PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku
|
|
- Doddy Sudomo Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat adalah mengambl masukan (nput), menglahnya dan menghaslkan keluaran (utput) yang besarnya sebandng dengan masukan. esarnya tegangan keluaran ( ) dbandngkan dengan tegangan masukan ( ) dnyatakan sebaga A (13.1) dmana A adalah penguatan tegangan (ltage gan). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku A (13.2) dmana adalah arus keluaran, adalah arus masukan dan A adalah penguatan arus (current gan). Sementara n pembahasan hanya dbatas pada penguatan tegangan. Gambar 13.1 menunjukkan rangkaan setara heenn dar jarngan bergerbang dua dar suatu penguat. Secara deal, penguat tdak mengambl arus dar masukan dan tegangan keluaran tdak mengalam perubahan jka arus dambl dar ujung keluaran (lhat gambar 13.1-a). Pada kenyataannya rangkaan yang deal n tdak bsa dbuat. angkaan sepert terlhat pada gambar 13.1-b adalah lebh realstk dmana kta menambah hambatan masukan dan hambatan keluaran. 154 KONKA DASA
2 s (a) ~ ~ A Sumber Penguat eban s (b) ' ~ ~ A ' Gambar 13.1 angkaan setara heenn jarngan bergerbang dua sebesar Pada gambar 13.1-b terlhat bahwa pada bagan masukan mengalr arus masukan (13.3) Semakn besar harga penguat tersebut semakn mendekat knds deal. Hambatan sumber s dan hambatan masukan membentuk pembag tegangan sehngga + s s (13.4) Pada bagan keluaran, dengan adanya, tegangan keluaran ' menjad ' atau ' + (13.5) Penguat ransstr 155
3 Persamaan 13.5 jelas memperlhatkan bahwa semakn kecl harga suatu penguat akan medekat knds deal Penguat egangan Pada bagan sebelumnya telah dpelajar bagamana transstr dber tegangan panjar (bas) agar transstr tersebut dapat bekerja sebaga penguat. Pada gambar 13.2 dperlhatkan penguat J emtr-dtanahkan dengan tegangan panjar dar dan. + _ + _ ~ Gambar 13.2 pemasangan tegangan panjar pada penguat emtr dtanahkan Antara parameter masukan dan keluaran terdapat hubungan dalam bentuk ekspnensal sebaga berkut exp exp 1 (13.6) Arus klektr ( ) besarnya hampr mendekat arus emtr ( ), dengan demkan kta dapat menulskan exp (13.7) 156 KONKA DASA
4 (a) (b) (c) Gambar 13.3 entuk syarat keluaran suatu penguat untuk syarat masukan (a) 1 dan 1,8 m, (b) 4 dan 8 m dan (c) 15 dan 20 m Penguat ransstr 157
5 dan tegangan klektr dberkan leh exp (13.8) Persamaan 13.8 menunjukkan hubungan antara tegangan nput dan tegangan utput dmana keduanya terdapat kmpnen D (untuk panjar) dan kmpnen A (syarat). Sayangnya keluaran dan masukan merupakan hubungan yang tdak selalu lner. Dengan kata lan tdak selalu keluaran merupakan cpy dar masukan sehngga terjad keluaran yang terdestr (cacat). n terjad akbat syarat masukan yang terlalu besar. Pada gambar 13.3-a syarat keluaran dar suatu nput 1 dan 1.8 m memperlhatkan bentuk snusda yang sempurna (tdak terjad dstrs). Namun jka syarat masukan dperbesar menjad 4 dan 8 m (gambar 13.3-b) nampak bahwa untuk gars referens d 7, syarat keluaran tdak smetr lag (bagan bawah lebh tajam). Pada syarat masukan sebesar 15 m (gambar 13.3-c), syarat keluaran mengalam dstrs yang sangat nyata. Saat masukan dperbesar ke harga 20 m, masukan klektr menyama tegangan emter, akbatnya transstr berada pada daerah jenuh sehngga syarat keluaran terptng kurang lebh 2. Dengan demkan kta hanya dapat menentukan besarnya tegangan keluaran karena adanya perubahan yang sangat kecl pada masukan, yang lebh dkenal sebaga penguatan syarat kecl (small-sgnal gan). Kta memlk exp dan besarnya penguatan dberkan leh d d exp atau d d (13.9) 158 KONKA DASA
6 Pada persamaan 13.9 terlhat bahwa penguatan berharga negatf, artnya jka nak maka juga nak, tetap sebalknya akan menurun. Untuk pengperasan pada syarat kecl, tetap mendekat harga panjar D yatu, sehngga penguatan syarat kecl dberkan leh A (13.10) Penguatan n bernla cukup besar, msalnya untuk sebesar dperleh penguatan 13.3 Hambatan Masukan Pada rangkaan emtr-dtanahkan (cmmn emtr) harga hambatan masukan dapat dperleh juga dar hubungan ekspnensal exp atau exp ( β + 1) Sekal lag untuk syarat masukan yang sangat kecl dperleh d d exp ( β + 1) sehngga d d ( β + 1) exp β (13.11) Penguat ransstr 159
7 uas kr tdak lan adalah hambatan masukan untuk rangkaan emtr dtanahkan atau basa dsmblkan dengan r π. Untuk syarat kecl, arus emtr mendekat hara D ( ) sehngga r π β (13.12) Slpe 1/r π Gambar 13.4 Pengamblan harga r π dar karakterstk nput transstr Perlu dcatat bahwa r π bukanlah berasal dar resstr yang nyata; namum berasal dar kemrngan (slpe) kura karakterstk masukan (lhat gambar 13.4) pada ttk panjar D. Dengan cara yang sama untuk rangkaan penguat bass-dtanahkan, dengan arus masukan ( β + 1), hambatan masukan (r e ) adalah r e (13.13) Persamaan dturunkan langsung dar exp( / ). Dengan demkan hubungan r π dan r e dapat dtulskan sebaga 160 KONKA DASA
8 r π β r π (13.14) Sedangkan besarnya penguatan tegangan dmungknkan untuk dtulskan sebaga A r e (13.15) Dar keadaan d atas nampak bahwa besarnya penguatan tegangan adalah sama untuk setap transstr, yatu hanya tergantung pada dan bukan pada β Hambatan Keluaran rasstr mengalrkan arus lewat hambatan beban sebesar β (13.16) dmana harganya hampr tdak tergantung pada besarnya karena hampr tdak tergantung pada besarnya. esarnya hambatan keluaran walaupun keluaran terbeban akan berharga sektar Mdel-mdel syarat Kecl (Small-Sgnal Mdels) Untuk menentukan sfat-sfat sebuah penguat transstr, dapat dlakukan pendekatan yatu menggant transstr tersebut dengan rangkaan setara mdel syarat kecl. Mdel n tersusun dar rangkaan yang lebh sederhana sehngga memudahkan perhtungan. b c r π β b Gambar 13.5 Mdel syarat kecl untuk penguat emtr dtanahkan Penguat ransstr 161
9 Gambar 13.5 menunjukkan sebuah mdel syarat kecl untuk penguat emtr dtanahkan. Pada bagan masukan (bass) mengalr arus A (yatu ) lewat hambatan rπ β r e dmana r e /. Pada bagan keluaran (klektr), transstr mempunya arus A klektr ( ) yang (hampr) knstan sebesar β. b e b β b r e α e r e (a) (b) Gambar 13.6 Mdel syarat kecl untuk penguat bass dtanahkan Gambar 13.6-a menunjukkan sebuah mdel syarat kecl untuk penguat bassdtanahkan. Dengan membuat mdfkas mdel sepert terlhat pada gambar 13.6-b, kadang-kadang dapat member kemudahan dan lebh berguna. Pada bagan masukan terdapat hambatan masukan r e. Jka pada masukan dber tegangan masukan sebesar b maka arus masukan adalah b, sedangkan arus sebesar ( β + 1 mengalr lewat r e sehngga ( + ) b re β 1 (13.17) ) b b b ( β + ) 1 r π r e yang merupakan hambatan masukan sepert yang dharapkan. (13.18) 162 KONKA DASA
10 s 1 s ~ khm 2 4,7 khm Q 390 hm hm 4700 uf + _ 100 uf Gambar 13.7 nth pemberan keadaan panjar pada penguat transstr Gambar 13.7 memperlhatkan cnth rangkaan penguat transstr dengan sumber tegangan masukan S dengan resstans sumber S. Kta menganalss rangkaan tersebut dengan membuat pendekatan seperlunya. Msalkan transstr Q 1 adalah terbuat dar slkn dengan tpe n-p-n dengan penguatan arus β 200. eberapa permasalahan berkut akan kta selesakan. (a) erapa arus D klektr? (b) er kmentar seberapa efektf keadaan panjar rangkaan pada gambar 13.7 (msalnya dengan membuat perkraan besarnya perubahan arus klektr jka dlakukan penggantan transstr dengan harga gan arus setengahnya) (c) Dengan asums harga s dapat dabakan, perkrakan efek pada tanggapan frekuens syarat-kecl pada 50 Hz () dar () dar. (d) Jka S berupa gelmbang snus dengan ampltud 2 m dan frekuens 1 khz, perkrakan bentuk tegangan keluarannya dengan () berasums S 0, () berasums S 600 Ω Penguat ransstr 163
11 Penyelesaan: (a) Pertama harus kta htung besarnya sumber tegangan rangkaan terbuka bass (ngat terema heenn) sebaga 2 /( ) 9 4,7/14,7 2,88 dan hambatan sumber bass 1 // 2 3,20 k Untuk transstr dengan gan arus β berlaku + ( β + 1) 2,88 0,6 ma 3, ,39 27,9 µ A Demkan juga β ,9 5,58 ma (dalam hal n kta berasums bahwa berharga 0,6 ) (b) Untuk β 100 kta mendapatkan 2,88 0,6 3, ,39 53,5 5,35 ma ma ternyata dperleh hasl yang hampr sama dengan transstr dengan β 200. Dengan demkan rangkaan n mempunya stabltas panjar yang bak. Sebaga alternatf dar bagan (a) dperleh (201/200) 5,58 ma 390 2, KONKA DASA
12 sehngga 2,79, nampak hampr sama dengan harga, member ndkas bahwa berharga sangat kecl. Juga harga cukup besar untuk menghapus ketdakpastan pada saat menghtung. b r e β b s s ~ 2 1 Gambar 13.8 angkaan ekalen A (c) () Kta berasums bahwa berharga cukup besar untuk danggap terjad hubung sngkat pada frekuens 50 Hz, kemudan kta akan lhat efek dar. Kta akan menggunakan mdel setara transstr sepert pada gambar 13.6 (b). Kta perlu menggambar rangkaan setara A, dan untuk keperluan n untuk sebarang ttk pada tegangan D adalah pada A dtanahkan (karenanya mempunya tegangan A nl). Selengkapnya rangkaan tersebut sepert terlhat pada gambar Harga reaktans dar pada frekuens 50 Hz adalah 1/ ω ( , π 50) eaktans n paralel dengan 390 Ω dmana harganya dapat dabakan, dan n ser dengan r e 25 m/5,61 ma 4,46 Ω 1 Arus sebesar ( β + 1) mengalr melalu keduanya sehngga tegangan pada e b kedua ujungnya adalah sebesar b b (896 Ω resstf Ω kapastf) Penguat ransstr 165
13 dmana karena kta mengabakan mpedans S dan, maka harganya sama dengan S. agan dar S yang muncul pada r e adalah sebesar 4,46 / 4, ,677 0,989. Dengan demkan hanya memberkan efek yang kecl pada frekuens 50 Hz (n akan menghaslkan pergeseran fase sebesar tan -1 (0,677/4,46) 8,6 ) () Pada kasus n mdel sepert terlhat pada gambar 13.5 lebh sesua sehngga rangkaan ekalen A terlhat sepert pada gambar b r π β b s s ~ 2 1 Gambar 13.9 angkaan setara Kta dapat mengabakan besarnya reaktans dar sehngga emter dtanahkan (grunded) dan hambatan masukan merupakan kmbnas paralel 1, 2 dan rπ β / m/5, yatu n (1/896 +1/ /10000) Ω. eaktans adalah sebesar 1/ ω ( ma 2π 50) 1 31,8 2 2 agan dar S yang muncul pada r π adalah sebesar 700 / ,8 0, 999. Dengan demkan pada frekuens 50 Hz, memberkan efek yang dapat dabakan pada besarnya penguatan. 166 KONKA DASA
14 (d) Masukan sebesar 2 m (>> 25 m) adalah cukup kecl untuk menghaslkan dstrs pada keluaran, karenanya kta dapat menggunakan analss syarat-kecl. Pada frekuens 1 khz, bak dan dapat danggap terjad hubung sngkat. () Dsn be s dan besarnya penguatan adalah sebesar A - /r e - (560/4,46) -126 dengan demkan keluaran berbentuk snusda dengan ampltud 252 m () Dalam hal n hambatan masukan sebesar 700 Ω (lhat bagan c-) dkena 2 m dar sumber dengan hambatan ser sebesar 600Ω. egangan keluaran akan turun sebesar (700/( )) 2 m m Pengaturan egangan Panjar Jka kta dmnta untuk menentukan besarnya panjar (bas) pada kedua rangkaan pada gambar 13.10, kemungknan kta akan kebngungan dengan banyaknya alternatf plhan harga. Namun perlu dperhatkan bahwa kta tdak bsa memlh panjar secara acak. Untuk tu dperlukan aturan agar ddapat desan yang tepat, walaupun harga-harga plhan dmaksud tdak berupa nla yang eksak tetap dalam bentuk nteral nla. + _ 1 + _ 2 _ + (a) (b) Gambar Desan pemberan panjar pada penguat transstr Penguat ransstr 167
15 Untuk memlh desan yang tepat msalnya untuk rangkaan pada gambar a, sebaknya tdak terlalu terpengaruh leh adanya alran arus bass dar pembag ptensal (sehngga 2 /( 1 2 ) ). Untuk tu dperlukan + ( / 2 ) ( / ) 1/ β >> atau mendekat 2 << β (karena ) Sebaga acuan dapat dbuat 2 10 jka dpasang 2 yang terlalu rendah dapat mengurang hambatan masukan syarat-kecl (small-sgnal nput resstance). Pada kedua rangkaan pada gambar perbedaan tegangan antara bass dan sumber emtr harus lebh besar dar 0,6 lt; dan juga kelebhan tegangan harus lebh besar dar ketdak pastan harga ( 0,1 ). Untuk tu dperlukan 0,6 >> 0,1 0,6 >> 0,1. atau Sebaga pedman dapat dbuat 3 lt, atau 3 lt atau mungkn / 3, atau 168 KONKA DASA
16 asanya terdapat pembatasan tertentu untuk harga, jka tdak, dapat saja dpasang harga dar lt. Namun basanya akan lebh realstk dengan mengambl harga pada daerah 5 50 lt. Secara prakts basanya kta memlh 9 lt (standar batera yang banyak djual) atau 15 lt (basanya dpaka pada penguat kmersal) Dar harga 2,, dan selanjutnya dapat dtentukan harga 1. asanya juga terdapat pembatasan tertentu untuk harga,, dan. Harga dan dapat berksar dar 10 Ω - 10 MΩ serta dapat berharga dar 1µA sampa dengan 1 A. Jka hambatan keluaran dtentukan sama dengan dan jka hambatan luar harus dpasang, maka harus berharga beberapa kal lebh kecl. Jka arus beban luar harus dcatu maka harus palng tdak beberapa kal lebh besar. Jka keterbatasan-keterbatasan d atas tdak berlaku, secara prakts harga-harga berkut dapat dplh 1 ma dan untuk meyaknkan pemlhan panjar yang tepat ambl harga dan dar ( ) 0,6 / 2 Kemungknan penguatan tegangan dapat dtentukan, yatu dar A / r / e Dengan demkan harga adalah tertentu sesua dengan harga yang dpasang, yatu ( )/ 2 Penguat ransstr 169
berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat
10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass
Lebih terperinciSEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7
ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan
Lebih terperinciPertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd
Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan
Lebih terperinciELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd
ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,
Lebih terperinciRANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan
. Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor
Lebih terperinciGambar Rangkaian dasar penguat operasiaonal
6 PENGUAT OPEASIONAL 6. Dasardasar Penguat Operasnal Penguat perasnal (pamp) adalah suatu blk penguat yang mempunya dua masukan dan satu keluaran. Opamp basa terdapat d pasaran berupa rangkaan terpadu
Lebih terperinciContoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.
BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam
Lebih terperinciBAB VB PERSEPTRON & CONTOH
BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,
BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan
Lebih terperinciANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)
Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat
Lebih terperinciBAB III RANGKAIAN APLIKASI DIODA
1 BAB ANGKAAN APKAS OA Analss rangkaan dda ada pendekatan : 1. Analss gars beban. Pendekatan mdel / rangkaan ekvalen dda 3.1 Analss Gars Beban E Gambar 3.1 angkaan dda Hukum Krchff : E E + E + saat saat
Lebih terperinciBab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN
Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat
Lebih terperinciANALISIS REGRESI. Catatan Freddy
ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang
Lebih terperinciBAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA
BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang
Lebih terperinciBab III Analisis Rantai Markov
Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN DAYA
BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga
Lebih terperinciBAB VIII. Analisa AC Pada Transistor
Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa
Lebih terperinciIV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI
IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun
Lebih terperinciBAB V INTEGRAL KOMPLEKS
6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan
Lebih terperinciBAB V TEOREMA RANGKAIAN
9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan
Lebih terperinciFUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam
FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan
Lebih terperinciKecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi
Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK
Lebih terperinciBAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas
9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung
Lebih terperinciQ POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED
Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi
LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl
Lebih terperinciPENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya
Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut
Lebih terperinciPROPOSAL SKRIPSI JUDUL:
PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER
BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam
1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang
Lebih terperinciANALISIS BENTUK HUBUNGAN
ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon
Lebih terperinciP n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman
OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran
Lebih terperinciDidownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi
3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory
BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan
Lebih terperinciPERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP
PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu
Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber
Lebih terperinciRANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)
NGKNNGKN DS OPETONL MPLFE (OPMP). nvertng mpler 3 nalsa angkaan: ; L Pada ttk terjad suatu enmena yang dsebut vrtual grund yatu ttk yang memlk nla tegangan nl meskpun tdak terhubung langsung ke pertanahan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya
Lebih terperinciBAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST
BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap
Lebih terperinciBAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK
Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat
Lebih terperinciDeret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II
Deret Taylor & Derensal Numerk Matematka Industr II Maclaurn Power Seres Deret Maclaurn adalah penaksran polnom derajat tak hngga 0 0! 0 n n 0 n! Notce: Deret nnte tak hngga menyatakan bahwa akhrnya deret
Lebih terperinciBAB X RUANG HASIL KALI DALAM
BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan
Lebih terperinciBAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT
BAB ANGKAIAN TANSIENT. Penahuluan Paa pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang bahas aalah untuk kons steay state/mantap. Akan tetap sebenarnya sebelum rangkaan mencapa keaaan steay state,
Lebih terperinciREGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear
REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.
BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN MODEL
BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup
Lebih terperinciPenerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC
Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor
Lebih terperinciBAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model
BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu
4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik
Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ
Lebih terperinciInterpretasi data gravitasi
Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan
Lebih terperinciPendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan
Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk
Lebih terperinciModul ini adalah modul ke-8 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini
STATISTIKA ; MODUL ; ; 8; ; ; PENDAHULUAN Modul n adalah modul ke-8 dalam mata kulah Matematka. Is modul n membahas tentang statstka. Modul n terdr dar kegatan belajar. Pada kegatan belajar akan dbahas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter
Lebih terperinciBAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE
BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel
BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.
Lebih terperinciTeori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang
Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan
Lebih terperinciKAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah
BAB III KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC III. Batas Bawah Magc Number pada Pelabelan Total Pseudo Edge-Magc Teorema 3.. Anggap G = (,E) adalah sebuah graf dengan n-ttk dan m-ss dan memlk
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK
BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.
Lebih terperinciTEORI KESALAHAN (GALAT)
TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass
Lebih terperinciUKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a
UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya
Lebih terperinciPENGUAT FREKUENSI RENDAH (lanjutan)
EEKTONKA ANAOG Pertemuan 5 PENGUAT FEKUENS ENDAH (lanjutan) Model-model Transstor Bpolar Snyal-ema yang Telt Model parameter yang lengkap dtunjukkan pada gamar erkut. Model snyal lema parameter- utk THB
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and
III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS
Lebih terperinciConfigural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c
6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan
7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat
Lebih terperinciPreferensi untuk alternatif A i diberikan
Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses
Lebih terperinciBAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN
angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum
Lebih terperinci