Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah"

Transkripsi

1

2

3 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. FUNGSI 1. Fungsi Statistik dan surveillance 2. Fungsi Kajian 3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program 4. Fungsi Sistem Pembayaran 5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah TUGAS POKOK 1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya; 2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan UMKM. 3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya 4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan, program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama. Kalender Publikasi KEKR Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Mei Agustus November Februari Penerbit : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : / Fax : Publikasi KER secara online dapat diperoleh di: i Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

4 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunianya sehingga buku Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode Mei 217 ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Banda Aceh, Mei 217 Kepala Perwakilan, Ahmad Farid Deputi Direktur Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217 ii

5 Tabel Indikator Ekonomi Terpilih A. PDRB PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha (Sektoral) Sektoral (Rp Triliun) Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Pertambangan Penggalian & I II III IV I II III IV I II III IV I 7,17 7,51 7,68 7,3 7,58 7,66 8,2 7,87 7,98 7,92 8,24 8,23 8,38 3,43 3,36 3,2 2,95 2,49 2,39 2,33 2,8 2,28 1,7 2,7 2,3 2,17 Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,7 1,77 1,58 1,64 1,7 1,51 1,53 1,43 1,68 1,47 1,48 Pengadaan Listrik, Gas,3,4,4,4,4,4,4,4,4,4,4,4,4 Pengadaan Air,1,1,1,1,1,1,1,1,1,1,1,1,1 Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,85 2,91 3,9 3,31 2,77 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor Transportasi Pergudangan & Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 4,1 4,24 4,4 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,45 4,52 4,6 4,74 4,59 2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,19 2,22 2,23 2,23 2,22,29,3,3,31,31,31,32,33,34,34,35,36,37 Informasi & Komunikasi 1, 1,2 1,4 1,5 1,3 1,5 1,6 1,7 1,4 1,4 1,5 1,7 1,7 Jasa Keuangan,43,44,44,45,45,41,46,48,48,49,55,47,5 Real Estate,95,97,99 1, 1,2 1,3 1,5 1,6 1,9 1,13 1,13 1,15 1,18 Jasa Perusahaan,16,17,17,17,17,17,17,18,17,18,19,19,19 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 2,7 2,2 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,18 2,75 2,51 2,51 2,35 Jasa Pendidikan,55,55,57,64,58,6,63,65,63,71,67,73,68 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial,69,71,7,73,73,75,77,79,77,85,78,83,81 Jasa lainnya,34,34,35,35,36,37,36,37,38,38,39,4,4 PDRB 28,5 28,57 28,9 28,32 27,42 27,8 28,75 28,71 28,41 28,61 29,57 29,8 29,23 PDRB Non-Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,77 27,52 28,21 28,63 27,83 Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217 viii

6 PDRB Berdasarkan Pengeluaran Komponen (Rp Triliun) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga I II III IV I II III IV I II III IV I 15,34 15,45 15,73 15,83 15,78 15,89 16,27 16,34 16,35 16,56 16,67 16,76 16,77 Pengeluaran Konsumsi LNPRT,53,54,49,5,49,49,49,5,51,53,54,56,58 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,53 5,8 5,73 7,82 4,3 5,2 5,94 9,6 4,4 5,44 5,28 7,75 4,2 Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,23 9,7 9,27 9,36 9,18 9,12 9,59 1,72 9,62 9,85 1,32 1,72 9,86 Perubahan Inventori -,9,12 -,4,5 -,5,2 -,5,,1,,1,1 -,3 Ekspor Luar Negeri,81 1,53 1,11 1,26,44,29,6,34,39,17,19,32,41 Impor Luar Negeri,28,33,26,37,87,66,48,44,35,41,32,3,29 Net Ekspor Antar Daerah -1,99-2,98-3,7-6,15-1,85-2,54-3,61-7,8-2,16-3,53-3,12-6,2-2,28 P D R B 28,5 28,57 28,9 28,32 27,42 27,8 28,75 28,71 28,41 28,61 29,57 29,8 29,23 PDRB Non-Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,77 27,52 28,21 28,63 27,83 Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah B. Inflasi Inflasi (% YoY) I II III IV I II III IV I II III IV I Banda Aceh 5,4 6,12 4,3 1,27 5,4 6,12 4,3 1,27 3,1 2,1 3,17 3,13 Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,3 4,79 5,6 Meulaboh 5,67 6,47 2,86,58 5,67 6,47 2,86,58 3,12 2,19 3,81 3,77 Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34 3,73 3,95 3,45 Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah 3,8 3,61 4,72 Kelompok (%, yoy) Kota Bahan Makanan Kesehatan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Total Banda Aceh 3,51 2,8 5,41 2,61 2,77 3,86 1,2 3,8 Lhokseumawe 4,97 3,66 4,,85 3,51 4,49,47 3,61 Meulaboh 6,69 5,67 6,66 3,8 4,4,89,73 4,72 Aceh 3,45 3, 5,17 2,17 3,21 3,65,83 3,45 Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah ix Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

7 C. Perbankan (Berdasarkan Lokasi Bank) Indikator Umum Indikator I II III IV I II III IV I Total Aset (Rp Triliun) 41,27 45,79 48,7 43,49 45,76 46,75 43,65 45,23 45,25 Pertumbuhan (yoy)% 9,66 9,64 8,82 3,4 1,88 2,9-1,37 4,1-1,14 Pertumbuhan (mtm)% 4,46 1,9 13,36 (9,51) 4,31-8,98-1,66-1,9 6,37 DPK (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,5 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87-3,49 4,24-1,67 Pertumbuhan (mtm)% 5,59 3,2 15,15 (9,11) 3,9-4,36-3,88-7,2 2,85 Pembiayaan (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,9 29,95 3,72 Pertumbuhan (yoy)% 6,52 6,68 7,6 7,92 8,53 8,6 1,31 1,1 11,61 Pertumbuhan (mtm)% 1,45 2,,8 1,92 1,78 1,6,96,66 2,76 FDR % 91,14 83,88 76,18 87,68 87,3 86,4 87,7 92,53 98,78 NPL-gross % 4,62 4,38 4,3 3,64 3,84 3,72 3,48 2,63 2,66 NPL-Nominal (Rp Triliun) 1,17 1,15 1,13,99 1,6 1,6 1,1,79,82 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah) Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan) SIMPANAN I II III IV I II III IV I Total (Rp Triliun) 27,846 31,42 34,62 31,5 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87-3,49 4,24-1,67 Giro (Rp Triliun) 7, 9,7 11,12 6,1 7,3 7,27 7,91 5,51 6,82 Pertumbuhan (yoy)% 4,86 12,32 17,4 1,7 4,2-19,83-28,88-9,72-6,59 Tabungan (Rp Triliun) 12,57 12,64 13,65 17,2 14,56 15,65 15,73 18,51 16,6 Pertumbuhan (yoy)% 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75 15,2 8,75 1,32 Deposito (Rp Triliun) 8,27 9,7 9,84 7,92 9,78 1,34 9,77 8,35 8,24 Pertumbuhan (yoy)% 54,86 4,71 42,47 22,69 18,37 6,61 -,72 5,32-15,85 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah) Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan PINJAMAN I II III IV I II III IV I Total Pembiayaan (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,9 29,95 3,74 Pertumbuhan (yoy) % 6,52 6,68 7,6 7,92 8,53 8,6 1,31 1,1 11,61 Modal Kerja (Rp Triliun) 7,41 7,8 7,64 8,4 7,97 8,45 8,57 8,84 9,9 Pertumbuhan (yoy)% -5,77-3,48-2,4 2,8 7,44 8,31 12,18 9,93 13,99 Investasi (Rp Triliun) 2,67 2,9 2,9 3,1 3,24 3,43 3,67 3,81 3,91 Pertumbuhan (yoy)% 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 18,1 26,53 22,79 2,62 Konsumsi (Rp Triliun) 15,28 15,64 15,82 16,7 16,33 16,74 16,83 17,3 17,75 Pertumbuhan (yoy)% 11,7 9,7 9,17 8,26 6,86 7, 6,6 7,58 8,66 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah) Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217 x

8 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Indikator (Rp Triliun) I II III IV I II III IV I Pertanian 1,64 1,91 1,89 2,5 2,12 2,21 2,27 2,36 2,39 Pertambangan,3,4,4,4,4,3,3,3,3 Industri Pengolahan 1,27 1,27 1,26 1,38 1,47 1,48 1, ,22 Listrik Gas dan Air,11,1,9,19,19,19,19,19,19 Konstruksi,65,82,86,9,74,78,78,78,66 Perdagangan 5,49 5,65 5,55 5,74 5,79 6,11 6,1 6,15 6,14 Pengangkutan,9,1,1,1,12,13,14,14,15 Jasa Dunia Usaha,23,22,2,2,22,26,31,3,29 Jasa Sosial Masy.,53,54,51,49,49,65,67,74,91 Lainnya 15,32 15,7 15,86 16,11 16,36 16,76 16,85 17,31 17,76 Total 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,9 29,95 3,74 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah) xi Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

9

10 Ringkasan Eksekutif Gambaran Umum Perekonomian Aceh Pertumbuhan ekonomi Aceh secara year on year (yoy) pada Triwulan I 217 mengalami penurunan dibandingkan triwulan dan tahun sebelumnya. Penurunan kinerja ekonomi dari sisi sektoral disebabkan oleh penurunan kinerja sektor utama, yakni sektor pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Sementara itu, penurunan dari sisi pengeluaran bersumber dari penurunan kinerja komponen konsumsi rumah tangga dan investasi. Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi Aceh terhadap APBD mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan bersumber dari pendapatan perimbangan/transfer dan peningkatan realisasi belanja didorong oleh peningkatan realisasi belanja operasi, namun demikian realisasi belanja modal mengalami penurunan. Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan I 217 tercatat mengalami penurunan, baik dibandingkan dengan inflasi tahun 216, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maupun apabila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir ( ). Inflasi tahunan Aceh sepanjang Triwulan I 217 disumbang oleh komoditas dari kelompok Volatile foods dan Administered prices. Kredit perbankan kepada sektor korporasi di Aceh pada Triwulan I 217 mengalami peningkatan risiko yang tercermin dari peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL) dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun di sisi lain penyalurannya mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di samping itu, Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya serta Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xii

11 apabila dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun masih berada di atas level wajar 5%. Pada triwulan I 217, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia mengalami net cash inflow, atau aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari sistem perbankan (inflow) lebih besar daripada aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan dan masyarakat (outflow). Di sisi lain, transaksi ritel melalui SKNBI pada Tw I 217 mengalami penurunan baik secara triwulanan maupun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan menurunnya konsumsi rumah tangga sebagaimana terkonfirmasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Tingkat partisipasi angkatan kerja hingga bulan Februari 217 cenderung meningkat dibanding bulan Februari 216, sedangkan tingkat kemiskinan berdasarkan data terakhir bulan September 216 menurun dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September 215. Penurunan tersebut terutama terjadi pada kemiskinan di daerah pedesaan. Pada triwulan III 217 pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan menurun dibandingkan triwulan II 217. Berdasarkan indikator terkini, perekonomian ekonomi Aceh pada tahun 217 juga diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 216. Di sisi lain, pada akhir tahun 217 inflasi Aceh berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan 216. Namun pada triwulan III 217, tren inflasi Aceh diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Asesmen Makro Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi Aceh pada Triwulan I 217 tercatat tumbuh sebesar 2,87%(yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,74% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I-217 tercatat tumbuh sebesar 2,87%(yoy), menurun baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,3%(yoy), maupun dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,74%(yoy). Secara sektoral, tiga sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, dan konstruksi tercatat secara mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan terbesar dialami oleh sektor konstruksi dan sektor perdagangan, bahkan sektor konstruksi tercatat mengalami kontraksi xiii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

12 sebesar 2,58% pada triwulan laporan, menurun signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif sebesar 2,71%. Penurunan di sektor konstruksi diakibatkan oleh telah selesainya berbagai proyek multiyears yang dimulai sejak tahun 215. Di sisi lain, adanya penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi faktor penyebab penurunan sektor perdagangan. Sementara itu, penurunan yang terjadi di sektor pertanian disebabkan oleh adanya penurunan hasil pertanian di subsektor tanaman pangan akibat adanya serangan hama pada komoditas tanaman pangan serta penurunan harga komoditas kopi robusta. Dilihat dari sisi pengeluaran, kinerja ekonomi Aceh pada Triwulan I 217 masih ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga dan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto). Namun demikian, pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga dan investasi tercatat menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga tercatat menurun dari 2,75%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,62%(yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, komponen investasi tercatat tumbuh sebesar 2,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan capaian pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,76%(yoy). Dari sisi kontribusinya, komponen konsumsi rumah tangga dan investasi pada triwulan laporan tercatat memberikan andil masing-masing sebesar 1,51% dan,87% terhadap pertumbuhan ekonomi secara total. Menurun dari triwulan sebelumnya yang masing-masing berkontribusi sebesar 1,57% dan 1,1%. Namun demikian, penurunan capaian pertumbuhan Aceh tersebut dapat tertahan oleh perbaikan kinerja komponen konsumsi pemerintah (non belanja modal) yang sejalan dengan adanya peningkatan realisasi belanja pegawai. Komponen ini timbuh sebesar 3,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,22%(yoy). Asesmen Keuangan Daerah Realisasi pendapatan dan realisasi belanja Provinsi Aceh pada Triwulan I-217 mengalami peningkatan Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan I 217 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari pendapatan perimbangan/transfer. Realisasi Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xiv

13 dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. pendapatan pada Triwulan I 217 mencapai 8,16%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 216 yang hanya mencapai 6,91%. Hal ini senada dengan kinerja realisasi belanja pemerintah Provinsi Aceh yang pada Triwulan I 217 yang tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Realisasi mencapai 4,56% dari pagu anggaran tahunan 217, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan realisasi mencapai 3,83% dari target belanja APBD tahun 216. Realisasi belanja APBN Provinsi Aceh pada triwulan I 217 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pada Tw I 217 penyerapan APBN hanya mencapai 17,51% terhadap target belanja APBN tahunan, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 27,8% dari target belanja APBN. Turunnya realisasi belanja APBN pada triwulan laporan disebabkan oleh menurunnya realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Asesmen Inflasi Daerah Inflasi Aceh pada Triwulan I 217 mengalami penurunan sebagai imbas menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile foods Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan I 217 mencapai 3,45% (yoy) atau mengalami penurunan baik dibandingkan dengan inflasi pada akhir tahun 216 yang tercatat sebesar 3,95% (yoy), dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 3,55% (yoy), maupun apabila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir ( ) yaitu sebesar 4,91%. Penurunan tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh melimpahnya pasokan ikan segar serta lancarnya pasokan komoditas pangan dan sayuran dan buah-buahan. Namun demikian, penetapan kenaikan cukai rokok serta kenaikan tarif listrik menjadi faktor yang menghambat penurunan inflasi pada periode laporan. Berdasarkan disagregasinya, Inflasi Aceh sepanjang Triwulan I 217 terutama disumbang oleh kelompok administered prices dan core sedangkan kelompok volatile foods sedikit menahan laju inflasi tersebut. Pada Tw I 217, laju inflasi untuk komoditas Volatile foods secara year on year masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 4,44% (yoy) yaitu menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,84% (yoy). Penurunan inflasi tersebut bersumber dari peningkatan pasokan ikan hasil tangkapan nelayan pada xv Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

14 Maret 217 seiring dengan normalnya aktivitas melaut serta lancarnya pasokan sayuran dan buah-buahan dari Sumatera Utara serta peningkatan pasokan beras pasca panen periode Tw I semakin menekan inflasi volatile foods pada periode laporan. Untuk kelompok core tercatat sebesar 2,46% (yoy) di triwulan laporan, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,5% (yoy). inflasi kelompok core tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga jasa tukang bukan mandor seiring dengan Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh untuk tahun 217 menjadi sebesar Rp2.5.,-. Sedangkan untuk kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi sebesar 5,66%, dan mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar,32% (yoy). Adanya tekanan inflasi administered prices yang signifikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga rokok secara bertahap sebagai dampak kenaikan cukai rokok yang berlaku efektif mulai 1 Januari 217 serta pencabutan subsidi listrik untuk tarif pengguna listrik berdaya 9 volt ampere (VA) untuk pelanggan kategori rumah tangga mampu. Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile foods sebesar 1,49% (yoy). Lima komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tertinggi secara year on year antara lain Daging Ayam Ras (,25%), Cumi-cumi (,19%), Ikan Tongkol (,15%), Bandeng (,13%), dan Udang Basah (,12%). Selain itu, inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas dari kelompok Administered prices sebesar,93% (yoy) yaitu Tarip Listrik (,47%) dan Rokok Kretek Filter (,36%). Asesmen Perbankan, Stabilitas Keuangan Daerah, dan Pengembangan UMKM Risiko Stabilitas Keuangan Daerah di Aceh Relatif Mengalami Peningkatan Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-217 berimbas pada penurunan kinerja sektor korporasi. Terjadi peningkatan risiko yang tercermin dari peningkatan non performing loan (NPL), namun demikian penyaluran kredit sektor korporasi juga mengalami perbaikan kinerja setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Kredit korporasi triwulan I 217 tumbuh sebesar,29% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,41% (yoy). Dilihat dari Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xvi

15 strukturnya, kredit korporasi Aceh terkonsentrasi pada tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan (31,2%), sektor Industri Pengolahan (5,17%), dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (13,57%). Secara sektoral, peningkatan penyaluran kredit korporasi terutama didorong oleh perlambatan kontraksi kredit pada sektor industri pengolahan & perdagangan serta peningkatan pertumbuhan pada sektor lainnya, namun demikian perlambatan sektor pertanian masih menghambat tingkat pertumbuhan kredit korporasi. Konsumsi sektor rumah tangga pada triwulan I-217 juga turut mengalami penurunan seiring dengan penurunan pertumbuhan perekonomian Aceh. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, DPK perseorangan tercatat hanya tumbuh sebesar 14,13% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelum yang tercatat sebesar 22,23% (yoy). Perlambatan bersumber dari kontraksi giro dan perlambatan pertumbuhan deposito. Di sisi lain, kredit rumah tangga tumbuh sebesar 35,71% (yoy) pada triwulan I 217, relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 35,64% (yoy). Kredit perseorangan yang menunjukkan pertumbuhan relatif stabil yaitu KPR sementara multiguna dan KKB mengalami perbaikan. Risiko kredit rumah tangga juga relatif terjaga walau mengalami sedikit peningkatan. Risiko kredit rumah tangga pada triwulan I 217 tercatat sebesar,74%, relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai,7% namun masih jauh berada dibawah ambang atas 5%. Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan dan masih berada di atas level wajar 5%. Berdasarkan skala usahanya, pangsa penyaluran kredit sektor UMKM didominasi oleh kredit UMKM skala kecil dengan penyaluran mencapai Rp 4,67 Triliun (47,11%), diikuti oleh UMKM skala mikro sebesar Rp 3,12 Triliun (31,45%), dan skala menengah Rp 2,13 Triliun (21,44%), sehingga secara total eksposur UMKM mencapai 29,15% dari total kredit. Dari aspek pengembangan UMKM, selain melakukan pengembangan UMKM dalam kerangka pengendalian inflasi daerah, Bank Indonesia juga mengembangkan potensi daerah untuk meningkatkan perekonomian daerah. Beberapa kegiatan pengembangan UMKM yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh antara lain 1) berpartisipasi xvii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

16 dalam kegiatan The 8th Agrinex Expo dengan mengikutsertakan produk olahan dari UMKM binaan KPwBI Prov. Aceh yakni Komos Coffee oleh Tommy Harive (wirausaha binaan BI Th 214), 2) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Tim Monev KUR di Provinsi Aceh untuk memantau perkembangan penyaluran KUR, 3) ikut serta dalam Pekan Nasional Kontak Tani nelayan Andalan (Penas KTNA) dengan memenuhi kebutuhan uang kartal dan menyediakan layanan perbankan melalui penyediaan mobile ATM serta layanan kas keliling, 4) menyelenggarakan Business Matching Industri Hilir Kopi bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif Nasional (BEKRAF), serta 5) membantu pengembangan kelompok cabai Ladong yang diharapkan dapat turut menstabilkan harga cabai di Kab.Aceh Besar menjelang Lebaran Idul Fitri 1438 H KPw BI Provinsi Aceh. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah Aliran uang kartal menunjukkan adanya net cash inflow. Aktivitas kliring menunjukan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal Pada triwulan I 217, posisi pengedaran uang kartal di Provinsi Aceh mengalami net cash inflow mencapai Rp651,36 miliar, berbeda arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash outflow sebesar Rp 2,38 triliun. Pola net cash outflow tersebut merupakan siklus tahunan seiring dengan pembayaran proyek baik swasta maupun pemerintah. Posisi net cash outflow yang tinggi saat triwulan I 217 sejalan dengan pola historisnya. Beberapa faktor yang mendorong net cash inflow yaitu 1) Realisasi belanja pemerintah yang terlambat; dan 2) Pola serapan belanja APBA yang umumnya masih rendah di awal tahun. Di sisi lain, pada triwulan I-217 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 81.6 Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar 17,48% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,6 triliun atau sedikit menurun,21% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp3,89 triliun. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan menurunnya konsumsi rumah tangga sebagaimana terkonfirmasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. IKK pada triwulan berjalan berada pada level optimis sebesar 118,57 atau namun menurun dibandingkan IKK triwulan sebelumnya sebesar 125,3. Penurunan transaksi kliring tersebut didorong oleh beberapa faktor, diantaranya Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xviii

17 keterlambatan realisasi anggaran pemerintah, khususnya belanja modal dan pola serapan belanja APBA yang umumnya masih rendah di awal tahun. Asesmen Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Aceh menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 217 mencapai 65,59%, atau meningkat dibandingkan bulan Februari 216 yang mencapai 64,24%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 7,39%, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,13%. Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 2,33 juta orang, atau meningkat sebanyak 95 ribu orang dari jumlah angkatan kerja di bulan Februari 216 sebanyak 2,24 juta orang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode tahun 216 hingga tahun 217 masih dapat diserap oleh pasar tenaga kerja terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di Aceh. Posisi kemiskinan pada September 216 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu menurun dari 17,11% menjadi 16,43%. Namun, menurunnya persentase penduduk miskin tersebut hanya terjadi di perdesaan bukan di perkotaan. Secara nominal, jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh pada September 216 sebesar 841 ribu orang menurun dibandingkan periode September 216 sebesar 859 ribu orang. Prospek Perekonomian Pada triwulan III 217, perekonomian Aceh diperkirakan akan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan perkembangan indikator perekonomian terkini, Perekonomian Aceh sepanjang tahun 217 diperkirakan meningkat pada kisaran 2,99-3,49% atau berpotensi lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 216 sebesar 3,31%. Pada triwulan III-217 tingkat pertumbuhan Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran 3,6% - 4,6% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan II-217 yang diperkirakan tumbuh sebesar 3,62% - 4,12% (yoy). Tingkat pertumbuhan triwulan III-217 yang melambat tersebut diperkirakan disebabkan oleh xix Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

18 adanya pembayaran gaji PNS ke pada triwulan II 217 serta pelaksanaan event Penas KTNA XV pada bulan Mei 217 yang diperkirakan mampu mendorong perekonomian Aceh pada triwulan II 217. Di sisi lain, pada akhir tahun 217, inflasi Aceh berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan 216. Namun pada triwulan III 217, tren inflasi Aceh diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkiraan laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan III 217 berada pada kisaran 2,47%-3,47% (yoy) dengan tekanan inflasi bersumber dari komponen administred prices (AP) dan volatile foods (VF). Inflasi Aceh sepanjang tahun 217 diperkirakan masih pada sasaran inflasi nasional pada kisaran % namun lebih tinggi dari tahun 216. Pada akhir tahun 217, inflasi Aceh diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan 216. Inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 3,44-4,44% (yoy) atau berpotensi meningkat dibandingkan realisasi inflasi tahun 216 sebesar 3,95%. Sumber tekanan inflasi Aceh sampai dengan akhir tahun 217 diperkirakan berasal dari komoditas administered prices sementara inflasi inti dan volatile foods relatif terjaga. Sumber tekanan administered prices yang berpotensi mendorong tekanan inflasi di tahun 217 meliputi kenaikan harga cukai rokok, peningkatan harga BBM non subsidi pada bulan Januari 217 serta peningkatan TDL sepanjang tahun 217. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xx

19

20 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Memasuki awal tahun 217, kinerja perekonomian Aceh secara umum mengalami penurunan dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I-217 tercatat tumbuh sebesar 2,87%(yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,3%(yoy) maupun dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,74%(yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, serta administrasi pemerintahan. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan investasi masih menjadi lokomotif utama pendorong pertumbuhan. 1. Gambaran Umum Sejalan dengan pola historisnya, kinerja ekonomi Aceh pada triwulan I-217 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja ekonomi dari sisi sektoral disebabkan oleh penurunan kinerja sektor utama, yakni sektor pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Sementara itu, penurunan dari sisi pengeluaran bersumber dari penurunan kinerja komponen konsumsi rumah tangga dan investasi. S ecara sektoral, tiga sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, dan konstruksi tercatat secara mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan terbesar dialami oleh sektor konstruksi dan sektor perdagangan, bahkan sektor konstruksi tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,58% pada triwulan laporan, menurun signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif sebesar 2,71%. Penurunan di sektor konstruksi diakibatkan oleh telah selesainya berbagai proyek multiyears yang dimulai sejak tahun 215. Di sisi lain, adanya penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi faktor penyebab penurunan sektor perdagangan. Sementara itu, penurunan yang terjadi di sektor pertanian disebabkan oleh adanya penurunan hasil pertanian di subsektor tanaman pangan akibat adanya serangan hama pada komoditas tanaman pangan serta penurunan harga komoditas kopi robusta. Capaian realisasi APBA yang baru terealisasi sebesar 5,% pada triwulan laporan turut memicu terjadinya penurunan di komponen konsumsi rumah tangga sebagai komponen terbesar PDRB Aceh. Di samping itu, keterlambatan realisasi anggaran juga berdampak langsung pada realisasi 1 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

21 Konsumsi RT Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah belanja modal di Aceh. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan kinerja komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto). Realisasi belanja modal pemerintah Aceh sebagai pendorong utama komponen investasi tercatat baru mencapai Rp83,13 juta, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang telah terealisasi sebesar Rp3,44 miliar. Memasuki triwulan II-217, berbagai indikator ekonomi terkini memperlihatkan adanya indikasi peningkatan. Peningkatan tersebut terindikasi dari hasil Indeks Ekspektasi Konsumsi hingga bulan Mei 217 yang tercatat mengalami peningkatan. Di samping itu, efek realiasi APBA pada triwulan II-217 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring telah dimulainya berbagai kegiatan pengadaan berbagai program yang mempengaruhi konsumsi masyarakat dan pemerintah. Adanya kegiatan berskala nasional seperti Pekan Nasional Petani dan Nelayan pada triwulan II-217 serta rencana realisasi gaji ke 13 dan 14 bagi pegawai negeri sipil diperkirakan akan turut menopang laju pertumbuhan ekonomi, khususnya menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga tercatat menurun dari 2,75%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,62%(yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, komponen investasi tercatat tumbuh sebesar 2,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan capaian pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,76%(yoy). Dari sisi kontribusinya, komponen konsumsi rumah tangga dan investasi pada triwulan laporan tercatat memberikan andil masing-masing sebesar 1,51% dan,87% terhadap pertumbuhan ekonomi secara total. Menurun dari triwulan sebelumnya yang masing-masing berkontribusi sebesar 1,57% dan 1,1%. Namun demikian, penurunan capaian pertumbuhan Aceh tersebut dapat tertahan oleh perbaikan kinerja komponen konsumsi pemerintah (non belanja modal) yang sejalan dengan adanya peningkatan realisasi belanja pegawai. Komponen ini timbuh sebesar 3,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,22%(yoy). Grafik 1.1. Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Aceh dari Sisi Pengeluaran pada sektor perdagangan, komponen konsumsi rumah tangga, serta pengeluaran pemerintah. 2. Sisi Pengeluaran ,51,25,54,87,8 -,19 -, Pada triwulan I-217, kinerja perekonomian dari sisi pengeluaran masih ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga dan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto). Namun demikian, pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga dan investasi tercatat Sumber: BPS Aceh Pertumbuhan (%, yoy, kanan) Kontribusi Pertumbuhan (%, kiri) Perbaikan yang terjadi pada neraca perdagangan Aceh juga ikut menahan penurunan kinerja Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2

22 perekonomian pada triwulan laporan. Tercatat pertumbuhan ekspor Aceh mengalami perbaikan Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dari yang terkontraksi 11,38% (yoy) pada triwulan 5 17 sebelumnya menjadi tumbuh sebesar 5,94% (yoy) (Grafik 1.1). Dengan capaian pertumbuhan sebesar 2,87%(yoy) ini, kinerja perekonomian Aceh masih berada di bawah level pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional. Perekonomian Sumatera tercatat tumbuh sebesar 4,5%(yoy) sedangkan nasional tumbuh sebesar 5,1%(yoy) (Grafik 1.2). Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi I II III IV I II III IV I Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik Selain itu, penurunan daya beli pada pekerja tani yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I-217 yang tercatat sebesar 95,11 atau lebih rendah dibandingkan NTP triwulan sebelumnya sebesar 95,9. Adanya faktor penurunan harga komoditas pangan -4 I II III IV I II III IV I PDRB Aceh (triliun, kanan) gaceh (%, yoy, kiri) 26 akibat dari panen raya di tingkat nasional serta banyaknya tanaman yang terserang hama di tingkat provinsi menjadi salah satu penyumbang Sumber: Badan Pusat Statistik Konsumsi Rumah Tangga Komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 2,62%(yoy), menurun dibandingkan tingkat pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 3,62%(yoy). Capaian tersebut juga tercatat lebih penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (Grafik 1.4). Grafik 1.4 Nilai Tukar Petani rendah dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,75%(yoy). 92 I II III IV I II III IV I Penurunan konsumsi masyarakat didorong oleh adanya penurunan daya beli masyarakat akibat penurunan pendapatan sebagai dampak dari efek multiplier realisasi anggaran pendapatan dan belanja Aceh. (Grafik 1.3). Sumber: Badan Pusat Statistik Namun demikian, penurunan NTP tersebut dapat ditahan oleh pergerakan harga di subsektor perkebunan yang masih menunjukkan tren positif. Sampai dengan triwulan I-217, harga beberapa komoditas perkebunan unggulan utama Aceh tercatat masih mengalami peningkatan, kecuali harga kopi arabika yang mulai sedikit mengalami penurunan. Harga komoditas seperti kopi, kelapa 3 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

23 Juta sawit, dan karet masih mengalami tren kenaikan sejak awal tahun 216 (Grafik 1.5) Grafik 1.5 Harga Komoditas yang semakin menunjukkan pesimisme dan penurunan. Indeks Penghasilan Konsumen tercatat menurun 8 3 dari 131, di triwulan sebelumnya menjadi 122, pada triwulan laporan. Sementara itu, Indeks 4 2 I II III IV I II III IV I Harga Kopi Arabica (BRL/bag, kiri) Harga Sawit (USD/metric ton, kiri) Harga Karet (USD/kg, kanan) 1 Kondisi Ekonomi Saat Ini tercatat menurun sebesar 13,32 poin dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen turun dari 125,3 pada triwulan sebelumnya menjadi 118,57 pada triwulan laporan. Sumber: Bank Indonesia Menurunnya daya beli masyarakat secara umum juga tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, Indeks Penghasilan, Indeks Kondisi Ekonomi, dan Indeks Keyakinan Konsumen tercatat mengalami penurunan di triwulan I-217 (Grafik 1.6). Kontribusi yang besar dari APBA terhadap pendapatan masyarakat Aceh menyebabkan keterlambatan realisasi anggaran pemerintah tersebut berdampak multiplier pada penurunan konsumsi masyarakat. Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen, Kondisi Ekonomi, dan Penghasilan Penurunan kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan I-217 juga tercermin dari konsumsi listrik rumah tangga yang tercatat mengalami penurunan pemakaian pada triwulan laporan. Pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan laporan terkontraksi sebesar,34% (yoy), turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 5,82% (yoy) (Grafik 1.1). Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan di periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,5% (yoy) (Grafik 1.7). Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Listrik RT I II III IV I I II III IV I II III IV I Indeks Penghasilan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Konsumsi Listrik (KWh, kiri) Pertumbuhan (%, yoy, kanan) Sumber: Bank Indonesia Seperti yang ditunjukkan oleh Grafik 1.6, penurunan konsumsi tersebut terkonfirmasi dengan turunnya Indeks Penghasilan Konsumen, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Sumber: Perusahaan Listrik Negara Namun demikian, penurunan tersebut dapat ditahan oleh dukungan dari sisi pembiayaan. Pertumbuhan kredit untuk tujuan konsumsi tercatat naik pada triwulan laporan. Capaian kredit konsumsi Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4

24 Ribuan tercatat tumbuh sebesar 8,66%(yoy). Angka oleh peningkatan penghasilan sebagai akibat dari tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,58%(yoy) (Grafik 1.8). Grafik 1.8 Pertumbuhan Kredit Konsumsi adanya peningkatan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pemerintah berupa pencairan gaji PNS ke-13 & 14 pada penghujung bulan Ramadhan serta realisasi proyek yang sempat tertunda di triwulan I Peningkatan pada triwulan II-217 juga didukung oleh adanya kegiatan Pekan Nasional Petani dan Nelayan di Aceh yang dilaksanakan pada bulan Mei 15 I II III IV I II III IV I 217 dengan jumlah peserta sebanyak orang. Kredit Konsumsi (Miliar, kanan) Ekspektasi Konsumsi Masyarakat pada dua bulan Sumber: Bank Indonesia Pada triwulan II-217, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut khususnya diperkirakan masih akan didorong oleh realisasi gaji PNS ke 13 & 14 serta pelaksanaan event Penas KTNA ke XV (Grafik 1.9). Grafik 1.9 Proyeksi Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga pertama di tahun 217 juga menunjukkan peningkatan. Indeks Ekspektasi Konsumen rata-rata pada bulan April dan Mei di triwulan II-217 tercatat lebih besar dibandingkan dengan posisi triwulan I Angka Indeks Ekspektasi pada bulan April dan Mei tahun 217 tercatat masing-masing sebesar 132,67 dan 131,24 (Grafik 1.1). Grafik 1.1 Indeks Ekspektasi Konsumen I II III IV I April Mei I II III IV I II III IV I II* Sumber: Bank Indonesia Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Bank Indonesia Pada triwulan II-217, diperkirakan komponen konsumsi rumah tangga dapat tumbuh sebesar 5,52%(yoy) atau meningkat sebesar 2,9% dibandingkan dengan triwulan I-217. Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan kedua tahun 217 juga diperkirakan akan didukung Perkiraan meningkatnya ekspektasi konsumsi juga tercermin dari porsi penggunaan pendapatan untuk konsumsi pada bulan April dan Mei 217 yang menunjukkan peningkatan, yakni sebesar 65,5% dan 7,9%. Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi rata-rata bulan Maret 217 yang sebesar 62,4%. Angka tersebut juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan 5 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

25 proporsi rata-rata pada 3 bulan di triwulan I-217 yang sebesar 6,13%. Optimisme pada triwulan II-217 juga diindikasikan oleh persepsi masyarakat terkait dengan adanya peningkatan tingkat penghasilan dan kegiatan usaha. Hasil survei Bank Indonesia sampai dengan bulan Mei 217 memperlihatkan adanya penurunan Indeks Tingkat Penghasilan dan Indeks Kegiatan Usaha. Kedua indeks tersebut tercatat mengindikasikan peningkatan sejak bulan pertama di triwulan II tahun 217 (Grafik 1.11). Grafik 1.11 Indeks Penghasilan, Kondisi Usaha, dan Ketersediaan Tenaga Kerja I II III IV I April Mei Indeks Penghasilan Indeks Kinerja Usaha sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp173,99 miliar. Peningkatan realisasi untuk belanja pegawai tersebut disebabkan oleh adanya penambahan jumlah PNS yang beralih dari tanggungan APBN menjadi tanggungan pemerintah provinsi. Tercatat terdapat penambahan jumlah PNS sebanyak hampir 15%. Penambahan jumlah PNS tersebut khususnya berasal dari PSN guru Sekolah Menengah Atas/Sederajat dari seluruh kabupaten/kota di Aceh. Pertumbuhan pada triwulan laporan juga tercatat lebih baik dibandingkan dengan capaian pertumbuhan pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 3,3%(yoy) (Grafik 1.12). tercatat masih terkontraksi Grafik 1.12 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah Daerah Sumber: Bank Indonesia Konsumsi Pemerintah Kinerja komponen konsumsi pemerintah pada I II III IV I II III IV I Konsumsi Pemerintah (triliun,kanan ) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan. Setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 1,22%(yoy), pada triwulan laporan komponen ini berhasil tumbuh sebesar 3,8%(yoy). Peningkatan belanja pemerintah yang terjadi pada triwulan laporan didorong oleh adanya peningkatan jumlah belanja tidak langsung, khususnya pada pos belanja pegawai. Realisasi belanja pegawai pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp718,73 miliar, jauh lebih besar dibandingkan dengan triwulan yang Sumber: Badan Pusat Statistik Pada triwulan II-217, konsumsi pemerintah diperkirakan akan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah APBA Aceh selaku pendorong utama ekonomi Aceh pada tahun 217 tercatat lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah APBA Aceh tercatat sebesar 14,76 triliun. Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan APBA 216 yang sebesar Rp12,8 triliun. Peningkatan sebesar Rp2 triliun tersebut berasal dari dana Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6

26 pengalihan dana guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adanya peningkatan jumlah PNS tersebut diperkirakan akan berdampak pada peningkatan realisasi anggaran belanja pegawai pada triwulan II- 217 dibandingkan dengan triwulan laporan. Kegiatan besar berskala nasional yang dilaksanakan pada triwulan II-217, yakni Pekan Nasional (Penas) Petani dan Nelayan juga berdampak pada peningkatan jumlah realisasi konsumsi pemerintah. Anggaran tersebut akan berdampak pada penyerapan anggaran yang dilakukan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah di Aceh (Grafik 1.13). Grafik 1.13 Proyeksi Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah pembangunan antara lain pembangunan Masjid Raya dan beberapa infrastruktur jalan dan jembatan, antara lain Jembatan Lamnyong, Jembatan Syiah Kuala, dan jalan provinsi. Adanya pergeseran waktu penyetujuan APBA juga berdampak pada kegiatan pembangunan di mana pada triwulan laporan berbagai rencana proyek infrastruktur terpaksa harus mengalami penundaan pembangunan, seperti pembangunan jalan serta tugu Nol Kilometer. Pembangunan berbagai macam infrastruktur tersebut diperkirakan akan dimulai kembali secara fisik pada triwulan II-217 setelah kegiatan pengadaan dan lelang selesai dilaksanakan. Grafik 1.14 Pertumbuhan Investasi I II III IV I II III IV I II* Konsumsi Pemerintah (triliun,kanan ) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) Komponen PMTB pada triwulan laporan tumbuh sebesar 2,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,76%(yoy). Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian di triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,96%(yoy) (Grafik 1.14). Penurunan PMTB secara tahunan terjadi seiring dengan telah masuknya periode akhir penyelesaian proyek multiyears yang mulai dilaksanakan sejak awal tahun 215. Beberapa proyek yang sudah selesai dan berada pada tahap akhir penyelesaian I II III IV I II III IV I Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik Berdasarkan sumbernya, penurunan pertumbuhan investasi pada triwulan I-217 terlihat dari PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing) yang terealisasi di Aceh. Pada triwulan I-217, tercatat pertumbuhan investasi mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 42,7%(yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar 13,69%(yoy). Apabila diuraikan per komponen, komponen PMDN yang memiliki proporsi paling besar dalam investasi di Aceh tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 41,87%(yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 7 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

27 Miliar Rp sebesar 24,51%(yoy). Kondisi yang sama juga terjadi Grafik 1.16 SKDU Konstruksi di komponen PMA yang terkontraksi sebesar 66,67%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berhasil tumbuh sebesar 6,87%(yoy) (Grafik 1.15). Grafik 1.15 Realisasi Investasi Aceh I II III IV I II III IV I Realisasi (%) Perkiraan (%) I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.17 Konsumsi Semen PMA PMDN TOTAL INVESTASI Sumber: Badan Investasi Aceh Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia juga ikut mengonfirmasi adanya penurunan investasi yang tercermin dari kinerja perusahaan. Pada triwulan II-217 kinerja perusahaan konstruksi mengalami penurunan dari I II III IV I II III IV I Konsumsi Semen (Ton, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri),66%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi terkontraksi sebesar,45%(yoy) (Grafik 1.16). Selain itu, indikator utama sektor konstruksi lainnya, yakni konsumsi semen juga tercatat mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat terkontraksi sebesar 3,22%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 23%(yoy). Namun demikian, penurunan tersebut tercatat lebih baik dibandingkan dengan triwulan Sumber: Kemenperin dan Kemendag Dari sisi dukungan pembiayaan, tercatat pertumbuhan kredit untuk sektor konstruksi juga mengalami penurunan. Sampai dengan triwulan laporan, jumlah pembiayaan sektor konstruksi terkontraksi sebesar 11,8%(yoy), atau lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 9,46%(yoy) (Grafik 1.18). Grafik 1.18 Kredit Konstruksi sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar 9,91%(yoy) (Grafik 1.17) 4 2 I II III IV I II III IV I Kredit Konstruksi (Miliar, kiri) Pertumbuhan (%, yoy, kanan) Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8

28 Memasuki triwulan kedua tahun 217, investasi di Aceh diperkirakan masih akan berada dalam tren peningkatan. Komponen investasi diperkirakan akan tumbuh pada angka 11,4%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,58%(yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan masih akan berasal dari PMDN yang terealisasi dalam bentuk investasi fisik atau infrastruktur (Grafik 1.19). Grafik Proyeksi Pertumbuhan Investasi diharapkan dapat terealisasi pada triwulan II-217 s.d akhir tahun 217. Ekspor-Impor Kinerja ekspor Aceh tercatat mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Setelah pada triwulan sebelumnya tercatat mengalami kontraksi sebesar 11,38% (yoy), kinerja ekspor Aceh tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,94%(yoy). Capaian pertumbuhan tersebut juga tercatat lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 12,38%(yoy) (Grafik 1.2) I II III IV I II III IV I II* Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Bank Indonesia dan Bank Indonesia Beberapa faktor utama peningkatan tersebut adanya kegiatan belanja modal dari APBA yang terealisasi dalam bentuk kelanjutan pembangunan infrastruktur multiyears yang sebagian besar akan berakhir pada awal tahun 217. Beberapa program pembangunan tersebut antara lain pembangunan jembatan Lamnyong dan fly over Simpang Surabaya di Banda Aceh. Pada tanggal 17 Mei 217, pemerintah Aceh dan rekanan menandatangani kontrak kerja 493 proyek APBA 217 senilai Rp98 miliar se-aceh di bawah tanggung jawab puluhan SKPA. Penandatanganan kontrak proyek serentak tersebut diikuti oleh Gubernur Aceh, anggota Muspida, Bupati/Walikota, anggota DPRA serta kuasa proyek serta para kontraktor pemenang tender. Melalui event ini, realisasi belanja modal yang sempat tertunda pada triwulan I-217 Grafik 1.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor 2,7,6-2 I II III IV I II III IV I, ,4,3-6,2-8,1-1 - Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik Setelah habisnya komoditas minyak dan gas untuk tujuan ekspor, kinerja pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan masih didorong oleh ekspor komoditas nonmigas, khususnya komoditas hasil pertanian dan pertambangan nommigas. Peningkatan kinerja ekspor bersumber oleh meningkatnya harga komoditas ekspor unggulan Aceh dari sektor pertanian, yakni kopi, karet, kelapa sawit serta komoditas pertambangan dalam bentuk batu bara. Harga kopi hingga triwulan laporan tercatat mencapai BRL 52,3/bag (6kg), naik dibandingkan dengan harga pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar BRL 4475,7/bag. Sementara itu, harga karet tercatat telah 9 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

29 menyentuh level USD 2,53/kg, lebih baik USD 11,85 juta, meningkat sangat signifikan dibandingkan dengan posisi harga di sebelumnya yang sebesar USD 1,92/kg. tahun dibandingkan dengan ekspor pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang hanya USD 1,1 Harga komoditas pertanian utama Aceh lainnya, yakni kelapa sawit juga mencatatkan kenaikan harga pada level USD 74,63/metric ton, lebih baik dibandingkan harga pada di tahun sebelumnya yang sebesar USD 681,87/metric ton. (Grafik 1.21). Grafik Harga Komoditas Pertanian Unggulan Aceh juta. Sampai dengan triwulan I-217, harga batu bara di pasar internasional tercatat mampu menembus USD 5,12/metric ton atau naik dibandingkan dengan posisi triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang berada pada level USD 42,29/metric ton (Grafik 1.22) Grafik Harga Batubara (USD/Metric Ton) 55 I II III IV I II III IV I Harga Kopi Arabica (BRL/bag, kiri) Harga Sawit (USD/metric ton, kiri) Harga Karet (USD/kg, kanan) Sumber: Bank Indonesia 3 I II III IV I II III IV I Di samping dukungan dari sisi tren peningkatan harga, adanya peningkatan permintaan akan komoditas-komoditas unggulan tersebut juga menjadi salah satu faktor peningkatan permintaan Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan impor sampai dengan triwulan I- 217 tercatat sedikit mengalami peningkatan. ekspor Aceh. Khusus untuk kopi, pangsa pasar tradisionalnya seperti Amerika dan Eropa masih menjadi pengimpor kopi Aceh di samping Asia Timur dan Tenggara. Namun demikian, adanya pembukaan serta peningkatan ekspor ke Kanada dan Korea Selatan juga ikut menjadi salah satu faktor Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Impor I II III IV I II III IV I ,,8,6,4,2 - pendorong peningkatan permintaan komoditas kopi pada triwulan laporan. Impor (triliun, kanan) Sumber: Badan Pusat Statistik Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Dari sisi komoditas pertambangan, komoditas batu bara menjadi satu-satunya lokomotif peningkatan ekspor Aceh seiring dengan kenaikan harga komoditas tersebut. Pada tahun ini tercatat nilai total batu bara yang diekspor tercatat sebanyak Jenis barang impor yang mendominasi pada triwulan laporan masih didominasi oleh impor garam, belerang, dan kapur. Impor barang-barang tersebut digunakan untuk keperluan industri pengolahan di Aceh, khususnya industri produksi Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 1

30 semen. Namun demikian, adanya peningkatan jumlah impor tersebut dapat ditutupi oleh peningkatan jumlah ekspor yang lebih besar sehingga menciptakan neraca perdagangan Aceh yang semakin positif. Pada triwulan I-217, tercatat neraca perdagangan Aceh sebesar Rp119,94 miliar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp25,94 miliar. harga batu bara hingga triwulan II-217. Namun demikia, peningkatan tersebut dikhawatirkan akan terhenti pada triwulan III-217. Tren kenaikan harga masih akan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan ekspor Aceh pada triwulan II-217 (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25) Grafik 1.24 Proyeksi Pertumbuhan Ekspor 1,8 Pada triwulan II-217, pertumbuhan ekspor 5,6 diproyeksikan masih akan melanjutkan tren peningkatan. Sementara itu, pertumbuhan impor -5 I II III IV I II III IV I II* ,4,2 diperkirakan akan sedikit mengalami penurunan Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri) Peningkatan ekspor tersebut masih didorong proyeksi kenaikan harga komoditas pertanian, terkecuali komoditas kelapa sawit yang diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan membaiknya hasil produksi CPO di Malaysia. Tabel 1.1. Proyeksi Harga Komoditas Pertanian Kopi (cts/lb) CPO ($/MT) Karet (cts/lb) Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Grafik 1.25 Proyeksi Pertumbuhan Impor 16 1, 12,8 8,6 4,4-4,2-8 - I II III IV I II III IV I II* Q2 9,4 647,8 75,2 Impor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) 217Q2 181, 621,2 11, ,4 593,4 17,9 Sumber : IMF Di samping didorong oleh kenaikan harganya, ekspor komoditas pertambangan nonmigas (batu bara) juga diperkirakan akan terus naik seiring dengan target ekspor sebanyak 2,73 juta metric ton sampai dengan akhir tahun 217. Tabel 1.2. Proyeksi Harga Komoditas Batu Bara Komoditas Satuan 216Q2 217Q2* Batu Bara $/MT 55,56 8,77 Sumber: IMF Proyeksi dari International Monetary Fund (IMF) memperlihatkan masih akan adanya peningkatan Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia 3. Sisi Sektoral Sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, dan administrasi pemerintahan masih menjadi lokomotif pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan walaupun mengalami pertumbuhan pertumbuhan. Pertumbuhan pada sektor pertanian tercatat memberikan kontribusi paling besar terhadap kinerja perekonomian. Meskipun mengalami penurunan kontribusi, sektor tersebut memberikan sumbangsih sebesar 1,43% terhadap perekonomian Aceh, namun demikian tingkat 11 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

31 Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Sosial Jasa lainnya kontribusi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi sebesar 1,56%. Di samping sektor pertanian, kontribusi dari sektor yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,13%(yoy) (Grafik 1.27) Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Pertanian perdagangan dan administrasi pemerintahan juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian. Masing-masing sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar,51% dan,61% pada triwulan laporan I II III IV I II III IV I Sementara itu, sektor ketiga terbesar di Aceh, yakni sektor konstruksi pada triwulan laporan tercatat mengalami kontraksi dan memberikan kontribusi negatif sebesar,26% (Grafik 1.26) dan menjadi penyebab utama penurunan pertumbuhan perekonomian Aceh pada periode laporan. Grafik 1.26 Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Aceh dari Sisi Pengeluaran ,43 -,38 -,19,, -,26,51,61,1,12,12,9,31,4,18,11, Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik Menurunnya kinerja sektor pertanian juga terindikasi dari penurunan kredit pada sektor tersebut. Kredit sektor pertanian pada triwulan I- 217 tercatat tumbuh sebesar 12,54%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,97%(yoy). Faktor risiko yang masih tinggi di sektor ini menjadi faktor utama adanya kehati-hatian dari pihak perbankan untuk mengucurkan kreditnya ke sektor pertanian (Grafik 1.28). Grafik 1.28 Kredit Sektor Pertanian 3. 8 Pertumbuhan (%, yoy, kiri) Kontribusi Pertumbuhan (%, kanan) Sumber: Badan Pusat Statistik Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Secara tahunan kinerja sektor pertanian pada triwulan I-217 menurun dibandingkan tahun dan I II III IV I II III IV I Kredit Pertanian (Miliar, kanan) Pertumbuhan (%, yoy, kiri) triwulan sebelumnya. Sektor pertanian pada triwulan I-217 tumbuh sebesar 5,8%(yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,71%(yoy). Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan Sumber: Bank Indonesia Penurunan kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan kinerja sektor tersebut. Hasil SKDU sektor pertanian menunjukkan adanya penurunan hasil usaha dari 4,99%(yoy) pada Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12

32 triwulan sebelumnya menjadi 4,9%(yoy) pada triwulan laporan. Penurunan ini terutama didorong Sementara itu, harga karet tercatat telah menyentuh level USD 2,53/kg, lebih baik oleh adanya penurunan kapasitas utilisasi hampir di dibandingkan dengan posisi harga di tahun seluruh subsektor bahan pangan dan perkebunan. Penurunan kapasitas utilisasi tersebut didorong oleh adanya banyak tanaman siap panen yang terkena hama, khususnya tanaman pangan (Grafik 1.29). Grafik Hasil SKDU Sektor Pertanian I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia SKDU Sektor Pertanian (%,yoy) Pertumbuhan Sektor Pertanian (%,yoy) Namun demikian, penurunan kinerja sektor pertanian tersebut dapat tertahan oleh adanya peningkatan di subsektor perkebunan. Kenaikan di subsektor perkebunan tersebut salah satunya bersumber dari adanya peningkatan permintaan sebelumnya yang sebesar USD 1,92/kg. (Grafik 1.3). Grafik 1.3 Perkembangan Harga Komoditas Aceh I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia Harga Kopi Arabica (BRL/bag, kiri) Harga Sawit (USD/metric ton, kiri) Harga Karet (USD/kg, kanan) Pada triwulan II-217, sektor pertanian diproyeksikan akan mengalami sedikit penurunan dari 5,8%(yoy) menjadi 4,26%(yoy). Grafik 1.31 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Pertanian dari pabrik kopi olahan untuk komoditas bean coffee. 8 9 Berdasarkan hasil lliaison ke produsen kopi, 6 8 penyebab peningkatan perdagangan kopi juga diakibatkan oleh adanya peningkatan permintaan untuk keperluan produksi kopi kemasan dari luar I II III IV I II III IV I II* 7 Aceh dan peningkatan permintaan dari Amerika, Jerman, Belanda, dan negara-negara Asia Timur. Faktor tren kenaikan harga komoditas pertanian juga turut menopang pertumbuhan sektor pertanian. Harga kopi hingga triwulan laporan tercatat mencapai BRL 52,3/bag (6kg), naik dibandingkan dengan harga pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar BRL 4475,7/bag. Harga kelapa sawit naik menjadi USD 74,63/metric ton setelah pada tahun sebelumnya berada pada level USD 681,87/metric ton Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Penurunan di sektor pertanian diperkirakan bersumber dari adanya penurunan di subsektor tanaman pangan sebagai salah satu komponen terbesar di sektor ini. Sementara itu, subsektor perkebunan diperkirakan masih akan melanjutkan tren peningkatan hingga triwulan II-217. Penurunan di subsektor pertanian diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang mengakibatkan areal sawah 13 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

33 terendam banjir luapan di sejumlah Kabupaten di Aceh. Di samping itu, program tanam padi secara serentak Musim Tanam (MT) I tahun 217 juga Pada periode laporan ini, sektor perdagangan tumbuh sebesar 3,23%(yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan menghadapi kendala yang cukup serius. Ribuan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,5%(yoy). hektare lahan sawah yang diolah petani sejak bulan Februari lalu sudah memasuki masa persemaian benih, sementara benih bantuan pemerintah belum tersedia. Namun demikian, penurunan tersebut diperkirakan dapat tertahan oleh kinerja dari subsektor Capaian kinerja pada triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dengan capaian di periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,96%(yoy) (Grafik 1.32). Grafik 1.32 Pertumbuhan Sektor Perdagangan perkebunan, khususnya dari komoditas kopi dan 8 5 karet yang diperkirakan masih akan mengalami tren kenaikan harga jual Sementara itu, harga komoditas kelapa sawit pada I II III IV I II III IV I 4 triwulan II-217 diperkirakan akan mengalami penurunan kinerja seiring dengan adanya Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) peningkatan produksi dari Malaysia pasca menurunnya produksi akibat curah hujan yang menerpa kawasan perkebunan di negara tersebut. Tabel 1.3. Proyeksi Harga Komoditas Pertanian Kopi (cts/lb) CPO ($/MT) Karet (cts/lb) 216Q2 9,4 647,8 75,2 217Q2 181, 621,2 11, ,4 593,4 17,9 Sumber : IMF Sumber: Badan Pusat Statistik Penurunan kinerja perdagangan tercermin ini dari kenaikan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama. Indeks tersebut pada triwulan I-217 tercatat sebesar 114,86, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 125,8 (Grafik 1.33). Grafik 1.33 Konsumsi Barang Tahan Lama Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11 1 I II III IV I Sektor perdagangan pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan kinerja usaha dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Sumber: Bank Indonesia Di samping itu, kondisi tersebut terindikasi oleh adanya penurunan Indeks Tendensi Konsumsi dan Indeks Penghasilan di Aceh yang juga ikut mengalami penurunan. Indeks Tendensi Konsumsi Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14

34 tercatat sebesar 11,68, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,. Sementara itu, Indeks Penghasilan tercatat turun sebesar 8,14 poin dari 131, pada triwulan sebelumnya menjadi 122,86 [ada triwulan laporan (Grafik 1.34). Grafik 1.34 Indeks Tendensi Konsumsi secara langsung, seperti transportasi dan jasa akomodasi dan makan minum. Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama dan Indeks Penghasilan sampai dengan bulan Mei 217 tercatat memperlihatkan tren peningkatan. Indeks Konsumsi Bahan Tahan Lama tercatat sebesar 127,4 pada bulan Mei 217, naik dibandingkan dengan periode triwulan I-217 yang tercatat sebesar 114,9. Di samping itu, Indeks Penghasilan tercatat mencapai 129,7, naik dibandingkan 11 1 dengan posisi di triwulan I-217 yang tercatat 1 I II III IV I 95 sebesar 122,9. Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Pada triwulan II-217 sektor perdagangan diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,75%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,23%(yoy). Grafik 1.35 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Perdagangan 8 6 Indeks Penghasilan (Kiri) Indeks Tendensi Konsumsi (Kanan) 5 Faktor lain yang diperkirakan akan meningkatkan kinerja sektor perdagangan adalah adanya rencana realisasi gaji ke 13 dan 14 dari para pegawai negeri sipil. Realisasi gaji tersebut diperkirakan akan direalisasikan pada akhir triwulan I-217. Sektor Konstruksi Secara tahunan, pertumbuhan sektor konstruksi menurun secara signifikan baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang sama di tahun sebelumnya I II III IV I II III IV I II* Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Kinerja sektor konstruksi tercatat turun cukup signifikan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,71%(yoy) menjadi terkontraksi sebesar 2,58%(yoy) pada triwulan laporan. Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Faktor pendorong peningkatan sektor perdagangan sebagian besar bersumber dari berbagai kegiatan besar dan bersifat nasional, termasuk kegiatan Penas KTNA XV pada bulan Mei 217. Kedatangan 35. tamu peserta Penas diperkirakan akan Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan kinerja di triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 16,79%(yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, sektor konstruksi dapat memberikan kontribusi negatif sebesar,26%(yoy) (Grafik 1.36) membantu peningkatan transaksi perdagangan, konsumsi, serta kinerja sektor lain yang terkait 15 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

35 Grafik 1.36 Pertumbuhan Sektor Konstruksi Grafik 1.37 Grafik Pertumbuhan Konsumsi Semen I II III IV I II III IV I Konstruksi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik I II III IV I II III IV I Konsumsi Semen (Ton, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri) Faktor utama penyebab terjadinya penurunan di sektor ini adalah terkait dengan realisasi anggaran pemerintah daerah yang mengalami keterlambatan. Hal tersebut berdampak pada bergesernya rencana pembangunan berbagai proyek infrastruktur yang bersifat multiyears maupun yang nonmultiyear. Selain itu, memasuki triwulan I-217, beberapa proyek infrastruktur utama di Aceh telah memasuki tahap akhir pembangunan. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di sektor ini. Beberapa proyek yang telah hampir selesai adalah pembangunan masjid raya, jembatan, dan jalan raya. Sumber: Kementerian Perindustrian Sektor Konstruksi pada triwulan II-217 diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja perekonomian seiring telah mulai terealisasinya anggaran pendapatan dan belanja pemerintah. Pada triwulan II-217, sektor konstruksi diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,26%(yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,58%(yoy). Grafik 1.38 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Konstruksi Kondisi penurunan sektor konstruksi ini juga terkonfirmasi dari menurunnya pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan I-217 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun -1 1 I II III IV I II III IV I II* Konstruksi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi semen Aceh tercatat lebih terkontraksi sebesar 3,22%(yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,%. (Grafik 1.37). Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Peningkatan capaian pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh realisasi dari berbagai proyek pembangunan infrastruktur baru dan lanjutan pembangunan infrastruktur multiyears, termasuk pembangunan jalan, tugu, dan flyover. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16

36 Sektor Pertambangan Dan Penggalian Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertambangan dan Penggalian tercatat mengalami penurunan baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Maupun dengan triwulan pertama di tahun sebelumnya. Grafik 1.4 Harga Batubara (USD/Metric Ton) Sektor ini tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,79%(yoy), turun dibandingkan dengan 3 I II III IV I II III IV I pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,65%(yoy). Berdasarkan komponen penyusunnya, penurunan sektor ini berasal dari adanya penurunan komoditas migas yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 17,23%(yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 7,2%(yoy) (Grafik 1.39). Namun demikian, penurunan ekspor dari komoditas migas tersebut dapat tertahan oleh adanya peningkatan jumlah ekspor komoditas pertambangan nonmigas yang tumbuh sebesar 69,38%(yoy), naik signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 39,2%(yoy). Ekspor tersebut meningkat sejalan dengan peningkatan harga komoditas batu bara sebagai komoditas pertambangan nonmigas utama di Aceh. Grafik 1.39 Grafik Pertumbuhan Sektor Pertambangan I II III IV I II III IV I Pertambangan (triliun, kanan) Sumber: Bank Indonesia Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan penggalian terutama didorong oleh adanya peningkatan produksi batubara yang masih akan terus diekspor hingga periode akhir tahun. Total ekspor batu bara hingga akhir tahun 217 sebanyak 2,73 juta ton metric. Angka ekspor tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan realisasi ekspor tahun 215 yang sebanyak 55 ribu metric ton dan tahun 216 yang tercatat sebesar 1,8 juta metric ton. Target ekspor ini juga didukung oleh masih adanya tren peningkatan harga batu bara di pasar dunia. Ekspor komoditas batu bara menjadi komoditas non-pertanian yang menjadi andalan Aceh pasca habisnya gas Arun pada akhir tahun 214. Grafik 1.41 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Pertambangan I II III IV I II III IV I II* Sumber: Bank Indonesia Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri) Sumber: Badan Pusat Statistik 17 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

37 Pada triwulan II-217 sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan akan mengalami perbaikan kinerja meskipun masih mengalami kontraksi. Sektor ini diperkirakan akan terkontraksi sebesar 3,43%(yoy), atau lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 4,79%(yoy). Perbaikan kinerja ini khususnya diperkirakan akan bersumber dari komponen barang nonmigas (batu bara) yang terus mengalami peningkatan produksi dan permintaan. Kondisi tersebut juga masih didukung oleh kondisi harga komoditas batu bara yang masih berada dalam tren kenaikan. Kondisi tren kenaikan harga tersebut diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga triwulan II-217. Tabel 1.4. Proyeksi Harga Komoditas Batu Bara Komoditas Satuan 216Q2 217Q2* Batu Bara $/MT 55,56 8,77 Sumber: IMF Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 18

38 Dampak Pelaksanaan Penas KTNA XV Terhadap Perekonomian Aceh Pada tanggal 6 Mei 217, Presiden Jokowi membuka Pekan Nasional Petani-Nelayan (Penas KTNA) XV, yang dipusatkan di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. Perhelatan akbar yang berlangsung pada 6-11 Mei 217 itu diikuti oleh lebih dari 35. peserta dari seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan Penas merupakan forum pertemuan yang telah berlangsung sejak 1971 serta menjadi bagian yang sangat strategis dalam upaya membangun kesepahaman di antara berbagai stakeholders sektor pertanian maupun perikanan. Dalam kesempatan tersebut, Provinsi Aceh berhasil meraih juara umum setelah memenangkan lima kategori perlombaan yang berkaitan dengan pertanian. Dari sisi penyelenggaraan acara, pelaksanaan Penas XV 217 juga berjalan dengan lancar. Bahkan Menurut Ketua KTNA Pusat, Winarno Thohir, keramahtamahan masyarakat Aceh, membuat tamu merasa senang aman dan nyaman selama berada di pemukiman dan di lokasi Acara. Pasca perhelatan Penas KTNA XV 217, ada banyak dampak positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat Aceh. Salah satu manfaat dari event ini adalah membangkitkan semangat sektor pertanian menuju kemandirian, ketahanan, serta kedaulatan pangan Indonesia. Forum ini menjadi wadah kegiatan belajar-mengajar, tukar-menukar informasi, serta pengembangan kemitraan dan jejaring kerja sama antara petani, nelayan, petani hutan, peneliti, penyuluh, pihak swasta dan pemerintah. Penas XV yang digelar di Aceh kali ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menjadikan pertanian sebagai leading sector dalam perekonomian, khususnya di Aceh, sehingga pada akhirnya akan membawa kesejahteraan dalam kehidupan para petani. Kedatangan 35. tamu peserta Penas juga memberikan berkah tersendiri bagi perekonomian Aceh. Beberapa aspek yang diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian Aceh pada periode ini antara lain pengeluaran peserta selama berada di Aceh, termasuk diantaranya akomodasi, transportasi dan konsumsi, pelaksanaan transaksi di area acara dan lelang produk tani serta pengeluaran panitia Penas KTNA XV selama persiapan dan penyelenggaraan acara. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia menggunakan CGE-Indoterm Model, perhelatan Penas KTNA XV diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian Aceh,44% s.d,89% (YoY) dari baseline PDRB Aceh periode triwulan II-217. Sektor penyediaan akomodasi, transportasi, perdagangan serta pertanian diprediksikan menjadi sektor yang mendapatkan peningkatan paling signifikan dari pelaksanaan perhelatan ini. Keindahan alam, keunikan budaya, serta keramahtamahan masyarakat Aceh yang dialami selama pelaksanaan acara juga diharapkan memberikan kesan positif bagi tamu peserta, sehingga 19 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

39 Dampak Pelaksanaan Penas KTNA XV Terhadap Perekonomian Aceh merekomendasikan dan mempromosikan potensi keberagaman dan keindahan Aceh sebagai destinasi wisata bagi kolega dan kerabatnya. Ke depan, momentum ini diharapkan mampu semakin meningkatkan arus wisatawan ke Aceh dan berimbas pada peningkatan perekonomian aceh melalui sektor pariwisata. Melalui peningkatan secara berkesinambungan pada aspek infrastruktur, SDM serta manajemen, sektor pariwisata dapat menjadi quick wins penggerak perekonomian Aceh. Kemampuan dalam menjadi tuan rumah Penas KTNA menjadi salah satu indikator bahwa Provinsi Aceh memiliki potensi besar yang dapat dioptimalkan. Pelaksanaan Penas Petani-Nelayan XV di Aceh ini, dapat dijadikan satu momentum pembangkit semangat bagi seluruh pihak untuk menciptakan perekonomian Aceh yang tumbuh tinggi dan berkesinambungan. Melalui keseriusan dan konsistensi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merealisasikan program pengembangan secara berkesinambungan, baik sektor pertanian maupun sektor potensial lainnya, niscaya kesejahteraan masyarakat Aceh akan semakin meningkat dan merata. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2

40

41 KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi Aceh terhadap APBD mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya Tingkat Realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan I 217 lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari peningkatan nominal pendapatan perimbangan/transfer. Realisasi belanja terhadap pagu APBD dan APBN juga mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi belanja APBD terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja hibah. Sedangkan peningkatan realisasi belanja APBN bersumber dari Belanja Negara Penerimaan Pemerintah Provinsi Persentase realisasi pendapatan daerah terhadap target APBA pada Triwulan I 217 mencapai 8,16%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 216 yang hanya mencapai 6,91%. R ealisasi pendapatan pada triwulan I 217 mencapai Rp Miliar atau mencapai 8,16% dari target pendapatan APDB senilai Rp Miliar. Sementara pada triwulan I 216, realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp 867 Miliar atau 6,91% dari pagu Rp Miliar. Peningkatan realisasi pendapatan APBA terutama bersumber dari nominal realisasi Pendapatan Perimbangan/Transfer. Sementara nominal realisasi PAD menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Realisasi PAD mencapai 12,6% dari pagu, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 18,9%. Penurunan realisasi PAD daerah yang sah yang mencapai 19,7 (3%) atau menurun dibandingkan periode yang sama tahun 216 yang mencapai 141,12 Miliar (23%). REALISASI PENDAPATAN APBA Pendapatan Asli Daerah 95,28% Transfer Pusat 94,12% Lain-Lain 98,97% Pendapatan Perimbangan/Transfer mencapai 7,45% dari pagu, menurun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 28,61% dari pagu. Penurunan realisasi pendapatan perimbangan/transfer terutama terjadi pada pos dana alokasi umum yang mencapai 24% dari pagu, atau memiliki persentase realisasi yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 33%. terutama terjadi pada pos lain-lain pendapatan asli 21 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

42 Tabel 2.1 Pendapatan APBA Triwulan I 217 PENDAPATAN APBD Provinsi 216 Sumber : Dinas Keuangan Aceh Pagu Anggaran Tahunan (Rp Miliar) Realisasi Akumulasi (Rp Miliar) Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2.57, ,6 388,95 268,47 18,9 12,6 Pendapatan Pajak Daerah 1.219, ,74 246,56 247,57 2,21 19,5 Pendapatan Retribusi Daerah 11,8 1,7 1,27 1,17 1,76 11,62 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 21,9 227, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 624,61 689,26 141,12 19,73 22,59 2,86 Pendapatan Perimbangan/Transfer 1.67, ,81 478,1 897,75 28,61 7,45 Lain-lain Pendapatan yang Sah 8.822,97 2,7,5 -, - Total Pendapatan , ,94 867, ,23 6,91 8,16 (%) Berdasarkan struktur APBD 217, porsi Pendapatan perimbangan/transfer mendominasi pendapatan APBD Pemerintah Provinsi. Hal ini tercermin dari porsi pendapatan perimbangan sebesar 77% dibandingkan Pendapatan Asli Daerah realisasi mencapai Rp 493,56 Miliar atau 3,83% dari target belanja APBD senilai Rp ,63 Miliar. REALISASI BELANJA APBA Belanja Operasi 5,45% Belanja Tidak Terduga 1,35% yang hanya sebesar 23%. 2.2.Belanja Pemerintahan Provinsi Persentase Belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan I 217 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBA mencapai Rp 673,5 Miliar atau 4,56% dari pagu anggaran tahunan 217 senilai Rp ,7 Miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan Peningkatan persentase realisasi belanja APBD terutama bersumber dari Belanja Operasi. Realisasi belanja operasi tercatat sebesar 5,45%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 216 sebesar 5,1%. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Belanja hibah. Realisasi Belanja hibah tercatat sebesar 18,4%, meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 14,87%. Tabel 2.1 Belanja APBA Triwulan I 217 BELANJA APBD Pagu Anggaran Tahunan (Rp Realisasi Akumulasi Realisasi Provinsi 217 Miliar) (Rp Miliar) (%) Belanja Operasi 9.616, ,5 49,12 446,54-5,45 Belanja Pegawai 1.46, ,86 23,33 261,3 14,46 1,78 Belanja Barang & Jasa 3.741, ,21 75,21 6,62 2,1 1,24 Belanja Hibah 1.423,8 677,19 211,58 124,62 14,87 18,4 Belanja Bantuan Sosial 3.45,56 26, Belanja Modal 2.578, ,89 3,44,7,13,3 Belanja Tidak Terduga 2, 3, -,41-1,35 Transfer 659, ,31-225,41 -, Total Belanja & Transfer , ,7 493,56 673,5 3,83 4,56 Sumber : Dinas Keuangan Aceh Keuangan Pemerintah 22

43 Peningkatan realisasi Belanja hibah tersebut mendorong peningkatan realisasi Belanja Operasi secara umum. Grafik 2.1. Struktur Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Aceh Pada triwulan I 217, penyerapan APBN mencapai Rp6.686,73 Milyar yaitu 17,51% terhadap target belanja APBN tahunan senilai Rp38.192,2Milyar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,8% dari target belanja APBN senilai Rp44.214,1. Turunnya 27% realisasi APBN pada triwulan laporan Sumber: Dinas Keuangan Aceh Berdasarkan strukturnya, belanja daerah Pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh belanja operasi/rutin. BELANJA OPERASI BELANJA MODAL TRANSFER 17% Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pangsa Belanja Operasi (55,5%) dibandingkan Belanja Modal (17,37%). Adapun porsi pagu belanja modal telah menunjukkan penurunan pada tahun 217 yaitu sebesar Rp 2,56 triliun dibandingkan tahun 216 yang sebesar Rp 2,58 triliun. 2.2.Belanja Pemerintah Pusat Realisasi belanja APBN Provinsi Aceh pada triwulan I 217 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. 56% disebabkan oleh menurunnya realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa. REALISASI BELANJA APBN Belanja Negara 13,78% Transfer 19,18% Pada Tw I 217, terdapat peningkatan realisasi anggaran pada setiap komponen/pos belanja negara. Namun, penurunan justru terjadi pada realisasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Pos dengan peningkatan realisasi tertinggi adalah pos Belanja Modal yang pada Tw I 217 tumbuh sekitar 2,87% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Disisi lain, Realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa menunjukkan penurunan signifikan yaitu menurun 14% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Tabel 2.3 Pengeluaran APBN Di Provinsi Aceh Triwulan I 217 BELANJA APBN Provinsi 217 Pagu Anggaran Tahunan (Rp Miliar) Realisasi Akumulasi Realisasi (Rp Miliar) (%) Belanja Negara , , , ,37 11,65 13,78 Belanja Pegawai 5.74, ,98 986, ,33 19,43 19,82 Belanja Barang 4.346, ,14 32,18 362,68 6,95 9,41 Belanja Modal 3.78, ,66 17,49 22,74 5,54 8,41 Belanja Bantuan Sosial 25,73 71,8,,63 -,88 Transfer Ke Daerah dan Dana Desa , , , ,36 33,18 19,18 Transfer ke Daerah , , , ,36 37,74 23,55 a. Dana Perimbangan , , , ,64 52,96 37,14 b. Dana Otonomi Khusus dan 8.7, ,91, 333,72-3,81 Transfer Dana Desa 3.829, ,57,, - - Total Belanja , , , ,73 27,8 17,51 Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh 23 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

44

45 Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan I 217 relatif terkendali Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan I 217 tercatat mengalami penurunan, baik dibandingkan dengan inflasi tahun 216, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maupun apabila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir ( ). Inflasi tahunan Aceh sepanjang Triwulan I 217 disumbang oleh komoditas dari kelompok volatile foods dan administered prices. Tren perkembangan inflasi bulanan Aceh pada Triwulan I 217 mengalami deflasi, atau menurun dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di periode yang sama pada tahun sebelumnya maupun dibandingkan akhir tahun 216. Pada Triwulan I 217 telah dilaksanakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Aceh yang terus menghimbau dan menekankan berbagai upaya untuk meredam dan menjaga stabilitas inflasi. Beberapa upaya yang masih terus dilakukan antara lain meliputi strategi intervensi pasar, distribusi barang, komunikasi kebijakan, koordinasi, dan menjaga kecukupan pasokan Inflasi Tahunan Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan I 217 mencapai 3,45% (yoy) atau mengalami penurunan baik dibandingkan dengan inflasi pada akhir tahun 216 yang tercatat sebesar 3,95% (yoy), dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 3,55% (yoy), maupun apabila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir ( ) yaitu sebesar 4,91%. P enurunan tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh melimpahnya pasokan ikan segar serta lancarnya pasokan komoditas pangan dengan nilai masing-masing sebesar 3,8%(yoy), 3,61%, dan 4,72% pada Tw I 217. Laju inflasi tersebut sejalan dengan realisasi inflasi tahunan Sumatera di triwulan yang sama yang tercatat sebesar 3,92% (yoy). Jika dibandingkan dengan kondisi 23 kota pantauan inflasi di kawasan Sumatera, angka deflasi pada Kota Lhokseumawe, Kota Banda Aceh, dan Kota Meulaboh masing masing tercatat berada pada peringkat 2, 1 dan 13. Deflasi pada Kota Lhokseumawe menempati urutan ke-2 setelah Kota Tanjung Pandan yang mengalami deflasi sebesar 1,49% (mtm). Grafik 3.1: Pergerakan Laju Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh dan sayuran dan buah-buahan. Namun demikian, penetapan kenaikan cukai rokok serta kenaikan tarif listrik menjadi faktor yang menghambat penurunan 3,8% 3,61% 4,72% 3,45% inflasi pada periode laporan. Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh Des Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh Sumber: BPS, diolah Perkembangan Inflasi Daerah 24

46 Capaian inflasi tahunan kota Banda Aceh pada Tw I 217 tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,1% (yoy). Pencapaian Inflasi tahunan kota Lhokseumawe di Tw I 217 juga tercatat menurun bila dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 4,63% (yoy), sedangkan inflasi kota Meulaboh mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang sama tahun Untuk kelompok core tercatat sebesar 2,46% (yoy) di triwulan laporan, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,5% (yoy). Inflasi kelompok core tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga jasa tukang bukan mandor seiring dengan Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh untuk tahun 217 menjadi sebesar Rp2.5.,-. Grafik 3.2: Perkembangan Inflasi Tahunan sebelumnya yang hanya sebesar 3,12% (yoy). Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi %,yoy IHK Core Volatile Adm Price Inflasi Aceh sepanjang Triwulan I 217 terutama disumbang oleh kelompok administered prices dan core sedangkan kelompok volatile Foods sedikit menahan laju inflasi tersebut. Pada Tw I 217, laju inflasi untuk komoditas volatile foods secara year on year masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 4,44% (yoy) yaitu menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,84% (yoy). Penurunan inflasi tersebut bersumber dari peningkatan pasokan ikan hasil tangkapan nelayan pada Maret 217 seiring dengan normalnya aktivitas melaut nelayan yang sempat terhambat pada akhir tahun 216 karena adanya cuaca buruk & gelombang tinggi di perairan laut Aceh. Selain itu, lancarnya pasokan sayuran dan buah-buahan dari Sumber: BPS, diolah Sedangkan untuk kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi sebesar 5,66% (yoy), dan mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar,32% (yoy). Adanya tekanan inflasi administered prices yang signifikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga rokok secara bertahap sebagai dampak kenaikan cukai rokok yang berlaku efektif mulai 1 Januari 217 serta pencabutan subsidi listrik untuk tarif pengguna listrik berdaya 9 volt ampere (VA) untuk pelanggan kategori rumah tangga mampu. Sumatera Utara serta peningkatan pasokan beras pasca panen periode Tw I semakin menekan inflasi volatile Foods pada periode laporan. 25 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

47 Tabel 3.1: Komoditas Inflatoir (Andil % yoy) No Inflatoir Yoy (%) Andil (%) Volatile foods 1 Daging Ayam ras 25,1,25 2 Cumi-cumi 31,84,19 3 Ikan Tongkol 4,24,15 Administered Prices 1 Tarip Listrik 18,26,47 2 Rokok Kretek Filter 13,9,36 3 Angkutan Udara 13,87,1 Core 1 Tarip Pulsa Ponsel 6,29,11 2 Besi Beton 15,95,6 3 Tukang Bukan Mandor 1,59,6 Sumber: BPS, diolah Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile Foods sebesar 1,49% (yoy). Lima komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tertinggi secara year on year antara lain Daging Ayam Ras (,25%), Cumicumi (,19%), Ikan Tongkol (,15%), Bandeng (,13%), dan Udang Basah (,12%). Selain itu, inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas dari kelompok administered Prices sebesar,93% (yoy) yaitu Tarip Listrik (,47%) dan Rokok Kretek Filter (,36%). Tabel 3.2: Komoditas Deflatoir (Andil %yoy) No Deflatoir Yoy (%) Andil (%) Volatile foods 1 Cabai Merah (51,77) (,25) 2 Bawang Merah (27,59) (,22) 3 Cabe Hijau (32,74) (,4) Administered Prices 1 Bensin (3,88) (,17) 2 Angkutan Antarkota (3,27) (,2) 3 Bahan Bakar RT (,76) (,1) Core 1 Jeruk Nipis/Limau (21,73) (,3) 2 Papan (4,11) (,2) 3 Lada/Merica (2,54) (,1) Sumber: BPS, diolah. Berdasarkan Kelompok Barang Komoditas kelompok Bahan Makanan memberikan andil terbesar pada inflasi di Tw I 217 Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan pada Tw I 217 yaitu kelompok Bahan Makanan (1,1%), Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (,91%), Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (,8%), Kelompok Sandang (,27%), dan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (,13%). Tabel 3.3: Inflasi Kelompok Barang Kelompok Barang dan Jasa Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Bahan Makanan 11,15 2,68 4,31 1,1 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 5,39,92 5,17,92 Tembakau Sandang 4,2,32 3,65,27 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 2,18,11 2,17,1 Kesehatan 2,44,1 3,,12 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar,37,1 3,21,8 Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (2,6) (,41),83,13 Inflasi Umum 3,95 3,95 3,45 3,45 Sumber: BPS, diolah Inflasi Kelompok Bahan Makanan menurun signifikan, dari 11,15% (yoy) pada triwulan IV 216 menjadi 4,31% (yoy) pada triwulan I 217, dengan andil inflasi yang sedikit mengalami penurunan yaitu dari 2,68% (yoy) pada triwulan IV 216 menjadi 1,1% (yoy) pada triwulan laporan. Perkembangan Inflasi Daerah 26

48 Tabel 3.4. Inflasi Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Padi-padian, Umbiumbian, 1,18,6 1,66,8 dan Hasilnya Daging dan hasilhasilnya 1,12,29 1,82,32 Ikan Segar 19,77 1,22 11,,76 Ikan Diawetkan 3,25,12 27,9,11 Telur, Susu, dan Hasilhasilnya,44,1 1,31,2 Sayur-sayuran 9,93,2 (,58) (,2) Kacang-kacangan,96,,82,1 Buah-buahan 3,54,8 5,42,12 Bumbu-bumbuan 28,93,53 (2,48) (,46) Lemak dan Minyak 13,57,17 9,92,14 Bahan Makanan 7,29,2 5,5,1 Lainnya Inflasi Kelompok 11,15 2,68 4,31 1,1 Sumber: BPS, diolah Berdasarkan andilnya, peningkatan terutama bersumber dari sub kelompok Ikan Segar dan Daging. Komoditas utama yang meningkatkan inflasi tahunan yaitu, Daging Ayam Ras, Cumi-cumi, dan Tongkol/Ambu-ambu. BAHAN MAKANAN INFLASI TAHUNAN (% yoy) TW IV ,15 TW I 217 4,31 Komoditas Bahan Makanan Daging Ayam Ras Cumi-cumi Ikan Tongkol Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) 23,16 51,55 32,5 Inflasi (% yoy),22,3,53 Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) 25,1,25 31,84,19 4,24,15 Harga untuk Ikan Tongkol dan Cumi-cumi pada Tw I 217 sedang mengalami penyesuaian kembali setelah pada akhir tahun 216 mengalami peningkatan yang signifikan akibat cuaca dan gelombang air laut yang menyebabkan ribuan nelayan tidak melaut dan membuat kelangkaan Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Tembakau dan 1, ,3,53 Minuman Beralkohol Makanan Jadi 3,3,26 3,5,27 Minuman yang Tidak 4, ,75.11 Beralkohol Inflasi Kelompok 5,39,92 5,16,91 Di sisi lain, inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau menurun dari 5,39% (yoy) pada akhir tahun 216 menjadi 5,16% (yoy) pada triwulan laporan dengan andil inflasi juga menurun dari,92% menjadi,91%. MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU INFLASI TAHUNAN (% yoy) TW IV 216 5,39 TW I 217 5,16 Tembakau dan Minuman Beralkohol Rokok Kretek Filter Rokok Kretek Rokok Putih Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) 12,9 5,81 14,47 Andil (% yoy).31,9,8 Inflasi (% yoy) 13,9 6,23 12,1 Peningkatan andil tersebut terjadi pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol serta Makanan Jadi. Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil inflasi kelompok tersebut yaitu Rokok Kretek Filter dan Rokok Kretek. Tekanan inflasi tersebut merupakan dampak peningkatan harga pada komoditas Rokok seiring dengan tarif cukai hasil tembakau per 1 Januari 217. Andil (% yoy).36,1,7 pasokan ikan di Banda Aceh dan Lhokseumawe. 27 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

49 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR INFLASI TAHUNAN (% yoy) TW IV 216,37 TW I 217 3,21 Perumahan, Air, Listrik, Gas Dan Bahan Bakar Tarip Listrik Besi Beton Tukang Bukan Mandor Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Dan Bahan Bakar meningkat signifikan dari,37% (yoy) pada akhir tahun 216 menjadi 3,21% (yoy) di Triwulan laporan dengan andil inflasi yang meningkat pula dari,1% ke,8% (yoy). Peningkatan andil yang signifikan terjadi pada sub kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air serta biaya tempat tinggal yaitu dari,% dan,1% (yoy) pada akhir tahun 216 menjadi,36% dan,27% pada Triwulan laporan. Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil inflasi pada kelompok tersebut yaitu Tarip Listrik. Tekanan inflasi tersebut merupakan dampak pencabutan subsidi listrik untuk tarif pengguna listrik berdaya 9 volt ampere (VA) untuk pelanggan kategori rumah tangga mampu yang menyebabkan kenaikan harga listrik pada golongan tertentu. SANDANG INFLASI TAHUNAN (% yoy) TW IV 216 4,2 TW I 217 3,65 Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) 12,9,6 (,2), Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) 13,9,47,6,6 Inflasi Kelompok Sandang mengalami sedikit penurunan dari 4,2% (yoy) di akhir tahun 216 menjadi 3,65% (yoy) di Triwulan laporan dengan andil inflasi yang sedikit menurun pula dari,31% ke,27%. Penurunan andil inflasi terbesar bersumber dari sub komoditas Barang Pribadi dan Sandang lain yaitu dari,1% di akhir tahun 216 menjadi,6% (yoy) di Triwulan laporan. Komoditas yang menyebabkan penurunan andil inflasi terbesar pada kelompok tersebut yaitu Emas Perhiasan sebagai dampak penurunan harga emas seiring dengan pernyataan The Fed untuk mendukung kenaikan suku bunga secara bertahap. TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN INFLASI TAHUNAN (% yoy) TW IV 216 (2,6) TW I 217,83 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tarip Pulsa Ponsel Angkutan Udara Tw IV 216 Tw I 217 Inflasi (% yoy) 3,53 5,32 Andil (% yoy),6,4 Inflasi (% yoy) 6,29 13,87 Andil (% yoy),11,1 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami peningkatan dari deflasi sebesar 2,6% (yoy) di akhir tahun 216 menjadi,83% (yoy) di Triwulan laporan dengan andil inflasi yang meningkat pula dari (,38)% ke,13%. Peningkatan andil inflasi terbesar bersumber dari sub komoditas Komunikasi dan Pengiriman yaitu dari,7% di akhir tahun 216 menjadi,12% (yoy) di Triwulan laporan. Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil inflasi terbesar pada kelompok tersebut yaitu Tarip Pulsa Ponsel sebagai dampak Komoditas Sandang Tw III 216 Tw IV 216 Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Inflasi (% yoy) Andil (% yoy) Emas Perhiasan 11, ,8.1 Sarung Katun 7,63.1 4,79. Pampers 4,58,1 3,4, kenaikan harga paket internet untuk beberapa provider. Pada triwulan II 217, inflasi Aceh diproyeksikan akan mencapai 3,17%- 4,17% (yoy). Tekanan inflasi Perkembangan Inflasi Daerah 28

50 tersebut diperkirakan masih akan bersumber dari kelompok administered prices dan volatile foods Inflasi Bulanan Tren perkembangan IHK bulanan Aceh pada Triwulan I 217 mengalami deflasi sebesar,6%, menurun dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan sebelumnya yaitu sebesar,47%. Menurunnya tekanan inflasi bulanan pada periode ini disumbang oleh deflasi berbagai kelompok bahan makanan (2,91%) khususnya di subkelompok Bumbu-bumbuan (9,77%), Sayur-sayuran (4,84%), dan ikan segar (4,8%). Penyebab deflasi tersebut terutama bersumber dari melimpahnya pasokan, khususnya ikan segar. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan hasil tangkapan nelayan pada Maret 217, menyusul semakin baiknya cuaca di perairan laut Aceh. Sedangkan faktor penghambat deflasi pada bulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (,72%) khususnya di subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,8%). INLASI JANUARI 217,4% KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm) - Tarip Listrik,16 - Daging Ayam Ras,1 - Udang Basah,1 tingkat inflasi nasional sebesar 3,49%(yoy). Sumber terjadinya inflasi pada bulan laporan berasal dari kelompok administered price yang memberikan andil inflasi bulanan (mtm) sebesar,25% kemudian diikuti oleh kelompok core yang memberikan andil inflasi sebesar,17%. Adapun komoditas utama yang menghambat tekanan inflasi adalah dari kelompok volatile Foods yaitu khususnya komoditas cabai dan Ikan Tongkol. Penurunan harga komoditas cabai dan tongkol adalah terjadi akibat membaiknya pasokan komoditas cabai merah, cabai rawit dan cabai hijau yang pada triwulan IV 216 sempat terganggu akibat gangguan hama dan gagal panen akibat cuaca buruk. Cuaca yang cukup baik juga meningkatkan pasokan ikan tongkol yang sempat terganggu akibat nelayan yang enggan melaut pada bulan Desember 216 karena khawatir terjadi gempa susulan di sekitar wilayah Pidie Jaya dan dampak gelombang tinggi akibat cuaca buruk. Secara bulanan angka capaian inflasi komoditas administered price tercatat meningkat dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar,88%(mtm) menjadi 1,6% (mtm) pada Januari 217. Penyebab inflasi bulanan komoditas administred price pada periode ini adalah karena adanya kenaikan tarif dasar listrik khusus untuk pelanggan 9 Va non subsidi serta kenaikan harga BBM non subsidi pada bulan laporan. Tekanan inflasi pada bulan Januari 217 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Capaian inflasi Aceh secara month-to-month berada pada posisi lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar,97%(mtm), namun secara year on year sedikit lebih tinggi dibandingkan INLASI FEBRUARI 217 (,8%) KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm) - Tarip Listrik,14 - Tarip Pulsa Ponsel,7 - Udang Basah,7 Secara bulanan, capaian inflasi di Aceh pada bulan Februari 217 tercatat menurun secara signifikan 29 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

51 apabila dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar,4% (mtm). Sementara itu, secara month-to-month Aceh mengalami deflasi sebesar,8% (mtm) yang berada jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar,23% (mtm). Sumber deflasi bulanan tersebut berasal dari kelompok volatile food yang memberikan andil deflasi sebesar 1,47%(mtm) kemudian diikuti oleh kelompok core dan administered price yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar,4% dan,8%. Sumber deflasi bulanan pada kelompok Volatile Foods bersumber dari penurunan harga komoditas cabai merah, daging ayam, dan tomat sayur. Deflasi ini terjadi akibat melimpahnya pasokan komoditas cabai merah dan tomat sayur yang dipasok dari dalam Aceh (Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues) dan provinsi Sumatera Utara mengingat pada akhir tahun 216 produksi komoditas tersebut sempat terganggu akibat gangguan hama dan gagal panen. Sedangkan sumber inflasi bulanan pada kelompok Administered Prices bersumber dari kenaikan harga rokok seiring dengan mulai berlakunya harga baru pada awal tahun serta adanya pencabutan subsidi listrik yang menyebabkan kenaikan harga listrik pada beberapa golongan tertentu. INLASI MARET 217 (,51%) KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm) - Rokok Kretek Filter,9 - Tarip Listrik,6 - Tukang Bukan Mandor,5 Secara bulanan, tingkat inflasi di Aceh pada bulan Maret 217 tercatat lebih rendah apabila dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar,8% (mtm) maupun capaian deflasi pada bulan Maret tahun sebelumnya yang mencapai,21%(mtm). Sumber deflasi bulanan tersebut berasal dari kelompok volatile food yang memberikan andil deflasi sebesar 3,21%(mtm) kemudian diikuti oleh kelompok administered price dan core dan yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 1,34% dan,1%. Sumber deflasi bulanan pada kelompok Volatile Foods bersumber dari penurunan harga komoditas ikan tongkol, beras, dan cabai rawit. Penurunan harga ikan tongkol tersebut berbanding lurus dengan tingginya pasokan ikan hasil tangkapan nelayan pada Maret 217 seiring dengan normalnya aktivitas melaut nelayan yang sempat terhambat pada bulan September terkait perayaan Idul Adha serta semakin membaiknya cuaca di perairan laut Aceh. Sedangkan penurunan harga beras disebabkan oleh Musim panen padi Tw I 217 yang mengakibatkan pasokan beras melimpah. Sedangkan sumber inflasi bulanan pada kelompok Administered Prices bersumber dari kenaikan harga rokok secara bertahap setelah penetapan kenaikan cukai rokok sebesar 1,54% serta pencabutan subsidi listrik kenaikan tarif listrik berdaya 9 volt ampere (VA) untuk pelanggan kategori rumah tangga mampu (RTM). 3.3.Aktivitas Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Untuk menyusun program pengendalian inflasi Aceh menghadapi Ramadhan 1438 H, telah dilaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi Tim Teknis TPID pada tanggal 12 Mei 217 bertempat di Banda Aceh. Forum tersebut menekankan pada pentingnya upaya untuk memitigasi inflasi akibat meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan & Perkembangan Inflasi Daerah 3

52 Idul Fitri. Adapun beberapa program TPID Aceh di Tw II -217 yang akan dilaksanakan diantaranya meliputi: A. Diseminasi Data & Informasi 1. Melaksanakan kegiatan monitoring data harga 2. Melaksanakan penyuluhan mengenai inflasi kepada masyarakat menggunakan iklan layanan masyarakat dan himbauan keagamaan bekerjasama dengan MPU. 3. Melaksanakan konferensi pers pengendalian inflasi. B. Koordinasi Antar Institusi 1. Melaksanakan kegiatan rapat koordinasi menjelang Ramadhan yang dipimpin Gubernur Aceh 2. Berkoordinasi dengan satgas pangan Aceh untuk memonitor kecukupan stok barang kebutuhan pokok C. Kelancaran Distribusi 1. Menjaga kualitas kondisi jalan 2. Melakukan penataan terhadap jalur rawan longsor dan rawan banjir 3. Melaksanakan monitoring lalu lintas barang D. Kecukupan Pasokan 1. Melaksanakan Inspeksi pasar, pedagang besar, dan gudang distributor demi menjaga kecukupan stok beras dan komoditas lainnya 2. Melaksanakan operasi pasar 3. Melakukan penyediaan data stok pangan menjelang Meugang E. Stabilitas Harga 1. Melaksanakan kegiatan Pasar Murah 2. Melaksanakan program Toko Tani Indonesia 31 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

53 Kecukupan Listrik Untuk Aceh Lebih Baik Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat/mesin industri serta telah dianggap sebagai kebutuhan pokok tambahan bagi sebagian besar masyarakat. Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik belum mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan dampak dari terbatasnya energi listrik yang dapat disupply oleh PLN. Hal ini terjadi karena laju pertambahan sumber energi baru dan pengadaan pembangkit tenaga listrik tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik. Kondisi tersebut perlu mendapatkan perhatian seiring dengan urgensi keberadaan listrik dalam mendorong peningkatan produktivitas barang industri sehingga pada akhirnya dapat menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Overseas Development Institute (216) dan beberapa penelitian lain seperti dari Fedderke and Bogetic (26) dan Noumba Um, Straub dan Vellutini (29) yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi kuat antara ketersediaan pasokan listrik terhadap perkembangan ekonomi di suatu daerah. Menurut kajian tersebut juga dibahas bahwa sebagai pendorong perekonomian, terdapat 3 (tiga) syarat wajib penyaluran listrik di suatu negara, diantaranya memiliki kelancaran supply, keandalan & kestabilan (tidak mudah mati), serta ekonomis (harga). Di Aceh, supply arus listrik berasal dari Sumatera Utara dan beberapa pos pembangkit listrik yaitu PLTU Nagan Raya, PLTMG Arun, PLTD Lueng Bata, PLTD Cit Trueng, dan PLTD P. Pisang dengan total Daya Maksimum (DM) yaitu 464 Mega Watt (MW). Dengan adanya total kebutuhan listrik penduduk aceh sebesar 269 Gigawatt Hours (GWh) dan total pasokan listrik PLN sebesar 2696 GWh pada tahun 216, membuat Aceh memiliki pasokan listrik yang hanya surplus sebesar 6 GWh dan cenderung pas-pasan. Namun, pasokan listrik yang amat pas-pasan tersebut meresahkan masyarakat apabila terjadi kerusakan/pemeliharaan listrik di salah satu pembangkit karena akan terjadi pemadaman listrik. Seperti halnya fenomena yang terjadi pada awal tahun 217 yaitu rusaknya PLTMG Arun yang membuat Aceh kekurangan pasokan listrik hingga 15 MW dan adanya updating konduktor kabel transmisi menjelang bulan Ramadan yang membuat adanya pemadaman listrik bergilir di seluruh wilayah Aceh. Perkembangan Inflasi Daerah 32

54 Kecukupan Listrik Untuk Aceh Lebih Baik Untuk mengurangi dampak negatif dari kurangnya kapasitas listrik, pemerintah telah melakukan perencanaan pembangunan pembangkit listrik. Kebijakan tersebut terimplementasikan dalam proyek pembangkit listrik nasional 35. MW. Sesuai dengan program tersebut, Provinsi Aceh ditargetkan dapat meningkatkan kapasitas listriknya sebesar 54% pada tahun 22. Hasil simulasi peningkatan kapasitas listrik di Aceh mengindikasikan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi serta penyerapan tenaga kerja di provinsi Aceh. Meningkatnya produksi listrik mencapai 54% diikuti dengan adanya tambahan pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai,12%. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja meningkat,18%. Korelasi antara keberadaan dan kelancaran pasokan listrik dengan perkembangan ekonomi dapat dijelaskan melalui peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya kegiatan produksi. Dalam kasus Aceh sendiri, berdasarkan hasil Liaison KPwBI Provinsi Aceh kekhawatiran terbesar dari para pengusaha/investor adalah kemampuan pasokan listrik dalam mendukung kegiatan produksi perusahaan. Oleh karena itu, adanya kepastian akan pasokan listrik di Aceh untuk keperluan industri akan dapat meningkatkan peluang bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Aceh. Di sisi lain, mulai tanggal 1 Januari 217 telah diberlakukan pencabutan subsidi listrik dan penyesuaian tarip listrik bagi pelanggan berdaya 9 VA yang berdampak langsung pada kenaikan harga tarip listrik di sepanjang tahun 217. Penyesuaian tarip listrik tersebut dilakukan secara 3 (tiga) tahap yaitu Januari-Februari 217 (tahap I tarip lisrik naik Rp98 ribu per bulan), Maret-April 217 (tahap II tarip listrik naik Rp13 ribu per bulan), dan Mei-Juni 217 (tahap III tarip listrik naik Rp18 ribu per bulan). Pada akhirnya, tarip listrik pelanggan berdaya 9 VA yang saat ini sebesar Rp 65 per kwh akan sama dengan tarif pelanggan berdaya 1.3 VA sebesar Rp per kwh (naik 123 %). Penyesuaian tarip listrik tersebut terlihat berdampak signifikan pada peningkatan inflasi pada kelompok administered price (AP - komoditas yang diatur pemerintah) di Provinsi Aceh. Secara bulanan, pada Maret 217, komoditas AP di Provinsi Aceh tercatat mengalami inflasi sebesar 1,34% (mtm) atau mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan bulan Maret 216 yang tercatat deflasi sebesar,45% (mtm), tingkat inflasi ini juga lebih tinggi apabila dibandingkan angka capaian inflasi AP dalam 3 tahun terakhir yang mencapai,83%(mtm). Secara tahunan, kelompok administered price mengalami inflasi sebesar 5,66%(yoy), capaian tersebut tercatat jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,3%(yoy). Melihat fakta di atas, kita melihat bahwa 3 (tiga) syarat wajib penyaluran listrik yang harus dimiliki oleh suatu negara sebagai pendorong perekonomian belum dapat terpenuhi secara lokal yaitu di 33 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

55 Kecukupan Listrik Untuk Aceh Lebih Baik Provinsi Aceh, maupun nasional. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan supply dan stabilitas listrik secara jangka pendek dapat dilakukan dengan menambah kapasitas listrik dan memperbaiki sistem distribusi listrik di Aceh antara lain: melakukan percepatan pembangunan PLTA Peusangan di Kabupaten Aceh Tengah dengan target kapasitas 88 MW dan PLTMH Nagan Raya di Kabupaten Nagan Raya dengan target kapasitas 1 MW, memberikan insentif dan kemudahan bagi sektor swasta untuk berinvestasi dan menanamkan modalnya dalam pembangunan pembangkit listrik di Aceh, serta membantu PLN dalam hal penyelesaian sengketa lahan dalam usaha untuk membangun Gardu Induk dan Trafo distribusi. Akhir kata, apabila upaya tersebut berhasil dan keberhasilan tersebut dapat di replikasi di wilayah lain, maka bukanlah hal yang mustahil apabila seluruh wilayah di Indonesia dapat menikmati pasokan listrik secara berkecukupan sehingga tujuan pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai. Di sisi lain, pasokan listrik yang tercukupi tersebut akan membuka peluang bagi upaya pengendalian inflasi, khususnya disisi supply, yaitu diantaranya dengan terpenuhinya energi listrik untuk sektor industri pangan strategis serta industri pergudangan & transportasi (cold chain, cold storage, dll) yang diharapkan dapat membuat produksi serta pasokan komoditas lancar yang pada akhirnya berdampak pada harga komoditas stabil. Perkembangan Inflasi Daerah 34

56

57 Stabilitas Keuangan Daerah & Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM Risiko Stabilitas Keuangan Daerah di Aceh Relatif Mengalami Peningkatan Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-217 berimbas pada penurunan kinerja sektor korporasi. Terjadi peningkatan risiko yang tercermin dari peningkatan non performing loan (NPL), namun demikian penyaluran kredit sektor korporasi juga mengalami perbaikan kinerja setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Kinerja sektor rumah tangga pada triwulan I-217 juga turut mengalami penurunan seiring dengan penurunan pertumbuhan perekonomian Aceh. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan risiko kredit rumah tangga yang tercermin dari NPL sedikit meningkat, namun masih di bawah ambang batas NPL 5% Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan, namun berada di atas level wajar 5% Ketahanan Sektor Korporasi Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I- 217 berimbas pada menurunnya kinerja sektor korporasi. H asil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan adanya penurunan kinerja korporasi di sektor pertanian sebagai sektor paling besar di Aceh. Hasil SKDU sektor pertanian menunjukkan adanya penurunan hasil usaha dari 4,99%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,9%(yoy), pada sehingga mengganggu hasil panen di beberapa sentra penghasil padi. Menurunnya kinerja sektor pertanian juga terindikasi dari penurunan kredit pada sektor tersebut. Kredit sektor pertanian pada triwulan I- 217 tercatat tumbuh sebesar 12,54%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,97%(yoy). Grafik 4.1. Realisasi SKDU Pertanian triwulan laporan. Penurunan ini terutama didorong oleh adanya penurunan kapasitas utilisasi hampir di seluruh -3 I II III IV I II III IV I SKDU Sektor Pertanian (%,yoy) Pertumbuhan Sektor Pertanian (%,yoy) subsektor bahan pangan dan perkebunan. Penurunan kapasitas utilisasi tersebut didorong oleh adanya banyak tanaman siap panen yang terkena hama, khususnya tanaman pangan Sumber: Bank Indonesia Penurunan kondisi kinerja korporasi juga terlihat di sektor kedua terbesar di Aceh, yakni sektor perdagangan. Tercatat kinerja sektor perdagangan 35 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

58 % berdasarkan hasil SKDU mengalami penurunan menjadi terkontraksi sebesar,7%, turun dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,16%. Grafik 4.2. Realisasi SKDU Perdagangan dalam hal pembiayaan kegiatan perusahaan dalam jangka panjang tercatat masih berada dalam posisi yang stabil. Tercatat sebanyak 42,86% responden menyampaikan bahwa kondisi rentabilitas berada dalam predikat Baik, lebih baik dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang sebesar 36,3% Grafik 4.3. Realisasi SKDU Kondisi Keuangan -6 I II III IV I II III IV I SKDU Sektor Perdagangan (%,yoy) Pertumbuhan Sektor Perdagangan (%,yoy) 2 1 Sumber: Bank Indonesia Nilai kinerja sektor korporasi tersebut juga terlihat dari hasil SKDU Bank Indonesia terkait dengan akses Akses Kredit Kondisi Keuangan Perusahaan Berdasarkan Likuiditas Q4-216 Q1-217 Kondisi Keuangan Perusahaan Berdasarkan Rentabilitas kredit. Responden SKDU yang menyatakan bahwa akses kredit yang berkategori Baik turun dari 3,3% pada triwulan sebelumnya menjadi 23,58% pada triwulan laporan. Namun demikian, penurunan akses kredit tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perbaikan kondisi keuangan korporasi, khususnya di sisi kemampuan likuiditas. Kemampuan likuiditas tersebut menunjukkan ketahanan korporasi dalam hal pembiayaan kegiatan korporasi dalam jangka pendek. Hasil SKDU mencatat bahwa terdapat peningkatan penilaian likuiditas yang memiliki predikat Baik dari 35,64% pada triwulan sebelumnya menjadi 41,19% pada triwulan laporan. Sementara itu, dari sisi kemampuan rentabilitas yang menggambarkan kemampuan korporasi Sumber: Bank Indonesia Eksposur Perbankan di Sektor Korporasi Kredit perbankan kepada sektor korporasi di Aceh mengalami peningkatan risiko yang tercermin dari peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL), namun disisi lain penyalurannya juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya Kredit korporasi triwulan I 217 tumbuh sebesar,29% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,41% (yoy). Dilihat dari strukturnya, kredit korporasi Aceh terkonsentrasi pada tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan (31,2%), sektor Industri Pengolahan (5,17%), dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (13,57%). Secara 1 Indikator SKDU Akses kredit tidak mencerminkan pertumbuhan kredit yang diterima korporasi namun lebih ke arah jumlah nominal korporasi yang menerima kredit. Stabilitas Keuangan Daerah & Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM 32

59 Rp Miliar % sektoral, peningkatan penyaluran kredit korporasi terutama didorong oleh perlambatan kontraksi kredit pada sektor industri pengolahan & perdagangan serta peningkatan pertumbuhan pada sektor lainnya, namun demikian perlambatan sektor pertanian masih menghambat tingkat pertumbuhan kredit korporasi. Grafik 4.4. Pangsa Kredit Korporasi Sektoral atau cenderung mengalami penurunan kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 32,74% (yoy). Kredit korporasi sektor Industri Pengolahan terkontraksi sebesar 26,82% (yoy), namun perlambatannya menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 64,13% (yoy). Berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Aceh, salah satu faktor yang dapat mendorong penurunan 5% 14% PERDAGANGAN INDUSTRI PERTANIAN LAINNYA 5% 31% perlambatan kredit sektor industri adalah beberapa aktivitas investasi di perusahaan pada sektor industri pengolahan kopi yang berupaya untuk melakukan penambahan lahan jemur, mesin roasting dan sortasi serta kebutuhan investasi untuk Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Pertumbuhan kredit korporasi di sektor pertanian menurun cukup signifikan, yaitu terkontraksi sebesar 28,72% (yoy) atau terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 27,16% (yoy). Penurunan kredit di korporasi, risiko kredit juga tercatat mengalami peningkatan. Rasio Non Performing Loan (NPL) kredit korporasi yang berada di bawah ambang batas 5% sebesar 5,12%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,87%. Grafik 4.6. NPL Kredit Korporasi sektor ini terjadi seiring dengan penurunan kinerja sektor pertanian akibat tren penurunan harga komoditas dunia. Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektoral NPL PHR NPL Industri Pengolahan NPL Pertanian I II III IV I II III IV I 2. Kredit Ke Perdagangan Kredit Ke Industri Pengolahan Kredit Ke Pertanian Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia 1. - I II III IV I II III IV I Peningkatan risiko kredit korporasi terjadi pada sektor Industri Pengolahan & Perdagangan. Di antara ketiga sektor tersebut, yang mencatatkan peningkatan NPL terbesar adalah sektor Industri Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Selanjutnya, Kredit korporasi di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran terkontraksi sebesar 22,67% (yoy), Pengolahan, di mana pada triwulan sebelumnya NPL di sektor ini mencapai sebesar 1,96%, namun pada triwulan I 217 menurun hingga mencapai 33 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

60 2,76%. Meskipun demikian, NPL yang perlu mendapat perhatian adalah NPL di sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 7,2%, karena masih berada di atas ambang batas NPL 5%. Tingkat suku bunga kredit korporasi terus menunjukkan tren penurunan seiring dengan rangkaian penyesuaian BI-7 Days Repo Rate sejak awal tahun 216. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit korporasi berada pada level 11,2% atau sedikit menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 11,3% Ketahanan Sektor Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-217 juga turut mengalami penurunan seiring dengan penurunan pertumbuhan perekonomian Aceh Menurunnya daya beli masyarakat secara umum juga tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, Indeks Penghasilan, Indeks Kondisi Ekonomi, dan Indeks Keyakinan Konsumen tercatat mengalami penurunan di triwulan I-217. Keterlambatan realisasi anggaran pemerintah pada triwulan I 217 berdampak pada penurunan konsumsi masyarakat karena andil realisasi APBA terhadap pendapatan masyarakat Aceh masih Indeks Penghasilan Konsumen tercatat menurun dari 131, di triwulan sebelumnya menjadi 122,86 pada triwulan laporan. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini tercatat menurun sebesar 13,32 poin dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen turun dari 125,3 pada triwulan sebelumnya menjadi 118,57 pada triwulan laporan. (Grafik 4.7). (Adapun detail penjelasan tentang Perkembangan Sektor Rumah Tangga dijelaskan pada bab 1). Grafik 4.7 Indeks Keyakinan Konsumen, Kondisi Ekonomi, dan Penghasilan Sumber: Bank Indonesia DPK Perseorangan di Perbankan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan mengalami penurunan. I II III IV I Indeks Penghasilan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik 4.8. Komposisi DPK Perseorangan cukup besar, khususnya terkait dengan realisasi proyek konstruksi pemerintah. 2,16 % 6,76% Penurunan konsumsi tersebut terkonfirmasi dengan turunnya Indeks Penghasilan Konsumen, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini yang semakin menunjukkan pesimisme dan penurunan. GIRO TABUNGAN DEPOSITO 73,9 % Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Stabilitas Keuangan Daerah & Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM 34

61 Rp Triliun DPK perseorangan tercatat tumbuh sebesar 14,13% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelum yang tercatat sebesar 22,23% (yoy). Perlambatan bersumber dari kontraksi giro dan perlambatan pertumbuhan deposito. Dengan pangsa sebesar 73,9% dari total DPK perseorangan, pertumbuhan Tabungan pada triwulan I 217 tercatat sebesar 9,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,23% (yoy). Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Perbankan Penyaluran kredit kepada sektor perseorangan di Aceh mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, adapun tingkat risiko yang tercermin dari NPL sedikit meningkat, namun dengan risiko yang relatif terjaga. Grafik 4.1. Pangsa Kredit Perseorangan deposito mencapai 8,67% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3% 14% 65,8%. Sedangkan pertumbuhan giro terkontraksi sebesar 73,87% (yoy), atau mengalami penurunan kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 8,16% (yoy). Namun perlu dicatat bahwa pangsa Giro terhadap total DPK perorangan hanya sebesar 6,76%. 73% MULTIGUNA KPR KKB LAINNYA 1% Grafik 4.9. Pertumbuhan DPK Perseorangan Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Kredit rumah tangga tumbuh sebesar 35,71% (yoy) 15% 1% 5% % -5% -1% Giro Perseorangan (%YoY) Tabungan Perseorangan (%YoY) Deposito Perseorangan (%YoY) I II III IV I II III IV I pada triwulan I 217, relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 35,64% (yoy). Kredit perseorangan yang menunjukkan pertumbuhan relatif stabil yaitu KPR sementara multiguna dan KKB mengalami perbaikan. Grafik Pertumbuhan Kredit Perseorangan Kredit Perorangan (kiri) Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh dan keterlambatan realisasi anggaran pemerintah di awal tahun, beberapa Rumah Tangga Aceh diindikasikan cenderung Kredit Total (kiri) NPL (%, Kanan) I II III IV I II III IV I 1,2 1,8,6,4,2 merubah preferensi DPKnya dari investasi (produk deposito) menjadi DPK untuk berjaga-jaga (produk Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia tabungan). 35 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

62 Rp Triliun KPR tercatat tumbuh sebesar 1,48% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,18% (yoy) sementara kredit KKB membaik dari 19,53% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi -36,1% (yoy) di triwulan IV 216. Kredit multiguna tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 48,3%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 47,63%. Grafik Pertumbuhan Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis KPR KKB Multiguna dan Multiguna masing-masing tercatat sebesar,44%,,4% Eksposur Perbankan Di Sektor UMKM Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan, namun berada di atas level wajar 5%. Grafik Pangsa Kredit UMKM I II III IV I II III IV I % MIKRO KECIL MENENGAH 47% 21% Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Risiko kredit rumah tangga relatif terjaga. Risiko kredit rumah tangga pada triwulan I 217 tercatat sebesar,74%, relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai,7% namun masih jauh berada dibawah ambang atas 5%. Grafik NPL Kredit Perseorangan NPL KPR NPL KKB NPL Multiguna 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Kondisi tersebut ditopang oleh stabilnya risiko kredit diseluruh sektor (KPR, KKB, Multiguna, lainnya). NPL KPR tercatat sebesar 2,25%, selanjutnya NPL KKB, Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Berdasarkan skala usahanya, pangsa penyaluran kredit sektor UMKM didominasi oleh kredit UMKM skala kecil dengan penyaluran mencapai Rp 4,67 Triliun (47,11%), diikuti oleh UMKM skala mikro sebesar Rp 3,12 Triliun (31,45%), dan skala menengah Rp 2,13 Triliun (21,44%), sehingga secara total eksposur UMKM mencapai 29,15% dari total kredit. Grafik Pertumbuhan Kredit UMKM Total Pembiayaan UMKM (kiri) Pertumbuhan (kanan, yoy) 12 2% 1 15% 8 6 1% 4 5% 2 % I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Stabilitas Keuangan Daerah & Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM 36

63 Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 11,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,23% (yoy). Peningkatan ini terjadi terutama akibat peningkatan posisi kredit menengah dari Rp1,94 Triliun pada triwulan IV 216 menjadi Rp2,13 Triliun pada triwulan laporan. Grafik NPL Kredit UMKM 4.4. Pengembangan UMKM Selain melakukan pengembangan UMKM dalam kerangka pengendalian inflasi daerah, Bank Indonesia juga mengembangkan potensi daerah untuk meningkatkan perekonomian daerah. Beberapa kegiatan pengembangan UMKM yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank NPL Kredit Mikro NPL Kredit Kecil NPL Kredit Menengah I II III IV I II III IV I Indonesia Aceh sepanjang triwulan I-217 antara lain: Partisipasi Dalam Agrinex Expo Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia NPL UMKM pada triwulan I 217 tercatat sebesar 6,96%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,33%. Penurunan NPL UMKM ditopang oleh Kredit UMKM skala menengah, namun NPL kredit UMKM skala mikro & kecil meningkat. Walaupun mengalami penurunan, NPL kredit UMKM masih berada di atas level wajar 5%. NPL kredit UMKM skala menengah pada triwulan I 217 tercatat sebesar 11,1%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,1%. Sedangkan NPL kredit mikro menurun dari 5,16% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,84% pada triwulan laporan dan NPL kredit skala kecil menurun menjadi 8,47% dari 1,78% pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) tercatat sebesar Rp1,63 triliun dengan jumlah debitur sebanyak debitur. The 8 th Agrinex Expo merupakan sebuah ajang promosi dan pameran produk pertanian yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 28-3 Maret 214 diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor, dan didukung oleh Kementerian Pertanian dan Coop Indonesia Foundation serta diikuti oleh 14 Kementerian/Pemerintah Pusat, 8 Pemerintah Provinsi di seluruh Indonesia, 7 BUMN, 4 swasta, dan 4 yayasan/himpunan. Pada 8 th Agrinex Expo ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh melalui Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ikut berpartisipasi sebagai peserta pameran dengan mengikutsertakan produk olahan dari UMKM binaan KPwBI Prov. Aceh yakni Komos Coffee oleh Tommy Harive, WUBI Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

64 Atraksi demo kopi di stand BI tidak hanya diminati oleh masyarakat umum namun juga beberapa tamu asing serta pejabat kementerian. Keikutsertaan KPwBI Prov. Aceh dalam Agrinex Expo 8th 214 merupakan bentuk nyata dukungan KPwBI Prov. Aceh dalam upaya pencapaian program komoditas unggulan yang dicanangkan oleh pemerintah. Rapat Koordinasi dan Evaluasi Program KUR di Wilayah Aceh juga mempunyai tujuan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari berbagai pihak terkait. Secara keseluruhan, kegiatan Sosialisasi KUR telah berlangsung dengan baik dimana seluruh narasumber dapat memberikan pemaparan yang jelas dan terjadi diskusi yang baik dengan peserta. Melalui rapat koordinasi ini, diperoleh kesimpulan Rakor KUR bahwa KUR perlu didorong penyalurannya kepada sektor produksi seperti pertanian, peternakan dan perikanan mengingat wilayah Aceh masih ditopang terutama oleh sektor pertanian terutama pada sektor produksi hulu. Koordinasi Perbankan Dalam Penas KTNA XV Total realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sejak tahun 27 hingga 216 yang disalurkan kepada debitur, apabila dibagi per wilayah dinilai belum merata. Hingga tahun 216 realisasi penyaluran KUR secara nasional masih didominasi wilayah Jabalnustra. Hal ini kemudian mendorong Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh bersama Dinas Koperasi UMKM Prov. Aceh menyelenggarakan Rapat Koordinasi Tim Monev KUR di Provinsi Aceh yang berlangsung pada bulan April dan Mei. Peserta rakor merupakan dinas-dinas koperasi dan UMKM serta pendamping dan calon debitur yang berasal dari seluruh kota dan kabupaten wilayah Provinsi Aceh. Selain itu terdapat unsur bank pelaksana KUR. Kegiatan rakor yang dikemas dalam bentuk diskusi panel yang menghadirkan narasumber dari Sekretariat Daerah Aceh, Bank Indonesia dan bank pelaksana KUR. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh bersama dengan Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Aceh ikut serta dalam Pekan Nasional Kontak Tani nelayan Andalan (Penas KTNA) XV yang dibuka oleh Presiden Jokowi pada Sabtu, 6 Mei 217 dan berlangsung hingga 11 Mei 217. Ajang ini memamerkan capaian bidang pertanian dari seluruh subsektornya yang dihadiri oleh 35 ribu peserta utusan dari berbagai daerah di tanah air. Pada perhelatan akbar ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh bekerjasama dengan pengurus BMPD Aceh berkoordinasi dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal dan menyediakan layanan perbankan bagi peserta Penas KTNA XV melalui Stabilitas Keuangan Daerah & Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM 38

65 penyediaan mobile ATM serta layanan kas keliling di sekitar lokasi acara. Selain itu di KPwBI Prov. Aceh ikut serta memperlihatkan program kerja klaster yakni Bawang Merah berupa program pembibitan bawang merah, kunjungan studi banding ke Brebes, serta Sapi berupa pakan alternatif, penggemukan dengan pakan konsentrat, serta inseminasi buatan yang selama ini digeluti oleh KPwBI Prov. Aceh sampai tahun 216. Business Meeting Industri Hilir Kopi Dalam kegiatan ini diselenggarakan talkshow pengembangan bisnis kopi oleh Direktur Akses perbankan BEKRAF, Fadjar Hutomo, konsultasi Keuangan syariah oleh pakar ekonomi syariah, Agus Rizal, pengenalan produk Keuangan syariah oleh Bpk Syukron Habibie dari Bank Syariah Mandiri, Mengenal industri kopi dari hulu ke hilir Evani Jesslyn, Barista Professional yang pernah mengikuti program Barista Farmer di Brazil 15 pelaku ekonomi kreatif dari komunitas Himakraf dan Komunitas pengusaha kopi Aceh menjadi peserta acara yang diselenggarakan di ruang Auditorium Kantor Bank Indonesia Aceh. Pada kesempatan yang sama juga dibuka stand perbankan syariah yang ditujukan bagi peserta yang ingin mengetahui tentang ragam pilihan produk bank syariah. Pengembangan Kelompok Cabai Ladong Industri hilir kopi seperti kedai kopi, penjualan kopi bubuk, dan produk turunan kopi lain yang tumbuh pesat akhir-akhir ini memerlukan dukungan permodalan dan pengemasan yang baik. Selama ini industri kopi tumbuh mandiri, kurang dukungan modal, dan minim pencitraan. KPwBI Prov. Aceh bersama Badan Ekonomi Kreatif Nasional (BEKRAF) menyelenggarakan Business Matching Industri Hilir Kopi pada hari Selasa, 16 Mei 217 di Aula Auditorium Gedung KPwBI Prov. Aceh. Penyelenggaraan acara ini bertujuan menjelaskan para pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner, khususnya kopi tentang cara mengembangkan usahanya, antara lain pembukaan kedai kopi, desain tempat usaha dan produk menarik, pemasaran yang efektif serta akses pada permodalan Dari 63 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di desa Ladong, sebanyak 81 Kepala Keluarga hidup sebagai petani. Sebelum terjadinya konflik keamanan dan Tsunami Aceh, petani di Desa Ladong khususnya kecamatan Mesjid Raya banyak yang bertani cabai merah. Namun, konflik keamanan yang berkepanjangan ditambah lagi dengan bencana alam tsunami yang memporak-porandakan harta benda dan lahan pertanian memaksa para petani 39 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217 untuk beralih profesi menjadi nelayan.

66 Pada tahun 216, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh melakukan survei potensi PSBI di Desa Ladong Kab.Aceh Besar. Sebagian besar petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Alue Lambideng menyampaikan harapannya agar Bank Indonesia dapat membantu memberikan mesin pertanian dan peralatan kepada mereka untuk membangun jaringan irigasi tetes. Harapan tersebut disampaikan bukan tanpa alasan, Kelompok Tani Alue Lambideng yang berjumlah sebanyak 8 (Delapan) orang memang berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga, mereka tidak memiliki modal untuk membeli mesin-mesin pertanian dan infrastruktur Luas lahan yang ditanami cabai oleh kelompok tani Alue Lambideng mencapai ± 1 Hektar. Dengan lahan tersebut dan didukung dengan sistem pertanian yang modern, para petani Alue Lambideng diperkirakan dapat memperoleh hasil 16,8 Ton cabai merah. Jumlah tersebut cukup untuk merasakan kembali pedasnya cabai merah desa Ladong, dan diharapkan dapat turut menstabilkan harga cabai di Kab.Aceh Besar menjelang Lebaran Idul Fitri 1438 H. KPw BI Provinsi Aceh akan konsisten menyalurkan dana PSBI untuk mengembangkan komoditas pangan strategis di wilayah kerja sebagai bentuk Dedikasi untuk Negeri. pendukung. Setelah dilakukan survei dan analisis kelayakan, Pada tanggal 27 Januari 217, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh meresmikan pemberian bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) kepada Kelompok Tani Alue Lambideng Desa Ladong, untuk Kegiatan Penanaman Cabai Merah Dengan Sistem Irigasi Air Tetes. Bantuan yang diberikan berupa pupuk, bibit, jaringan irigasi, handtractor. Menurut penjelasan Sofyan, sistem Irigasi Tetes dapat menghasilkan jumlah cabai merah yang lebih optimal. Tanaman cabai yang ditanam dengan irigasi tetes cenderung memiliki pohon yang lebih tinggi dan rindang, sehingga hasil yang diperoleh dapat mencapai 1,2 Kg per batang pohonnya. Hal ini berkebalikan dengan pertanian cabai dengan sistem tadah hujan yang cenderung menghasilkan pohon yang lebih rendah dengan hasil sebanyak 5 s.d 7 Ons cabai per batang pohon. Selain itu, kini para petani Alue Lambideng juga dapat melakukan penanaman cabai di musim kemarau, sehingga pola tanam lebih dapat diatur. Stabilitas Keuangan Daerah & Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM 4

67

68 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh Mengalami Net Cash Inflow, sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI mengalami penurunan Net cash inflow pada Triwulan I 217 mencapai Rp 651,36 miliar, berbeda arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash outflow sebesar Rp 2,38 triliun. Pada triwulan I-217 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 81.6 Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar 17,48% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,6 triliun atau menurun,21% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp3,89 triliun Sistem Pembayaran Tunai Pada triwulan I 217, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia mengalami net cash inflow, atau aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari sistem perbankan (inflow) lebih besar daripada aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan dan masyarakat (outflow). N et cash inflow mencapai Rp 651,36 miliar, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat net cash outflow sebesar Rp 2,38 triliun. Pola net cash outflow tersebut merupakan siklus tahunan seiring dengan belum mulainya pembayaran proyek baik swasta maupun pemerintah. atau menurun 62,% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp3,34 triliun. Posisi net outflow yang tinggi saat triwulan I 217 sejalan dengan pola historisnya. Beberapa faktor yang mendorong net cash inflow yaitu 1) Realisasi belanja pemerintah yang terlambat; dan 2) Pola serapan belanja APBA yang umumnya masih rendah di awal tahun. Grafik 5.1. Netflow Kas Outflow Inflow Netflow 3 1 Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq) dari sebesar Rp958,97 miliar pada triwulan IV I II III IV I II III IV I menjadi Rp1,92 triliun pada triwulan I 217. Sebaliknya, aliran uang kartal dari Bank Indonesia menuju perbankan dan masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat sebesar Rp1,27 triliun Sumber: Bank Indonesia Secara tahunan, pertumbuhan posisi inflow pada triwulan laporan mengalami perlambatan dari 175,92% (yoy) pada triwulan I 216 menjadi sebesar 41 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

69 Lembar 118,26% (yoy) pada triwulan I 217. Namun demikian pertumbuhan posisi outflow sebesar 14,84% (yoy) tidak sebesar periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 115,65% (yoy). Tabel 5.1. Netflow Uang Kartal Tahun (Rp Miliar) Pertumbuhan (% yoy) Triwulan IV I I 216 I 217 Inflow 958, ,53 175,92 118,26 Outflow 3.336, ,18 115,65 14,84 Netflow ,54 651,36-334,6 157,5 Sumber: Bank Indonesia Selain menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia juga berupaya menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy and fresh for circulation). Dalam rangka meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh secara rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik di dalam kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota, maupun remote area (daerah terpencil). Sepanjang triwulan I Tahun 217 telah dilaksanakan kegiatan kas keliling di Banda Aceh dan Aceh Besar sebanyak 8 kali kegiatan, yaitu pada tanggal 1 Januari 217 di Pasar Lambaro Aceh Besar, tanggal 17 Januari 217 di Pasar Samahani Aceh Besar, tanggal 24 Januari 217 di Pasar Keutapang Banda Aceh, Tanggal 7 Februari 217 di Pasar Lhoknga Aceh Besar, Tanggal 21 Februari 217 di Pasar Krueng Raya Aceh Besar, Tanggal 7 Maret 217 di Pasar Lambaro Aceh Besar, Tanggal 16 Maret 217 di Pasar Sibreh Aceh Besar dan Tanggal 29 Maret 217 di Pasar Ulee Kareng Banda Aceh. Dan kas keliling luar kota triwulan I Tahun 217 telah dilaksanakan 5 kali kegiatan yaitu pada Tanggal 12 s.d 17 Januari 217 Kas Keliling Simultan di Tapaktuan, Rimo dan Singkil, Tanggal 7 s.d 1 Februari 217 Kas Keliling Simultan di Jeuram dan Nagan Raya, Tanggal 6 s.d 11 Maret 217 Kas Keliling Simultan di Kota Fajar dan Sultan Daulat, Tanggal 14 s.d 17 Maret 217 Kas Keliling di Sabang, Tanggal 21 s.d 24 Maret 217 Kas Keliling Simultan di Pidie dan Pidie Jaya. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar masyarakat di wilayah pesisir barat Aceh, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh juga telah membuka kas titipan sejak 25 Februari 216 bertempat di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, Cabang Blangpidie. Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh & Kota Lhokseumawe pada triwulan I 217 menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sepanjang triwulan I 217, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh & Lhokseumawe menerima laporan uang palsu sebanyak 4 lembar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak lembar. Grafik 5.2. Uang Palsu (Lembar) Sumber: Bank Indonesia I II III IV I II III IV I Sistem Pembayaran Non Tunai Baik secara triwulanan maupun tahunan, penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI pada triwulan I-217 tercatat mengalami penurunan 4 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 42

70 Rp Miliar % % Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal (Grafik 5.3). Grafik 5.3. Volume Kliring Survei Konsumen Bank Indonesia. IKK pada triwulan berjalan berada pada level optimis sebesar 118,57 atau namun menurun dibandingkan IKK triwulan sebelumnya sebesar 125,3. Penurunan transaksi kliring tersebut didorong oleh beberapa faktor, diantaranya keterlambatan realisasi anggaran pemerintah, khususnya belanja 15. Volume (kiri) g_volkliring(qtq) g_volkliring(yoy) 3 modal dan pola serapan belanja APBA yang umumnya masih rendah di awal tahun I II III IV I II III IV I Grafik 5.4. Nominal Kliring Nominal (Kiri) 6. g_nomkliring(qtq) g_nomkliring(yoy) Sumber: Bank Indonesia Secara triwulanan, pada triwulan I-217 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat I II III IV I II III IV I sebesar 81.6 Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar 17,48% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,6 triliun atau sedikit menurun,21% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp3,89 triliun. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan menurunnya konsumsi Sumber: Bank Indonesia Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI pada periode triwulan I-217 tercatat meningkat sebesar 11,45% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar DKE. Namun demikian, nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar sedikit menurun sebesar,34% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,8 triliun. rumah tangga sebagaimana terkonfirmasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil 43 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

71

72 Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Aceh menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 217 mencapai 65,59%, atau meningkat dibanding bulan Februari 216 yang mencapai 64,24%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 7,39%, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,13%. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 216 tercatat sebesar 16,43%. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar,68% dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September 215 yang mencapai 17,11%. penurunan tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya menurunnya tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,6%, sementara itu tingkat kemiskinan di daerah perkotaan cenderung meningkat sebesar 4,63% Ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Aceh sebesar 1,35% sementara jumlah pengangguran menurun dibandingkan periode yang sama pada menurun sebesar,74% dibandingkan periode tahun sebelumnya T ingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada bulan Februari 217 mencapai 7,39%, menurun dibandingkan TPT bulan Februari 216 sebesar 8,13%. Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 2,33 juta orang, atau meningkat sebanyak 95 ribu orang dari jumlah angkatan kerja di bulan Februari 216 sebanyak 2,24 juta orang. TINGKAT PENGANGGURAN Februari 216 8,13 Februari 217 7,39 yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode tahun 216 hingga tahun 217 masih dapat diserap oleh pasar tenaga kerja terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di Aceh. Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka PENGANGGURAN Agustus Agustus Jumlah Angkatan Kerja (orang, dalam ribuan) Bekerja Pengangguran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Persentase TPAK (%) 64,24 65,59 TPT yang menurun tersebut didorong oleh meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja, Tingkat Pengangguran Terbuka TPT (%) 8,13 7,39 sementara jumlah pengangguran menurun. Jumlah partisipasi angkatan kerja meningkat Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 44

73 Perkembangan ketenagakerjaan hingga triwulan I 217 masih tertahan. Kondisi ini tercermin dari hasil Liaison Tw I 217, di mana jumlah contact yang mengkonfirmasi untuk mempertahankan dan menaikkan jumlah tenaga kerja berimbang. Hasil Likert Scale Liaison mengindikasikan adanya beberapa contact yang mempertahankan dan meningkatkan kuantitas tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan hasil SKDU Tw I 217 yang menunjukkan penurunan realisasi tenaga kerja. Realisasi tenaga kerja tercatat tumbuh sebesar 4,76% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,65% (yoy). Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 216, maka jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 217 di Sektor Industri Pengolahan tercatat menurun sebanyak 26 juta jiwa, Sektor Jasa-Jasa tercatat meningkat sebanyak 22 juta jiwa, dan Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan yang tercatat meningkat sebanyak 19 juta jiwa. Tabel 6.2. Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor (%) SEKTOR Februari 217 Pertanian 39,25 Industri Pengolahan 12,65 Jasa-jasa 48,1 Sektor Jasa-jasa menyerap tenaga kerja dengan porsi terbesar yaitu 48,1%, sementara penyerapan tenaga kerja pada Sektor Industri Pengolahan hanya sebesar 12,65%. Peningkatan ini dapat disebabkan karena beralihnya pekerja di sektor pertanian ke sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh masih didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan yang rendah yaitu setingkat SD ke bawah. Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Februari 217 masih didominasi oleh pekerja yang berpendidikan SD kebawah yang mencapai 687 ribu orang (31,84%). Jumlah tersebut mengalami penurunan apabila melihat periode Februari 216 yang mencapai 77 ribu orang (34,42%). Tabel 6.3. Tenaga Kerja Menurut Pendidikan (%) Pendidikan Tertinggi (Februari) SD ke bawah 34,42 31,84 Sekolah Menengah Pertama 18,7 18,51 Sekolah Menengah Atas 24,81 25,91 Sekolah Menengah Kejuruan 5,53 5,18 Diploma I/II/III 4,16 5, Universitas 12,38 13,57 Berdasarkan status pekerjaannya, sektor Buruh/Karyawan/Pegawai menyerap tenaga kerja dengan porsi terbesar yaitu sekitar (37,86%). Tabel 6.4. Tenaga Kerja Berdasarkan Pekerjaan Status Pekerjaan Agustus Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Porsi (%) Porsi (%) 19,56 19,65 15,89 16,87 4,31 4,31 Buruh/Karyawan 35 37,86 Pekerja bebas 8,94 8,67 Pekerja keluarga/tak dibayar 11,21 12,7 45 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

74 Nilai Tukar Petani 1 pada akhir Triwulan-I 217 mengalami peningkatan dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani pada akhir Triwulan-I 217 tercatat sebesar 95,11, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 94,98. Namun demikian, nilai tukar petani pada triwulan laporan masih berada dalam tekanan (di bawah 1). NTP di bawah 1 mengindikasikan bahwa petani mengalami defisit dalam usahanya sebab penerimaan atas hasil produksi petani lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran petani. Penurunan NTP bersumber dari seluruh sektor kecuali Sektor Hortikultura, Peternakan, dan Perikanan. NILAI TUKAR PETANI (NTP) Triwulan-IV ,98 Triwulan-I ,11 Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi ke-3 terendah setelah Provinsi Bengkulu. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Triwulan-I 217 tercatat sebesar 14,9, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,91. NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks 6.2. Kemiskinan Posisi kemiskinan pada September 216 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu menurun dari 17,11% menjadi 16,43%. Namun, menurunnya persentase penduduk miskin tersebut hanya terjadi di perdesaan bukan di perkotaan. Secara nominal, jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh pada September 216 sebesar 841 ribu orang menurun dibandingkan periode September 216 sebesar 859 ribu orang. Garis Kemiskinan mengalami kenaikan sebesar 5,72% dari Rp ,-/kapita/bulan pada bulan September 215 menjadi Rp ,- /kapita/bulan pada bulan September Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 216, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,17% sementara sumbangan GKBM terhadap GK sebesar 23,83%. Beberapa komoditas utama yang memberikan sumbangan besar terhadap kenaikan Garis Kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan yaitu beras, rokok kretek filter, dan daging sapi (perkotaan) / ikan tongkol (pedesaan). harga yang diterimanya. NTUP di atas 1 menunjukkan bahwa petani telah memperoleh keuntungan dalam menjalankan usahanya. 1 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 46

75 KEMISKINAN (%) SEP ,11 SEP ,43 INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN SEP 215 3,11 SEP 216 3,6 INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN SEP 215,84 SEP 216,87 Sementara itu, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada September 216 penurunan peningkatan dibandingkan dengan September 215. P1 mengalami penurunandari 3,11% pada September 215 menjadi 3,6% pada September September 216. penurunannilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan. Sementara penurunan nilai indeks P2 menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin kecil. Tabel 6.5. Indeks Kemiskinan (P1 dan P2) Daerah Sep Sep P1 P2 P1 P2 Perkotaan 1,84,5 1,44,28 Pedesaan 3,61, ,11 Perkotaan+Pedesaan 3,11,7 3,6, Sementara P2 mengalami peningkatan dari,84% pada September 215 menjadi,87 pada 47 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

76

77 Prospek Perekonomian Daerah Berdasarkan perkembangan terkini, Perekonomian Aceh pada tahun 217 diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 216, disertai risiko peningkatan inflasi Perekonomian Aceh sepanjang tahun 217 diperkirakan meningkat pada kisaran 2,99-3,49% atau berpotensi lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 216 sebesar 3,31%. Pada triwulan III-217 tingkat pertumbuhan Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran 3,6% - 4,6% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan II-217 yang diperkirakan tumbuh sebesar 3,62% - 4,12% (yoy). Pada akhir tahun 217, inflasi Aceh diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan 216. Inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 3,44-4,44% (yoy) atau berpotensi meningkat dibandingkan realisasi inflasi tahun 216 sebesar 3,95%. Pada triwulan III 217, tren inflasi Aceh diperkirakan menurun dan berada pada kisaran 2,47-3,47% (yoy) Prospek Makroekonomi Pada triwulan III 217 pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan menurun dibandingkan triwulan II 217. Berdasarkan indikator terkini, perekonomian ekonomi Aceh pada tahun 217 juga diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 216. Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 217Q1 217Q3 p 217 p YoY 2,87% 3,4%-3,9% 2,99%-3,49% Sumber: Proyeksi Bank Indonesia B erdasarkan perkembangan indikator perekonomian terkini, perekonomian Aceh pada triwulan III 217 tumbuh pada kisaran 3,4%- 3,9% dengan didorong Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah. Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan II 217 dikarenakan terdapat pembayaran gaji PNS ke pada triwulan II 217 serta pelaksanaan event Penas KTNA XV pada bulan Mei 217 yang diperkirakan mampu mendorong perekonomian Aceh pada triwulan II 217. Pertumbuhan pada triwulan III 217 diperkirakan didorong oleh realisasi APBA, khususnya belanja modal untuk pembayaran proyek konstruksi pemerintah pada triwulan III 217. Selain itu pengeluaran pemerintah yang sebelumnya sempat tertunda pada triwulan I-217 diharapkan dapat direlokasikan dan direalisasikan pada triwulan II Namun demikian, tren penurunan komoditas mulai terjadi hingga akhir tahun 217 dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan perekonomian Aceh, khususnya pada sektor utama pertanian dan perkebunan. Indeks kopi dunia pada triwulan III 217 diperkirakan mengalami penurunan indeks hingga mencapai 164 cts/lb Kondisi tersebut menurun dibandingkan indeks harga rata-rata sebelumnya Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei

78 sebesar 173,6 ct/lb pada triwulan III 216. Penurunan harga tersebut tidak terlepas dari peningkatan pasokan akibat cuaca baik di mayoritas negara penghasil kopi. Selain kopi, penurunan harga juga diproyeksikan terjadi pada komoditas minyak kelapa sawit. Sejak sempat meningkat pada triwulan I 217, index harga minyak kelapa sawit dunia pada triwulan III 217 diperkirakan mencapai 593,4 $/Mt, menurun dibandingkan tahun sebelumnya 647$/Mt. Penurunan harga rata-rata TBS tersebut tidak terlepas dari perbaikan pasokan CPO Malaysia yang sebelumnya sempat menurun karena tingginya curah hujan di awal tahun 217. Namun demikian, membaiknya pasar CPO domestik untuk permintaan biodiesel B2 diharapkan mampu menahan laju perlambatan harga CPO, khususnya di tingkat lokal. Tabel 7.2 Perkiraan Harga Komoditas Kopi (cts/lb) CPO ($/MT) Karet (cts/lb) 216Q3 173, ,1 217Q3 164,5 599,2 19, ,4 593,4 17,9 Sumber: IMF Namun demikian hasil liaison pada beberapa korporasi swasta yang bergerak di bidang usaha perkebunan sawit mencatat bahwa penjualan, investasi dan tenaga kerja sampai dengan triwulan III tahun 217 diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Selain itu, perkiraan membaiknya permintaan pasar CPO domestik didorong regulasi PermenESDM No 26/216 tanggal 12/1/216 yang menetapkan bahwa tidak ada lagi pembedaan perlakuan antara biosolar subsidi maupun non subsidi, sehingga Ekspektasi konsumsi rumah tangga pada triwulan III 217 masih terjaga. Perbaikan pendapatan rumah tangga seiring dengan kebijakan kenaikan UMP tahun 217. UMP Aceh tahun 217 tercatat sebesar Rp 2.5. atau meningkat 18% dibandingkan tahun 216. Selain itu, beberapa iniasi event pariwisata diharapkan turut mendukung peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan III 217, antara lain: Festival Pulo Aceh, Banda Aceh Cofee Festival, Wisata Camping Nusantara, Aceh Diving Championship. Namun demikian investasi yang bersumber dari pembiayaan pemerintah diperkirakan menurun seiring dengan penurunan anggaran pagu belanja modal baik yang bersumber dari APBN yang menurun dari Rp3,8 triliun pada tahun 216 menjadi Rp2,62 triliun pada tahun 217 maupun APBA yang sedikit menurun dari Rp2,58 triliun menjadi Rp2,57 triliun. Perekonomian Aceh sepanjang tahun 217 diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,44%-3,44% atau berpotensi lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 216 sebesar 3,31%. Potensi perlambatan pertumbuhan perekonomian disebabkan karena realisasi proyek investasi di tahun 217 tidak sebesar tahun sebelumnya serta tren penurunan harga komoditas global Prospek Inflasi Pada akhir tahun 217, inflasi Aceh berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan 216. Namun pada triwulan III 217, tren inflasi Aceh diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. semua solar yang dicampur biodiesel akan mendapatkan subsidi yg dikelola BPDP Kelapa Sawit. 49 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

79 Tabel 7.2 Perkiraan Inflasi 217Q1 217Q3 p 217 p YoY 3,45% 2,47%-3,47% 3,44%-4,44% Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Perkiraan laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan III 217 berada pada kisaran 2,47%-3,47% (yoy) dengan tekanan inflasi bersumber dari komponen administred prices (AP) dan volatile foods (VF). Tarif listrik, BBM, angkutan serta pendidikan diperkirakan menjadi komoditas administred prices yang mendorong tekanan inflasi pada bulan Juli- September 217. Sesuai dengan pola historis dalam tiga tahun terakhir, kenaikan harga angkutan dalam kota, antar kota, udara dan laut di Provinsi Aceh umumnya terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Sedangkan sumber tekanan inflasi pada bulan September 217 secara musiman bersumber dari biaya Akademi / Perguruan tinggi, sekolah serta jasa / barang pendukung pendidikan seperti kontrak rumah, ongkos jahit serta bimbingan belajar. Tekanan administred prices berpotensi meningkat seiring dengan tren kenaikan harga minyak dunia. Kondisi ini diperkirakan akan memberikan pengaruh pada kenaikan harga energi domestik pada triwulan III 217. Tabel 7.3 Perkiraan Harga Minyak Dunia 216Q3 217Q3 p 217 p USD/MMBTU 44,7 55,8 55,7 Sumber: IMF Selain itu beberapa komoditas bumbu-bumbuan, secara pola siklus panennya berpotensi mengalami penurunan pasokan pada triwulan III 217, yaitu: Cabai Merah dan Bawang Merah. Sementara itu, laju inflasi inti diperkirakan masih dapat dikendalikan. Faktor utama pencetus stabilitas inflasi inti adalah menguatnya kurs Rupiah terhadap Dolar AS sebagai respon pasar atas predikart investment grade yang diberikan oleh lembaga rating Standard & Poor terhadap Indonesia. Namun demikian, beberapa faktor yang dikhawatirkan dapat memberikan tekanan terhadap inflasi inti Aceh antara lain: peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan kenaikan harga komoditas serta gaji ke-13 & THR, risiko ketidakpastian perekonomian global yang bersumber dari kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan berdampak pada nilai tukar Rupiah kedepan dan memberikan dampak pada perkembangan imported inflation. Inflasi Aceh sepanjang tahun 217 diperkirakan masih pada sasaran inflasi nasional pada kisaran % namun lebih tinggi dari tahun 216. Pada akhir tahun 217, inflasi Aceh diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan 216. Inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 3,44-4,44% (yoy) atau berpotensi meningkat dibandingkan realisasi inflasi tahun 216 sebesar 3,95%. Sumber tekanan inflasi Aceh sampai dengan akhir tahun 217 diperkirakan berasal dari komoditas administered price sementara inflasi inti dan volatile food relatif terjaga. Sumber tekanan administered prices yang berpotensi mendorong tekanan inflasi di tahun 217 meliputi kenaikan harga cukai rokok, peningkatan harga BBM non subsidi pada bulan Januari 217 serta peningkatan TDL sepanjang tahun 217. Pada tanggal 1 Januari 217 cukai rokok meningkat sebesar 1,54% yang memberikan kontribusi inflasi tahunan Aceh pada bulan April 217 sebesar,32%. Pada bulan April 217, kontribusi inflasi komoditas bensin mencatatkan nilai,14% setelah sebelumnya Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217 5

80 memberikan andil deflasi walaupun terdapat peningkatan harga BBM non subsidi. Hal ini terjadi karena harga premium baru mengalami penyesuaian menjadi Rp645,- per April 216, sementara per Januari 216 masih sebesar Rp6.95,-. Perbedaan harga dasar (baseline) tahun 216 ini mengakibatkan andil inflasi tahunan komoditas BBM mulai meningkat pada bulan April 217. Tren kenaikan harga minyak dunia hingga akhir tahun 217 dapat mendorong risiko peningkatan harga BBM pada semester II 217. Tarif listrik memberikan kontribusi inflasi tahunan Aceh pada bulan April 217 sebesar,73% dan masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Hal ini terjadi akibat pencabutan subsidi pelanggan listrik 1.3 VA dan 2.2 VA disertai dengan dampak lanjutan peralihan pelanggan listrik rumah tangga dari golongan 9 VA menjadi 1.3 VA. Diberlakukan kenaikkan TDL bertahap setiap 2 bulan, yaitu 1 Januari 217 (3%), 1 Maret 217 (3%), 1 Mei 217 (3%) dan pada 1 Juli 217 (3%) untuk golongan tarif R-1/9 VA Rekomendasi Kebijakan Beberapa rekomendasi kebijakan yang perlu ditempuh dalam upaya mempertahankan arah pertumbuhan ekonomi Aceh dan stabilitas inflasi yaitu : Pertumbuhan Ekonomi 1. Percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe melalui: Kemudahan kegiatan perijinan, legalitas, dan kegiatan administrasi dalam pembentukan KEK Lhokseumawe yang dapat ditempuh melalui peningkatan koordinasi antar instansi dan antarlevel pemerintahan, baik di tingkat kabupaten, provinsi, hingga tingkat nasional. Penyediaan infrastruktur primer khususnya listrik dan air. 2. Penambahan kapasitas serta percepatan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan utama Aceh, seperti pelabuhan Malahayati dan Pelabuhan Krueng Geukeuh. Perbaikan pelabuhan tersebut dapat berbentuk programprogram sebagai berikut: Perbaikan infrastruktur pelabuhan, termasuk luas pelabuhan untuk menambah kapasitas dan menarik para eksportir/importir luar negeri dan luar daerah. Perbaikan konektivitas darat dari dan menuju ke pelabuhan. Penambahan sumber daya manusia untuk peningkatan service dalam hal dwelling time Promosi penggunaan pelabuhan di Aceh ke berbagai pelaku usaha di Aceh dan luar Aceh sebagai pelabuhan alternatif di samping pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. 3. Pembangunan konektivitas darat trans Aceh: Pembangunan jalur alternatif baru serta perbaikan dan perluasan jalan yang menghubungkan kawasan Aceh bagian Tengah (Penghasil kopi) dengan wilayah Aceh bagian Timur (Jalur bisnis utama Aceh). Perbaikan jalan yang menghubungkan Aceh bagian barat (Penghasil kekapa sawit dan karet) dengan wilayah bagian timur (Jalur Bisnis Utama Aceh) 51 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

81 4. Pengembangan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam hal produktivitas dan Menumbuhkan sektor perdagangan & akomodasi melalui peningkatan infrastruktur, kompetensi melalui program wajib wajib regulasi maupun tata kelola pariwisata belajar 12 tahun, penyediaan beasiswa pendidikan bagi para siswa kurang mampu, perbaikan fasilitas sarana dan prasaran pendidikan di daerah remote, pengembangan potensial di Aceh; (iv) pembentukan forum peningkatan daya saing daerah dan Regional Investment Relation Unit untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai daerah berpotensi, Sekolah Menengah Kejuruan, peningkatan baik dan terpercaya. kualitas guru/ dosen, program pelatihan keterampilan, sertifikasi keahlian. Perkembangan Inflasi 5. Memberikan stimulus perekonomian berupa 1. Potensi kenaikan inflasi pada Triwulan III-217 percepatan realisasi APBA, tren peningkatan didorong oleh peningkatan harga musiman pertumbuhan pengeluaran pemerintah pasca Idul Fitri serta menjelang tahun ajaran terutama untuk proyek pembangunan harus baru. Sedangkan Potensi kenaikan inflasi pada dipertahankan karena merupakan sumber akhir tahun didorong peningkatan harga utama penopang pertumbuhan Aceh. komoditas administred price meliputi BBM dan 6. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan tarif listrik. defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya 2. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka melalui upaya pembuatan model kerjasama perlu mengoptimalkan peran dan fungsi Tim perdagangan antar daerah baik di tingkat Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui provinsi maupun kabupaten / kota yang pelaksanaan program: memprioritaskan pemenuhan komoditas Senantiasa memonitor perkembangan strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan harga, stok dan produksi komoditas bahan pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus makanan sebagai dasar dalam dilakukan agar produk dengan nilai tambah pelaksanaan intervensi pengendalian yang terbesar berada di Aceh. harga melalui program operasi pasar, 7. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren beras sejahtera dan pasar murah. peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini Sinergi program kerja SKPA untuk harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan pengendalian inflasi di Aceh sesuai dengan melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah dokumen roadmap TPID Aceh. komoditas pertanian dan perkebunan seperti Pengalokasian APBN dan APBD dalam gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui memperbaiki konektivitas perhubungan integrasi dengan industri pengolahan pertanian dan energi untuk mendukung kelancaran sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii) distribusi barang dan mendukung Meningkatkan kemudahan dalam berusaha peningkatan ketersediaan pasokan. dan berinvestasi di Aceh melalui pembentukan Mendorong upaya pengembangan kawasan khusus seperti kawasan industri infrastruktur dan antisipasi kerusakan maupun kawasan ekonomi khusus; (iii) infrastruktur khususnya infrastruktur yang Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei

82 mendukung produksi bahan pangan dan melalui upaya pengembangan terkait transportasi untuk kelancaran pasokan barang. menjamin agroindustri, pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi metode dan teknologi tepat Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat. Meningkatkan kelancaran distribusi barang ke masyarakat melalui pasar alternatif, seperti Toko Tani Indonesia atau optimalisasi pasar induk. Pencegahan upaya penimbunan kebutuhan pokok melalui koordinasi dengan aparat penegak hukum. guna. Melaksanakan kerjasama perdagangan antar provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan stok komoditas strategis di Aceh secara tepat waktu dan tepat guna. Mendorong peningkatan stok untuk menjaga ekspektasi pasar, salah satunya melalui optimalisasi program Sistem Resi Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage serta cold chain. Melakukan upaya untuk meningkatkan kecukupan dan kemandirian pangan Aceh 53 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 217

83

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci