BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor
|
|
- Widyawati Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan kapastor couplng pada snyal nput dan snyal output. Pendekatan yang dlakukan untuk analsa A untuk frekuens mdband/passband adala semua kapastor couplng dan by-pass dapat danggap sebaga ubung sngkat, selanjutnya semua sumber tegangan D dapat danggap seola-ola berubungan dengan ground. Kapastor untuk analsa A danggap sebaga ubung sngkat, al n mpedans kapastf ddekat dengan X < 0,1R. Sengga untuk 1 rangkaan R ser, mpedansnya adala Z R + R jx jω atau Z R + X R + (0,1 R) R. Jad pada saat analsa A kapastor bsa ddekat sebaga ubung sngkat, sedang untuk analsa D kapastor ddekat sebaga rangkaan terbuka, sepert gambar berkut. D A Untuk rangkaan R ser, jka ambatannya R 1kΩ dgunakan untuk beroperas dalam rentang frekuens pendengaran manusa (20 Hz 20 khz). Dengan menganggap bawa mpedans kapastf dar kapastor koplng sebesar X < 0,1R pada frekuens mnmum,
2 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 167 sengga X < 100Ω pada 20 Hz. Akbatnya 1 79,6μF (2 π )(20Hz)(100 Ω) 1 π f X atau 2 Model- Untuk menganalsa snyal kecl pada transstor, serngkal transstor dgantkan dengan model lnear parameter-. Model- n cukup akurat jka transstor d bas untuk operas lnear dan snyal-snyal pada frekuens tngg dapat dabakan. Transstor dengan konfguras emter bersama dengan model- berlaku : (dengan be dan sebaga arabel dependen) be e b + re ce fe b + oe ce Persamaan tu dalam bentuk matrks: be e re b fe oe ce Secara skematk persamaan tsb dgambarkan sebaga berkut : b e B fe b be re ce oe ce c E Defns Gambar 1, Model lnear dar transstor
3 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 168 e : ambatan nput bass-emter ~ 500 Ω - 5 kω re : transfer rato tegangan mundur ~ fe : transfer rato arus maju 50 ~ 500 oe : konduktans output -E ~ 1 μs μs e re fe oe be b 0 ce be ce 0 b c b 0 ce c ce 0 b B (?A) 0 10 E B (?A) 0 E ? B ,85? BE BE? BE BE
4 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 169 B (?A) (ma) ?? B E B (?A) (ma) ,4 8, E atatan Dalam menganalsa snyal A dlakukan sbb: 1. sumber tegangan D dubung-sngkatkan dalam snyal A. 2. semua kapastor dubung sngkat dalam snyal A. 3. gambarkan parameter, untuk pn B, dan E. 4. tambakan komponen-komponen lannya.
5 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 170 Model Ebers-Moll Untuk Doda ( e η T 1) S Gambar 2, Smbul dan karakterst doda dengan T kt/q ~ 25 m (tegangan termal untuk T ~ 300 K). η ~ 1-2 S arus saturas Untuk Trasnstor Pendekatan bawa transstor sebaga penguat arus dengan FE B, cukup bak untuk banyak aplkas, namun kurang memada untuk menjelaskan penguat dferensal, konerter logartmk, kompensas temperatur dan banyak aplkas lannya. Sebaga gantnya Ebers-Moll menganggap bawa transstor sebaga deas transkonduktans. Arus kolektor bergantung pada bass-emter, yatu:
6 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 171 B E BE Gambar 3, Struktur fss dan karakterstk BE - BE T ( e 1) S dengan T KT/q ~ 25 m (untuk suu kamar) S : arus bocor reerse. Namun untuk BE >> T, sengga e S BE T atau BE T ln S Untuk dua konds yang berbeda, yatu BE1 BE 2 T T 1 ln ln S S BE 2 BE1 T ln ln T ln 2 S S 1 Jka ada perbedaan BE maka berart ada ambatan dalam ambatan antara bass-emtter, yatu Δ re Δ BE E
7 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 172 Dengan mengambl pendekatan ambatan dalam bass-emter r e T Δ BE Δ, sengga dperole ΔBE T 25 m Δ Dengan pendekatan model Ebers-Moll transstor npn dmodelkan sebaga:? R R? F?? EF E E EF R B ndex R : reerse F : forward Gambar 4, Model Ebers-Moll pada transstor Dar model Ebers-Moll tsb d atas terlat bawa : α E EF ER EF R R α F R F EF R B BF + BR T dengan : ( e η 1) EF EO BE B T ( e η 1) R α O α R O F EO
8 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 173 Persamaan Ebers-Moll cukup akurat untuk selang arus yang cukup lebar, dar orde nanoampere ngga mlampere. Besaran-besaran pentng yang dperole dar model Ebers-Moll adala : o Kecuraman kura s. BE o Adanya ambatan dalam bass-emter, r e Penguat Emter Bersama Berkut n adala rangkaan dasar dar penguat emter bersama. R1 R out n R2 R E Gambar 5, Konfguras emter bersama
9 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 174 Dar gambar rangkaan d atas duba menjad: (dengan mengabakan re, oe dan e ). ngat pada saat menganalsa A: Kapastor seola ubung sngkat, Sumber tegangan D danggap dubungkan ke ground. n b n R 1 R 2 (1+ fe )R E fe b R A e R n R 1 // R 2 // (1+ fe )R E n b (1 + ) R fe E n fe n n c feb fe (1 + fe) RE 1 + fe RE RE R out c R n RE out R A n R tanda mnus menunjukkan ada pembalkan fasa, E yatu ada beda fasa sebesar 180 o, sepert dtunjukkan dalam lustras berkut n.
10 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 175 b t e t c t Jka rangkaan d atas duba sedkt, yatu dengan memasang kapastor secara paralel dengan R E sengga rangkaannya menjad:
11 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 176 R1 R out n R2 R E Untuk analsa A, rangkaan n dapat danggap bawa ambatan R E akan sort, karena paralel dengan kapastor. Namun ngat bawa antara bass-emter ada ambatan dalam sebesar r e, akbatnya untuk menganalsa dapat dgantkan menjad:
12 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 177 n b n R 1 R 2 (1+ fe )r e fe b R A e Dengan cara yang sama, penguatan tegangannya menjad: A R r e onto: Analsala rangkaan penguat berkut n dengan menggunakan model-, jka dketau e 1,5 kω, fe 70, oe 25 μs, dan re 0. Komponen lannya adala R B 220 kω, R 4,7 kω dan kapastor masng-masng 1 μf. R B R o s Rangkaan n duba dengan menerapkan model-, sengga menjad:
13 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 178 B b fe b c o s R B e oe R E Dar gambar d atas terlat bawa: b s e 1 R 1 o feb fe 1 R + 1+ R o o R oe oe e s Penguatan tegangan: A o fe R R 1+ 0,118 s e oe Penguatan daya: A P (db) 20 log ,3 db. Gars Beban Peratkan rangkaan emtter bersama berkut n.
14 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 179 Dengan analsa gars beban D, untuk ambatan R 2, transstor dalam keadaan saturas sengga dperole: ( sat) R + R E Sedangkan untuk ambatan R 2, transstor dalam keadaan cut-off sengga dperole: E( cut off ) Untuk analsa A, rangkaan d atas dapat dsederanakan sbb:
15 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 180 Pada loop tegangan kolektor, berlaku: ce + crc 0. Sengga ce dperole c r c dengan r R // R ambatan A yang dlat ole kolektor, c L c Δ Q arus A kolektor, ce Δ E E EQ tegangan A pada termnal -E Dengan memanfaatkan persamaan n dperole pers gars beban A EQ Q + rc r E c Pada saat transstor saturas, terjad pada saat E 0, dperole: c( sat) Q+ r EQ c Sedangkan transstor dalam keadaan cut-off terjad pada saat 0, atau dar persamaan d atas beruba menjad: Dar tegangan -E: E Qrc + EQ. ce Δ E E EQ yang juga berart bawa ( )( r ) Δ Δ. Sengga dperole: E c + r ce( cut off ) EQ Q c Secara skematk dtunjukkan pada gambar berkut n.
16 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 181 c( sat) Q+ r EQ c ( sat) R + R E + r ce( cut off ) EQ Q c Untuk rancangan penguat yang bak, dusaakan agar ttk Q berada d-tenga-tenga gars beban A. Hal n dmaksudkan untuk mengndar clppng, yatu clppng saturas jka ttk Q ke ara kr, sedang clppng cut-off jka Q ke ara kanan, sepert dtunjukkan pada gambar berkut. Gambar 1, (a) lppng cut-off, (b) clppng saturas, (c) penempatan ttk Q yang optmum onto:
17 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 182 Dar rangkaan berkut n dketau R 1 68 kω, R 2 10 kω, R 3,9 kω, R E 220 Ω, R S 600 Ω, R L 2 kω, dan semua kapastor dapat dabakan (~ 0,1 μf). Data dar BJT transstor adala sbb: fe 150, oe 50 μs, e 3 kω dan re 0. Htungla penguatan arus dan penguatan tegangan dar rangkaan tsb. R 1 R 1 2 o R S R L s R 2 3 R E Dar rangkaan tsb d atas duba dengan menggantkan BJT transstor dengan model- snyal kecl, dperole gambar sbb:
18 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 183 b B fe b R S o R 1 R 2 e A oe R R L s E Dar rangkaan penggant tsb dapat dtung : Hambatan dalam nput R R 1 //R 2 // e 68kΩ // 10kΩ // 3kΩ 2,23 kω s s Arus nput 3 R + R 2,83 10 S R Tegangan antara Bass - Emter 0,79 R + R be s s S Arus bass b be e 0, s Konduktans total antara termnal kolektor dan emter 1 1 Gce oe μ S R R L feb 150 0,79s Tegangan output o G Hambatan dalam output R R // ce o oe s
19 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 184 o Penguatan tegangan A 49 o o Arus output o 3 R 2 10 L s Penguatan arus A 69 3 o o/2 10 o 2,83 3 s /2,83 10 s 2 Penguatan daya A P A A onto: Andakan rangkaan penguat tsb (konfguras emter bersama) pada model- untuk BJT tdak dabakan re, msalnya re 2 x 10-4, maka rangkaan penggantnnya menjad :(anggap R L ) b B e R B re oe fe b oe R E R B R 1 //R 2 8,7 kω o - fe b R E, dengan R E oe // R 3,3 kω. Dengan menggunakan KL pada loop nput, ddapat : + e b re ce R e b re ce b 4 (3kΩ ,3kΩ) b 3kΩb
20 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 185 Penguatan tegangan: A febre o fere 170,6 ( R ) ( R ) e fe re E b e fe re E Jka parameter re dabakan, maka penguatan tegangan menjad: A fe RE e Terlat bawa dengan mengabakan re anya ada perbedaan sektar 3%, sengga serngkal faktor re dapat dabakan. Rangkaan banyak tngkat (Kaskade) Untuk memperbesar penguatan dlakukan dengan membuat amplfer banyak tngkat. Pada conto berkut dperlatkan penguat dengan 2 (dua) tngkat. Kapastor 2 dpergunakan untuk memsakan konds D dar masng-masng tngkat, sengga c1 dan b2 salng bebas. Semua kapastor dapat danggap ubung sngkat untuk daera frekuens operas (mdband) dar penguat. Koplng n dkenal sebaga koplng R. Dengan koplng n berakbat : c1 b2 (tegangan d kolektor transstor 1 sama dengan tegangan d bass transstor 2). Penguatan total dar rangkaan kaskade, merupakan asl kal dar masng-masng penguat, sengga A A A 1 2 Namun jka efek pembebanan arus dperatkan, maka akan berakbat A A A 1 2
21 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 186 Untuk tu cara mengtungnya dlakukan dengan mengunakan rangkaan ekalen dar transstor, sepert yang dtunjukkan berkut n. R 1 R 2 R 1 R R B R L s R 2 3 R E1 R 4 4 R E2 Gambar, Rangkaan koplng R. Rangkaan tsb d atas menggunakan komponen-komponen sbb: R 1 47 kω, R 2 10 kω, R 1 3,9 kω, R 3 33 kω, R 4 6,8 kω, R 2 1,8 kω dan R L 600 Ω dan dengan snyal nput s 1 m dan R S 1 kω. Sedangkan transstor Q1 dan Q2 memlk paramete- sbb : e1 e2 2 kω, fe1 fe2 100, oe1 oe2 50 μs, re1 re2 0. Untuk analsa A dar rangkaan tsb dpergunakan model-, sengga rangkaan gnal keclnya adala sbb: B 1 fe1 b1 1 B 2 fe2 b2 2 b1 b2 R S R 1 R 2 e1 oe1 R 1 R 3 R 4 e2 oe2 R 2 R L E 1 E 2 Dar rangkaan ekalen tsb dperole :
22 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 187 R R 1 // R 2 // e1 47 kω // 10 kω // 2 kω s 1m 0,38 μa R + R 2,6kΩ S P 2 R 0,23 x 10-9 W s 1m 0,62 ma R + R 2,6kΩ S b1 b1 be e be 0,31 μa e Total konduktans d antara pn -E pada transstor 1: G ,86 ms R R R E1 oe e2 Dperole be2 fe1 b1-36 m G E1 3 3, μ A be2 b2 3 e R // R // R 450 Ω E 2 2 L oe2 Dengan demkan o - fe2 b2 R E2 0,81 2 o Po 1,1mW R L
23 Bab, Analsa A pada Transstot Hal 188 A P Po 1,1mW 4, P 0, W 6 A p (db) 67 db
ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd
ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,
Lebih terperinciPertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd
Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan
Lebih terperinciberasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat
10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass
Lebih terperinciPENGUAT FREKUENSI RENDAH (lanjutan)
EEKTONKA ANAOG Pertemuan 5 PENGUAT FEKUENS ENDAH (lanjutan) Model-model Transstor Bpolar Snyal-ema yang Telt Model parameter yang lengkap dtunjukkan pada gamar erkut. Model snyal lema parameter- utk THB
Lebih terperinciQ POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED
Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan
Lebih terperinciSEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7
ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan
Lebih terperinciBAB I PENGUAT TRANSISTOR BJT PARAMETER HYBRID / H
Elektonka nalog BB I PENGUT TRNSISTOR BJT PRMETER HYBRID / H TUJUN Setela mempelaja bab n, nda daapkan dapat: Menca menca penguatan us dengan paamete Menca menca penguatan tegangan dengan paamete Menca
Lebih terperinciIntegrasi. Metode Integra. al Reimann
Integras Metode Integra al Remann Metode Integral Trapezoda Metode Integra al Smpson Permasalaan Integras Pertungan ntegral adala pertungan dasar yang dgunakan dalam kalkulus, dalam banyak keperluan. Integral
Lebih terperinciSolusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei
Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput
Lebih terperinciPENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku
13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat
Lebih terperinciU JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK
Jurusan Teknk Spl dan Lngkungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SABTU, JULI OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara bole menggunakan komputer untuk mengerjakan soal- soal ujan n. Tabel
Lebih terperinciRANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan
. Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor
Lebih terperinciContoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.
BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya
Lebih terperinciBAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST
BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN DAYA
BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Penelitian
A VIII PENUTUP 8.. Kesmpulan Peneltan Dalam peneltan yang tela dlakukan, dperole nformas knerja transms dan spektrum gelombang serta stabltas terumbu ottle Reef TM sebaga peredam gelombang ambang terbenam
Lebih terperinciELEKTRONIKA DASAR. Pertemuan Ke-4 Bipolar Junction Transistor (BJT) ALFITH, S.Pd,M.Pd
ELEKRONKA DAAR Pertemuan Ke-4 Bpolar Juncton ransstor (BJ) ALFH,.Pd,M.Pd 1 tuktur das dan cara kerja fsk truktur yang Dsederhanakan dan Mode Operas Gambar 1. truktur sederhana transstor npn Gambar 2. truktur
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik
Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ
Lebih terperinciBAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR
Bab V, Analisa DC pada Transistor Hal: 147 BAB V ANALSA DC PADA TRANSSTOR Transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah suatu devais nonlinear terbuat dari bahan semikonduktor dengan 3 terminal yaitu
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang
Lebih terperinciBAB V TEOREMA RANGKAIAN
9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan
Lebih terperinciKAJIAN TERBENTUKNYA GELEMBUNG UAP PADA PIPA-PIPA EVAPORATOR KETEL PIPA AIR
KAJIAN TERBENTUKNYA GELEMBUNG UAP PAA PIPA-PIPA EVAPORATOR KETEL PIPA AIR Tekad Stepu Sta Pengajar epartemen Teknk Mesn Fakultas Teknk Unverstas Sumatera Utara Abstrak Proses pembentukan uap pada ppa evaporator
Lebih terperinciBAB VB PERSEPTRON & CONTOH
BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur
Lebih terperinciA. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2
1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan
Lebih terperinciModulator dan Demodulator
Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...
DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan
Lebih terperinciBAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat
BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton
Lebih terperinciBAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA
BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang
Lebih terperinciFUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam
FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan
Lebih terperinciP n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman
OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran
Lebih terperinciIII PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK
34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.
Lebih terperinciBAB X RUANG HASIL KALI DALAM
BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER
BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan
Lebih terperinciPengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804
Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur
Lebih terperinci2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil
.1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu
Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber
Lebih terperinciTeori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang
Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan
Lebih terperinciKarakteristik Transistor. Rudi Susanto
Karakteristik Transistor Rudi Susanto PN-Junction (Diode) BIAS MAJU / FORWARD BIAS BIAS MUNDUR / REERSE BIAS Transistor Bipolar Arus pada Transistor Alpha dc (α dc ) adalah perbandingan antara arus Ic
Lebih terperinciPERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP
PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed
Lebih terperinciAnalisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :
Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan
Lebih terperinciBAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi
BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada
Lebih terperinciSISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS
SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d
Lebih terperinciPenerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC
Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk
BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car
Lebih terperinciAnalisis Regresi 2. Mendeteksi pencilan dan penanganannya
Analss Regres Pokok Bahasan : Mendeteks penclan dan penanganannya TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasswa dapat mendeteks adanya penclan pada regres lner berganda Penclan Penclan adalah pengamatan yang
Lebih terperinciTRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN SUMBER ARUS
TRANSSTOR SEBAGA SAKLAR DAN SUMBER ARUS 1. TRANSSTOR SEBAGA SAKLAR Salah satu aplikasi yang paling mudah dari suatu transistor adalah transistor sebagai saklar. Yaitu dengan mengoperasikan transistor pada
Lebih terperinciII. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai
II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan
Lebih terperinciPerbandingan Metode Partial Least Square (PLS) dengan Regresi Komponen Utama untuk Mengatasi Multikolinearitas
Statstka, Vol. No., 33 4 Me 0 Perbandngan Metode Partal Least Square (PLS) dengan Regres Komponen Utama untuk Mengatas Multkolneartas Nurasana, Muammad Subanto, Rka Ftran Jurusan Matematka FMIPA UNSYIAH
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut
Lebih terperinciBAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT
BAB ANGKAIAN TANSIENT. Penahuluan Paa pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang bahas aalah untuk kons steay state/mantap. Akan tetap sebenarnya sebelum rangkaan mencapa keaaan steay state,
Lebih terperinciANALISIS BENTUK HUBUNGAN
ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter
Lebih terperinci48 Sistem Komunikasi 1 (EE3314) BAB VII PENGUAT
8 stem omunkas () BAB VII PNUAT Penguat orde- lnear merupakan system lnear yang serng kal dpaka dalam system komunkas ecara konsep, penguat lnear dapat berupa apa saja (penguat, flter, saluran, peredam,
Lebih terperinciCatatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan
Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus
Lebih terperinciREGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear
REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana
Lebih terperinciALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN
ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN Hendra Bunyamn Jurusan Teknk Informatka Fakultas Teknolog Informas Unverstas Krsten Maranatha
Lebih terperinciMENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak
JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan
Lebih terperinciMETODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.
METODE NUMERIK INTERPOLASI Interpolas Beda Terbag Newton Interpolas Lagrange Interpolas Splne http://maulana.lecture.ub.ac.d Interpolas n-derajat polnom Tujuan Interpolas berguna untuk menaksr hargaharga
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL
MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,
Lebih terperinciBAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA
Hal:33 BAB F PENGUAT DAYA Dalam elektronika banyak sekali dijumpai jenis penguat, pengelompokkan dapat berdasarkan: 1. rentang frekuensi operasi, a. gelombang lebar (seperti: penguat audio, video, rf dll)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya
Lebih terperinciANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)
Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan
Lebih terperinciSOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA
ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl
Lebih terperinciSTATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND
E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan
Lebih terperinciPembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1
Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,
BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu
Lebih terperinciBAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF
Bab E, Umpan Balk Negat Hal 217 BB 5E UMPN BK NEGTF Dengan pemberan umpan balk negat kualta penguat akan lebh bak hal n dtunjukkan dar : 1. pengutannya lebh tabl, karena tdak lag dpengaruh leh kmpnen-kmpnen
Lebih terperinciDISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA
DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK
BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.
Lebih terperinciTransistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor
- 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi
Lebih terperinciInterpretasi data gravitasi
Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan
Lebih terperinciBab III Analisis Rantai Markov
Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS
28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan
Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud
Lebih terperinciPENGUAT FREKUENSI RENDAH (lanjutan)
EEKTONK NOG Prtmuan 4 PENGUT FEKUENS ENDH (lanjutan) Pngkut Emtr (Emttr Followr) Pnguat transstor kolktor umum (ommon-mttr) dsut juga dgn stla pngkut mtr. Konfgurasnya dgamarkan s. Konfguras kolktor-umum
Lebih terperinciEL2005 Elektronika PR#01
EL2005 Elektronka PR#0 SOAL B C E G a. Buktkan bahwa n = ( ). b. Turunkan peramaan untuk A v = /. c. Htung nla n dan A v = / jka dberkan = 00 kω, = 00 Ω, = kω, dan = 00. d. Ulang oal (c) jka dberkan =
Lebih terperinciTEORI KESALAHAN (GALAT)
TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat
Lebih terperinciBAB III SKEMA NUMERIK
BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,
Lebih terperinciUnit 1 Ketidakpastian Pengukuran
Unt 1 Ketdakpastan Pengukuran I. Tujuan : Setelah melaksanakan praktkum dharapkan mahasswa dapat, 1. Mengetahu sfat-sfat alat ukur 2. Mengkalbras alat ukur II. Alat dan Bahan 1. Rangkaan percobaan 2. Catu
Lebih terperinciPendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik
Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa
Lebih terperinciConfigural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang
Lebih terperinciPertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012
Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar
Lebih terperinciε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu
Lebih terperinci