IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung Kalbras Step Test (KST) Saat melakukan kalbras, secara otomats denyut jantung akan terekam ddalam HRM. Setelah kalbras selesa dlakukan data yang tersmpan dalam HRM dpndahkan ke komputer. Dar data yang sudah dpndahkan dtamplkan dalam bentuk grafk utnuk mempermudah pencaran denyut jantung rata-rata. Contoh grafknya dapat dlhat pada Grafk 1 dan Grafk 2 (Grafk untuk F2, F3, F4 dan M2, M3, M4 terlampr). Dar data-data tersebut dan juga dbantu dengan worksheet serta grafk akan dtentukan denyut jantung rata-rata dengan ketentuan sebaga berktu: a. Pada saat strahat, data yang dambl adalah data denyut jantung terendah yang berada pada ment-ment pertengahan tdak boleh pada ment awal dan ment akhr karena dmungknkan pada ment awal denyut jantung mash bas turun dan pada ment akhr denyut jantung sudah mula nak. Deretan data yang dambl dusahakan stabl selama mnmal setengah ment atau 6 data. b. Pada saat step test, data yang dambl adalah data denyut jantung tertngg pada ment-ment akhr. Deretan data yang dambl dusahakan stabl selama mnmal setengah ment atau 6 data. 27

2 Grafk 1. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat KST oleh M4 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Grafk 2. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat KST oleh F4 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Dengan menggunakan aturan d atas dbantu dengan worksheet dan grafk maka akan dperoleh nla HR rata-rata pada konds strahat dan step test sehngga akan dperoleh nla-nla yang tertera pada Tabel 4. 28

3 Tabel 4. Nla HR rata-rata step test A HR Subjek Umur (m 2 ) R1 ST1 R2 ST2 R3 ST3 R4 ST4 R5 M M M M F F F F Dar nla HR rata-rata d atas kemudan dhtung nla IRHR dar masng-masng step test yatu dengan membag HR step test dengan HR strahat terendah yang basanya adalah strahat pertama. Dalam kasus n hampr nla HR strahat terendah ada pada strahat pertama. Hasl dar pembagan tersebut dapat dlhat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabel nla IRHR masng-masng step test IRHR Subjek Umur A (m 2 ) ST1 ST2 ST3 ST4 M M M M F F F F Untuk mencar konsums tenaga pada saat kalbras maka perlu dhtung TEC dar masng-masng subjek, yatu dengan cara mendekat nla tersebut menggunakan prnsp tenaga. Dmana dasumskan pada saat melakukan step test subjek sedang berjalan menak tangga dengan membawa beban yatu tubuhnya sendr. TEC dhtung dengan mengalkan berat badan dengan gaya gravtas dan frekuens step test kemudan dbag 0.42 untuk mengonvers menjad satuan kkal. Dar perhtungan n dapat dlhat haslnya pada Tabel 6. 29

4 Tabel 6. Nla IRHR dan TEC pada frekuens step test yang berbeda ST1 (15) ST2 (20) ST3 (25) ST4 (30) Subjek TEC TEC TEC TEC IRHR IRHR IRHR IRHR (kkal) (kkal) (kkal) (kkal) F F F F M M M3* M Dar nla IRHR dan TEC masng-masng subjek d atas akan ddapatkan persamaan yatu dengan mengeplotkan nla-nla tersebut pada grafk, kemudan dar ttk-ttk tersebut akan ddapatkan sebuah persamaan gars yang menunjukan hubungan anatar IRHR dan TEC (kkal). Contoh pengeplotannya dapat dlhat pada Grafk 3 dan Grafk 4 (Grafk untuk F2, F3, F4 dan M2, M3, M4 terlampr). Grafk 3. Grafk hubungan TEC (kkal) dan IRHR M1 30

5 Grafk 4. Grafk hubungan TEC (kkal) dan IRHR F1 Dar persamaan-persamaan nlah nantnya akan dduga nla beban kerja masng-masng subjek pada saat bekerja, persamaan-persamaan dar subjek lan dapat dlhat pada tabel berkut. Tabel 7. Persamaan korelas nla IRHR terhadap TEC untuk masng-masng subjek Subjek Persamaan Kalbras (y=irhr; x=tec) R 2 F1 y = 0.281x F2 y = 0.368x F3 y = 0.281x F4 y = 0.259x M1 y = 0.685x M2 y = 0.482x M3 y = 0.293x M4 y = 0.380x Dar nla dan persamaan d atas terlhat bahwa rata-rata dar semua subjek mempunya respon yang hampr sama pada masng-masng tngkat frekuens yang sama pada saat step test, hal n dapat dlhat dar persamaan yang terbentuk oleh ttk-ttk hasl dar plot nla IRHR dan TEC. 31

6 B. Denyut Jantung Kerja 1. Penyangan Manual Data denyut jantung pada penyangan dambl dengan metode yang hampr sama dengan pengamblan data denyut jantung pada saat kalbras. Setelah data dar HRM dpndahkan ke komputer maka data dtamplkan dalam grafk untuk membantu perhtungan HR rata-rata, sepert terlhat pada Grafk 5 dan Grafk 6 berkut. Grafk 5. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat penyangan manual oleh M1 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Grafk 6. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat penyangan manual oleh F1 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Jka dlhat dar kedua grafk d atas terlhat bahwa aktvtas penyangan manual yang dlakukan oleh subjek perempuan mempunya denyut jantung yang lebh standar dbandngkan subjek lak-lak. Hal n dsebabkan adanya faktor kebasaan saat melakukan aktvtas tersebut. Kemudan dengan aturan yang sama dengan 32

7 kalbras mula dhtung HR rata-rata pada masng-masng subjek. Haslnya dapat dlhat pada Tabel 8 dan Tabel 9 berkut. Tabel 8. Nla HR rata-rata dan IRHR penyangan manual oleh lak-lak HR IRHR Ratarata A Subjek Umur (m 2 Ulangan ) R1 ST R2 W R3 ST W IRHR kerja M M M Tabel 9. Nla HR rata-rata dan IRHR penyangan manual oleh perempuan HR IRHR Ratarata Subjek Umur A (m 2 Ulangan ) R1 ST R2 W R3 ST W IRHR kerja F F F F

8 Untuk mengetahu nla TEC maka nla IRHR rata-rata dar tabel-tabel d atas dmasukkan ke dalam persamaan yang ada pada Tabel 7. TEC adalah energ total yang dgunakan pada saat kerja yatu total dar energ metabolsme (BME) dan energ kerja tu sendr (WEC). Untuk mendapatkan nla BME, kta konvers nla luas permukaan tubuh subjek menggunakan Tabel 1. Dar tabel BME kta peroleh konsums oksgen yang kemudan kta konvers menjad konvers energ dengan mengalkan dengan 5 kal. Kemudan nla WEC dnormalsas yatu dengan membag WEC dengan berat tubuh subjek. Hasl dar perhtungan tersebut dapat dlhat pada tabel-tabel berkut. Tabel 10. Nla IRHR, TEC, WEC dan WEC penyangan manual oleh subjek lak-lak Subjek IRHR kerja ratarata (kkal/ (kkal/ (kkal/ (kal/kg BME TEC WEC WEC' Beban kerja IRHR jam) jam) jam) jam) M Berat M Sedang M Sedang Rata-rata Tabel 11. Nla IRHR, TEC, WEC dan WEC penyangan manual oleh subjek perempuan Subjek IRHR kerja Ratarata IRHR BME (kkal/ jam) Beban kerja TEC (kkal/ jam) Dar Tabel 10 secara umum dapat dlhat bahwa aktvtas penyangan secara manual mempunya tngkat beban kerja sedang sampa berat. Hal n terlhat dar nla IRHR yang berada pada range nla dengan rataannya walaupun sama-sama dalam tngkat beban kerja sedang sampa berat tetap subjek lak-lak mempunya rataan IRHR yang lebh rendah dbandngkan dengan subjek perempuan. Sedangkan energ total rata-ratanya (TEC) adalah kkal/jam dengan konsums energ rata-rata yang dgunakan untuk kerja (WEC) yatu kkal/jam dan nla normalsas rata-ratanya (WEC ) kal/kg jam. WEC (kkal/ jam) WEC' (kal/kg jam) F Berat F Sedang F Berat F Berat Rata-rata

9 Dar Tabel 11 d atas secara umum dapat dlhat bahwa aktvtas penyangan secara manual mempunya tngkat beban kerja sedang sampa berat bag subjek perempuan. Hal n terlhat dar nla IRHRnya yang berada pada range dengan rataannya Dengan konsums energ total rata-ratanya (TEC) yatu kkal/jam sedangkan konsums energ rata-rata yang dgunakan pada saat kerja (WEC) yatu kkal/jam dan nla normalsas rata-ratanya (WEC ) kal/kg jam. Sedangkan waktu kerja dan kapastas lapang dar aktvtas penyangan manual dapat dlhat pada tabel berkut. Tabel 12. Waktu kerja dan kapastas lapang penyangan manual oleh subjek laklak Subjek M1 M2 M4 Rata-rata Waktu kerja* (ment) KLE (jam/ha) *) waktu kerja untuk satu plot pengamblan data Tabel 13. Waktu kerja dan kapastas lapang penyangan manual oleh subjek perempuan Subjek F1 F2 F3 F4 Rata-rata Waktu kerja* (ment) KLE (jam/ha) *) waktu kerja untuk satu plot pengamblan data 2. Penyangan Sem Mekans dengan Penyang Tpe Parut Data denyut jantung pada penyangan dambl dengan metode yang hampr sama dengan pengamblan data denyut jantung pada saat kalbras. Setelah data dar HRM dpndahkan ke komputer maka data dtamplkan dalam grafk untuk membantu perhtungan HR rata-rata, sepert terlhat pada Grafk 7 dan Grafk 8 berkut. 35

10 Grafk 7. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh M4 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Grafk 8. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh F1 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Kemudan dengan aturan yang sama dengan kalbras mula dhtung HR rata-rata pada masng-masng subjek. Haslnya dapat dlhat pada Tabel 14 dan Tabel 15 berkut. 36

11 Subjek Umur A (m 2 ) M M M Ulangan R1 ST R2 W R3 ST W Tabel 14. Nla HR rata-rata dan IRHR penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh subjek lak-lak HR IRHR Ratarata IRHR kerja Tabel 15. Nla HR rata-rata dan IRHR penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh subjek perempuan HR IRHR Ratarata Subjek Umur A (m 2 Ulangan ) R1 ST R2 W R3 ST W IRHR kerja F F F F

12 Untuk mengetahu nla TEC maka nla IRHR rata-rata dar tabel-tabel d atas dmasukkan ke dalam persamaan yang ada pada Tabel 7. TEC adalah energ total yang dgunakan pada saat kerja yatu total dar energ metabolsme (BME) dan energ kerja tu sendr (WEC). Untuk mendapatkan nla BME, kta konvers nla luas permukaan tubuh subjek menggunakan Tabel 1. Dar tabel BME kta peroleh konsums oksgen yang kemudan kta konvers menjad konvers energ dengan mengalkan dengan 5 kal. Kemudan nla WEC dnormalsas yatu dengan membag WEC dengan berat tubuh subjek. Hasl dar perhtungan tersebut dapat dlhat pada tabel-tabel berkut. Tabel 16. Nla IRHR, TEC, WEC dan WEC penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh subjek lak-lak Subjek IRHR kerja BME TEC WEC WEC' Avg Beban (kkal/ (kkal/ (kkal/ (kal/kg IRHR kerja jam) jam) jam) jam) M Berat M Berat M Sedang Rata-rata Tabel 17. Nla IRHR, TEC, WEC dan WEC penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh subjek perempuan Subjek IRHR kerja BME TEC WEC WEC' Avg Beban (kkal/ (kkal/ (kkal/ (kal/kg IRHR kerja jam) jam) jam) jam) F Sangat Berat F Sangat Berat F Berat F Sangat Berat Rata-rata Dar Tabel 16 secara umum terlhat bahwa kegatan penyangan dengan meggunakan landak tpe parut mempunya tngkat beban kerja sedang sampa berat bag subjek lak-lak. Hal n terlhat dar nla IRHRnya yang berada pada range Sedangkan konsums energ total rata-ratanya (TEC) sebesar kkal/jam dengan konsums energ rata-rata yang dgunakan untuk bekerja (WEC) sebesar kkal/jam dan nla normalsas rata-ratanya (WEC ) sebesar kal/kg jam. 38

13 Dar Tabel 17 secara umum dapat dlhat bahwa kegatan penyangan menggunakan landak tpe parut mempunya tngkat beban kerja berat sampa sangat berat. Hal n terlhat dar nla IRHRnya berada pada range , dengan konsums energ total rata-rata (TEC) yang dgunakan untuk melakukan aktvtas n n adalah kkal/jam. Sedangkan konsums energ rata-rata yang dgunakan pada saat kerja (WEC) yatu kkal/jam dan nla normalsasnya (WEC ) kal/kg jam. Kegatan penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut n menjad kegatan yang relatf berat bag subjek perempuan dakbatkan karena konds penyang tpe parut yang dpaka saat pengamblan data agak berbeda dar penyang tpe parut yang basa dpaka pada umumnya. Penyang tpe parut yang dpaka pada saat pengamblan data mempunya sedkt perbedaan dengan penyang tpe parut yang basa dpaka petan pada umumnya, jka basanya gagang penyang tpe parut terbuat dar bahan yang relatf rngan sepert kayu msalnya maka pada penyang tpe parut yang dpaka n menggunakan gagang dar bes ppa yang tentu saja berat. Kta dapat bayangkan, jka alatnya saja sudah berat apalag jka alat tersebut dgunakan untuk melakukan pekerjaan maka akan membutuhkan tenaga yang lebh untuk membuatnya bekerja sesua harapan. Apabla kta cermat lag dar Tabel 17, F4 memlk konsums energ yang palng tngg dar subjek perempuan lannya. Hal n dkarenakan faktor dar postur tubuh F4 yang pendek dan gemuk sehngga mengalam kesultan dalam melakukan moblsas d lahan saat melakukan penyangan. Hal n semakn berat karena alat yang dpaka juga berat, sehngga untuk melakukan penyangan memerlukan tenaga yang lebh besar. Sedangkan waktu kerja dan kapastas lapang dar aktvtas penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut dapat dlhat pada tabel berkut. Tabel 18. Waktu kerja dan kapastas lapang penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh subjek lak-lak Subjek M1 M2 M4 Rata-rata Waktu kerja* (ment) KLE (jam/ha) *) waktu kerja untuk satu plot pengamblan data 39

14 Tabel 19. Waktu kerja dan kapastas lapang penyangan sem mekans dengan penyang tpe parut oleh subjek perempuan Subjek F1 F2 F3 F4 Rata-rata Waktu kerja* (ment) KLE (jam/ha) *) waktu kerja untuk satu plot pengamblan data 3. Penyangan Sem Mekans dengan Penyang Tpe Roller Data denyut jantung pada penyangan dambl dengan metode yang hampr sama dengan pengamblan data denyut jantung pada saat kalbras. Setelah data dar HRM dpndahkan ke komputer maka data dtamplkan dalam grafk untuk membantu perhtungan HR rata-rata, sepert terlhat pada Grafk 9 dan Grafk 10 berkut. Grafk 9. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh M3 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) 40

15 Grafk 10. Grafk hubungan antara HR terhadap waktu pada saat penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh F3 (Ket: R = rest/strahat; ST = step test) Kemudan dengan aturan yang sama dengan kalbras mula dhtung HR rata-rata pada masng-masng subjek. Haslnya dapat dlhat pada Tabel 20 dan Tabel 21 berkut. Tabel 20. Nla HR rata-rata dan IRHR penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh subjek lak-lak HR IRHR Ratarata A Subjek Umur (m 2 Ulangan ) R1 ST R2 W R3 ST W IRHR kerja M M M

16 Tabel 21. Nla HR rata-rata dan IRHR penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh subjek perempuan HR IRHR Ratarata A Subjek Umur (m 2 Ulangan ) R1 ST R2 W R3 ST W IRHR kerja F F F F Untuk mengetahu nla TEC maka nla IRHR rata-rata dar tabel-tabel d atas dmasukkan ke dalam persamaan yang ada pada Tabel 7. TEC adalah energ total yang dgunakan pada saat kerja yatu total dar energ metabolsme (BME) dan energ kerja tu sendr (WEC). Untuk mendapatkan nla BME, kta konvers nla luas permukaan tubuh subjek menggunakan Tabel 1. Dar tabel BME kta peroleh konsums oksgen yang kemudan kta konvers menjad konvers energ dengan mengalkan dengan 5 kal. Kemudan nla WEC dnormalsas yatu dengan membag WEC dengan berat tubuh subjek. Hasl dar perhtungan tersebut dapat dlhat pada tabel-tabel berkut. Tabel 22. Nla IRHR, TEC, WEC dan WEC penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh subjek lak-lak Subjek IRHR kerja ratarata (kkal/ (kkal/ (kkal/ (kal/kg BME TEC WEC WEC' Beban kerja IRHR jam) jam) jam) jam) M Sangat Berat M Berat M Sedang Rata-rata

17 Tabel 23. Nla IRHR, TEC, WEC dan WEC penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh subjek perempuan Subjek IRHR kerja ratarata (kkal/ (kkal/ (kkal/ (kal/kg BME TEC WEC WEC' Beban kerja IRHR jam) jam) jam) jam) F Berat F Berat F Berat F Sangat Berat Rata-rata Secara umum dar Tabel 22 terlhat bahwa kegatan penyangan dengan menggunakan penyang tpe roller mempunya tngkat beban kerja sedang sampa berat bag subjek lak-lak. Hal n terlhat dar nla IRHRnya yang berada pada range Sedangkan konsums energ total rata-ratanya (TEC) yatu yatu kkal/jam dengan konsums energ rata-rata yang dgunakan untuk bekerja (WEC) yatu kkal/jam dan nla normalsas rata-ratanya (WEC ) yatu kal/kg jam. Secara umum dar Tabel 23 terlhat bahwa kegatan penyangan dengan menggunakan penyang tpe roller mempunya tngkat beban kerja berat sampa sangat berat bag subjek perempuan. Hal n terlhat dar nla IRHRnya yang berada pada range Sedangkan konsums energ total rata-ratanya (TEC) yatu kkal/jam dengan konsums energ rata-rata yang dgunakan untuk bekerja (WEC) yatu sebesar kkal/jam dan nla nomalsas rataratanya (WEC ) yatu kal/kg jam. Tetap jka dbandngkan dengan penggunaan landak tpe parut, energ yang dkeluarkan uantuk penggunaan penyang tpe roller lebh rendah. Tetap seharusnya dengan dsan dan materal yang lebh bak yang dmlk oleh landak buatan Jepang, energ yang dbutuhkan seharusnya jauh dar nla-nla n. Sedangkan waktu kerja dan kapastas lapang dar aktvtas penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller dapat dlhat pada tabel berkut. Tabel 24. Waktu kerja dan kapastas lapang penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh subjek lak-lak Subjek M1 M2 M4 Rata-rata Waktu kerja* (ment) KLE (jam/ha)

18 Tabel 25. Waktu kerja dan kapastas lapang penyangan sem mekans dengan penyang tpe roller oleh subjek perempuan Subjek F1 F2 F3 F4 Rata-rata Waktu kerja* (ment) KLE (jam/ha) *) waktu kerja untuk satu plot pengamblan data C. Efektvtas Penyangan Untuk menghtung efektvtas penyangan dlakukan dengan menghtung jumlah gulma sebelum dsang dan jumlah gulma setelah dsang. Penghtungan jumlah gulma setelah penyangan dlakukan setelah 2 mnggu atau 20 har setelah penyangan. Berkut adalah hasl penyangan pada masng-masng cara penyangan. 1. Penyangan Manual 1.1. Perempuan Konds lahan yang dsang oleh subjek perempuan dengan cara manual n mempunya konds dengan kedalaman hard pan yang dalam dan jumlah gulma yang tdak terlalu banyak dlhat secara keseluruhan. Data jumlah gulma sebelum dan setelah penyangan dapat dlhat pada Tabel 26. Tabel 26. Efektvtas penyangan rata-rata untuk subjek perempuan pada penyangan manual Jumlah gulma sebelum penyangan* Jumlah gulma setelah penyangan* Persentase efektvtas penyangan % *) hasl dar rata-rata keseluruhan penghtungan jumlah gulma 1.2. Lak-lak Konds lahan yang dsang oleh subjek lak-lak dengan cara manual n mempunya konds yang hampr sama dengan konds lahan yang dgunakan oleh subjek perempuan pada kegatan yang sama yatu dengan kedalaman hard pan yang dalam dan jumlah gulma yang tdak terlalu banyak dlhat secara keseluruhan. Data jumlah gulma sebelum dan setelah penyangan dapat dlhat pada Tabel

19 Tabel 27. Efektvtas penyangan rata-rata untuk subjek lak-lak pada penyangan manual Jumlah gulma sebelum penyangan* Jumlah gulma setelah penyangan* Persentase efektvtas penyangan % *) hasl dar rata-rata keseluruhan penghtungan jumlah gulma 2. Penyangan Sem Mekans dengan Penyang Tpe parut 2.1. Perempuan Konds lahan yang dsang oleh subjek perempuan dengan cara sem mekans dengan menggunakan penyang tpe parut n mempunya konds dengan kedalaman hard pan yang tdak sama, ada yang dalam dan ada yang dangkal dalam dan jumlah gulma yang relatf lebh banyak dbandngkan dengan lahan yang dpaka untuk penyangan manual. Data jumlah gulma sebelum dan setelah penyangan dapat dlhat pada Tabel 28. Tabel 28. Efektvtas penyangan rata-rata untuk subjek perempuan pada penyangan sem mekans dengan menggunakan penyang tpe parut Jumlah gulma sebelum penyangan* Jumlah gulma setelah penyangan* Persentase efektvtas penyangan % *) hasl dar rata-rata keseluruhan penghtungan jumlah gulma 2.2. Lak-lak Konds lahan yang dsang oleh subjek lak-lak dengan cara manual n mempunya konds yang hampr sama dengan konds lahan yang dgunakan oleh subjek perempuan pada kegatan yang sama yatu dengan kedalaman hard pan yang tdak sama, ada yang dalam dan ada yang dangkal dalam dan jumlah gulma yang relatf lebh banyak dbandngkan dengan lahan yang dpaka untuk penyangan manual. Data jumlah gulma sebelum dan setelah penyangan dapat dlhat pada Tabel 29. Tabel 29. Efektvtas penyangan rata-rata untuk subjek lak-lak pada penyangan sem mekans dengan menggunakan penyang tpe parut Jumlah gulma sebelum penyangan* Jumlah gulma setelah penyangan* Persentase efektvtas penyangan % *) hasl dar rata-rata keseluruhan penghtungan jumlah gulma 45

20 3. Penyangan Sem Mekans dengan Penyang Tpe Roller 3.1. Perempuan Konds lahan yang dsang oleh subjek perempuan dengan cara sem mekans dengan menggunakan penyang tpe roller n mempunya konds tanah yang mash keras walaupun sudah dar semalaman dan jumlah gulma yang banyak sekal, bahkan antara gulma dan tanaman utama tdak dapat dbedakan sehngga dberkan jumlah maksmum gulma yatu 150. Data jumlah gulma sebelum dan setelah penyangan dapat dlhat pada Tabel 30. Tabel 30. Efektvtas penyangan rata-rata untuk subjek perempuan pada penyangan sem mekans dengan menggunakan penyang tpe roller Jumlah gulma sebelum penyangan* Jumlah gulma setelah penyangan* Persentase efektvtas penyangan % *) hasl dar rata-rata keseluruhan penghtungan jumlah gulma 3.2. Lak-lak Konds lahan yang dsang oleh subjek perempuan dengan cara sem mekans dengan menggunakan penyang tpe roller n mempunya konds yang berbeda dengan lahan yang dgunakan oleh subjek perempuan pada pekerjaan yang sama dan jumlah gulmanyapun juga relatf lebh sedkt. Data jumlah gulma sebelum dan setelah penyangan dapat dlhat pada Tabel 31. Tabel 31. Efektvtas penyangan rata-rata untuk subjek lak-lak pada penyangan sem mekans dengan menggunakan penyang tpe roller Jumlah gulma sebelum penyangan* Jumlah gulma setelah penyangan* Persentase efektvtas penyangan % 46

21 Dar hasl perhtungan beban kerja, kapastas lapang dan efektvtas kerja d atas, maka dperoleh hasl sebaga berkut: Tabel 32. Tabulas nla-nla hasl perhtungan TEC, WEC, Efektvtas, KLE dan WEC TEC BME WEC WEC Jens Jens Efektvtas (kkal/ (kkal/ (kkal/ (kal/kg Penyangan kelamn (%) jam) jam) jam) jam) Manual KLE (jam/ ha) Lak-lak Perempuan Rata-rata Penyang Lak-lak tpe parut Perempuan Rata-rata Penyang Lak-lak Jepang Perempuan Rata-rata D. Uj Statstk Dengan menggunakan Rancangan Percobaan Acak Kelompok maka ddapatkan data-data sebaga berkut. 1. Uj IRHR a. Pengaruh perbedaan metode terhadap beban kerja pada perempuan.. Model lner : Y j = µ + τ + β j + ε j Ket: Y j = IRHR pada metode ke- dan subjek perempuan ke-j µ = Rataan umum τ β j ε j. Hpotess: = Pengaruh metode ke- = Pengaruh subjek ke-j = Pengaruh acak dar metode ke- dan subjek ke-j H H 0 1 : τ = 0; β = 0 : τ 0; β 0 47

22 Tabel 33. Tabulas data nla IRHR subjek perempuan terhadap metode penyangan Kelompok Perlakuan HW IW JW Total F F F F Total Tabel 34. Anova nla IRHR subjek perempuan terhadap metode penyangan SK db JK KT F htung F tabel Kelompok Perlakuan Galat Total Kesmpulan Dar hasl uj terlhat bahwa F htung lebh besar darpada F tabel pada kolom pertama, maka hpotess H 0 () dtolak, yatu bahwa sudah cukup bukt untuk menunjukkan adanya pengaruh pada perbedaan subjek terhadap nla IRHR pada berbaga metode penyangan. Pembuktan lannya dapat dlhat bahwa F htung lebh kecl darpada F tabel pada kolom kedua, maka hpotess H 0 () dterma, yatu bahwa belum cukup bukt untuk menunjukkan adanya pengaruh pada perbedaan penggunaan berbaga metode penyangan terhadap nla IRHR pada suatu subjek. b. Pengaruh perbedaan metode terhadap beban kerja pada perempuan. Model lner : Y j = µ + τ + β j + ε j Ket: Y j = IRHR pada metode ke- dan subjek perempuan ke-j µ = Rataan umum τ β j ε j. Hpotess: = Pengaruh metode ke- = Pengaruh subjek ke-j = Pengaruh acak dar metode ke- dan subjek ke-j H H 0 1 : τ = 0; β = 0 : τ 0; β 0 48

23 Tabel 35. Tabulas data nla IRHR subjek lak-lak terhadap metode penyangan Kelompok Perlakuan HW IW JW Total M M M Total Tabel 36. Anova nla IRHR subjek lak-lak terhadap metode penyangan SK db JK KT Fht Ftabel Kelompok Perlakuan Galat Total Kesmpulan 2. Uj WEC Dar hasl uj terlhat bahwa F htung lebh kecl darpada F tabel pada kolom pertama, maka hpotess H 0 () dterma, yatu bahwa belum cukup bukt yang menunjukkan adanya pengaruh pada perbedaan subjek terhadap nla IRHR pada berbaga metode penyangan. Pembuktan lannya dapat dlhat bahwa F htung lebh besar darpada F tabel pada kolom kedua, maka hpotess H 0 () dtolak, yatu bahwa sudah cukup bukt yang menunjukkan adanya pengaruh pada perbedaan penggunaan metode penyangan terhadap nla IRHR pada suatu subjek. a. Pengaruh perbedaan metode terhadap beban kerja pada perempuan.. Model lner : Y j = µ + τ + β j + ε j Ket: Y j = Beban kerja pada metode ke- dan subjek ke-j µ = Rataan umum τ β j ε j. Hpotess: = Pengaruh metode ke- = Pengaruh subjek ke-j = Pengaruh acak dar metode ke- dan subjek ke-j H H 0 1 : τ = 0; β = 0 : τ 0; β 0 49

24 Tabel 37. Tabulas data nla WEC subjek perempuan terhadap metode penyangan Kelompok Perlakuan HW IW JW total F F F F total Tabel 38. Anova nla WEC subjek perempuan terhadap metode penyangan SK db JK KT Fht Ftabel Pekerja Alat Galat Total Kesmpulan Dar hasl uj terlhat bahwa F htung lebh kecl dar F tabel pada kolom pertama, maka hpotess H 0 () dterma, yatu bahwa belum cukup bukt yang menunjukkan adanya pengaruh pada perbedaan subjek terhadap nla WEC pada berbaga metode penyangan. Pembuktan lannya dapat dlhat bahwa nla F htung lebh kecl dar F tabel pada kolom kedua, maka hpotess H 0 dterma, yatu bahwa belum cukup bukt yang menunjukkan adanya pengaruh perbedaan penggunaan metode penyangan terhadap nla WEC pada suatu subjek. b. Pengaruh perbedaan metode terhadap beban kerja pada lak-lak. Model lner : Y j = µ + τ + β j + ε j Ket: Y j = Beban kerja pada metode ke- dan subjek ke-j µ = Rataan umum τ β j ε j. Hpotess: = Pengaruh metode ke- = Pengaruh subjek ke-j = Pengaruh acak dar metode ke- dan subjek ke-j H H 0 1 : τ = 0; β = 0 : τ 0; β 0 50

25 Tabel 39. Tabulas data nla WEC subjek lak-lak terhadap metode penyangan Kelompok Perlakuan HW IW JW Total M M M Total Tabel 40. Anova nla WEC subjek lak-lak terhadap metode penyangan SK db JK KT Fht Ftabel pekerja alat galat total Kesmpulan Dar hasl uj terlhat bahwa F htung lebh besar dar F tabel pada kolom pertama, maka hpotess H 0 () dtolak, yatu bahwa sudah cukup bukt yang menunjukkan adanya perbedaan subjek terhadap nla WEC pada berbaga metode penyangan. Pembuktan lannya dapat dlhat bahwa nla F htung lebh besar dar F tabel pada kolom kedua, maka hpotess H 0 dtolak, yatu bahwa sudah cukup bukt yang menunjukkan adanya pengaruh perbedaan penggunaan metode penyangan terhadap nla WEC pada suatu subjek, 51

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT)

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT) MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN (Nuryanto, ST., MT) Ukuran Statstk Ukuran Statstk : 1. Ukuran Pemusatan Bagamana, d mana data berpusat? Rata-Rata Htung = Arthmetc Mean Medan Modus Kuartl, Desl, Persentl.

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN Tujuan Instruksonal Umum :. Mahasswa mampu memaham apa yang dmaksud dengan ukuran penyebaran. Mahasswa mampu memaham berbaga pengukuran untuk mencar nla ukuran penyebaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Sesua dengan permasalahan yang sudah dkemukakan pada bab sebelumnya, peneltan n dlakukan dengan tujuan untuk:. Mengetahu hasl belajar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci