KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL"

Transkripsi

1 KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL N. K. Sar, Kuswand, N. Soewarno dan R. Handogo *) Abstrak Smulas pemsahan sstem terner -- (MEP) pada tekanan atmosfer menggunakan dstlas batch sederhana telah dtelt. Peta kurva resdu kemudan dbuat untuk dlhat apakah sstem tersebut mempunya campuran azeotropk atau campuran zeotropk. Peta kurva resdu dar sstem terner MEP tersebut dbandngkan pula dengan peta kurva resdu dar sstem terner -n-butanol-. Untuk menghtung tekanan uap jenuh dgunakan persamaan Antone berdasarkan konds atmosferk. Koefsen aktvtas dhtung menggunakan persamaan UNIQUAC. Forward-fnte-dfference dgunakan untuk menghtung komposs dbagan bawah kolom pada waktu yang dtentukan dar komposs awal MEP. Beberapa nla-nla awal komposs MEP yang telah dplh untuk melengkap peta kurva resdu dengan smulas menggunakan bahasa MathLab vers 6.1. Hasl menunjukkan bahwa secara smulas sstem terner MEP adalah campuran zeotropk, tanpa mempunya campuran azeotropk bner dar masng-masng komponennya. Peta kurva resdu sstem terner MEP kemudan dbandngkan dengan lteratur dan dvaldas secara hubungan topolog antara jumlah noda tdak stabl, jumlah noda stabl dan jumlah sadel. Kata kunc: Azeotropk, dstlas batch, sstem terner, peta kurva resdu, zeotropk. Pendahuluan Pada awalnya dstlas batch sederhana dgunakan untuk memsahkan sstem bner yatu sstem HCl-H 2 O, H 2 SO 4 -H 2 O, NH 3 -H 2 O, Raylegh (1902). Setelah tu dkembangkan untuk pemsahan sstem terner, salah satu contoh pemsahan MEP untuk memperoleh komponen murn dar masng-masng komponen. Ntrogen 79,2 K azeotropk. Gambar 1 menunjukkan peta kurva resdu sstem terner ntrogen-argon-oksgen yang membentuk campuran zeotropk, pergerakan komposs lquda menuju arah oksgen dan awal pergerakan dmula dar ntrogen. Pemsahan campuran tersebut tdak bsa menghaslkan argon murn karena argon mempunya ttk ddh sedang dan membentuk alran sadel, dan bsa menghaslkan ntrogen dan oksgen murn karena ntrogen membentuk alran noda tdak stabl dan oksgen membentuk alran noda stabl. Octane 396,8 K 389,1 K 92,5 K Oksgen 89,8 K Argon Gambar 1. Peta kurva resdu ntrogen-argon-oksgen, Stchlmar dkk. (1989). Dar peta kurva resdu dapat dlhat apakah campuran terner tersebut membentuk campuran zeotropk, campuran homogen azeotropk dan campuran heterogen 409,2 K Ethyl benzene 400,1 K 406,1 K 2-Ethoxy-etanol Gambar 2. Peta kurva resdu octane-2-ethoxyethanolethyl benzene, Stchlmar dkk. (1989). *) Jurusan Teknk Kma FTI-ITS 75 Kampus ITS Keputh Sukollo Surabaya 60111, Indonesa Telp. (031) Fax. (031)

2 Komparas Kurva Peta Resdu (Sar, dkk) Gambar 2 menunjukkan peta kurva resdu sstem terner octane-2 ethoxyetanol-ethylbenzene yang membentuk dua buah sstem bner azeotropk homogen mnmum dan dpsahkan oleh satu boundary dstllaton. Melhat arah pergerakan masng-masng komponen tdak bsa dhaslkan octane murn, karena octane membentuk alran sadel, sedangkan 2 ethoxy-etanol dan ethylbenzene bsa menghaslkan komponen murn karena masng-masng membentuk alran noda stabl. 337,7 K 328,7 K 330,5 K 329,2 K 326,4 K 337,4 K 334,2 K Chloroform Gambar 3. Peta kurva resdu aseton-chloroformmetanol, Stchlmar dkk. (1989). Gambar 3 menunjukkan peta kurva resdu sstem terner aseton-chloroform-metanol membentuk dua buah sstem bner azeotropk mnmum dan satu buah sstem bner azeotropk maksmum, satu buah sstem terner azeotropk heterogen, dbatas oleh dua buah boundary dstllaton. Melhat arah pergerakan dar masngmasng komponen, untuk metanol bsa menghaslkan komponen murn, karena metanol membentuk alran noda stabl, sedangkan aseton dan chloroform tdak bsa membentuk komponen murn, karena aseton dan chloroform masng-masng membentuk alran sadel. Gambar 1 sampa Gambar 3 kemudan dtuls ulang oleh Soemantr dkk. (1996) dalam bentuk journal revew. Espnosa dan Salomone (1999) melakukan peneltan dstlas batch sederhana pada campuran deal dan nondeal, kemudan untuk analsa hasl dbuat dalam peta kurva resdu. Dalam peneltan yang dlakukan menggunakan persamaan Underwood, dmana kelebhan dar peneltan n dapat daplkaskan pada rektfkas batch dan campuran yang sangat tdak deal yatu campuran aseton-metanol-etanol. Selan tu peta kurva resdu juga bsa dpaka untuk mempredks apakah sstem terner tersebut membentuk campuran azeotropk atau campuran zeotropk, dlhat dar kesetmbangan uap dan car. Sstem terner yang dtelt adalah acetone-ar-mek, dalam menghtung kesetmbangan uap dan car menggunakan persamaan NRTL. Penyelesaan model persamaan dstlas batch sederhana menggunakan Aspen Plus dan DISTIL. Dlhat dar peta kurva resdu bahwa campuran acetone-ar-mek membentuk campuran azeotropk heterogen, dlhat dar komposs lquda d resdu berada dalam kurva VL(L)E. (Vllers dkk. 2002). Egbewatt dan Fletcher (2003) melakukan smulas dan ekspermen campuran terner sopropanol-methylcyclohexane-toluene, untuk smulas menggunakan model yang dtuls oleh Doherty dan Perkns (1978) dengan metoda Runge- Kutta predks kesetmbangan uap-lqud menggunakan UNIFAC serta data dambl dar Gmehlng dan Onken (1977) dan penyelesaan modelnya menggunakan bahasa Fortran. Dar hasl smulas dan ekspermen sstem terner sopropanolmethylcyclohexane-toluene, dlhat dar peta kurva resdu membentuk campuran azeotropk heterogen. Smulas pemsahan sstem terner ABE pada tekanan atmospr menggunakan dstlas batch sederhana telah dtelt, hasl peneltan dalam bentuk peta kurva resdu membentuk campuran zeotropk tanpa campuran sstem bner azeotropk dar masngmasng komponen bnernya. Untuk valdas lstng program smulas pemsahan sstem terner ABE dgunakan sstem terner zeotropk yatu sstem terner MEP. Persamaan yang berlaku untuk pemsahan sstem terner dstlas batch sederhana (Henley dan Seader, 1998), dapat djabarkan dar pengurangan kecepatan alran dalam stll pot (V m ) dan kecepatan alran keluar (V l ) : V m = - d/dt (W. x W ) V m = - W. dx W /dt - x W. dw/dt (1) V l = D. y D (2) Pengurangan kecepatan alran dalam kolom = kecepatan alran keluar W. dx W /dt + x W. dw/dt = - D. y D dx w dw = (yd - x W ) (3) dt W dt Dalam pemsahan sstem terner, dasumskan bahwa lquda bercampur sempurna, dmana x w = x dan y D = y maka Persamaan (3) dtuls berkut : dx dw = (y - x ) (4) dt W dt Q B Q C V, y D Kondensor W, x W Stll-Pot D, x D Gambar 4. Sketsa alran dstlas batch sederhana 76

3 Model Dfferental-Algebrac-Equatons (DAEs) untuk dstlas batch sederhana sstem terner, asums tdak membentuk dua phase lquda dtuls berkut : - dx dξ = (5) ( x - y ) Dar Persamaan (4) dan (5) maka dperoleh : dξ 1 dw = - (6) dt W dt Dengan ntal condton : t = 0 dan W = W o, maka Persamaan (6) untuk dmensonless waktu (ξ) berkut : Wo ξ(t) = ln (7) Wt D(t) = Wo W(t) (8) Menurut Doherty dan Perkns (1978), maka Persamaan (5) menjad : dx = ( x - y ) (9) dξ y = K x = 1,2,3 (10) Nla konstanta kesetmbangan (K ) dhtung dengan modfkas hukum Raoult. s γ P K = (11) P s B ln P = A (12) C + T Dengan forward-fnte-dfference, maka komposs lquda (x,j+1 ) fungs ξ dapat dtuls sebaga berkut (x, j+ 1 x, j)/ ξ = x, j y, j (13) Komposs lquda mula-mula (x,j ) dtentukan, sedangkan untuk menghtung komposs uap (y,j ) menggunakan temperatur bubble. Untuk valdas hasl smulas sstem terner MEP secara hubungan topolog yang telah dgambar dalam bentuk peta kurva resdu menggunakan persamaan pada lteratur Henley dan Seader (1998) berkut : N 1 + S 1 = 3 (14) N 2 + S 2 = B 3 (15) N 3 + S 3 = 1 atau 0 (16) Menurut Doherty dan Perkns (1979) dkembangkan hubungan secara topolog antara N dan S berkut : 2N 3-2S 3 + 2N 2 B + N 1 = 2 (17) dengan N 1 merupakan jumlah noda stabl atau noda tdak stabl, S 1 merupakan jumlah sadel. Untuk menentukan jumlah noda stabl, noda tdak stabl dan sadel dtentukan dar pola alran sepert pada lteratur Henley dan Seader (1998). N 2 merupakan jumlah noda stabl dan noda tdak stabl bner azeotropk, S 2 merupakan jumlah sadel bner azeotropk. N 3 merupakan jumlah noda stabl dan noda tdak stabl terner azeotropk, S 3 merupakan jumlah sadel terner azeotropk. B merupakan bner azeotropk, apabla Persamaan (14) sampa (17) terpenuh, maka smulas bsa dterma (memenuh syarat). Metode Peneltan Penyelesaan model DAEs dengan metoda Euler menggunakan program Mathlab vers 6.1. Dalam menentukan komposs umpan sstem terner ABE dlakukan secara acak kurang lebh 24 Run. Untuk memudahkan dalam membuat peta kurva resdu, dambl 7 Run saja agar kurva tdak salng berhmpt, dengan komposs lquda sstem terner ABE sepert Tabel 1. Tabel 1. Komposs lquda sstem terner ABE Komposs Umpan (fraks mol) No n-butanol Penentuan komposs umpan sstem terner MEP berdasarkan data yang sudah ada pada lteratur (Henley dan Seader, 1998), sepert Tabel 2. Tabel 2. Komposs lquda sstem terner MEP Komposs Umpan (fraks mol) No Untuk menghtung tekanan uap jenuh masng-masng komponen dgunakan persamaan Antone, data parameter Antone sepert Tabel 3 (Prausntz, 2001), dmana suhu (T) dalam satuan K dan tekanan uap jenuh (P sat ) dalam satuan Bar. Tabel 3. Parameter Antone sstem terner ABE Parameter Antone (Bar.) Komponen A B C propanol n-butanol Untuk menghtung koefsen aktvtas (γ) campuran ABE dgunakan persamaan UNIQUAC, dmana harga parameter nteraks bner UNIQUAC (u j ), data volume molekuler (r) dan luas permukaan molekuler (q) sepert Tabel 4 (Gmehlng dan Onken, 1977), harga z =

4 Komparas Kurva Peta Resdu (Sar, dkk) Tabel 4. Parameter UNIQUAC sstem terner ABE Komponen Butanol r q n-butanol Untuk campuran MEP harga parameter nteraks bner UNIQUAC (u j ) (Hysys vers 3.1), data volume molekuler (r) dan luas permukaan molekuler (q), sepert Tabel 5 (Prausntz, 2001). Tabel 5. Parameter UNIQUAC sstem terner MEP Komp. propanol r q propanol Hasl dan Pembahasan Data hasl smula sstem terner MEP setelah dgambar dalam peta kurva resdu membentuk campuran zeotropk, secara umum sstem terner segolongan msalnya sepert golongan alkohol (MEP), gas bner (O 2, N 2, Ar 2 ) membentuk campuran zeotropk, terkecual pada sstem terner ABE dmana sstem terner ABE terdr dar golongan alkohol dan alkanon. Profl temperatur ABE dan MEP dar hasl smulas yang dgunakan adalah profl temperatur d bottom dan d dstlat dengan menjumlahkan kedua temperatur kemudan dbag dua. Temperatur (K) Run-1 Run-4 Run-2 Run-7 Run-6 Run-5 Run Dmensonless waktu Gambar 5. Profl temperatur ABE, Run-1 sampa Run-7 Gambar 5 menunjukkan profl temperatur ABE makn nak, walaupun terjad penurunan pada saat dmensonless waktu antara 0 sampa 0,25. Karena campuran ABE merupakan campuran antara golongan alkohol dan alkanon, dmana n-butanol mempunya sfat sangat non deal, sehngga mempengaruh profl temperatur pada saat awal. Semakn besar komposs n- butanol pada umpan masuk, maka slope penurunan suhu makn besar sepert yang dtunjukkan pada Run-2 dan Run-4. Temperatur ( C) Run-4 Run-5 Run-2 Run-6 Run-1 Run-3 Dmensonless waktu Gambar 6. Profl temperatur MEP, Run-1 sampa Run-7 Gambar 6 menunjukkan profl temperatur MEP makn nak untuk run-1 sampa run-6, secara umum yang duapkan adalah semua komponen dengan komponen volatle duapkan dalam pors yang lebh besar. Dengan bertambahnya dmensonless waktu, komponen non-volatle dalam pors yang lebh besar belum teruapkan d dalam bottom, sehngga dbutuhkan temperatur yang lebh besar untuk menguapkan komponen non-volatle yang belum duapkan. Komposs lquda (fraks mol) Dmensonless waktu n-butanol Gambar 7.Profl komposs lquda ABE untuk Run-1 Gambar 7 menunjukkan profl komposs lquda ABE untuk Run-1. Untuk dmensonless waktu antara 0 sampa 0,25 dmana profl komposs aseton menurun, sedangkan n-butanol dan etanol nak. Slope komposs butanol lebh besar dbandngkan komposs etanol, karena komponen volatle (aseton) duapkan dalam pors yang lebh besar. Untuk dmensonless waktu antara 1,5 sampa 2 dmana profl komposs etanol konstan, karena temperatur ABE mendekat ttk ddh etanol sehngga komposs etanol konstan. Untuk dmensonless waktu antara 2 sampa 3,5 dmana profl komposs etanol turun, karena temperatur ABE datas ttk ddh etanol, sehngga komposs etanol menguap dalam pors kecl. Saat dmensonless 78

5 waktu sama dengan 3 semua komponen volatle menguap dan saat dmensonless waktu sama dengan 3,5 temperatur campuran ABE mendekat ttk ddh butanol dan komposs butanol mendekat murn. Komposs lquda (fraks mol) Dmensonless waktu Gambar 8. Profl komposs lquda ABE untuk Run-7. Gambar 8 menunjukkan profl yang sama untuk komponen aseton dmana pada saat dmensonless waktu sama dengan 2,5 semua aseton sudah menjad produk dstlat. Tetap untuk komponen butanol menunjukkan hasl yang sebalknya, pada saat dmensonless waktu sama dengan 3,5 maka komposs butanol menunjukkan nla 0,96 sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh komposs butanol yang mendekat murn. Komposs lquda (fraks mol) n-butanol Dmensonless Waktu Gambar 9. Profl komposs lquda MEP untuk Run-1. Gambar 9 menunjukkan dmensonless waktu antara 0 sampa 1,5 dmana profl pergerakan komposs metanol menurun, sedangkan etanol dan 1- propanol pergerakan nak. Slope komposs metanol lebh besar dbandngkan komposs 1-propanol, karena komponen volatle (metanol) duapkan dalam pors yang lebh besar. Untuk dmensonless waktu antara 1,5 sampa 2 profl komposs etanol konstan, karena temperatur MEP mendekat ttk ddh etanol sehngga komposs etanol konstan. Untuk dmensonless waktu antara 2 sampa 3,5 komposs etanol turun, karena temperatur MEP datas ttk ddh etanol, sehngga komposs etanol menguap dalam pors kecl. Saat dmensonless waktu sama dengan 3 semua komponen volatle menguap dan saat dmensonless waktu sama dengan 3,5 temperatur ABE mendekat ttk ddh 1-propanol dan kompossnya mendekat murn. Komposs lquda (fraks mol) Dmensonless Waktu Gambar 10. Profl komposs lquda MEP, run-6. n-butanol 117,7 o C Run 4 Run 2 78,32 o C Run 7 Run 6 Run 5 Run 1 Run 3 56,1 o C Gambar 11. Peta kurva resdu ABE, Run-1 sampa Run-7 Gambar 10 menunjukkan bahwa dengan memperbesar komposs etanol pada umpan masuk, maka temperature MEP lebh cepat mendekat ttk ddh etanol yatu pada dmensonless waktu menunjukkan 1 sampa 1,5. Hal yang sama juga untuk komponen metanol dmana pada saat dmensonless waktu menunjukkan 2,75 semua metanol sudah menjad produk dstlat. Untuk komponen 1-propanol menunjukkan hasl yang sebalknya, pada saat dmensonless waktu menunjukkan 3,5 maka komposs 1-propanol menunjukkan nla 0,96 ; sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh komposs 1-propanol mendekat murn. Sehngga untuk memperoleh profl pergerakan komposs etanol besar maka dlakukan memperbesar 79

6 Komparas Kurva Peta Resdu (Sar, dkk) komposs etanol pada umpan masuk, karena dalam dstlas batch sederhana hold-up dabakan dan tanpa refluks rato, dmana hold-up dan refluks rato dapat memperbesar profl komposs ntermedate (etanol). Gambar 11 menunjukkan peta kurva resdu ABE dar Run-1 sampa Run-7, bergerak dar komponen lght key (aseton), kemudan ke komponen ntermedate key (etanol) terus menuju ke komponen heavy key (butanol). Untuk varas komposs umpan menunjukkan bahwa ABE setelah dlakukan smulas dstlas batch sederhana membentuk campuran zeotropk tanpa membentuk bner azeotropk dar masng-masng komponen. Makn besar komposs etanol pada umpan masuk maka peta kurva resdu untuk komposs etanol makn besar dan profl makn melengkung, sedangkan makn besar komposs butanol pada umpan masuk maka peta kurva resdu untuk komposs etanol makn kecl dan profl menunjukkan gars lurus. 64,7 0 C campuran aseton-etanol membentuk campuran zeotropk, maka berdasarkan peneltan yang telah dlakukan dapat dpredkskan bahwa untuk campuran aseton dengan senyawa gugus alkohol yang mempunya ranta C (karbon) makn panjang sepert 1-propanol akan membentuk campuran zeotropk. Dar Gambar 12 secara hubungan topolog kemudan dlakukan valdas hasl smulas, berdasarkan pola alran komposs yang dbentuk dar masng-masng komponen, maka dperoleh N 1 = 2 membentuk noda stabl untuk 1-propanol dan noda tdak stabl untuk metanol, S 1 = 1 membentuk sadel untuk etanol. N 2 = 0 karena tdak ada noda bner azeotropk, S 2 = 0 karena tdak ada sadel bner azeotropk. N 3 = 0 karena tdak ada noda terner azeotropk, S 3 = 0 karena tdak ada sadel terner azeotropk, B = 0 karena tdak ada bner azeotropk. Setelah nla yang dperoleh dar hasl hubungan secara topolog, kemudan dmasukkan dalam persamaan (14) sampa (17). Hasl yang dperoleh semua terpenuh, sehngga smulas dstlas batch sederhana setelah dlakukan valdas secara hubungan topolog memenuh syarat. Run-2 Run-1 Run-3 64,7 C Run-6 Run-4 Run-5 97,2 0 C 78,32 0 C Gambar 12. Peta kurva resdu campuran MEP, run-1 sampa run-6. Gambar 12 menunjukkan peta kurva resdu MEP dar run-1 sampa run-6, bergerak dar komponen lght key (metanol), kemudan ke komponen ntermedate key (etanol) terus menuju ke komponen heavy key (1- propanol). Dar peta kurva resdu untuk varas komposs umpan menunjukkan bahwa campuran MEP setelah dlakukan smulas dstlas batch sederhana membentuk campuran zeotropk tanpa membentuk bner azeotropk dar masng-masng komponen. Makn besar komposs etanol pada umpan masuk maka kurva resdu untuk komposs etanol makn besar dan profl makn melengkung, sedangkan makn besar komposs 1-propanol pada umpan masuk maka kurva resdu untuk komposs etanol makn kecl dan profl pergerakan menunjukkan gars lurus. Berdasarkan peneltan yang telah dlakukan, kalau dlhat dar peta kurva resdu untuk campuran aseton-metanol membentuk campuran azeotropk, sedangkan kalau dlhat dar peta kurva resdu untuk 97,2 C Gambar 13. Peta kurva resdu campuran MEP, Henley dan Seader (1998). 78,5 C Dlhat dar peta kurva resdu sstem terner MEP pada Gambar 12, kemudan dlakukan valdas dengan lteratur (Henley dan Seader, 1998) sepert Gambar 13. Dar hasl valdas menunjukkan profl peta kurva resdu yang sama, antara peta kurva resdu sstem terner MEP dar hasl lstng smulas sstem terner ABE (Gambar 12) dengan hasl lteratur (Gambar 13). Kesmpulan Profl pergerakan temperatur campuran ABE dan campuran MEP dpengaruh komposs umpan masuk. Dlhat dar profl pergerakan komposs 80

7 lquda masng-masng komponen campuran ABE dan campuran MEP untuk Run-1, bak dgunakan untuk memperoleh komposs n-butanol murn dan 1-propanol murn dengan dmensonless waktu yang kecl. Untuk profl pergerakan komposs lquda masng-masng komponen campuran ABE untuk Run-7 dan campuran MEP untuk Run-6, bak dgunakan untuk memperoleh komposs etanol murn dengan dmensonless waktu yang kecl. Dlhat dar peta kurva resdu bahwa campuran terner ABE dan MEP membentuk campuran zeotropk tanpa membentuk bner azeotropk dar masng-masng komponen. Valdas secara hubungan topolog untuk smulas dstlas batch sederhana campuran MEP memenuh syarat. Valdas dengan lteratur menunjukkan profl peta kurva resdu yang sama. Ucapan Terma Kash Penelt mengucapkan terma kash kepada Drektur Pembnaan Peneltan dan Pengabdan Masyarakat Drektorat Jenderal Penddkan Tngg, yang telah mendana peneltan kam pada Hbah Pascasarjana nomor kontrak: 130/P21PT/DPPM/HTTP/IV/2004. Daftar Notas A : aseton A : parameter Antone, Bar B : n-butanol B : parameter Antone, Bar C : parameter Antone, Bar D : dstlat, mol s -1 d : dferensal E : etanol K : konstanta kesetmbangan M : metanol P : 1-propanol P : tekanan, Bar q : volume parameter UNIQUAC r : luasan parameter UNIQUAC t : waktu, s u j : parameter nteraks bner UNIQUAC, J mol -1 u j : parameter nteraks bner UNIQUAC, J mol -1 V : kecepatan alran uap, mol s -1 W : kecepatan alran lquda, mol s -1 x y : komposs lquda, fraks mol : komposs uap, fraks mol j j W : komponen : komponen j : ndek j : bottom Daftar Pustaka Doherty, M. F. and J. D. Perkns, (1978), On the Dynamcs of Dstllaton Processes: II. The Smple Dstllaton of Model Solutons, Chem. Eng. Sc., 33, pp Doherty, M. F. and J. D. Perkns, (1979), On the Dynamcs of Dstllaton Processes: III. Topologcal Structure of Ternary Resdue-Curve Maps, Chem. Eng. Sc., 34, pp Egbewatt, N. E. and J. Fletcher (2003), Explorng Azeotropes n A Ternary Mxture, Scence and Engneerng Seres, 4, No. 1, pp Espnosa, J. and Enrque Salomone (1999), Mnmum Reflux for Batch Dstllaton of Ideal and Nondeal Mxtures at Constant Reflux, Ind. Eng. Chem. Res., 38, pp Gmehlng, J. and U. Onken, (1977), Vapor-Lqud Equlbrum Data Collecton, DECHEMA Chemstry Data Seres, I, DECHEMA, Frankfurt. Henley, E. J. and J. D. Seader, (1998), Separaton Process Prncples, pp , John Wley & Sons, Inc., New York. Prausntz, J. M., (2001), The Propertes of Gases and Lquds, ed. 5, pp. A.50 A. 51, Mc. Graw- Hll, New York. Raylegh L., (1902), Phl. Mag. [v.], No. 4 (23), pp Soemantr, Wdagdo and Warren D. Seader, (1996), Journal Revew Azeotropes Dstllaton, AIChE J., 42, No.1, pp Stchlmar, J., J.R. Far, and J.L. Bravo, (1989), Chem. Eng. Progress, 85 (1), pp Vllers, W. E. DE., et al., (2002), Navgate Phase Equlbra va Resdue Curve Maps, Chemcal Engneerng Progress, pp Huruf Yunan γ : koefsen aktvtas ξ : dmensonless waktu Superscrpts Sat : lquda jenuh Subscrpts B : boler C : kondensat D : dstlat 81

PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH

PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH N Ketut Sar Program Stud Teknk Kma, Fakultas Teknolog Industr, UPN Veteran

Lebih terperinci

SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA

SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA N. Soewarno ) N. K. Sar 2), Kuswand 3), R. Handogo 4) ), 3), 4) Jurusan Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr ITS Surabaya 2) Jurusan Teknk

Lebih terperinci

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn Referens: 1) Smth Van Ness. 2001. Introducton to Chemcal Engneerng Thermodynamc, 6th ed. 2) Sandler. 2006. Chemcal, Bochemcal adn Engneerng Thermodynamcs, 4th ed. 3) Prausntz. 1999. Molecular Thermodynamcs

Lebih terperinci

SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR

SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR Herry Santoso, Sobar Malk, Grace Mayasar dan

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

SISTEM ALIRAN. Sistem Tangki Seri

SISTEM ALIRAN. Sistem Tangki Seri Pengantar Teknk Kma 1210022 SISTEM ALIRAN Sstem adalah Sesuatu yang terdr atas komponen-komponennya yang bereaks secara fungsonal untuk mencapa tujuan tertentu. Sstem Tangk Ser Tank n seres CSTR n seres

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecl untuk Respon Bnomal dan Multnomal Berbass Penarkan Contoh Berpeluang Tdak Sama 5.1. Pendahuluan Pada umumnya pengembangan model SAE dan pendugaannya dlakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aljabar Boolean Barnett (2011) menyatakan bahwa Aljabar Boolean dpublkaskan oleh George Boole dalam An Investgaton of the Laws of Thought pada tahun 1954. Dalam karya n, Boole

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan 1 1 *Emal: reza.fauzan@gmal.com Abstrak Peneltan tentang penngkatan jumlah produks mnyak yang dperoleh dar sumur produks

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab n durakan mengena hasl peneltan serta analssnya. Rangkuman hasl peneltan dsampakan dalam bentuk tabel dan grafk, sedangkan data detal hasl peneltan dan perhtungan Laboratorum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

PENOARUH PENAMBAHAN BURNABLE POISON Er203 DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS, MIKROSTRUKTUR, KEKERASAN DAN O/U RATIO PELET SINTER U02 + Er203

PENOARUH PENAMBAHAN BURNABLE POISON Er203 DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS, MIKROSTRUKTUR, KEKERASAN DAN O/U RATIO PELET SINTER U02 + Er203 SSN 0854-5561 Hasl-hasl Peneltan EBNTahun 2005 PENOARUH PENAMBAHAN BURNABLE POSON Er203 DAN SUHU SNTER TERHADAP DENSTAS, MKROSTRUKTUR, KEKERASAN DAN O/U RATO PELET SNTER U02 + Er203 Abdul Latef ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI TK Oleh : PUTU CITRA ISWARA NRP P

SKRIPSI TK Oleh : PUTU CITRA ISWARA NRP P SKRISI TK141581 ENGUKURAN KESETIMBANGAN UA-CAIR SISTEM TERNER ISOTERMAL DIETIL KARBONAT+ISOOKTANA+ETANOL DAN DIETIL KARBONAT+TOLUENA+ETANOL ADA TEMERATUR 303.15-323.15 K. Oleh : UTU CITRA ISWARA NR 2313

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci