Halaman ini sengaja dikosongkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Halaman ini sengaja dikosongkan"

Transkripsi

1

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan periode triwulan IV-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran dan pengedaran uang rupiah, keuangan daerah, ketenagakerjaan, kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 4,14% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,86% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring berkurangnya kontraksi ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat 5,14% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (7,28%, yoy), utamanya dipengaruhi oleh penurunan tekanan inflasi pangan seiring baiknya kapasitas dan pasokan serta koreksi harga BBM. Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kredit perbankan pada triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,05% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan khususnya batubara. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, transaksi kliring tercatat tumbuh meningkat. Sementara itu, pengelolaan uang rupiah mencatatkan net outflow. BAB I Pada triwulan I-2016 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,3% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan sejalan dengan membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan pada akhir akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target inflasi 4±1%. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan i

6 Kata Pengantar Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik. Banjarmasin, 23 Februari 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HARYMURTHY GUNAWAN Direktur KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ii

7 Daftar Tabel DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... vii KETERANGAN DAN SUMBER DATA... ix TABEL INDIKATOR TERPILIH... xi INFOGRAFIS xii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor Transportasi dan Komunikasi Sektor Konstruksi BOKS 1. Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan BOKS 2. Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN, DAN PUR Stabilitas Sistem Keuangan Intermediasi Perbankan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iii

8 Daftar Tabel Ketahanan Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perbankan Syariah Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR) Transaksi Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah Kartal Lembar Temuan Uang Palsu BOKS 3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) BOKS 4. Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) BAB 4. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan Daya Beli Masyarakat Nilai Tukar Petani BAB 6. PROSPEK EKONOMI Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro Prakiraan Inflasi DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iv

9 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan... 9 Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor) Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahun Tabel 2.4. Andil Deflasi Tahunan Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Tabel 3.7. Jumlah Lembar Temuan Uang Palsu Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-kalimantan Selatan Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Tabel 4.7. APBD Pemetinah Provinsi Kalimantan Selatan Tabel 4.7. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan v

10 Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vi

11 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor... 8 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional... 8 Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin Grafik 1.5. Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga 10 Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan Grafik Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan Grafik Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan Grafik Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Grafik 1.16 Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan Grafik Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan.. 17 Grafik Perkembangan Permintaan Batubara Domestik Grafik Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik Grafik Produksi Padi Kalsel Grafik Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Grafik Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang Grafik Produksi Padi Kalimantan Selatan Grafik Produksi TBS Kalimantan Selatan Grafik Produksi Karet Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan Grafik Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor CPO Grafik Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Perkembangan Volume Muat Semen Grafik Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti Grafik Tingkat Hunian Hotel Grafik Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti Grafik Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III Grafik 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq) Grafik 2.4 Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel Grafik 3.2. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya Grafik 3.4. Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vii

12 Daftar Grafik Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Grafik Pangsa Kredit Konsumsi Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi Grafik Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik Pangsa Kredit UMKM Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM Grafik Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah Grafik Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah Grafik Transaksi Kliring Grafik Inflow/Outflow Uang Kartal (Level) Grafik Inflow/Outflow Pertumbuhan Grafik Rasio UTLE/Total Inflow Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan DAFTAR GAMBAR Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Gambar B1.2 Skor Penyusun LPI dan Ranking Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan Gambar B2.1 Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih di Kalimantan Selatan Gambar B4.1 Pencantuman Harga KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan viii

13 Keterangan dan Sumber Data BAB II KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder Departemen Statistik, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data-data lainnya berasal dari publikasi instansi, pemerintahan maupun swasta, juga publikasi data berbayar. Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis. Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara. Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ix

14 Keterangan dan Sumber Data Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan x

15 Tabel Indikator Terpilih TABEL INDIKATOR TERPILIH a. Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010) INDIKATOR IHK Kalimantan Selatan Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) IHK Tanjung Inflasi Tanjung (y-o-y) TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar) Pertanian 16,862 18,753 20,424 3,544 5,078 5,797 4,334 3,897 5,580 6,400 4,548 Pertambangan & Penggalian 33,386 34,438 31,968 8,875 8,721 8,527 8,315 8,189 7,953 7,949 7,878 Industri Pengolahan 14,971 16,568 18,412 3,767 4,118 4,333 4,350 4,194 4,514 4,780 4,923 Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan 7,978 9,192 10,627 2,032 2,228 2,413 2,518 2,408 2,524 2,761 2,934 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11,357 13,118 14,914 2,902 3,175 3,471 3,570 3,352 3,598 3,932 4,031 Pengangkutan dan Komunikasi 10,033 11,573 13,051 2,634 2,779 3,036 3,125 3,016 3,170 3,381 3,484 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 6,823 7,775 8,600 1,859 1,916 1,971 2,030 2,070 2,078 2,219 2,233 Jasa 13,975 15,918 18,860 3,650 3,854 4,120 4,295 4,283 4,551 4,934 5,091 Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 5.33% 4.85% 3.84% ,473 9,053 8,914 2,200 2,023 1,784 1,799 1,659 1,410 1,352 1, , , ,387 36,932 34,918 32,153 33,308 31,318 25,747 28,162 27, b. Stabilitas Sistem Keuangan INDIKATOR Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Total Asset 45,707 49,541 53,450 45,457 50,192 50,612 49,541 48,521 53,060 57,118 53,450 DPK 36,229 37,248 38,679 36,152 38,447 38,799 37,248 37,155 40,274 41,330 38,679 Giro 7,697 8,216 7,404 8,228 10,547 10,206 8,216 8,162 10,654 10,911 7,404 Tabungan 19,911 20,055 21,969 18,785 18,639 18,714 20,055 18,294 18,509 19,627 21,969 Deposito 8,621 8,977 9,305 9,138 9,261 9,879 8,977 10,699 11,111 10,792 9,305 Kredit - Lokasi Proyek 42,761 48,218 51,001 43,796 45,600 48,005 48,218 48,661 49,471 50,264 51,001 Modal Kerja 14,540 15,463 16,629 14,670 14,749 15,772 15,463 15,843 16,430 16,685 16,629 Investasi 13,181 17,347 16,187 13,853 15,030 16,048 17,347 15,946 15,724 15,822 16,187 Konsumsi 15,040 15,408 18,185 15,274 15,821 16,185 15,408 16,872 17,317 17,757 18,185 LDR - Lokasi Proyek % % % % % % % % % % % NPL 1.38% 2.62% 3.10% 1.78% 2.22% 2.79% 2.62% 3.23% 3.60% 3.62% 3.10% c. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Indikator Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Inflow Kas (Rp miliar) 7,599 7,913 8,161 2,666 1,881 3,120 1,948 2,649 2,028 2,876 1,292 Outflow Kas (Rp miliar) 5,563 5,574 6,074 1,020 1,304 2,096 1, ,681 2,025 1,371 Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 230, , ,227 60,789 67,933 69,419 71,303 56,117 67,694 63,360 Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) , Nominal Kliring (Rp Miliar) 16,655 16,874 17,606 4,227 4,269 4,190 4,572 3,962 4,002 3,908 4,280 Volume Kliring (ribu lbr) Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 8,041 8,133 8,493 2,207 3,050 2,384 2,948 2,286 1,723 2,143 2, KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xi

16 Tabel Indikator Terpilih PERTUMBUHAN EKONOMI triwulan IV 4,14% yoy SEKTORAL triwulan III 3,86% yoy PERMINTAAN TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR Tw III -0.2% yoy Tw IV -0.7% yoy Tw III 3.1% yoy Tw IV -0.9% yoy Tw III 4,9% yoy Tw IV 4,8% yoy Tw III 0,2% yoy Tw IV -21,4% yoy SSK SP PUR P. Asset (yoy) 12,9% 7,9% Transaksi P. DPK (yoy) P. Kredit (yoy) NPL Tw III 6,5% 3,8% 4,7 % Tw IV 4,1% 3,6 % 3,6% Pertumbuhan Ekonomi Tw I: 4,1-4,3%yoy Kliring Tw III -6.7% yoy Sistem Pembayaran Rp4,3T Tw IV -6.4% yoy Pengelolaan Uang Rupiah INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW Rp1,37T Rp1,29T Rp0,8T 2016: 3,9-4,3%yoy OUTL KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xii

17 Tabel Indikator Terpilih PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN triwulan IV INFLASI 5,14% yoy triwulan III 7,03% yoy Vol. Foods Adm. Price Core Tw III 5,5% yoy Tw IV 4.0% yoy Tw III 10.0% yoy Tw IV 2.9% yoy Tw III 6,7% yoy Tw IV 6.0% yoy OOK APBD Realisasi Pendapatan 97,3% Realisasi Belanja 90,9% Tw I: 5,3-5,5%yoy KESEJAHTERAAN Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Tw III 87,5 Tw IV 86,3 Indeks Penghasilan Tw III Tw IV Nilai Tukar Petani Tw III 99,8 Inflasi 2016: 3,0-5,0%yoy Tw IV 99,3 KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiii

18 Tabel Indikator Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiv

19 Tabel Indikator Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xv

20 Tabel Indikator Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xvi

21 RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92% 1 (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85% yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara mitra lainnya meningkat. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy). Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas 1 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy). KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1

22 Tabel Indikator Terpilih volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal dan Tahun Baru STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian yang trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit perbankan pada Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (4,71% yoy). Perlambatan utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik yang ditunjukkan oleh turunnya Non Performing Loan (NPL). Sementara itu, pada sisi pengelolaan uang rupiah, mencatatkan net outflow. KEUANGAN DAERAH Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 lebih baik dibandingkan dengan Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga momentum dan mendorong perbaikan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi pada tahun 2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu sebesar 97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%). KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah. Berdasarkan hasil liaison dan Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia terdapat indikasi penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan masih melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PROSPEK EKONOMI Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian didorong oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan sektor pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2

23 Tabel Indikator Terpilih sehubungan perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan perbaikan kinerja sektoral. Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor pertambangan dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan kondisi sektoral yang membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang tercermin pada kondisi korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT diprakirakan juga akan tumbuh meningkat. Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target inflasi 4+1%. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3

24 Tabel Indikator Terpilih Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4

25 Tabel Indikator Terpilih BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5

26 Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 6

27 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92% 2 (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85% yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara mitra lainnya meningkat. 2 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 7

28 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama Tahun 2015 Sumber: Trading Economics (diolah) 1.1. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2015 bersumber dari meningkatnya pertumbuhan investasi seiring positifnya sentimen pelaku usaha terhadap kondisi usaha ke depan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh relatif stabil didukung terjaganya daya beli sehubungan dengan inflasi yang menurun serta masih baiknya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. Secara tahunan, pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan masih ditahan oleh kinerja ekspor serta investasi yang lebih hati-hati dan terbatas pada beberapa sektor. Meski demikian, di tengah perlambatan kinerja ekspor, belanja pemerintah berhasil didorong sehingga berperan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, daya beli masyarakat terjaga dengan baik didukung lebih rendahnya inflasi Kalimantan Selatan pada tahun ini. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 8

29 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga (RT) Konsumsi RT pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 4,83% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% 3 (yoy). Stabilnya pertumbuhan konsumsi RT tercermin pada membaiknya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin meskipun masih terkontraksi yakni dari -11,84% (yoy) menjadi -11,57% (yoy). Kondisi pendapatan yang masih terbatas sebagaimana tercermin pada Indeks Pendapatan Rumah Tangga yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mengindikasikan konsumsi yang lebih hati-hati. Indeks pendapatan RT masih dalam level yang optimis namun tercatat menurun dari menjadi Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan agak menurun, terlihat pada pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan IV-2015 tercatat melambat menjadi 8,44% (yoy) dari 9,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi RT Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat sebesar 4,87% yoy, stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi RT pada tahun sebelumnya (4,88% yoy). Stabilnya konsumsi RT disebabkan kondisi sektor utama yang menurun sehingga menjadi penahan bagi tingkat pendapatan. Namun, inflasi yang menurun dari tahun sebelumnya membantu terjaganya daya beli masyarakat. 3 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 5,67% (yoy) menjadi 4,88% (yoy). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 9

30 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin Grafik 1.5.Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 10

31 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,54% 4 (yoy). Perlambatan disebabkan oleh akselerasi serapan belanja pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota yang lebih dahulu terjadi pada triwulan-iii Secara keseluruhan tahun, belanja pemerintah berhasil didorong realisasinya sehingga turut menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi. Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat dari 2,67% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,64% (yoy) pada tahun Hal ini tercermin pada realisasi serapan belanja Pemerintah Provinsi pada tahun 2015 tercatat sebesar 90,9%, lebih tinggi dari serapan tahun lalu yang sebesar 89,5% Investasi Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,57% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,32% (yoy). Peningkatan pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terjadi baik pada investasi bangunan maupun nonbangunan. Pada triwulan laporan investasi bangunan tumbuh lebih kuat, sejalan dengan membaiknya pertumbuhan penjualan semen. Sementara itu investasi nonbangunan tumbuh lebih terbatas, tercermin dari pertumbuhan nilai impor barang modal industri yang termoderasi dari 181,16% (yoy) menjadi -4,75% (yoy). Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan investasi cenderung terbatas, yaitu dari 5,79% pada tahun 2014 menjadi 5,35% pada tahun Hal ini dipengaruhi tren perkembangan ekspor sehingga pengusaha lebih berhati-hati dalam merealisasikan investasinya pada subsektor tertentu yang dinilai prospektif. Sementara itu, peningkatan investasi bangunan terindikasi dari pertumbuhan penjualan semen yang membaik yaitu dari -35,0% (yoy) menjadi -34,6% (yoy) pada triwulan IV Tidak ada pembangunan infrastruktur fisik baru dengan nilai proyek besar pada triwulan IV-2015, pembangunan bersifat lanjutan dari proyek yang sudah ada meliputi pembangunan sejumlah sarana irigasi (Amandit, Batang Alai, Balangan dan Tapin), jalan dan jembatan serta investasi di sektor swasta meliputi renovasi gedung perkantoran dan pengembangan properti. Demikian perkembangan pembangunan infrastruktur sebagaimana dirilis dari data Building and Construction Interchange (BCI). 4 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2015 dari 6,53% (yoy) menjadi 12,54% (yoy). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 11

32 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Di tengah perlambatan kinerja sektor utama, peran pemerintah sudah cukup baik dalam berupaya mendorong investasi melalui realisasi pembangunan infrastruktur. Sejumlah infrastruktur vital akhirnya dapat terealisasi pada tahun 2015 seperti pembangunan Bandara Syamsudin Noor dan Bendungan Tapin. Tidak hanya investasi pemerintah, investasi swasta baik pada kelompok industri maupun bisnis tercatat terealisasi pada tahun 2015 seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan kantor swasta. Sejumlah pelaku usaha dari kelompok industri tetap melakukan investasi untuk keberlangsungan bisnis ke depan baik dari sisi maintenance maupun yang mendukung ekpansi bisnis 5. Pada kelompok industri kelapa sawit, sejumlah perusahaan kelapa sawit masih melakukan replanting (terkait aturan mengenai Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) dan perbaikan infrastruktur yang mendukung bisnis hulu hingga hilir seperti pembangunan jalan dan dermaga khusus. Sementara itu perusahaan yang lebih besar melakukan investasi yang lebih bersifat forward looking seperti pembangunan infrastruktur biodiesel. 5 Mengacu kepada hasil liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2015 ke sejumlah perusahaan kelapa sawit, karet dan plywood. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 12

33 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 13

34 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan Grafik Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan Pada triwulan-iv 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar 448 juta dolar AS atau tumbuh 322,24% (yoy), relatif tidak bergerak jauh bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 354,34% (yoy). Pada triwulan yang sama penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp1,09 triliun atau tumbuh 189,82% (yoy) meningkat signifikan dibanding triwulan III-2015 yang tumbuh terkontraksi -98,41% (yoy). Pada tahun 2015 Total PMA yang masuk ke Kalimantan Selatan tercatat sebesar 961 juta dolar AS (ekuivalen Rp 12,87 triliun), naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 502 juta dolar AS (ekuivalen Rp 5,97 triliun). Sementara PMDN tercatat sebesar Rp2,06 triliun, menurun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,61 triliun. Pada tahun 2015, investasi agregat (PMA dan PMDN) terbesar berasal dari industri mineral non logam (industri semen asing, murni PMA) disusul oleh investasi di sektor tanaman pangan dan perkebunan (didominasi oleh perkebunan dan 89,99% didominasi oleh PMA) serta pertambangan (PMA perusahaan besar di Tabalong). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 14

35 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan Grafik Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan PMDN Kalimantan Selatan (Juta USD), 2015 Sektoral Nilai % Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan El % Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi % Hotel dan Restoran % Tanaman Pangan dan Perkebunan % Perdagangan dan Reparasi % Lainnya % Total 2, % Sumber: BKPM (diolah) Perkembangan Ekspor Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -21,45% (yoy), terkontraksi relatif dalam bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,18% 6 (yoy) karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih melambat dan harga batubara yang masih menurun. Secara keseluruhan tahun, ekspor Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh - 6,95% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar -0,71% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan negara-negara mitra yang umumnya melambat sebagaimana halnya pertumbuhan ekonomi dunia. Mengacu kepada aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, tercatat bahwa pertumbuhan volume muat ke luar negeri pada triwulan laporan terkontraksi hingga - 19,47% (yoy). Sementara itu pertumbuhan volume muat ke luar negeri sepanjang tahun 2015 terkontraksi hingga -5,64% (yoy) 6 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 8,01% (yoy) menjadi 0,18% (yoy) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 15

36 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi -29,88% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -24,21% (yoy). Sementara itu volume ekspor terkontraksi -17,46% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -12,41% (yoy). Kontraksi ekspor luar negeri utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor batubara khususnya ke Tiongkok dan Jepang. Perekonomian Tiongkok tercatat tidak tumbuh meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan laporan tercatat melambat seiring pertumbuhan investasi dan konsumsi domestik yang masih lemah. Penurunan permintaan batubara dari Tiongkok dan Jepang meredam peningkatan permintaan batubara dari India dan ASEAN pada triwulan laporan. Grafik 1.14.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Grafik 1.15.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan mencapai 73,48% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (17,49%), kayulapis (4,44%) dan karet alam serta olahan (2,87%). Dari sisi tren pertumbuhan, pada triwulan berjalan hanya ekspor CPO yang tumbuh meningkat sementara komoditas lain baik batubara, karet alam maupun plywood tumbuh melambat. Sementara itu secara tahunan ekspor seluruh komoditas tercatat tumbuh melambat. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 16

37 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015 Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan Grafik Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015 Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Meningkatnya pertumbuhan ekspor CPO pada triwulan laporan utamanya berasal dari Italia dan Pakistan. Meski tingkat permintaan dunia akan CPO dipercaya akan selalu positif namun kebijakan ketat terhadap komoditas CPO menahan ekspor CPO ke sejumlah negara seperti India (proteksi petani minyak nabati lokal melalui pengaturan bea impor CPO) dan sejumlah negara di Eropa (terkait isu lingkungan). Pertumbuhan ekspor CPO ke India pada triwulan laporan tercatat melambat sejalan dengan peningkatan bea impor CPO dari 7,5% menjadi 12,5%. Ekspor antardaerah pada triwulan IV-2015 terindikasi tumbuh meningkat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan volume muat dalam negeri pada komoditas batubara dan kelapa sawit. Domestic Market Obligation (DMO) terindikasi meningkat, hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas industri di kawasan Jawa. Penjualan listrik industri di Jawa Timur dan Jawa Tengah tumbuh meningkat pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu peningkatan ekspor antar daerah pada komoditas kelapa sawit meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi makanan dan minuman bertepatan dengan adanya libur Natal dan tahun baru. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 17

38 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.20.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik Grafik 1.21.Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik Perkembangan Impor Impor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -26,02% (yoy), terkontraksi cukup dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,51% 7 (yoy). Dengan demikian impor Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni sebesar -8,80% (yoy) sementara pada tahun sebelumnya impor tumbuh -2,44% (yoy). Perlambatan impor dalam negeri pada triwulan laporan utamanya merespons perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah relatif stabilnya konsumsi RT (bongkar barang kebutuhan pokok dalam negeri). Di sisi lain, impor luar negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari luar negeri tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi nonbangunan yang mendorong impor barang modal khususnya mesin dan peralatan. Secara umum kontraksi impor yang lebih dalam pada tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan pertumbuhan investasi yang masih terbatas serta konsumsi RT yang tumbuh stabil. Grafik Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti Grafik Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan 7 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 13,41% (yoy) menjadi 2,51% (yoy) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 18

39 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional % yoy Grafik Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang Mesin & peralatan Material mentah Bahan Kimia -100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Data: Ekspor Impor KPw BI Kalsel (diolah) Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar 97,70 juta dolar AS meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 64,18 juta dolar AS. Dari sisi volume, impor luar negeri tercatat sebesar 56,08 ribu ton (tumbuh 11,72% yoy) menjadi 86,02 ribu ton (tumbuh 61,44% yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya berasal dari barang modal industri seperti mesin dan peralatan. Sementara itu volume impor dalam negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari dalam negeri tumbuh sedikit membaik meski masih terkontraksi yakni dari % (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi -12,83% (yoy) pada triwulan laporan SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV bersumber dari pertumbuhan industri pengolahan, PHR, transportasi dan komunikasi serta konstruksi yang didorong oleh masih baiknya permintaan domestik. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru masuknya masa tanam pada triwulan IV Secara keseluruhan tahun 2015, perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh melambat terkait melambatnya pertumbuhan negara mitra secara umum sebagaimana melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini berimplikasi pada terkontraksinya ekspor dan menurunnya kinerja sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sektor utama lainnya yakni sektor industri pengolahan selama tahun 2015 tumbuh relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terkait masih baiknya permintaan CPO dari domestik. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 19

40 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor) Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 20

41 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan IV-2015 tumbuh terkontraksi sebesar -0,90% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,06% 8, yoy). Kontraksi yang terjadi pada pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan utamanya disebabkan oleh turunnya produksi padi dan karet. Meski luas tanam pada triwulan sebelumnya tercatat lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, sejalan dengan dampak comparative advantage El Nino terhadap luas tanam. Efek positif El Nino tidak teroptimalkan pada triwulan IV-2015 sehingga terjadi penurunan produksi pada triwulan laporan. Produksi padi pada triwulan IV-2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -37,71% (yoy). Secara keseluruhan tahun, sektor pertanian Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh 2,38% (yoy), melambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 4,47% (yoy). Hal ini tercermin pada pertumbuhan produksi padi yang tumbuh melambat menjadi 2,85% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92% (yoy). Perlambatan produksi padi utamanya disebabkan penurunan produktivitas terkait faktor cuaca yang kurang mendukung. Efek negatif El Nino pada triwulan IV-2015 yang berimplikasi pada kondisi kering turut berdampak pada subsektor perkebunan karet di mana produksi karet tercatat tumbuh melambat dari 8,83% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,52% (yoy) pada triwulan laporan. Meski demikian secara tahunan produksi karet meningkat pesat dari 30,76 ribu ton pada tahun 2014 menjadi 35,71 ribu ton atau tumbuh 16,09% (yoy), meningkat dari tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,99% (yoy). Meski harga karet terus turun, perkebunan karet umumnya tetap beroperasi. Pemutusan hubungan kerja pada perusahaan karet PMDN tercatat hampir tidak ada 9 seiring upaya efisiensi yang dilakukan perusahaan. Isu lingkungan juga tidak terlalu berdampak pada perkebunan karet dan restriksi ekspansi lahan karet kontra lahan pertanian padi telah lama diselesaikan melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Program Perubahan Jarak Tanam Karet antara Kepala Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dirjen Tanaman pangan dan Hortikultura, Dirjen Perkebunan, Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertanian Kalimantan Selatan pada triwulan III dari 3,89% (yoy) menjadi 3,06% (yoy) 9 Disampaikan oleh Gapkindo Kalselteng dalam FGD terkait dampak paket kebijakan terhadap keberlangsungan sektor utama Kalimantan Selatan, 13 Januari 2016 KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 21

42 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.25.Produksi Padi Kalimantan Selatan Grafik Produksi TBS Kalimantan Selatan Grafik Produksi Karet Kalimantan Selatan Berbeda dengan padi dan karet, produksi tandan buah segar (TBS) pada triwulan IV-2015 tumbuh meningkat menjadi 15,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,89% (yoy). Produksi TBS meningkat secara gradual menjelang akhir tahun sejalan dengan meningkatnya luas kebun produktif setelah produksi tertahan pada triwulan-triwulan sebelumnya di Peningkatan produksi yang baru terjadi pada triwulan akhir tidak dapat mendorong pertumbuhan produksi secara tahunan. Produksi TBS pada tahun 2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -18,19% (yoy) sementara pada tahun sebelumnya masih dapat tumbuh 0,84% (yoy) Sektor Pertambangan Pada triwulan IV-2015 sektor pertambangan Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni sebesar -0,66% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh -0,18% 10 (yoy). Hal ini disebabkan masih lemahnya permintaan Tiongkok dan terus menurunnya harga batubara sebagaimana tren penurunan harga minyak internasional. 10 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari -0,27% (yoy) menjadi -0,18% (yoy) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 22

43 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara keseluruhan tahun, sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,71% (yoy), melambat dibandingkan tahun 2014 yang tercatat tumbuh 2,25% (yoy). Hal ini disebabkan tren penurunan permintaan Tiongkok maupun negara lainnya. Selain itu, harga batubara juga lebih rendah yaitu sebesar 61,63 dolar AS pada tahun 2015, menurun dari 75,14 dolar AS pada tahun Perusahaan tambang batubara terbesar di Kalimantan Selatan merevisi target produksinya ke bawah hingga dua kali selama tahun 2015 sejalan dengan keyakinan bahwa harga belum akan membaik pada tahun tersebut. Meski demikian di tengah melambatnya perekonomian, lepas dari semester pertama tahun 2015, pemerintah meluncurkan sejumlah paket kebijakan untuk menstimulus perekonomian nasional khususnya sektor manufaktur sehingga pada akhirnya meningkatkan permintaan energi dalam negeri yang mendorong penyerapan batubara domestik (DMO). Meski DMO terindikasi meningkat pada triwulan akhir 2015, secara tahunan capaian DMO Kalimantan Selatan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Berbeda dengan kondisi permintaan domestik, volume ekspor batubara ke luar negeri pada triwulan laporan tercatat tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni dari -11,28% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -19,19% (yoy) pada triwulan laporan. Kontraksi ekspor yang dalam pada triwulan IV-2015 disebabkan oleh menurunnya permintaan batubara dari Tiongkok meski permintaan dari India dan ASEAN membaik sementara itu secara tahunan kontraksi ekspor didorong oleh melambatnya permintaan dari India dan ASEAN. Secara tahunan ekspor batubara Kalimantan Selatan pada tahun 2015 terkontraksi semakin dalam yakni -18,84% (yoy) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar -11,28% (yoy). Grafik Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 23

44 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan Grafik Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan Sektor Industri Pengolahan Industri pengolahan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,19% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,27% 11 (yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman (kelapa sawit) subsektor subsektor industri mineral nonlogam (semen). Secara keseluruhan tahun, industri pengolahan Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh sebesar 3,50% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,59% (yoy) seiring permintaan luar negeri yang terbatas di tengah permintaan domestik yang relatif masih baik. 11 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 1,88% (yoy) menjadi 2,27% (yoy) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 24

45 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor CPO Grafik Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Perkembangan Volume Muat Semen Sejalan dengan meningkatnya pasokan TBS pada triwulan laporan, produksi CPO tumbuh meningkat menjadi 11,04% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh -1,52% (yoy). Peningkatan permintaan utamanya berasal dari Italia sementara itu permintaan dari Tiongkok masih melemah serta permintaan dari India turun seiring dengan adanya kenaikan bea impor CPO dari 7,5% menjadi 12,5%. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada industri semen, terindikasi dari volume muat semen yang meningkat signifikan pada triwulan laporan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor PHR pada triwulan IV-2015 tumbuh 7,79% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26% 12 (yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini utamanya bersumber dari perdagangan barang modal terkait dengan aktivitas investasi yang meningkat pada triwulan laporan. 12 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 7,51% (yoy) menjadi 7,26% (yoy) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 25

46 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara keseluruhan tahun 2015 sektor PHR tumbuh 7,61%, melambat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 7,90%. Melemahnya sektor PHR bersumber dari penurunan perdagangan besar dan ecaran, reparasi mobil dan sepeda motor maupun penyediaan akomodasi dan makan minum. Perlambatan aktivitas perdagangan ditandai dengan melambatnya pertumbuhan volume total bongkar dan muat dari 3,97% (yoy) menjadi -4,87% (yoy). Perlambatan aktivitas bongkar muat mulai terjadi sejak tahun 2013, sejalan dengan dimulainya tren penurunan pertumbuhan sektor PHR. Sementara penurunan bisnis akomodasi dan makan minum juga terjadi. Bisnis akomodasi menurun sejalan dengan tren penurunan tingkat hunian (occupancy rate) sejak tahun 2013, sejalan dengan perlambatan kinerja sektor utama. Perlambatan pada sektor PHR juga dapat tercermin dari penerimaan retribusi yang banyak tidak mencapai target, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Grafik Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti Grafik Tingkat Hunian Hotel Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 26

47 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Transportasi dan Komunikasi Sektor transportasi pada triwulan IV-2015 tumbuh 8,56% (yoy), meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,94% [1] (yoy). Impor daerah akan bahan kebutuhan pokok pada triwulan laporan tercatat tumbuh membaik dan produksi TBS serta ekspor CPO meningkat. Dengan demikian arus pengangkutan darat meningkat. Sementara itu arus pengangkutan sungai danau dan penyeberangan serta udara terindikasi melambat sejalan dengan masih melambatnya sektor pertambangan. Meski demikian kapasitas pelabuhan dan prasarana penunjangnya menjadi faktor yang mendorong terjaganya kinerja sektor ini. Di sisi lain mulai dikomersialisasikannya layanan telekomunikasi generasi ke-4 atau 4G LTE, menjadi sumber pertumbuhan baru sektor komunikasi. Secara keseluruhan tahun, sektor transportasi dan komunikasi tumbuh relatif stabil yaitu 7,65% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 7,64% (yoy). Grafik Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Trisakti Grafik Arus Penumpang di Bandara Syamsudin Noor Sektor Konstruksi Sektor konstruksi pada triwulan IV-2015 tumbuh 9,76% (yoy), meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,34% 13 (yoy). Peningkatan sektor konstruksi pada triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan investasi yang meningkat dari 5,32% (yoy) menjadi 5,57% (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi munculnya sentiment positif terhadap prospek ekonomi ke depan. Secara keseluruhan tahun 2015 sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat yaitu 6,26% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 6,39% (yoy). Hal ini terkait pengaruh lemahnya pertumbuhan sektor utama yang membuat pelaku usaha lebih selektif dalam melakukan investasi, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi dari 5,79% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,35% (yoy) pada tahun 2015 [1] BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 6,28% (yoy) menjadi 6,94% (yoy) 13 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor konstruksi Kalimantan Selatan pada triwulan III dari 3,44% (yoy) menjadi 4,34% (yoy) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 27

48 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BOKS 1 Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan Perlambatan Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Proses rebalancing perekonomian Tiongkok dari ketergantungan terhadap ekspor dan investasi kepada penguatan konsumsi domestik berdampak pada negara mitra dagangnya dan pada akhirnya kepada perekonomian dunia. Tidak hanya itu, reorientasi penggunaan energi juga dilakukan oleh Tiongkok setelah pertumbuhan industri yang pesat menyumbang besar pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Perlambatan ekonomi Tiongkok juga berdampak kepada Indonesia dan Kalimantan Selatan. Dengan pangsa ekspor yang besar pada PDRB dan komoditas ekspor yang masih terkonsentrasi khususnya pada batubara, terhitung sejak tahun 2013, pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatam terus terkontraksi lebih dalam. Lokasi pertambangan batubara yang banyak terletak di luar pusat kota pada awalnya mendorong perekonomian daerah tersebut hingga boom harga komoditas berakhir dan sejumlah usaha tambang mulai ditinggalkan. Perekonomian sejumlah kabupaten tercatat ikut lesu, aktivitas perdagangan turun dan banyak bisnis penginapan mengalami penurunan occupancy rate hingga akhirnya tutup. (a) Perkotaan (b) Pedesaan Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 Sumber: Susenas - Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi (Maret 2015), dalam ribu rupiah Meski hanya angka kemiskinan kota yang tercatat meningkat, pengeluaran per kapita di pedesaan terpusat pada tingkat pendapatan menengah ke bawah yakni 59,26% masyarakat pedesaan memiliki pengeluaran per kapita di bawah Rp 750 ribu per bulan. Dengan demikian penting untuk tetap memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi di tengah tingkat pendapatan masyarakat yang turun khususnya kebutuhan pangan. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 28

49 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Ketahanan Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya Keamanan pangan 1, mengacu kepada definisi FAO, adalah suatu situasi di mana orang-orang, di sepanjang waktu, memiliki akses baik secara fisik maupun ekonomi, terhadap makanan yang aman dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan diet dan preferensi mereka sehingga dapat tetap sehat dan beraktivitas. Komoditas pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sifatnya harus terus dipenuhi dan kuantitasnya relatif tidak banyak berubah selama pola konsumsi (gaya hidup) tidak berubah. Dengan demikian tekanan harga bahan pangan jarang sekali disebabkan oleh gejolak permintaan kecuali pada event-event besar keagamaan ataupun budaya yang sudah dapat diprediksi dan diukur tingkat risikonya. Tekanan harga bahan pangan lebih banyak dipengaruhi oleh supply shocks yang utamanya bersumber dari kondisi cuaca. Meski demikian, sejumlah wilayah di Indonesia belum dapat memproduksi sendiri sejumlah bahan pangan strategis akibat kendala kondisi alam dan iklim. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, daerah tersebut harus melakukan impor termasuk Kalimantan Selatan. Akibatnya, risiko kenaikan harga tidak hanya bersumber pada supply shocks (produktivitas) namun juga value added cost khususnya pada: (1). biaya distribusi dan (2). biaya penyimpanan barang. Alur Distribusi Bahan Pangan Strategis Kalimantan Selatan Tiga komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, cabe merah dan bawang merah. Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang mengalami surplus beras setiap harinya. Meski demikian, sentra produksi beras hanya tersebar di 7 kabupaten dari total 13 kota/kab yakni Tapin, Batola, HSS, Banjar, Tabalong, HST dan HSU. Dengan demikian penting untuk menjaga distribusi beras di dalam provinsi. Kota Banjarmasin menjadi hub distribusi beras (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng, BULOG dan Pasar Klayan. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat. Dua komoditas strategis kedua yang menjadi perhatian adalah cabe merah dan bawang merah. Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal Kalimantan Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut, Banjarbaru, HSS, HST dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa Timur kemudian diangkut ke Kalimantan melalui Pelabuhan Trisakti. Kota Banjarmasin menjadi hub distribusi cabe merah (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng dan Pasar Antasari. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat. 1 cess, safe and nutritious food to meet their dietary. Food and Agriculture Organization. Rome Declatarion on World Food Security and World Food Summit Plan of Action. In Proceedings of the World Food Summit, Rome, Italy, 1-17 November KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 29

50 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Komoditas strategis terakhir yang menjadi menjadi perhatian adalah bawang merah. Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal Kalimantan Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut, Banjarbaru, HSS, Tapin dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Pasokan dari luar masuk melalui Pelabuhan Trisakti untuk kemudian di angkut ke Kota Banjarmasin yang menjadi hub distribusi bawang merah (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng dan Pasar Lima. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat. Dengan demikian, alur distribusi pangan strategis sangat bergantung kepada kondisi infrastruktur perhubungan darat dan tentunya laut. Perlu diperhatikan juga bahwa pasokan ke Kalteng dan Kaltim sangat bergantung kepada Kalsel sebagai pintu masuk barang. Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI) World Bank secara periodik mengeluarkan indeks kinerja logistik atau LPI setiap tahunnya. LPI dibangun dari sejumlah variabel yaitu infrastructure, ease of shipment, logistics services, ease of tracking, domestic logistic costs dan timeliness. Untuk menganalisasi kapasitas logistik terkait distribusi pangan, LPI provinsi di Indonesia dibangun dengan mengadopsi beberapa variabel yang digunakan World Bank. LPI dalam analisis ini dibangun dari tiga aspek meliputi Transportation Infrastructure (TI), Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan Timeliness (TL). Detail mengenai variabel dan subvariabel dapat dilihat pada Tabel B1.1. Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 30

51 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum kondisi sistem logistik Kalimantan Selatan membaik dari tahun 2010 ke tahun 2014 dengan perbaikan pada aspek Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan Timeliness (TL). Bila dilihat secara detail, relatif terhadap perkembangan seluruh provinsi di Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2014, kemunduran terjadi pada aspek Transportation Infrastructure (TI) khususnya pada jumlah bandara dan pelabuhan serta Logistic Competence (LC) yaitu pada aspek volume bongkar muat. Kemunduran pada aspek TI Kalimantan Selatan relatif terhadap provinsi lain tidak lepas dari program pemerintah maupun keputusan swasta untuk berinvestasi pada bandara/pelabuhan sementara itu turunnya aktivitas bongkar muat di Kalimantan Selatan lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan kinerja ekspor. Kedua penyebab tersebut pada akhirnya kembali berakar kepada daya tarik perekonomian Kalimantan Selatan sehingga pembangunan infrastruktur bandara dan pelabuhan menjadi sesuatu yang urgen Rank Rank Rank Rank Rank Rank Rank Rank Rank 22Rank LPI Transportation Infrastructure Logistic Competence Logistic Efficiency Timeliness Gambar B1.2. Skor Penyusun LPI dan Ranking Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 Mengacu kepada keyakinan bahwa ships follow the trade menjadi penting bagi Kalimantan Selatan untuk mempercepat industrialisasi sehingga kapasitas perdagangan menjadi meningkat sehingga pembangunan infrastruktur logistik menjadi sesuatu yang urgen baik bagi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian kinerja logistik menjadi semakin baik dan biaya logistik menjadi lebih efisien. Referensi: [1]. Logistic Performance Index (World Bank) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 31

52 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 32

53 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 33

54 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 34

55 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah 2 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy). Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, natal dan tahun baru KONDISI UMUM Secara umum inflasi pada pada akhir tahun 2015 menurun cukup signifikan meskipun meningkat secara triwulanan. Secara tahunan, inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy) menurun dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun tahun 2014 (7,28%, yoy). Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 tercatat sebesar 1,88% (qtq), sedikit naik dari triwulan sebelumnya (1,80%, qtq). Tren penurunan inflasi di akhir tahun dipengaruhi oleh penurunan harga BBM pada awal tahun serta relatif stabilnya pergerakan harga bahan makanan karena produksi dan stok yang dapat diajaga dengan baik. Khusus pada triwulan IV-2015, tekanan inflasi terbesar terjadi pada akhir tahun yang dipicu oleh tingginya kenaikan inflasi angkutan udara berada di atas rata-rata historisnya karena tingginya minat penduduk Kalimantan Selatan untuk berpergian baik untuk umroh atau berlibur saat libur panjang akhir tahun. Selain itu, meningkatnya permintaan juga seiring kegiatan Maulid Nabi, diantaranya tercermin pada inflasi baju muslim. Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kalimantan Selatan berada di atas inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,35% (yoy). Bila dibandingkan dengan regional Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan Selatan sedikit lebih tinggi dari rata-rata Kalimantan, namun masih lebih rendah dari Kalimantan Barat yang sebesar 5,79%(yoy). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 35

56 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-kalimantan Secara spasial, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung. 14 Pada tahun 2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 5,03% (yoy) atau 1,73% (qtq) sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 6,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya bobot Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan lebih didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, Kalimantan Selatan mengalami inflasi sebesar 1,88% qtq, dengan realisasi inflasi bulanan pada bulan Oktober, November, dan Desember masing-masing tercatat sebesar 0,20% mtm, 0,43% mtm dan 1,24% mtm. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember terutama karena berlangsungnya beberapa kegiatan perayaan yang berdekatan waktunya yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, tahun baru, dan liburan sekolah sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat khususnya tarif angkutan udara, bahan makanan, makanan jadi, dan pakaian muslim seiring dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Berdasarkan komponen inflasi 15, ketiga komponen inflasi mengalami peningkatan harga pada triwulan IV-2015 yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada penghujung tahun Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan 7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel). 15 Disagregasi komponen inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari: Inflasi inti (core inflation) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar; KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 36

57 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Komponen volatile foods mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 4,20% (qtq) dan memberikan andil pembentukan inflasi triwulanan sebesar 0,73% (qtq). Tekanan inflasi volatile foods pada triwulan ini terjadi dalam dua bulan terakhir yang disebabkan oleh penurunan produksi sejumlah komoditas bahan makanan memasuki musim penghujan dan musim tanam serta tingginya permintaan masyarakat pada penghujung tahun untuk merayakan hari besar keagamaan serta masa liburan akhir tahun. Penurunan produksi terjadi pada sejumlah komoditas ikan segar, terutama ikan gabus, ikan nila, ikan papuyu dan ikan sepat siam karena penangkapan yang relatif sulit dengan tingginya curah hujan. Selain ikan segar, musim penghujan juga diperkirakan memengaruhi penurunan produksi pada produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras sehingga harganya meningkat saat permintaan masyarakat tinggi. Selanjutnya beras dan bawang merah juga menurun produksinya seiring dengan berlangsungnya musim tanam di Kalimantan Selatan maupun di daerah penghasil di Pulau Jawa. Tabel 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq) Sebagaimana disampaikan sebelumnya, ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit masyarakat Kalimantan Selatan mengalami kenaikan harga yang cukup signfikan pada triwulan ini. Ikan gabus mengalami kenaikan harga hingga sebesar 33,98% (qtq) sehingga menjadi penyumbang inflasi kuartalan terbesar kedua dengan andil inflasi sebesar 0,17% (qtq). Berdasarkan informasi anekdotal yang berasal dari pelaku usaha, pedagang, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, kenaikan harga ikan gabus disebabkan oleh pasokan yang mulai berkurang karena tangkapan nelayan menurun memasuki musim penghujan dan cuaca yang kurang bersahabat. Musim hujan menyebabkan ketinggian air di Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan internasional; Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 37

58 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah daerah penangkapan ikan gabus naik karena rawa-rawa kembali tergenang sehingga penangkapan menjadi relatif cukup sulit dan produksi menurun. Dinamika harga beras relatif berfluktuasi selama triwulan IV-2015 karena sempat mengalami penurunan harga pada bulan November sebelum kembali mengalami kenaikan harga pada bulan Desember, sehingga secara keseluruhan beras mengalami kenaikan harga sebesar 0,51% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq). Kenaikan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang mulai berkurang seiring dengan masuknya musim tanam. Data produksi padi di Kalimantan Selatan memperlihatkan terjadinya penurunan produksi pada triwulan laporan seiring dengan berlangsungnya musim tanam. Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan dan menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar ketiga pada triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,13% (qtq). Kenaikan harga bawang merah mulai terjadi pada bulan November dan meningkat cukup signifikan pada Desember, setelah mengalami penurunan harga yang cukup lama sejak bulan Juli. Peningkatan harga terjadi karena mulai berkurangnya persediaan di pasaran seiring dengan penurunan produksi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk, dan Bima karena sedang dalam masa tanam. Sementara pada saat yang bersamaan permintaan masyarakat cukup tinggi sehubungan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, dan tahun baru. Kondisi tersebut diindikasikan dengan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang rendah pada bulan Oktober dan November Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV Grafik 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV-2016 Sumber: BPS, data diolah Sumber: BPS, data diolah KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 38

59 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga memasuki musim penghujan sehingga memengaruhi produksi perunggasan tersebut. Daging ayam ras mengalami kenaikan harga yang signifikan pada akhir tahun karena permintaan yang tinggi sehubungan dengan perayaan kegiatan keagamaan sebagaimana disinggung sebelumnya. Daging ayam ras mengalami inflasi sebesar 9,20% (qtq) dengan andil sebesar 0,12% (qtq), sedangkan telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 6,79% (qtq) dan andil sebesar 0,06% (qtq). Grafik 2.4. Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab Brebes Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan Hal yang sedikit berbeda terjadi pada aneka cabe, baik cabe merah maupun cabe rawit yang mengalami kenaikan harga pada bulan November dan Desember terkait dengan cuaca musim penghujan serta didorong oleh permintaan masyarakat yang tinggi pada penghujung tahun. Namun demikian, penurunan harga yang cukup signfikan pada bulan Oktober menyebabkan aneka cabe mengalami deflasi pada triwulan ini dengan sumbangan sebesar -0,01% (qtq). Tekanan inflasi yang berasal dari komponen inflasi inti berangsur mereda pada triwulan ini, yang mengalami inflasi sebesar 1,01% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,67% (qtq), menurun signifikan dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada triwulan III-2015 yang mencapai 2,58% (qtq) dan andil sebesar 1,70% (qtq). Tidak seperti triwulan sebelumnya, pergerakan inflasi inti relatif terjaga sepanjang triwulan IV-2015 dengan peningkatan yang agak besar terjadi pada akhir tahun seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat menghadapi perayaan keagamaan dan liburan. Tekanan inflasi inti pada triwulan ini terutama berasal dari kenaikan biaya tempat tinggal seperti sewa rumah yang mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10% (qtq), sehingga masuk dalam lima besar penyumbang inflasi pada triwulan IV Selanjutnya, beberapa komoditas makan jadi juga masih menjadi sumber tekanan inflasi dalam komponen ini meskipun besarannya relatif tidak sebesar pada triwulan sebelumnya, diantaranya adalah martabak (sumbangan 0,09%, qtq), kue basah, donat dan roti manis (masing-masing dengan sumbangan sebesar 0,04%, qtq). Kenaikan harga makanan jadi tersebut ditengarai berkaitan dengan perayaan keagamaan pada akhir tahun. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 39

60 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Selain beberapa komoditas tersebut di atas, kenaikan harga juga terjadi pada sejumlah komoditas kelompok sandang, utamanya adalah baju muslim yang mengalami kenaikan harga yang signifikan yang mengalami inflasi sebesar 12,80% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,05% (qtq). Kenaikan ini juga terkait dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW serta liburan sekolah dan libur panjang akhir pekan yang cukup banyak pada akhir tahun. Momen ini juga memicu kenaikan biaya rekreasi di Kalimantan Selatan sebesar 16,67% (qtq) dan memberikan sumbangan sebesar 0,03% (qtq). Tekanan inflasi komponen administered prices meningkat pada triwulan ini khususnya yang terkonsentrasi pada akhir tahun sehingga tercatat inflasi sebesar 2,95% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,48% qtq; dari triwulan sebelumnya (0,41%, qtq). Tekanan inflasi komponen ini terutama berasal dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan harga yang tinggi pada akhir tahun seiring dengan permintaan masyarakat yang melonjak dalam menghadapi liburan akhir tahun. Tarif angkutan udara tercatat mengalami kenaikan harga hingga 35,19% (qtq) dan menjadi penyumbang inflasi terbesar pada triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,47% (qtq). Kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi kali ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan saat lebaran tahun ini (22,63%, qtq). Selain tarif angkutan udara, tekanan inflasi administered prices pada triwulan ini juga berasal dari kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga aneka rokok kretek/filter meski sumbangannya tidak besar. Tarif listrik memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq), sedangkan rokok kretek dan rokok kretek filter masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01% (qtq). Hal sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg, elpiji 3kg, dan minyak tanah) yang pada triwulan laporan justru mengalami penurunan harga. Penurunan harga BBRT ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari sisi harga minyak tanah nonsubsidi yang sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) dan adanya perbaikan aturan distribusi elpiji 3kg. Hal ini diperkuat dengan proses konversi dari minyak tanah ke elpiji 3kg pada lima kabupaten tersisa di Kalimantan Selatan dapat diselesaikan menjelang akhir tahun ini sehingga memberikan sentimen positif bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran INFLASI TAHUNAN Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau yang sekaligus merupakan pencapaian inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III (7,03%, yoy) serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2014 yang tercatat sebesar 7,28% (yoy). Penurunan inflasi tahun 2015 ini disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas volatile foods sepanjang tahun 2015 akibat produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga dengan baik, dan koreksi harga BBM seiring tren penurunan harga minyak internasional disepanjang tahun dan penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten tersisa pada akhir tahun sehingga harga bahan bakar rumah tangga berangsur stabil. Lebih jauh, inflasi pada tahun 2015 ini lebih banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada komponen inflasi inti, khususnya terkait dengan produk makanan jadi dan biaya tempat tinggal. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 40

61 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Tabel 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di sepanjang tahun 2015 lebih banyak bersumber dari komponen inflasi inti yang cenderung meningkat. Sedangkan tekanan inflasi pada komponen volatile foods relatif menurun dan terjaga disepanjang tahun 2015 seiring dengan peningkatan produksi pangan, perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang terjaga dengan baik. Senada dengan volatile foods, komponen administered prices juga mengalami penurunan tekanan secara signfikan. Inflasi inti cenderung meningkat disepanjang tahun ini, hingga akhir tahun 2015 inflasi inti tercatat sebesar 6,02%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang tercatat sebesar 5,53%. Bila dibandingkan dengan triwulan III-2015, sebagaimana telah diulas pada bagian sebelumnya, pergerakan tekanan inflasi inti pada triwulan ini sedikit mereda dari posisi sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy). Tekanan inflasi pada tahun 2015 ini banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada subkelompok makanan jadi, biaya kesehatan serta biaya tempat tinggal. Di samping itu, juga terdapat kenaikan harga sejumlah barang-barang produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik, kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena kenaikan biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh oleh perkembangan kurs dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah yang terapresiasi pada tahun Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan dua komponen lainnya. Sumbangan inflasi inti pada tahun 2015 tercatat sebesar 3,92% (yoy). Dari daftar sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen inflasi inti dengan total sumbangan hingga sebesar 1,16% (yoy) yang sebagian besar adalah sub kelompok makanan jadi. Sumbangan terbesar berasal dari kenaikan sewa rumah yang mempunyai andil sebesar 0,34% (yoy), disusul dengan komoditas nasi dengan lauk (0,22%, yoy), tarif rumah sakit (0,21%, oy), mie (0,19%, yoy) dan ikan bakar (0,19%, yoy). Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan menurun pada tahun 2015 yaitu tercatat hanya sebesar 4,00% (yoy), jauh lebih rendah dari tahun 2014 (10,03%, yoy) maupun triwulan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 41

62 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah sebelumnya (5,51%, yoy). Tertahannya tekan inflasi komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antardaerah. Produksi padi di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 2,9% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2014, sehingga dinamika harga beras relatif stabil pada tahun ini. Inflasi beras pada tahun 2015 tercatat sebesar 6,04% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan dengan inflasi beras pada tahun 2014 yang mencapai berada pada kisaran 15% (yoy). Selain beras, peningkatan produksi dan perbaikan pasokan juga terjadi pada komoditas bahan makanan lainnya seperti aneka cabe dan ikan gabus yang pada tahun ini secara kesuluruhan mengalami deflasi sehingga menjadi komoditas penahan laju inflasi pada tahun ini. Sedangkan komoditas bahan makanan penting lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah pergerakan harganya relatif stabil dengan peningkatan harga yang tidak terlalu besar. Tabel 2.3. Andil Inflasi Terbesar Tahun 2015 Grafik 2.4. Andil Deflasi Terbesar Tahun 2015 No. Komoditas Kelompok Inflasi Andil inflasi Disagregasi (yoy %) (yoy %) 1 BENSIN Adm. Prices CABAI MERAH Vol. foods CABAI RAWIT Vol. foods GABUS Vol. foods MINYAK GORENG Vol. foods SEMANGKA Vol. foods KEMBUNG/GEMBUNG/BANYAR Vol. foods NILA Vol. foods UDANG BASAH Vol. foods TELEPON SELULER Core Inflation Sumber: BPS, data diolah Sumber: BPS, data diolah Pada tahun ini, komponen inflasi volatile foods memberikan andil inflasi hanya sebesar 0,75% (yoy), jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan sumbangan inflasi pada tahun 2014 yang mencapai 1,87% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari beras yang mempunyai andil sebesar 0,26% (yoy) sedikit terkoreksi dari sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,36% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras tersebut didukung oleh program upaya khusus swasembada pangan dan terjaganya stok beras sepanjang tahun ini. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari komoditas daging ayam ras yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,18% (yoy), sedikit meningkat dari sumbangan pada triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 0,08% (yoy). Hal ini terutama disebabkan kenaikan harga di penghujung tahun ini. Namun demikian, secara umum pergerakan harga daging ayam ras relatif stabil di sepanjang tahun Selain stabilnya pergerakan harga sejumlah komoditas penting di atas, terjaganya inflasi volatile foods juga dipengaruhi oleh sumbangan deflasi yang terjadi pada sejumlah komoditas bahan makanan penting seperti cabe merah, cabe rawit, ikan gabus, dan ikan segar lainnya. Cabe merah mengalami deflasi yang signfikan pada tahun ini dan memberikan sumbangan yang signfikan dalam menahan laju inflasi hingga KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 42

63 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah sebesar -0,20% (yoy), disusul oleh cabe rawit (-0,08%, yoy), ikan gabus (-0,08%, yoy), minyak goreng (- 0,03%, yoy), semangka (-0,03%, yoy), ikan kembung (-0,03%, yoy), nila (-0,03%, yoy) dan udang basah (0,02%, yoy). Inflasi administered prices menurun signifikan pada tahun 2015, tercatat sebesar 2,86% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (10,66%, yoy). Angka realisasi ini juga menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,0% (yoy). Penurunan inflasi komponen ini terutama disebabkan oleh koreksi harga BBM yang telah terjadi beberapa kali pada tahun 2015 sejalan dengan tren penurunan harga minyak internasional yang terus terjadi hingga akhir tahun. Harga BBM khususnya bensin mengalami penurunan yang signifikan hingga sebesar -14,30% (yoy) pada tahun Terlepas dari penurunan harga BBM tersebut, tekanan inflasi komponen administered prices pada tahun ini berasal dari kenaikan tarif angkutan udara khususnya yang terjadi pada akhir tahun, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg dan 3kg) yang terjadi di awal dan pertengahan tahun terkait dengan proses konversi elpiji yang belum selesai, serta kenaikan harga aneka rokok sebagai penyesuaian dari kenaikan cukai rokok sebesar 10% di tahun 2015 Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat memiliki andil yang terkecil yaitu hanya sebesar 0,48% (yoy) dengan komoditas tarif angkutan udara yang menjadi penyumbang inflasi terbesar selama tahun 2015 dengan sumbangan sebesar 0,35% (yoy) khususnya dipicu oleh kenaikan tarif pada saat libur panjang di akhir tahun. Berikutnya, sumbangan inflasi tertinggi dalam komponen ini berasal dari bahan bakar rumah tangga dan komoditas rokok kretek filter yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,24% (yoy), disusul oleh tarif listrik yang memberikan sumbangan sebesar 0,06% (yoy). Sebagaimana disinggung sebelumnya, bensin menjadi komoditas penahan inflasi terbesar pada tahun 2015 dengan sumbangan deflasi yang sangat signfikan hingga sebesar -0,58% (yoy). Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 43

64 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah BOKS 2 Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan Dalam survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan BPS sebagai dasar penghitungan inflasi nasional dilakukan penambahan komoditas dan kota penghitungan inflasi nasional menjadi 88 kota. Sebagai bagian dari kota-kota penghitungan inflasi nasional, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung 16. Namun demikian, kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Selatan selama ini juga melakukan pemantauan dan pencatatan harga khususnya harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat. Dalam boks kajian ini akan disajikan dinamika perkembangan harga beberapa komoditas penting di Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong. Secara umum, pergerakan harga beberapa komoditas bahan makanan penting di ketiga kabupaten/kota tersebut selaras. Disparitas harga antar kabupaten/kota tersebut juga relatif tidak terlalu lebar. Beras Pergerakan harga beras siam unus di sepanjang tahun 2015 pada ketiga kabupaten/kota tersebut relatif selaras yang memperlihatkan puncak kenaikan harga terjadi pada saat menjelang lebaran. Disparitas harga yang signifikan antar kabupaten/kota terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran dimana harga beras di Banjarmasin jauh lebih tinggi dibandingkan di Banjarbaru dan Tabalong. Hal ini diperkirakan karena permintaan masyarakat di Banjarmasin cukup tinggi pada saat itu sedangkan Kota Banjarmasin sendiri bukan merupakan daerah penghasil beras. Lain halnya dengan Tabalong, disepanjang tahun 2015 pergerakan harga beras di Kab. Tabalong relatif berada di bawah Banjarmasin dan Banjarbaru yang diduga karena Tabalong juga merupakan daerah penghasil beras sehingga harga beras dapat relatif terjaga. Cabe Merah Sebagaimana yang tejadi pada beras, pergerakan harga cabe merah disepanjang 2015 secara umum juga selaras, dimana kenaikan harga terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran kemudian menurun dan kembali mengalami peningkatan harga pada akhir tahun seiring mulai berlangsungnya musim hujan yang akan mempengaruhi produksi hortikultura. Selanjutnya, level harga yang relatif lebih rendah terlihat di Kabupaten Tabalong yang diduga karena Tabalong juga merupakan salah satu daerah penghasil cabe merah di Kalsel sehingga dapat menyumbang pasokan cabe merah lokal Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan 7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 44

65 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Gambar B2.1. Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih di Kalimantan Selatan Ikan Gabus Ikan gabus merupakan komoditas utama di Kalimantan Selatan karena preferensi masyarakat yang cukup tinggi untuk mengkonsumsi ikan gabus. Pergerakan harga ikan gabus di ketiga kab./kota tersebut juga relatif selaras, dengan peningkatan harga terjadi pada saat memasuki musim penghujan di awal dan diakhir tahun. Disparitas harga yang terjadi sedikit realtif lebar dengan dengan harga terendah kembali terjadi di Kab. Tabalong yang diperkirakan juga karena Tabalong juga merupakan salah satu daerah penghasil ikan gabus di Kalsel. Bawang merah Sebagaimana yang terjadi pada ketiga komoditas sebelumnya, pergerakan harga bawang merah juga terlihat selaras antar kab./kota tersebut. Selain itu disparitas harga yang terjadi antar kab./kota tersebut juga relatif kecil. Hal ini diperkirakan karena sebagian besar bawang merah yang beredar di Kalimantan Selatan berasal dari luar daerah/pulau sehingga pergerakan harganya tidak terlalu timpang pada masing-masing kabupaten/kota. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 45

66 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 46

67 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 47

68 Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 48

69 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 3 1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian yang trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit perbankan pada Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (4,71% yoy). Perlambatan utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik yang ditunjukkan oleh turunnya Non Performing Loan (NPL). Peningkatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada jenis transaksi kliring. Sementara itu, pada sisi pengelolaan uang rupiah, mencatatkan net outflow STABILITAS SISTEM KEUANGAN %yoy 35.0% 30.0% Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV Asset DPK Kredit Tw. III Tw. IV 12.85% 7.89% 6.52% 3.84% 4.71% 4.15% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit) Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan masih cukup baik, tercermin dari meningkatnya Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 121,6% pada Triwulan III-2015 menjadi 131,9% pada triwulan laporan. Kenaikan LDR 17 lebih dipengaruhi oleh perlambatan penghimpunan DPK yang lebih tajam dibandingkan dengan perlambatan penyaluran kredit. Kinerja penyaluran kredit maupun penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tercatat melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit 17 Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia. Kredit. Lokasi Proyek KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 49

70 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran perbankan pada triwulan IV-2015 dipengaruhi oleh masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan, yaitu pertambangan batubara yang masih terkontraksi pada triwulan ini. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) kembali tumbuh melambat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga belum beranjak meningkat. Perlambatan DPK bersumber dari pertumbuhan Deposito dan Giro yang melambat pada Triwulan IV Hal ini terkait dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat di akhir tahun sehingga mengurangi saldo simpanan di perbankan. Selain itu, pertumbuhan kredit juga turut melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi. Salah satu kinerja sektor utama, yaitu industri pengolahan, yang membaik berdampak positif pada relatif terjaganya kualitas kredit. Perkembangan Non performing loan (NPL) tercatat turun menjadi 3,61% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,62%. Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK yoy 35.0% 131.9% 135.0% 30.0% 130.0% 25.0% LDR (Sb. Kanan) 125.0% 20.0% 120.0% 121.6% 15.0% Pertumbuhan Kredit 115.0% 10.0% 6.5% 110.0% 3.8% 5.0% 105.0% Pertumbuhan DPK 4.7% 4.1% 0.0% 100.0% I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit) Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% -20.0% yoy I II III IV I II III IV I II III IV Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP) Tabungan 4.9% 9.5% Deposito 9.2% 3.7% TOTAL DPK 6.5% 3.8% Giro Tw. III Tw. IV 6.9% -9.9% 50% Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya yoy 40% 30% 20% Tw. III Tw. IV 10% Konsumsi 9.7% 8.4% Total Kredit 4.7% 4.1% 0% Modal Kerja 5.8% 2.4% I II III IV I II III IV I II III IV Investasi -1.4% 1.4% -10% Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit) KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 50

71 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran No. Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial Kabupaten / Kota DPK Tw. IV Rp. (Triliun) Tw. III (yoy) Tw. IV (yoy) 1 Kab. Banjar 1, % 15.8% 2 Kab. Tanah Laut 1, % -5.2% 3 Kab. Tapin % -0.1% 4 Kab. Hulu Sungai Selatan % 29.7% 5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1, % 16.3% 6 Kab. Hulu Sungai Utara 1, % 12.3% 7 Kab. Barito Kuala % -24.6% 8 Kab. Kota Baru 1, % -5.4% 9 Kab. Tabalong 1, % 10.7% 10 Kab.Tanah Bumbu 1, % 10.6% 11 Kab. Balangan % 47.7% 12 Kota Banjarmasin 24, % 2.3% 13 Kota Banjarbaru 1, % 13.2% Prov. Kalimantan Selatan 38, % 3.8% Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek Rp triliun, kecuali disebutkan lain Pertumbuhan Arah Pertumbuhan Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Balangan (47,7% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (29,7% yoy), meskipun secara umum pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan sebelumnya. Kota Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar juga mengalami perlambatan pertumbuhan DPK dari 3,4% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,3% (yoy) pada triwulan IV Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial Rp triliun, kecuali disebutkan lain KREDIT Tw. IV Pertumbuhan No. Kabupaten / Kota Arah Rp. (Triliun) Tw. III (yoy) Tw. IV (yoy) Pertumbuhan 1 Kab. Banjar 6, % 3.9% 2 Kab. Tanah Laut 2, % -20.7% 3 Kab. Tapin 3, % -2.1% 4 Kab. Hulu Sungai Selatan % -12.9% 5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1, % 6.3% 6 Kab. Hulu Sungai Utara % -2.5% 7 Kab. Barito Kuala 1, % 16.9% 8 Kab. Kota Baru 2, % 24.2% 9 Kab. Tabalong 2, % 12.0% 10 Kab.Tanah Bumbu 2, % 34.3% 11 Kab. Balangan % 1.2% 12 Kota Banjarmasin 21, % 1.9% 13 Kota Banjarbaru 4, % 7.9% Prov. Kalimantan Selatan 51, % 4.1% Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada Triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu (34,3% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (24.2% yoy) yang sama-sama mengalami peingkatan dari triwulan sebelumnya. Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan justru KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 51

72 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dari 2,6% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi hanya sebesar 1,9% (yoy) pada Triwulan IV Ketahanan Sektor Korporasi Secara sektoral, perlambatan kinerja kredit pada Triwulan IV-2015 bersumber dari melemahnya kinerja kredit sektor Pertambangan dan Pertanian. Kinerja pertumbuhan kredit pertambangan melambat dari 29,5% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,5% (yoy), sedangkan kredit pertanian menjadi 23,8% (yoy) dari 13,8% (yoy). Masih lesunya kinerja sektor pertambangan dan terbatasnya kinerja sektor pertanian seiring masih turunnya harga komoditas, seperti harga batubara, sawit dan CPO, membuat perbankan cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini turut dipengaruhi level Non Performing Loan (NPL) yang dalam tren meningkat triwulan-triwulan sebelumnya. Upaya kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit tersebut, meskipun berdampak pada penurunan pertumbuhan kredit, dapat menurunkan tingkat NPL. Pada triwulan ini, NPL pertambangan turun menjadi 2,1% yang triwulan sebelumnya tercatat 2,9% dan NPL pertanian turun dari 0,99% pada Tw-III 2015 menjadi 0,84% Tw IV Di sisi lain, kinerja pertumbuhan kredit Perdagangan dapat sedikit menahan laju perlambatan penyaluran kredit di Kalimantan Selatan. Kredit Sektor Perdagangan tumbuh sebesar 1,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya terkontraksi pada level -1,0%(yoy). Meningkatnya Kredit Perdagangan sejalan dengan naiknya kinerja Sektor Perdagangan akibat meningkatnya aktivitas impor barang modal untuk investasi swasta yang juga sedang meningkat pada triwulan berjalan. NPL Sektor Perdagangan juga turun menjadi 5,72% yang pada Triwulan III-2015 tercatat 6,09%. Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit yoy 35.0% 3.62% 30.0% NPL Kredit (Sb. Kanan) 25.0% 3.10% 20.0% 15.0% 10.0% 4.15% 5.0% Pertumbuhan Kredit 4.71% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral 4.0% 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi TRANSPORTASI 8.19 AKOMODASI, 1.72 REAL ESTATE, 9.30 PERDAGANGAN JASA LAINNYA, 1.95 PERTANIAN TAMBANG INDUSTRI, 6.38 KONSTRUKSI, LISTRIK, GAS DAN 4.34 AIR, 1.26 Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 52

73 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran yoy 100% 80% 60% 40% 20% Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral 7% 6% 5% 4% 3% 0% -20% -40% 2% I II III IV I II III IV I II III IV 1% % Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Tambang Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (Sb.Kanan) NPL Pertambangan (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral Ketahanan Sektor Rumah Tangga Di sisi penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi pada Triwulan IV-2015 melambat dari 9.7% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 8.4% (yoy) pada Triwulan IV Melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi bersumber dari perlambatan KPR dan KKB. Beberapa indikator menunjukkan terbatasnya konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan pada Triwulan IV Berkurangnya lapangan pekerjaan akibat perlambatan ekonomi Kalimantan Selatan mengakibatkan turunnya konsumsi rumah tangga. Indeks Ketersediaan Kerja turun dari 87,5 pada Triwulan III-2015 menjadi 86,3 di Triwulan IV Tidak tersedianya lapangan perkejaan membuat masyarakat mengurangi pengeluarannya pada triwulan ini. Berdasarkan indeks Pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu, terdapat penurunan level dari 183,8 pada triwulan lalu menjadi 140,0 di triwulan laporan. Selain itu, proporsi penggunaan penghasilan rumah tangga untuk konsumsi mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, rata-rata masyarakat menggunakan penghasilannya untuk berkonsumsi pada Triwulan III adalah 72,2%, sedangkan pada Triwulan IV-2015 turun menjadi 63,3%. Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya yoy 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% Multiguna KPR Tw. III Tw. IV 19.1% 8.7% 15.4% 13.4% 0.0% -20.0% TOTAL Konsumsi 9.7% 8.4% KKBermotor -8.5% -19.2% -40.0% I II III IV I II III IV I II III IV Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 53

74 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah yang tercermin pada NPL, yaitu dari 1,55% pada Triwulan III menjadi 2,20% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL bersumber dari NPL KKB yang meningkat dari 2,81%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,99% (yoy). Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Grafik Pangsa Kredit Konsumsi yoy 25.0% 2.2% 2.5% Lainnya, 5.89% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% NPL Kredit (Sb.Kanan) 1.55% 9.71% Pertumbuhan Kredit 8.4% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% Multiguna, 42.21% KPR, 39.87% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral 0.0% Kendaraan Bermotor, 9.53% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral Ruko/Rukan, 2.10% Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi yoy 100.0% 6.00% 80.0% 5.00% 60.0% 4.00% 40.0% 3.00% 20.0% 0.0% 2.00% -20.0% I II III IV I II III IV I II III IV 1.00% -40.0% % Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. Multiguna Pertumbuhan KKB NPL KPR (Sb.Kanan) NPL Multiguna (Sb.Kanan) NPL KKB (Sb.Kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Triwulan IV-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp11,25triliun atau tumbuh -2.2% (yoy), melambat dibandingkan Triwulan III-2015 yang senilai -0,9% (yoy). Perlambatan kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pengangkutan, pertambangan dan jasa sosial masyarakat. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi saat ini ketika sektor pertambangan sebagai sektor ekonomi andalan Kalimantan Selatan tersebut mengalami penurunan. Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan adalah sebesar 22,07% dari total keseluruhan kredit perbankan. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 54

75 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Grafik Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik Pangsa Kredit UMKM yoy 25.0% Pertumbuhan Kredit UMKM 8.0% 20.0% 7.0% 7.00% 6.0% 15.0% 5.70% 5.0% 10.0% 4.0% 5.0% NPL Kredit UMKM (Sb.Kanan) 3.0% -0.87% 2.0% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV 1.0% -5.0% % 0.0% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM Jasa Dunia Usaha, 7.9% Pengangkutan, 5.7% Lain-lain, 0.5% Perdagangan, 52.2% Pertanian, 14.1% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM Pertambangan, 2.7% Konstruksi, 7.6% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% -20.0% Grafik Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM 0.0% yoy I II III IV I II III IV I II III IV Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Konstruksi (Sb.Kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM 10.0% 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% Pertumbuhan K. Konstruksi NPL Pertanian (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan) Perbankan Syariah Berbeda dengan kinerja perbankan secara umum, pertumbuhan perbankan syariah cenderung meningkat Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari 0,1%(yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 0,7% (yoy) pada Triwulan IV Selain itu, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total Perbankan di Kalimantan Selatan turut meningkat dari 6,3% pada triwulan lalu menjadi 7,3% pada triwulan ini. Pembiayaan yang tersalurkan oleh Perbankan Syariah tumbuh sebesar 7,6%(yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (0,40% yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga meningkat, yaitu dari -5,1%(yoy) menjadi 2,7%(yoy). Sementara itu, ketahanan pembiayaan yang tergambarkan dari Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah relatif terjaga, yaitu dari 6,8% pada Triwulan III menjadi 6,4% pada triwulan berjalan. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 55

76 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Grafik Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah Grafik Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank yoy 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% I II III IV I II III IV I II III IV Pertumbuhan Pembiayaan Pertumbuhan Aset Pertumbuhan DPK Tw III Tw IV 0.40% 7.63% 0.14% 0.71% -5.08% 2.66% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV Aset Perbankan Syariah Aset Perbankan Konvensional Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Syariah Grafik Pertumbuhan dan NPF Pembiayaan Perbankan Syariah 60% 50% 40% Pertumbuhan NPF 6.85% 6.4% 8% 7% 6% 5% 30% 4% 20% 10% 0% 7.63% 0.40% Pertumbuhan Pembiayaan I II III IV I II III IV I II III IV % 2% 1% 0% KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 56

77 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 3.2. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH (SP PUR) Kliring Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran kliring relatif membaik pada Triwulan IV Nilai transaksi kliring, pada Triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp4,3 triliun atau terkontraksi sebesar -6,44%(yoy), sedikit membaik dibandingkan Triwulan III-2015 yang terkontraksi sebesar -6,70% yoy. Perbaikan ini mencerminkan aktivitas ekonomi yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Grafik Transaksi Kliring Rp triliun Level Pertumbuhan (rhs) % yoy Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: Bank Indonesia, SKNBI Pengelolaan Uang Rupiah Secara neto, transaksi pengelolaan uang rupiah mencatatkan aliran bersih masuk (net outflow) sebesar Rp0,79triliun, dengan jumlah aliran masuk (inflow) sebesar Rp1,37triliun dan aliran keluar(out flow) sejumlah Rp1,29triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net outflow lebih tinggi pada Tw.IV mengingat terdapat libur sekolah, libur Natal dan tahun baru. Grafik Inflow/Outflow Uang Kartal (Level) Grafik Inflow/Outflow Pertumbuhan Rp miliar % yoy Rp miliar 3,500 Inflow Outflow Net inflow 3, ,000 3, ,500 2,500 2, ,371 2,028 1,500 1,292 Outflow 2, ,681 1,000 Inflow 1, , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q , Q1 Sumber: Q2Bank Indonesia Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Sumber: Q2Bank Indonesia ,000 Sumber: Unit Distribusi Uang KPw BI Kalsel Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas ketersediaan uang kartal di masyarakat, Bank Indonesia berkomitmen melaksanakan program-program pelayanan kas yang lebih baik. Pertama, guna meningkatkan keterjangkauan uang kartal yang berkualitas untuk seluruh masyarakat, KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan secara rutin melaksanakan Program Kas Keliling, yaitu melaksanakan penukaran KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 57

78 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran uang di luar loket KPw BI Kalimantan Selatan. Program Kas Keliling dibagi dalam beberapa kegiatan, yaitu dalam kota, wholesale, dan daerah terpencil. Dalam pelaksanaannya selama 2015, jumlah kegiatan dalam Program Kas Keliling pada Triwulan-IV 2015 adalah 46 kegiatan, 24 kegiatan di dalam kota, 20 kegiatan wholesale, dan 2 kegiatan di daerah terpencil. Jumlah terbanyak terjadi di Triwulan-III 2015, yaitu 21 kegiatan mengingat terdapat 12 kegiatan kas keliling yang dilakukan bersama perbankan di dalam Kota Banjarmasin. Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015 Kegiatan Jan Feb Mar TW.I Apr Mei Jun TW.II Jul Ags Sep TW.III Okt Nop Des TW.IV TOTAL Dalam Kota Wholesale Terpencil TOTAL Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Kedua, KPw BI Kalimantan Selatan juga melakukan penukaran uang kartal kepada masyarakat melalui Perbankan. Total penukaran selama tahun 2015 adalah sebesar Rp120,0miliar. Pada Tw.IV penukaran uang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lainnya. Penukaran uang kartal pada Tw. II 2015 merupakan jumlah yang terbesar pada tahun 2015, terkait dengan perayaan Lebaran. Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015 Rp juta, kecuali disebutkan lain Triwulan PECAHAN UANG KERTAS PECAHAN UANG LOGAM Grand Total 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1, I 7, , , , , , , II 6, , , , , , , III 6, , , , , , , IV 7, , , TOTAL 27, , , , , , , , , Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Ketiga, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya terkait penyediaan uang tunai layak edar, KPw BI Kalsel bekerja sama dengan sub Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) membuka layanan kas titipan di Batu Licin, Kab. Tanah Bumbu. Peresmian kas titipan tersebut dilaksanakan pada 25 Agustus 2015 yang dihadiri oleh perbankan dan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Kas titipan merupakan salah satu layanan kas luar kantor Bank Indonesia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan yang jauh kedudukannya dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Pembukaan kas titipan ini merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan 15 bank umum di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru. Kerjasama Kas Titipan ini juga merupakan bentuk tindak lanjut dari kebijakan pengalihan penukaran uang masyarakat dari Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada perbankan sejak 1 Agustus Dalam perkembangannya, selama 2015, jumlah Program Kas Titipan pada 2015 adalah sebanyak 8 kali, 3 kegiatan di triwulan-iii 2015 dan 5 kegiatan di triwulan-iv Kas Titipan yang dilakukan oleh KPw KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 58

79 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran BI Provinsi Kalimantan Selatan disampaikan kepada PT BPD Kalimantan Selatan, Cabang Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015 Kegiatan TW.I TW.II TW.III TW.IV TOTAL Kas Titipan-BPD Kalsel Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Selain keterjangkauan uang kartal, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Clean Money Policy, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan uang kartal yang dimiliki oleh masyarakat adalah Uang Layak Edar (ULE). Selama 2015, KPw BI Kalimantan Selatan telah menerima Rp3,26triliun Uang Tidak Layak Edar(UTLE) yang telah ditukarkan dengan ULE. Pada Tw.IV, jumlah UTLE yang diterima paling besar dibandingkan dengan triwulan lain, yaitu sebesar Rp942,2miliar. Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015 Rp juta, kecuali disebutkan lain Triwulan PECAHAN UANG KERTAS PECAHAN UANG LOGAM Grand Total 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1, I 389, ,300 36,200 33,320 20,410 7, ,451 II 348, ,500 32,420 30,170 18,150 6, ,068 III 377, ,350 38,560 38,140 23,795 7, ,121 IV 447, ,250 39,500 33,100 22,250 7, ,161 TOTAL 1,562,800 1,300, , ,730 84,605 29,962 1, ,260,800 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Untuk mengetahui efektivitas pelayanan dalam rangka menarik UTLE dari masyarakat, digunakan rasio UTLE dibandingkan dengan total inflow digunakan. Di KPw BI Kalsel, rata-rata rasio UTLE yang masuk adalah 56,6%. Rasio paling tinggi terjadi di bulan Desember 2015, yaitu 62,6%, sedangkan yang terendah terjadi di Agustus 2015, yang sebesar 25,6% Grafik Rasio UTLE/Total Inflow Rasio (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 2015 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Lembar Temuan Uang Palsu KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 59

80 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Selama Triwulan-IV 2015 tercatat sebanyak 414 lembar uang palsu yang ditemukan di Kalimantan Selatan. Jumlah temuan uang palsu tersebut meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 225 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Tabel 3.7. Data Triwulanan Temuan Uang Palsu 2015 Triwulan Pecahan Kertas Pecahan Koin Lembar Keping I II 257 III IV 414 TOTAL 1,045 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 60

81 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran BOKS 3 Kredit Usaha Rakyat (KUR) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan oleh Perbankan (belum bankable). Pentingnya UMKMK untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dimanifestasikan oleh Pemerintah dalam Program KUR. Program ini merupakan program pemberian kredit/pembiayaan dengan nilai dibawah Rp dengan pola penjaminan oleh Pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 80% dari plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan 70% dari plafon kredit untuk sektor lainnya. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut: 1. Mempercepat pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dankoperasi (UMKMK) 2. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkanumkm & Koperasi kepada Lembaga Keuangan 3. Sebagai upaya penanggulangan / pengentasan kemiskinandan perluasan kesempatan kerja Terdapat 3 (tiga) jenis KUR, yaitu: 1. KUR Mikro: KUR yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp ,00 (lima juta rupiah). 2. KUR Ritel: KUR yang diberikan dengan plafon diatas Rp ,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). 3. KUR TKI: KUR yang diberikan untuk membiayai keberangkatan calon TKI ke negara penempatan dengan plafond s.d Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah). Pelaksanaan Program KUR Sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi KUR dengan skema baru oleh 5 Bank Pelaksana telah mencapai Rp22,8 triliun atau 75,9% dari target penyaluran (Rp30 triliun) secara nasional. Jika dikelompokkan berdasarkan jenisnya, penyaluran KUR Mikro, Retail, dan TKI masing-masing mencapai Rp14,1 triliun (70,5% dari target), Rp8,7 triliun (96,2% dari target), dan Rp4,7 miliar (0,5% dari target). Untuk jumlah debitur KUR mencapai debitur, dengan penyaluran yang masih terkonsentrasi di wilayah Jawa, terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 61

82 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional Bank Jenis KUR Penyaluran KUR (dlm Rp miliar) Pencapaian Target 2015 s.d. 31 Desember 2015 s.d. 31 Desember 2015 Mikro 17,000 13, % BRI Retail 4,000 2, % TKI % Total 21,400 16, % Mikro 1, % Bank Mandiri Retail 2,000 2, % TKI % Total 3,200 3, % Mikro 1, % BNI Retail 2,000 3, % TKI % Total 3,200 3, % Mikro 1, % BPD Retail 1, % TKI % Total 2, % Mikro - 0.0% Sinarmas Retail - 0.0% TKI N/A 1.9 N/A Total N/A 1.9 N/A Mikro 20,000 14, % Total Retail 9,000 8, % TKI 1, % Total 30,000 22, % Sampai saat ini, KUR menjadi salah satu program yang ditekankan oleh Pemerintah. Program KUR menjadi salah satu fokus dalam Paket Kebijakan Jilid IV Pemerintah, yang juga menyasar peningkatan ketenagakerjaan. Momentum ini sangat baik dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih melemah. Target 2016 dan Upaya Pemerintah Target penyaluran KUR di tahun 2016 mencapai Rp100-Rp120triliun. Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi bunga sebesar Rp10,6 triliun dalam APBN Pemerintah mengupayakan sejumlah langkah dalam rangka mendukung pencapaian target KUR di tahun 2016 tersebut, antara lain: Perubahan regulasi KUR, Dukungan Kementerian/Lembaga berupa penyediaan anggaran bagi kegiatan penyiapan calon debitur KUR, penyusunan basis data calon debitur KUR, pembentukan tim monitoring dan evaluasi KUR, Dukungan Pemda berupa penyediaan anggaran kegiatan penunjang penyaluran KUR, Penambahan jumlah bank penyalur KUR, serta mendorong keikutsertaan lembaga keuangan non bank (LKNB), BPR, dan Koperasi sebagai lembaga linkage penyalur KUR, Menghentikan dan mengintegrasikan skema kredit program yang telah berakhir, Mengembangkan lebih lanjut kemampuan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) sebagai basis data calon debitur KUR. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 62

83 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran BOKS 4 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI juga diperlukan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah. Tujuan ini sejalan dengan tujuan utama Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, yaitu menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pemba yaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia menerbitkan peraturan ini didasari oleh kewenangannya sebagai otoritas di bidang moneter dan sistem pembayaran yang telah diatur dalam Undang-undang Bank Indonesia. Dalam pengaturannya, PBI ini mengacu pada UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang kemudian diperinci sesuai kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Berikut sebagian ringkasan dari peraturan ini. 1. Transaksi yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah sebagai berikut: a. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara; b. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri c. Transaksi perdagangan internasional d. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing e. Transaksi pembiayaan internasional, f. Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah; l. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara; dan m. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 63

84 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 2. Pelaku usaha juga wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa secara dual quotation. Gambar B4.1. Pencantuman Harga 3. Sanksi a. Terhadap pelanggaran atas: (1) kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai; (2) larangan menolak Rupiah, berlaku ketentuan berlaku ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. b. Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah sebaga imana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini untuk transaksi nontunai dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis; (2) kewajiban membayar; dan/atau; (3) larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran; (4) Sanksi kewajiban membayar ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebe sar Rp ,00 (satu miliar rupiah). c. Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan jasa dalam Rupiah dan kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud PBI ini dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. d. Selain mengenakan sanksi administratif, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya. 4. Dalam rangka melakukan pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan atau data kepada pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah. b. Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait. c. Bilamana terdapat pihak yang diminta oleh Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan, keterangan dan data tertentu maka pihak tersebut wajib memenuhi permintaan Bank Indonesia. d. Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak. e. Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 64

85 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran kepatuhan setiap pihak. Dalam rangka melaksanakan peraturan tersebut, pada 19 Agustus 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan melakukan Sosialisasi Kewajiban Penggunaan Rupiah. Dalam sosialisasi tersebut, sebanyak 60 peserta yang berasal dari berbagai perusahaan di Banjarmasin mengikuti kegiatan tersebut, antara lain hotel dan restoran, retailer modern, perusahaan eksporimpor, perusahaan persewaan peralatan berat, perusahaan industri pengolahan dan usaha jasa keuangan. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan para pelaku usaha dapat senantiasa menggunakan rupiah dalam setiap transaksinya. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 65

86 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 66

87 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran BAB IV KEUANGAN DAERAH KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 67

88 Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 68

89 Bab IV. Keuangan Daerah 4 4. KEUANGAN DAERAH Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 membaik dibandingkan dengan Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga momentum dan mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi pada tahun 2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu sebesar 97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%). Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan Uraian Pos APBD Rp miliar kecuali disebutkan lain APBD-P Realisasi S/d Triwulan IV % Realisasi Pendapatan Daerah 4, , , , % 97.3% Pendapatan Asli Daerah 2, , , , % 91.9% Dana Perimbangan 1, , , , % 106.9% Lain-Lain Pendapatan yang Sah % 100.7% Belanja Daerah 5, , , , % 90.9% Belanja Operasi 4, , , , % 90.5% Belanja Modal 1, , , , % 92.7% Belanja Tidak Terduga % 19.8% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan 4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada 2015 lebih rendah dari tahun sebelumya, bahkan tidak mencapai target yang dianggarkan. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 97,3%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,5%). Rendahnya realisasi pendapatan daerah tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini jelas terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasi serapannya menurun menjadi 91,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,8%). Di sisi lain, realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 106,9% dari angka tahun lalu (99,5%). KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 69

90 Bab IV. Keuangan Daerah Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain Uraian Pos APBD APBD-P Realisasi S/d Triwulan IV % Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2, , , , % 91.9% Hasil Pajak Daerah 2, , , , % 86.4% Hasil Retribusi Daerah % 92.8% Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan % 95.9% lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah % 117.7% Dana Perimbangan 1, , , , % 106.9% Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak % 112.1% Dana Alokasi Umum % 100.0% Dana Alokasi Khusus % 100.0% Lain-lain Pendapatan yang Sah % 100.7% Total Pendapatan Daerah 4, , , , % 97.3% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan Menurunnya PAD berdampak pada menurunnya tingkat kemandirian fiskal Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Tahun 2015, rasio kemandirian fiskal daerah tercatat sebesar 52,18% pada Tahun Anggaran 2015, lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya (75,78%). Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015 % Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan Menurunnya tingkat kemandirian fiskal tersebut diimbangi oleh meningkatnya dana pusat yang ditransfer ke Kalimantan Selatan. Pada tahun 2015, Pagu Dana Transfer yang ditransfer ke Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan adalah sebesar Rp23,6triliun atau meningkat 88,3% dibandingkan 2014 (Rp12,53triliun). Total realisasi 2015 tercatat sebesar Rp20,5 triliun atau terserap 87,0%. Realisasi terbesar terdapat pada Dana Alokasi Umum, yang tercatat sebesar Rp6,89triliun dengan serapan sebesar 100%. Adapun Dana Desa, sebagai komponen baru Dana Transfer, telah terserap sebesar Rp0,5triliun atau 100% dari pagunya. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 70

91 Bab IV. Keuangan Daerah Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-kalimantan Selatan Jenis Transfer Rp miliar kecuali disebutkan lain 2015 Pagu Realisasi Tw.IV Serapan (%) Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Penyesuaian Dana Desa Total Transfer 11, , , , , Sumber: Sistem Informasi Transfer ke Daerah Dan Dana Desa, DJPK Kemenkeu Meskipun Dana Transfer meningkat, rata-rata realisasi Pendapatan Daerah secara spasial pada kabupaten/kota juga di bawah target, yaitu 95%. Persentase realisasi Pendapatan tertinggi adalah Kab. Barito Kuala, yaitu sebesar 100,42% dengan nominal Rp1,1triliun. Di sisi lain, persentase Realisasi Pendapatan Kab. Tanah Bumbu merupakan yang terendah dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya, yaitu sebesar 86,48% dengan nominal Rp1,5triliun.Hal ini tidak lepas dari lemahnya kinerja sektor pertambangan yang merupakan sektor unggulan kabupaten tersebut sehingga menurunkan sumbersumber PAD. Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain No Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi 1 Kab. Banjar 1, , Kab. Barito Kuala 1, , Kab. Hulu Sungai Selatan 1, , Kab. Hulu Sungai Tengah 1, , Kab. Hulu Sungai Utara 1, , Kab. Kotabaru 1, , Kab. Tabalong 1, , Kab. Tanah Laut 1, , Kab. Tapin 1, , Kota Banjarbaru Kota Banjarmasin 1, , Kab. Balangan 1, Kab. Tanah Bumbu 1, , Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 71

92 Bab IV. Keuangan Daerah 4.2. REALISASI BELANJA DAERAH Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada Triwulan IV sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya. Realisasi serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (89,2%). Menguatnya serapan belanja daerah berperan penting guna mendukung perekonomian agar tidak melambat lebih dalam. Menguatnya serapan belanja daerah utamanya bersumber dari komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan. Realisasi serapan belanja pegawai tercatat sebesar 92,7% pada 2015, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (83,7%). Perbaikan serapan juga terjadi di Barang dan Jasa dan Belanja Modal. Belanja Modal lebih tinggi 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Menguatnya belanja modal dan belanja operasi adalah sinyal positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi daerah. Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain Uraian Pos APBD APBD-P Realisasi S/d Triwulan IV % Realisasi Belanja Operasi 4, , , , % 90.5% Belanja Pegawai % 92.7% Belanja Barang dan Jasa 1, , , , % 85.4% Belanja Bantuan Sosial % 99.2% Belanja Bantuan Keuangan 1, , , , % 90.3% Belanja Modal 1, , , , % 92.7% Belanja Tidak Terduga % 19.8% Total Belanja Daerah 5,511 5,627 4,918 5, % 90.9% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan Rasio realisasi Belanja Modal terhadap realisasi total Belanja tercatat lebih tinggi. Pada 2015 rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 23,43% lebih tinggi dari tahun sebelumnya 19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 72

93 Bab IV. Keuangan Daerah % Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan Secara spasial, rata-rata persentase realisasi belanja Triwulan IV-2015 di setiap kabupaten/kota sebesar 83,7%, berada di bawah persentase realisasi provinsi pada periode yang sama (90,9%). Realisasi tertinggi dicatatkan oleh Kota Banjarbaru, sebesar 94,65% diikuti Kabupaten Barito Kuala (92,30%) dan Kabupaten Tabalong (88,20%). Realisasi terendah adalah Kabupan Tanah Laut dengan persentase 60,23%. Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Rp miliar kecuali disebutkan lain No Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi 1 Kab. Banjar 2, , Kab. Barito Kuala 1, , Kab. Hulu Sungai Selatan 1, , Kab. Hulu Sungai Tengah 1, , Kab. Hulu Sungai Utara 1, , Kab. Kotabaru 2, , Kab. Tabalong 1, , Kab. Tanah Laut 2, , Kab. Tapin 1, , Kota Banjarbaru 1, , Kota Banjarmasin 2, , Kab. Balangan Kab. Tanah Bumbu 1, , Sumber: Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran, DJPK Kemenkeu 4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) 2016 Untuk Tahun Anggaran 2016, anggaran Pendapatan Provinsi Kalimantan Selatan daerah meningkat 3% dibandingkan APBD-P 2015, sedangkan Anggaran Belanja Provinsi Kalimantan Selatan dianggarkan -7% lebih rendah dibandingkan APBD-P Secara nominal, Anggaran Pendapatan tercatat Rp5,0triliun, naik Rp142,6miliar (sekitar 3%) dibandingkan tahun anggaran 2015 KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 73

94 Bab IV. Keuangan Daerah (Rp4,8triliun). Di sisi lain, Anggaran Belanja turun sebesar Rp418,3miliar (sekitar -7%) dibandingkan APBD-P tahun 2014 menjadi Rp5.2triliun. Penurunan beanja ini disebakan potensi pendapatan yang terbatas. Tabel 4.7. APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 2016 Rp miliar kecuali disebutkan lain Uraian Perubahan APBD 2015 APBD 2016 Nominal % PENDAPATAN DAERAH 4, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH 2, , % Pajak Daerah 2, , % Retribusi Daerah % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % DANA PERIMBANGAN 1, , % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak % Dana Alokasi Umum % Dana Alokasi Khusus % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH % Pendapatan Hibah % Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus % BELANJA DAERAH 5, , % BELANJA TIDAK LANGSUNG 2, , % Belanja Pegawai % Belanja Hibah % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 1, , % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa % Belanja Tidak Terduga % BELANJA LANGSUNG 3, , % Belanja Pegawai % Belanja Barang dan Jasa 1, , % Belanja Modal 1, , % Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan Peningkatan Anggaran Pendapatan ditargetkan berasal dari naiknya anggaran Dana Perimbangan sebesar Rp164,6miliar (11,2%), diikuti Pendapatan Asli Daerah yang meningkat tipis 0,1%. Meningkatnya Dana Perimbangan sejalan dengan program Pemerintah Pusat dalam rangka pembangunan daerah, termasuk pembangunan desa. Sementara itu, Dana Alokasi Khusus tidak dianggarkan untuk tahun ini. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 74

95 Bab IV. Keuangan Daerah Dari sisi Anggaran Belanja, penurunan terutama terjadi pada alokasi belanja modal yang dikurangi Rp189,9miliar (-14,4%). Selain itu, alokasi Belanja Hibah juga diturunkan Rp183,14miliar (-27,1%). Di sisi lain, terdapat peningkatan pada akun Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dengan kenaikan terbesar Rp56,13miliar (4,6%). Peningkatan juga terjadi pada Belanja Pegawai sebesar Rp27,8miliar dengan persentase kenaikan 4,1%. Dalam tiga tahun terakhir, Penurunan Anggaran Belanja baru terjadi pada APBD Tahun Anggaran Penurunan belanja ini diperkirakan terkait dengan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan saat ini yang sedang dalam kondisi perlambatan. Tabel 4.8. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Rp miliar kecuali disebutkan lain Uraian Pos APBD APBD % Pertumbuhan APBD-P 2014 APBD-P 2015 APBD Pendapatan Daerah 4, , , Pendapatan Asli Daerah 2, , , Dana Perimbangan 1, , , Lain-lain Pendapatan yang Sah Belanja Daerah 5, , , Belanja Operasi 4, , , Belanja Modal 1, , , Belanja Tidak Terduga Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 75

96 Bab IV. Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 76

97 Bab IV. Keuangan Daerah BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 77

98 Bab IV. Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 78

99 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah. Berdasarkan hasil liaison dan Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia terdapat indikasi penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan masih melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 masih belum pulih meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan di sepanjang Triwulan IV-2015 mengindikasikan turunnya pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah perusahaan contact liaison menginformasikan bahwa terdapat sebagian karyawan tidak tetap yang telah melewati masa kontrak dan karyawan yang telah melalui masa kerja (pensiun) pada Triwulan IV- 2015, khususnya sektor pertanian dan sektor pertambangan. Indikasi turunnya jumlah tenaga kerja tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 yang tercermin dalam angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar -4,49% yang berarti bahwa terdapat pengurangan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 terjadi pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami perlambatan pada triwulan ini Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja % SBT I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bank Indonesia (Survei Kegiatan Dunia Usaha/SKDU) Tw III Tw IV Pertanian PHR Tambang Total Indeks Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketersediaan Lap. Kerja saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen) Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 6 bln yg akan datang KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 79

100 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan berkurangnya optimisme ketersediaan lapangan kerja sepanjang Triwulan IV Dalam Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Triwulan IV-2015 tercatat sebesar 86,3, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 87,5. Angka indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat ketersediaan lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan akan berlangsung sebagaimana terlihat pada adanya sedikit peningkatan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat dari 78,1 pada Triwulan III-2015 menjadii 94,7 pada triwulan laporan KESEJAHTERAAN Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan peningkatan, perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga masih tertahan yang terkonfirmasi dalam sejumlah indikator DAYA BELI MASYARAKAT Daya beli masyarakat terindikasikan sedikit meningkat pada Triwulan-IV Hasil Survei Konsumen Kota Banjarmasin di Triwulan-IV 2015 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar 111,4, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 110,4. Selanjutnya, meskipun ketersediaan lapangan kerja diekspektasikan menguat dalam 6 bulan yang akan datang, namun indeks ekspektasi penghasilan konsumen 6 bulan yang akan datang justru mengalami penurunan, yaitu sebesar 117,2 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 148,8. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih berekspektasi untuk tetap bekerja walaupun penghasilan yang mereka peroleh leih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, pengaruh nuansa perlambatan ekonomi pada Triwulan- IV 2014 masih memengaruhi ekspektasi konsumen pada triwulan laporan. Indeks Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen) Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bln yg akan datang Indeks Penghasilan Konsumen saat ini Indeks Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan Indeks harga dibayar (Ib) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS, Nilati Tukar Petani September 2015, diolah Indeks harga diterima (It) Nilai tukar Petani KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 80

101 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani Pada Triwulan IV-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani tercatat sebesar 99,32 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,77. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (lt). Terbatasnya peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh turunnya harga komoditas internasional, seperti kelapa sawit dan karet. Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012) Sektor, Kelompok dan Subkelompok Tanaman Pangan Nilai Tukar Petani Hortikultura Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat Nilai Tukar Petani Peternakan Nilai Tukar Petani Perikanan Nilai Tukar Petani Gabungan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) Perubahan (%) I II III IV I II III IV qtq yoy % 9.27% % 9.52% % -6.04% % 1.50% % 2.36% % 1.73% % 4.40% % 2.62% Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % 2.77% b. Indeks BPPBM % 1.10% Sumber: BPS Kalsel (diolah) Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 83,21 menurun dari angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,12 poin. Rendahnya angka NTP subsektor perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang masing-masing tercatat sebesar 110,71 dan 108,93. Meskipun melemah, harga komoditas ternak dan ikan masih relatif tinggi pada Triwulan IV-2015, sehingga indeks harga yang diterima petani dalam subsektor tersebut lebih tinggi dari harga yang dibayar. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 81

102 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 82

103 Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB VI PROSPEK EKONOMI KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 83

104 Halaman ini sengaja dikosongkan KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 84

105 Bab VI. Prospek Ekonomi 6 6. PROSPEK EKONOMI Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian didorong oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan sektor pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok sehubungan perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan perbaikan pada sektor pertanian dan pertambangan. Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor pertambangan dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan kondisi sektoral yang membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang tercermin pada kondisi korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT diprakirakan juga akan tumbuh meningkat. Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target inflasi 4+1%. KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 85

106 Bab VI. Prospek Ekonomi 6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pertambangan. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian telah diindikasikan oleh peningkatan luas tanam pada triwulan akhir 2015 selain didukung oleh meningkatnya produksi komoditas perkebunan khususnya kelapa sawit. Sementara itu kontraksi pada pertumbuhan sektor pertambangan juga akan membaik berkenaan dengan adanya perayaan Imlek 18 yang akan mendorong permintaan batubara selain didukung oleh potensi peningkatan permintaan batubara dari India sejalan dengan kondisi manufaktur yang membaik di negara tersebut. Permintaan Ekspor Mengacu kepada Concencus Forecast, secara umum permintaan eksternal bagi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 akan meningkat khususnya dari India di mana pertumbuhan ekonomi negara tersebut diprakirakan meningkat sejalan dengan perbaikan manufaktur dan konsumsi domestik yang masih tumbuh positif. Sementara itu permintaan dari ASEAN diprakirakan relatif stabil demikian juga dengan Jepang. Permintaan ekspor Kalimantan Selatan pada 2016 secara keseluruhan diprakirakan menguat, didukung oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi India, Jepang dan ASEAN (khususnya Thailand). Selain permintaan terhadap energi (batubara), sejalan dengan perbaikan kondisi manufaktur, permintaan terhadap barang konsumsi termasuk CPO dan karet juga berpotensi meningkat, ditopang oleh pertumbuhan konsumsi domestik negara-negara tersebut yang menguat halaman 1 KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 86

107 Bab VI. Prospek Ekonomi Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016 Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016 Harga Komoditas Mengacu kepada permintaan global ke depan, sejumlah harga komoditas pada triwulan I-2016 masih tertahan khususnya batubara dan karet sementara itu harga CPO diprakirakan meningkat. Ke depan permintaan minyak nabati dari India diprakirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik. Kuatnya permintaan domestik India ke depan akan menurunkan target ekspornya akan minyak nabati. Sementara itu supplier dunia lainnya yakni Malaysia juga akan berkontribusi pada penurunan suplai dunia seiring dengan potensi penurunan panen kelapa sawit pada tahun Secara keseluruhan tahun, permintaan global yang masih lemah berdampak pada harga yang masih turun di 2016 baik pada batubara, CPO maupun karet. Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas 19 Oilseeds: World Markets and Trade, United States Department of Agriculture, Edisis Februari 2016 KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 87

i

i i BAB I BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI triwulan I 2016 3,97% yoy SEKTORAL triwulan IV 2015 4,14% yoy PERMINTAAN TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR Tw IV 15-0.66% yoy Tw I 16-5.09% yoy Tw IV 15-0.9%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOVEMBER 2016 i Bank Umum (Rp miliar) INDIKATOR 2014 2015 2014 2015 2016 Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw -

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MEI 2017 FEBRUARI 2017 Gambar: Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III-215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017 Gambar: Pasar Terapung Lok Baintan, Kab. Banjar,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015 Rakordal KALTENG 2015 Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook 2015 19 Oktober 2015 Outline 1 Perekonomian Nasional PDB Inflasi Rupiah Outlook 2015 3 Perekonomian Proyeksi PDRB Target Inflasi Kalteng

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i Halaman ini sengaja dikosongkan Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 Rakordal KALTENG Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 2015 PEREKONOMIAN NASIONAL Triwulan III 2015 PDB Tw III-15: 4,73% gpdrb negatif Perbaikan perekonomian terjadi di Jawa, sementara ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci