SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA"

Transkripsi

1 SIMULASI PEMISAHAN SISTEM BINER DENGAN DISTILASI BATCH SEDERHANA N. Soewarno ) N. K. Sar 2), Kuswand 3), R. Handogo 4) ), 3), 4) Jurusan Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr ITS Surabaya 2) Jurusan Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr UPN Veteran Jatm Abstract A smulaton on separatng bnary system has been studed to nvestgate the temperature and lqud compostons profles n the bottom changng wth tme. By havng temperature and lqud compostons profles n the bottom, one can fnd whether the bnary mxture forms azeotropes or zeotropes mxtures. Antone equaton has used to calculate urated vapour pressure at atmospherc pressure. The actvty coeffcent was calculated usng UNIQUAC. Forward fnte-dfference was used to get the calculated value of the bottom stll composton at a gven tme startng from a gven ntal composton of bnary system. Several ntal values of the composton bnary system had been chosen to complete lqud compostons n the bottom. The results showed that the temperature profles of acetone-n-butanol and ethanol-n-butanol bnary system have dfferences characterstc from acetone-ethanol bnary system. Those can be seen from actvty coeffcent profle. The results showed that the bnary system formed zeotropes mxture, wthout havng any azeotropes mxtures of ts components. The results smulaton on separaton bnary system has been valdated wth hydrocarbon bnary system benzene-toluene mxture. Kata kunc : Azeotropk, dstlas batch sederhana, sstem bner, zeotropk. Pendahuluan Pada awalnya dstlas batch sederhana dgunakan untuk memsahkan sstem bner yatu campuran HCl-H 2 O, H 2 SO 4 -H 2 O, NH 3 -H 2 O. Adapun asums yang dgunakan adalah lquda tercampur sempurna pada stll-pot, kondensas menggunakan total kondensor dan relatve volatlty (α) danggap konstan (Raylegh, 902) dan kemudan dtuls ulang dalam buku panduan Separaton Process Prncples oleh Henley dan Seader (998). Pemsahan sstem bner etanol-ar secara ekspermen dengan dstlas batch sederhana dan secara smulas dengan program Basc. Dalam menghtung koefsen aktftas (γ) menggunakan persamaan Margules, Van Laar, Wlson, NRTL dan UNIQUAC. Hasl peneltan dbuat dalam kurva kesetmbangan temperatur, komposs lquda dan komposs uap. Dar persamaan yang dgunakan dperoleh mean devaton antara hasl ekspermen dan hasl smulas untuk temperatur dan komposs uap dar persamaan UNIQUAC yang palng kecl (Schwetzer, 996). Pemsahan sstem bner dar campuran benzene-etanol-ar dengan menggunakan bermacam-macam model antara lan: reguler soluton model, bner NRTL model dan terner LLE NRTL model. Dar ketga model yang dgunakan dperoleh temperatur azeotropk yang berbeda-beda. Jka hasl smulas yang dperoleh dar ketga model yang dgunakan, kemudan dbandngkan dengan data ekspermen maka hasl yang mendekat adalah bner NRTL model (Fdkowsk dkk., 990). Dar peneltan sstem bner yang telah dlakukan oleh penelt terdahulu, dalam peneltan n dlakukan smulas pemsahan sstem bner dengan dstlas batch sederhana. Dalam menghtung koefsen aktftas menggunakan persamaan UNIQUAC. Metoda yang dgunakan menggunakan metoda rgorous dengan model Dfferental-Algebrac- Equatons (DAEs) untuk sstem bner. Dar hasl smulas yang dperoleh kemudan dvaldas dengan sstem bner hdrokarbon yatu sstem bner benzene-toluene. Model DAEs Persamaan yang berlaku untuk pemsahan sstem terner pada dstlas batch sederhana dapat dabarkan dar pengurangan kecepatan alran dalam stll pot dan kecepatan alran keluar sepert dtunukkan pada Gambar. Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September 2006

2 Q B V m, y D W, x W Gambar. Sketsa alran dstlas batch sederhana V m = - d/dt (W. x W ) () V m = - W.x W /dt - x W. dw/dt (2) V m = D. y D (3) dw D = - dt (4) Pengurangan kecepatan alran dalam kolom = kecepatan alran keluar W. dx W /dt + x W. dw/dt = - D. y D dx w dw = (yd - x W ) dt W dt (5) Dalam pemsahan sstem terner, dasumskan bahwa lquda bercampur sempurna dmana x w = x dan y D = y, maka Persamaan (5) dtuls berkut (Henley dan Seader, 998): dx dw = (y - x ) dt W dt (6) dx dw = (y -x ) W (7) Dengan konds awal : x = x 0 dan W = W 0, kemudan Pers. (7) dntegralkan menad: x x o dx (y -x ) Stll-Pot dx (y -x ) w = w o = d ln dw W = ln (8) W W0 W W 0 (9) Ddefnskan dmensonless waktu (ξ) adalah sebaga berkut: W o ξ = ln (0) W Dmana, ξ = blangan tak berdmens yang tergantung pada waktu. Persamaan (0) dsubsttus ke dalam Persamaan (9), sehngga dperoleh Pers. dx = dξ () (y -x ) Q C Kondensor D, y D x D = y D Persamaan () merupakan model DAEs untuk dstlas batch sederhana sstem bner, dengan asums tdak membentuk dua phase lquda. Persamaan () telah dtuls oleh Doherty dan Perkns (978) sebaga berkut: - dx dξ = (2) ( x - y ) Dengan forward-fnte-dfference, dar Persamaan () akan dperoleh komposs lquda d bottom (x,+ ) sebaga fungs ξ, sehngga ddapat Persamaan (3): dx = (y x ) dξ x = (y x ) ξ (3) x,+ = x, + (y, x, ) ξ (4) Dmana komposs lquda mula-mula d bottom (x, ) dan ξ dtentukan, sedangkan komposs uap (y, ) dhtung menggunakan Persamaan BUBL T (Prausntz, 200). Pada tekanan rendah fase uap mendekat gas deal, sehngga harga φ = φ =, sehngga faktor poyntng dapat pula danggap sama dengan u, pengamblan asums bahwa φ = menmbulkan kesalahan yang kecl untuk kesetmbangan uap lqud tekanan rendah, sehngga dperoleh persamaan untuk menghtung komposs uap (y ) : y. P γ = (5) x.p Persamaan (5) n dkenal uga sebaga persamaan Raoult yang dmodfkas. Salah u Persamaan yang dgunakan untuk menghtung koefsen aktftas (γ) adalah persamaan UNIQUAC. Konstanta kesetmbangan antara fase uap dan fase lqud ddefnskan sebaga berkut : K y γ.p = (6) x P = Prosedur teras untuk mencar temperatur bubble yatu mencar harga temperatur enuh dar komponen murn T pada P (Prausntz dkk., 200). B T = C (7) A - log P dmana A, B, C adalah konstanta Antone untuk speses, untuk semua estmas awal. T = x T (8) Harga T sebaga harga awal akan dgunakan untuk mengetahu tekanan uap enuh suatu zat yang akan destmas dengan Persamaan Antone. Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

3 log (P B ) = A (9) C + T P dapat dcar dar persamaan Antone, dmana P adalah untuk semua speses termasuk, yang mana n merupakan speses yang dplh dar set (). Identfy speses : Mencar tekanan uap enuh speses untuk komponen-: total P = x γ P + x γ P (20) x γ P = P x γ P (2) P P x γ P = (22) x γ Untuk = 2 Sedangkan harga T baru dcar menurut Persamaan (23): B T = C (23) A - log P Kemudan dlakukan normalsas antara T baru dengan T awal, dengan Persamaan (24): (T baru T awal ) e (24) Tbaru Tabel 3. nteraks bner UNIQUAC sstem bner aseton-n-butanol, aseton-etanol dan etanol-nbutanol Komponen Aseton n-butanol Etanol Aseton 0-98,659 98,752 n-butanol 453, ,707 Etanol 94,242 75,355 0 Tabel 4. Interaks bner UNIQUAC sstem bner benzene-toluene Komponen r q Aseton 2,5735 2,3359 n-butanol 3,4542 3,0520 Etanol 2,054,9720 Benzene 3,878 2,4000 Toluene 3,9228 2,9680 Tabel 5. Volume dan luas permukaan molekuler aseton, n-butanol, etanol, benzene dan toluene. Komponen Benzene Toluene Benzene 0-8,908 Toluene 3,37 0 Metode Peneltan Penyelesaan model DAEs dengan metoda Euler menggunakan program Mathlab vers 6.. Dalam menentukan komposs lquda sstem bner dengan menentukan komponen volatle besar dan komponen non-volatle kecl atau sebalknya. Dmula dar komposs komponen volatle 0,8 dan komposs komponen nonvolatle 0,2 dengan nterval antara Run sebesar 0,. Sebaga contoh komposs lquda sstem bner aseton-n-butanol sepert Tabel, hal yang sama untuk komposs lquda sstem bner aseton-etanol, etanol-n-butanol dan benzenetoluene. Tabel. Komposs lquda sstem bner asetonn-butanol Komposs Lquda (fraks mol) Run Aseton n-butanol 0,8 0,2 2 0,7 0,3 3 0,6 0,4 4 0,5 0,5 5 0,4 0,6 6 0,3 0,7 7 0,2 0,8 Untuk menghtung tekanan uap enuh masngmasng komponen dgunakan persamaan Antone, data parameter Antone sepert Tabel 2 (Prausntz, 200), dmana suhu (T) dalam uan K dan tekanan uap enuh (P ) dalam uan Bar. Tabel 2. Parameter Antone aseton, n-butanol, etanol, benzene dan toluene. Parameter Antone Komponen A B C Aseton 4,284 4,6493 5,3365 n-butanol 97,0 395,4 648,22 Etanol 228,06 82, ,98 Benzene 3, ,24 27,572 Toluene 4, ,62 27,625 Untuk menghtung koefsen aktvtas (γ) campuran menggunakan Persamaan UNIQUAC dmana harga parameter nteraks bner UNIQUAC (u ), sepert Tabel 3 dan Tabel 4 (Gmehlng dan Onken, 977). harga z = 0. Data volume molekuler (r) dan luas permukaan molekuler (q) sepert Tabel 5 (Prausntz, 200). Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

4 Prosedur Smulas Sstem Bner: - Memasukkan harga, komposs lquda mulamula (x ), dmensonless waktu ( ξ, tekanan (P), data parameter Antone (A, B, C) - Menghtung harga temperatur uap enuh (T ) dengan persamaan (7), kemudan menghtung temperatur (T ) dengan persamaan (8). - Menghtung harga tekanan uap enuh (P ) dengan persamaan (9). - Menghtung harga koefsen Aktvtas (γ ) dengan persamaan UNIQUAC. - Identfy speces, dengan menghtung tekanan uap enuh komponen- (P ) menggunakan persamaan (22). - Menghtung harga temperatur yang baru (T baru) dengan persamaan (23). - Menormalsas temperatur yang baru (T baru), yatu dengan cara membandngkan temperatur yang baru dengan temperatur yang lama dengan persamaan (24). - Apabla memenuh syarat sesua dengan kesalahan yang kta tetapkan maka program dlanutkan, ka tdak memenuh kembal menghtung harga tekanan uap enuh (P ). Semakn banyak komposs aseton yang menguap maka profl temperatur nak, hngga saat tertentu komposs aseton habs teruapkan dan profl temperatur konstan. Temperatur( C) Dmensonless Waktu Gambar 2. Profl temperatur aseton-n-butanol untuk sampa Run-7.6 Run-2 Run-3 Run-4 Run-7 Run-6 Run-5 Hasl dan Pembahasan Dar hasl smulas sstem bner yang akan dtnau masalah profl temperatur dan profl komposs lquda d bottom terhadap waktu. Profl temperatur hasl smulas merupakan profl temperatur campuran. Profl temperatur d bottom menunukkan hasl yang hampr sama dengan temperatur d dstlat, karena proses dstlas batch sederhana beroperas dalam konds total refluks. Koefsen Aktftas Aseton n-butanol Hasl Smulas Aseton-n-Butanol Gambar 2 menunukkan profl temperatur aseton-n-butanol untuk sampa Run-7 secara keseluruhan makn nak terhadap dmensonless waktu, karena komponen aseton duapkan terlebh dahulu kemudan dsusul komponen n-butanol. Kecual pada dmensonless waktu dar 0 sampa 0,25 profl temperatur turun. Hal n dsebabkan karena sfat karakterstk campuran aseton-n-butanol, dtunukkan dar koefsen aktftas aseton dan n-butanol sepert Gambar 3. Hal lan dsebabkan karena n-butanol dalam campuran mempunya sfat yang sangat tdak deal dan sfat membentuk campuran azeotropk. Semakn besar komposs n-butanol pada umpan masuk menunukkan slope penurunan temperatur yang lebh curam dan lebh pendek, karena temperatur campuran aseton-n-butanol besar sehngga dbutuhkan waktu yang lebh pendek. Dmensonless Waktu Gambar 3. Profl koefsen aktftas aseton-nbutanol Gambar 3 menunukkan profl koefsen aktftas aseton nak dan n-butanol turun, saat dmensonless waktu 2,5 profl koefsen aktftas konstan. Hal n dsebabkan karena pada awal proses dstlas batch sederhana komponen aseton duapkan dengan pors yang lebh besar sehngga profl koefsen aktftas uga kut nak. Pada saat profl koefsen aktftas konstan, umlah komponen aseton d dstlat hampr sama komponen aseton d bottom, maka profl koefsen aktftas aseton konstan dtunukkan pada Pers. (5), hal yang sama uga untuk komponen n-butanol. Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

5 Komposs Lquda d Bottom (fraks mol) n-butanol Aseton 0.0 Dmensonless Waktu Gambar 4. Profl komposs lquda d bottom aseton-n-butanol Gambar 4 menunukkan profl komposs aseton menurun dan komposs n- butanol menunukkan profl nak dar komposs awal. Karena komponen aseton merupakan komponen volatle sedangkan komponen n- butanol merupakan komponen non-volatle, pada saat proses dstlas batch sederhana komponen aseton dalam pors yang lebh besar duapkan dan ssanya adalah komponen n-butanol. Kedua komponen menunukkan profl komposs yang konstan pada saat dmensonless waktu menunukkan nla 2,5 karena komposs aseton pada umpan masuk besar sehngga dbutuhkan waktu dstlas yang lebh kecl untuk memperoleh komposs lebh murn dar komposs awal. Hasl Smulas Aseton-Etanol Gambar 5 menunukkan profl temperatur aseton-etanol untuk sampa Run-7 secara keseluruhan makn nak terhadap dmensonless waktu. Untuk daerah dmensonless waktu 0 sampa 0,25 profl temperatur menunukkan profl nak, karena karakterstk campuran aseton-etanol sepert yang dtunukkan profl koefsen aktftas. Hal lan dsebabkan karena etanol dalam campuran mempunya sfat membentuk campuran azeotropk kecl. Untuk daerah dmensonless waktu 3,5 profl temperatur belum konstan, karena campuran aseton-etanol mempunya temperatur campuran yang lebh kecl dbandngkan sstem bner lannya, sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh profl temperatur yang konstan. Jka dstlas batch sederhana dteruskan sampa dmensonless waktu yang sangat besar Temperatur ( C) maka akan dperoleh nla komposs masngmasng campuran negatf, hal sepert n tdak dkehendak Koefsen Aktftas Dmensonless Waktu Gambar 5. Profl temperatur aseton-etanol sampa Run Run-2 Etanol Aseton Run-3 Run-5 Run-4.0 Dmensonless Waktu Run-7 Run-6 Gambar 6. Profl koefsen aktftas asetonetanol Gambar 6 menunukkan profl koefsen aktftas aseton dan etanol nak saat dmensonless waktu 0 sampa 0,25. Akan berpengaruh pada profl temperatur, karena pada awal proses dstlas batch sederhana bak komponen aseton maupun komponen etanol nenunukkan profl nak sehngga profl temperatur nak. Profl koefsen aktftas aseton nak karena pada proses dstlas batch sederhana yang duapkan dalam pors yang lebh besar adalah komponen aseton, hal sebalknya untuk komponen n- butanol mengkut Persamaan (5). Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

6 Komposs Lquda d Bottom (fraks mol) Aseton Etanol Dmensonless Waktu Temperatur ( C) Run Run-6 90 Run Run-4 75 Run-3 Run-2 70 Dmensonless Waktu Gambar 7. Profl komposs lquda d bottom aseton-etanol Dar Gambar 7 menunukkan profl komposs lquda d bottom, komposs aseton menunukkan profl menurun dar komposs awal dan komposs etanol menunukkan profl nak dar komposs awal. Karena komponen aseton merupakan komponen volatle sedangkan komponen etanol merupakan komponen non-volatle, pada saat proses dstlas batch komponen volatle dalam pors yang lebh besar duapkan dan ssanya adalah komponen non-volatle. Kedua komponen belum menunukkan profl komposs konstan, sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh komponen etanol yang lebh murn. Hasl Smulas Etanol-n-Butanol Dar Gambar 8 menunukkan profl temperatur etanol-n-butanol untuk sampa Run-7 secara keseluruhan makn nak terhadap dmensonless waktu kecual pada dmensonless waktu dar 0 sampa 0,25 profl temperatur turun. Hal n dsebabkan karena komponen yang duapkan dengan pors yang lebh besar adalah komponen etanol, sehngga dbutuhkan temperatur yang lebh besar untuk menguapkan komponen n-butanol yang belum duapkan. Semakn besar komposs n-butanol pada umpan masuk menunukkan slope penurunan temperatur yang lebh curam dan lebh pendek, karena temperatur campuran etanol-n-butanol besar sehngga dbutuhkan waktu yang lebh pendek. Semakn banyak komposs etanol yang menguap maka profl temperatur menunukkan kenakan terus menerus, hngga saat tertentu komposs etanol habs teruapkan dan profl temperatur menunukkan konstan. Gambar 8. Profl temperatur etanol-n-butanol untuk sampa Run-7 Koefsen Aktftas n-butanol 9 Dmensonless Waktu Etanol Gambar 9. Profl koefsen aktftas etanol-nbutanol Untuk daerah dmensonless waktu 0 sampa 0,25 profl temperatur menurun untuk semua run, karena hal n dsebabkan sfat karakterstk campuran etanol-n-butanol, dtunukkan dar koefsen aktftas etanol-n-butanol sepert Gambar 9 yang tdak monoton nak atau turun. Hal lan dsebabkan karena campuran etanol-nbutanol dalam campuran mempunya sfat deal dan membentuk campuran zeotropk, sehngga profl koefsen aktftas etanol-n-butanol yang dtunukkan mendekat u. Dar Gambar 0 menunukkan profl komposs lquda d bottom, komposs etanol menunukkan profl menurun dar komposs awal dan komposs n-butanol menunukkan profl nak dar komposs awal. Karena komponen etanol merupakan komponen volatle sedangkan komponen n-butanol Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

7 merupakan komponen non-volatle, pada saat proses dstlas batch komponen volatle dalam pors yang lebh besar duapkan dan ssanya adalah komponen non-volatle. Kedua komponen menunukkan profl komposs yang konstan pada saat dmensonless waktu menunukkan nla 3,5 sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh kecl untuk memperoleh komponen n-butanol yang lebh murn dar komposs awal. Komposs Lquda d Bottom (fraks mol) Dmensonless Waktu Gambar 0. Profl komposs lquda d bottom etanol-n-butanol Valdas Hasl Smulas Temperatur( C) Run-5 Etanol n-butanol Run-6 Run-2 Run-3 Run-7 Dmensonless Waktu Run-4 Gambar. Profl temperatur benzene-toluene untuk sampa Run-7. Gambar menunukkan profl temperatur benzene-toluene untuk sampa Run-7 secara keseluruhan makn nak terhadap dmensonless waktu. Hal n dsebabkan karena komponen yang duapkan dengan pors yang lebh besar adalah komponen benzene, sehngga dbutuhkan temperatur yang lebh besar untuk menguapkan komponen toluene yang belum duapkan. Untuk daerah dmensonless waktu 0 sampa 0,25 profl temperatur menunukkan profl nak, karena karakterstk campuran benzene-toluene sepert yang dtunukkan profl koefsen aktftas. Untuk daerah dmensonless waktu sama dengan 3,5 menunukkan profl temperatur belum semua profl konstan, karena campuran benzene-toluene mempunya temperatur campuran yang lebh besar dbandngkan sstem bner lannya, sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh profl temperatur yang konstan. Koefsen Aktftas Benzene Toluene 00 Dmensonless Waktu Gambar 2. Profl koefsen aktftas benzenetoluene Gambar 2 menunukkan profl koefsen aktftas benzene-toluene sama dengan u, karena campuran benzene-toluene merupakan campuran hdrokarbon yang bersfat deal, dpaka sebaga valdas sstem bner sepert aseton-n-butanol, aseton-etanol dan etanol-nbutanol. Gambar 3 menunukkan profl komposs lquda d bottom, komposs benzene menunukkan profl menurun dar komposs awal dan komposs toluene menunukkan profl nak dar komposs awal. Karena komponen benzene merupakan komponen volatle sedangkan komponen toluene merupakan komponen non-volatle, pada saat proses dstlas batch komponen volatle dalam pors yang lebh besar duapkan dan ssanya adalah komponen non-volatle. Kedua komponen belum menunukkan profl komposs lquda d bottom konstan sehngga dbutuhkan dmensonless waktu yang lebh besar untuk memperoleh komponen toluene yang lebh murn Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

8 dar komposs awal. Dar profl komposs lquda d bottom campuran benzene-toluene dgunakan valdas campuran aseton-n-butanol, aseton-etanol dan etanol-n-butanol. Komposs Lquda d Bottom (fraks mol) Toluene Benzene Dmensonless Waktu Gambar 3. Profl komposs lquda d bottom benzene-toluene Kesmpulan Dar hasl peneltan yang telah dlakukan terdapat beberapa hal yang dapat dsmpulkan dantaranya:. Profl temperatur sstem bner secara keseluruhan menunukkan profl nak, kecual sstem bner aseton-n-butanol dan etanol-nbutanol menunukkan profl turun pada saat dmensonless waktu menunukkan 0 sampa 0,25 ; karena komponen etanol dan n-butanol dalam campuran mempunya sfat deal dan membentuk campuran zeotropk. 2. Profl komposs lquda d bottom untuk ketga sstem bner menunukkan bahwa setelah dlakukan smulas pemsahan sstem bner membentuk campuran zeotropk, tanpa membentuk campuran azeotropk dar masng-masng komponen. 3. Smulas sstem bner aseton-n-butanol, aseton-etanol dan etanol-n-butanol setelah dvaldas dengan sstem bner benzenetoluene memenuh syarat, dmana koefsen aktftas sama dengan u. Ucapan Terma Kash Penelt mengucapkan terma kash kepada Drektur Pembnaan Peneltan dan Pengabdan Masyarakat Drektorat Jenderal Penddkan Tngg, yang telah mendana peneltan kam pada Hbah Pascasarana nomor kontrak: 30/P2PT/DPPM/HTTP/IV/2004. Daftar Notas A : parameter Antone B : parameter Antone C : parameter Antone D : dstlat, mol s - d : dferensal K : konstanta kesetmbangan P : tekanan, Bar q : volume parameter UNIQUAC r : luasan parameter UNIQUAC t : waktu, s u : parameter nteraks bner UNIQUAC, J mol - u : parameter nteraks bner UNIQUAC, J mol - V : kecepatan alran uap, mol s - W : kecepatan alran lquda, mol s - x : komposs lquda, fraks mol y : komposs uap, fraks mol Huruf Yunan γ : koefsen aktvtas ξ : dmensonless waktu Superscrpts Sat : lquda enuh Subscrpts B : boler C : konden D : dstlat : komponen Daftar Pustaka Doherty, M. F. and J. D. Perkns, (978), On the Dynamcs of Dstllaton Processes: II. The Smple Dstllaton of Model Solutons, Chem. Eng. Sc., 33, pp Fdkowsk, Z. T., M. F. Doherty and M. F. Malone, (990), Feasblty of Separatons for Dstllaton of Non deal Ternary Mxtures, AIChE Journal, 39, No. 8, Gmehlng, J. and U. Onken, (977), Vapor- Lqud Equlbrum Data Collecton, DECHEMA Chemstry Data Seres, I, DECHEMA, Frankfurt. Henley, E. J. and J. D. Seader, (998), Separaton Process Prncples, pp , John Wley & Sons, Inc., New York. Prausntz, J. M., (200), The Propertes of Gases and Lquds, ed. 5, pp. A.50 A. 5, Mc. Graw-Hll, New York. Raylegh, L., (902), Phl. Mag. [v.], No. 4 (23), pp. 52. Schwetzer, P. A. (996), Handbook of Separaton Technques for Chem. Eng., Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

9 Eds III, McGraw-Hll Companes, New York. : ndek W : bottom Jurnal Teknk Kma, Vol., No., September

PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH

PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH Ketahanan Pangan dan Energ Surabaya, 24 Jun 2010 PENENTUAN PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ETANOL-AIR-HCl DENGAN DISTILASI BATCH N Ketut Sar Program Stud Teknk Kma, Fakultas Teknolog Industr, UPN Veteran

Lebih terperinci

KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL

KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL KOMPARASI PETA KURVA RESIDU SISTEM TERNER ASETON-n-BUTANOL-ETANOL DENGAN METANOL-ETANOL-PROPANOL N. K. Sar, Kuswand, N. Soewarno dan R. Handogo *) Abstrak Smulas pemsahan sstem terner -- (MEP) pada tekanan

Lebih terperinci

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn Referens: 1) Smth Van Ness. 2001. Introducton to Chemcal Engneerng Thermodynamc, 6th ed. 2) Sandler. 2006. Chemcal, Bochemcal adn Engneerng Thermodynamcs, 4th ed. 3) Prausntz. 1999. Molecular Thermodynamcs

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR

SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 SIMULASI KOLOM DISTILASI JENIS SIEVE TRAY UNTUK SISTEM TERNARY METANOL ETANOL AIR Herry Santoso, Sobar Malk, Grace Mayasar dan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Termodinamika Lanjut (PTK 213 ) (Advance Thermodynamics)

Termodinamika Lanjut (PTK 213 ) (Advance Thermodynamics) Termodnamka Lanjut (PTK 23 ) (Advance Thermodynamcs) Dr. Istad, ST, MT Ir. Danny Soetrsnanto, MEng Year 200-20 Master Program n Chemcal Engneerng, Dponegoro Unversty LITERATURES Credt : 3 credts/sks Evaluatons:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y.

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y. ANALISIS KORELASI (ANALISIS HUBUNGAN) Korelas Hubungan antar kejadan (varabel) yang satu dengan kejadan (varabel) lannya (dua varabel atau lebh), yang dtemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900 Apabla dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No., 33-40, Aprl 00, ISSN : 40-858 KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON Sutmn dan Agus Rusgyono Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Abstrak Pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

NON IDEALITAS SIFAT CAIRAN PADA VERIFIKASI MODEL NON KESEIMBANGAN MENARA DISTILASI

NON IDEALITAS SIFAT CAIRAN PADA VERIFIKASI MODEL NON KESEIMBANGAN MENARA DISTILASI Dasar-Dasar Teknk Kma ISSN 4-989 NON IDELITS SIFT CIRN PD VERIFIKSI MODEL NON KESEIMBNGN MENR DISTILSI ref Budman, Sutjan, Erla Yusntha, dan Rmbo Bworondoko Process System Engneerng Research Group Jurusan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant) PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Stud Kasus : Metode Secant) Melda panjatan STMIK Bud Darma, Jln.SM.Raja No.338 Sp.Lmun, Medan Sumatera Utara Jurusan Teknk Informatka e-mal : meldapjt.78@gmal.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN

SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN Muh.Kk Ad Panggayuh 1, Sr Suryan P., Dede Tarwd 3 1,,3 Prod Ilmu Komputas Telkom Unversty, Bandung 1 adpanggayuh@gmal.com,

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Bab IX PERPINDAHAN PANAS RADIASI ANTAR PERMUKAAN

Bab IX PERPINDAHAN PANAS RADIASI ANTAR PERMUKAAN Perpndahan Panas I Hmsar AMBAITA Bab IX PEPINDAHAN PANAS ADIASI ANTA PEMUKAAN..Perpndahan panas radas antar permukaan dapat danalogkan sepert susunan tahan lstrk.. Pada bagan sebelumnya telah dbahas faktor

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP)

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) by: st dyar kholsoh Mater Kulah: Pengantar; Metode Euler; Perbakan Metode Euler; Metode Runge-Kutta; Penyelesaan Sstem Persamaan

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM)

PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) Rcha Agustnngsh, Drs. Lukman Hanaf, M.Sc. Jurusan Matematka, Fakultas MIPA, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

SKRIPSI TK Oleh : PUTU CITRA ISWARA NRP P

SKRIPSI TK Oleh : PUTU CITRA ISWARA NRP P SKRISI TK141581 ENGUKURAN KESETIMBANGAN UA-CAIR SISTEM TERNER ISOTERMAL DIETIL KARBONAT+ISOOKTANA+ETANOL DAN DIETIL KARBONAT+TOLUENA+ETANOL ADA TEMERATUR 303.15-323.15 K. Oleh : UTU CITRA ISWARA NR 2313

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci