Analisis Rangkaian Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Rangkaian Listrik"

Transkripsi

1 Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham

2 akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ (rus searah) angkaan Pemroses Snyal

3

4 Tujuan Hukum-Hukum Dasar Memaham hukum Ohm. Mampu menghtung resstans kawat logam jka parameternya dketahu. Memaham Hukum rus Krchhoff (HK) dan Hukum Tegangan Krchhoff (HTK). Mampu mengaplkaskan HK untuk menulskan persamaan arus / tegangan d suatu smpul. Mampu mengaplkaskan HTK untuk menulskan persamaan tegangan / arus d suatu mesh ataupun loop. Mampu mengaplkaskan HK untuk smpul super maupun HTK untuk mesh super

5 Hukum Ohm Hukum Ohm elas Hukum Ohm esstans konduktor yang luas penampangnya merata, ρ l resstans

6 Hukum Ohm ONTOH: Saluran krm saluran Sumber eban Saluran balk Saluran : ρ,8 Ω.mm/m ; mm ; l m ρl,8 esstans saluran krm :,54 Ω Karena ada saluran balk,,54 saluran,8 Ω Saluran dalra arus, saluran saluran terjad tegangan jatuh antara sumber dan beban :,8,6 Tegangan d beban tegangan sumber tegangan jatuh d saluran : terma,6 7,84 Daya yang dserap saluran, merupakan susut daya d p saluran (),8 4, W saluran

7 eberapa stlah Termnal: ujung akhr sambungan prant atau rangkaan. angkaan : beberapa prant yang dhubungkan pada termnalnya. Smpul (Node) : ttk sambung antara dua atau lebh prant. atatan : Walaupun sebuah smpul dber pengertan sebaga sebuah ttk tetap kawat-kawat yang terhubung langsung ke ttk smpul tu merupakan bagan dar smpul; jad dalam hal n kta mengabakan resstans kawat. Smpa (Loop): rangkaan tertutup yang terbentuk apabla kta berjalan mula dar salah satu smpul mengkut sederetan prant dengan melewat tap smpul tdak lebh dar satu kal dan berakhr pada smpul tempat kta mula perjalanan.

8 Hukum Krchhoff

9 Hukum Krchhoff Hukum rus Krchhoff (HK) -Krchhoff's urrent Law (KL) Setap saat, jumlah aljabar arus d satu smpul adalah nol Hukum Tegangan Krchhoff (HTK) Krchhoff's oltage Law (KL) Setap saat, jumlah aljabar tegangan dalam satu loop adalah nol

10 Hukum Krchhoff loop loop 5 loop HK untuk smpul: HTK untuk loop: 5 smpul : loop: smpul : 4 loop : 4 5 smpul : 4 loop : 4 5

11 Hukum Krchhoff a). s s s b). s L L s L s L d L dt c). s s s dt d). L L s s L s L d L dt dt

12 Hukum Krchhoff a). b). L L L L dt L L c). d dt d). L L L L d dt L Ldt

13 Hukum Krchhoff Pengembangan HTK dan HK smpul super loop 5 5 smpul super loop mesh super 4 4 5

14 Hukum Krchhoff ONTOH: 4 5? Ω 4Ω 5 8 smpul super Smpul loop

15

16 Tujuan Mampu mencar nla ekalen dar elemen-elemen yang terhubung ser, terhubung paralel, terhubung bntang (Y) dan terhubung segtga ( ). Mampu menentukan pembagan tegangan pada elemen-elemen yang terhubung ser. Mampu menentukan pembagan arus pada elemen-elemen yang terhubung paralel

17 Kadah-Kadah angkaan Hubungan Ser dan Paralel Hubungan paralel Hubungan ser Dua elemen atau lebhdkatakan terhubung paralel jka mereka terhubung pada dua smpul yang sama Dua elemen dkatakan terhubung ser jka mereka hanya mempunya satu smpul bersama dan tdak ada elemen lan yang terhubung pada smpul tu

18 Kadah-Kadah angkaan Dua rangkaan dsebut ekalen jka antara dua termnal tertentu, mereka mempunya karakterstk - yang dentk ek total esstans Ser: ek total ( ). ekalen

19 Kadah-Kadah angkaan angkaan Ekalen (angkaan Penggant) Dua rangkaan dsebut ekalen jka antara dua termnal tertentu, mereka mempunya karakterstk - yang dentk total G total G ek G Konduktans Paralel: G ek G G G total G G G G ( G G ) G ekalen

20 Kadah-Kadah angkaan Kapastans Ekalen _ Kapastor Paralel: ek _ Kapastor Ser: ek

21 Kadah-Kadah angkaan nduktans Ekalen _ L L L nduktor Ser: L ek L L L _ L L L L nduktor Paralel: L L ek L

22 Kadah-Kadah angkaan ONTOH:? sn( t) µf 5µF tot tot d dt cos t Jka kapastor dhubungkan paralel : tot µ F,cos t 4 F tot tot 5 5 d dt µ F,5,5 F cos t,45cos t

23 Kadah-Kadah angkaan Sumber Ekalen s bagan lan rangkaan s bagan lan rangkaan Sumber tegangan Sumber arus Dar sumber tegangan menjad sumber arus s s s s Dar sumber arus menjad sumber tegangan

24 Kadah-Kadah angkaan ONTOH: Ω Ω s,5 5 Ω Ω Ω Ω

25 Transformas Y - Kadah-Kadah angkaan Y dar Ekalen Y dar Ekalen Y Y atau Dalam keadaan sembang,

26 Kadah-Kadah angkaan Pembag Tegangan Pembag Tegangan : k k total total s Ω Ω 6 Ω ; ;

27 Kadah-Kadah angkaan Pembag rus Pembag rus: k G G k total total s Ω Ω Ω G G G G tot tot s s (/),5 (/) (/ ) (/ ),5 ; G G tot s,5

28

29 Tujuan: Memaham prnsp proporsonaltas dan mampu menunjukkan bahwa rangkaan lner mengkut prnsp proporsonaltas. Memaham prnsp superposs dan mampu mengaplkaskan prnsp superposs. Memaham teorema Mllman, teorema Théenn dan teorema Norton, dan mampu mencar rangkaan ekalen Théenn atau Norton. Memaham teorema alh daya maksmum dan mampu menentukan nla elemen beban agar terjad alh daya maksmum.

30 Teorema angkaan Proporsonaltas angkaan lner: x masukan K y K x keluaran ontoh: _ s o o s K

31 Teorema angkaan ONTOH: 6Ω n Ω o K / o 6 ( / ) n 8Ω 4Ω o 4 K / o 4 8 ( / ) 6Ω n Ω 8Ω 4Ω o K n 4 (4 8) 4 8 (4 8) 6 ( / ) ( / ) / 6 o ( / 6)

32 Teorema angkaan Prnsp Superposs Keluaran dar suatu rangkaan lner yang dcatu oleh lebh dar satu sumber adalah jumlah keluaran dar masng-masng sumber jka masng-masng sumber bekerja sendr-sendr Suatu sumber bekerja sendr apabla sumber-sumber yang lan dmatkan. ara mematkan sumber: a. Mematkan sumber tegangan berart membuat tegangan sumber tu menjad nol, artnya sumber n menjad hubungan sngkat. b. Mematkan sumber arus adalah membuat arus sumber menjad nol, artnya sumber n menjad hubungan terbuka.

33 Teorema angkaan ONTOH: Ω Ω 4 matkan matkan o _ Ω o Ω _ Ω 4 Ω o _ o 6 o 4 o o o 6 8

34 Teorema angkaan Teorema Mllman pabla beberapa sumber tegangan k yang masng-masng memlk resstans ser k dhubungkan paralel, maka hubungan paralel tersebut dapat dgantkan dengan satu sumber tegangan ekalen ek dengan resstans ser ekalen ek sedemkan sehngga ek k dan ek k ek k ontoh: Ω ek Ω 4 ek 5Ω ek 8 ek 5 4 6

35 Teorema angkaan Teorema Mllman pabla beberapa sumber arus k yang masng-masng memlk resstans paralel k dhubungkan ser maka hubungan ser tersebut dapat dgantkan dengan satu sumber arus ekalen ek dengan resstans paralel ekalen ek sedemkan sehngga ekek kk dan ek k ontoh: ek ek,5 Ω Ω ek Ω ek

36 Teorema angkaan Teorema Théenn S Jka rangkaan seks sumber pada hubungan dua-termnal adalah lner, maka snyal pada termnal nterkoneks tdak akan berubah jka rangkaan seks sumber tu dgant dengan rangkaan ekalen Théenn Seks sumber Seks beban Teorema Norton Jka rangkaan seks sumber pada hubungan dua-termnal adalah lner, maka snyal pada termnal nterkoneks tdak akan berubah jka rangkaan seks sumber tu dgant dengan rangkaan ekalen Norton

37 Teorema angkaan angkaan ekalen Théenn angkaan ekalen Théenn terdr dar satu sumber tegangan T yang terhubung ser dengan resstor T seks sumber ht Keadaan terbuka hs T _ T ht T T ht T ht / hs seks sumber T _ T hs T / T Keadaan hubung sngkat

38 Teorema angkaan angkaan ekalen Norton angkaan ekalen Norton terdr dar satu sumber arus yang terhubung paralel dengan resstor seks sumber Keadaan terbuka ht hs ht hs ht / hs seks sumber hs Keadaan hubung sngkat

39 Teorema angkaan angkaan ekalen Théenn T _ T T ht T ht / hs T angkaan ekalen Norton hs ht / hs T yang dlhat dar termnal ke arah seks sumber dengan semua sumber mat

40 Teorema angkaan ONTOH: angkaan Ekalen Théenn Ω 4 ' Ω Ω T T Ω T ' 4 T Ω

41 Teorema angkaan lh Daya Maksmum Empat macam keadaan hubungan antara seks sumber dan seks beban yang dbahas Sumber tetap, beban beraras Sumber beraras, beban tetap Sumber beraras, beban beraras Sumber tetap, beban tetap

42 Teorema angkaan lh Daya Maksmum T T _ angkaan sumber tegangan dengan resstans Théenn T akan memberkan daya maksmum kepada resstans beban bla T sumber beban p maks T T T T 4 T angkaan sumber arus dengan resstans Norton akan memberkan daya maksmum kepada resstans beban bla sumber beban p maks 4

43 Teorema angkaan ONTOH: Htung X agar terjad alh daya maksmum 4 Ω Ω Ω X? T T Lepaskan X htung T, T Ω 4 lh daya ke beban akan maksmum jka X T Ω p X maks () 4,8 W

44 Teorema angkaan Teorema Tellegen Dalam suatu rangkaan, jka k mengkut hukum tegangan Krchhoff (HTK) dan k mengkut hukum arus Krchhoff (HK), maka N k k k Teorema n menyatakan bahwa d setap rangkaan lstrk harus ada permbangan yang tepat antara daya yang dserap oleh elemen pasf dengan daya yang dberkan oleh elemen aktf. Hal n sesua dengan prnsp konseras energ.

45 Teorema angkaan ONTOH: Ω _ s Ω s p sumber ss W (memberkan daya) p beban p p 8 W

46 Teorema angkaan Teorema Substtus Suatu cabang rangkaan antara dua smpul dapat dsubsttus oleh cabang baru tanpa mengganggu arus dan tegangan d cabangcabang yang lan asalkan tegangan dan arus antara kedua smpul tersebut tdak berubah k k k sub k sub k sub k sub k

47

48 Tujuan Mampu melakukan analss rangkaan dengan menggunakan metoda reduks rangkaan. Mampu melakukan analss rangkaan dengan menggunakan metoda keluaran satu satuan. Mampu melakukan analss rangkaan dengan menggunakan metoda superposs. Mampu melakukan analss rangkaan dengan menggunakan metoda rangkaan ekalen Théenn atau rangkaan ekalen Norton.

49 Metoda nalss Dasar Metoda eduks angkaan? Ω Ω D x Ω Ω Ω Ω E,4,4 Ω Ω Ω Ω 5Ω Ω E E Ω 5Ω 6 x 5 5 5Ω x Ω 6,5 E 5Ω

50 Metoda nalss Dasar Metoda Unt Output 6 5 Ω Ω Ω Ω 4 o Ω Ω Msalkan o,( ) 4 5 o, 4 4, 4 5,,5,8 s,8 8 K s s o 8 o ( seharusnya ) K 6

51 Metoda nalss Dasar Metoda Superposs Ω _,5 Ω o? Ω Ω o Ω Ω,5 o o o.5 o o o

52 Metoda nalss Dasar Metoda angkaan Ekalen Théenn _ Ω Ω Ω Ω Lepaskan beban d, sehngga terbuka, T T ht ' 5 Ω? 5 o 5 _ Ω Ω 5

53 Metoda nalss Dasar plkas Metoda nalss Dasar pada angkaan Dengan Sumber Tak-ebas Tanpa Umpan alk s s s µ L o? o s s o µ µ s s

54

55 Tujuan Memaham dasar-dasar metoda tegangan smpul dan mampu melakukan analss rangkaan dengan menggunakan metoda tegangan smpul Memaham dasar-dasar metoda arus mesh dan mampu melakukan analss rangkaan dengan menggunakan metoda arus mesh

56 Metoda Tegangan Smpul (Node oltage Method)

57 Dasar rus yang mengalr d cabang rangkaan dar suatu smpul M ke smpul X adalah MX G ( M X ) Menurut HK, jka ada k cabang yang terhubung ke smpul M, maka jumlah arus yang keluar dar smpul M adalah ( ) k k M k M M G G G Metoda Tegangan Smpul

58 Metoda Tegangan Smpul Kasus-Kasus G G G ( G G G ) G G G D D D G G s ( G G ) s G G (nla arus langsung dmasukkan ke persamaan) D D E G G s G D G 4 D E F ( G G ) ( G G ) G G G ) G F dan D s (persamaan smpul super D) D 4 E F 4

59 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) G G G G G G G G G G G G G G G D D,4 D D D D D Ω,4 Ω Ω Ω Ω Ω D E Metoda Tegangan Smpul ONTOH:

60 5 D D ( ) ( ) ( ) ( ) G G G G G G G G G G G G D D Smpul super Smpul super Ω 5 Ω Ω Ω Ω Ω 4 5 D E 6 5 D Metoda Tegangan Smpul ONTOH:

61 Metoda rus Mesh (Mesh urrent Method)

62 Metoda rus Mesh arus mesh D E D G H F rus mesh bukanlah pengertan yang berbass pada sfat fss rangkaan melankan suatu peubah yang dgunakan dalam analss rangkaan. Metoda n hanya dgunakan untuk rangkaan planar; referens arus mesh d semua mesh mempunya arah yang sama (msalnya dplh searah putaran jarum jam).

63 Metoda rus Mesh Dasar Tegangan d cabang yang bers resstor y yang menjad anggota mesh X dan mesh Y adalah xy y ( x y ) Sesua dengan HTK, suatu mesh X yang terbentuk dar m cabang yang masng-masng bers resstor, sedang sejumlah n dar m cabang n menjad anggota dar mesh lan, berlaku X mn n x x y y mn ( ) X y X x y n x y n y y y x arus mesh X; x resstans cabang mesh X yang tdak menjad anggota mesh Y; y arus mesh Y; y resstans cabang mesh Y.

64 Metoda rus Mesh Kasus-Kasus 6 Y F X 5 4 E Z D 7 Mesh EF : ( ) Mesh DE X Z : ( ) X 4 Y Z 4 6 Y X Z 4 5 F E D Mesh F ( ) Mesh EF: Y X : ( ) 4 X 5 Y Z 4 mesh super 6 Y X Z 4 5 F E D mesh super cabang F : Y X Y EF X ( ) 4 : 5 Z 4

65 Metoda rus Mesh ONTOH: Ω Ω Ω D Ω Ω E Ω Mesh Mesh Mesh E E DE : : : ( ) ( ) ( ) ,5,5

66 Metoda rus Mesh ONTOH: Ω Ω Ω D Ω Ω E Ω Mesh E : Mesh E : Mesh DE : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ,5,5

67 mesh super Ω Ω Ω Ω Ω Ω D E ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) mesh super / / / Metoda rus Mesh ONTOH:

68 Metoda rus Mesh plkas Metoda nalss Umum pada angkaan Sumber Tak-ebas Dengan Umpan alk Tdak sepert rangkaan tanpa umpan balk yang dapat danalss menggunakan metoda dasar, rangkaan jens n danalss dengan menggunakan metoda tegangan smpul atau arus mesh kω F? 5kΩ D, 6 D D kω : : : D: D 5 gar D, maka D F,6 6 D,6,6,6 F F 55 kω,5 MΩ

69

70 Tujuan Memaham rangkaan alat ukur arus searah dan pengukuran arus searah. Memaham dan mampu menghtung parameter penyalur daya arus searah. Memaham dan mampu melakukan perhtungan penyaluran daya arus searah. Memaham dagram satu gars dan mampu melakukan analss rangkaan arus searah yang dberkan dalam bentuk dagram satu gars.

71 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) Pengukur Tegangan Searah 5 Ω 5 m s s Ω Pengukur rus Searah sh Ω 5 m sh sh sh sh 5 sh 5 5 5,5 Ω

72 Pengukuran esstans x x x x x x ) / ( x x angkaan Pemroses Energ (rus Searah)

73 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) Penyaluran Daya 46 (,4Ω/km) atere 55,4Ω,Ω km 4,6Ω km,8ω (,Ω/km) 55 6(,4,) 54, (,8,6) 57 p saluran 6 (,4,) (,8,6) 89 W,89 kw

74 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) Dagram Satu Gars Gardu Dstrbus 46,4Ω 55,Ω km 4 km,8ω,6ω (,4Ω/km) (,Ω/km) 55,4Ω,86Ω 4

75 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) ONTOH: 55,Ω,5Ω,5Ω D D 5 8,,5,,5 7 5, 47, 55,,5 65,5 D 8,5,5, 8 5,,5 5, 85, 55 5, 85 ; 85 ; D 8, 95

76 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) Penurunan Dagram Satu Gars D D D D ' ' ' D' 5 ' ' ' ' ; ' ; D D ' ' DD ' ' ' D ' D ' ' D ' D ' D D D D ' ' ' D' ' ' ' D ( ') ' ( ') ' ( ') ' D D DD ' ' D ' D ' ' ' ' ' D D ' D ' D D D

77 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) Jarngan Dstrbus Daya,5Ω X 5,4Ω X,5 5 47,5 5, 48 5,4 6 47,6 5,Ω 6 Daya yang dserap saluran p p p X X X (5) () (6),5 5 W, 4 W,4 44 W

78 ,4,5 6,5,4,,5,,5,,,5, 5,,5 X X X ,58 47, ; 47, ,64 9 ;, angkaan Pemroses Energ (rus Searah),Ω,5Ω 5 6,5Ω,Ω,4Ω 5 X

79 angkaan Pemroses Energ (rus Searah) 7 6,Ω,Ω F 8,Ω,Ω D,Ω,Ω E ,,,,,, ; 5 9 ; 4 ; 9 ; 4 ;

80

81 angkaan Dengan Doda angkaan Dengan OP MP

82 Tujuan Memaham karakterstk doda, rangkaan penyearah, pemotong gelombang, pengkat gelombang. Memaham karakterstk OP MP deal. Memaham rangkaan-rangkaan dasar OP MP. Mampu melakukan analss rangkaan-rangkaan OP MP dengan resstor. Mampu melakukan analss rangkaan-rangkaan OP MP dengan elemen dnams. Memaham hubungan-hubungan bertngkat rangkaan OP MP.

83 angkaan Dengan Doda

84 angkaan Dengan Doda Doda deal D D a D D a Doda Doda Doda Doda konduks : tak konduks: konduks : tak konduks: D D D D > >,,,, D D < > < a a

85 angkaan Dengan Doda Penyearah Setengah Gelombang D L m as π π ωt as π d ωt π ( ) π π m L [ cosωt] π π m m π L snωt d( ωt) L m π Jka snωt sedangkan 5kΩ, maka as /5π,4

86 angkaan Dengan Doda Penyearah Gelombang Penuh angkaan Jembatan D D D D 4 L D angkaan Dengan Transformator ber-ttk-tengah D D m π π as ωt as π m L π m

87 angkaan Dengan Doda Flter Kapastor 5 m m -5 D ωt.5..5 T D L Waktu doda konduks, kapastor ters sampa maks. Waktu tegangan menurun, doda tdak konduks. Terjad loop tertutup ser. d ( ) d dt dt e (/ ) t d dt yang dperlukan q as T as ( T T ) as as f f as T

88 angkaan Dengan Doda Pemotong Gelombang _ D Doda konduks >. tak konduks 4-4 5, dengan bagan negatf dtadakan oleh doda t

89 angkaan Dengan Doda s ONTOH: D D Doda konduks tak konduks s s < s s s ωt 5 8 -

90 angkaan Dengan Doda ONTOH: 4,7 kω P,7 D D?,7 D D P konduks tak konduks P P <,7,7 tak mungkn tak konduks konduks P P <,7,7 mungkn 4,7,7 m konduks konduks P P,7,7 tak mungkn tak konduks tak konduks

91 angkaan Dengan Doda ONTOH: 4,7 kω Smpul P P ( P 4,7) /,7 D, 7 D P,7 D D?,7 Jka D dan D konduks D D P,7,7 tdak sesua dengan yang dketahu. Jka D konduks dan D tak konduks, D P >,7 P D,7,7 harus konduks Stuas n tdak terjad. Jka D tak konduks dan D konduks, D P,7< (,7) D (4,7,7)/ 4 m tak konduks

92 angkaan Dengan Op mp

93 angkaan Dengan Op mp Penguat Operasonal (OP MP) masukan non-ners masukan ners catu daya postf keluaran catu daya negatf Top o 4 P : catu daya postf : catu daya negatf P P o o Dagram dsederhanakan P tegangan masukan non-ners; N tegangan masukan ners; o tegangan keluaran; P arus masukan non-ners; N arus masukan ners; o arus keluaran;

94 angkaan Dengan Op mp Karakterstk lh o o µ ( P ) P µ dsebut gan loop terbuka (open loop gan) Parameter µ entang nla Ω Nla deal Ω o Ω Ω ± ± ± 4 Nla µ sangat besar, basanya lebh dar 5. Selama nla netto ( P ) cukup kecl, o akan proporsonal terhadap masukan. kan tetap jka µ ( P ) > OP MP akan jenuh; tegangan keluaran tdak akan melebh tegangan catu ±

95 angkaan Dengan Op mp Model deal OP MP P P o o µ ( P ) o o atau µ ( ) ( ) P P µ Karena µ sangat besar, dapat danggap µ, sedangkan tdak lebh dar 4 olt, maka ( /µ ) sehngga P N. dapat danggap sehngga arus masuk d kedua termnal masukan dapat danggap nol, P N. Jad untuk OP MP deal : P P

96 angkaan Dengan Op mp Penguat Non-ners s P P o P o o s o s umpan balk K

97 angkaan Dengan Op mp 5 ONTOH: kω?? p? o kω kω kω 5 p P P P 5 o o 5 o 5 ; 5 m ; p 5 mw. esstans masukan : n 5 n karena n P n n

98 o s T P o s esstans masukan 4 5 n s n o s n 45 o T T? o s ; T s T o s angkaan Dengan Op mp ONTOH:

99 angkaan Dengan Op mp Penguat ners s P umpan balk o s o sehngga s o o s Penyangga (buffer) s P P o o

100 o s n o s o o s s / s s n n n ) ) /( ( o s s n n n ) ) /( ( ) ) /( / ( ) ) /( / ( s o s s n angkaan Dengan Op mp ONTOH:

101 angkaan Dengan Op mp ONTOH: T T s n ; T s T 4 5 ( ) 4 o 5 o T T o s ( o o T n T s 5 s n 4 4 ( ( ) 5 ) )

102 Penjumlah F P o F o F F o K K F F F n n n n n o dengan K K F o F angkaan Dengan Op mp

103 o ( ) o o P P P o o o angkaan Dengan Op mp ONTOH:

104 Pengurang (Penguat Dferensal) o 4 4 o o o K K o P 4 o 4 4 P 4 4 o 4 4 o atau Jka kta buat 4 maka o Jka dmatkan: Jka dmatkan: angkaan Dengan Op mp

105 angkaan Dengan Op mp ntegrator s P o s o o d dt d dt s ( ) o ( t) o ( o) atau d( o ) t o () ( ) s dt o t t s dt s dt s Dferensator P o d dt d dt o ( ) s o ( t) s ( ) s d s atau ( s ) t o dt s atau () o t ds dt o dt

106 angkaan Dengan Op mp Dagram lok o Penguat Non-ners K K o _ Penguat ners o K K o F F Penjumlah o K K o K K F F o K o K 4 Pengurang K K 4 4

107 angkaan Dengan Op mp Hubungan ertngkat o K o K K K K K K o K K K

108 ourseware nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Sudaryatno Sudrham

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT BAB ANGKAIAN TANSIENT. Penahuluan Paa pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang bahas aalah untuk kons steay state/mantap. Akan tetap sebenarnya sebelum rangkaan mencapa keaaan steay state,

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

MODUL 10 TEOREMA NORTON

MODUL 10 TEOREMA NORTON MODUL 0 TEOEMA OTO 0. Teorema orton Pada teorema n berlaku bahwa: Suatu rangkaan lstrk dapat dsederhanakan dengan hanya terdr dar satu buah sumber arus yang dhubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 18. ARUS LISTRIK

BAB 18. ARUS LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI...1 BB 18. RUS LISTRIK... 18.1 Sumber-Sumber rus Lstrk... 18. Hukum Ohm...4 18. Hambatan Jens Bahan...5 18.4 Daya Lstrk...6 18.5 rus Bolak-Balk...7 18.6 Qus 18...8 1 BB 18. RUS LISTRIK

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 KUT US LISTIK HUKUM OHM ESISTO/HMBTN NGKIN ESISTO SEI NGKIN ESISTO PEL NGKIN ESISTO SEGITIG-BINTNG LT UKU JEMBTN WHETSTONE LT UKU GLVNOMETE LT UKU VOLTMETE ENEGI LISTIK DY LISTIK GY GEK LISTIK (GGL) NGKIN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham nalisis Rangkaian Listrik Jilid arpublic Hak cipta pada penulis, SURHM, SURYTNO nalisis Rangkaian Listrik () arpublic, andung are-7 edisi Juli http://ee-cafe.org lamat pos: Kanayakan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham nalisis Rangkaian Listrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalisis Rangkaian Listrik () Rangkaian Pemroses Energi (rus Searah) Dalam bab ini kita akan melihat beberapa contoh aplikasi analisis

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput

Lebih terperinci

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadllah Cjantung Jakarta Tmur Telp. 80078, Fax 877978 REMEDIAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham nalisis Rangkaian Listrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalisis Rangkaian Listrik () 9 Metoda nalisis Umum engan mempelajari metoda analisis umum kita akan memahami dasar-dasar metoda

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss Teorema Gauss Gars Gaya Lstrk Konsep fluks Teorema Gauss Penggunaan Teorema Gauss Medan oleh muatan ttk Medan oleh kawat panjang tak berhngga Medan lstrk oleh plat luas tak berhngga Medan lstrk oleh bola

Lebih terperinci

PENGUAT FREKUENSI RENDAH (lanjutan)

PENGUAT FREKUENSI RENDAH (lanjutan) EEKTONKA ANAOG Pertemuan 5 PENGUAT FEKUENS ENDAH (lanjutan) Model-model Transstor Bpolar Snyal-ema yang Telt Model parameter yang lengkap dtunjukkan pada gamar erkut. Model snyal lema parameter- utk THB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

ARUS BOLAK BALIK V R. i m

ARUS BOLAK BALIK V R. i m Modul 9 Elektroagnet KEGIATAN BEAJA A. ANDASAN TEOI AUS BOAK BAIK Arus dan tegangan lstrk bolak balk adalah arus dan tegangan lstrk yang berubah terhadap waktu atau erupakan fungs waktu. Yang berubah adalah

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GAYA GERAK LISTRIK HUKUM LENZ HUKUM FARADAY TRANSFORMATOR TRANSFORMATOR IDEAL TRANSFORMATOR TIDAK IDEAL GGL INDUKSI ADA KUMARAN INDUKTANSI DIRI GENERATOR ERSAMAAN INDUKTANSI DIRI INDUKTANSI ADA TOROIDA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PADA GRAF PRISMA BERCABANG

PADA GRAF PRISMA BERCABANG PELABELAN TOTAL SUPER (a, d)-busur ANTI AJAIB PADA GRAF PRISMA BERCABANG Achmad Fahruroz,, Dew Putre Lestar,, Iffatul Mardhyah, Unverstas Gunadarma Depok Program Magster Fakultas MIPA Unverstas Indonesa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 4 ( Analisa Arus Cabang dan Simpul DC )

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 4 ( Analisa Arus Cabang dan Simpul DC ) RANGKAIAN LISTRIK Kuliah 4 ( Analisa Arus Cabang dan Simpul DC ) ANALISA ARUS CABANG DAN SIMPUL DC Metoda analisis rangkaian sebenarnya merupakan salah satu alat bantu untuk menyelesaikan suatu permasalahan

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA 1. RESISTOR serng dsebut werstan, pelawan atau penghambat. suatu komponen elektronk yang dapat menghambat gerak lajunya arus lstrk/m /membatas jumlah arus yang mengalr dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK Dktat Rekayasa Trafk BB II PDKT PROBBILITS D MODL TRFIK 2. Pendahuluan Trafk merupakan perstwa-perstwa kebetulan yang pada dasarnya tdak dketahu kapan datangnya dan berapa lama akan berlangsung. Maka untuk

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer... DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

EL2005 Elektronika PR#01

EL2005 Elektronika PR#01 EL2005 Elektronka PR#0 SOAL B C E G a. Buktkan bahwa n = ( ). b. Turunkan peramaan untuk A v = /. c. Htung nla n dan A v = / jka dberkan = 00 kω, = 00 Ω, = kω, dan = 00. d. Ulang oal (c) jka dberkan =

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

8/21/2012. di Kawasan Waktu. Kuliah Terbuka ppsx beranimasi tersedia di Buku-e. Isi Kuliah:

8/21/2012. di Kawasan Waktu. Kuliah Terbuka ppsx beranimasi tersedia di  Buku-e. Isi Kuliah: 8// Sudaryano Sudrham nalss angkaan Lsrk d Kawasan Waku Kulah Terbuka ppsx beranmas erseda d www.ee-cafe.org s Kulah: uku-e nalss angkaan Lsrk Jld- dan Jld- erseda d www.buku-e.lp.go.d dan www.ee-cafe.org.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci