Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu"

Transkripsi

1 Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu

2 BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber bebas, sumber tak-bebas; memaham karakterstk doda dan mampu menurunkan hubungan masukan-keluaran rangkaan sederhana menggunakan doda. memaham karakterstk OP AMP dan mampu mencar hubungan masukan dan keluaran rangkaan dasar sederhana OP AMP Sumber Bebas Sumber bebas adalah sumber yang tdak tergantung dar peubah snyal d bagan lan dar rangkaan. Sumber snyal dapat dmodelkan dengan dua macam elemen, yatu: sumber tegangan atau sumber arus. Sumber-sumber n dapat membangktkan snyal yang konstan ataupun bervaras terhadap waktu, yang akan menjad masukan pada suatu rangkaan. Mereka serng dsebut sebaga fungs penggerak atau forcng functon atau drvng functon yang mengharuskan rangkaan memberkan tanggapan Sumber Tegangan Bebas Ideal Gb.5.1. memperlhatkan smbol dan karakterstk -v dar sumber tegangan bebas deal. Perhatkan referens arus dan tegangannya, yang tetap mengkut konvens pasf. Karakterstk -v sumber tegangan deal memberkan persamaan elemen sebaga berkut: v = v s = sesua kebutuhan Persamaan d atas menyatakan bahwa sumber tegangan deal membangktkan tegangan v s pada termnalnya dan akan memberkan arus berapa saja yang dperlukan oleh rangkaan yang terhubung padanya. 5-1

3 v s _ V o a) b) c) Gb.5.1. Sumber tegangan deal. (a) Sumber tegangan bervaras terhadap waktu; (b) Sumber tegangan konstan; (c) Karakterstk -v sumber tegangan konstan _ V o v Sumber Arus Bebas Ideal Gb.5.2. menunjukkan smbol dan karakterstk -v sumber arus bebas deal. Perhatkan referens arus dan tegangannya, yang juga tetap sesua dengan konvens pasf. Karakterstk -v sumber arus deal memberkan persamaan elemen: Sumber arus deal memberkan arus s dalam arah sesua dengan arah tanda anak panah pada smbolnya dan memberkan tegangan berapa saja yang dperlukan oleh rangkaan yang terhubung padanya. Perhatkan bahwa tegangan pada sumber arus tdaklah nol. I s, = s v = sesua kebutuhan (a) v Gb.5.2. Sumber arus deal. CO TOH-5.1: Sebuah sumber tegangan konstan 40 V deal, mencatu sebuah beban. Jka dketahu bahwa beban menyerap daya konstan sebesar 100 W, berapakah arus yang keluar dar (b) I v 5-2 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

4 sumber? Jka beban menyerap 200 W, berapakah arus yang keluar dar sumber? Penyelesaan : Karena merupakan sumber tegangan deal maka a akan memberkan arus berapa saja yang dmnta beban dengan tegangan yang konstan 40 V. Jka daya yang dserap beban 100 W, maka arus yang dberkan oleh sumber adalah p 100 = = = 2,5 A v 40 40V beban Jka daya yang dserap beban 200 W, maka arus yang dberkan oleh sumber adalah Pemahaman : p 200 = = = 5 A v 40 Sumber tegangan deal memberkan arus berapa saja yang dmnta oleh beban, pada tegangan kerja yang tdak berubah. Sumber semacam n dapat kta gunakan untuk mendekat keadaan dalam praktek apabla sumber mempunya kemampuan yang jauh lebh besar dar daya yang dperlukan oleh beban atau dengan kata lan sumber tersebut kta anggap mempunya kapastas yang tak berhngga. CO TOH-5.2: Sebuah sumber arus konstan 5 A deal, mencatu sebuah beban. Jka dketahu bahwa beban menyerap daya konstan sebesar 100 W, pada tegangan berapakah sumber beroperas? Jka beban menyerap 200 W, berapakah tegangan sumber? Penyelesaan : Sumber arus deal memberkan arus tertentu, dalam hal n 5 A, pada tegangan berapa saja yang dperlukan oleh beban. 5A beban Jka daya yang dserap beban 100 W, hal tu berart bahwa tegangan sumber adalah 5-3

5 p 100 v = = = 20 V 5 Jka daya yang dserap beban 200 W, maka tegangan sumber adalah p 200 v = = = 40 V Sumber Prakts Gb.5.3. menunjukkan model sumber tegangan dan sumber arus prakts; sumber n dsebut prakts karena mereka lebh mendekat keadaan nyata dbandngkan dengan model sumber deal. v s _ R s v s R p v Gb.5.3. Sumber tegangan dan sumber arus prakts Suatu sumber nyata pada umumnya mengandung gejala-gejala adanya resstans ataupun nduktans dan kapastans. Resstor R s ataupun R p dalam model sumber prakts yang terlhat pada Gb.5.3. merupakan representas dar gejala resstans yang hadr dalam sumber yang dmodelkan dan bukan mewakl resstor yang berupa prant. CO TOH-5.3: Sebuah sumber tegangan konstan prakts dengan resstans 4 Ω, mencatu sebuah beban. Jka dketahu bahwa beban menyerap daya konstan sebesar 100 W, dan dketahu pula bahwa arus yang mengalr padanya adalah 2,5 A, berapakah tegangan sumber dan arus yang keluar dar sumber? Jka sumber tdak dbeban, berapakah tegangannya? v 4Ω v s _ beban 5-4 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

6 Penyelesaan : Rangkaan sumber prakts terdr dar sumber deal v dan resstans sebesar 4 Ω. Tegangan sumber prakts adalah v s dan tegangan n sama dengan tegangan pada beban. Jka daya dan arus pada beban adalah 100 W dan 2,5 A, maka tegangan sumber adalah p 100 v s = = = 40 V 2.5 Karena hanya ada satu beban yang dlayan oleh sumber prakts, maka arus yang keluar dar sumber sama dengan arus beban yatu 2,5 A. Arus n pula yang keluar dar sumber tegangan deal v dan mengalr melalu R. Bag sumber tegangan deal v, daya yang dserap oleh resstans R kut menjad bebannya, yatu 2 p R = R = 2 (2.5) 4 = 25 W Dengan demkan sumber tegangan deal menanggung beban p tot = = 125 W. Dengan arus yang 2,5 A, maka tegangan sumber deal adalah v = 125 / 2,5 = 50 V. Tegangan nlah yang akan terlhat pada sumber prakts, v s, apabla a tdak dbeban, karena pada saat tanpa beban tdak ada arus yang mengalr sehngga tdak ada tegangan pada R. Pemahaman : Dalam contoh d atas, sumber prakts yang merupakan sumber tegangan konstan, mempunya resstans R yang kta sebut resstans nternal. Resstans nlah yang menyebabkan terjadnya perbedaan nla tegangan sumber prakts pada saat berbeban dan pada saat tdak berbeban. Pada sumber prakts yang bukan tegangan konstan, msalnya tegangan snus, tdak hanya terdapat resstans nternal saja tetap mungkn juga nduktans nternal. 5-5

7 CO TOH-5.4: Sebuah accu (accumulator) 12 V, berkapastas 40 Ah. Jka sebuah beban yang menyerap daya 10 Watt dhubungkan R beban padanya, berapa 12 V v menyerap lamakah accu _ 10 W tersebut dapat melayan beban yang dtanggung-nya? Penyelesaan : Jka kta menganggap accu sebaga sebuah sumber tegangan deal yang memberkan daya kepada beban dengan tegangan konstan 12 V, maka arus yang akan mengalr ke beban adalah p 10 = = v 12 Karena kapastasnya 40 Ah, accu akan mampu mencatu beban selama Pemahaman : 40 t = = 48 10/12 A jam Accu mengubah energ kma menjad energ lstrk. Dalam proses pengubahan tersebut terdapat sejumlah energ yang tdak dapat dkeluarkan melankan berubah menjad panas. Accu dapat dmodelkan sebaga sumber tegangan dengan resstans nternal sebesar R. Jad model rangkaan mrp dengan rangkaan pada contoh Dengan model n maka energ tdak hanya dserap oleh beban tetap juga oleh R. Dengan adanya resstans nternal tu tegangan pada beban akan lebh kecl dar tegangan sumber deal. Selan dar pada tu, jka accu tdak mendapatkan tambahan energ dar luar, tegangan akan terus menurun selama proses pengalran daya ke beban. Jka resstans beban tdak berubah, penyerapan daya pada beban juga tdak konstan 10 watt. 5-6 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

8 5.3. Sumber Tak-Bebas (Dependent Sources) Sumber bebas yang kta ulas d atas adalah model dar suatu prant; artnya, kta mengenalnya bak sebaga elemen maupun sebaga prant (sepert halnya resstor, nduktor dan kapastor). Berbeda dengan elemen-elemen tersebut, sumber tak-bebas adalah elemen yang tdak mewakl prant tertentu melankan menjad model karakterstk suatu prant. Sumber tak-bebas adalah elemen aktf yang kta gunakan dalam kombnas dengan elemen lan untuk memodelkan prant aktf sepert msalnya transstor ataupun OP AMP. Berkut n kta akan melhat contoh rangkaan dengan sumber tak-bebas. Keluaran sumber tak-bebas dkendalkan oleh (tergantung dar) tegangan atau arus d bagan lan dar rangkaan. Sumber tak-bebas yang akan kta pelajar adalah sumber tak-bebas lner, bak tu sumber tegangan maupun sumber arus. Karena ada dua macam besaran yang dkendalkan, yatu tegangan ataupun arus, dan ada dua macam besaran pengendal yang juga berupa arus ataupun tegangan, maka kta mengenal empat macam sumber tak-bebas, yatu: a). Sumber tegangan dkendalkan oleh arus: current-controled voltage source (CCVS). b). Sumber tegangan dkendalkan oleh tegangan: voltagecontroled voltage source (VCVS). c). Sumber arus dkendalkan oleh arus : current-controled current source (CCCS). d). Sumber arus dkendalkan oleh tegangan : voltage-controled current source (VCCS). Gb.5.4. memperlhatkan smbol-smbol sumber tak bebas. Kta ambl contoh CCCS. Arus keluaran CCCS tergantung dar arus masukan 1 dan faktor perkalan tak berdmens β, menjad β 1. Ketergantungan sepert n tdak kta dapatkan pada sumber bebas. Arus yang dberkan oleh sumber arus bebas, tdak tergantung dar rangkaan yang terhubung ke padanya. 5-7

9 CCVS : 1 _ r 1 VCVS : v 1 µ v 1 CCCS : 1 β 1 VCCS : v 1 _ g v 1 Gb.5.4. Smbol sumber tak-bebas. Masng-masng sumber tak-bebas mempunya parameter tunggal µ, β, r, dan g sebaga crnya. Parameter-parameter n dsebut gan. Dalam hal n, µ dan β merupakan parameter yang tak berdmens yang masng-masng dsebut voltage gan dan current gan. Parameter r berdmens ohm dan dsebut transresstance (kependekan dar transfer resstance). Parameter g berdmens semens, dsebut transconductance. CO TOH-5.5: Sebuah sumber tak-bebas CCVS sepert tergambar d bawah n mencatu beban konstan yang mempunya resstans 20 Ω. s o v s R s 500 s v o 20 Ω Rangkaan pengendal terdr dar sumber tegangan deal v s dan resstans R s = 60 Ω. Htunglah daya yang dserap oleh beban jka sumber tegangan pengendal v s = 24 V. Htung pula daya tersebut jka tegangan sumber pengendal dnakkan menjad 36 V. Penyelesaan : Tegangan pengendal v s sama dengan tegangan pada resstans R s. Jka v s = 24 V, maka arus s adalah v 24 = s s = = 0,4 A Rs Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

10 Tegangan keluaran v o = 500s = 500 0,4 = 200 V. Tegangan v o n sama dengan tegangan beban, sehngga daya yang dserap beban adalah 2 ( o ) p o = v = 2000 W 20 Jka tegangan v s dnakkan menjad 36 V, maka 36 s = = 0,6 A 60 2 (300) vo = 500 0,6 = 300 V; po = = 4500 W 20 Pemahaman : Jka kta htung, daya yang dberkan oleh sumber pengendal v s akan kta peroleh p s = vss = 60 0,4 = 24 W Daya n jauh lebh kecl dar daya yang dserap beban, yatu sebesar 2000 W. Hal n berart bahwa daya yang dterma oleh beban bukan berasal dar sumber v s. Dar manakah asalnya? Telah dsebutkan d depan bahwa sumber tak-bebas adalah elemen aktf yang kta gunakan dalam kombnas dengan elemen lan untuk memodelkan prant aktf. Prant aktf n mempunya catu daya yang tdak tergambarkan dalam smbol sumber tak-bebas. Dar catu daya nlah sesungguhnya asal daya yang dterma oleh beban. Sumber v s dalam contoh soal n merupakan sumber pengendal dan bukan sumber daya untuk memberkan daya ke beban. Sebaga contoh, model sumber tak-bebas n dapat kta gunakan untuk memodelkan generator arus searah berpenguatan bebas. Sumber tegangan v s merupakan sumber penguat untuk memberkan arus penguat sebesar s. Arus penguat n menmbulkan fluks maknt pada generator, yang jka dputar dengan kecepatan konstan akan memberkan tegangan dan daya ke beban. Dalam model generator arus searah n, catu daya yang memberkan daya ke beban berupa masukan daya mekans untuk memutar generator. 5-9

11 Prant aktf lan dalam elektronka, sepert msalnya OP AMP atau transstor, dapat pula dmodelkan dengan sumber takbebas. Catu daya pada prant-prant n berupa catu daya lstrk, bukan daya mekans sepert pada pemodelan generator arus searah d atas Doda Ideal Doda deal tdak menyerap daya tetap juga tdak memberkan daya. Ia banyak dmanfaatkan untuk mengatur alran daya dar sumber ke beban oleh karena tu a kta bahas d bab n. Doda merupakan prant dua termnal yang meloloskan alran arus ke satu arah dan menahan alran arus pada arah sebalknya. Perlaku n mrp dengan saklar yang tertutup untuk arah arus tertentu tetap terbuka untuk arah yang berlawanan, dan dapat dnyatakan dengan karakterstk -v sepert terlhat pada Gb.5.5.a. Karakterstk n adalah karakterstk doda deal, yang pada kenyataannya mempunya karakterstk tak-lner sepert terlhat pada Gb.5.5.b. Smbol dar doda beserta referens arus dan tegangan dtunjukkan pada Gb.5.5.c. Karakterstk doda deal, dapat kta nyatakan sebaga: Doda konduks : D > 0, Doda tak konduks: D = 0, vd = 0 vd < Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1) (5.1) Dalam praktk, kta perlu memperhatkan tegangan balk doda, yatu v D yang negatf pada saat doda tak-konduks. Tegangan balk n tdak dperkenankan melebh suatu nla tertentu. Setap jens doda mempunya ketahanan untuk menahan tegangan balk tertentu dan juga batas kemampuan arus tertentu yang tdak boleh dlampau Penyearah Setengah Gelombang Penyearah adalah rangkaan lstrk yang memproses snyal bolakbalk (snyal snus) menjad snyal searah. Snyal searah yang dhaslkannya bukan merupakan snyal konstan, melankan snyal v D 0 v 0 v (a) (b) (c) Gb.5.5. Doda D

12 yang berubah terhadap waktu tetap selalu postf. Jka snyal yang dsearahkan (snyal masukan) berupa snyal snus yang mempunya nla rata-rata nol, hasl penyearahan (snyal keluaran) mempunya nla rata-rata tdak nol. Berkut n kta akan membahas salah satu jens penyearah yatu penyearah setengah gelombang. Rangkaan penyearah beserta bentuk gelombang masukan dan keluarannya dperlhatkan pada Gb.5.6. Tegangan sumber berupa snyal snus v s = V m snωt. Karena sfat doda yang hanya meloloskan arus ke satu arah saja maka arus yang melalu resstor R hanya berlangsung setap setengah peroda. Pada waktu doda konduks v D = 0 dan tegangan d smpul B sama dengan tegangan d smpul A; tegangan beban R sama dengan tegangan sumber dan arus d R R = vs / R. Pada waktu doda takkonduks tak ada arus mengalr d R; tegangan d R nol. Gelombang arus R dperlhatkan pada Gb.5.6. v s A Gb.5.6. Penyearah setengah gelombang. Jad pada penyearah setengah gelombang, arus hanya mengalr pada peroda postf. Nla rata-rata arus adalah: Ias = = v D B v R R L C 2π π 1 1 V ω ω = m sn t ω π Rd( t) π d( t) R V π m V [ ω ] = m I cos t = m 2π R 0 πr π (5.2) Persamaan (5.2) memperlhatkan bahwa penyearah setengah gelombang menghaslkan arus searah (yatu arus rata-rata) sebesar kra-kra 30% dar nla arus maksmum. Arus maksmum sendr sebandng dengan tegangan maksmum masukan. Tegangan balk maksmum doda sama dengan tegangan puncak negatf masukan yatu tegangan doda pada saat a tdak konduks. V m 0 0 R v s π I as 2π ωt 5-11

13 CO TOH-5.6: Jka pada Gb.5.6. v s = 220 snωt sedangkan R = 5 kω, berapakah nla arus searah (arus rata-rata) pada R? Penyelesaan : Pada waktu doda konduks v 220snω = s t R = = 110snωt ma R 5000 Ias = Im / π = 110/ π = 35 ma Penyearah Gelombang Penuh Pada penyearah gelombang penuh arus ke beban mengalr pada seluruh peroda. Kta akan melhat salah satu rangkaan penyearah gelombang penuh yatu rangkaan dengan menggunakan empat doda yang basa dsebut rangkaan jembatan. Rangkaan yang lan yatu rangkaan yang menggunakan transformator ber-ttk-tengah (center-tapped) akan kta lhat d bab lan. Rangkaan penyearah jembatan serta snyal hasl pemrosesannya terlhat pada Gb.5.7. Dengan mudah dapat dhtung nla arus searah v D 1 A B 2 Vm Ias = π RL D 2 C R L 2Im = π V m 0 0 v π 2π I as ωt (5.3) D 3 D 4 D Gb.5.7. Penyearah gelombang penuh jembatan (empat doda). Bagamana penyearah n bekerja dapat kta terangkan sebaga berkut. Kta perhatkan tegangan d smpul-smpul A, B, C dan D. Kta ambl smpul B sebaga smpul referens. Jka smpul A bertegangan postf, D 1 konduks sedangkan D 3 takkonduks; v D1 = 0 dan v C = v A yang berart D 2 tak-konduks karena 5-12 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

14 mendapat tegangan negatf sedangkan D 4 konduks karena mendapat tegangan postf. Arus mengalr dar smpul A ke C melalu beban R ke smpul D dan kembal kesumber melalu smpul B; terbentuk loop tertutup ACDBA. Sementara tu d loop yang mengandung doda yang tdak konduks, yatu loop ADCBA, doda D 2 dan D 3 tdak konduks. Jka doda-3 dan doda 2 dentk maka masng-masng memperoleh tegangan negatf sebesar V m snωt. Dalam setengah peroda berkutnya, terjad stuas yang berbalkan. D 1 dan D 4 tdak konduks sedangkan D 2 dan D 3 konduks. Jad dalam seluruh peroda arus bernla postf walaupun doda-doda hanya konduks dalam setengah peroda. Dengan demkan terjadlah penyearahan dalam seluruh peroda, atau dengan kata lan kta memperoleh penyearah gelombang penuh. Jka semua doda dentk maka tegangan balk maksmum sama dengan V m CO TOH 5.7: Jka pada Gb.5.7. v = 220snωt sedangkan R = 5kΩ, berapakah komponen arus searah yang melalu R? Penyelesaan : v 220snωt Setap setengah peroda, R = = = 110snωt ma R 5000 Nla rata - ratanya adalah : Ias = 2Im / π = 70 ma Pemotong Gelombang Rangkaan pemotong gelombang dgunakan untuk menghlangkan bagan gelombang snyal yang tdak dngnkan. Pada penyearah setengah gelombang kta lhat bahwa doda menadakan arus negatf; dengan kata lan a memotong bagan negatf dar gelombang masukan. Jka sebuah sumber tegangan konstan V dhubungkan ser dengan doda dan dengan polartas yang berlawanan, sepert terlhat pada Gb.5.8., maka arus hanya akan mengalr jka tegangan masukan v 1 lebh besar dar tegangan konstan n. Dengan cara n, tegangan pada resstor R hanya akan ada jka tegangan v 1 lebh besar dar V. 5-13

15 V v v 1 v 1 _ v D v R V 0 t v R = v 1 V Gb.5.8. Pemotong gelombang Kta aplkaskan HTK pada rangkaan n: Jka doda konduks, v D = 0, sehngga v R = v 1 V. Jka doda tak-konduks, = 0, sehngga v R = 0. Jad rangkaan n menadakan bagan tegangan masukan yang lebh kecl dar V, atau dengan kata lan a memotong gelombang masukan v 1. Tegangan v R akan muncul jka v 1 > V sedangkan bagan lan dar v 1 akan dhlangkan sepert terlhat pada Gb.5.8. CO TOH-5.8: Pada rangkaan d sampng n, v 1 = 8 snωt; gambarkanlah v 1 dan v 2 dan gambarkan pula karakterstk transfer, yatu v 2 sebaga fungs dar v 1. Penyelesaan : Aplkas HTK pada rangkaan n memberkan: Jka doda konduks vd = 0 V A = v2 = 2 V v1 2 D = = > 0 v1 < 2 R Jad doda konduks jka v 1 < 2 V. Pada waktu tu tegangan v 2 = 2 V. Karena doda konduks jka v 1 < 2 V, maka jka v 1 > 2 V doda tdak akan konduks dan pada waktu tu = 0, dan v 2 = v 1. v Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1) R D A V 2 V v D v 2

16 Bentuk gelombang tegangan dan karakterstk transfer adalah sebaga berkut: 10 [V] 5 v 2 =v 1 v v 2 v 2 v1 ωt -10 bentuk gelombang tegangan 2 v 1 8 karakterstk transfer Pensaklaran Dalam kenyataan, doda semkonduktor memerlukan suatu prategangan agar terjad konduks arus. Besarnya pra-tegangan n adalah sektar 0,3 V untuk doda germanum dan 0,7 V untuk doda slkon. Oleh karena tu model rangkaan doda akan memberkan hasl yang lebh memuaskan jka dnyatakan sebaga kombnas ser dar sebuah doda deal dan sumber tegangan berpolartas berlawanan dengan polartas doda deal tersebut. Berkut n adalah sebuah contoh rangkaan dengan doda slkon. CO TOH 5.9: Rangkaan d sampng n merupakan rangkaan pensaklaran yang dbangun dar dua doda slkon. Tentukan A dan B jka v A = 1 V. v A Penyelesaan : Model rangkaan dengan doda slkon n adalah sebaga berkut. A 4,7 V 1kΩ D 1 D 2 B 5-15

17 4,7 V A 1kΩ v A 0,7 V D 1 P D 2 B 0,7 V Untuk smpul P terdapat kemungknan-kemungknan berkut: Jka D 1 dan D 2 konduks v D1 = v D2 = 0 vp = va 0,7 = 0,7 va = 0 tdak sesua dengan yang dketahu. Stuas n tdak terjad. Jka D 1 konduks dan D 2 tak-konduks, B v = 0 v P P = v > 0,7 A D 2 Stuas n tdak terjad. 0,7 = 1,7 V harus konduks Jka D 1 tak-konduks dan D 2 konduks, A = 0 vp = 0,7 < ( v A 0,7) D1 tak konduks = (4,7 v ) /1 = (4,7 0,7)/1 = 4 ma B Stuas nlah yang terjad. P Pada stuas terakhr nlah arus mengalr melalu D 2 sebesar B = 4 ma, sedangkan A = 0. Pemahaman: Dar tga kemungknan operas yang dsebutkan d atas, hanya kemungknan ke-3 yang bsa terjad, yatu D 1 tak-konduks dan D 2 konduks. Dengan kata lan arus akan mengalr melalu D 2 jka D 1 tak-konduks; sedangkan D 1 tak-konduks hanya apabla v P > v A. Padahal v P tdak akan lebh besar dar 0,7 V karena pada saat tu v D2 = 0. Jad ada stuas batas dmana v 0,7 = v 0,7 V atau v = 0 V P = A A 5-16 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

18 Jka smpul A sedkt saja bertegangan, arus pada doda D 2 akan berubah dar 0 menjad 4 ma Penguat Operasonal (OP AMP) OP AMP bukanlah elemen pencatu daya, melankan bekerja dengan bantuan catu daya dar luar sehngga a mampu memperbesar snyal masukan. Oleh karena tu a kta pelajar dalam bab yang membahas model prant n, namun mash terbatas pada stuas yang belum memerlukan aplkas metoda analss. Metoda analss sendr baru akan kta pelajar beberapa bab ke belakang. OP AMP adalah suatu prant berbentuk rangkaan terntegras yang cukup rumt, terdr dar transstor, resstor, doda, kapastor, yang semuanya terangka dalam satu chp. Walaupun rangkaannya rumt, OP AMP dapat dmodelkan dengan suatu karakterstk -v yang agak sederhana. Kta tdak akan membahas apa yang sebenarnya terjad dalam prant n, tetap akan memandang OP AMP sebaga elemen rangkaan dengan hubungan-hubungan arus dan tegangan tertentu otas OP AMP merupakan prant lma termnal dengan smbol sepert pada Gb.5.9.a. Gambar fsk prant n dberkan secara sederhana pada Gb.5.9.b. yang menunjukkan poss-poss termnalnya. V CC v o masukan non-nvers catu daya postf masukan nvers keluaran Top catu daya negatf a). Smbol rangkaan v v P V CC b). Dagram DIP 8-pn. Gb.5.9. Smbol dan dagram OP AMP. V CC : catu tegangan postf; V CC : catu tegangan negatf Dua dantara termnal tersebut bertanda V CC dan V CC. Dua termnal n adalah termnal catu, yang menghubungkan OP AMP 5-17

19 dengan sumber tegangan. Sumber tegangan nlah yang akanmencatu kebutuhan daya dalam rangkaan. Tegangan catu menentukan batas atas dan batas bawah tegangan keluaran. Walaupun sesungguhnya penguat n beroperas karena ada tegangan catu, namun termnal tegangan catu n serng tdak dgambarkan sehngga kta mempunya dagram yang dsederhanakan, sepert terlhat pada Gb Perhatkan notas serta referens arus dan tegangannya. v P P o v v o Gb Rangkaan OP AMP dsederhanakan. Notas-notas yang kta pergunakan adalah : v P = tegangan masukan non-nvers; P = arus masukan nonnvers; v = tegangan masukan nvers; = arus masukan nvers; v o = tegangan keluaran; o = arus keluaran; Tegangan dhtung terhadap ttk referens umum (bertanda ). Perlu kta perhatkan bahwa dalam dagram rangkaan yang dsederhanakan sepert pada pada Gb.5.10, banyak bagan rangkaan yang tdak dgambarkan. Oleh karena tu kta tdak boleh sembarangan mengaplkaskan HAK untuk rangkaan tersebut; sebaga contoh kta harus menyadar bahwa o P Karakterstk Alh (Karakterstk Transfer) Karakterstk alh OP AMP memberkan hubungan antara v P, v, dan v o, yang dperlhatkan pada Gb Karakterstk n terbag dalam tga daerah operas, yatu daerah jenuh negatf, daerah lner, dan daerah jenuh postf. Dalam pembahasan rangkaan dengan OP AMP d sn, kta hanya akan mennjau daerah operas yang lner saja. Dalam daerah n terdapat hubungan lner antara v o dan (v P v ), yang dapat dnyatakan dengan ( ) vo = µ v P v (5.4) 5-18 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

20 Konstanta µ dsebut gan loop terbuka (open loop gan), yang dalam Gb.5.11 adalah kemrngan kurva d daerah lner. v o V CC V CC v P v Parameter Rentang nla Nla deal µ R Ω Ω R o Ω 0 Ω ± V CC ±12 ±24 V Gb Karakterstk alh OP AMP dan rentang nla µ. Nla µ sangat besar, basanya lebh dar Selama nla netto (v P v ) cukup kecl, v o akan proporsonal terhadap masukan. Akan tetap jka µ (v P v ) > V CC OP AMP akan jenuh; tegangan keluaran tdak akan melebh tegangan catu ± V CC Model Ideal OP AMP OP AMP yang beroperas d daerah lner dapat dmodelkan sebaga rangkaan sumber tak-bebas sepert terlhat pada Gb Model n melbatkan resstans masukan R, resstans keluaran R o, dan VCVS dengan gan µ. Rentang nla parameter-parameter n dberkan dalam Tabel-5.1. Dengan bekerja d daerah lner, tegangan keluaran v o tdak akan melebh ± V CC.. V vo V CC atau µ ( v ) ( ) CC P v VCC vp v µ v P v P R R o µ (v P v ) Gb Model OP AMP o v o Karena µ sangat besar, yang untuk OP AMP deal dapat danggap µ =, sedangkan V CC tdak lebh dar 24 Volt, maka dapat dkatakan 5-19

21 bahwa (V CC /µ ) = 0 sehngga kta dapat menganggap bahwa v P = v. Sementara tu untuk OP AMP deal R = sehngga arus masuk d kedua termnal masukan dapat danggap nol. Jad untuk OP AMP deal kta mendapatkan : vp = v P = = Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1) (5.5) Karakterstk nlah yang akan kta pergunakan dalam analss rangkaan dengan OP AMP Rangkaan Penyangga (buffer, voltage follower) Berkut n kta akan melhat salah satu rangkaan dasar OP AMP yatu rangkaan penyangga atau buffer. Yang dmaksud dengan rangkaan dasar adalah rangkaan yang dgunakan untuk membangun suatu rangkaan yang lebh lengkap, yang dapat berfungs sesua dengan hubungan masukan-keluaran yang dngnkan. Perlu kta ngat bahwa jka kta membangun suatu rangkaan yang memenuh hubungan masukan-keluaran yang kta ngnkan, hasl atau jawabannya tdaklah berupa jawaban tunggal. Ada beberapa kemungknan P struktur rangkaan yang v P dapat memenuh hubungan v o v masukan-keluaran yang kta v ngnkan. s R Rangkaan penyangga (Gb.5.13) dgunakan sebaga antar-muka untuk mengsolas beban terhadap sumber. Rangkaan umpan balk merupakan hubungan langsung dar termnal keluaran ke termnal masukan nvers. Dengan hubungan n maka v = v o. Snyal masukan dhubungkan ke termnal non-nvers yang akan memaksa v P = v s. Karena model deal OP AMP mengharuskan v P = v, maka v o = v s. Jad dalam rangkaan n gan loop tertutup K = 1. Besar tegangan keluaran mengkut tegangan masukan. Oleh karena tu rangkaan n juga dsebut voltage follower Penguat on-invers Gb Rangkaan penyangga.

22 Pada rangkaan penyangga, vp = vs = v = vo. Jka kta buat v lebh kecl dar v o dengan menggunakan pembag tegangan, maka kta peroleh penguat non-nvers. Perhatkan dagram rangkaan pada Gb Pada termnal masukan nonnvers dberkan tegangan masukan v s, sedang termnal masukan nvers dhubungkan ke rangkaan keluaran. Hubungan keluaran dengan masukan n kta sebut umpan balk (feed back) dan rangkaan sepert n kta sebut rangkaan dengan umpan balk. Dengan adanya umpan balk terjad nteraks antara masukan dan keluaran. Model deal OP AMP mengharuskan = P = 0; oleh karena tu tegangan v dapat dcar dengan kadah pembag tegangan, yatu v 2 = vo R1 R2 Pada termnal masukan non-nvers v P = v s. Karena model deal OP AMP juga mengharuskan v P = v maka sehngga R R v = v P = v = 2 vo R1 R2 R R v 1 2 o = v s R2 Inlah hubungan antara keluaran dan masukan yang dapat kta tulskan v o = Kv s dengan v s v R1 umpan balk Gb Penguat non-nvers. s R1 R K = R 2 Konstanta K n kta sebut gan loop tertutup karena gan n dperoleh pada rangkaan dengan umpan balk. Dengan demkan kta mempunya dua macam gan, yatu gan loop terbuka (µ) dan gan loop tertutup (K). Gan loop terbuka sangat besar nlanya namun ketdak pastannya juga besar. Gan loop tertutup lebh kecl namun nlanya dapat kta kendalkan dengan lebh cermat yatu P v P 2 v o R

23 dengan cara memlh resstor berkualtas bak, dengan keteltan cukup tngg. Jad dengan membuat umpan balk, kta memperoleh gan yang lebh kecl tetap dengan keteltan lebh bak. Dalam menghtung K d atas, kta menggunakan model deal dengan µ yang tak hngga besarnya. Dalam kenyataan, µ mempunya nla besar tetap tetap tertentu. Berapa besar pengaruh nla µ yang tertentu n terhadap nla K dapat kta analss dengan menggunakan rangkaan model sumber tak-bebas sepert pada Gb yang dlengkap dengan umpan balk sepert pada Gb Analssnya tdak kta lakukan d sn namun hasl yang akan dperoleh adalah berbentuk * K = 1 K K ( / µ ) dengan K * adalah gan loop tertutup jka µ mempunya nla tertentu. Model deal akan memberkan hasl yang bak selama K << µ. CO TOH 5.10: Pada rangkaan penguat non-nvers d bawah n tentukan tegangan, arus dan daya pada beban R B. 5V 2kΩ v P v 2kΩ 1kΩ B v B R B =1kΩ Penyelesaan : P = 0 vp = vs = 5 V 1 v = 0 v = v = o o maka vo = 5 V 3 vo = 15 V Jad v B = vo = 15 V; v = B B RB = 15 ma; pb = vbb = 225 Pemahaman : mw Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

24 Arus dar sumber 5 V adalah nol. Sumber n tdak terbeban. Daya yang dserap oleh beban berasal dar catu daya pada OP AMP, yang tdak tergambarkan dalam rangkaan n. OP AMP mempunya batas maksmum arus yang dapat a berkan. Jka kta msalkan arus maksmum yang dapat dberkan oleh OP AMP dalam rangkaan d atas adalah 10 ma maka arus n harus dbag antara beban dan rangkaan umpan balk. Karena = 0, maka arus yang melalu rangkaan umpan balk, f, adalah : o 15 = v f = = 5 ma Arus yang melalu beban maksmum menjad maks = 10 5 = 5 ma. Agar tdak terjad pembebanan berlebhan, resstans beban palng sedkt adalah : vo R B mn = = 3 kω 5 Daya maksmum yang bsa dberkan ke beban menjad: p B maks = vomaks = 15 5 = 45 mw CO TOH 5.11: Carlah hubungan keluaran-masukan dar penguat non nvers d bawah n, dan car pula resstans masukannya. v s n R 4 R 5 A R 3 v P v R 2 R 1 v o Penyelesaan: Karena P = 0, maka vp R5 = v A = vs R4 R5 Karena = 0 maka v R1 = vo R1 R2 R5 R1 vo vp = v vs = vo R4 R5 R1 R2 vs = R5 R1 R2 R4 R5 R1 5-23

25 Rangkaan-rangakan dasar OP AMP yang lan sepert penguat nvers, penjumlah (adder), pengurang (penguat dferensal), ntegrator, dferensator, akan kta pelajar setelah kta mempelajar metoda-metoda analss. Soal-Soal 1. Sebuah pencatu daya dmodelkan sebaga sumber tegangan bebas 60 V dan resstans ser R sebesar 0,5 Ω. Pada pembebanan 20 A, berapakah daya yang dberkan sumber dan yang dserap R? Berapakah daya yang dterma oleh beban dan pada tegangan berapakah daya dterma. 2. Sebuah prant pencatu daya dmodelkan sebaga sumber arus prakts yang terdr dar sumber arus bebas 2 A dengan resstor paralel R p = 100 Ω. Pada waktu dbeban, arus yang melalu R p adalah 0,2 A. Pada tegangan berapakah sumber arus bekerja? Berapakah daya yang dberkan oleh sumber arus? Berapakah daya yang dserap oleh R p? Berapakah daya yang dterma beban? Berapa arus beban? 3. Sebuah prant aktf dmodelkan sebaga CCCS dengan arus keluaran I o = 10I f dmana I f adalah arus pengendal. Prant n dbeban resstor 300 Ω. Jka I f = 100 ma, berapakah daya yang dserap beban dan pada tegangan berapakah beban menyerap daya? 4. Sebuah prant aktf dmodelkan sebaga VCVS dengan tegangan keluaran V o = 100V f dmana V f adalah tegangan pengendal. Prant n dbeban resstor 50 Ω. Jka V f = 2 V, berapakah daya yang dserap beban dan berapakah arus beban? 5. Sebuah prant aktf dmodelkan sebaga VCCS dengan arus keluaran I o = 2V f dmana V f adalah tegangan pengendal. Prant n dbeban resstor 50 Ω. Jka V f = 2 V, berapakah daya yang dserap beban dan pada tegangan berapakah beban menyerap daya? 6. Sebuah prant aktf dmodelkan sebaga CCVS dengan tegangan keluaran V o = 100I f dmana I f adalah arus pengendal. Prant n dbeban resstor 300 Ω. Jka I f = 2 A, berapakah daya yang dserap beban dan berapakah arus beban? 5-24 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

26 7. Pada model sumber tak bebas d bawah n, tunjukkanlah bahwa karakterstk -v dar prant yang dmodelkannya adalah karakterstk transformator deal. 1 2 v 1 v 2 1 v 2 8. Carlah tegangan v o rangkaan-rangkaan berkut. 2kΩ s 1kΩ v o a). s = 0,1cos10t A b). 4kΩ 2kΩ 4V v s v o 2V v s = 10s10t V 9. Sebuah doda mempunya resstans balk 200 kω dan karakterstk -v lner I =0,005V, dgunakan sebaga penyearah setengah gelombang untuk mencatu resstor 10 kω. Tentukan tegangan pada resstor jka tegangan masukan adalah v s = 10cos300t V. 10. Sebuah penyearah setengah gelombang dgunakan untuk mengs batere. Berapa jam-kah dperlukan waktu untuk mengskan muatan 40 Ah jka arus efektf (rms) pengsan adalah 10 A. 11. Sebuah penyearah gelombang penuh dgunakan untuk mengs batere. Berapa jam-kah dperlukan waktu untuk mengskan muatan 50 Ah jka arus efektf (rms) pengsan adalah 10A. 5-25

27 12. Carlah hubungan antara tegangan v o dan v s. a). v s 2kΩ 1kΩ v o 2kΩ v s 4kΩ 1kΩ v o 2kΩ b). v s 2kΩ 1kΩ 2kΩ 4kΩ 1kΩ 2kΩ v o c). d). 2kΩ 2kΩ 2kΩ v s1 v 1kΩ o v s2 2kΩ 5-26 Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk (1)

28 27

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT BAB ANGKAIAN TANSIENT. Penahuluan Paa pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang bahas aalah untuk kons steay state/mantap. Akan tetap sebenarnya sebelum rangkaan mencapa keaaan steay state,

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer... DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 18. ARUS LISTRIK

BAB 18. ARUS LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI...1 BB 18. RUS LISTRIK... 18.1 Sumber-Sumber rus Lstrk... 18. Hukum Ohm...4 18. Hambatan Jens Bahan...5 18.4 Daya Lstrk...6 18.5 rus Bolak-Balk...7 18.6 Qus 18...8 1 BB 18. RUS LISTRIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP)

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) by: st dyar kholsoh Mater Kulah: Pengantar; Metode Euler; Perbakan Metode Euler; Metode Runge-Kutta; Penyelesaan Sstem Persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

MODUL 10 TEOREMA NORTON

MODUL 10 TEOREMA NORTON MODUL 0 TEOEMA OTO 0. Teorema orton Pada teorema n berlaku bahwa: Suatu rangkaan lstrk dapat dsederhanakan dengan hanya terdr dar satu buah sumber arus yang dhubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah BAB III KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC III. Batas Bawah Magc Number pada Pelabelan Total Pseudo Edge-Magc Teorema 3.. Anggap G = (,E) adalah sebuah graf dengan n-ttk dan m-ss dan memlk

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci