PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH"

Transkripsi

1 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH N Ketut Sar Program Stud Teknk Kma, Fakultas Teknolog Industr, UPN Veteran Jawa Tmur, Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, Telpon , Fax Emal: sar_ketut@yahoo.co.d ABSTRAK Peta kurva resdu dpergunakan untuk memperkrakan daerah komposs produk yang dapat dhaslkan dar proses dstlas untuk campuran sstem multkomponen. Dengan mengetahu peta kurva resdu, maka dapat dketahu apakah campuran tersebut akan terbentuk campuran zeotropk atau azeotropk. Untuk pemsahan sstem terner Etanol-Ar-HCl dlakukan peneltan secara smulas sebelum dlakukan peneltan secara ekspermen, supaya dalam penentuan varabel peneltan bsa lebh terarah dan baya peneltan lebh murah. Smulas sstem terner Etanol-Ar-HCl secara dstlas batch menggunakan metoda rgorous, model DAEs dan bahasa Matlab. Hasl dar smulas sstem terner Etanol-Ar-HCl kemudan dvaldas dengan metode topolog dan dkomparas menggunakan sstem terner Metanol-Etanol-Ar yang membentuk campuran azeotropk. Penggunaan sstem terner Metanol-Etanol-Ar dalam komparas sstem terner Etanol-Ar-HCl, karena dpredks campuran sstem terner Etanol-Ar-HCl membentuk campuran azeotropk. Hasl smulas berupa profl temperatur, profl komposs lquda dan profl komposs uap fungs dmensonless waktu bak d bottom maupun d dstlat. Hasl menunjukkan bahwa smulas sstem terner Etanol-Ar-HCl menunjukkan campuran azeotropk, valdas secara topolog dan komparas dengan sstem terner Etanol-Ar-HCl mendekat hasl yang sama. Kata kunc : azeotropk, dmensonless waktu, dstlas batch, peta kurva resdu, zeotropk. PENDAHULUAN Dalam ndustr kma, proses fermentas adalah salah satu cara untuk mendapatkan senyawa kma dengan bantuan mkroorgansme, selanjutnya produk fermentas masuk pada tahap pemsahan. Pada tahap n sangat pentng untuk menghaslkan produk dengan kemurnan tertentu, salah satu peralatan yang umum dgunakan pada proses pemsahan adalah kolom dstlas batch. Proses pemsahan dalam ndustr umumnya pemsahan multkomponen dan jarang pemsahan bner, oleh karena tu sangat pentng untuk mennjau dstlas batch multkomponen. Desan dstlas batch mult komponen umumnya dperoleh dengan melakukan smulas, agar dperoleh hasl smulas yang mendekat dengan keadaan sebenarnya maka dbutuhkan data thermodnamka yang akurat. Dalam proses pemsahan, data thermodnamka yang palng domnan berpengaruh pada knerja proses adalah kesetmbangan fase. Salah satu korelas thermodnamka moderen dalam mempersentaskan kelakuan campuran tdak deal adalah persamaan UNIQUAC, perkraan kesetmbangan sstem terner dan kuarterner dapat dlakukan hanya berdasarkan data percobaan sstem bner. Model-model aktftas koefsen dengan persamaan UNIQUAC dkembangkan dar campuran bner, dan mempunya keuntungan untuk aplkas pada campuran sstem mult komponen karena hanya membutuhkan parameter bner (tdak membutuhkan parameter tambahan). Tetap kerugan model tersebut tdak selalu berhasl dalam memperkrakan kesetmbangan sstem mult komponen yang menunjukkan campuran yang sangat tdak deal lebh-lebh untuk campuran yang mempunya pasangan dengan kelarutan terbatas sepert butanol-ar. Untuk mengatas hal tersebut dperlukan pengukuran data kesetmbangan sstem bner secara akurat dan model estmas parameter-parameter dar model koefsen aktftas sehngga parameter-parameter tersebut dapat dgunakan untuk memperkrakan kesetmbangan uap-car sstem mult komponen secara akurat. E5-1

2 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 Dar hasl smulas sstem terner yang dperoleh, untuk melhat profl pergerakan komposs lquda d bottom maka dgambar dalam bentuk peta kurva resdu. Dar peta kurva d resdu sstem terner tersebut bsa dketahu apakah suatu campuran terner tersebut membentuk campuran zeotropk atau azeotropk. Dar campuran azeotropk dbedakan menjad campuran azeotropk homogen dan campuran azeotropk heterogen. Untuk campuran azeotropk homogen setelah dlakukan pemsahan maka hasl yang dperoleh membentuk satu phase dan ttk azeotropnya tdak terletak pada Lqud-Lqud-Equlbrum (LLE), sedangkan untuk campuran azeotropk heterogen setelah dlakukan pemsahan hasl yang dperoleh membentuk lebh dar satu phase dan ttk azeotropnya berada pada LLE. Kemudan dkembangkan lebh jauh untuk sstem mult komponen, yatu dalam bentuk peta kurva resdu campuran azeotropk homogen dan heterogen, profl pergerakan komposs lquda d resdu apakah membentuk campuran zeotropk atau azeotropk. Sstem terner sepert sopropanol-ar-benzene membentuk campuran azeotropk pseudo-homogen sudah dtelt oleh Pham dan Doherty (1990). Sstem terner sepert chloroform-benzene-aseton (Fdkowsk dkk. 1993), asetonheptane-benzene (Henley dan Seader 1998), aseton-ar-metyl ethyl keton (Vllers dkk. 2002) dan sopropanol-methyl cyclohexane-toluene (Egbewatt dan Fletcher 2003) membentuk campuran azeotropk homogen. Sstem terner lannya yang membentuk campuran azeotropk heterogen sepert etanol-ar-benzene (Henley dan Seader 1998), etanol-ar toluene (Henley dan Seader 1998). Sstem terner lanya sepert ntrogenargon-oksgen membentuk campuran tanpa azeotropk atau zeotropk, octane-2 ethoxy etanol-ethyl benzene membentuk sstem bner azeotropk, aseton-chloroform-methanol membentuk sstem bner dan terner azeotropk (Wdagdo dan Seder 1996). Dar hasl peneltan terdahulu, belum ada yang membuat peta kurva resdu bag campuran terner ABE. Dar peta kurva resdu yang dperoleh kemudan dlakukan valdas, yatu valdas secara hubungan topolog. Untuk valdas secara hubungan topolog menggunakan persamaan yang sudah ada pada lteratur (Henley dan Seader 1998). Untuk mengetahu apakah lstng program smulas sstem terner sudah berlaku secara umum, maka dlakukan valdas berdasarkan data dar lteratur. Banyak sstem terner yang sudah ada pada lteratur atau jurnal yang bsa dpaka untuk valdas sstem terner Ehtanol-Ar-HCl, salah satu sstem terner yang dgunakan adalah sstem terner yang membentuk campuran azeotropk yatu Metanol-Etanol-Ar. TINJAUAN PUSTAKA Pada tekanan rendah, fase uap mendekat gas deal sehngga kesetmbangan uap lqud tekanan rendah menjad : y. P γ = (1) x.p sat Persamaan (1) n dkenal juga sebaga persamaan Raoult yang dmodfkas. Konstanta kesetmbangan antara fase uap dan fase lqud ddefnskan sebaga berkut : sat y γ.p K = = (2) x P Prosedur teras untuk mencar temperatur bubble yatu mencar harga temperatur jenuh dar komponen murn T sat pada P (Prausntz dkk., 2001). T sat B = C A - log P (3) E5-2

3 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 dmana A, B, C adalah konstanta Antone untuk speses, untuk semua estmas awal. sat T = x T (4) Untuk =1, 2, 3. Harga T sebaga harga awal akan dgunakan untuk mengetahu tekanan uap jenuh suatu zat yang akan destmas dengan persamaan Antone.Sedangkan harga T baru dcar menurut persamaan : B j T = C sat j (5) A j - log P 1 Kemudan mencar kesalahan antara T baru dengan T awal dengan Persamaan (6) (T baru T Tbaru awal ) e (6) Koefsen aktftas γ dperoleh dar : ln γ = ln γ C R + ln γ (7) φ C z θ φ m ln γ = ln + q ln + l x l (8) x 2 φ x j = 1 j j z = (r q) (r 1) 2 m m θ τ R ln γ = q j j 1 ln = θ τ (9) m j 1 j j j = 1 θ τ k= 1 k kj l (10) dmana nomor koordnas z dset sama dengan 10. φ = x r m x j = 1 q x j= 1 j r j j j (11) θ = m (12) q x E5-3

4 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 Parameter r, q adalah konstanta struktur molekul komponen murn berdasarkan ukuran molekul dan luasan permukaan luar. Untuk tap kombnas bner dalam campuran mult komponen, ada dua parameter yang bsa dsesuakan yatu r, q : τ exp ( u u ) j j = (13) τ jj = τ = 1 RT Model Dfferental-Algebrac-Equatons (DAEs) untuk dstlas batch sstem terner, dengan asums tdak membentuk dua phase lquda oleh Doherty dan Perkns (1978) sebaga berkut: dξ - dx ( x - y ) = (14) W o ξ = ln (15) W Dengan forward-fnte-dfference, Persamaan (15) menjad : x,j+1 = x,j + (y,j x,j ) ξ (16) Dmana komposs lquda mula-mula d bottom (x,j ) dan ξ dtentukan, sedangkan komposs uap (y,j ) dhtung menggunakan Persamaan BUBL T (Prausntz, 2001). Untuk pembuktan hasl smulas sstem terner ABE secara topolog yang telah dgambar dalam bentuk peta kurva resdu menggunakan persamaan sebaga berkut : N 1 + S 1 = 3 (17) N 2 + S 2 = B 3 (18) N 3 + S 3 = 1 atau 0 (19) Menurut Doherty dan Perkns (1979) dkembangkan hubungan secara topolog antara N dan S sebaga berkut : 2N 3-2S 3 + 2N 2 B + N 1 = 2 (20) Dmana, N 1 merupakan jumlah noda stabl atau noda tdak stabl pada peta kurva resdu, S 1 merupakan jumlah sadel pada peta kurva resdu, untuk menentukan jumlah noda dan sadel pada peta kurva resdu dgunakan pola alran yang ada pada pustaka Henley dan Seader (1998) halaman 595. S 2 merupakan jumlah sadel bner azeotropk pada peta kurva resdu, N 2 merupakan jumlah noda bner azeotropk pada peta kurva resdu. S 3 merupakan jumlah sadel terner azeotropk pada peta kurva resdu, N 3 merupakan jumlah noda terner azeotropk pada peta kurva resdu. B merupakan bner azeotropk pada peta kurva resdu, apabla persamaan (17) sampa (20) terpenuh, maka smulas bsa dterma. METODOLOGI Untuk menghtung tekanan uap jenuh dgunakan persamaan Antone, data parameter Antone sepert Tabel 3.2. (Prausntz, 2001), dmana suhu (T) dalam satuan K dan tekanan uap jenuh (P sat ) dalam satuan Bar. Untuk menghtung koefsen aktvtas (γ) menggunakan persamaan UNIQUAC, dmana harga parameter nteraks bner UNIQUAC (u j ), data volume molekuler (r) dan luas permukaan molekuler (q) Tabel 3.3, asums harga z= 10. E5-4

5 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 Tabel 3.1 Komposs umpan Ethanol-Ar-HCl Komposs Umpan (fraks mol) Run Ethanol Ar HCl 1 0,8 0,1 0,1 2 0,7 0,2 0,1 3 0,7 0,1 0,2 4 0,6 0,3 0,1 5 0,6 0,1 0,3 6 0,5 0,1 0,4 7 0,4 0,1 0,5 Tabel 3.2 Parameter Antone Ethanol-Ar-HCl Parameter Antone Komponen A B C Ethanol Ar HCl Sumber: Prausntz, 2001 Tabel 3.3 Parameter UNIQUAC sstem terner Ethanol-Ar-HCl Komponen r q Ethanol Ar HCl Sumber: Prausntz, 2001 Dmana : Ethanol (1), Ar (2), HCl (3) u 11 = 0 ; u 12 = -198,659 ; u 13 = 98,75291 u 21 = 453,669 ; u 22 = 0 ; u 23 = -32,707 u 31 = 94,242 ; u 32 = 75,355 ; u 33 = 0 Valdas Hasl Smulas dengan Sstem Terner Metanol-Etanol-Ar Tabel 3.4 Komposs umpan Metanol-Etanol-Ar Komposs Umpan (fraks mol) Run Metanol Etanol 1-Propanol 1 0,80 0,10 0,10 2 0,90 0,02 0,08 3 0,70 0,20 0,10 4 0,30 0,60 0,10 5 0,39 0,60 0,01 6 0,50 0,40 0,10 Sumber: Henley dan Seader, 1998 Untuk menghtung tekanan uap jenuh dgunakan Persamaan Antone Tabel 3.5 Parameter Antone Metanol-Etanol-Ar Parameter Antone Komponen A B C Metanol Etanol Ar Sumber: Prausntz, 2001 E5-5

6 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 Mula N = 350 ξ = 0 3,5 Input N, ξ, ξ, ξ = 0,01 Htung {y } fungs ξ call BUBL T Htung {x } fungs ξ dengan Persamaan (47) Htung T fungs ξ dengan Persamaan x > N * ya tdak ξ = ξ + Prnt [{x }, {y }, T ] fungs Selesa Gambar 3.1 Algortma dstlas batch HASIL DAN PEMBAHASAN Profl temperatur d bottom menunjukkan hasl yang mendekat dengan temperatur d dstlat, karena proses dstlas batch sederhana beroperas dalam konds total refluks. Oleh karena tu profl temperatur hasl smulas sepert Gambar 4.1 merupakan jumlah temperatur komponen- setelah dlakukan normalsas dkalkan komposs lquda d bottom komponen-. Temperatur ( C) Dmensonless Waktu Gambar 4.1 Profl temperatur sstem terner Etanol-Ar-HCl untuk Run-1 sampa Run-7 Dar Gambar 4.1 menunjukkan profl temperatur etanol-ar-hcl untuk Run-1 sampa Run-6 secara keseluruhan nak terhadap dmensonless waktu. Hal n dsebabkan karena komponen yang duapkan dengan pors yang lebh besar adalah komponen etanol, sehngga dbutuhkan temperatur yang lebh besar untuk menguapkan komponen ar yang belum duapkan. E5-6

7 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 Koefsen Aktftas Etanol 1.5 Ar HCl Dmensonless Waktu Gambar 4.2 Profl koefsen aktftas sstem terner etanol-ar-hcl Untuk daerah 1 koefsen aktftas ar menunjukkan profl menurun dan koefsen aktftas etanol nak sehngga tdak berpengaruh terhadap profl temperatur. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa semakn besar komposs ar pada umpan masuk maka pengaruh koefsen aktftas etanol maksmum pada saat dmensonless waktu menunjukkan 1,75 ; setelah tu profl menurun pada akhrnya konstan. Semakn besar komposs ar pada umpan masuk menunjukkan slope penurunan temperatur lebh curam, karena komposs ar pada umpan masuk sangat mempengaruh temperatur campuran etanol-ar-hcl, makn besar komposs ar pada umpan masuk temperatur campuran makn tngg. Untuk daerah 2 profl temperatur nak untuk semua run, semakn besar komposs etanol pada umpan masuk menunjukkan slope kenakan temperatur yang lebh landa. Hal n dsebabkan karena komposs etanol pada umpan masuk sangat mempengaruh temperatur campuran etanol-ar-hcl, makn besar komposs etanol pada umpan masuk temperatur campuran makn kecl. Untuk daerah 3 profl temperatur nak dan sebagan konstan, untuk profl temperatur nak berart dalam pemsahan campuran etanol-ar-hcl mash ada etanol yang belum teruapkan, sedangkan untuk profl komposs konstan berart sudah semua etanol teruapkan. Makn besar komposs ar pada umpan masuk maka temperatur campuran makn besar dan profl temperatur lebh cepat konstan. Untuk daerah dmensonless waktu 3,5 profl temperatur belum konstan, sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh profl temperatur yang konstan. Jka dstlas batch sederhana dteruskan sampa dmensonless waktu yang sangat besar, maka akan dperoleh nla komposs masng-masng campuran negatf, hal sepert n tdak dkehendak. Dar Gambar 4.2 menunjukkan profl komposs lquda d bottom, komposs etanol menunjukkan profl komposs menurun dar komposs awal dan komposs ar menunjukkan profl nak dar komposs awal. Karena komponen etanol merupakan komponen volatle sedangkan komponen ar merupakan komponen nonvolatle, pada saat proses dstlas batch sederhana komponen etanol dalam pors yang lebh besar duapkan dan ssanya adalah komponen ar. Komponen ar belum mendekat murn dengan dmensonless waktu 3,5 ; salah satu cara untuk memperoleh komponen ar lebh murn dar komposs awal yatu dengan memperbesar komposs ar pada umpan masuk. E5-7

8 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun Komposs Lquda d Bottom (fraks mol) 0.8 Etanol Ar HCl Dmensonless waktu Gambar 4.2. Profl komposs lquda d bottom sstem terner Etanol-Ar-HCl. Dar Gambar 4.4 menunjukkan profl komposs uap d bottom, pada keadaan total refluk untuk menghtung komposs etanol dan komposs ar d bottom maka temperatur awal dtentukan sama dengan 25 0 C dan komposs etanol dan komposs ar pada saat awal dtentukan, kemudan dhtung berdasarkan BUBL T. Pada saat total refluks komposs etanol dan komposs ar d dstlat tdak sama dengan komposs etanol dan komposs ar saat awal. Untuk komposs etanol d bottom lebh besar dar komposs etanol awal, karena komponen etanol merupakan komponen volatle sehngga lebh banyak menguap. Untuk komposs ar d bottom lebh kecl dar komposs etanol awal, karena komponen etanol merupakan komponen non-volatle sehngga lebh sedkt menguap. Profl komposs uap d bottom setelah total refluk untuk komposs etanol terus menurun, sedangkan komposs ar terus nak. Hal n dsebakan karena komponen volatle duapkan dalam pors yang lebh besar dan ssanya adalah komponen non-volatle, setelah proses dstlas batch sederhana berlangsung maka komponen non-volatle yang duapkan dalam pors yang lebh besar. Komponen etanol belum menguap semua pada saat dmensonless waktu 3,5 ; salah satu cara untuk memperoleh komponen etanol d dstlat dengan dmensonless waktu yang lebh kecl yatu dengan memperbesar komposs ar pada umpan masuk. Dar Gambar 4.3 menunjukkan profl komposs uap d bottom semakn kecl komposs etanol pada umpan masuk maka semakn besar komposs etanol pada saat total refluks, hal n dsebabkan temperatur campuran tngg sehngga komponen non-volatle lebh banyak menguap. Profl komposs uap d bottom setelah total refluk untuk komposs etanol terus menurun, sedangkan komposs ar terus nak. Hal n dsebakan karena komponen volatle duapkan dalam pors yang lebh besar dan ssanya adalah komponen non-volatle, setelah proses dstlas batch berlangsung maka komponen non-volatle yang duapkan dalam pors yang lebh besar. Komponen etanol semua teruapkan pada saat dmensonless waktu menunjukkan nla 2,25 ; Run-7 membutuhkan dmensonless waktu yang lebh kecl untuk memperoleh komponen etanol yang lebh murn dar komponen etanol awal E5-8

9 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun ,0 Komposs Uap d Bottom (fraks mol) 0,9 0,8 Ar Etanol 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 HCl 0,1 0,0 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 Dmensonless Waktu Gambar 4.3. Profl komposs uap d bottom sstem terner Etanol-Ar-HCl Run-1 Hasl verfkas antara hasl smulas dengan valdas dstlas batch, HCl Smulas ---- Valdas Ar Etanol Gambar 4.4. Profl komposs lquda d bottom sstem terner Etanol-Ar-HCl untuk hasl smulas dan valdas. Peta kurva resdu d bottom menunjukkan campuran azeotropk, antara hasl smulas dan valdas menunjukkan profl yang mendekat sama. KESIMPULAN 1. Profl temperatur Etanol-Ar-HCl secara keseluruhan nak terhadap dmensonless waktu, kecual pada awal proses menunjukkan profl temperatur menurun, dsebabkan karena sfat karakterstk campuran. 2. Profl komposs lquda etanol d bottom seteleh proses berlangsung menunjukkan komposs etanol mnmum, setelah proses selesa profl komposs konstan E5-9

10 Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun Profl komposs uap etanol d bottom seteleh proses berlangsung menunjukkan komposs etanol maksmum, setelah proses selesa profl komposs konstan. 4. Peta kurva resdu d bottom menunjukkan campuran azeotropk, antara hasl smulas dan valdas menunjukkan profl yang mendekat sama UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Drektorat Jenderal Peddkan Tngg Departemen Penddkan Nasonal (DP2M Dtjen Dkt) dalam Hbah Bersang 2009, yang telah mendana peneltan n. DAFTAR PUSTAKA Fesser dan Fsser, (1963), Pengantar Kma Organk, Dhwantara, Bandung. Judoamdjojo, Mulyono, (1992), Teknolog Fermentas, Rajawal Press Jakarta Krk Othmer, Encyclopedya of Chemcal Technology, Vol. 8, John Wleys nd Sons. Inc. Sardjoko, (1991), Boteknolog, Grameda, Jakarta. Sar N. K., Kuswand, Nonot S., Renanto Handogo, (2006), Komparas Peta Kurva Resdu Sstem Terner ABE Dengan Metanol-Etanol-1-Propanol, Jurnal REAKTOR, Jurusan Teknk Kma UNDIP Semarang, Vol. 13, No. 2. Sar N. K., Kuswand, Nonot S., Renanto Handogo, (2007), Pemsahan Sstem Bner Etanol-Ar Dan Sstem Terner ABE Dengan Dstlas Batch Sederhana, Jurnal INDUSTRI Jurnal Ilmah Sans dan Teknolog, Fakultas Teknk Industr ITS Surabaya, Vol. 6, No.5. Handogo, R., dan G. Wbawa, (1997), Experments and Correlatons of Vapor-Lqud Equlbra of Acetone- 1-Butanol-Ethanol Ternary Mxture, Internatonal Conference on Flud and Thermal Energy Converson, Yogyakarta, Indonesa, hal Henley, E. J. dan J. D. Seader (1998), Separaton Process Prncples, hal , John Wley & Sons, Inc., New York. Prausntz, J. M., (2001), The Propertes of Gases and Lquds, ed. 5, hal. A.50 A. 51, Mc. Graw-Hll, New York. Raylegh, L., (1902), Phl. Mag. [v.], No. 4 (23), hal Wdagdo, S. dan Warren D. Seder, (1996), Journal Revew Azeotropc Dstllaton, AIChE J., Vol. 42, No.1, hal E5-10

SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA

SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA N. Soewarno ) N. K. Sar 2), Kuswand 3), R. Handogo 4) ), 3), 4) Jurusan Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr ITS Surabaya 2) Jurusan Teknk

Lebih terperinci

KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL

KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL N. K. Sar, Kuswand, N. Soewarno dan R. Handogo *) Abstrak Smulas pemsahan sstem terner -- (MEP) pada tekanan

Lebih terperinci

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn Referens: 1) Smth Van Ness. 2001. Introducton to Chemcal Engneerng Thermodynamc, 6th ed. 2) Sandler. 2006. Chemcal, Bochemcal adn Engneerng Thermodynamcs, 4th ed. 3) Prausntz. 1999. Molecular Thermodynamcs

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

SISTEM ALIRAN. Sistem Tangki Seri

SISTEM ALIRAN. Sistem Tangki Seri Pengantar Teknk Kma 1210022 SISTEM ALIRAN Sstem adalah Sesuatu yang terdr atas komponen-komponennya yang bereaks secara fungsonal untuk mencapa tujuan tertentu. Sstem Tangk Ser Tank n seres CSTR n seres

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y.

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y. ANALISIS KORELASI (ANALISIS HUBUNGAN) Korelas Hubungan antar kejadan (varabel) yang satu dengan kejadan (varabel) lannya (dua varabel atau lebh), yang dtemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900 Apabla dua

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR

SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR Herry Santoso, Sobar Malk, Grace Mayasar dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecl untuk Respon Bnomal dan Multnomal Berbass Penarkan Contoh Berpeluang Tdak Sama 5.1. Pendahuluan Pada umumnya pengembangan model SAE dan pendugaannya dlakukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

SKRIPSI TK Oleh : PUTU CITRA ISWARA NRP P

SKRIPSI TK Oleh : PUTU CITRA ISWARA NRP P SKRISI TK141581 ENGUKURAN KESETIMBANGAN UA-CAIR SISTEM TERNER ISOTERMAL DIETIL KARBONAT+ISOOKTANA+ETANOL DAN DIETIL KARBONAT+TOLUENA+ETANOL ADA TEMERATUR 303.15-323.15 K. Oleh : UTU CITRA ISWARA NR 2313

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

NON IDEALITAS SIFAT CAIRAN PADA VERIFIKASI MODEL NON KESEIMBANGAN MENARA DISTILASI

NON IDEALITAS SIFAT CAIRAN PADA VERIFIKASI MODEL NON KESEIMBANGAN MENARA DISTILASI Dasar-Dasar Teknk Kma ISSN 4-989 NON IDELITS SIFT CIRN PD VERIFIKSI MODEL NON KESEIMBNGN MENR DISTILSI ref Budman, Sutjan, Erla Yusntha, dan Rmbo Bworondoko Process System Engneerng Research Group Jurusan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci