Modulator dan Demodulator
|
|
- Adi Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan dsebut juga snyal pemodulas. Proses modulas dlakukan pada bagan pemancar. Proses kebalkannya yang dsebut demodulas dlakukan pada bagan penerma. Dalam demodulas, snyal pesan dpsahkan dar snyal pembawa frekuens tngg. 1. Mxer Salah satu pemodfkas frekuens yang serng dgunakan adalah mxer. Mxer banyak dgunakan dalam modulas ampltudo. Suatu mxer deal dtunjukkan pada gambar 1. Gambar 1. Rangkan Mxer Jka nputnya adalah snyal snusoda, output mxer adalah penjumlahan dan perbedaan frekuens sepert d bawah n: A1 A 0 A1 snω 1t( A snωt) [ cos( ω1 ω ) t cos( ω1 + ω ) t] (1) Kalau frekuens yang dngnkan hanya salah satu dar kedua frekuens tersebut, snyal frekuens yang tdak dngnkan dbuang dengan menggunakan flter. Walaupun mxer deal tdak bsa dwujudkan, tap ada beberapa rangkaan yang bsa dgunakan sebaga pendekatan dar mxer deal. Ada rangkaan mxer yang menghaslkan penguatan dan dsebut dengan aktf mxer. Sebalknya mxer pasf menghaslkan rug-rug. Mxer tpe swtchng Dalam mxer tpe swtchng, satu atau lebh dode atau transstor dgunakan sebaga swtch. Ketdak-lnearan atau karakterstk swtchng dode serng dgunakan untuk pencampur (mx) frekuens, terutama pada frekuens tngg. Gambar menggambarkan suatu contoh mxer tpe swtchng dengan menggunakan dode. Jka center tap (CT) transformator adalah deal, tegangan yang dhaslkan dtunjukkan pada gambar 3. Gambar. Mxer tpe swtchng dengan dua dode
2 Osclator local ( ) mempunya ampltuda tegangan konstan. Fungs swtch (doda) dkendalkan oleh dengan >>, sehngga: o + > 0 o + < 0 Gambar 3. Rangkaan penyederhanaan mxer Output terdr atas snyal oslator dtambah dengan beda fasa 180 o pada frekuens oslator local. Tegangan keluaran o dapat dtuls sebaga: o + * Dmana * P(t) 1 P( t) 1 > 0 < 0 P(t) adalah fungs gelombang perseg dengan frekuens sama dengan frekuens oslator lokal ω. Gambar 4. Bentuk gelombang perseg Gelombang perseg P(t) dapat dnyatakan sebaga sebuah deret fourer: 4 sn(n + 1) ω ( ) t P t n0 n + 1 sehngga * 4 sn(n + 1) ω t n0 n + 1 () (3) Jka I adalah snusoda sn ω t Maka: * n0 cos[(n + 1) ω ω ] t cos[(n + 1) ω n ω ] t (4)
3 Karena o + *, maka keluaran mxer terdr dar snyal oslator dtambah dengan sejumlah tak hngga snyal yang dhaslkan oleh mxer. Frekuens yang dngnkan bsa dpsahkan dengan menggunakan flter. Syarat yang harus dpenuh adalah bahwa ampltuda oslator jauh lebh besar dar ampltuda snyal nput dan tegangannya cukup besar untuk menswtch doda. Jka hal n tdak terpenuh akan muncul dstors. Kelemahan rangkaan mxer tersebut adalah bahwa pada keluaran muncul frekuens oslator yang banyak menmbulkan kesultan jka frekuens oslator lokal ω jauh lebh besar dar frekuens nput ω. Snyal yang dngnkan pada keluaran, ω + ω atau ω - ω akan sult dpsahkan karena mendekat ω. Untuk menghlangkan snyal oslator lokal pada output mxer, maka dgunakan rangkaan : Gambar 5. Mxer dode dengan snyal oslator tdak muncul pada output Yang ekvalen dengan: Gambar 6. Penyederhanaan rangkaan gambar 5 Jka postf dan jauh lebh besar dbandngkan dengan maka kedua doda akan terhubung/on, dan 0. Jka snyal oslator menjad negatf maka doda terbuka (off) dan snyal output 0 menjad nol. Secara umum persamaan untuk tegangan output adalah : o P(t) Dmana : P(t) 1 > 0 P(t) 0 0 Dalam hal n, P(t) adalah fungs gelombang perseg dengan frekuens sama dengan frekuens oslator lokal. Perbedaan dengan rangkaan sebelumnya adalah bahwa gelombang perseg dsn mempunya nla dc yang tdak nol. Gambar 7. Gelombang output mxer pada gambar 5
4 Ekspres dalam deret fourer untuk P(t) : P( t) 1 + sn(n + 1) ω t n + n0 1 (5) Jka adalah gelombang snus sn ω t maka tegangan keluarannya: o snωt ( t) cos[(n + 1) ω ω ] t cos[(n + 1) ω + 0 n + 1 n + ω ] t (6) Output mxer berbeda dengan dengan output mxer sebelumnya. Pada model n, output tdak mengandung snyal oslator lokal, tap mengandung komponen snyal nput ω. Rangkaan mxer double-balanced yang bsa dgunakan dengan beban sembang dtunjukkan pada gambar berkut. Gambar 8. Mxer double-balanced Prnsp kerja mxer adalah serupa dengan mxer pada gambar 5 dengan output adalah sama persamaan (6). Rangkaan Mxer dengan 4 doda Mxer tpe swtchng dengan 4 dode d bawah n mempunya output yang tdak mengandung frekuens nput maupun oslator lokal. Jka postf, maka D dan D3 akan on, Gambar 9. Mxer tpe swtchng dengan 4 dode Gambar 10. Rangkaan ekuvalen untuk tegangan oslator postf sehngga rangkaan ekvalennya menjad:
5 dmana r d adalah resstans dnams dode. (I 1 +I )R + I 1 r d - (I 1 +I )R + I 1 r d + Jka delmnas: I 1 + I /( R + r d /) - 0 /R atau Gambar 11. Rangkaan ekuvalen gambar R R + r d / dmana: o -(I 1 +I )R Apabla negatf, maka D1 dan D4 on, Gambar 1. Rangkaan ekuvalen untuk tegangan oslator negatf dan rangkaan ekvalennya menjad: Gambar 13. Rangkaaan ekuvalen gambar 1. oop Atas oop Bawah : - (I 1 +I )R + I 1 r d - : - (I 1 +I )R + I 1 r d + Jka delmnas maka:
6 I 1 + I - /( R + r d /) dengan o -(I 1 +I )R sehngga : 0 ( R + r / ) R d Dalam mxer n, tegangan output adalah proporsonal terhadap tegangan nput dan dswtch pada frekuens oslator lokal. Karena tu : ( R 0 t) ( t) P( t) (7) R + r / d Persamaan untuk P(t) adalah sama dengan (5). Apabla nput adalah gelombang snus sn ω t o R R r + d cos[(n + 1) ω ω ] t cos[(n + 1) ω 0 n + 1 n + ω ] t (8) Suatu mxer double-balanced dengan beban sembang dan couplng transformer deal akan menghaslkan upper dan lower sdeband dtambah dengan sejumlah tak hngga spurous yang terpusat pada harmonsa ganjl frekuens oslator lokal, tap bak snyal nput maupun frekuens oslator lokal tersolas dar ouputnya. Converson oss Converson oss Mxer adalah raso daya output pada satu sdeband terhadap daya nput snyal. Untuk menghtung converson loss, asums yang dberkanadalah mpedans eksternal dplh untuk transfer daya maksmum. Tnjau suatu mxer double-balanced sepert gambar 9. Jka nput transformer mempunya raso lltan 1:1, rangkaan ekuvalen adalah sepert pada gambar 11. Impedans beban dlhat dar nput adalah : /(I 1 +I ) /I 1 R +r d / Basanya R >> r d, jad nput akan sesua untuk transfer daya maksmum jka R Rs, pada konds n s /, dan: s P 4R Dar persamaan (8), tegangan output untuk satu sdeband (asums R >> r d ) adalah o ω ± ω Daya output adalah P o s R s Sehngga penguatan konvers mxer double-balanced : Po 4R 4 G (9) P R yang bernla kurang dar satu. Untuk Converson oss-nya adalah: 10log 4 4dB
7 Untuk mxer double-balance deal dengan beban sesua dengan mpedans sumber, dan dengan mengabakan rug-rug pada transformer dan dode, kra-kra 40 % dar daya nput akan terkrm ke beban. Dstors Apabla daya snyal nput suatu mxer bertambah, kemungknan akan mencapa suatu level yang melampau daya oslator lokal. Dalam konds n maka snyal nput yang akan mengatur fungs swtchng doda, dan daya output akan proporsonal dengan daya oslator lokal. Karena daya oslator konstan maka daya output juga akan konstan. Karakterstk Transfer daya deal dgambarkan sebaga berkut. Gambar 14. Karakterstk transfer daya mxer Pada daya nput rendah, transfer daya adalah lnear. Tap ketka level daya nput dnakkan, dstors mula terjad dan respons mula menjad tdak lnear. Pada level daya nput tngg, output menjad saturas pada level sesua dengan level oslator lokal. Jka nput dnakkan lag, maka muncul dstors ntermodulas (IMD). Modulator dan Demodulator Modulas Ampltuda Modulas ampltuda adalah suatu teknk modulas dmana ampltuda snyal carrer dvaraskan terhadap ampltudo snyal pesan. Gelombang termodulas ampltuda dapat dexpreskan: S(t) f(t) sn ω c t Dmana f(t) adalah snyal pesan (pemodulas) dan ω c adalah frekuens pembawa. Persamaan untuk snyal AM bsa dtulskan sbb : S(t) A[1+mf(t)] sn ω c t (10) Dmana m adalah ndeks modulas dengan nla umumnya < 1. Untuk snyal pemodulas gelombang snus f(t) cos ω c t : S(t) A{sn ω c t +½ m [ sn (ω c + ω m )t + sn (ω c - ω m )t]} (11) Bentuk dan spektrum frekuens snyal termodulas adalah :
8 Spektrum Frekuens AM Snyal termodulas ampltuda Gambar 15. Spektrum dan betuk gelombang snyal AM Dar spektrum terlhat bahwa snyal termodulas mempunya komponen frekuens pembawa dtambah dengan upper sdeband dan lower sdeband yang terpusat d frekuens pembawa. Snyal sepert n dsebut dengan snyal double sdeband large carrer/full carrer. Persamaan untuk snyal AM menunjukkan bahwa ntuk m < 1, ampltuda carrer palng tdak dua kal ampltuda masng-masng sdeband. In berart bahwa palng tdak dua pertga dar total daya yang dkrm dgunakan oleh carrer. Karena carrer tdak mengandung nformas/pesan yang dkrm, maka ada kalanya carrer dhlangkan atau dtekan. Snyal akan berbentuk Am S( t) [ sn( ωc + ωm ) t + sn( ωc ωm ) t] (1) Snyal n dsebut juga snyal Double SdeBand (DSB) Suppressed Carrer. Snyal DSB mash mempunya bandwdth yang sama dengan snyal AM dengan keuntungan bahwa daya yang dpergunakan lebh efsen. Kelemahannya adalah komplekstas pada ss penerma karena memerlukan suatu teknk tertentu untuk mendapatkan kembal frekuens dan phasa snyal carrer yang dperlukan untuk mendeteks snyal pemodulas. Ampltuda Modulator: Standar AM DSB large carrer dhaslkan dengan dua cara: a. memodulas snyal oslator pada daya yang relatf rendah dan menguatkan snyal termodulas dengan penguat (power amplfer). b. Menggunakan snyal pemodulas untuk mengontrol supply tegangan pada penguat daya.
9 Gambar 16. Modulator AM a) Rangkaan Modulas Ampltuda daya rendah b) Modulas Ampltuda pada level daya tngg Beberapa mxer yang djelaskan sebelumnya bsa dgunakan sebaga modulator ampltuda level rendah. Sebaga contoh output mxer pada gambar dberkan pada persamaan (4). Jka adalah snyal snus Dan jka dtambah PF pada output dengan BW B ω + ω maka output menjad PF dgunakan untuk membuang komponen frekuens yang lebh tngg. Indeks modulas dar snyal termodulas ampltuda n adalah : 4 m 1 Modulator tpe n hanya cocok untuk modulas dengan ndeks kecl. Untuk memperoleh ndeks modulas besar dgunakan rangkaan modulator dengan transstor. Modulatos dlakukan pada ss collector. Output rangkaan dtala pada frekuens carrer dengan bandwdth dua kal bandwdth snyal pemodulas. Snyal termodulas dsusun ser dengan catu tegangan DC sehngga catu tegangan frekuens rendah untuk transstor adalah : Dengan
10 m (t) m cc cos ω m t Gambar 17. Rangkaan Collector-modulated Untuk penguat kelas C, output transstor pada konds saturas akan sama dengan catu tegangannya. Karena tu, mengubah catu tegangan akan juga mengubah tegangan output transstor secara proporsonal. Daya output adalah P0 cc/r (1 + ½ m ) Dengan Pc cc/r maka P0 Pc(1 + ½ m ) Untuk modulas 100 %, puncak tegangan m (t) harus sama dengan catu tegangan cc. o cc(1 + cosω m t) cos ω c t P0 cc/r (1 + ½) P0 1,5 Pc Pada konds n, masng-masng sdeband akan mengandung ¼ daya carrer. Snyal carrer mempunya ampltuda cc dan ampltuda masng-masng sdeband adalah setengah ampltuda carrer. Daya output total adalah : cc P 3 0 R Demodutor Teknk deteks atau demodulas AM bsa dkelompokkan menjad dua yatu deteks snkron dan deteks asnkron. Deteks snkron memerlukan elemen non-lnear atau elemen yang bervaras terhadap waktu, yang dsnkronsas dengan frekuens carrer nput. Dalam deteks asnkron, tdak dperlukan snkronsas dengan frekuens carrer. Deteks asnkron : deteks selubung Deteks selubung adalah teknk demodulas AM asnkron palng sederhana. Blok dagram deteks selubung dtunjukkan pada gambar berkut :
11 S(t) Penyearah setengah gelombang r (t) PF Output penyearah : r (t) S(t) S(t) > 0 0 S(t) <0 Gambar 18. Dagram blok deteks selubung yang bsa dtuls r (t) S(t) P(t) Jka S(t) adalah perodk dengan frekuens ω c, maka P(t) 1 untuk S(t) > 0 P(t) 0 untuk S(t) < 0 P(t) adalah snyal segempat dengan frekuens sama, ω c. 1 sn(n + 1) P( t) + ωc n 0 n + 1 t Persamaan snyal AM adalah : r( t) snωct 1 cos ω ct A[1 + mf ( t)] harmonsa tngg dar ωc (13) Jka PF yang terpasang membuang semua komponen frekuens pada ω c dan komponen frekuens tngg lannya, maka output akan menjad : ( t) 0 A[1 + mf ( t)] yang merupakan komponen DC dtambah dengan snyal pesan. Untuk snyal pesan adalah snyal snus frekuens tunggal : f(t) sn ω m t maka : snωct m 1 cos( ωc ωm ) t cos( ωc + ωm ) t r( t) A + (snωmt) harmonsa (14) tngg Output akan mengandung komponen frekuens ω c - ω m yang juga harus dbuang oleh flter. Flter tdak bsa membuang komponen tersebut jka ω m terlalu dekat dengan ω c. Untuk membatas tdak terjadnya dstors, frekuens snyal pemodulas harus dbatas sehngga ωc ωm MAX dan bandwdth B dar PF dplh sehngga : r (t) > 0 jka S(t) >0 Konds n hanya mungkn jka m tdak lebh besar dar satu dan snyal carrer terseda. Detektor selubung sederhana dtunjukkan pada gambar berkut :
12 Cc S(t) C R R v o (t) Gambar 19. Rangkaan deteks selubung Ketka rangkaan mendapat nput, kapastor ds (charge) sampa nput mula turun. Pada saat n, dode menjad open-crcut dan kapastor membuang muatan (dscharge) melalu resstor R. p e - t/r C p adalah nla puncak dar snyal nput, dode terbuka saat t 0. Nla C yang lebh besar menghaslkan output dengan rpple yang lebh kecl. Tap C tdak bsa bernla terlalu kecl karena proses pengsan dan pembuangan tdak bsa mengkut perubahan snyal nput. Tme constan t dplh sehngga RC [(ω m ω c ) -1 ] ½ Jka komponen frekuens tertngg dar snyal pemodulas mendekat frekuens carrer, teknk demodulas lan yang harus dgunakan. Efek dar kapastor C dtunjukkan pada gambar berkut. RC tepat RC besar RC kecl Gambar 0. Output deteks selubung untuk beberapa nla RC Deteks Snkron Deteks selubung tdak bsa mendeteks snyal termodulas ampltuda sepert snyal DSB-suppressed carrer. Tap jka dmungknkan untuk mendapatkan snyal dengan frekuens dan phasa yang snkron dengan carrer, maka deteks snyal DSB-SC bsa dlakukan. Beberapa sstem komunkas mengrmkan snyal plot-carrer kecl yang tersnkronsas dengan snyal carrer, sepert pada teknk FM stereo. Jka suatu oslator lokal yang snkron dengan snyal carrer terseda, demodulas bsa dlakukan dengan teknk berkut : S(t) PF Gambar 1. Deteks snkron Tnjau snyal DSB
13 Am S( t) c m sn c m ) [ sn( ω + ω ) t + ( ω ω t] Jka oslator lokal adalah : sn ω c t Maka snyal output adalah 0 S(t) Am 0 [ cosω m t cos(ω c + ωm ) t cos(ω c m ) t] (15) 4 Jka snyal d-flter low pass dengan (ω m < B ω c ) maka Am ' 0 cosωmt yang proporsonal dengan snyal pemodulas. Teknk deteks n juga bsa dpergunakan untuk memodulas snyal AM dan SSB.
SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7
ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan
Lebih terperinciSolusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei
Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput
Lebih terperinciRANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan
. Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor
Lebih terperinciELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd
ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,
Lebih terperinciBAB V TEOREMA RANGKAIAN
9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan
Lebih terperinciberasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat
10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass
Lebih terperinciQ POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED
Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan
Lebih terperinciIV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI
IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam
Lebih terperinciBAB VB PERSEPTRON & CONTOH
BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur
Lebih terperinciPertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd
Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN DAYA
BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga
Lebih terperinciPENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya
Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c
6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang
Lebih terperinciANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)
Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat
Lebih terperinciContoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.
BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan
Lebih terperinciP n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman
OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu
Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber
Lebih terperinciLAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES
LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod
Lebih terperinci2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil
.1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya
Lebih terperinciPerancangan Simulasi Integrasi Pengirim-Penerima DVB-T
Bab 3 Perancangan Smulas Integras Pengrm-Penerma DVB-T 3.1 Pendahuluan Program smulas pada tess n bertujuan untuk mensmulaskan perbandngan knerja algortma snkronsas waktu dan frekuens dalam berbaga tpe
Lebih terperinciBAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan
Lebih terperinciPengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804
Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya
Lebih terperinciIII PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK
34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham
Lebih terperinciPerbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB
Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,
Lebih terperinciBAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model
BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk
Lebih terperinciBAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA
BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang
Lebih terperinciBAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST
BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS
28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan
Lebih terperinciDidownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang
Lebih terperinciBAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN
BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN SISTEM ADAPTIF OTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING UNTUK APLIKASI MULTIUSER
STUDI PENERAPAN SISTEM ADAPTIF OTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING UNTUK APLIKASI MULTIUSER Bobby Juan Pradana 1, Arfanto Fahm 2, Dharu Arseno 3 1,2,3 Jurusan Teknk Elektro Sekolah Tngg Teknolog
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam
1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN MODEL
BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.
BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.
Lebih terperinciANALISIS BENTUK HUBUNGAN
ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel
Lebih terperinciPENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI
PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan
Lebih terperinciBAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE
BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung
Lebih terperinciBAB X RUANG HASIL KALI DALAM
BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan
Lebih terperinciPENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN
PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel
BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga
Lebih terperinciBOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL
BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang
Lebih terperinciII. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai
II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi
3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V
Lebih terperinciBAB VIII. Analisa AC Pada Transistor
Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut
Lebih terperinciIV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik
Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi
Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan
Lebih terperinciPERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP
PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan
Lebih terperinci48 Sistem Komunikasi 1 (EE3314) BAB VII PENGUAT
8 stem omunkas () BAB VII PNUAT Penguat orde- lnear merupakan system lnear yang serng kal dpaka dalam system komunkas ecara konsep, penguat lnear dapat berupa apa saja (penguat, flter, saluran, peredam,
Lebih terperinciSOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA
ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl
Lebih terperinciAnalisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank
ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK
Dktat Rekayasa Trafk BB II PDKT PROBBILITS D MODL TRFIK 2. Pendahuluan Trafk merupakan perstwa-perstwa kebetulan yang pada dasarnya tdak dketahu kapan datangnya dan berapa lama akan berlangsung. Maka untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve
Lebih terperinciPENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku
13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :
JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang
Lebih terperinciMATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT)
MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN (Nuryanto, ST., MT) Ukuran Statstk Ukuran Statstk : 1. Ukuran Pemusatan Bagamana, d mana data berpusat? Rata-Rata Htung = Arthmetc Mean Medan Modus Kuartl, Desl, Persentl.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada
3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5
Lebih terperinciBab III Analisis Rantai Markov
Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...
DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...
Lebih terperinciBAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa
BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup
Lebih terperinciANALISIS REGRESI. Catatan Freddy
ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :
Lebih terperinciUKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a
UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada
Lebih terperinciUKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA
UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya
Lebih terperinciBAB III RANGKAIAN APLIKASI DIODA
1 BAB ANGKAAN APKAS OA Analss rangkaan dda ada pendekatan : 1. Analss gars beban. Pendekatan mdel / rangkaan ekvalen dda 3.1 Analss Gars Beban E Gambar 3.1 angkaan dda Hukum Krchff : E E + E + saat saat
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI FILTER AKTIF SHUNT UNTUK PERBAIKAN HARMONISA SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK
Meda Elektrka, Vol. 6 No., Jun 0 ISSN 979-745 PEMODELAN DAN SIMULASI FILTER AKTIF SHUNT UNTUK PERBAIKAN HARMONISA SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK Luqman Assaffat ), Sr Arttn D. P. ), M. Haddn
Lebih terperinciPendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik
Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER
BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud
Lebih terperinci