% 33.9% 35.11% 36.65% *)Pertambangan, Pertanian, Manufaktur Sumber: BPS Kalsel (diolah) Wisatawan Output sektor pariwisata yang didekati dari pertumbuhan PDRB sektor akomodasi dan makan minum tercatat tumbuh melambat seiring dengan perlambatan pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan dari tahun 213 ke tahun 214. Meskipun pangsa sektor akomodasi dan makan minum masih kurang dari 2% dari PDRB, tren pangsa sektor tersebut meningkat. Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan menargetkan peningkatan jumlah wisnus dan wisman yang sangat pesat pada tahun 219. Asesmen Sektor Pariwisata Kalimantan Selatan Sektor pariwisata Kalimantan Selatan diukur menggunakan sejumlah indikator mengacu kepada The Travel & Tourism Competitiveness Report 215 (World Economic Forum). Indeks memiliki rentang nilai sampai dengan 1 (semakin mendekati 1 semakin baik kondisinya). Total indikator yang digunakan untuk menyusun Indeks Daya Saing Pariwisata sebanyak 14 indikator yang dibangun dari 17 data. Penjelasan mengenai penggunaan data yang digunakan dalam penyusunan indeks daya saing pariwisata dapat dilihat pada tabel B1.2. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 25

46 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel B1.2. Data Perhitungan Indeks Daya Saing Industri Pariwisata Pilar Indikator Daya Saing Tujuan Data Tahun Sumber Data Enabling Environment 1 Business Environment (BE) Mengukur daya tarik Nilai FDI sektor investasi pariwisata* 214 BKPM 2 Economic Contribution (EC) Mengukur peran sektor pariwisata (prospek Pangsa PDRB sektor pariwisata* (21p, 214 BPS investasi) ADHB) 3 Safety and Security (SS) Mengukur tingkat keamanan Jumlah kasus kriminal 214 BPS 4 Health and Hygiene (HH) Mengukur kemampuan Akses RT kepada air penyediaan air bersih RT bersih 214 BPS 5 Human Resources (HR) 6 Technology Advancement Indicator (TAI) 7 Prioritization of Travel & Tourism (PTT) 8 Price Competitiveness (PC) 9 Environmental Sustainability (ES) Mengukur kualitas SDM (termasuk sektor pariwisata) Mengukur peran sektor komunikasi dalam perekonomian T&T Policy & Enabling Condition Mengukur tingkat prioritas sektor pariwisata dari Pemda Mengukur tingkat biaya wisata Mengukur risiko lingkungan Indeks Pembangunan Manusia Pangsa PDRB sektor komunikasi (21p, ADHB) Pangsa APBD untuk sektor pariwisata* Tingkat inflasi (inflasi), lama menginap, TPK Kadar partikulat pada kondisi ekstrem 214 BPS 214 BPS 214 DJPBN 214 BPS Okt 215 BMKG Infrastructure Kelas runaway, 1 Air Transportation Infrastructure (ATI) Mengukur kapasitas banda pengelola, rute 214 Kemenhub 11 Ground an Port Infrastructure (GPI) Mengukur kapasitas jalan Kualitas jalan nasional 214 BPS 12 Tourist Service Infrastructure (TSI) Mengukur kesiapan akomodasi Jumlah kamar 214 BPS Natural & Cultural Resources Mengukur jumlah situs Jumlah Kawasan 13 Natural Resources (NR) pariwisata yang dikenal Pengembangan Dinas 214 Cultural Resources and Business Travel nasional & dijadikan Pariwisata Nasional Pariwisata 14 (CRBT) basis kebijakan (KPPN) Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan *)diwakili sektor akomodasi dan makan minum Dari hasil perhitungan indikator penyusun indeks dapat diketahui beberapa kelemahan Kalimantan Selatan dalam industri pariwisata. Skor terendah terjadi pada aspek PTT, TSII, NCRI, BE, EC. Rendahnya PTT menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kalimantan Selatan perlu menjadi prioritas Pemerintah Daerah untuk meningkatkan alokasi anggaran, seiring dengan rendahnya alokasi anggaran dalam APBD tahun 214 (tercatat,27%). Rendahnya TSI menunjukkan kesiapan fasilitas akomodasi yang relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. BE dan EC secara tidak langsung saling terkait. Pada tahun 214 tercatat tidak ada investasi baik PMA maupun PMDN pada sektor pariwisata Kalimantan Selatan. Pangsa sektor akomodasi dan makan minum Kalimantan Selatan pada tahun 214 tercatat sebesar 1,8%, lebih rendah dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sementara itu pangsa sektor tersebut di Bali, Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat masing-masing sebesar 19,49%, 9,98% dan 1,81%. Indikator terakhir dengan nilai yang rendah adalah NCRI menunjukkan sedikitnya jumlah Kawasan Pengembangan Pariwisata KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 26

47 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional di Kalimantan Selatan yang masuk ke dalam agenda nasional padahal jumlah situs wisata alam maupun budaya Kalimantan Selatan sangat banyak dan masih terjaga keasriannya. Dengan demikian promosi harus lebih gencar dilakukan termasuk lewat media sosial mengingat situs wisata Kalimantan Selatan belum banyak dikenal luas. Kalimantan Selatan sebenarnya sudah memiliki keunggulan pada kesiapan infrastruktur khususnya konektivitas darat meski untuk kapasitas bandara perlu untuk ditingkatkan sehingga kesempatan untuk menjelajah Kalimantan Selatan lewat jalur darat sangat dimungkinkan. Budaya asli Kalimantan Selatan yang cenderung religius juga mendukung tingkat keamanan dengan angka kriminalitas yang cukup rendah. GPI TSI NCRI 1. BE EC SS HH Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur DIY Bali Nusa Tenggara Barat AT HR ES PC PTT TAI Enabling Environment T&T Policy & Enabling Conditions Infrastructure Natural & Cultural Resources Indeks Daya Saing Industri Pariwisata Gambar B1.4. Indikator Penyusun Indeks Gambar B1.5. Indeks Gabungan Kalsel dan Benchmark Indeks daya saing industri pariwisata Kalimantan Selatan masih lebih rendah dari Kalimantan Timur namun lebih baik dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (detail komparasi nasional dapat dilihat pada lampiran B1.1). Perbaikan dari sisi dukungan pemerintah daerah, SDM, infrastruktur dan promosi situs wisata perlu untuk terus dilakukan. Setiap entitas dalam industri perlu untuk duduk bersama dan mengevaluasi komitmen provinsi seperti yang tertuang dalam Perda Provinsi Kalsel No. 11 Tahun 213 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah tahun Referensi: [1]. The Travel & Tourism Competitiveness Report 215 (WEF, 215) [2]. Tourism Area Life Cycle (Butler, 211) KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 27

48 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Provinsi Lampiran B1.1. Travel & Tourism Competitiveness Index Travel Tourism Competitiveness Index Enabling Environment T&T Policy & Enabling Infrastructure Natural & Cultural Resources Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Bali Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah DKI Jakarta Jawa Timur DIY Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Kalimantan Timur Jawa Barat Papua Nusa Tenggara Timur Aceh Maluku Maluku Utara Sumatera Barat Sulawesi Tenggara Sumatera Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Banten Kep Bangka Belitung R i a u Gorontalo Sumatera Utara Lampung Kalimantan Barat Papua Barat J a m b i Kalimantan Tengah Bengkulu Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan Catatan: mengacu kepada ketersediaan data, Prov Kepri dan Prov. Sulawesi Barat diasumsikan masih bergabung dengan Prov. Riau dan Prov. Sulawesi Selatan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 28

49 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 29

50 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3

51 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah 2 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tercatat 7,3% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,7%, yoy), utamanya dipengaruhi meningkatnya permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Kenaikan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan beberapa bahan makanan menyusul kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian, inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga sejumlah bahan makanan penting seperti beras, bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan stok persediaan dari hasil panen raya di daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi KONDISI UMUM Berlangsungnya Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri, liburan sekolah serta dimulainya tahun ajaran baru pada awal triwulan III-215 menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap peningkatan inflasi pada triwulan ini sehingga inflasi tercatat sebesar 7,3% (yoy) atau 1,8% (qtq), meningkat dari realisasi inflasi pada triwulan II-215 yang tercatat sebesar 6,7% (yoy) atau sebesar 1,5% (qtq). Secara umum, peningkatan inflasi dipicu oleh kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat khususnya makanan jadi/olahan saat lebaran pada awal triwulan laporan. Sementara itu harga sejumlah bahan makanan pokok penting seperti beras, telur ayam ras, bawang merah, aneka cabe, ikan segar, buah-buahan dan sayuran terkoreksi secara signfikan pascalebaran di triwulan laporan seiring dengan perbaikan pasokan dan keberhasilan panen raya yang terjadi di daerah penghasil. Dibandingkan dengan inflasi nasional, realisasi inflasi tersebut kembali berada sedikit di atas inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,83% (yoy) atau,97% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi provinsi se-kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan Selatan hanya lebih tinggi dari realisasi inflasi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 5,75% (yoy). KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 31

52 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah % yoy Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional Nasional Kalsel I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS (diolah) % yoy Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-kalimantan Triwulan III Sumber: BPS Kalimantan Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Secara spasial, inflasi di Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi pada dua kota, yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung. 8 Pada triwulan III-215, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,94% (yoy) atau 1,73% (qtq) sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 8,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya bobot Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan lebih didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin. Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Kuartalan (qtq) 2.2. INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, Kalimantan selatan mengalami inflasi sebesar 1,8% (qtq), dengan realisasi inflasi bulanan pada bulan Juli, Agustus, dan September 215 masing-masing tercatat sebesar 8 Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 212, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan 7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel). KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 32

53 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah 1,12% (mtm),,11% (mtm), dan,56% (mtm). Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 215 terutama karena perayaan lebaran yang jatuh pada bulan tersebut sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat khususnya bahan makanan dan makanan jadi serta tarif angkutan udara seiring dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Tekanan sedikit mereda pada bulan berikutnya seiring dengan koreksi harga tarif angkutan udara serta penurunan harga sejumlah komoditas bahan makanan pokok (volatile foods) karena persediaan (stok) yang cukup banyak dari hasil panen sejumlah komoditas (beras, bawang merah, cabe merah) baik yang terjadi di daerah lokal maupun luar pulau. Berdasarkan disagregasi inflasinya 9, inflasi pada triwulan III-215 sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga komoditas-komoditas pada kelompok inflasi inti sedangkan inflasi pada kelompok administered prices dan volatile foods relatif terjaga. Inflasi inti mengalami kenaikan yang siginfikan yaitu sebesar 2,58% (qtq) dan memberikan andil pembentukan inflasi triwulanan yang terbesar hingga 1,7% (qtq). Dengan kata lain inflasi inti menjadi sumber utama pembentukan inflasi pada triwulan ini karena andil pembentukan inflasinya mencapai 94,4%. Sebagaimana biasanya, peningkatan harga yang signifikan pada kelompok ini terkait dengan berlangsungnya lebaran pada awal triwulan. Kenaikan harga yang terbesar terutama berasal dari sub kelompok makanan jadi dengan sumbangan mencapai,71% (qtq), bahkan dari lima besar komoditas penyumbang inflasi terbesar selama triwulan laporan empat diantaranya berasal dari subkelompok ini. Komoditas utama yang menyumbang inflasi terbesar pada sub kelompok ini adalah ikan bakar dengan andil sebesar,19% (qtq), disusul oleh nasi dengan lauk, ayam goreng, mie dan kue kering berminyak yang masing-masing memberikan andil sebesar,11%;,1%;,8% dan,7% (qtq). Fenomena kenaikan harga makanan jadi pada saat lebaran sudah merupakan suatu kebiasaan yang berlangsung lama dan cenderung persisten dan lebih bersifat ekspektasi dalam benak masyarakat yang menjadi salah satu tantangan berat pengendalian inflasi di negeri ini. Event lebaran biasanya dijadikan momentum para pedagang makanan jadi atau olahan untuk men-setting harga baru untuk produk mereka yang bukan bersifat temporer karena selanjutnya hampir tidak pernah turun kembali meskipun terdapat penurunan harga bahan baku. Selain makanan jadi, kenaikan harga juga berasal dari sub kelompok minuman tidak beralkohol yang mempunyai andil sebesar,19% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga es, kopi bubuk, teh manis, ice cream, minuman kesegaran, minuman ringan dan air mineral. Selanjutnya, sejumlah kenaikan harga terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal (sewa rumah), biaya pendidikan (buku tulis bergaris, TK, SD, SMP 9 Disagregasi inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari: Inflasi inti (core inflation) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar; Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan internasional; Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 33

54 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah dan SMA), obat-obatan (obat dengan resep), perlengkapan rumah tangga dan kelompok sandang yang tidak lepas dari pengaruh permintaan masyarakat yang meningkat dalam merayakan lebaran serta permulaan tahun ajaran baru. Selama triwulan laporan, tekanan inflasi inti cukup signifikan dengan kenaikan harga sebagian besar barangbarang produk industri manufaktur seperti obat dengan resep, buku tulis, barang elektronik (AC), mobil, sabun, pasta gigi, baju, kain gorden, kosmetik dan sebagainya yang hampir semuanya didatangkan dari daerah lain atau impor. Kenaikan harga sejumlah barang hasil manufaktur tersebut diperkirakan sedikit banyak juga terpengaruh oleh fluktuasi nilai rukar rupiah terhadap dolar AS yang relatif tertekan lebih dalam selama triwulan III-215 menyusul ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Board Meeting bulan September 215. Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan-III 215 Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan-III 215 No. Komoditas Kelompok Inflasi Andil Inflasi Disagregasi (qtq%) (qtq%) 1 Ikan bakar Core inflation Sewa rumah Core inflation Nasi dengan lauk Core inflation Ayam goreng Core inflation Mie Core inflation Obat dengan resep Core inflation Rokok kretek filter Adm. Prices Kue kering berminyak Core inflation Kacang panjang Vol. foods Es Core inflation Sumber: BPS (diolah) No. Komoditas Kelompok Inflasi Andil Inflasi Disagregasi (qtq%) (qtq%) 1 Bawang merah Vol. foods Semangka Vol. foods Beras Vol. foods Angkutan udara Adm. Prices Tomat sayur Vol. foods Telur ayam ras Vol. foods Cabai merah Vol. foods Ikan asing telang Vol. foods Sepat siam Vol. foods Sawi Hijau Vol. foods Sumber: BPS (diolah) Meskipun sempat meningkat pada awal triwulan, tekanan inflasi kelompok administered prices berangsur mereda seiring sejumlah koreksi harga pasca lebaran sehingga inflasi tercatat sebesar,41% (qtq) dengan andil hanya sebesar,7% (qtq). Tarif angkutan udara, tarif listrik dan kenaikan harga aneka rokok merupakan faktor utama tekanan inflasi administered prices pada awal triwulan. Tarif angkutan udara mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan menjelang dan selama lebaran akibat tingginya permintaan masyarakat, namun demikian dalam dua bulan berikutnya pasca lebaran mengalami koreksi harga sehingga pada triwulan ini tarif angkutan udara mengalami deflasi dan menjadi faktor penghambat inflasi dengan sumbangan sebesar -,4% (qtq). Selanjutnya, tarif listrik mengalami kenaikan yang tidak terlalu besar selama dua bulan awal khususnya pada segmen industri dan rumah tangga kelas atas terkait dengan adjustment tarif listrik yang mengacu pada perkembangan harga minyak, nilai tukar (kurs) dan inflasi terkini dan berangsur turun pada akhir triwulan seiring dengan penurunan harga minyak internasional pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga aneka rokok (rokok kretek, rokok kretek filter, rokok putih) menjadi sumber inflasi utama selama triwulan III-215 pada kelompok ini dengan sumbangan total hingga sebesar,11%. Lebih jauh, kami mencatat bahwa kenaikan harga aneka rokok tersebut hampir selalu terjadi tiap bulannya pada sepanjang tahun ini kecuali di bulan Agustus 215. Selain karena kenaikan tarif cukai kenaikan harga rokok sebesar 1% pada tahun KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 34

55 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah 215, kenaikan harga rokok ini juga dipengaruhi oleh strategi persaingan bisnis masing-masing merek rokok tersebut dan hal inilah yang menyebabkan fluktuasi harga rokok ini sulit diprediksi. Hal ini sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) yaitu elpiji 12 kg, elpiji 3 kg, dan minyak tanah yang selama triwulan laporan justru terus mengalami penurunan harga. Penurunan harga BBRT ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari sisi harga minyak tanah non subsidi yang sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) serta adanya perbaikan aturan distribusi elpiji 3 kg. Menjelang lebaran, Pertamina, Hiswana Migas dan Pemda di Kalimantan Selatan berkomitmen untuk menertibkan atau menindak tegas agen/pangkalan gas elpiji yang menjual elpiji 3 kg di atas harga eceran tertinggi serta menambah persediaan dalam menghadapi lebaran sehingga harga elpiji 3 kg di tingkat eceran relatif terkendali dan menurun. Selain itu, proses konversi dari minyak tanah ke elpiji 3 kg pada lima kabupaten tersisa di Kalimantan Selatan juga sudah mulai berjalan sejak bulan Agustus 215 dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun ini yang memberikan sentiment positif bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran. Tekanan inflasi kelompok volatile foods terjaga dengan baik, tercatat mengalami inflasi relatif rendah tercatat sebesar,17% (qtq) dengan andil pembentukan inflasi hanya sebesar,2% (qtq). Terjaganya tekanan inflasi volatile foods pada triwulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pasokan dan lancarnya distribusi seiring dengan cuaca yang kondusif serta peningkatan produksi hasil panen raya padi maupun komoditas hortikultura baik di daerah lokal maupun yang terjadi di luar pulau. Tekanan inflasi pada kelompok ini terutama terjadi pada awal triwulan yang bertepatan dengan perayaan lebaran yang diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat sehingga sejumlah komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, sejumlah sayuran dan buah-buahan mengalami kenaikan harga. Namun demikian, seiring dengan meredanya permintaan masyarakat pascalebaran harga sejumlah komoditas tersebut mengalami koreksi harga yang cukup signfikan sehingga tekanan inflasi dari kelompok ini relatif mereda pada triwulan II-215. Dinamika harga sejumlah komoditas penting seperti beras, bawang merah, telur ayam ras dan aneka cabe relatif stabil atau cenderung menurun selama triwulan III-215. Harga beras tercatat stabil pada awal triwulan meskipun bersamaan dengan perayaan lebaran serta kemudian cenderung menurun selama dua bulan terakhir sehingga memberikan andil pembentukan deflasi yang menahan inflasi pada triwulan III- 215 sebesar -,5% (qtq). Penurunan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang cukup melimpah karena bertepatan dengan panen raya padi khususnya varietas lokal (siam/unus) yang terjadi pada triwulan laporan. Sebagaimana diketahui, preferensi masyarakat Kalimantan Selatan sebagian besar cenderung lebih menyukai beras lokal sehingga meskipun telah terjadi panen raya padi jenis varietas unggul pada triwulan II-215 sebelumnya, harga beras masih terus mengalami kenaikan, baru kemudian pada triwulan III-215 yang bersamaan dengan panen padi varietas lokal harga beras dapat relatif tertahan. Data produksi padi di Kalimantan Selatan memperlihatkan terjadinya peningkatan produksi pada triwulan laporan yang berasal dari panen raya. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 35

56 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan penurunan harga yang cukup signifikan dan menjadi komoditas utama yang memberikan andil deflasi terbesar pada triwulan III- 215 yaitu sebesar -,21% (qtq). Kondisi penurunan harga bawang merah sudah dimulai sejak akhir triwulan II-215 dan berlanjut disepanjang triwulan III-215 bahkan hingga awal triwulan IV-215. Penurunan harga bawang merah ini terutama disebabkan oleh pasokan yang melimpah seiring panen raya yang terjadi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk dan Bima (NTB) serta distribusi pengiriman barang yang berlangsung lancar karena kondisi cuaca yang cukup kondusif. Grafik 2.4. Perkembangan Produksi Bawang Merah Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras relatif terkendali seiring cuaca yang kondusif sehingga memberikan pengaruh positif bagi produksi produk perunggasan tersebut. Daging ayam ras mengalami kenaikan harga pada awal triwulan karena permintaan yang tinggi semasa lebaran dan terkoreksi dalam dua bulan berikutnya sedangkan telur ayam ras mengalami penurunan harga selama triwulan laporan. Aneka cabe khususnya cabe merah mengalami kenaikan harga yang signfikan pada saat lebaran yang lebih disebabkan oleh permintaan yang meningkat. Terbukti dalam dua bulan berikutnya mengalami penurunan harga, sehingga pada triwulan laporan cabe merah mengalami deflasi dan memberikan andil pembentukan deflasi sebesar -,2% qtq. Di sisi lain, cabe rawit terus mengalami kenaikan harga yang produksinya terbatas hanya di daerah Tapin dan Hulu Sungai yang umumnya disukai oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Cerita sedikit berbeda terjadi pada dinamika harga ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit masyarakat Kalimantan Selatan. Ikan gabus sempat mengalami penurunan harga sepanjang triwulan II hingga awal triwulan III-215, namun berangsur meningkat pada dua bulan terakhir triwulan laporan. Berdasarkan informasi anecdotal yang berasal dari pelaku usaha, pedagang dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, penurunan harga ikan gabus yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh pasokan yang cukup banyak dari tangkapan nelayan yang meningkat seiring cuaca kemarau yang kondusif. Namun seiring dengan durasi kemarau yang lebih panjang pada tahun ini yang dipengaruhi oleh KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 36

57 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah fenomena El-Nino, keadaan yang bekembang justru sebaliknya karena sebagian rawa yang menjadi habitat ikan gabus mengalami kekeringan sehingga jumlah tangkapan ikan gabus menurun dan pasokan berkurang yang berujung pada peningkatan harga yang signifikan sejak pertengahan triwulan III-215 dan memeberikan sumbangan pembentukan inflasi sebesar,3% (qtq) pada triwulan laporan INFLASI TAHUNAN Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 tercatat sebesar 7,3% (yoy), mengalami peningkatan yang bersifat temporer dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,7% (yoy). Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peningkatan inflasi tahunan ini lebih bersifat temporer yang dipicu oleh shock permintaan masyarakat yang tinggi pada saat lebaran dan diperkirakan akan berangsur menurun kedepannya seiring koreksi dan penyesuaian harga yang telah terjadi disepanjang tahun ini dan ke depannya. Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Tahunan (yoy) Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok administered prices dan inflasi inti. Sedangkan tekanan inflasi pada kelompok volatile foods cenderung mereda seiring dengan perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang terjaga dengan baik. Inflasi administered prices tercatat sebesar 1,1% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Peningkatan inflasi tahunan pada kelompok ini terutama disebabkan oleh berlanjutnya kenaikan harga aneka rokok disepanjang triwulan III-215 serta kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi pada awal triwulan seiring kenaikan permintaan masyarakat untuk mudik lebaran. Sementara itu, dampak kenaikan harga/tarif sejumlah kebutuhan energy masyarakat seperti BBM, tarif listrik dan elpiji yang terjadi sebelumnya berangsur mereda. Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat mempunyai andil sebesar 1,57% (yoy) dengan komoditas bensin yang menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan sumbangan hingga sebesar,36% (yoy) berangsur menurun dari sumbangan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,47% KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 37

58 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah yoy. Masih tercatatnya bensin sebagai penyumbang inflasi terbesar secara tahunan tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM pada penghujung tahun sebelumnya sedangkan penurunan harga BBM pada awal tahun mempunyai besaran persentase yang lebih kecil dari kenaikan sebelumnya sehingga secara hitung-hitungan angka masih tercatat hingga triwulan laporan. Diperkirakan dampak kenaikan harga bensin ini baru akan hilang pada akhir tahun. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari bahan bakar rumah tangga yang memberikan andil sebesar,31% (yoy), juga semakin mengecil dari sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,39% (yoy) seiring dengan penurunan harga disepanjang triwulan III-215. Berikut tarif listrik dengan sumbangan sebesar,26% (yoy), juga semakin mengecil dari triwulan sebelumnya. Cerita sedikit berbeda terjadi pada aneka rokok khususnya rokok kretek filter yang memberikan sumbangan inflasi sebesar,25% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,22% (yoy) seiring dengan tren kenaikan harga rokok yang terus berlanjut disepanjang triwulan III-215. Inflasi inti cenderung terus meningkat disepanjang tahun ini, hingga triwulan III-215 inflasi inti tercatat sebesar 6,75% (yoy) meningkat dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 5,87% (yoy). Tren peningkatan inflasi inti pada triwulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan jadi, biaya sewa rumah, biaya kesehatan dan biaya pendidikan seiring dengan perayaan lebaran, musim libur sekolah dan permulaan tahun ajaran baru. Di samping itu, juga terdapat kenaikan harga sejumlah barang-barang produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik, kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena naiknya biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh oleh perkembangan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah. Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar dibandikan dengan dua kelompok lainnya. Sumbangan inflasi inti pada triwulan III-215 tercatat sebesar 4,47% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Dari daftar sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen inflasi inti dengan total sumbangan hingga sebesar 1,35% (yoy) yang sebagian besar adalah sub kemlopok makanan jadi. Sumbangan terbesar berasal dari komoditas nasi dengan lauk yang mempunyai andil sebesar,36% yoy, disusul dengan sewa rumah (,27%-yoy), mie (,26%-yoy), ikan bakar (,23%-yoy) dan tarif rumah sakit (,22%-yoy). Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan cenderung menurun tercatat sebesar 5,51% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,76% (yoy). Tertahannya tekanan inflasi komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antar daerah. Panen padi jenis lokal yang terjadi pada triwulan laporan memberikan koreksi harga beras yang cukup signfikan. Selain itu, stok bawang merah yang melimpah hasil panen daerah lain juga memberikan kontribusi penurunan harga bawang merah selama triwulan laporan, disamping juga terjadi sejumlah koreksi harga pada komoditas buah-buahan dan sayuran seperti semangka, melon, tomat sayur, wortel dsb. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 38

59 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan Terbesar Triwulan- III 215 No. Komoditas Kelompok Inflasi Andil inflasi Disagregasi (yoy %) (yoy %) 1 Bensin Adm. Prices Nasi dengan lauk Core inflation Beras Vol. foods Bahan bakar RT Adm. Prices Sewa rumah Core inflation Mie Core inflation Tarif listrik Adm. Prices Rokok kretek filter Adm. Prices Ikan bakar Core inflation Tarif RS Core inflation Sumber: BPS (diolah) Pada triwulan ini, inflasi volatile foods memberikan andil inflasi sebesar,99% (yoy), berangsur menurun dari andil pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,3% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari beras yang menjadi satu-satunya komoditas volatile foods yang masuk dalam sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi tahunan dan mempunyai andil sebesar,36% (yoy) terkoreksi cukup besar dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,64% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras tersebut disebabkan oleh penurunan harga beras yang terjadi selama triwulan laporan seiring keberhasilan panen raya padi jenis varietas lokal yang terjadi di sejumlah lumbung produksi wilayah Kalimantan Selatan. Harga bawang merah juga terkoreksi cukup besar di triwulan laporan dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar,1% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,8% (yoy) yang dikarenakan pasokan hasil panen dari luar pulau yang meningkat sehingga harga terkoreksi. Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar,3% (yoy) seiring dengan cuaca yang kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-215. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 39

60 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4

61 BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 41

62 Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 42

63 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 3 1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kredit perbankan pada triwulan III-215 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit meningkat karena pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai, mencerminkan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas STABILITAS SISTEM KEUANGAN Kredit perbankan tumbuh melambat pada triwulan III-215 dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan yaitu tambang batubara. Meskipun membaik, pertumbuhan sektor ini masih terkontraksi pada triwulan berjalan. Selain itu, perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru merespons pelemahan kualitas kredit pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) kembali tumbuh meningkat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang terjaga. Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan %yoy 35.% 3.% 25.% 2.% 15.% 1.% 5.%.% I II III IV I II III IV I II III Asset DPK Kredit Tw. II Tw. III 5.71% 12.85% 4.75% 6.52% 8.49% 4.71% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit) KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 43

64 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan menurun, tercermin dari penurunan Loan-to- Deposit Ratio (LDR) dari 122,8% pada triwulan II-215 menjadi 121,6% pada triwulan laporan. Perlambatan aktivitas intermediasi perbankan didorong oleh melambatnya penyaluran kredit yang tumbuh 4,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,49% yoy). Perlambatan kredit terjadi pada jenis kredit konsumsi dan kredit investasi. Di sisi lain, pertumbuhan DPK kembali meningkat dari 4,8%(yoy) pada Triwulan II-215 menjadi 6,5% (yoy). Kenaikan DPK terjadi pada semua jenis penempatan dana, baik giro, tabungan, maupun deposito. Kinerja sektor utama yaitu pertambangan yang membaik meski masih terkontraksi, berdampak positif pada relatif terjaganya kualitas kredit. Non performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,62%, tidak jauh berbeda dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,6%. % yoy Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK LDR (Sb. Kanan) Pertumbuhan Kredit % Pertumbuhan DPK I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit) % yoy Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP) Deposito Giro Tabungan Tw. II Tw. III Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya % yoy Tw. II Tw. III Konsumsi Modal kerja Kredit Umum Investasi -5 I II III IV I II III IV I II III Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 44

65 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan III-215 terjadi di Kabupaten Balangan (94,78% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (42,59% yoy). Kota Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar di provinsi tersebut juga mengalami peningkatan pertumbuhan DPK dari 2,41% (yoy) pada triwulan II-215 menjadi 3,37% (yoy) pada triwulan III-215. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan III-215 terjadi di Kabupaten Barito Kuala (23,46% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (18,5% yoy). Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan justru mengalami penurunan pertumbuhan kredit dari 11,74% (yoy) pada triwulan II-215 menjadi 2,63% (yoy) pada triwulan III-215. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 45

66 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Ketahanan Sektor Korporasi Perlambatan kinerja kredit pada triwulan III-215 bersumber dari melemahnya kinerja kredit sektor PHR sebagai sektor dengan pangsa kredit terbesar. Kredit PHR tercatat terkontraksi dari triwulan II-215 yang tumbuh sebesar 3,4% (yoy) menjadi -1,4% (yoy) pada triwulan III-215. Hal tersebut dikarenakan bank cenderung berhati-hati dalam penyaluran kredit baru di tengah kualitas kredit yang agak melemah. Melemahnya kinerja sektor PHR juga diiringi dengan peningkatan NPL dari 4,42% pada triwulan II-215 menjadi 6,9% pada triwulan II-215. Sementara itu kredit sektor pertanian tercatat tumbuh membaik dari 18,89% (yoy) menjadi 23,79% (yoy) pada triwulan III-215 dan diiringi dengan penurunan rasio NPL dari 1,1% menjadi,99%. Hal tersebut senada dengan baiknya prospek sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan pada triwulan laporan. Kredit sektor pertambangan tumbuh melambat pada triwulan laporan yaitu dari 84,59% (yoy) menjadi 29,53% (yoy), dipengaruhi pertumbuhan sektor pertambangan yang masih terkontraksi meskipun membaik pada triwulan laporan. Di sisi lain, NPL menurun dari 3,17% menjadi 2,93%. Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit % yoy NPL Kredit(sk. kanan) Pertumbuhan Kredit I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral % Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi REAL ESTATE, 9.72 TRANSPORTASI 8.16 AKOMODASI, 1.72 JASA LAINNYA, 2.13 PERDAGANGAN PERTANIAN 2.12 TAMBANG Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral INDUSTRI, 6.31 LISTRIK, GAS DAN AIR, 1.13 KONSTRUKSI, 5.54 Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 46

67 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit konsumsi pada triwulan III-215 tumbuh 9,71% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya (9,45% yoy). Peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan utamanya bersumber dari peningkatan pertumbuhan KPR. KPR mengalami kenaikan dari 12,98% (yoy) pada triwulan II-215 menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sedikit melambat. % yoy 1 8 Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya Tw. II Tw. III KPR Multiguna Konsumsi Umum KKB I II III IV I II III IV I II III Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah, tercermin pada NPL, yaitu dari 1,46% pada triwulan II-215 menjadi 1,55% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL terbesar terjadi pada KPR yang merupakan kredit konsumsi dengan pangsa kredit terbesar kedua setelah kredit multiguna. Meningkatnya angka pengangguran sebagaimana rilis BPS per Agustus 215, menjadi faktor yang turut melemahkan kualitas kredit konsumsi. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebagai kredit konsumsi dengan pangsa terbesar ketiga tercatat tumbuh melambat dari -5,87% (yoy) pada triwulan lalu menjadi semakin terkontraksi sebesar -8,46% (yoy). Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Grafik 3.1. Share Kredit Konsumsi % yoy NPL Kredit (sk. kanan) Pertumbuhan Kredit I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral % Kendaraan Bermotor, 11.25% Multiguna, 42.23% Ruko/Rukan, 2.19% KPR, 39.4% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral Lainnya, 4.58% KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 47

68 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi % yoy % I II III IV I II III IV I II III Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. Multiguna Pertumbuhan KKB NPL KPR NPL Multiguna NPL KKB Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Konsumsi Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada triwulan III-215 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp 1,6 triliun atau tumbuh negatif -,87% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-215 yang sebesar 2,4% (yoy). Perlambatan kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pertambangan, pengangkutan, dan jasa sosial masyarakat. Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan adalah sebesar 18,57% dari total keseluruhan kredit perbankan. Grafik Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM % yoy % 25 8 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik Share Kredit UMKM Pengangkutan, 5.2% Lain-lain, Jasa Dunia.5% Usaha, 7.9% Pertanian, 13.6% Pertambangan, 3.3% NPL Kredit UMKM (skala kanan) I II III IV I II III IV I II III Perdagangan, 51.3% Konstruksi, 8.7% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM % yoy I II III IV I II III IV I II III Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Konstruksi Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (sk kanan) NPL Konstruksi (sk kanan) NPL Perdagangan (sk kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM % KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 48

69 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Perbankan Syariah Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari -4,64% (yoy) pada triwulan II-215 menjadi,1% (yoy) pada triwulan III-215. Namun demikian, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total Perbankan di Kalimantan Selatan sedikit menurun dari 6,81% menjadi 6,31%. Pembiayaan yang tersalurkan oleh Perbankan Syariah tumbuh sebesar,4% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,75% yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga melambat, yaitu dari,46% (yoy) menjadi -5,8% (yoy). Sementara itu, Non Performing Financing Perbankan Syariah relaif terjaga yaitu dari 6,87% pada triwulan II-215 menjadi 6,85% pada triwulan berjalan. Grafik Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah 1% Grafik Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank Aset Perbankan Konvensional Aset Perbankan Syariah % 6% 4% 2% % I II III IV I II III IV I II III Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank Grafik Pertumbuhan dan NPL Pembiayan Perbankan Syariah KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 49

70 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem Pembayaran Nontunai Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran nontunai baik RTGS dan kliring tercatat melambat. Hal ini ditengarai oleh masih terbatasnya pertumbuhan sektor utama Kalimantan Selatan maupun termoderasinya konsumsi RT. Nilai transaksi RTGS pada triwulan III-215 tercatat sebesar Rp63,4 triliun atau tumbuh -8,73% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -,35 % (yoy). Di sisi lain, nilai transaksi kliring, pada triwulan III-215 tercatat sebesar Rp3,9 triliun atau tumbuh -6,7%, sedikit melambat dibandingkan triwulan II-215 yang tumbuh -6,25% yoy. Grafik Transaksi RTGS Grafik Transaksi Kliring Rp triliun 1. Level Pertumbuhan (rhs) % yoy 6 Rp triliun 5. Level Pertumbuhan (rhs) % yoy Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3-4. Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber: Bank Indonesia, transaksi RTGS Sumber: Bank Indonesia, SKNBI Sistem Pembayaran Tunai Pertumbuhan transaksi tunai masuk (inflow) dan keluar (outflow) tercatat melambat. Transaksi tunai masuk (inflow) pada triwulan III-215 tumbuh sebesar -7,81% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (7,81% yoy). Demikian pula, transaksi tunai keluar (outflow), terkontraksi sebesar -9,84% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (28,86% yoy). Secara netto, transaksi pembayaran tunai mencatatkan aliran bersih masuk (net inflow) sebesar Rp,85 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar Rp,34 triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net inflow lebih tinggi pada triwulan-iii 215. Grafik 3.2. SP Tunai (Level) Grafik SP Tunai (Pertumbuhan) Rp. Miliar 3,5 Inflow Outflow Net inflow 3, 2,876 2,5 2, 1,5 1, 2, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q , Sumber: Bank Indonesia KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5

71 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran BOKS Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui pelonggaran Kebijakan LTV / FLV Pada 25 Mei 215, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.17/1/PBI/DKMP perihal Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Pelonggaran ini bertujuan untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional agar tetap berada pada momentum yang positif serta untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan. Diharapkan, relevansi dari kebijakan LTV dapat mendorong gairah perekonomian melalui konsumsi masyarakat khususnya properti dan kendaraan bermotor. Belajar dari kegagalan kebijakan terkait dengan kredit properti di Amerika Serikat yang berujung pada resesi ekonomi, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan manajemen risiko pemberian kredit properti dan kendaraan bermotor atau lebih dikenal dengan kebijakan Loan to Value (LTV). Dalam perkembangannya, Bank Indonesia telah melakukan beberapa penyempurnaan dan perubahan kebijakan LTV dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia mewujudkan kebijakan tersebut pertama kali melalui SE BI No 14/1/DPNP (Bank Umum) dan SE BI 14/33/DPbS (Bank Syariah) yang berlaku sejak 15 Juni 212. Namun demikian, dikarenakan masih terus meningkatnya kredit properti hingga mengakibatkan adanya kekhawatiran instabilitas hingga Mei 215 pasca Bank Indonesia melonggarkan LTV dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.17/1/PBI/DKMP yang secara lebih teknis diatur dalam SE BI No. 17/25/DKMP. Perubahan dan penyempurnaan tersebut memiliki dampak terhadap perkembangan kredit maupun harga properti di seluruh Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan. Hal ini tercermin dari perkembangan kredit properti, yang terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Real Estate, dan Kredit Konstruksi, di Kalimantan Selatan. Pada kebijakan pengetatan LTV jilid I di tahun 212, terlihat terdapat pengaruh terhadap turunnya pertumbuhan kredit properti. Tingginya permintaan properti mendorong pertumbuhan kredit properti hingga mencapai 42,14% (yoy) di triwulan III-214. Kemudian, diterbitkannya SE No. 15/4/DKMP sebagai upaya pengetatan mengakibatkan pertumbuhan kredit properti di Kalimantan Selatan turun hingga 11,12% (yoy) di triwulan II-215. Pada saat ini, sebagai upaya untuk menggiatkan perekonomian yang sedang lesu, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan LTV melalui PBI No. 17/1/PBI/DKMP tanggal 29 Mei 215. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 51

72 SE BI NO.14/1/DPNP SE BI NO.15/4/DKMP SE BI NO.14/33/DPbS NO.17/1/PBI/DKMP SE BI NO.17/25/DKMP Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran % yoy Tabel B2.1 Event Analysis Kebijakan LTV Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid I) Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid II) Pelonggaran Kebijakan LTV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek Secara umum, kredit properti masih menurun, namun demikian pelonggaran LTV terlihat berdampak pada pertumbuhan KPR yang meningkat dari 12,96%(yoy) pada Tw.II-215 menjadi 15,37% (yoy) pada Tw.III-215. Peningkatan pertumbuhan KPR tersebut menunjukkan kebijakan pelonggaran LTV secara efektif cukup berdampak untuk menggairahkan konsumsi properti di Kalimantan Selatan untuk mendukung perekonomian, tercermin pada meningkatnya kinerja sektor bangunan. Tabel B2.2 Pertumbuhan Pembiayaan dan Sektor Terkait Properti % yoy Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. Properti (Total) Pertumbuhan K. Real Estat (Sb.Kanan) Pertumbuhan K. Konstruksi (Sb.Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III % yoy Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek Upaya meningkatkan gairah properti di Kalimantan Selatan juga dilakukan oleh pihak-pihak terkait, seperti REI Kalimantan Selatan maupun kalangan perbankan, melalui berbagai kegiatan pameran/expo perumahan. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 52

73 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran BAB IV KEUANGAN DAERAH KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 53

74 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 54

75 Bab IV. Keuangan Daerah 4 4. KEUANGAN DAERAH Pada triwulan III-215, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat, baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 76,5% pada triwulan III-215, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan sebesar 6%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Dari sisi pendapatan daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III- 215 menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 76,5% dari APBD pada triwulan III-215, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (63,%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada bertambahnya sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasi serapannya naik menjadi 66,% pada triwulan laporan, lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (65,4%). Di sisi lain, realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 97,5% pada triwulan III-215, yang pada triwulan II-215 tercatat (93,4%). KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 55

76 Bab IV. Keuangan Daerah Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Namun demikian, masih tingginya Dana Perimbangan mengakibatkan tingkat kemandirian fiskal Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan, rasio kemandirian fiskal daerah (anggaran) tercatat sebesar 6,49%, lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (75,78%). Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Triwulan III Realisasi Belanja Daerah Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III- 215 turut menguat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 6,% dari APBD pada triwulan III-215, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,3%). Menguatnya serapan belanja daerah turut mendorong menguatnya pertumbuhan ekonomi. Menguatnya serapan belanja daerah utamanya bersumber dari komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan. Realisasi serapan belanja pegawai tercatat sebesar 66,3% pada triwulan III-215, lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya pada KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 56

77 Bab IV. Keuangan Daerah periode yang sama (6,8%). Penguatan serapan juga terjadi pada bantuan keuangan dan bantuan sosial. Belanja Modal menguat tipis,2% dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, realiasi serapan belanja barang dan jasa melemah namun secara nominal meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.menguatnya belanja modal dan belanja operasi adalah sinyal positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi daerah. Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel Rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat lebih rendah. Pada triwulan III-215 rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 16,85% lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya 19,4%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Triwulan III-215 KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 57

78 Bab IV. Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 58

79 Bab IV. Keuangan Daerah BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 59

80 Bab IV. Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 6

81 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 215 terdapat peningkatan tingkat pengangguran dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, sejumlah indikator dan informasi mengindikasikan adanya perbaikan kondisi tenaga kerja pada sektor tertentu pada triwulan-iii 215. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-215 masih belum pulih meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Statistik ketenagakerjaan rilis BPS bulan Agustus 215 masih menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 4,92% dari sebelumnya 3,8%. Jumlah angkatan kerja dan jumlah orang bekerja masing-masing naik sebesar 45,9 ribu orang dan 22,4 ribu orang dibandingkan Agustus 214, namun jumlah pengangguran juga naik sebesar 23,9 ribu orang dalam kurun waktu tersebut. Di sisi lain, meningkatnya persentase jumlah angkatan yang bekerja pada sektor formal, yang didominasi oleh pekerja buruh/karyawan, merupakan dampak dari kenaikan pertumbuhan ekonomi, meskipun masih terbatas. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi Kalimantan Selatan Periode Agustus Agustus 215 (ribu jiwa) Uraian Ags 212 Ags 213 Ags 214 Ags 215 Penduduk Angkatan Kerja (jiwa) 1, ,9.35 1, , a. Bekerja (jiwa) , , ,889.5 b. Pengangguran (jiwa) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengganguran Terbuka (%) Pekerja Tidak Penuh a. Setengah Pengangguran *) (jiwa) b. Pekerja Paruh Waktu **) (jiwa) Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 215 dan 214, BPS Kalsel, diolah KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 61

82 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% Grafik 5.1. Komposisi Pekerja berdasarkan status Pekerjaan % Sumber: BPS Kalsel (diolah) Aug-12 Aug-13 Aug-14 Aug-15 Grafik 5.2. Perkembangan tingkat pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan Grafik 5.3. Komposisi Pekerja berdasarkan Status Pekerjaan (%, Agustus 215) Karyawan/Pegawai 2 Berusaha Sendiri FORMAL NON FORMAL Berusaha dibantu buruh tidak tetap 3 Berusaha dibantu buruh tetap Sumber: BPS Kalsel (diolah) 15 7 Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Dari sisi jenjang pendidikannya, kenaikan tingkat pengangguran paling besar terjadi pada jenjang diploma/universitas dan SMA. Pada jenjang diploma/universitas, kenaikan pengangguran dari 4,11% pada Agustus 214 menjadi 6,86% pada Agustus 215, sedangkan pada jenjang SMA, kenaikan pengangguran menjadi 8,46% dari 7,6% pada Agustus 214. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 62

83 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tabel 5.2. Persentase Penduduk Kalimantan Selatan Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 213 Februari 215 (%) Lapangan Pekerjaan Utama Agust 212 Agust 213 Agust 214 Agust 215 Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya *) Total Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 215 dan 214, BPS Kalsel, diolah *) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan di sepanjang triwulan III-215 mengindikasikan sedikit kenaikan pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah perusahaan contact liaison menginformasikan masih mempertahankan karyawannya, khususnya pada sektor PHR, sedangkan sektor pertanian dan sektor tambang masih cenderung melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja sebagai salah satu kebijakan mereka terkait dengan penurunan permintaan. Indikasi kenaikan jumlah tenaga kerja tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-215 yang tercermin dalam angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar 2,63% yang berarti bahwa terdapat peningkatan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada triwulan III-215 terjadi pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami kontraksi maupun perlambatan pada triwulan ini. Grafik 5.4. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 63

84 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan adanya sedikit optimistisme yang memperlihatkan indeks ketersediaan lapangan kerja disepanjang triwulan III-215 yang tercatat sebesar 87,5 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,. Namun demikian, angka indeks yang berada di bawah 1 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat ketersediaan lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan masih akan berlangsung sebagaimana terlihat pada adanya sedikit perbaikan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat dari 7,8 pada triwulan II-215 menjadii 78,1 pada triwulan laporan KESEJAHTERAAN Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan perbaikan yang signifikan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga mengalami penurunan yang terkonfirmasi dalam sejumlah indikator Daya beli Masyarakat Daya beli masyarakat terindikasikan melemah pada triwulan III-215. Hasil Survei Konsumen Kota Banjarmasin di triwulan III-215 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar 11,, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 119,. Selanjutnya, sejalan dengan pengaruh nuansa perlambatan ekonomi pada triwulan sebelumnya, ekspektasi penghasilan masyarakat dalam enam bulan yang akan datang juga relatif menurun sebagaimana ditunjukkan oleh indeks ekspektasi penghasilan yang lebih rendah pada triwulan III-215, yaitu sebesar 147,1 dari sebelumnya 148,8. Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan Nilai Tukar Petani Pada triwulan III-215, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani tercatat sebesar 99,7 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,6. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 64

85 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan harga yang dibayar petani (Ib) ketika harga yang diterima petani (lt) mengalami sedikit penurunan. Kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib) oleh petani pada triwulan ini secara umum disebabkan oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pada periode Idul Fitri dan Tahun Baru Hijriyah di awal dan di akhir triwulan III-215, sedangkan melambatnya indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh penurunan NTP tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan rakyat. Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 212) Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 85,12 menurun dari angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 86,78 poin. Rendahnya angka NTP subsektor perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang masing-masing tercatat sebesar 111,27 dan 11,37 karena harga komoditas ternak dan ikan yang relatif tinggi pada triwulan III-215. KEKR Tw.III 215 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 65

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOVEMBER 2016 i Bank Umum (Rp miliar) INDIKATOR 2014 2015 2014 2015 2016 Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw -

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

i

i i BAB I BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI triwulan I 2016 3,97% yoy SEKTORAL triwulan IV 2015 4,14% yoy PERMINTAAN TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR Tw IV 15-0.66% yoy Tw I 16-5.09% yoy Tw IV 15-0.9%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017 Gambar: Pasar Terapung Lok Baintan, Kab. Banjar,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015 Rakordal KALTENG 2015 Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook 2015 19 Oktober 2015 Outline 1 Perekonomian Nasional PDB Inflasi Rupiah Outlook 2015 3 Perekonomian Proyeksi PDRB Target Inflasi Kalteng

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MEI 2017 FEBRUARI 2017 Gambar: Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Photo by : Yuyus Sera. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Photo by : Yuyus Sera. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER 2016 1 Photo by : Yuyus Sera KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 Rakordal KALTENG Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 2015 PEREKONOMIAN NASIONAL Triwulan III 2015 PDB Tw III-15: 4,73% gpdrb negatif Perbaikan perekonomian terjadi di Jawa, sementara ekonomi

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i Halaman ini sengaja dikosongkan Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci