Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,
|
|
- Widyawati Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Real Johan Matheus Tuwankotta 1 December 3, Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 10, Bandung, Indonesia. mailto:theo@dns.math.itb.ac.id
2
3 Daftar Isi 1 Sistem Bilangan Real: Pendahuluan Himpunan Struktur aljabar Himpunan Terurut Perluasan lapangan Konstruksi Bilangan Real
4 4 DAFTAR ISI
5 Bab 1 Topologi Mathematics is not only real, but it is the only reality. That is that entire universe is made of matter, obviously. And matter is made of particles. It s made of electrons and neutrons and protons. So the entire universe is made out of particles. Now what are the particles made out of? They re not made out of anything. The only thing you can say about the reality of an electron is to cite its mathematical properties. So there s a sense in which matter has completely dissolved and what is left is just a mathematical structure. (Martin Gardner) Konsep fungsi kontinu telah diperkenalkan melalui perkuliahan Kalkulus. Untuk mengingat lagi, suatu fungsi: f : R R dikatakan kontinu di x = a jika berlaku: ε > 0, δ > 0 sehingga x a < δ = f(x) f(a) < ε. Definisi ini melibatkan yang terdefinisi dengan baik jika kita bekerja di R. Pertanyaannya adalah, dapatkah kita memperumum definisi ini untuk fungsi dari ruang yang lain selain R. Jika R diganti dengan ruang Banach B (ruang Banach adalah ruang linear yang memiliki norm, dan lengkap). Konsep ini masih dapat bekerja dengan baik, bahkan jika B tidak lengkap. Hal ini dapat terjadi karena konsep kelengkapan tidak digunakan dalam definisi tersebut. Bagaimana jika kita tidak memiliki norm? Jika ruang kita masih memiliki metrik maka konsep kekontinuan fungsi masih dapat diperumum. Bagaimana jika kita tidak memiliki metrik? Secara gampang, metrik mengukur jarak antara satu titik ke titik lain. Dengan demikian, kita dapat memiliki konsep lingkungan buka (open neighborhood). Jika kita diberikan sebuah koleksi himpunan buka, sifat -sifat apa yang harus dipenuhi oleh koleksi tersebut? Ruang yang dilengkapi dengan koleksi ini disebut Ruang Topologi. 1.1 Himpunan dan fungsi Definisi 1.1. Misalkan A dan B adalah dua buah himpunan sebarang. Pandang pengaitan: f A B, sedemikian sehingga anggota-anggota A memiliki tepat satu pasangan di B. Secara matematis: f = {(a, b) jika a 1, a A, f(a 1 ) = f(a ) B}. Himpunan D f = {a A ada b B sehingga b = f(a)}, disebut domain (daerah definisi) dari f. Himpunan disebut range (daerah nilai) dari f. R f = {b B f(a) = b, untuk suatu a A}, 5
6 6 BAB 1. TOPOLOGI Secara umum, domain dari f tidak harus meliputi keseluruhan A, cukup hanya subset dari A. Contohnya adalah, fungsi f(x) = 1 x. Meskipun daerah definisi dari f tidak memuat x = 0, tetapi kita tetap mengatakan f adalah fungsi dari R ke R. Seringkali kita menuliskan sebuah fungsi sebagai pemetaan (sedangkan definisi kita fungsi lebih dipandang sebagai subset dari A B), dan dituliskan sebagai: f : A B a b = f(a). Dalam keadaan lain, kita juga akan memandang f sebagai suatu unsur di ruang tertentu. Maka kita akan lebih melihat f sebagai vektor. Definisi 1.. Misalkan f : A B, dan E A. Maka: Misalkan pula F B, maka f(e) = {y = f(x) x A} B. f 1 (F ) = {a A f(a) F } A. Perhatikan bahwa f 1 di sini bukanlah pemetaan invers, yaitu merupakan invers terhadap komposisi fungsi: f f 1 (x) = f 1 f(x) = x. Pemetaan invers seperti ini tidak senantiasa terdefinisi dengan baik. f 1 (F ) adalah himpunan prapeta dari F, yaitu himpunan yang memuat semua elemen di A yang dipetakan ke dalam F. Misalkan A dan B adalah dua buah himpunan. Pandang f : A B dengan domain dari f adalah seluruh A. Jika f(a) = B maka f dikatakan surjektif (pada). Jika a 1 a di A, mengakibatkan: f(a 1 ) f(a ) maka f dikatakan injektif (satu ke satu). f dikatakan bijektif jika f injektif dan surjektif. Teorema 1.3. Misalkan f : A B, A A, dan B B. Maka 1. f 1 (f (A )) A dan kesamaan berlaku jika f injektif.. f ( f 1 (B ) ) B dan kesamaan berlaku jika f surjektif. Bukti. (1) Menurut definisi: f 1 (f (A )) = {a A f(a) f(a )}. Jadi f 1 (f (A )) A. Di tahap ini kita tidak memerlukan f injektif. Untuk membuktikan kebalikannya, ambil a f 1 (f (A )). Maka ada b di f(a ) sehingga f(a) = b. Tetapi b f(a ) berarti ada a A sehingga f(a ) = b. Karena f injektif maka a = a A. Jadi f 1 (f (A )) = A. () Ambil b f ( f 1 (B ) ). Maka ada a f 1 (B ) sehngga f(a) = b. Karena a f 1 (B ) maka f(a) B. Tetapi f(a) = b. Jadi b B. Di tahap ini kita tidak memerlukan f surjektif. Sebaliknya, ambil b B. Karena f surjektif, ada a f 1 (B ) sehingga f(a) = b. Tetapi a f 1 (B ) berarti f(a) f ( f 1 (B ) ). Misalkan A dan B adalah dua buah himpunan sedemikian sehingga terdapat f : A B yang bijektif. Maka A dan B dikatakan memiliki banyak anggota sama. Dengan perkataan lain. A dan B memiliki Cardinalitas sama. Definisi 1.4. Misalkan A adalah sebuah himpunan, dan J n = {1,,..., n} N. Jika kita dapat membuat bijeksi (pemetaan satu ke satu, dan pada) dari A ke J n, maka kita katakan A memiliki Cardinalitas n.
7 1.1. HIMPUNAN DAN FUNGSI 7 Dalam hal A dan B memiliki Cardinalitas sama, kita katakan A B. Dapat diperlihatkan bahwa mendefinisikan suatu relasi ekivalen: 1. A A.. A B maka B A, dan 3. A B dan B C maka A C. Definisi 1.5. Misalkan A adalah sebuah himpunan. 1. A dikatakan berhingga jika Cardinalitas A adalah n N.. A dikatakan terhitung jika A N. Dalam hal ini himpunan A dikatakan memiliki Cardinalitas ℵ. 3. A dikatakan tak tehitung jika A tidak hingga, dan A tidak terhitung. Dalam hal ini Cardinalitas dari A dikatakan ç Himpunan terhitung Beberapa sifat dari himpunan terhitung adalah sebagai berikut. Teorema 1.6. Setiap subset tak hingga A dari himpunan terhitung B, terhitung. Bukti. Karena B terhitung, maka ada g : N B yang bijektif. Definisikan pengaitan : n 1 = min{n N g(n) A}. n = min{n N n > n 1, g(n) A}.. n k = min{n N n > n k 1, g(n) A}. Pengaitan f(k) = g(n k ) mendefinisikan bijeksi f : N A. Teorema 1.7. Misalkan E n, n = 1,,... adalah himpunan-himpunan terhitung. Maka E = E n, 1 terhitung. Bukti. Misalkan, untuk k N tetap, pandang bijeksi: f k : N E k. Melalui bijeksi ini E k dapat dipandang sebagai himpunan: E k = {f k (1), f k (),..., f k (n),...}. Pandang E s = {f k (n) n, k N}, dimana f k (n) kita pandang sebagai simbol. Misalkan ada x = f k (n) E k dan x f l (m) E l. Sebagai elemen dari E, tentu saja f k (n) = f l (m) tetapi sebagai simbol di E s, f k (n) f l (m). Definisikan pengaitan: g : N E s (n 1)n 1 f 1 (1) Sebagai ilustrasi: jika n =, maka + k f k (n k + 1), k = 1,,..., n, 1 < n N. g(1 + 1) = g() = f 1 (), dan g(1 + ) = g(3) = f (1).
8 8 BAB 1. TOPOLOGI Jika n = 10, maka ( ) 9 10 g + 1 ( ) 9 10 g + ( ) 9 10 g + ( ) 9 10 g + 9 ( ) 9 10 g + 10 = g(45 + 1) = f 1 ( ) = f 1 (10), = g(45 + ) = f (10 + 1) = f (9), = g(45 + 3) = f 3 ( ) = f 3 (8),. = g(45 + 9) = f 9 ( ) = f 9 (), = g( ) = f 10 ( ) = f 10 (1), Pengaitan ini adalah sebuah bijeksi dari N E s. Karena E E s (dalam arti E memiliki Cardinalitas yang sama dengan suatu subset dari E s ) maka E terhitung. Teorema Akibat berikut dibuktikan dengan menggunakan induksi matematika pada n dan menerapkan Teorema??. Teorema Akibat 1.8. Misalkan A terhitung. Produk Cartesius: A A... A = A n terhitung. Contoh Himpunan Terhitung Mari kita lihat beberapa contoh himpunan-himpunan yang terhitung. Teorema 1.9. Bilangan bulat Z terhitung. Bukti. Definisikan fungsi: f : N Z sebagai berikut. n jika n genap f(n) = n 1 jika n genap f adalah sebuah bijeksi. Teorema Himpunan bilangan rasional Q terhitung. Bukti. Perhatikan bahwa Q = { p q } p Z, q N, dengan (p, q) = 1. Q Z N. Jadi Q terhitung. Bilangan Aljabar Di Bab I kita telah mendiskusikan lapangan Q yang didapat dengan perluasan lapangan. Sekarang kita ingin memberikan definisi yang lebih komputasional dari lapangan tersebut. Kita menuliskan { } n Q = x a k x k = 0, untuk suatu a k Q.k = 0, 1,..., n. 0 Eksistensi dari polinom n 0 a kx k Q(x) di jamin oleh Teorema berikut.
9 1.1. HIMPUNAN DAN FUNGSI 9 Teorema Polinom Minimal. Pandang Q /Q sebagai perluasan lapangan dan κ Q adalah bilangan aljabar terhadap Q. Polinom minimal bagi κ adalah polinom monik m(x) Q(x) sehingga m(κ) = 0. Syarat bahwa m(x) polinom monik (polinom dengan koefisien pangkat tertinggi 1, menjamin ketunggalan dari polinom tersebut. Ketunggalannya berarti: jika f(x) Q(x) dengan f(κ) = 0, maka ada q(x) Q(x), sehingga: f(x) = m(x)q(x). Teorema 1.1. Himpunan semua bilangan aljabar atas Q terhitung. Ambil x Q sebarang. Maka ada m(x) Q(x) sehingga: m(x ) = q 0 + q 1 x + q x q n 1 x n 1 + x n, dengan q k Q, k = 0, 1,,..., n 1. Maka, ada a n Z (secara tunggal) sehingga: a n m(x) = a 0 + a 1 x + a x a n x n = p(x), tetapi p(x) Z(x). Jelas, p(x) tak tereduksi (karena m(x) minimal di Q(x)). Tanpa mengurangi keumuman bukti, kita dapat memilih: a 0 > 0. Perhatikan bahwa setiap bilangan aljabar memenuhi tepat satu polinom seperti itu. Untuk setiap bilangan asli N =, 3, 4,..., hanya ada berhingga polinom P (x) yang memenuhi: n + a 0 + a 1 + a a n = N, n 1. Contohnya, jika N = 4, kombinasi yang mungkin adalah: n a 0 a 1 a a 3 a 4 p(x) x x x x x x Seperti teknik pada pembuktian Teorema??, dapat dibuat bijeksi dari Z(x) ke N. Hanya sebagian dari polinom di Z(x) yang berkorespondensi satu ke satu dengan bilangan aljabar di Q. Misalkan polinom 1 x tidak terkait dengan bilangan aljabar manapun karena tidak minimal. Jadi, bijeksi yang kita definisikan telah membuat himpunan semua bilangan yang merupakan akar dari polinom monik P (x) = a 0 + a 1 x a n x n, dengan: n + a 0 + a 1 + a a n = N, n 1, untuk N =, 3, 4,.... Jadi himpunan semua bilangan aljabar terhitung Himpunan Tak Terhitung Definisikan: {0, 1} ω sebagai himpunan yang memuat semua elemen-elemen yang berbentuk: Jadi contoh elemen dari {0, 1} ω adalah: (x 1, x,..., x n,...), dengan x k {0, 1}. (0, 1, 0, 0, 0, 1, 1, 0, 1, 0, 1, 0, 0,...). Misalkan: S adalah subset terhitung dari {0, 1} ω, dan kita menyatakan elemen-elemen S = {s 1, s, s 3,...}.
10 10 BAB 1. TOPOLOGI Perhatikan bahwa elemen ke-n dari s k, kita tulis sebagai: s k (n). Kita akan membentuk suatu barisan baru yaitu s {0, 1} ω dengan cara sebagai berikut. s(i) = { 1, jika si (i) = 0 0, jika s i (i) = 1, untuk i = 1,, 3,.... Maka s / S, karena sekurang-kurangnya: untuk sebarang k N, s k (k) s(k). Karena S adalah sebarang subset yang terhitung dari {0, 1} ω, maka {0, 1} ω tidak mungkin terhitung. Proses ini disebut diagonalisasi Cantor. Hasil ini memiliki konsekuensi yang luar biasa. Misalkan s {0, 1} ω sebagai berikut: Kita memadankan s dengan bilangan: s = (s(1), s(), s(3), s(4), s(5), s(6),..., s(n),...). s 1 s(n) 1 n. Misalkan s = (1, 0, 1, 0,...) = 5 8. Maka {0, 1} ω disebut himpunan bilangan pecahan diadik. {0, 1} ω tidak mungkin subset dari Q sebab Q terhitung, sedangkan {0, 1} ω tidak terhitung. Jelas {0, 1} ω R. Jadi, himpunan bilangan real R tidak terhitung. Karena R = Q Q c, maka himpunan semua bilangan irasional Q c tidak terhitung. Sekarang, perhatikan fungsi tangen: ( tan : π, ) π R x tan x, yang adalah fungsi satu ke satu. Maka interval ( π, π ) juga tidak terhitung. Misalkan a dan b adalah dua bilangan real sebarang, dengan a < b. Pandang fungsi: Maka f adalah fungsi satu ke satu dari: tidak terhitung. f(x) = b a π x + a + b. 1. Topologi Metrik dan topologi urutan ( π, π ) ke (a, b). Jadi, sebarang interval (a, b) R, Definisi Misalkan X adalah sebuah himpunan yang elemen-elemennya disebut titik. Suatu fungsi: d : X X R (x, y) d(x, y) sedemikian sehingga: 1. d(x, y) > 0, jika x y dan d(x, x) = 0.. d(x, y) = d(y, x), untuk setiap x, y X. 3. d(x, y) + d(y, z) d(x, z) untuk setiap x, y, dan z X. disebut fungsi jarak atau metrik di X. Himpunan X yang dilengkapi dengan metrik d, (x, d) disebut ruang metrik.
11 1.. TOPOLOGI METRIK DAN TOPOLOGI URUTAN 11 Metrik pada bilangan real, R adalah: d(x, y) = x y. Jika X = R dengan koordinat x = (x 1, x ), kita dapat memiliki metrik: 1. d 1 (x, y) = x 1 y 1 + x y, atau. d (x, y) = (x 1 y 1 ) + (x y ), atau 3. d (x, y) = max{ x 1 y 1, x y }, atau 4. d p (x, y) = ( x 1 y 1 p + x y p ) 1 p x y Gbr. 1.1: Contoh fungsi jarak di R. Grafik dengan garis tegas adalah: d 1 (x, 0) = 1. Grafik dengan garis putus-putus adalah d (x, 0) = 1, sedangkan dengan titik-titik adalah: d (x, 0) = 1. Garis tegas tipis menggambarkan: d 1 (x, 0) = 1 Definisi Misalkan x sebarang titik di ruang metrik (X, d). berjari-jari ε adalah: N ε (x ) = {x X d(x, x ) < ε}. Lingkungan buka dari x Perhatikan jika X = R, dan d(x, y) = x y, maka N ε (x ) = {x R x ε < x < x + ε} = (x ε, x + ε). Jadi, lingkungan buka di sekitar titik x dapat didefinisikan dengan baik, dengan metrik atau tanpa metrik asalkan kita memiliki X yang terurut total. Jika N ε (x ) terdefinisi dengan baik, maka konsep-konsep berikut dapat didefinisikan dengan baik. Definisi Misalkan X suatu himpunan dengan pengertian N ε (x ), untuk sebarang ε dan sebarang x. Maka:
12 1 BAB 1. TOPOLOGI 1. x di sebut titik limit dari A X, jika untuk setiap ε > 0, N ε (x )\{x } A. Jika x A bukan titik limit, maka x adalah titik terisolasi.. x disebut titik interior dari A X jika ada ε > 0 sedemikan sehingga N ε (x ) A. 3. x disebut titik batas jika untuk setiap ε > 0, N ε (x ) A c dan N ε (x ) A. Definisi Misalkan A adalah suatu himpunan bagian dari X. 1. A dikatakan himpunan buka jika setiap elemennya adalah titik dalam.. A dikatakan interior dari A, adalah himpunan titik-titik dalam dari A. 3. A dikatakan himpunan tutup jika A c buka. 4. A adalah pembuat tutup dari himpunan A, yaitu himpunan tutup terkecil yang memuat A. Secara matematis: misalkan B = {B tutup B A}, A = 5. A adalah himpunan semua titik limit dari A. 6. A dikatakan himpunan sempurna jika A tutup dan semua elemen A adalah titik limit dari A. 7. A X dikatakan padat di X jika, A = X. B B Teorema Misalkan A X. A tutup jika dan hanya jika A A. Bukti. (= ) Misalkan A tutup. Jika A = maka A A. Jika A, misalkan x A. Maka untuk setiap ε > 0, N ε (x )\{x } A. Maka x / A c sebab A c buka. Jadi x A. ( =) Misalkan A A. Misalkan x A c. Jika setiap ε > 0, N ε (x )\{x } A maka x A A: kontradiksi dengan x A c. Jadi haruslah berlaku ada ε > 0 sehingga N ε (x )\{x } A =. Maka N ε (x ) A =. Jadi N ε (x ) A c. Ini berarti A c buka. Jadi A tutup. Teorema Misalkan A dan B himpunan bagian dari X. Maka: (A B) = A B. Bukti. Misalkan x (A B). Maka untuk setiap ε > 0, N ε (x )\{x } (A B). Jadi B. (N ε (x )\{x } A) (N ε (x )\{x } B). Jadi x A B. Misalkan x A B, maka x A atau x B. Maka untuk setiap ε > 0, N ε (x )\{x } A atau ε > 0, N ε (x )\{x } B. Jadi ε > 0, N ε (x )\{x } (A B). Teorema Akibat Misalkan A X. Maka A = A A. Bukti. A A tutup (sebab (A A) A A). Maka A A A. Kebalikannya, jelas A A. Karena A adalah himpunan titik limit dari A, maka jika B tutup dan B A, maka B A. Jadi A A. Jadi A A A. Teorema 1.0. Himpunan A X dikatakan padat di X jika untuk setiap elemen b X dan ε > 0 terdapat a A sehingga d(a, b) < ε. Bukti. Ambil b X sebarang dan ε > 0 sebarang. Karena A = X maka untuk setiap N ε (b)\{b} A. Pilih a N ε (b)\{b} A, maka d(a, b) < ε.
13 1.3. RUANG TOPOLOGI Ruang Topologi Misalkan X adalah ruang metrik (atau ruang terurut total) sehingga pengertian N ε (x) terdefinisi dengan baik, untuk sebarang ε > 0 dan sebarang x X. Maka X = {A X A buka} disebut topologi bagi X. (X, X ) disebut ruang Topologi. Teorema 1.1. Sifat-sifat berikut dipenuhi oleh X. 1. X dan X X.. Misalkan A X. Maka: A A A X. 3. Untuk setiap n N tetap, n A k X, jika A k X. 1 Bukti. (1) Jelas X memuat semua titik limitnya. Jadi X tutup. Maka = X c buka. Karena tidak memiliki titik limit, maka memuat semua titik limitnya. Jadi tutup. Maka X = c buka. Jadi baik maupun X ada di X. () Misalkan A X. Ambil x A. A A Maka x A untuk suatu A A. Karena A buka, maka pilih ε > 0 sehingga: N ε (x) A. Jadi Jadi: (3) Misalkan {A 1, A,..., A n } X. Ambil: N ε (x) A A A A A X. A. x n A k, 1 maka x A k, k = 1,,..., n. Pilih ε k > 0 sedemikian sehingga: N εk (x) A k, k = 1,,..., n. Definisikan: ε = min{ε k k = 1,,..., n}. Maka Jadi N ε (x) N εk A k, k = 1,,..., n. n A k X. 1 Perhatikan bahwa dalam bukti Teorema?? tidak digunakan metrik ataupun urutan. Jadi sifatsifat di atas dipenuhi secara umum oleh topologi yang dibangun oleh metrik maupun topologi yang dibangun oleh relasi urutan.
14 14 BAB 1. TOPOLOGI Definisi 1.. Ruang Topologi Umum. Misalkan X adalah sebuah himpunan dan X adalah koleksi subset dari X yang memenuhi sifat berikut. 1. X dan X X.. Gabungan himpunan-himpunan dari sebarang subkoleksi dari X berada di dalam X. 3. Gabungan berhingga dari himpunan-himpunan di X berada di X. Maka pasangan (X, X ) disebut Ruang Topologi dan anggota-anggota X disebut: himpunan buka. 1.4 Himpunan Kompak Definisi 1.3. Misalkan X adalah ruang metrik (atau ruang topologi umum). Maka G = {G α G α buka} disebut selimut (cover) bagi A X jika A α G α. Definisi 1.4. Suatu subset A dari ruang metrik X dikatakan kompak jika setiap selimut G senantiasa dapat direduksi menjadi berhingga. Ini berarti: misalkan G = {G α G α buka} adalah selimut bagi A maka ada: α j, j = 1,,..., n sehingga: A G α1 G α... G αn. Setiap himpunan hingga kompak. Hal ini dapat diperlihatkan dengan mudah. Misalkan himpunan tersebut adalah: A = {x 1, x, x 3,..., x n } dan ambil G = {G α G α buka} adalah sebarang selimut bagi A. Pilih: α j, j = 1,,..., n sedemikian sehingga: x j G αj. Maka Jadi A himpunan kompak. A G α1 G α... G αn. Misalkan A X Y. Jika A adalah himpunan buka relatif terhadap X, maka secara umum A tidak harus buka secara relatif terhadap Y. Contohnya adalah: A = (0, 1], X = ( 1, 1], dan Y = (0, ). A buka secara relatif terhadap X tetapi terhadap Y, A tidak buka. Hal ini tidak dapat terjadi dalam himpunan kompak. Teorema 1.5. Misalkan A X Y. Maka A kompak relatif terhadap X jika dan hanya jika A kompak relatif terhadap Y. Bukti. Misalkan A kompak relatif terhadap X. Ambil H = {H α H α buka relatif terhadap Y } sebarang selimut buka bagi A. Maka G = {G α = H α X} adalah selimut buka relatif terhadap X bagi A. Karena A kompak, relatif terhadap X maka ada: Karena: H αj G αj untuk j = 1,,..., n maka α j, j = 1,,..., n sehingga G α1... G αn A. A G α1... G αn H α1... H αn.
15 1.4. HIMPUNAN KOMPAK 15 Jadi A kompak relatif terhadap Y. Sebaliknya, misalkan A kompak relatif terhadap Y. Ambil G = {G α G α buka relatif terhadap X} sebarang selimut buka bagi A. Pilih: H α himpunan buka di Y sehingga: G α = H α X untuk sebarang α. Maka H = {H α }, adalah sebuah selimut buka bagi A di Y. Karena A kompak relatif terhadap Y maka ada α j, j = 1,,..., n sehingga A H α1... H αn = (G α1... G αn ) X. Karena A X maka Jadi A kompak relatif terhadap X. A G α1... G αn. Teorema 1.6. (Heine-Borel) Misalkan A R n. Maka A kompak jika dan hanya jika A tutup dan terbatas.
16 16 BAB 1. TOPOLOGI
17 Daftar Pustaka [1] Rudin, W., Principles of Mathematical Analysis, McGraw-Hill Book co., Singapore, [] Herstein, I.N., Topics in Algebra, nd ed., John Wiley & Sons, 1975, New York etc. [3] Hilbert, David Über die Transcendenz der Zahlen e und π, Mathematische Annalen 43:1619 (1893). [4] Kempner, Aubrey J., On Transcendental Numbers. Transactions of the American Mathematical Society (American Mathematical Society) 17 (4): 47648, (October 1916). [5] J. Liouville, Sur des classes très étendues de quantités dont la valeur n est ni algébrique, ni mėme rėductible â des irrationnelles algėbriques, J. Math. Pures et Appl. 18, , and , (1844). [6] Niven, I., A simple proof of the irrationality of π, Bulletin of the American Mathematical Society, vol. 53 (1947), pp
Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,
Analisis Real Johan Matheus Tuwankotta December 3, 200 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 0, Bandung, Indonesia. mailto:theo@dns.math.itb.ac.id 2 Daftar Isi Sistem
Lebih terperinciAnalisis Real A: Teori Ukuran dan Integral
Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Johan Matheus Tuwankotta March 5, 203 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 0, Bandung, Indonesia. mailto:theo@math.itb.ac.id
Lebih terperinciAnalisis Real A: Teori Ukuran dan Integral
Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Johan Matheus Tuwankotta 1 February 2, 2012 1 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 10, Bandung, Indonesia. mailto:theo@math.itb.ac.id
Lebih terperinciANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan
ANALISIS REAL 1 Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan kemampuan pada mahasiswa agar dapat memahami pernyataan-pernyataan matematika secara baik dan benar, berpikir secara logis, kritis dan sistematis,
Lebih terperinciI. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351)
I. Aljabar Himpunan Aljabar Himpunan Dalam bab ini kita akan menyajikan latar belakang yang diperlukan untuk mempelajari analisis riil. Dua alat utama analisis riil, yakni aljabar himpunan dan fungsi,
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.
BAB PENDAHULUAN Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi Himpunan Real Ada beberapa notasi himpunan yang sering digunakan dalam Analisis () merupakan
Lebih terperinciPENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL
PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat
Lebih terperinciHAND OUT ANALISIS REAL 1 (MT403) KOSIM RUKMANA
HAND OUT ANALISIS REAL 1 (MT403) KOSIM RUKMANA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 1 Identitas Mata Kuliah 1. Nama Mata Kuliah : Analisis
Lebih terperinciBAB I DERIVATIF (TURUNAN)
BAB I DERIVATIF (TURUNAN) Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers. A. Pengertian Derivatif Pengertian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.
Lebih terperinciBAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI
BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan
Lebih terperinciMendeskripsikan Himpunan
BASIC STRUCTURE 2.1 SETS Himpunan Himpunan adalah koleksi tak terurut dari obyek, yang disebut anggota himpunan Notasi. a A : a adalah anggota himpunan A a A : a bukan anggota himpunan A Contoh 1. Himpunan
Lebih terperinci0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks
0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,
Lebih terperinciMendeskripsikan Himpunan
BASIC STRUCTURE 2.1 SETS Himpunan Himpunan adalah koleksi tak terurut dari obyek, yang disebut anggota himpunan Notasi. a A : a adalah anggota himpunan A a A : a bukan anggota himpunan A Contoh 1. Himpunan
Lebih terperinciPENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015
PENGANTAR TOPOLOGI EDISI PERTAMA Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 by Matematika Sains 2012 UIN SGD, Copyright 2015 BAB 0. HIMPUNAN, RELASI, FUNGSI,
Lebih terperinciBAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi
BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang
Lebih terperinciCatatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I
Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):
Lebih terperinciTEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS
TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. Sebagaimana telah diketahui, pengkonstruksian integral Riemann dilakukan dengan cara pemartisian
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab
BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B
Lebih terperinciHimpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN
Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada
Lebih terperinciFUNGSI. range. Dasar Dasar Matematika I 1
FUNGSI Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang relasi yaitu aturan yang menghubungkan elemen dua himpunan. Pada bagian ini akan dibahas satu jenis relasi yang lebih khusus yang dinamakan fungsi Suatu
Lebih terperinciKALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia
KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit
Lebih terperinciBAB I DERIVATIF (TURUNAN)
BAB I DERIVATIF (TURUNAN) Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers. A. Pengertian Derivatif Pengertian
Lebih terperinciPENGANTAR ANALISIS REAL
Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika dilengkapi dengan suatu norma., maka dikenal bahwa suatu ruang vektor bernorma. Kemudian
Lebih terperinciasimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Kalkulus Differensial dan Integral sangat luas penggunaannya dalam berbagai bidang seperti penentuan maksimum dan minimum. Suatu fungsi yang sering digunakan mahasiswa
Lebih terperinciBAB 3 FUNGSI. f : x y
. Hubungan Relasi dengan Fungsi FUNGSI Relasi dari himpunan P ke himpunan Q disebut fungsi atau pemetaan, jika dan hanya jika tiap unsur pada himpunan P berpasangan tepat hanya dengan sebuah unsur pada
Lebih terperinci1 P E N D A H U L U A N
1 P E N D A H U L U A N 1.1.Himpunan Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang terdefenisi dengan baik (well defined). Artinya bahwa untuk sebarang objek x yang diberikan, maka kita selalu akan dapat
Lebih terperinciRuang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik
Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik Oleh : Iswanti 1, Soeparna Darmawijaya 2 Iswanti, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang, Semarang, Jawa
Lebih terperinciGRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN
Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 591 602. GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN L.F.D. Bali, Tulus, Mardiningsih Abstrak. Dalam teori grup topologi kompak lokal,
Lebih terperinciMATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716
MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716 N0 TOPIK FUNGSI 2.1 DEFINISI FUNGSI 2.2 DAERAH DEFINISI DAN DAERAH HASIL 2.3 JENIS-JENIS FUNGSI 2.4 OPERASI ALJABAR FUNGSI 2.5 FUNGSI GENAP, GANJIL,
Lebih terperinciFungsi. Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si. October 26, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko. Rollback Malaria :)
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko October 26, 2014 Definisi Misalkan A dan B adalah himpunan. Suatu fungsi dari A ke B adalah suatu himpunan f yang elemen-elemennya adalah pasangan terurut
Lebih terperinciBAB III KEKONVERGENAN LEMAH
BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL
Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 49-56 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Arta Ekayanti Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jl. Budi
Lebih terperinciTOPOLOGI RUANG LINEAR
TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo e-mail: kurniasih.nila@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan
Lebih terperinciKomposisi fungsi dan invers fungsi. Syarat agar suatu fungsi mempunyai invers. Grafik fungsi invers
Komposisi fungsi dan invers fungsi mempelajari Fungsi komposisi menentukan Fungsi invers terdiri dari Syarat dan aturan fungsi yang dapat dikomposisikan Nilai fungsi komposisi dan pembentuknya Syarat agar
Lebih terperinciMBS - DTA. Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI. SMK Muhammadiyah 3 Singosari
MBS - DTA Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI SMK Muhammadiyah Singosari SERI : MBS-DTA FUNGSI STANDAR KOMPETENSI Siswa mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linear dan fungsi
Lebih terperinciKelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n
Jurnal Matematika, Statistika,& Komputasi Vol.... No... 20... Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n Meriam, Naimah Aris 2, Muh Nur 3 Abstrak Rumusan norm-n pada l merupakan perumuman dari rumusan norm-n
Lebih terperinciHimpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal
Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit
Lebih terperinciMatematika
dan D3 Analis Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia Definisi Suatu fungsi f adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan setiap objek x dalam satu himpunan, yang disebut domain, dengan sebuah
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak
SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo Abstrak Penulisan ini bertujuan menyelidiki sifat-sifat yang berlaku di dalam topologi
Lebih terperinciKarakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 A - 4 Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert Gunawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto gunoge@gmailcom
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,
Lebih terperinciMATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI
MATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI PENGERTIAN FUNGSI Definisi : Misalkan A dan B dua himpunan tak kosong. Fungsi dari A ke B adalah aturan yang mengaitkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. ATURAN
Lebih terperinciPengantar Analisis Real
Modul Pengantar Analisis Real Dr Endang Cahya, MA, MSi P PENDAHULUAN ada Modul ini disajikan beberapa topik pengantar mata kuliah Analisis Real, yang terbagi dalam beberapa kegiatan belajar yang harus
Lebih terperinciSifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji
Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424,
Lebih terperinciKriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian
Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,
Lebih terperinciLIMIT DAN KEKONTINUAN
LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen
Lebih terperinci1 SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang
Lebih terperinciBAB 3 FUNGSI. 1. Pengertian Fungsi. dengan satu dan hanya satu elemen B; f disebut fungsi dari A ke B, ditulis f : A
BAB 3 FUNGSI 1. Pengertian Fungsi Fungsi f adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap objek x dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai unik f(x) dari himpunan kedua.
Lebih terperinciMateri Kuliah Matematika Komputasi FUNGSI
Materi Kuliah Matematika Komputasi FUNGSI Misalkan A dan B himpunan. FUNGSI Relasi biner f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR: RING
STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari
Lebih terperinciKALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan
KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan
Lebih terperinciLecture Notes: Discrete Dynamical System and Chaos. Johan Matheus Tuwankotta
Lecture Notes: Discrete Dynamical System and Chaos Johan Matheus Tuwankotta Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no., Bandung, Indonesia. mailto:theo@dns.math.itb.ac.id.
Lebih terperinciMA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world
Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis
Lebih terperinciAljabar Linier Lanjut. Kuliah 1
Aljabar Linier Lanjut Kuliah 1 Materi Kuliah (Review) Multiset Matriks Polinomial Relasi Ekivalensi Kardinal Aritmatika 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Multiset Definisi Misalkan S himpunan
Lebih terperinci3. FUNGSI DAN GRAFIKNYA
3. FUNGSI DAN GRAFIKNYA 3.1 Pengertian Relasi Misalkan A dan B suatu himpunan. anggota A dikaitkan dengan anggota B berdasarkan suatu hubungan tertentu maka diperoleh suatu relasi dari A ke B. : A = {1,
Lebih terperinciBAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert
BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert,
Lebih terperinciEKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP
EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Integral McShane fungsi-fungsi bernilai real
Lebih terperinciANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS
ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam
Lebih terperinciMA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan
MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4. Fungsi Kontinu 4.1 Konsep Kekontinuan Fungsi kontinu Limit fungsi dan limit barisan Prapeta himpunan buka 4.2 Sifat-Sifat Fungsi
Lebih terperinciNAMA : KELAS : SMA TARAKANITA 1 JAKARTA theresiaveni.wordpress.com
1 NAMA : KELAS : 2 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS Contoh: Manakah yang merupakan fungsi/pemetaan dan manakah yang bukan fungsi? (i) (ii) (iii) Relasi himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan/mengkawankan/mengkorepodensikan
Lebih terperinciPENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER
J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-65X Vol. 8, No. 2, November 2, 8 PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER Subiono Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi
Lebih terperinciFUNGSI DAN LIMIT FUNGSI
2 FUNGSI DAN LIMIT FUNGSI 2.1 Fungsi dan Grafiknya Definisi Sebuah fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan setiap x anggota A dengan tepat satu y anggota B. A disebut
Lebih terperinciSoal Ujian Komprehensif
Soal Ujian Komprehensif Bahan ujian komprehensif memuat konsep-konsep penting pada bidang: Kalkulus, dan Matriks / Aljabar Linear. Logika, Soal ujian disediakan secara terbuka, dapat diperoleh setiap saat
Lebih terperinciKetunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach
Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Badrulfalah 1,Khafsah Joebaedi 2 1 Departemen Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran badrulfalah@gmail.com 2 Departemen Matematika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Definisi II.A.: Aljabar (Wahyudin, 989:) Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu,
Lebih terperinciAljabar 1. Modul 1 PENDAHULUAN
Modul 1 Aljabar 1 Drs. H. Karso, M.Pd. PENDAHULUAN M odul yang sekarang Anda pelajari adalah modul yang pertama dari mata kuliah Materi Kurikuler Matematika SMA. Materi-materi yang disajikan dalam modul
Lebih terperinciMatematika
Fungsi dan D3 Analis Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia Fungsi Definisi Suatu fungsi f adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan setiap objek x dalam satu himpunan, yang disebut domain,
Lebih terperinciKALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA BAB I Bilangan Real dan Notasi Selang Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan Bilangan Real dan Notasi Selang Bilangan
Lebih terperinciSISTEM BILANGAN REAL
DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............
Lebih terperinciAnalisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert
Lebih terperinciTEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI- Hajar Grestika Murti, Erna Apriliani, Sunarsini Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciDefinisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada,
Lecture 4. Limit B A. Continuity Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada, (2) lim f(x) ada, (3) lim f(x) =
Lebih terperinciTujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu
BAB IV RELASI DAN FUNGSI Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu relasi, relasi invers, relasi identitas, pengertian fungsi, bayangan invers
Lebih terperinciMA3231 Analisis Real
MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017
Lebih terperinciPROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara
PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Pada umumnya suatu teorema mempunyai ruang lingkup
Lebih terperinciHOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 98 102 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) RISCHA DEVITA Program Studi Matematika,
Lebih terperinciRuang Norm-n Berdimensi Hingga
Jurnal Matematika Integratif. Vol. 3, No. 2 (207), pp. 95 04. p-issn:42-684, e-issn:2549-903 doi:0.2498/jmi.v3.n2.986.95-04 Ruang Norm-n Berdimensi Hingga Moh. Januar Ismail Burhan Jurusan Matematika dan
Lebih terperinci0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d
1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?
Lebih terperinciMA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun
MA3231 Pengantar Analisis Real Semester II, Tahun 2016-2017 Hendra Gunawan, Ph.D. Bab 6 Fungsi 2 Rene Descartes (1596-1650) Rene Descartes adalah seorang filsuf & matematikawan Perancis, penemu sistem
Lebih terperinciKajian Fungsi Metrik Preserving
Kajian Fungsi Metrik Preserving A 2 Binti Mualifatul Rosydah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jalan Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo Surabaya 6 Abstrak
Lebih terperinciuntuk mempelajari matematika lebih lanjut. Untuk menunjang kemampuankemampuan tersebut diharapkan Anda dapat menguasai beberapa kompetensi khusus
ix S Tinjauan Mata Kuliah elamat bertemu, selamat belajar, dan selamat berdiskusi dalam mata kuliah Matematika Dasar 1. Mata kuliah PEMA4102/Matematika Dasar 1 dengan bobot 3 sks ini sering pula dinamakan
Lebih terperinci1 SISTEM BILANGAN REAL
1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita
Lebih terperinciTITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111
TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstract. In this paper was discussed about Nadlr fixed
Lebih terperinciDASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA
(Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. November 19, 2007 Secara geometris, f kontinu di suatu titik berarti bahwa grafiknya tidak terputus
Lebih terperinciKOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS
1 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS Contoh: Manakah yang merupakan fungsi/pemetaan dan manakah yang bukan fungsi? (i) (ii) (iii) Relasi himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan/mengkawankan/mengkorepodensikan
Lebih terperinciDASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT
DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z
Lebih terperinciSISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI
SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI Matematika Juni 2016 Dosen : Dadang Amir Hamzah MATEMATIKA Juni 2016 1 / 67 Outline 1 Sistem Bilangan Riil Dosen : Dadang Amir Hamzah MATEMATIKA Juni 2016 2 / 67 Outline
Lebih terperinciBUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd
BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III.
Lebih terperinciImplementasi Metode Jumlah Riemann untuk Mendekati Luas Daerah di Bawah Kurva Suatu Fungsi Polinom dengan Divide and Conquer
Implementasi Metode Jumlah Riemann untuk Mendekati Luas Daerah di Bawah Kurva Suatu Fungsi Polinom dengan Divide and Conquer Dewita Sonya Tarabunga - 13515021 Program Studi Tenik Informatika Sekolah Teknik
Lebih terperinciFUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS Jika A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong, fungsi f dari A ke B; f : A B atau A f B adalah cara pengawanan anggota A dengan anggota B yang memenuhi aturan setiap
Lebih terperinciFungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c > 0, maka
Contoh 5 Buktikan jika c > 0 maka c c Analisis Pendahuluan Akan dicari bilangan δ > 0 sedemikian sehingga apabila c < ε untuk setiap ε > 0. 0 < c < δ berlaku Perhatikan: c ( c)( c) c c c c c c c Dapat
Lebih terperinciOleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta 1 RELASI Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. 2 RELASI Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat
Lebih terperinciORDER UNSUR DARI GRUP S 4
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep ruang metrik merupakan salah satu konsep dasar dalam matematika analisis. Selama bertahun-tahun, para peneliti mencoba mengembangkan konsep ruang metrik.
Lebih terperinciII. FUNGSI. 2.1 Pendahuluan
II. FUNGSI. Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:. menyebutkan definisi fungsi;. menyebutkan macam-macam variabel dalam fungsi; 3. membedakan antara variabel
Lebih terperinciBAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada
BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai
Lebih terperinci