Gambar Rangkaian dasar penguat operasiaonal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar Rangkaian dasar penguat operasiaonal"

Transkripsi

1 6 PENGUAT OPEASIONAL 6. Dasardasar Penguat Operasnal Penguat perasnal (pamp) adalah suatu blk penguat yang mempunya dua masukan dan satu keluaran. Opamp basa terdapat d pasaran berupa rangkaan terpadu (ntegrated crcut IC). V CC V EE Gambar 6.. angkaan dasar penguat perasanal Gambar 6. menunjukkan sebuah blk pamp yang mempunya berbaga tpe dalam bentuk IC. Dalam bentuk paket prakts IC sepert tpe 7 hanya berharga beberapa rbu rupah. Sepert terlhat pada gambar 6., pamp memlk masukan tak membalk (nnnertng), masukan membalk (nertng) dan keluaran. Jka syarat masukan dhubungkan dengan masukan membalk (), maka pada daerah rekuens tengah syarat keluaran akan berlawanan ase (berlawanan tanda dengan syarat masukan). Sebalknya jka syarat masukan dhubungkan dengan masukan tak membalk ( ), maka syarat keluaran akan sease. Sebuah pamp basanya memerlukan catu daya ± 5 V. Dalam menggambarkan rangkaan hubungan catu daya n basanya dhlangkan. Data keadaan deal pamp dan knerja IC 7 sepert terlhat pada tabel 6.. Penguat Operasnal 97

2 Idealnya, jka kedua masukan besarnya sama, maka keluarannya akan berharga nl dan tdak tergantung adanya prubahan sumber daya, yatu ( ) = A dmana A berharga sangat besar dan tdak tergantung besarnya beban luar yang terpasang. Tabel 6. Sat deal dan data yang sebenarnya dar pamp IC 7. Parameter D a t a Harga Ideal tegangan set masukan, V mv arus set masukan, I na arus panjar masukan, I B 8 na nsbah penlakan mdus bersama (CM), ρ 9 db ω pergeseran dar I na/ C pergeseran dar V 5 µv/ C rekuens penguatantunggal (untygan requency) MHz bandwdth dayapenuh khz penguatan derensal lngkar terbuka, A 5 db hambatan keluaran lngkar terbuka, 75 Ω hambatan keluaran lngkar tertutup, M Keterangan : Tegangan set masukan (nput set ltage) V menyatakan seberapa jauh dan terpsah untuk mendapatkan keluaran lt. Arus set masukan (nput set current) menyatakan kemungknan seberapa berbeda kedua arus masukan. Arus panjar masukan (nput bas current) member ukuran besarnya arus bass (masukan). Harga CM menjamn bahwa utput hanya tergantung pada ( ) ( ), walaupun dan masngmasng berharga cukup tngg. Untuk menghndar keluaran yang berslas, maka rekuens harus dbatas, unty gan requency member gambaran dar data tanggapan rekuens. In hanya berlaku untuk 98 ELEKTONIKA DASA

3 syaratkecl saja karena untuk syarat yang besar penguat mempunya keterbatasan nla d / dt sehngga keluaran bentukpenuh hanya dhaslkan pada rekuens yang relat rendah. 6. Penguatan TakMembalk (NnInertng Amplcatn) Opamp dapat dpasang sebaga penguat tak membalk sepert gambar 6.a. Terlhat bahwa masukan dberkan pada. s Σ A (a) (b) Gambar 6.. angkaan penguat perasnal tak membalk. Opamp tersebut berungs sebaga = A ( ) dan selanjutnya kta dapat menulskan untuk penjumlah (Σ) dan penguat ujung tunggal (A) sepert pada gambar 6.b. = = A Penguat Operasnal 99

4 Dar pembag tegangan kta mempunya = =β (6.) Jad terlhat bahwa gambar 6.a adalah salah satu cnth dar penguat balkan yang kta pelajar pada bab sebelumnya, dengan β = / ( ) (6.) Dengan demkan kta dapat menulskan penguat lngkar tertutup sebaga A = A/ ( Aβ) (6.) Karena A sangat besar maka A /β = ( ) / = ( / ) (6.) Kta dapat memperleh persamaan terakhr dengan cepat dengan menggunakan metde hubung sngkat maya s = (karena A sangat besar) = (6.5) Jad / = ( / ) (6.6) s Kta dapat membuat bentuk khusus penguat tak mambalk secara sederhana sepert dperlhatkan pada gambar 6.. ELEKTONIKA DASA

5 s Gambar 6.. angkaan khusus penguat perasnal tak membalk dengan metde hubung sngkat maya dperleh s / s = (6.7) Jad penguat sepert terlhat pada gambar 6. menghaslkan penguatan. angkaan n sangat menguntungkan karena kta dapat memperleh suatu penguat dengan hambatan masukan yang sangat tngg ( Ω) dengan hambatan keluaran sangat rendah ( Ω), yatu mendekat knds deal. angkaan n dsebut rangkaan pengkut (llwer), suatu bentuk penngkatan dar penguat pengkut emtr. Jad penguat n berungs sebaga penyangga (buer) dengan penguatan =. Sebaga gambaran pada tabel 6. dperlhatkan knerja rangkaan pengkut dan rangkaan pengkut emtr. Tabel 6. Knerja rangkaan pengkut dan rangkaan pengkut emtr angkaan pengkut (Fllwer) angkaan pengkut emtr (Emtter llwer) Penguatan,99999,995 Hambatan masukan Hambatan keluaran Pergeseran DC Frekuens db > Penguat Operasnal

6 Dalam praktek untuk penguat perasnal takmembalk, besarnya rekuans db BW penguatan lngkar tertutup G dberkan leh G BW = rekuens penguatan tunggal Jad jka kta menggunakan penguat dengan rekuens penguatan tunggal MHz, kta dapat memperleh lebar tanggapan rekuens sebesar MHz. Keluaran Gambar 6. Penguat takmembalk dengan masukan nl Eek dar V (tegangan set masukan) pada knds panjar penguat, tdak terlalu sult untuk dperkrakan. Perhatkan penguat takmembalk dengan masukan nl sepert dperlhatkan pada gambar 6.. Agar dperleh keluaran sebesar krakra lt, kedua masukan harus berbeda sebesar V, yatu = V Dar pembag ptensal dapat dperleh V = dan juga = V Penguatan ELEKTONIKA DASA

7 Basanya untuk ampler dengan penguatan mungkn akan memlk keluaran sebesar mv untuk masukan nl lt. Jka arus masukan tdak dapat dabakan (sepert dasumskan d atas), analss d atas harus dmdkas sebaga pembag tegangan yang terbeban arus masukan I B, dmana V = I B. (6.8) Perlu juga dcba untuk menghubungkan ke tanah tdak dengan hubung sngkat melankan dengan hambatan paralel dengan. Arus sebesar I B juga mengalr lewat hambatan tersebut, eek dar suku kedua pada persamaan 6.8 dapat dhlangkan. Dengan demkan akan dperleh V = I. (6.9) 6. Penguat Membalk (Inertng Ampler) Pada penguat membalk sumber syarat dhubungkan dengan masukan membalk sedangkan masukan pst dtanahkan sepert terlhat pada gambar 6.. s A Gambar 6.. Penguat perasnal membalk Penguat Operasnal

8 Pada gambar 6. terlhat bahwa sebagan dar keluaran dumpankan kembal ke masukan melalu. Penguat n termasuk penguat pembalk negat. Penguatan dar rangkaan n dapat dtentukan sebaga berkut. Kta berasums bahwa arus tdak melalu masukan, jad arus yang lewat dan. Kta mempunya S = = = A dar ketga persamaan d atas dperleh S A = = (6.) A selanjutnya dperleh A ( / ) = ( / A) s (6.) Basanya A berharga sangat besar (katakan sebesar 5 ) sehngga /A berharga sangat kecl dbandngkan dengan dan s. Kta dapatkan penguatan lngkar tertutup / s / (6.) ternyata secara sederhana hanya merupakan perbandngan kedua hambatan yang dpasang. Kta dapat menggunakan metde tanahmaya untuk mendapatkan hasl sepert pada persamaan 7.. Karena masukan pst dtanahkan, maka termnal masukan negat juga dtanahkan maya (walaupun tdak terdapat penghubung lansung ke tanah). Kta memlk ELEKTONIKA DASA

9 / / S dan juga / / S Cnth Sebuah penguat takmembalk dengan sat sepert telah dbahas pada bagan 6., menggunakan dengan knguras sepert terlhat pada gambar 6. menggunakan resstr = = Perkrakan kenerja dar penguat tersebut. k Jawab Besarnya penguatan pada rekuens rendah adalah / S = / =, (atau ~ db) Jka penguatan lngkarterbuka sebesar db, besarnya penguatan lngkar tertutup akan berharga / S = ( A ) = A/ β 5 / =,9 5 (,/,) Nampak bahwa besarnya penguatan sangat mendekat harga deal. Dengan mengngat Aβ = 96 kta dapat mempredks standar penngkatan knerja dengan penguat balkan sebaga berkut: Hambatan masukan = MΩ 96 = 6 MΩ Hambatan keluaran = 75 Ω / 96 =, Ω Untuk melhat tanggapan rekuens dgunakan G BW = rekuens penguatantunggal, BW = MHz BW =,9 khz JIka masukan dtanahkan, besarnya keluaran dberkan leh V = I B. Penguat Operasnal 5

10 mv =,95 5,56 µv = 6 mv Dengan harga yang begtu rendah, I B hampr tdak mempengaruh keluaran. Besarnya masukan mv basanya mengalam perubahan sebesar 5 C, sehngga keluaran akan mengalam perubahan sebesar 5 =,78 mv/ C. 6. Penguat Penjumlah Penamaan penguat perasnal memang cck karena penguat n dapat dgunakan untuk peras matematka. Berkut n kta gunakan pamp sebaga penjumlah. Gambar 6.5 memperlhatkan masukan tak membalk dar pamp dhubungkan dengan tanah. Dengan demkan masukan membalk terhubung sebaga tanah maya karena keduanya terhubung sngkat maya. Karena kta mempunya = s / = s / = / dan juga karena = kta mempunya = s s (6.) z s s Gambar 6.5. angka penguat perasnal sebaga penjumlah 6 ELEKTONIKA DASA

11 Jelas kranya untuk n masukan berlaku : = s s... sn s (6.) n n n Jka kta pasang = = =... = n, maka =... (6.5) s s s sn sn Perhatkan bagamana penguat n berlaku sebaga penjumlah angkaan Pengurang Operas pengurangan dapat dlakukan dengan hanya memaka sebuah pamp sepert pada gambar 6.6. Terlhat bahwa s dan membentuk pembag tegangan. = s ' ' ( ) ' (6.6) s s ' ' Gambar 6.6. Penguat perasnal sebaga rangkaan pengurang. Penguat Operasnal 7

12 8 ELEKTONIKA DASA Karena dan hampr sama, kta mempunya = = ' ' ' s (6.7) Karena dan dlewat arus yang sama besarnya, kta mempunya ( ) ( ) ( ) atau / / s s = = Substtus ddapat = = S s s s ' ' ' ' ' ' atau (6.8) Jka kta memasang = ' dan ' =, maka ) ( = s s (6.9) sehngga ddapat peras pengurangan dar kedua masukan. Perlu dperhatkan bahwa besarnya penguatan dar pengurangan dan juga penjumlahan hanya tergantung pada nsbah/perbandngan resstr yang dpasang. Namun perlu dperhatkan bahwa resstr yang dpasang jangan terlalu rendah atau terlalu besar karena akan terdapat masalah dengan arus yang melewatnya. Basanya harga yang banyak dpaka berksar antara kω kω.

13 Pada pengurangan nsbah / dan ' ' / harus mendekat satu, untuk menjaga agar penguatan mdus bersama berhaarga rendah. Karena adanya pergeseran ase, penguatan mdus bersama cenderung menngg dengan adanya kenakan rekuens. s s Gambar 6.7 Penguat derensal dengan dua penguat Penguat derensal (pasangan berekrpanjang) juga melakukan pengurangan. Namun keluaran tdak pada V DC, mengalam dstrs dan besarnya penguatan tergantung pada r e (karenanya tergantung temperatur). Pengurangan sepert pada gambar 6.6 serng juga dlakukan dengan menggunakan sepasang penguat takmembalk, sehngga masngmasng memlk hambatan masukan yang sangat tngg. In akan menghaslkan penguatan derensal sepert dperlhatkan pada gambar 6.7. Dengan menggunakan pendekatan tanahmaya dapat dbuktkan bahwa keluaran dar penguat d atas adalah S S = = ( ) ( )( ) ( ) ( )( ) Perhatkan bagamana resstr mengntrl besarnya penguatan derensal. Penguat Operasnal 9

14 6.6 angkaan Pengntegral angkaan pamp yang pentng lannya adalah dengan penempatan sebuah kapastr sepert pada gambar 6.8. Karena masukan tak membalk dtanahkan, maka arus yang lewat akan terus melewat C, jad dan s / = q / C = C = C dt dt s Tampak bahwa tegangan keluaran merupakan ntegral dar syarat masukan. (6.) s C Gambar 6.8. angkaan dasar pengntegral angkaan ntegratr banyak dgunakan dalam kmputer analg dmana rangkaan n banyak membantu menyelesakan persamaan ntegral. Namun demkan untuk maksud tersebut dperlukan penguat dengan stabltas DC yang sangat bak, tdak sepert halnya rangkaan kta sebelumnya dmana perubahan sedkt pada masukan akan dperkuat leh penguatan lngkarterbuka. ELEKTONIKA DASA

15 Gambar 6.9 Kmbnas rangkaan penjumlah arus dan pengntegral Pada pengperasan secara nrmal, perlu mereset rangkaan pengntegral secara reguler pada suatu selang tertentu, msalnya dengan menghubung sngkatkan kapastr, setelah tu dapat dlakukan kembal prses ntegras. Dmungknkan untuk mengkmbnas penjumlahan arus dengan peras ntegras sepert terlhat pada gambar 6.9. k k k C k (a) (b) Gambar 6.. angkaan pengntegral dengan dua masukan Cnth Tentukan keluaran dar rangkaan pada gambar 6.b Penguat Operasnal

16 Jawab Dar ttk ke dapat dlhat sebaga pembag tegangan sehngga memberkan = = / (dengan melhat sebaga tanah maya) dan juga ( )/k = ( )/k Jad = Sehngga = Cnth Tentukan pesamaan keluaran dar rangkaan pada gambar 6.b Jawab Gambar 6.b menunjukkan salah satu aras rangkaan pengntegral. Dengan metde hubung sngkat maya, kta mempunya : = Arus yang melalu adalah : ( ) = ( ) / / Tegangan pada kapastr adalah : = C dt dan juga Jad C dt = C dt C dt = C dt ELEKTONIKA DASA

17 s C A sn ωt C (a) (b) Gambar 6. Varas bentuk rangkaan pada pamp Cnth Untuk suatu S dan pada rangkaan pada gambar 6.a dberkan dalam bentuk persamaan derensal rde pertama; tentukan persamaan tersebut. Jawab Jumlah arus yang masuk pada ttk adalah nl, sehngga S d C dt = dan juga d dt = C C S Cnth 5 Buktkan bahwa keluaran rangkaan pada gambar 6.b mempunya ampltud A (tdak tergantung pada,c dan ω) dan mengalam pergeseran ase (tergantung pada,c dan ω). Jawab mempunya ampltud lebh kecl dar A dan terjad pergeseran ase sebesar φ, dmana ( / ) φ = tan Cω Penguat Operasnal

18 Besarnya ampltud dberkan leh A ( C ) / / ω = A / ( / Cω) = A/ ( tan φ) = A cs φ sehngga = A csφ sn ( ω φ) t = ( dengan tanah maya) Kta juga mempunya A sn ω t = sehngga = = A cs = A sn = A sn A snω t φ sn( ω t φ) ( ω t φ ) A ( ω t φ ) Asnω t snω t Asnω t Terlhat bahwa rangkaan memlk pergeseran ase dua kal dbandngkan rangkaan C sederhana, tetap tdak mengalam pelemahan ampltud. 6.7 Penguatan Nnlner Sebuah penguat perasnal deal adalah merupakan prant lner, yatu besarnya keluaran berbandng lurus dengan masukan untuk semua harga masukan. Terdapat beberapa aplkas pentng nnlner dar pamp, yang palng sederhana adalah sebaga kmparatr (cmparatr). Secara sederhana aplkas n hanya berupa pembandngan tegangan yang dkenakan pada kedua masukannya dan melhat mana yang berharga lebh tngg Kmparatr (Cmparatr) Pada gambar 6.a, jka tegangan masukan lebh besar dar tegangan reerens V, tegangan keluaran akan berharga pst. Karena harga penguatan sangat besar maka perbedaan tegangan yang relat kecl akan membawa penguat pada daerah jenuh. ELEKTONIKA DASA

19 Karakterstk transer menunjukkan bahwa sedkt penurunan pada (mllt) akan membawa pamp dar jenuh pst ke jenuh negat (lhat gambar 6.b). Jka V = lt, n akan menjad zercrssng cmparatr. Kmparatr jens n dapat dgunakan untuk mengubah syarat AC menjad gelmbang ktak dengan peras pemtngan (clpper) sepert terlhat pada gambar 6.c. V A Masukan A Keluaran (a) (b) (c) Gambar 6. Aplkas nnlner pamp : a) Kmparatr, b) karakterstk transer dan c) peras pemtngan (clpper) Pembagkt Gelmbang Ktak Gelmbang ktak dapat dbangktkan dengan rangkaan yang murah dan sederhana dengan sebuah pamp dan sepasang dda zener. Pada gambar 6.a, sebuah kapastr C ds melalu resstr S. dar keluaran dbatas leh harga Vz atau Vz melalu dde dan Vz C A s Vz/ T/ T t T/ Vz/ Vz (a) (b) Gambar 6. Pembangkt gelmbang ktak sederhana a) angkaan dasar dan b) bentuk gelmbang untuk = Penguat Operasnal 5

20 Opamp akan membandngkan dengan Vz yang dperleh dar pembag tegangan dmana dalam hal n =. Saat Vz = berubah tanda, akan berubah tanda. Setengah dar akan dumpankan kembal (balkan pst) ke termnal tak membalk untuk membuat pamp pada keadaan jenuh. Untuk melhat bagamana rangkaan pada gambar 6.a bekerja, buat asums = dan Vz = V. Pada saat t =, mendekat harga 5 V. Pada saat t =, mencapa harga (katakan) 5, V, dan ke harga pst, membuat pamp dalam keadaan jenuh pst namum dbatas leh harga V. Karena adalah tegangan pada C, maka tdak dengan segera dapat berubah dan pada t =, 5V. Karena = V, maka tegangan cenderung memaksa arus melewat sebesar = ( 5) 5 V. = Tegangan kapastr akan bertambah secara ekspnensal mengkut t / C ( e ) 5 = 5 Saat melewat Vz = 5V, termnal masukan pst akan lebh pst dbandngkan dengan termnal negat, berubah tanda dan akan negat. Setengah dar akan dumpankan kembal membuat semakn negat, dan akan menjad Secara umum, dmana ( ) = H / dan = HVz pada t =, Vz. = t / C ( H ) Vz ( e ) HVz (6.) untuk putaran pertama. Pata saat t T /, = HVz. Substtus nla n ke persamaan = 6. dperleh perde sebesar T H = C ln (6.) H Pembangkt gelmbang ktak d atas dengan menggunakan dde zener dapat dperaskan pada daerah rekuens aud. 6 ELEKTONIKA DASA

21 .7. Pembangkt Gelmbang Segtga Dengan menggunakan beberapa pamp hampr semua bentuk gelmbang atau pulsa dapat dbangktkan. Sebaga cnth pada gambar 6.a dperlhatkan rangkaan pembangkt gelmbang segtga. I A A s I A C Vz t Kmparatr (a) Integratr Vz T (b) Gambar 6. Pembangkt gelmbang segtga sederhana : a) angkaan dengan dua buah pamp dan b) Bentuk gelmbang. Saat terjad perubahan, kmparatr beralh antara jenuh pst dan negat dengan keluaran terptng pada Vz atau Vz. Buat asums bahwa Vz pada saat t = ; arus yang mengalr ke ntegratr adalah I = Vz /, dmana n juga mengs kapastr C. Keluaran ntegratr adalah merupakan tegangan kapastr atau = V I C t dt = V I C t (6.) Sebagan dar tegangan dumpankan kembal melalu ke termnal pst kmparatr. Saat berubah tanda ke negat, kmparatr beralh ke jenuh negat, berubah ke Vz, dan arus knstan I berbalk. In akan menyebabkan berbentuk segtga. Besarnya ampltud dapat dkntrl dengan A ( ) A A, yang mengatur aktr balkan H = /, dan rekuens dapat datur leh, yatu dengan mengntrl arus yang mengalr ke kapastr. Penguat Operasnal 7

22 6.8.Kmputer Analg Kmputer analg elektrnk mdern adalah merupakan alat untuk mempredks karakterstk suatu sstem yang dapat dterangkan dengan kumpulan persamaan aljabar atau derensal. Prsedur pemrgraman berupa penyusunan pamp untuk melakukan peras sesu dengan persamaan sstem yang dkehendak dan menamplkan haslnya. K K Σ () dt (a) Penguat Pembalk (b) Penjumlah (c) Integratr Gambar 6.5 Smbul peras ungs dengan pamp D sampng pamp sepert terlhat pada gambar 6.5, dalam praktek kmputer dlengkap dengan resstr dan kapastr yang press, pembangkt ungs untuk berbaga bentuk masukan, ptensmeter, saklar pengntrl, slskp atau tamplan keluaran dan papan untuk merakt kmpnen sesua dengan prgram yang dkehendak. K M x F cs ωt D Gambar 6.6 Cnth suatu sstem ss Salah satu aplkas kmputer analg yang banyak dpaka adalah untuk menyelesakan persamaan ntegral lner. Untuk memberkan gambaran dcba untuk melhat suatu sstem ss sepert dperlhatkan pada gambar 6.6. Dbuat asums massa M berharga knstan dan pegas dalam knds lner ( x = K ), dan besarnya gaya gesekan D berbandng lurus dengan kecepatan u, sstem tersebut dapat dgambarkan dengan persamaan derensal lner 8 ELEKTONIKA DASA

23 d x dx = = F csω t M D x (6.) dt dt K dan sekumpulan knds awal. karakterstk sstem dapat dapat dnyatakan dalam bentuk x ( t) atau kecepatan ( t) u dmana u = dx / dt. Kta berharap dapat menamplkan karakterstk n dengan membuat prgram kmputer untuk menyelesakan persamaan. Langkah awal adalah dengan menyelesakan dereas tertngg. mengantspas ners pada pamp kta menulskan Untuk d x F D dx = csω t x (6.5) dt M M dt KM Untuk memenuh persamaan tersebut dperlukan peras matematka berupa penjumlahan, ntegras, ners, dan perkalan dengan knstanta. Satu penjumlahan dan dua ntegras dperlhatkan pada gambar 6.7; pada masngmasng peras terdapat ners. F cs ω t M x KM D dx M dt Σ d x dt d x dt _ dx _ dt dx dt x (a) (b) (c) Gambar 6.7 Operas yang dperlukan untuk menyelesakan persamaan 6.5. Langkah berkutnya adalah menyusun elemen kmputer untuk menyelesakan persamaan tersebut. Dengan mengetahu masukan yang dperlukan pada penjumlah, kta dapat mengambl syarat (dalam bentuk tegangan) dan memberkan perkalan knstanta dan ners. Dengan mengabakan knds awal, salah satu bentuk prgram dperlhatkan pada gambar 6.8. Penguat Operasnal 9

24 F M cs ωt Σ d x _ dx dt dt x KM x D M dx dt _ D M KM x _ KM Gambar 6.8 Prgram kmputer analg untuk persamaan 6.5. Sebuah slskp dengan snkrnsas yang benar yang dhubungkan pada termnal akan dapat menamplkan perpndahan x ( t). Kecepatan ( t) u terseda pada termnal, namun dperlukan ners untuk mengubah tandanya. Terlhat dalam hal n dperlukan enam pamp, namun dengan pengaturan tertentu slus dapat dperleh dengan hanya menggunakan pamp kurang dar jumlah tersebut. ELEKTONIKA DASA

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer... DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

RANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

RANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) NGKNNGKN DS OPETONL MPLFE (OPMP). nvertng mpler 3 nalsa angkaan: ; L Pada ttk terjad suatu enmena yang dsebut vrtual grund yatu ttk yang memlk nla tegangan nl meskpun tdak terhubung langsung ke pertanahan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN APLIKASI DIODA

BAB III RANGKAIAN APLIKASI DIODA 1 BAB ANGKAAN APKAS OA Analss rangkaan dda ada pendekatan : 1. Analss gars beban. Pendekatan mdel / rangkaan ekvalen dda 3.1 Analss Gars Beban E Gambar 3.1 angkaan dda Hukum Krchff : E E + E + saat saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balk Negat Hal 217 BB 5E UMPN BK NEGTF Dengan pemberan umpan balk negat kualta penguat akan lebh bak hal n dtunjukkan dar : 1. pengutannya lebh tabl, karena tdak lag dpengaruh leh kmpnen-kmpnen

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922 PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah BAB III KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC III. Batas Bawah Magc Number pada Pelabelan Total Pseudo Edge-Magc Teorema 3.. Anggap G = (,E) adalah sebuah graf dengan n-ttk dan m-ss dan memlk

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BALIKAN (FEEDBACK) v i. Balikan. Gambar 15.1 Skema rangkaian dasar balikan

BALIKAN (FEEDBACK) v i. Balikan. Gambar 15.1 Skema rangkaian dasar balikan 5 BLIKN (FEEDBCK) 5. Dasar Penguat Balikan Karena sebuah transistr dapat memberikan penguatan > 00 kali, kita hanya memerlukan beberapa transistr (suatu penguatan dikuatkan leh penguat berikutnya) untuk

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II Deret Taylor & Derensal Numerk Matematka Industr II Maclaurn Power Seres Deret Maclaurn adalah penaksran polnom derajat tak hngga 0 0! 0 n n 0 n! Notce: Deret nnte tak hngga menyatakan bahwa akhrnya deret

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN

ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN Hendra Bunyamn Jurusan Teknk Informatka Fakultas Teknolog Informas Unverstas Krsten Maranatha

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci