Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab n durakan mengena hasl peneltan serta analssnya. Rangkuman hasl peneltan dsampakan dalam bentuk tabel dan grafk, sedangkan data detal hasl peneltan dan perhtungan Laboratorum dsajkan secara lengkap pada bagan lampran dar buku n. 5. Hasl Peneltan Hasl peneltan d Laboratorum dperoleh dar serangkaan pengujan terhadap agregat sebaga berkut 5.. Anass Lolos Sarngan Untuk Mencar Gradas Hasl gradas berdasarkan analss lolos sarngan dan spestfkasnya dapat dlhat pada Tabel 5. dan 5.2 sedangkan grafk gradas dapat dlhat pada gambar 5.. selengkapnya hasl analss sarngan dapat dlhat pada lampran. 35

2 36 Tabel 5. Hasl Anasa Sarngan Batu Kapur No. Sarngan (mm) Vo Lolos 63 37,5 9, 92,2 9,5 24,3 4,75 2,7 2,36 8,53,8 5,87,425 3,27,75,33 Pan 5 Gradas Spesfkas (%) j-jj -2 No. Sarngan (mm) PAN.75, O O Gambar 5. Grafk gradas kapur

3 c3 X> c/5 C3 Q. xs a -a 3 SO u a rl CS E S3 ro CO CD n co C/5 c3 M S3 o a. C/3 o -J o no r, o o _ oc so n "O co o <=> "7 3- < <-, IT, so o so ^O ( «-, O - ^ c> o ^ n «n oc c~ ' ^ t n n r ^ a> E E c CO CD c l_ CO CO m c~t CO oo d 2: CM c as Z E <-<-, ^ - \o ^ ^ m m >o oo r~- CO ~ n (^ o" o' m CM o" m r- o < Q. O O O O O O O O <y> co r cd m ^jsopn o/o o o o o CO CM v-

4 5..2 Pemerksaan Berat Jens dan Abras Agregat Hasl pemerksaan berat jens agregat dapat dlhat pada tabel 5.3 sedangkan hasl pemerksaan abras dapat dlhat pada table 5.4, selengkapnya pengujan berat jens agregat dan abras dapat dlhat pada lampran 2. Tabel 5.3 Pengujan Berat Jens Agregat dan penyerapan Berat jens (gram/cma3) Penyerapan (%) Kapur.362 ~. Srtu Lempung " 2.5 Tabel 5.4 Pengujan Abras lens Agregat Hasl abras (%) Kapur 43,96 Srtu 33, Pemerksaan Indeks Plaststas Lempung dan campuran Hasl ndeks plaststas lempung dnyatakan sebaga berkut: PI LL PL - 47,49-25,2 = 22,28 %

5 _ 39 Hasl ndeks plaststas campuran dapat dlhat pada table 5.5 Tabel 5.5 Pengujan Indeks Plaststas Campuran, Varas campuran (%) [_ LL(%) PL(%). IP(%) 9K:S:L j 28.!.... 7K;2S: IL r J. 2J...8 j 3.7 j! 45K:45S: L j Kj_7S_: L OK : 9S:L, Perancangan Komposs Campuran Dalam peneltan perancangan komposs campuran dgunakan campuran yang terdr dar agregat batu kapur : srtu : lempung dengan komposs varas sebaga benkut : a. Varas 9%:%:% b. Varas 7% : 2% : % c. Varas 45%: 45%: % d. Varas 2% : 7% : %. e. Varas % : 9% : %. Hasl gradast.<#m.puran dar masng masng varas komposs dapat dlhat pada Tabel 5.6 sampa dengan Tabel 5..

6 4 Tabel 5.6 Gradas campuran dengan Perbandngan Srtu : Batu Kapur : Lempung -= 9% : % : % o Lolos No "'" Sarngan (mm) Srtu Kapur Lempung S nu Kapur Lempung Total Spesfkas T-TTT^-r- j95,86 \ 89,92 j72,82"'t47^"748,7 "'[" 437T 2634" ; 24,3 ; 2.7 j8.53 ;5,87 I3,27,33! I.JOO I ;9,8!96,8 I78 8 h - I J ; o Io ;J_! r 86,27 9, 8, , ;,425,75 65,54 : 52. I 43,83 39,95 JO JO j'! 9,9 75,54 62, 53,83 49, I 2 25 o' 9,6 7,8 f_l nob" 96,27 ""j J.-Q_^67-J^.4-J_.J I j 6-45 I ,32,6 Tabel 5.7 Gradas campuran dengan Perbandngan Srtu : Batu kapur Lempung = 7% : 2% : % o Lolos No. Sarngan (mn) Srtu Kapur Lempug Srtu Kapur Lempung!! 63 ' 37,5 I!! 95,86 ] 9, j! 89,92 Cj")! 9,5 T~4,75 j 72,82 24,3 47,9 j 2,7 j ' 2,36 ' 48,7 j 8,53!,8 43,44 j 5,87 99,8,425,75 26,34 3,27 96,8 2,5,33 78,8 j J,! j 62,94 5, ,9! 3,4 8,44 L75 j ;2o 2 2 j 8,44 4,86 2,4,7,65, j ; o '' ]J]! 9,9 9,6 7,8 j \ - lotal j 97, j 9,38 ; 65,83 52,94 ' 45,8 j 4,49 28,7 9,63 j '' 67- Spestkas M ! label 5.8 Gradas campuran dengan Perbandngan Srtu : Batu kapur Lempung -45% : 45% : %.. Lolos No. Sarngan (mm) Srtu Kapur Lempung! % I'b " 37,5!! j 95,86 j 9, 89,92 92,2 j u.! 72,82 j 24,3 j F4,75 ] 47,9 2,7 2,36 ",8 I,425 48,7 8,53 43,44 5,87 99,8 26,34 3,27 96,8,75 2,5,33 78,8 Srtu ,4 4,46 32,77 26,6 2,92 9,55,85,25 Kapur 45 ' ,49 j,94 5,43 3,84 2,64,47,5 Lempung '! l _JJ, 9,9 9,6 7,8 [ oral 98,4 j 9,95! 53,7 4,49 35,76 32, 22,93 9,85 Spestkas '"roo r 25-8 _6-66 J

7 4 Tabel 5.9 Gradas campuran dengan Perbandngan Srtu : Batu'kapur : Lempung = 2% : 7% : % o Lolos ' No Sarngan (mm) Srtu Kapur Lempung j"%"" j ; oo 2 j 63 [37,5 9, j 9,5 4,75^ 95,86 89,92 92,2 72,82 24,3 '! I 47,9 2,7 2,36,8 ;\425,75 48,7 8,53 43,44 5,87.- _p. 99,8 _ 26,34 3,27 96,8 2,5 j,33 78,8 Srtu 2 9,7 7,98 4,56,58 9,74! 8,69 Kapur ,54 7, 8,45 5,97 4, Lenp_ung_! 9,9 Total! 99, 7 92,52 4,57 3,3 25,7 t 22,7 Spesfkas [ 7,7 [ j ] j I -2 5,27!,5 j 2,29,23 9,6 I 7,8 j Tabel 5. Gradas campuran dengan Perbandngan Srtu : Batu kapur: Lempung = % : 9% : % % Lolos No. ' Sarngan (mm) Srtu Kapur Lempung % 63 37,5 95,86 I ' ' a! 9, (9,5 j 89,92'" 92 2 I 72,82 24,3 4,75 47,9 2,7 2,36 j 48,7 j 8,53,8 43,44 5,87 99,8!,425 I 26,34 3,27 96,8,75., 2,5,33 j 78 8 Srtu j o ; Ho Kapur j ,98 2,87,86 7,68 5,28 2,94,29 Lempung jjp_[ 9,9 9,6 7,8 Total 92,98 '^ 3,87 2,86 7,68 5,9 2,55 8, Spesfkas ' j

8 42 Adapun gambar gradas untuk masng masng varas dapat dlhat pada uambar 3 j No, Satngan (urn) PAN,75,425,8 2,36 4,75 9,5 9 37, </> o o 5 ; 4 : 3 2 : -S9%:K%:L% -+-S7% :K2%.% _*_ S45% :K45% L% -S2%.K7%:L% -* S%:K9%:L% Batas mmmal Batas maksmal Gambar 5.3. Gradas komposs campuran

9 Pengujan Proktor Standar. Hasl pengujan proktor standar dapat dlhat pada label 5. dan 5.2 Tabel 5. Kadar ar dan Berat volume kerny. Komposs Varas (%) r Kadar Ar (%) Berat Volume Kerng (gr/cm3) K: 9S : L r~4.2 6,7! 8,8 I,3 2.4, I K: 7S: L 4,7 5,79 I8,2 I 9,78,98,963 2,8 2, K:45S: L '5/I6 ~774j,2,93,836 ',994 I 2,2 7,8 j 9,45, ,95,896 j,956,978,866 7 K 2 S.JO t 6,22,844, K. S. L j 5, " 7,87! 9,24,79 _. '. J. 5,8,783,88 j,933,95 ],774 J Kapur L (%) Tabel 5.2 Pengujan Proktor Standar %Afreea! Srtu (%) 9 _ t f Berat Vol j Lempung Kerng (%) (gr/cm3) Kadar Ar Opt (%)! IZZHTZ^ 2,535 7, L ". o 2>4l ^j 7,93 45 H ^! 2'23 _ 9,6 7 2 "lo f,96,2 9,944, Pengujan CBR Hasl pengujan CBR Laboratorum dsajkan dalam tabel 5.3. Tabel 5.3 Pengujan CBR Komposs! Kapur Srtu ; Lempung Nla CBR (%)! (%) -J- -w 4 _ (%) I ; Q o r ! 2 I ! 45 o j ! j 9!! 27.67

10 Analss dan Pembahasan 5.2. Pengujan Abras (Abratot test) Batu kapur dan srtu (pasr batu) yang dabras dalam peneltan n mempunya nla 43,96% dan 33,8%, sehngga batu kapur dan srtu yang dgunakan memenuh syarat dan AASHTO T96-74 sebaga pondas agregat kelas B. hal m menunjukan bahwa batu kapur dan srtu mampu menahan beban lalu lntas yang akan melewatnva Pengujan Sfat Fsk dan Batas-batas Konsstens agregat Pengujan sfat fsk agregat bertujuan untuk mengetahu sfat fsk dan batas-batas konsstens agregat Pada pengujan sfat agregat n ada hal yang perlu dperhatkan bahwa varas campuran agregat yang dbuat hanya sebaga pembandng sehngga campuran agregat tersebut layak untuk dtelt sesua proseuur peneltan n. Pada pengujan batas-batas konsstens agregat yang dapat dtet hanya pada varas campuran dengan kadar kapur 9%), 7% dan 45% sedangkan pada kapur 2% dan % tdak dapat duj karena kandungan pasr yang tcrlalu tngg, untuk lebh jelasnya dapat dlhat pada gambar 5.4 sampa dengan 5.6.

11 45 3 ^5 25 3~ 2 O m to 5 5 H K9% : S% : L% K7% : S2% : L% DK45%: S45%: L% GambarS.4 Grafk Hubungan antara Varas Campuran dengan Batas car Dan gambar 5.4 dapat dlhat bahwa semakn keel kadar kapur maka batas carnya semakn keel juga. Hal,n. dsebabkan karena kadar pasr d.dalam campuran semakn menngkat, sehngga kemampuan campuran untuk menyerap ar menurun yang dsebabkan karena butr-butr pasr bersfat sed.k.t menyerap ar dan lebh bersfat lebh mudah meloloskan a.r, maka hal,n> akan mengakbatkan kadar pasr datas 45% tdak mempunya nla batas car karena kandungan pasr yang terlalu tngg.

12 n. 2 </> OJ 5 a. (/) 5 <C CD 5 ODK9% : S% : L% DK45% : S45% : L% K7% : S2% : L% Gambar 5.5 Grafk Hubungan antara Varas Campuran dengan Batas Plasts Gambar 5.5 menunjukan bahwa semakn besar kadar pasr akan semakn menurunkan batas plaststasnya. Hal n dsebabkan karena pasr tdak bersfat plasts dan lebh bersfat meloloskan ar, sehngga semakn besar kadar pasr campuran semakn tdak plasts dan pada kadar pasr datas 45% campuran tdak memlk batas plasts. Pada kadar kapur 9% grafk belum menunjukan penurunan yang tajam, setelah pada kadar kapur dbawah 7% grafk menunjukan penurunan yang tajam. Hal n dsebabkan karena pada konds n campuran lebh domnan kadar pasrnya ddalam campuran. Nla batas car dan batas plasts menurut AASHTO T89-68 untuk pondas agregat kelas B tdak mempunya syarat tertentu, sehngga semua varas campuran dapat dgunakan.

13 47 8 ro w 6 ro w O T3 C '.'(., ' '{j jh''lj-! I It m D K9%:S%:L% K45%:S45%:L% K7%:S2%:L% Gambar 5.6 Grafk Hubungan antara Varas Campuran dengan Indeks Plaststas Gambar 5.6 menunjukan bahwa semakn kecl kadar kapur akan menakan nla ndeks plaststasnya. Indeks plaststas adalah selsh antara batas car dengan batas plasts. Indek plaststas menunjukan kepekaan campuran agregat terhadap perubahan kadar ar karena untuk menjad plasts tdak membutuhkan ar yang banyak dan menjad car membutuhkan kadar ar yang lebh besar sehngga tanah menjad lebh stabl. Pada kadar pasr 45% nla ndek plaststas menngkat tajam yang dsebabkan karena butr-butr pasr sedkt menyerap ar sehmgga kadar ar yang dbutuhkan lebh besar. Ddalam peneltan n vanas campuran yang memenuh syarat dar AASHTO T9-7 adalah pada varas campuran kapur 45%,s,rtu 45% dan lempung % dengan nla sebesar 7,96% dan syarat yang telah dtentukan sebesar 4% - %.

14 Pengujan pemadatan tanah (proctor test) Tujuan pemadatan tanah atau agregat adalah mencar nla kepadatan (berat volume kerng) maksmum dan kadar ar optmum yang dbutuhkan untuk proses pemadatan tersebut. Apabla kadar ar yang dgunakan lebh kecl atau lebh besar dan kadar ar optmum maka kepadatanya tdak akan mencapa maksmum, jka kadar ar lebh kecl dar kadar ar optmum jarak antar butran agregat kurang renggang sehngga sult bergeser pada waktu dpadatkan, sedangkan bla kadar ar lebh besar dar kadar ar optmum jarak antar butr-butr tanah terlalu renggang sehngga pada waktu dpadatkan butr-butr tersebut hanya akan berptndah tempat tanpa mengalam kemampatan. Pada tabel 5.2 terhat bahwa akbat penambahan kadar kapur akan menakkan kadar ar optmum dan menurunkan berat volume kerngnya, dengan demkan hasl stablsas akan kurang bak kualtasnya dengan adanya penurunan berat volume kerng tanah yang terjad. Selanjutnya untuk lebh jelasnya dapat dlha pada gambar 5.7 sampa 5.9.

15 49 CO 2,8 2,6 2,4 2,2 O) c 2 ),98,96 3,94 o >,92,9 v.,88 t!; r I b ft»* - *. * r ED] K% : S9% : : S45% : L% K9% : S% : L% HK2% : S7% : L% HK7% : S2% : L% (.ambar 5.7 Grafk Hubungan antara Varas Campuran dengan Berat Volume Kerng Gambar 5.7 menunjukan bahwa penambahan kadar kapur pada varas campuran akan menghaslkan berat volume kerng yang semakn kecl. Hal n dsebabkan karena srtu memtlk berat jens yang lebh besar danpada kapur, sehngga dengan penambahan kapur pada campuran akan membuat konsentras campuran lebh ddomnas. oleh kadar kapurnya, sehngga dengan penambahan kadar kapur yang semakn tngg akan semakn menurunkan berat volume kerngnya.

16 5 2 E E Q. o KO% : S9% : L% nk2% : S7% : L% fflk45% : S45% : L% nk7% : S2% : L%, DK9% : S2% : L% Gambar 5.8 Grafk Hubungan antara Varas Campuran dengan Kadar Ar Optmum. Gambar 5.8 menunjukan bahwa penambahan kadar kapur yang berart juga pengurangan kadar pasr akan menakan kadar ar optmum yang dbutuhkan untuk mencapa kepadatan maksmum. Hal n dsebabkan karena semakn banyak prosentase kadar kapur, sfat permeabltas campuran semakn kecl dan ar akan semakn sut untuk masuk kedalam por-por campuran, yang dsebabkan karena sfat kapur yang sult untuk menyerap ar dbandngkan dengan pasr yang lebh bersfat menyerap terhadap ar, sehngga penyerapan ar menjad lebh besar.

17 5 CO 2, E 2,5 -^ E 2 CD CD,95 " ',9 CD,85 ra c.8 a> E 3 O > CD a5 m,75,7,65,6 Kadar ar, W ( % ) K % : S 9% : L % *- K 2% : S 7% : L % K 45% : S 45% : L % K 7% : S 2% L % K9% : S% : L % Gambar 5.9 Grafk antara kadar ar dan berat volume kerng. Dan gambar 5.9 dapat dlhat bahwa pada varas campuran yang semakn besar kadar kapurnya maka semakn besar kadar ar optmumnya dan semakn menurunkan berat volume kenngnya. Hal m dkaenakan (berdasarkan data) bahwa kapur lebh sedkt menyerap ar dbandng dengan srtu, sehngga semakn banyak varas campuran yang mengandung kadar kapur maka akan berpengaruh pada pemadatan, karena semakn besar kadar kapurnya maka ruang kosong dantara butran ddalam campuran semakn besar juga sehngga dbutuhkan kadar ar yang besar untuk nempersempt ruang kosong dantara butran tersebut Pengujan CBR (Calforna Bearng Rato) Nla CBR menengara kekuatan mendukung beban dar suatu bahan berdasarkan kekerasannya. Pada bahan yang berbutr kasar nla CBR sajgat dpengaruh oeh kepadatannya karena semakn padat bahan tersebut bdang

18 52 kontak antar butrannva menjad lebh luas sehngga mampu menahan beban yang lebh besar, maka semakn tngg tngkat kepadatan suatu bahan akan menakkan nla CBR bahan tersebut. Hubungan antara komposs campuran dengan nla CBR dapat dlhat pada gambar > K 4 as ^ * a: 3 CD o 2 < _j z *,rxx* \MHf 3K% : S9% : L% BK45% : S45% : L% DK9% : S% : L% «*-«*_. K2% : S7% : L% K7% : S2% : L% Gambar 5. Grafk hubungan antara komposs gradas dan nla CBR Dar gambar 5. terhat bahwa nla CBR mengalam penngkatan serng dengan penambahan kadar kapur sampa dengan pada kadar kapur 45%, selanjutnya kadar kapur datas 45% nla CBR mengalam penurunan. Kenakan nla CBR hmgga pada kadar kapur 45% dsebabkan pada varas campuran tersebut terdapat gradas yang rapat, sehngga rongga-rongga yang ada menjad semakn kecl. Selan tu kenakan nla CBR juga dpengaruh oleh kapur yang bersfat cementng sehngga dengan penambahan kadar kapur ddalam campuran, maka campuran tu akan semakn padat, karena antara kapur dan srtu salng mengkat vang mengakbatkan nla CBR semakn menngkat. Pada kadar kapur

19 53 datas 45% gradasnya lebh bersfat seragam karena ddomnas oleh kadar kapur vang tngg yang mengakbatkan pada campuran tersebut banyak terdapat rongga udara Dsampng tu dengan kadar kapur yang semakn domnan dalam suatu campuran maka campuran tu akan semakn lunak karena batu kapur bersfat lebh lunak darpada srtu, sehngga nla CBR yang dperoleh akan menurun. Pada varas campuran dengan kadar kapur % kekuatan CBR mencapa nla 27,39%. Nla n menurut AASHTO tdak memenuh syarat mnmal sebesar 35%, tetap pada varas campuran dengan kadar kapur 2% kekuatan CBR mencapa 35,6%. Nla n memenuh syarat AASHTO nla CBR n akan terus menngkat hngga mencapa nla maksmum pada varas campuran kapur 45%, srtu 45%, dan lempung % Pada kadar kapur d atas 45% nla CBR akan mengalam penurunan hngga mencapa nla 27,67% pada kadar kapur 9% dan srtu %. lal n terjad karena pada varas campuran dengan kadar kapur % dan 9% d dalam campuran tersebut terdapat gradas yang seragam sehngga mash banyak rongga-rongga antar butr (vods), sehngga pemadatan yang terjad tdak maksmum. Pada varas campuran yang lan d dalam campurannya mempunya gradas yang rapat sehngga butr-butr fraks sedang dapat mengs penuh ronggarongga antar butr fraks kasar dan butr-butr fraks halus dapat mengs ronggarongga antar butr fraks sedang, sehngga rongga-rongga yang ada akan mencapa mnmum dan pemadatan dapat mencapa optmum. D sampng tu kepadatan yang lebh tngg mengakbatkan luas bdang gesek antar butran semakn besar sehngga kekuatannya menjad lebh besar, yang dtanda dengan naknya nla CBR.

20 54 Adapun rekaptulas dar seluruh hasl peneltan akan dperlhatkan pada tabel 5.4. label 5.4. Rekaptulas hasl peneltan Kumposs Varas K! S 9 7! 2 Sfat Plaststas (%)!(%)! (%) Berat Vol. j Kadar Kerng j ar opt gram/cm'"3) ' (%) l 3.7!.96! CBR (%).22 I "> -» J.JO 45 ; 45 ; j !

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa campur belerang memperoleh hasil berupa

Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa campur belerang memperoleh hasil berupa BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN Pengujan yang telah dlakukan d Laboratorum Mekanka Tanah. Fakultas Teknk Spl dan Perencanaan. Unverstas Islam Indonesa, untuk tanah gambut Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS)

KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS) Jurnal Sans dan Teknolog (), Maret 0: -0 ISSN 4- KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS) Soewgnjo Agus Nugroho, Agus Ika Putra, Rugun Ermna

Lebih terperinci

Kerusakan jalan pada umumnya disebabkan karena kurang cermatnya pembuatan

Kerusakan jalan pada umumnya disebabkan karena kurang cermatnya pembuatan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan 3.1.1 I mum Fungs perkerasan adalah untuk memkul beban lalu lntas secara cukup aman dan nyaman, serta sebelum umur rencananya tdak terjad kerusakan berart. Bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

PENOARUH PENAMBAHAN BURNABLE POISON Er203 DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS, MIKROSTRUKTUR, KEKERASAN DAN O/U RATIO PELET SINTER U02 + Er203

PENOARUH PENAMBAHAN BURNABLE POISON Er203 DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS, MIKROSTRUKTUR, KEKERASAN DAN O/U RATIO PELET SINTER U02 + Er203 SSN 0854-5561 Hasl-hasl Peneltan EBNTahun 2005 PENOARUH PENAMBAHAN BURNABLE POSON Er203 DAN SUHU SNTER TERHADAP DENSTAS, MKROSTRUKTUR, KEKERASAN DAN O/U RATO PELET SNTER U02 + Er203 Abdul Latef ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan 1 1 *Emal: reza.fauzan@gmal.com Abstrak Peneltan tentang penngkatan jumlah produks mnyak yang dperoleh dar sumur produks

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

(Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity) dapat dilihat pada beberapa tabel

(Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity) dapat dilihat pada beberapa tabel 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasl Peneltan Hasl dar beberapa peneltan penglahan ar permukaan selkan Mataram dengan menggunakan Flter bermeda pasr, zelt, kerkl, dengan parameter TSS (Ttal Suspended

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Penelitian

BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Penelitian A VIII PENUTUP 8.. Kesmpulan Peneltan Dalam peneltan yang tela dlakukan, dperole nformas knerja transms dan spektrum gelombang serta stabltas terumbu ottle Reef TM sebaga peredam gelombang ambang terbenam

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Sesua dengan permasalahan yang sudah dkemukakan pada bab sebelumnya, peneltan n dlakukan dengan tujuan untuk:. Mengetahu hasl belajar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci