Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komang Suardika; ;Undiksha; 2010"

Transkripsi

1 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan Teor. Hukum Newton tentang gerak Suatu benda dapat bergerak karena ada suatu gaya yang bekerja pada benda tersebut. gaya bekerja pada pada benda tersebut dapat berupa tarkan ataupun dorongan yang menyebabkan perubahan mekanka pada suatu sstem. Pada awalnya orang berpendapat bahwa sfat alam adalah dam, salah satunnya adalah pendapat dar Arstoteles, yang menyatakan bahwa keadaan alam sebuah benda adalah dam. Menurut pandangan Arstoteles, a menyatakan bahwa gaya sangat dperlukan agar suatu benda tetap dalam keadaan bergerak sepanjang bdang horsontal. a juga mengemukakan hubungan antara gaya dengan laju benda, yatu apabla gaya yang bekerja pada suatu benda makn besar, maka laju dar benda tersebut juga makn membesar. Namun berdasarkan percobaan yang dlakukan oleh Galleo, a menemukan kesmpulan atau pandangan yang berbeda dar pandangan yang kemukakan oleh Arstoteles. Galleo adalah seorang ahl matematka dan astronom yang banyak memberkan pendapat mengena masalah gerak suatu benda. Galleo cenderung untuk mempertahankan bahwa sama alamnya bag sebuah benda untuk bergerak horzontal dengan kecevatan tetap, sepert pada benda dalam keadaan dam. Galleo menympulkan bahwa sebuah benda akan tetap dalam keadaan bergerak dengan kecevatan konstan, jka tdak ada gaya yang bekerja untuk merubah gerak benda tersebut.

2 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Berdasarkan penemuan dar Galleo tersebut, maka saac Newton melakukan suatu ekspermen mengena gerak suatu benda, dan berhasl merumuskan tga buah hukum dasar mengena gerak suatu benda, yatu hukum Newton, hukum Newton, dan hukum Newton. Hukum Newton Hukum Newton, tdak lan adalah kesmpulan yang dkemukakan Galleo. Rumusan hukum Newton adalah sebaga berkut. Dalam kerangka nersal, setap benda akan tetap dalam keadaan dam atau bergerak lurus jka resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Secara matemats pernyataan dar hukum Newton dapat dtuls, yatu : F = 0.() Yang dmaksud dengan kerangka nersal adalah kerangka yang berfungs sebaga acuan yang tdak dapat dpercepat, yang berupa kerangka dam atau kerangka bergerak beraturan dengan kecevatan konstan. Sehngga hukum Newton akan tdak berlaku dalam kerangka yang tdak nersal, dan hanya berlaku jka kerangkanya adalah nersal. nersa juga serng dsebut dengan kelembaman, sehngga hukum Newton dsebut juga hukum kelembaman, yatu kecenderungan suatu benda untuk tdak mudah berubah, bak gerak maupun kecevatannya. Hukum Newton Hukum n adalah menjelaskan bagamana hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dengan percepatan, serta bagamana hubungan antara percepatan dengan massa benda. Newton menemukan hubungan tersebut berdasarkan ekspermen yang telah lakukan, yatu percepatan suatu benda sebandng dengan gaya total yang dberkan, dan percepatan tersebut berbandng terbalk dengan massa benda. Hubungan tersebut kemudan drumuskan dalam hukum Newton, sebaga berkut.

3 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Percepatan yang dtmbulkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah benda berbandng lurus dengan gaya tersebut, searah dengan gaya tersebut, dan berbandng terbalk dengan massanya. Secara matemats dtulskan ; F ma..() Apabla gaya yang bekerja pada benda lebh dar, maka persamaan akan menjad ; F ma () Keterangan : m = massa benda (kg) a = percepatan yang dalam benda (m/s ) F = besarnya gaya yang bekerja pada benda (Newton) Hukum Newton n memberkan suatu kesmpulan, yatu jka gaya yang bekerja pada benda adalah tetap, maka benda tersebut akan memlk percepatan yang tetap pula. Sehngga kta dapat merumuskan persamaan gerak benda ke dalam bentuk lannya. Kta mengetahu bahwa percepatan merupakan hasl dfferensal dar kecevatan terhadap waktu, yang dtuls : dv a, sehngga dperoleh dv a. dt dt v 0 - v dan 0 t, menjad :, kta ntegras terhadap v dan t dengan batas-batas

4 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 dv a. dt v v 0. dv v v 0 t 0 a. dt at Maka dperoleh : v = v 0 +at.(4) Sedangkan dar hubungan v = dx dt dperoleh persamaan: dx = v dt dx = (v 0 + a)dt Bla dntegras terhadap x dan t dengan batas x 0 x dan 0 t, persamaan dx = (v 0 + a)dt menjad: dx ( v x x 0 dx x x 0 0 t 0 at) dt ( v 0 v t 0 at) dt at untuk x o = 0 dan v o = 0, maka persaan tersebut dapat dsederhanakan menjad : x = ½ a t (5) Hukum Newton Jka kta perhatkan lebh lanjut, ternyata gaya merupakan hasl nteraks antara dua benda serta mempunya sfat-sfat tertentu. Setap gaya mekank selalu muncul berpasangan sebaga akbat salng tndak antara dua benda. Pasangan n dsebut dengan pasangan aks-reaks, yang drumuskan dalam hukum Newton, sebaga berkut. 4

5 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Setap gaya mekank selalu muncul secara berpasangan, yang satu dsebut aks dan yang satu lag dsebut reaks, dmana pasangan gaya aks-reaks n memlk besar yang sama tetap arahnya berlawanan. Secara matemats dtulskan ; F aks F reaks (6). Gerak Rotas Pembahasan hukum Newton datas adalah pembahasan mengena gerak translas/lnear. Dmana pada gerak translas gaya yang menyebabkan benda bergerak. Namun selan benda mengalam gerak translas tersebut, benda juga dapat mengalam gerak rotas melalu porosnya. Dmana yang menyebabkan benda untuk berotas adalah momen gaya. Beberapa besaran pada gerak lnear analog dengan gerak rotas. Lhat tabel dbawah n! Nama Besaran Fska Gerak Lnear Gerak Rotas Perpndahan x Kecevatan v = dx/dt = d/dt Percepatan a = dv/dt a = dω/dt Massa m = mr, = momen nersa Gaya F = ma = ; = momen gaya Momentum P = mv P = ω Energ Knetk E k = ½ mv E k = ½ ω. Persamaan Gerak untuk Katrol 5

6 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Bla suatu katrol hanya dapat berputar pada porosnya yang dam, maka geraknya dapat danalsa dengan memperhatkan gambar. dbawah n. N R Mg T T Gambar. Berdasarkan hukum Newton : F= 0 -T mg + T + N = 0.. (7) T R T R = α..(8) Dmana merupakan Momen nersa, dalam gerak rotas momen nersa menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan sudut (kecepatan sudut = kecepatan gerak benda ketka melakukan gerak rotas. Dsebut sudut karena dalam gerak rotas, benda bergerak mengtar sudut). Makn besar Momen nersa suatu benda, semakn sult membuat benda tu untuk berotas. sebalknya, benda yang berputar juga sult dhentkan jka momen nersanya besar. Hubungan antara percepatan lner dan anguler dnyatakan dengan : 6

7 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 a... (9) R dmana a merupakan percepatan tangensal tep katrol, percepatan n sama dengan percepatan tal penggantung yang dlltkan pada katrol tanpa slp. α adalah percepatan anguler atau percepatan sudut, sedangkan R merupakan jar jar katrol pada gambar. Sedangkan apabla suatu benda dgantung sepert pada gambar. d bawah n, maka percepatan yang dalam benda dapat dhtung sebaga berkut: a R T T T T (m + M )g Gambar. M g Yang pertama kta tnjau gerak rotas yang terjad pada katrol, dmana gaya yang menyebabkan katrol bsa berputar adalah karena ada gaya yang bekerja pada tal tersebut. kta ketahu bahwa gerak rotas dsebabkan karena momen gaya, sehngga akan menjad : 7

8 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 T R T R.. (0) R T T Karena α = a/r, maka: T T R... () Pada m dan M (hukum Newton): F m. a m Mg m Ma T....() Pada M (hukum Newton): F m. a M....() g M a T Jumlah persamaan () dan () akan menghaslkan: m M g M g m M a M a T....(4) T Substtus (T -T ) pada persamaan () ke persamaan (4), akan dperoleh: a m M M m M M R g....(5) 8

9 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Bla momen nersa katrol dapat dabakan, persamaan (4) menjad: m a g.. (6) m M Alat dan Bahan. Pesawat Atwood sepert pada gambar., yang terdr dar : Tang berskala yang ujung atasnya terdapat katrol P. Tal penggantung yang massanya dabakan. Dua buah beban dengan massa M = 0,47 gram dan M = 0,46 gram. Dua buah beban tambahan dengan massa m = 5,46 gram dan m =5,6 gram. Stopwatch ( nst= 0, sekon). Neraca Ohaus ( nst = 0,0 gram, batas 0 gr) 4. Guntng. 5. Mstar ( nst = 0,0 cm ) R P 6. Dua buah plat. C m M A B M Gambar. 9

10 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 V. Langkah-langkah Percobaan Adapun langkah langkah percobaan untuk pengamblan data adalah sebaga berkut. ) Menyapkan alat dan bahan yang akan dperlukan dalam pratkum. ) Mengkalbras alat sepert neraca ohaus dan stopwatch ) Menmbang dan mencatat beban M dan M dan beban tambahan m dan m dengan menggunakan neraca Ohaus. 4) Mengukur jar-jar katrol R dengan penggars ( mstar). 5) Mengukur tngg AB dengan pada tang yang sudah bers skala. 6) Mengatur tang berskala agar sejajar dengan tal, lalu menambahkan beban m pada M dan memasang M dan dpegang, sehngga poss m + M pada ttk C. 7) Melepaskan genggaman terhadap M dan mengamat hal yang terjad. M akan bergerak ke atas dan M +m akan bergerak ke bawah. Pesawat bekerja dengan bak, sehngga kedua beban akan bergerak dpercepat dengan percepatan a. Dan ketka M +m melalu A, m akan tersangkut d A. dan kemudan system akan bergerak lurus braturan dengan kecevatan konstan. 8) Setelah pesawat bekerja dengan bak, memegang M dan menambahkan beban m pada M. Mencatat kedudukan C, kedudukan A dan kedudukan B pada tang berskala. 9) Melepaskan genggaman M, lalu M +m akan bergerak ke bawah, kemudan mengukur waktu yang dperlukan M menempuh jarak dar A ke B yang dsebut dengan t AB. 0

11 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 0) Mengulang langkah 9 sebanyak lma kal dan mencatat haslnya. ) Untuk pengamblan data pertama(pada tabel ),dengan mengulang langkah 8, 9, dan 0, dengan menggunakan jarak dar A ke B adalah AB =40,00cm. ) Mengubah jarak dar A ke B menjad AB = 60, 00 cm dan AB =80,00cm dengan cara mengubah kedudukan B, sedangkan kedudukan A dan C tetap. Serta melakukan langkah 9, dan 0. ) Menggant m dengan m dan melakukan langkah 9, 0,,. 4) Untuk pengamblan data kedua( pada tabel ) adalah dengan mengatur kembal kedudukan A,B, dan C sepert keadaan semula dengan membuat jarak CA cukup jauh, sedangkan AB dekat. Mencatat kedudukan C dan A, memegang M dan menambahkan beban m pada M. 5) Melepaskan genggaman M dan mencatat waktu yang dperlukan M +m untuk menempuh jarak C-A (t AC ). 6) Mengulang langkah 5 sebanyak lma kal. 7) Mengulang langkah 5 dan 6 dengan jarak CA = 0,00 cm 8) Mengubah jarak AC menjad AC = 40,00 cm dan AC = 50,00 cm dengan menggeser kedudukan C sedangkan kedudukan A dan B tetap. 9) Menggant m dengan m dan malakukan langkah 5, 6, 7, 8. V. Data Hasl Percobaan M = 0,47 gram m = 5,46 gram R =8,00 cm

12 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 M = 0,46 gram m =5,6 gram Tabel Data Hasl Percobaan Untuk Varas AB Jarak AB ( AB ) cm Nomor Percobaan t AB (sekon) m + M m + M,0,9,8,0 40,00,9,0 4,0,0 5,0,0,9,4,9,8 60,00,8,8 4,9,6 5,0,8,6 5,0,6 4,8 80,00,7 5,0

13 Komang Suardka;09004;Undksha; ,6,7 5,0 4,8 Tabel Data Hasl Percobaan Untuk Varas CA Jarak CA ( CA ) cm Nomor Percobaan t Ac (sekon) m + M m + M,0,4,0, 0,00,0, 4,,4 5,0,4,4,8,,7 40,00,4,8 4,4,7 5,4,9,8,5

14 Komang Suardka;09004;Undksha; 00,9,4 50,00,8,4 4,8,4 5,9,5 V. Teknk Analss Data Adapun teknk analss data dar percobaan n adalah sebaga berkut. Sebaga dasar analss data adalah persamaan (4) dengan nla percepatan menurut persamaan (5). Kedua persamaan tersebut dapat dtuls dalam bentuk: x m M M m M M R g t... (7) Persaman n dentk dengan persamaan analss regres lner sederhana: Y a bx....(8) Dengan konstanta a = 0. Dengan demkan, maka analss data dgunakan teknk analss regres lner sederhana berdasarkan azas kuadrat terkecl sebaga hasl modfkas dar persamaan (8) yatu: Y b... (9) 4

15 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 5 Dengan Y, masng-masng menyatakan jarak sepanjang CA dan kuadrat waktu yang dperlukan untuk menempuh jarak tersebut pada pengukuran ke-. Sedangkan b memenuh persamaan: g R M M m M M m b... (0) konstanta b dar persamaan (9) dapat dhtung dengan rumus: N Y Y N b....() dengan N menunjukkan banyaknya varas t dan. Smpangan baku dar b adalah b, dtentukan dengan persamaan: y N N S b... () Dalam hal n, Sy adalah penduga terbak untuk nla b terhadap gars lurus Y = b yang dapat dhtung dengan persamaan: y N Y N Y Y Y Y N S..() Untuk memudahkan dalam menghtung S y, Δbdan b dapat dgunakan table kerja. Sepert pada lampran.

16 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Untuk menghtung besarnya momen nersa katrol dgunakan persamaan (0) yang bentuk lannya adalah: R m M M g R m M M... (4) b Dengan smpangan baku momen nersa katrol memenuh persamaan: R m M b M g b (5) Dengan demkan maka hasl perhtungan besarnya momen nersa katrol pada pesawat atwood yang dusulkan dapat dnyatakan: = ( ).....(6) Dengan adalah nla momen nersa katrol yang dusulkan, adalah nla rata-rata momen nersa katrol dan adalah smpangan baku momen nersa katrol. Kesalahan relatf percobaan yang dlakukan dapat dtentukan dengan rumus: KR x00%....(7) Kesalahan relatf yang lebh kecl dar 0 % mash dapat dterma. V. Hasl Analss Data 6

17 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 berkut. Berdasarkan analss data yang telah dlakukan, maka dapat dperoleh hasl sebaga A. Hasl Percobaan untuk Varas AB dperoleh x AB (meter) t AB (sekon) m +M m +M 0,40,94,98 0,60,90,68 0,60,64 4,9 B. Hasl percobaan untuk varas CA dperoleh CA (meter) t CA (sekon) m +M m +M 0,0,0404,8496 0,40,9044,684 0,50,856 5,956 7

18 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 C. Besarnya momen nersa katrol, dar hasl analss varas CA adalah sebaga berkut. Besarnya momen nersa katrol untuk sstem dengan beban m + M : = (7,74 0,0) x 0 kg.m Dengan kesalahan relatf : KR,69% Besarnya momen nersa katrol untuk sstem dengan beban m + M : = (,44 0,08) x 0 kg.m Dengan kesalahan relatf : KR,8% 8

19 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 V. Jawaban Pertanyaan. Grafk x AB fungs t AB untuk masng-masng beban, yatu sebaga berkut. a. Untuk beban m + M 9

20 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 b. Untuk beban m + M Dar kedua grafk x AB fungs t AB datas dperoleh hubungan antara x dan t yatu bahwa semakn besar jarak yang dtempuh maka semakn besar pula waktu yang 0

21 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 dperlukan, dengan kata lan x sebandng dengan t. Grafk datas semestnya adalah grafk fungs lnear,sehngga kecevatan benda akan menjad konstan, namun grafk yang ddapatkan datas hanya mendekat grafk fungs lnear. Berdasarkan hukum Newton, jka percepatan benda sama dengan nol(a = 0), maka jumlah resultan gaya yang bekerja pada benda juga sama dengan nol, artnya benda yang bergerak dar ttk A ke B akan melakukan gerak lurus beraturan(glb) dengan kecevatan konstan dan percepatannya nol.. Grafk x CA fungs t CA untuk masng-masng beban, yatu sebaga berkut a. Untuk beban m + M

22 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 b. Untuk beban m + M

23 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Dar kedua grafk x CA fungs t AB,maka terdapat hubungan antara x dan t, yatu bahwa jka jarak benda semakn besar, maka waktu kuadrat yang dperlukan juga semakn besar. Atau x sebandng dengan t kuadrat. Grafk datas semestnya adalah grafk fungs lnear, namun grafk yang ddapatkan datas hanya mendekat grafk fungs lnear. Dar persamaan (5) : x = ½ at, karena x sebandng dengan t maka percepatan benda akan konstan. Berdasarkan hukum Newton, karena percepatannya konstan maka gaya dperlukan juga konstan, sehngga resultan gaya yang bekerja tdak sama dengan nol, artnya bahwa benda bergerak dar ttk C ke A adalah bergerak dengan percepatan tetap atau benda bergerak lurus berubah beraturan(glbb).. Berdasarkan hasl perhtungan dalam analss data, maka dapat dsmpulkan bahwa massa katrol tdak mempengaruh nla momen nersa, tetap sebenarnya massa katrol tdak bsa dabakan karena dapat mempengaruh hasl perhtungan. Sesua dengan rumus umum momen nersa m r. Tentunya massa katrol sangat berpengaruh untuk menentukan momen nersa katrol tersebut. namun dalam perhtungan dengan pesawat Atwood massa katrol dabakan karena momen nersa dapat dcar melalu penurunan persamaan Newton dan gerak rotas.. Pembahasan Berdasarkan dar hasl analss data yang telah dlakukan, maka dapat dsmpulkan bahwa terjad penympangan terhadap hasl tersebut. Dar hasl analss data pada tabel, dmana benda bergerak dar ttk A ke ttk B adalah dengan kecevatan konstan atau benda bergerak lurus beraturan. Pada hasl yang dperoleh semestnya untuk beban m +M memllk kecevatan yang konstan, begtu pula untuk m +M semestnya memlk kecevatan yang konstan untuk varas

24 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 AB. Namun pada hasl yang telah dperoleh menunjukkan tdak konstan( mendekat konstan), hal n dapat kta lhat dar hasl grafk yang telah dperoleh pada jawaban pertanyaan nomor,, seharusnya grafk yang ddapatkan adalah grafk fungs lnear sehngga kecevatannya menjad konstan. Sedangkan untuk hasl analss data pada tabel, dmana benda bergerak dar ttk C ke ttk A adalah dengan percevatan konstan atau benda bergerak lurus berubah beraturan. Dar hasl yang dperoleh, untuk beban m +M dan beban m +M masng-masng memlk percevatan yang tdak konstan, akan tetap seharusnya adalah memlk percepatan yang konstan karena melakukan GLBB. hal n juga dapat kta lhat dar hasl grafk yang telah dperoleh pada jawaban pertanyaan nomor, seharusnya grafknya adalah menyerupa grafk fungs lnear sehngga percepatnnya menjad tetap. Dsampng penympangan datas, juga terdapat penympangan yang lan, yatu perbedaan terhadap hasl momen nersa katrol yang dperoleh untuk masng-masng beban. Dmana untuk beban m +M dperoleh : = (7,74 0,0) x 0 kg.m Sedangkan untuk beban m +M dperoleh : = (,44 0,08) x 0 kg.m. Semestnya momen nersa katrol yang dperoleh adalah sama karena katrol yang dgunakan adalah sama. Perbedaan tersebut bsa dsebabkan karena beban tambahan m pada M yang dgunakan pada percobaan terlalu kecl, sehngga gerakannya menjad lambat. Semua ketdaksesuan hasl yang dperoleh, karena dalam percobaan terjad kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang dmaksud adalah kesalahan umum, kesalahan sstemats, dan kesalahan acak. A. Kesalahan Umum Kesalahan n dsebabkan karena kekelruan dar manusa. Kesalahan umum yang terjad adalah kesalahan pembacaan pada skala alat ukur, bak pada pengukuran massa beban, jar-jar katrol, pembacaan skala meteran pada pesawat atwood, maupun pembacaan pada stopwatch yang dgunakan. Dsampng tu, kesalahan umum yang lan terjad adalah kurang tepatnya menekan stopwatch pada saat benda sudah tba d ttk A menuju B, dan 4

25 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 juga kurang tepat saat mengakhr ketka benda sudah d ttk B saat pengamblan data untuk varas AB. Begtu pula pada pengamblan data untuk varas CA. B. Kesalahan Sstemats Kesalahan n terjad akbat kesalahan pada alat ukur atau nstrumen dan dsebabkan oleh pengaruh lngkungan pada saat melakukan percobaan. Kesalahan ssteamts yang terjad yatu () pada saat pratkum terdapat tupan angn yang dapat mempengaruh gerakan benda,() keadaan katrol yang tdak lcn, sehngga menghambat gerakan benda, () Pada pesawat Atwood yang terseda tdak terdapat genggaman dan pegas, sehngga harus menggunakan tangan untuk memegangnya sehngga serng terjad pergeseran. (4) beban yang ada untuk m terlalu kecl jka dbandngkan dengan m, sehngga menyebabkan momen nersa katrol yang dperoleh untuk masng-masng beban tambahan mendapatkan hasl yang berbeda. C. Kesalahan Acak kesalahan yang dsebabkan oleh hal-hal lan yang tdak dketahu penyebabnya,atau kesalahan-kesalahan yang terjad terlalu cepat sehngga pengontrolannya d luar jangkauan pengamat. Kendala-kendala saat melakukan percobaan dan saat menganalss data Adanya tupan angn, sehngga menyebabkan kesultan saat melakukan proses pengkalbrasan terhadap alat ukur, sepert neraca Ohaus. Dsampng tu, tupan angn n juga dapat mengganggu gerakan katrol. 5

26 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 Katrol pada pesawat atwood tdak lcn, sehngga terjad gesekan antara katrol dengan tal. Sehngga dalam pratkum serng melakukan pengulangan. Dalam pratkum, beban tambahan serng terjatuh ke bawah. Sehngga membutuhkan cukup waktu untuk pemasangan. Kendala dalam menganalss data yatu masalah pembulatan angka yang dlakukan untuk memenuh aturan angka pentng sehngga hasl akhr yang ddapat kurang tepat dan dan kurang akurat.. Kesmpulan Dar hasl analss data maka dapat dsmpulkan sebaga berkut.. Pesawat atwood dapat dgunakan untuk membuktkan kebenaran hukum Newton tentang gerak, dantara : Hukum Newton dapat dbuktkan dengan gerak benda dar ttk A menuju ttk B, yang menyatakan bahwa benda bergerak dengan kecevatan konstan dan percepatannya nol, dalam hal n benda melakukan gerak lurus beraturan. Sehngga besarnya resultan gaya yang bekerja akan sama dengan nol ( F = 0). Hukum Newton dapat dbuktkan dengan gerak benda dar ttk C menuju ttk A, yang menyatakan benda bergerak lurus berubah beraturan dengan percepatan konstan. Sehngga resultan gaya yang bekerja sama dengan massa dkalkan dengan percepatan(( F = ma ). Hukum Newton dapat dbuktkan dar gerak benda dengan beban m +M maupun m +M yang berperan sebaga aks, sehngga tmbul reaks dar beban M. 6

27 Komang Suardka;09004;Undksha; 00.. Besarnya momen nersa katrol yang dperoleh untuk masng beban adalah : Besarnya momen nersa katrol untuk sstem dengan beban m + M : = (7,74 0,0) x 0 kg.m Dengan kesalahan relatf : KR,69% Besarnya momen nersa katrol untuk sstem dengan beban m + M : = (,44 0,08) x 0 kg.m Dengan kesalahan relatf : KR,8% 7

28 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 LAMPRAN Varas AB Jarak AB Nomor t AB (sekon) t AB (sekon) ( AB ) cm Percobaan m + M m + M m + M m + M,0,9,8,0 40,00,9,0,94,98 4,0,0 5,0,0 8

29 Komang Suardka;09004;Undksha; 00,9,4,9,8 60,00,8,8,90,68 4,9,6 5,0,8,6 5,0,6 4,8 80,00,7 5,0,64 4,9 4,6 5,0 5,7 4,8 Varas CA Jarak CA ( CA ) cm Nomor Percobaan t CA (sekon) t CA (sekon) t CA (sekon) m + M m + M m + M m + M m + M m + M,0,4,0, 0,00,0,,0,6,0404,8496 9

30 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 4,,4 5,0,4,4,8,,7 40,00,4,8,8,78,9044,684 4,4,7 5,4,9,8,5,9,4 50,00,8,4,84,44,856 5,956 4,8,4 5,9,5 A. Untuk sstem dengan menggunakan massa m + M Untuk memudahkan mencar nla-nla tersebut, dapat dbantu dengan tabel berkut: No. = t Y = x Y Y.,0404 0,0,0846 0,09 0,.,9044 0,40, ,6 0,7676 0

31 Komang Suardka;09004;Undksha; 00.,856 0,50, ,5,698 Σ 6,04,0 6, ,50, Menghtung nla konstanta b: Y Y N N b.(,76668) (6,04)(,0) b.(6,745888) (6,04) b 8,0004 7, , , b 0,7056 8, , ,08. Menentukan nla S y dengan menggunakan persamaan: S N y Y Y Y Y N Y N S y S y 0,50 (6,745888)(,0) (6,04)(,76668)(,0) (,76668) (6,745888) (6,04) 0,50, , , , ,079646

32 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 S y S y 0,50 4, , ,50 0, S y 0, S y 0, S y 0,0. Menentukan nla ketdakpastan pada b yatu Δb: N b S y N b 0, (6,745888) (6,04) b 0, , , b 0, , b 0, , b 0, x 0, b 0, ,0

33 Komang Suardka;09004;Undksha; Menentukan momen nersa katrol, menggunakan persamaan: R b m M M g R m M M x 0,080 (5,46 0, ,47 0,46).0. 9,8 0,080 (5,46 0,47 0,46).0,0064 (504,406).0 0, ,0064(54,9).0 0, (504,406).0 (,68096).0 7, x 0 7,74 x 0 kg. m 5. Menentukan ketdakpastan menggunakan rumus R m M b M g b 0,080 (5,46 0,47 0,46) 0 x 0, , ,0064(5,47) 0 0, ,

34 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 0, x 0 kg m 0,0 x 0 kg m 6. Dengan demkan maka hasl perhtungan besarnya momen nersa katrol pada pesawat atwood yang dusulkan dapat dnyatakan: = (7,74 0,0) x 0 kg.m 7. Adapun kesalahan relatf pengukurannya adalah sebaga berkut. KR x00% 0,0 KR 7,74 x x 0 0 x00% KR,69% B. Untuk sstem dengan menggunakan massa m + M Untuk memudahkan mencar nla-nla tersebut, dapat dbantu dengan tabel berkut: No. = t Y = x Y Y.,8496 0,0,4006 0,09 0,55488.,684 0,40 0, ,6,676 4

35 Komang Suardka;09004;Undksha; 00. 5,956 0,50 5, ,5,9768 Σ 0,976,0 48, ,50 4, Menghtung nla konstanta b: b N Y Y N (4,79904) (0,976)(,0) b (48,90568) (0,976) 4,97,659 b 46, , b, 6,98848 b 0, b 0,047. Menentukan nla S y dengan menggunakan persamaan: S N y Y Y Y Y N Y N 5

36 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 S y S y S y S y 0,50 (48,90568)(,0) (0,976)(4,79904)(,0) (4,79904) (48,90568) - (0,976) 0,50 70, , , , , , ,50 6, ,50 0, S y 0, S y 0, S y 0,09. Menentukan nla ketdakpastan pada b yatu Δb: N b S y N b 0, (48,90568) (0,976) b 0, , , b 0, ,

37 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 b 0, , b 0, x 0, b 0, , Menentukan momen nersa katrol, menggunakan persamaan: R b m M M g R m M M x 0,080 (5,6 0, ,47 0,46).0. 9,8 0,080 (5,60,47 0,46).0,0064 (55,076).0 0, ,0064(08,54).0 0, (55,076).0 (,4656).0, x 0,44 x 0 kg. m 5. Menentukan ketdakpastan menggunakan rumus R m M b M g b 0,080 (5,60,47 0,46) 0 x 0, ,

38 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 0,0064(5,6) 0 0, , , x 0 kg m 0,08 x 0 kg m 6. Dengan demkan maka hasl perhtungan besarnya momen nersa katrol pada pesawat atwood yang dusulkan dapat dnyatakan: = (,44 0,08) x 0 kg.m 7. Adapun kesalahan relatf pengukurannya adalah sebaga berkut. KR x00% KR 0,08,44 x x 0 0 x00% KR,8% 8

39 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 DAFTAR PUSTAKA Gancol, Douglas C. 00. Fska Eds Kelma. Jakarta: Erlangga Pujan, N Made dan rap Petunjuk praktkum Fs lab.sngaraja:unverstas Penddkan Ganesha. Suardana, kade Bahan Ajar Fska Dasar. Sngaraja:Unverstas Penddkan Ganesha. 9

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

LAPORAN PERCOBAAN. Bandul Sederhana OLEH : KOMANG SUARDIKA ( )

LAPORAN PERCOBAAN. Bandul Sederhana OLEH : KOMANG SUARDIKA ( ) 1 LAPORAN PERCOBAAN Bandul Sederhana OLEH : KOMANG SUARDIKA (091301034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM UNIVERSIAS PENDIDIKAN GANESHA AHUN 010 PERCOBAAN BANDUL SEDERHANA

Lebih terperinci

Energiada adadi disekitar sekitarkita

Energiada adadi disekitar sekitarkita Kerja dan Energ APA ITU ENERGI? Energada adad dsektar sektarkta Kerja dan Energ Energd dalam Dapat dperbaharu Tdak dapat dperbaharu Radas Panas Kerja dan Energ BentukEnerg Lstrk Kma Mekank Nuklr Suara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Ketidakpastian dan Pengukuran

Ketidakpastian dan Pengukuran Modul Ketdakpastan dan Pengukuran Paken Pandangan, S.S., M.S. Artoto Arkundato, S.S., M.S. P PENDAHULUAN engamatan atas suatu besaran fss basanya akan berlanjut dengan pengukuran suatu besaran fss tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Dasar-dasar Aliran Fluida

Dasar-dasar Aliran Fluida Dasar-dasar Alran Fluda Konsep pentng dalam alran fluda Prnsp kekealan massa, sehngga tmbul persamaan kontnutas Prnsp energ knetk, persamaan persamaan alran tertentu Prnsp momentum, persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-321) Topk har n Kesetmbangan Statk Syarat Kesetmbangan Pusat Gravtas Kesetmbangan Stabl, Labl dan Netral Kesetmbangan Benda Tegar Kesetmbangan Mekank Benda dkatakan berada dalam kesetmbangan

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM UNSUR-UNSUR CUACA DAN KLlM HANDOKO Jurusan Geofska dan Meteorolog, FMlPA PB Cuaca adalah gambaran konds atmosfer jangka pendek (kurang dar 24 jam) pada suatu lokas tertentu. Pernyataan sepert "har n d

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci