DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer..."

Transkripsi

1 DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG Teor Dasar Tujuan LNGKH KEJ angkaan Buer angkaan Invertng angkaan Non- Invertng angkaan Summng angkaan Derensator angkaan Komparator DT HSIL PECOBN NLISIS DT KESIMPULN DFT PUSTK... 46

2 2. LT BELKNG. Teor Dasar Operasonal ampler (Op-mp) adalah suatu penguat berpenguatan tngg yang terntegras dalam sebuah chp IC yang memlk dua nput nvertng dan non-nvertng dengan sebuah termnal output, dmana rangkaan umpan balk dapat dtambahkan untuk mengendalkan karakterstk tanggapan keseluruhan pada operasonal ampler (Op- mp). Pada dasarnya operasonal ampler (Op-mp) merupakan suatu penguat derensal yang memlk 2 nput dan output. Op-amp n dgunakan untuk membentuk ungsungs lner yang bermacam-macam atau dapat juga dgunakan untuk operas-operas tak lner, dan serngkal dsebut sebaga rangkaan terpadu lner dasar. Penguat operasonal (Op-mp) merupakan komponen elektronka analog yang berungs sebaga ampler multguna dalam bentuk IC dan memlk smbol sebaga berkut : Smbol Operasonal mpler (Op-mp) Prnsp kerja sebuah operasonal mpler (Op-mp) adalah membandngkan nla kedua nput (nput nvertng dan nput non-nvertng), apabla kedua nput bernla sama maka output Op-amp tdak ada (nol) dan apabla terdapat perbedaan nla nput keduanya maka output Op-amp akan memberkan tegangan output. Operasonal ampler (Op- mp) dbuat dar penguat derensal dengan 2 nput.

3 3.2 Tujuan a. Membuktkan secara ekspermental bahwa gan dar operatonal ampler (opamp) dapat dbuat hanya tergantung pada external negatve eedback loop dar output ke nput. b. Mengoperaskan ungs op amp sebaga nvertng ampler. c. Mengoperaskan ungs op amp sebaga non nvertng ampler. d. Mengoperaskan ungs op-amp sebaga rangkaan Buer e. Mengoperaskan ungs op-amp sebaga rangkaan Summng. Mengoperaskan ungs op-amp sebaga rangkaan Derensator g. Mengoperaskan ungs op-amp sebaga rangkaan Comparator

4 4 2. LNGKH KEJ 2. NGKIN BUFFE. Membuat rangkaan sepert pada gambar.4 dbawah n E 74 V o E Gambar - angkaan Buer 2. Sambungkan sumber tegangan power supply ke modul 3. Sambungkan port Vr E ke port 4 4. Sambungkan port 5 ke port 8 5. Ukurlah E Vr yang dtentukan nstruktur dengan menggunakan avometer 6. Ukurlah Vout port 9 menggunakan avometer 7. Catat Vout pada Lembar Data 2.2 NGKIN INVETING. Membuat rangkaan sepert gambar -2 berkut Gambar -2 angkaan Invertng mpler 2.Sambungkan sumber tegangan power supply ke modul 3. Sambungkan Vr E ke port 3 4. Sambungkan port 5 ke port 6 5. Sambungkan port 0 ke ground

5 5 6. Ukurlah Vr E yang dtentukan nstruktur dengan menggunakan avometer 7. Ukurlah Vout port 9 menggunakan avometer 8. Catat Vout pada Lembar Data 2.3 NGKIN NON INVETING. Membuat rangkaan sepert gambar.7 dbawah n 74 Vout E E Gambar -3 angkaan Non Invertng mpler 2. Sambungkan sumber tegangan power supply ke modul 3. Sambungkan E Vr ke port 4 4. Sambungkan port 3 ke ground 5. Sambungkan port 5 ke port 6 6. Ukurlah Vr E yang dtentukan nstruktur dengan menggunakan avometer 9. Ukurlah Vout port 9 menggunakan avometer 0. Catat Vout pada Lembar Data 2.4 NGKIN SUMMING. Buat rangkaan sepert gambar 2-2 berkut pada project board yang telah dsedakan Gambar 2-2 angkaan Drental mpler

6 6 2. Menghubungkan Vr dengan pn 3 3. Menghubungkan Vr 2 dengan pn 4 4. Menghubungkan pn 6 dengan pn 8 5. Menghubungkan pn 9 dengan pn 6. Mengatur Vr dan Vr 2 hngga mendapatkan nla tegangan yang sesua denganpetunjuk nstruktur. 7. Mengukur tegangan output pada pn 2 dan mencatat hasl pada lembar data yang telah dsedakan. q 8. Mengulang langkah 6 datas untuk nla tegangan Vr & Vr 2 yang lan. 2.5 NGKIN DIFFEENSITO. Buat rangkaan sepert gambar 2-2 berkut pada project board yang telah dsedakan Gambar 2-2 angkaan Drental mpler 2. Menghubungkan Vr dengan pn 3 3. Menghubungkan Vr 2 dengan pn 4 4. Menghubungkan pn 6 dengan pn 8

7 7 5. Menghubungkan pn 9 dengan pn 6. Mengatur Vr dan Vr 2 hngga mendapatkan nla tegangan yang sesua dengan petunjuk nstruktur. 7. Mengukur tegangan output pada pn 2 dan mencatat hasl pada lembar data yang telah dsedakan. 8. Mengulang langkah 6 datas untuk nla tegangan Vr & Vr 2 yang lan. 2.6 NGKIN KOMPTO. Buat rangkaan sepert gambar 2-3 berkut pada project board yang telah dsedakan : Gambar 2-3 angkaan Comparator 2. Menghubungkan Vr dengan pn 5 3. Menghubungkan Vr dengan pn 6 4. Mengatur Vr dan Vr 2 hngga mendapatkan nla tegangan yang sesua dengan petunjuk nstruktur. 5. Mengukur tegangan output pada pn 2 dan mencatat hasl pada lembar data yang telah dsedakan. 6. Mengulang langkah 4 datas untuk nla tegangan Vr & Vr 2 yang lan.

8 8 3. DT HSIL PECOBN 3. angkaan Buer (V) V out (V) Gan V V out n 3.2 angkaan Invertng Vn Vout angkaan Non-Invertng Vn Vout angkaan Summng

9 9 Vout Input ( ) Input 2(2 ) Output(V out ) Gan a0 V V 500 mv 500 mv mv mv V V -.84 V V 2.5 V 2.5 V V V 5 V 5 V V V 7.5 V 7.5 V V V 0 V 0 V -9.8 V V n n2 3.5 angkaan Derensator Input ( ) Input 2 (2 ) Output (V out ).5V 500 mv V - V 3 V.5 V.5 V - V 3.5 V.5 V 2 V - V 5 V 2 V 3 V - V 6 V 3 V 3 V - V 0 V 7.5 V 2.5 V - V a 0 Gan V IN 2 Vout V IN 3.6 angkaan Comparator Input Input 2 Output Konds ( ) (V re ) (V out ) Led 6V 2 V 4.59 V Padam 6 V 5 V Berubah Berkedp 6.5 V 0 V V Padam 0 V 3 V 8.59 V Padam 6.5 V 3.5 V Berubah Berkedp 7 V 3 V 5.59 Padam 4. NLIS DT 4. angkaan Buer

10 0 Gambar 4- angkaan Buer Prnsp Kerja: angkaan buer adalah rangkaan yang menghaslkan tegangan output sama dengan tegangan nputnya. Dalam hal n sepert rangkaan common colektor yatu berpenguatan. Fungs dar rangkaan buer pada peralatan elektronka adalah sebaga penyangga, dmana prnsp dasarnya adalah penguat arus tanpa terjad penguatan tegangan. angkaan buer yang dbangun dar sebuah operasonal ampler (Op-mp), dapat dbuat dengan sangat sederhana. Dengan menghubungkan jalur nput nvertng ke jalur output operasonal ampler (op-amp) maka rangkaan buer pada gambar -4 akan memberkan kemampuan mengalrkan arus secara maksmal sesua kemampuan maksmal operasonal ampler (op-amp) mengalrkan arus output. umus rangkaan buer: V out VIN Karena nla dan 0 Ω, maka: V out VIN 0 V out VIN 0 V out

11 Perhtungan V Sehngga dengan data percobaan:. Untuk Vn 0.5V V out Vn 0.5 V V Perhtungan Voutpengukuran Pengukuran pengukuran %Err 00 % % 0.02%

12 2 2. Untuk Vn V V out Vn V V Perhtungan Voutpengukuran Pengukuran pengukuran %Err 00 % 00 % 0% 3. Untuk Vn 2.5V V out Vn 2.5 V V Perhtungan Voutpengukuran Pengukuran pengukuran %Err 00 % 00 % 0% 4. Untuk Vn 5V V out Vn

13 3 5 V V Perhtungan 5 5 Voutpengukuran Pengukuran 5 5 pengukuran %Err 00 % 00 % 0%

14 4 5. Untuk Vn 7.5V V out Vn 7.5 V V Perhtungan Voutpengukuran Pengukuran pengukuran %Err 00 % 00 % 0% 6. Untuk Vn 0V V out Vn 0 V V Perhtungan 0 0 Voutpengukuran Pengukuran 0 0 pengukuran %Err 00 % 00 % 0% Sehngga ddapat

15 5 % Err % Err % 6 Tabel 4. Hasl Pengukuran dan Perhtungan angkaan Buer No Pengukuran Perhtungan %Err V out V out (Volt) (%) (Volt) (Volt) Grak 4. Grak espon Dan V out angkaan Buer 4.2 angkaan Invertng

16 6 Gambar 4.2 angkaan Invertng mpler Prnsp Kerja: angkaan penguat pembalk snyal masukkan dberkan melalu sebuah resstor masukkan () yang dhubungkan secara ser terhadap masukkan pembalk (nvertng nput) yang dsmbolkan dengan (-). snyal keluaran penguat operasonal pada rangkaan penguat pembalk (nvertng ampler) dumpan balkan melalu () kemasukkan yang sama. umus rangkaan nvertng ampler: pengukuran... x pengukuran %Err 00 % % Err % Err 6 Maka dengan data percobaan dapat dhtung :. Untuk nla: kω kω 5V -4.73V

17 7 pengukuran V out x - x 5-5V pengukuran %Err (-) 00% x00% % 2. Untuk nla: kω kω 5.5V -5.2 V pengukuran % V out x - x 5

18 8-5V pengukuran %Err 00 % 3. Untuk nla: (-) 00% % % Ω Ω 6V -5.69V pengukuran V out x - x 5-5V pengukuran %Err 00 % (-) 00% x 00% %.

19 9 4. Untuk nla: kω kω 6.5kV -6.7V pengukuran V out x - x 5-5V pengukuran %Err 00 % (-) 00% x 00% %. 5. Untuk nla: kω kω 7V -6.65V pengukuran

20 20 - V out x - x 5-5V pengukuran %Err 00 % (-) 00% x 00% -0.05%. 6. Untuk nla: kω kω 0V -9.64V pengukuran V out x - x 5-5V pengukuran %Err 00 % (-) 00% x 00%.

21 % Sehngga ddapat % Err % Err ( 0.053) ( 0.052) (0.056) ( 0.05) ( 0.046) Tabel 4.2 Hasl Pengukuran dan Perhtungan angkaan Invertng mpler No Pengukuran Perhtungan %Err V out V out (Volt) (%) (Volt) (Volt) Grak 4.2 Grak espon Dan V out angkaan Invertng mpler 4.3 angkaan Non-nvertng

22 22 Gambar 4-3 angkaan Non-Invertng mpler Prnsp Kerja: angkaan penguat tak membalk ( non nvertng ampler) snyal masukkan dberkkan ke masukkan tak membalk (non nvertng nput) kemudan keluaranya dberkkan kembal ke masukkan membalk (nvertng nput) melalu rangkaan umpan balk (eed back) yang terbentuk dar resstor masukkan () dan resstor umpan balk () tersebut membentuk sebuah rangkaan pembag tegangan yang mengurang tegangan keluaran (Vout) dan menghubungkan tegangan keluaran yang telah berkurang tersebut ke masukkan membalk (nvertng nput). umus rangkaan non-nvertng ampler: pengukuran... x pengukuran %Err 00 % % Err % Err 6 Dengan menggunakan rumus datas maka untuk data percobaan:. Untuk nla: kω

23 23 kω 5V 0V pengukuran V out x 2 x 5 0V pengukuran %Err % 2 0% 2. Untuk nla: kω kω 5.5V V pengukuran %

24 24 V out x 2 x 5.5 V pengukuran %Err 00 % % 2 0% 3. Untuk nla: kω kω 6V 2V pengukuran V out x 2 x 6 2V pengukuran %Err 00 % 0% 4. Untuk nla: kω kω 6.5V % 2

25 25 3V pengukuran V out x 2 x 6.5 3V pengukuran %Err 00 % % 2 0% 5. Untuk nla: kω kω 7V 4V pengukuran

26 26 V out x 2 x 7 4V pengukuran %Err 00 % % 2 0% 6. Untuk nla: kω kω 0V 20V pengukuran V out x 2 x 0 20V pengukuran %Err 00 % % 2 0% Sehngga ddapat % Err % Err 6 0% 0% 0% 0% 0% 0% 6

27 27 0 Tabel 4.3 Hasl Pengukuran dan Perhtungan angkaan Non-Invertng mpler No Pengukuran Perhtungan %Err V out V out (Volt) (%) (Volt) (Volt) Grak 4.3 Grak espon Dan V out angkaan Non-Invertng mpler 4.4 angkaan Summng

28 28 Gambar 4-4 angkaan Summng Prnsp Kerja: Summng mpler adalah rangkaan elektronka yang berungs untuk menjumlahkan dua buah atau lebh tegangan lstrk. angkaan n dbuat dengan menggunakan IC Operatonal mpler yang memlk banyak kegunaan dan aplkat. angkaan summng n juga sebenarnya sama dengan operatonal ampler lannya, hanya saja bedanya pada pengaturan tahanan nput. umus-rumus rangkaan Summng: Bla: 2 pengukuran V (V out pengukuran n V V out ( + 2 ) x %Err pengukuran 00 % % Err % Err 6 Maka dengan data percobaan ddapat:. Untuk nla: n2 )

29 29 kω k Ω 2 kω 500mV 2 500mV mV pengukuran Vout pengukuran (Vn Vn2) ( ) V out ( + 2 ) x ( ) x mv pengukuran %Err 00 % (-) 00% % 2. Untuk nla: kω kω 2 kω V 2 V -.84V Vout pengukuran pengukuran (Vn Vn2)

30 30 - V out ( + 2 ) x ( + ) x - -2V pengukuran %Err 00 % (-) 00% % 3. Untuk nla: kω kω 2 kω 2.5V 2 2.5V -4.73V Vout pengukuran pengukuran (Vn Vn2) V out ( + 2 ) x ( ) x - -5V pengukuran %Err 00 %

31 (-) 00% % 4. Untuk nla: kω kω 2 kω 5V 2 5V -9.54V Vout pengukuran pengukuran (Vn Vn2) V out ( + 2 ) x (5 + 5) x - -0V pengukuran %Err 00 % (-) 00% % 5. Untuk nla: kω kω 2 kω 7.5V 2 7.5V -4.36V pengukuran Vout pengukuran (V V ) n n2

32 V out ( + 2 ) x ( ) x - -5V pengukuran %Err 00 % (-) 00% % 6. Untuk nla: kω kω 2 kω 0V 2 0V -9.8V Vout pengukuran pengukuran (Vn Vn2) V out ( + 2 ) x (0 + 0) x - -20V

33 33 pengukuran %Err 00 % (-) 00% % Sehngga ddapat % Err % Err 6 ( 0.2%) ( 0.08%) ( 0.054%) ( 0.046%) (0.0435%) ( 0.04%) % 6 Tabel Hasl Pengukuran Dan Perhtungan angkaan Summng V out Pengukuran Perhtungan No %Err (Volt) (Volt) (Volt) (Volt) 500 mv 500 mv -880 mv mv -000 mv % 2 V V -.84 V V -2 V % V 2.5 V V V -5 V % 4 5 V 5 V V V -0 V % V 7.5 V V V -5 V % 6 0 V 0 V 9.8 V V -20 V % V out Grak 4-4

34 34 espon antara V out dengan untuk rangkaan summng 4.5 angkaan Derensator Gambar 4-5 angkaan Derensator Prnsp Kerja: Dasar Op - amp Derensator adalah kebalkan dengan yang ada pada Integrator rangkaan penguat operasonal. D sn, poss kapastor dan resstor telah terbalk dan sekarang reaktans, Xc terhubung ke termnal nput dar penguat pembalk sementara resstor, ƒ membentuk elemen umpan balk negat d penguat operasonal sepert basa. umus-rumus rangkaan derental: Bla : 2 2 pengukuran V out V (V out pengukuran n2 - V n2 ) x (Vn2 - )

35 35 %Err pengukuran 00 % % Err % Err 6 Maka dengan data percobaan ddapat:. Untuk nla: kω kω 2 kω.5v 2 500mV V Vout pengukuran pengukuran (Vn2 - Vn) (0.5 -) -2 V out x (Vn2 - ) x (0.5 ) -0.5V pengukuran %Err 00 % (-2) 00% -3% 2. Untuk nla: kω kω 2 kω

36 36 3V 2.5V.5V V pengukuran (Vn2 - V.5 (.5-3) - out pengukuran n ) V out x (Vn2 - ) x (.5 3) -.5V pengukuran %Err 00 % (-) - 00% -2% 3. Untuk nla: kω kω 2 kω 3.5V 2.5V.5V Vout pengukuran pengukuran (Vn2 - Vn).5 (.5-3.5) -0.75

37 37 V out x (Vn2 - ) x (.5 3.5) -2V pengukuran %Err 00 % (-0.75) - 00% -.75% 4. Untuk nla: kω kω 2 kω 5V 2 2V 3V Vout pengukuran pengukuran (Vn2 - Vn ) 3 (2-5) - V out x (Vn2 - ) x (2-5) -3V

38 38 pengukuran %Err 00 % 5. Untuk nla: 2 2 (-) - 00% -2% kω kω kω 6V 3V 3V pengukuran V (V out pengukuran n2 3 (3-6) - - V n ) V out x (Vn2 - ) x (3-6) -3V pengukuran %Err 00 % (-) - 00% -2% 6. Untuk nla: kω kω 2 kω

39 39 0V 2 7.5V 2.5V Vout pengukuran pengukuran (Vn2 - Vn ) 2.5 (7.5-0) - V out x (Vn2 - ) x (7.5-0) -2.5V pengukuran %Err 00 % (-) - 00% -2% Sehngga ddapat % Err % Err 6 ( 3%) ( 2%) (.75%) ( 2%) ( 2%) ( 2%) % No (Volt) 2 (Volt) Tabel 4.5 Hasl Pengukuran Dan Perhtungan angkaan Drental Pengukuran V out Perhtungan V out %Err (Volt) (Volt).5 V 500mV V V -3% 2 3V.5V.5V - -.5V -2% 3 3.5V.5V 2V V -0.75%

40 V - -3V -2% V - -3V -2% V - -V -2% Grak 4.5 espon penguatan V out terhadap nput (2 ) rangkaan drental

41 4 4.6 COMPTO Gambar 4-6 angkaan Comparator Prnsp Kerja: Sebuah komparator menemukan pentngnya dalam srkut d mana dua snyal tegangan yang harus dperbandngkan dan dbedakan mana yang lebh kuat. Dalam sebuah op-amp dengan konguras loop terbuka dengan derensal nput tunggal atau snyal memlk nla lebh besar dar 0, gan tngg yang perg ke nnty mendorong output dar op-amp menjad jenuh. Dengan demkan, sebuah op-amp yang beroperas d konguras loop terbuka akan memlk output yang masuk ke saturas post atau tngkat kejenuhan negat atau beralh antara tngkat saturas post dan negat dan dengan demkan klp output d atas tngkat n. Prnsp n dgunakan dalam rangkaan komparator dengan dua nput dan output. 2 masukan, dar yang satu adalah tegangan reerens (Vre) dbandngkan satu sama lan. umus-rumus rangkaan Comparator ol IC x V out ol IC x (2 ) Bla: V out V out +VCC maka V out +V sat -VCC maka V out -V sat

42 42 Dengan menggunakan rumus datas maka:. Untuk nla: 6V 2 2V V out ol IC x (2 ) x (2 6) x (-3) V 2. Untuk nla: 6V 2 5V V out ol IC x (2 ) x (5 ) x V 3. Untuk nla: 6.5V 2 0V V out ol IC x (2 ) x (0 6.5) x V 4. Untuk nla: 0V 2 3V V out ol IC x (2 ) x (3 0) x (-7) V 5. Untuk nla: 6.5V 2 3.5V

43 43 V out ol IC x (2 ) x ( ) x (-3) V 6. Untuk nla: 7V 2 3V V out ol IC x (2 ) x (3 7) x (-4) V Tabel 4.5 Hasl Pengukuran Dan Perhtungan 2 angkaan Comparator Pengukuran V out V out No (Volt) (Volt) Saturas (Volt) (Volt) V Berubah V V Berubah Perhtungan Saturas 5. KESIMPULN. Kesmpulan rangkaan buer

44 44 Susunan n dsebut Follower Op - mp, atau Buer. Penyangga n memlk output yang tepat mencermnkan nput (asums tu dalam jangkauan rel tegangan), sehngga terlhat jens berguna pada awalnya. Namun, buer adalah srkut yang sangat berguna, karena membantu untuk mengatas banyak masalah mpedans. Impedans nput buer op - amp sangat tngg: dekat hngga tak terbatas. Dan output mpedans sangat rendah: hanya beberapa ohm. In berart kta dapat menggunakan buer untuk membantu ranta bersama sub - srkut secara bertahap tanpa khawatr tentang masalah mpedans. Buer memberkan manaat serupa dar pengkut emtor kta melhat dengan transstor, tetap cenderung bekerja lebh dealnya. 2. Kesmpulan rangkaan Invertng ampler Invertng mpler merupakan penerapan dar penguat operasonal sebaga penguat snyal dengan karakterstk dasar snyal output memlk phase yang berkebalkan dengan phase snyal nput. Pada dasarnya penguat operasonal (Op-mp) memlk aktor penguatan yang sangat tngg ( kal) pada konds tanpa rangkaan umpan balk. Dalam nvertng ampler salah satu ungs pamasangan resstor umpan balk (eedback) dan resstor nput adalah untuk mengatur aktor penguatan nvertng ampler (penguat membalk) tersebut. Dengan dpasangnya resstor eedback (F) dan resstor nput (n) maka aktor penguatan dar penguat membalk dapat datur dar sampa kal. Untuk mengetahu atau menguj dar penguat membalk (nvertng ampler) dapat menggunakan rangkaan dasar penguat membalk menggunakan penguat operasonal (Op-mp). 3. Kesmpulan rangkaan non-nvertng ampler Penguat Tak-Membalk (Non-Invertng mpler) merupakan penguat snyal dengan karakterstk dasat snyal output yang dkuatkan memlk asa yang sama dengan snyal nput. Penguat tak-membalk (non-nvertng ampler) dapat dbangun menggunakan penguat operasonal, karena penguat operasonal

45 45 memang ddesan untuk penguat snyal bak membalk ataupun tak membalk. angkaan penguat tak-membalk n dapat dgunakan untuk memperkuat syarat C maupun DC dengan keluaran yang tetap sease dengan snyal nputnya. 4. Kesmpulan rangkaan summng angkaan summng menghaslkan keluaran yang terbalk (nvertng), hal n dkarenakan rangkaan tersebut datas menggunakan rangkaan nvertng sebaga rangkaan dasar. 5. Kesmpulan rangkaan drental Srkut n melakukan operas matematka Derensas, yang tu " menghaslkan tegangan output yang berbandng lurus dengan tegangan nput yang rate-o - perubahan terhadap waktu ". Dengan kata lan yang lebh cepat atau lebh besar perubahan snyal tegangan nput, semakn besar arus masukan, semakn besar akan perubahan tegangan output. 6. Kesmpulan rangkaan komparator angkaan Komparator dsebut pembandng srkut non-pembalk sebaga snyal nput snusodal Vn dterapkan pada termnal non-pembalk.tegangan reerens tetap Vre adalah memberkan ke termnal pembalk (-) dar op-amp. Ketka nla tegangan nput Vn lebh besar dar tegangan reerens Vre tegangan keluaran Vo perg ke saturas post. Hal n karena tegangan pada masukan nonpembalk lebh besar dar tegangan pada nput pembalk. DFT PUSTK

46 46 Clyton, G B Operatonal mplers. Jakarta. Erlangga Dostal, Jr Operatonal mplers. Jakarta. Erlangga

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

RANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

RANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) NGKNNGKN DS OPETONL MPLFE (OPMP). nvertng mpler 3 nalsa angkaan: ; L Pada ttk terjad suatu enmena yang dsebut vrtual grund yatu ttk yang memlk nla tegangan nl meskpun tdak terhubung langsung ke pertanahan

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian dasar penguat operasiaonal

Gambar Rangkaian dasar penguat operasiaonal 6 PENGUAT OPEASIONAL 6. Dasardasar Penguat Operasnal Penguat perasnal (pamp) adalah suatu blk penguat yang mempunya dua masukan dan satu keluaran. Opamp basa terdapat d pasaran berupa rangkaan terpadu

Lebih terperinci

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II Deret Taylor & Derensal Numerk Matematka Industr II Maclaurn Power Seres Deret Maclaurn adalah penaksran polnom derajat tak hngga 0 0! 0 n n 0 n! Notce: Deret nnte tak hngga menyatakan bahwa akhrnya deret

Lebih terperinci

ARUS BOLAK BALIK V R. i m

ARUS BOLAK BALIK V R. i m Modul 9 Elektroagnet KEGIATAN BEAJA A. ANDASAN TEOI AUS BOAK BAIK Arus dan tegangan lstrk bolak balk adalah arus dan tegangan lstrk yang berubah terhadap waktu atau erupakan fungs waktu. Yang berubah adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Unit 1 Ketidakpastian Pengukuran

Unit 1 Ketidakpastian Pengukuran Unt 1 Ketdakpastan Pengukuran I. Tujuan : Setelah melaksanakan praktkum dharapkan mahasswa dapat, 1. Mengetahu sfat-sfat alat ukur 2. Mengkalbras alat ukur II. Alat dan Bahan 1. Rangkaan percobaan 2. Catu

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline. METODE NUMERIK INTERPOLASI Interpolas Beda Terbag Newton Interpolas Lagrange Interpolas Splne http://maulana.lecture.ub.ac.d Interpolas n-derajat polnom Tujuan Interpolas berguna untuk menaksr hargaharga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

Konsep Berpikir Anababe sebagai Solusi Pembelajaran Fisika pada Materi Listrik DC dan Listrik AC di SMA

Konsep Berpikir Anababe sebagai Solusi Pembelajaran Fisika pada Materi Listrik DC dan Listrik AC di SMA Jurnal Mater dan Pembelajaran Fska (JMPF) 26 Konsep Berpkr nababe sebaga Solus Pembelajaran Fska pada Mater Lstrk DC dan Lstrk C d SM 1 1 SM Neger 2 Kebumen Jln. Cncn Kota 8. Kebumen E-mal : by_fs@yahoo.co.d.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Alokasi kursi parlemen

Alokasi kursi parlemen Alokas kurs parlemen Dd Achdjat Untuk Sndkas Pemlu dan Demokras 1. Pendahuluan 1 Pelaksanaan pemlhan umum sebaga sarana mplementas demokras memerlukan suatu konsep yang kokoh dan taat azas. Konsep pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator JOBSHEET PRAKTIKUM 2 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 2. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci