ANALISIS SAMBUNGAN SEKRUP PADA KONSTRUKSI RANGKA ATAP BAJA RINGAN MENURUT SNI 7971:2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SAMBUNGAN SEKRUP PADA KONSTRUKSI RANGKA ATAP BAJA RINGAN MENURUT SNI 7971:2013"

Transkripsi

1 Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol., o. 2, Okober 2017 AALISIS SAMBUGA SEKRUP PADA KOSTRUKSI RAGKA ATAP BAJA RIGA MEURUT SI 7971:201 Widya Apriani Program Sudi Teknik Sipil Universias Lancang Kuning Jalan Yos Sudarso Km. 8 Rumbai Pekanbaru Widyaapriani@unilak.ac.id Fadrizal Lubis Program Sudi Teknik Sipil Universias Lancang Kuning Jalan Yos Sudarso Km. 8 Rumbai Pekanbaru adrizal@unilak.ac.id Muhia Anggraini Program Sudi Teknik Sipil Universias Lancang Kuning Jalan Yos Sudarso Km. 8 Rumbai Pekanbaru muhia@unilak.ac.id Absrak Kegagalan srukur rangka aap bangunan dengan maerial baja ringan aau baja canai dingin dapa erjadi oleh beberapa sebab, misalnya akor perencanaan dan pelaksanaan. Pada ahun 2016 erjadi kegagalan srukur rangka aap pada suau gedung di Pekanbaru yang mengakibakan hampir keseluruhan rangka aap bangunan rubuh. Kegagalan yang erjadi pada sambungan dan ekuk di beberapa baang yang erjadi pada beberapa join aau sambungan anara ringbalk beon dan rangka baang. Peneliian dilakukan dengan melakukan pemodelan rangka aap baja canai dingin menggunakan SAP 2000 unuk mengeahui gaya dalam srukur. selanjunya dilakukan desain sambungan menuru SI 7971:201 enang baja canai. Sambungan yang akan dianalisis merupakan sambungan rangka baja ringan dengan menggunakan sel-drilling screw yang didesain menuru keenuan SI 7971:201. Hasil peneliian menunjukkan erjadi kegagalan sambungan yang dipengaruhi oleh mode bearing, karena kapasias geser desain yang diperoleh lebih besar dari kapasias ariknya, sehingga jumlah sekrup yang digunakan lebih sediki. Kapasias sambungan pada kasus ini dienukan oleh kapasias geser sekrup. Desain kapasias geser sediki di aas gaya dalam maksimum yang bekerja. Sedangkan, kapasias arik proil jauh kapasias geser yang bekerja. Sambungan cukup kua menahan gaya-gaya dalam rangka baja ringan yang menahan kombinasi beban graviasi dan beban angin, beban hujan, sehingga sambungan bukanlah menjadi penyebab erjadinya kerunuhan srukur rangka aap. Kaa Kunci : Sambungan Sekrup, Kerunuhan Rangka Aap, SI 7971:201 49

2 Apriani, W., Lubis, F., Anggraini, M. / Analisis Sambungan Sekrup/ pp Absrac Failure o building roo rame srucure wih cold ormed seel can occur by several reasons, such as planning and implemenaion acors. In 2016 here was a ailure o roo rame srucure a one o building in Pekanbaru which resuled in almos he enire roo rame collapsed. Failure ha occurs in connecion and buckling in muliple sems ha occur in some joins beween concree and concree ringbalk. The sudy was conduced by modeling cold rolled seel roo rames using SAP 2000 o ind ou he orces in he srucure. urhermore, he design o he connecion according o SI 7971:201 concerning he cold ormed seel. The joins o be analyzed are joins using sel-drilling screw designed according o SI 7971:201. The resuls show ha he connecion ailure is aeced by he bearing mode, hereore he shear capaciy o he design obained is greaer han is ensile capaciy. hereore he number o screws used is less. The connecion capaciy in his case is deermined by he screw shear capaciy. Design he shear capaciy slighly above he maximum working orce. Whereas, he capaciy o ensile proile o he working shear capaciy. Theconnecion was enough o resis orces in he cold ormed seel ha wihsand he combinaion o graviy load and wind load, rain load, so he connecion is no he cause o he collapse o he roo russ srucure. Keywords : Screw Connecion, Roo Frame Collapse, SI 7971:201 A. PEDAHULUA Rangka aap baja ringan di Indonesia kerap kali mengalami kerunuhan. Kerunuhan ersebu dapa disebabkan oleh kegagalan elemen kesalahan pengerjaan aau kegagalan sambungan sehingga diperlukan analisis. Analisis sambungan memiliki peranan pening dalam sabilias dan keamanan srukur karena kegagalan srukur banyak dienukan oleh desain sambungan (urjaman S, 2010). Pada peneliian ini sudi kasus adalah kerunuhan rangka aap gedung SKPD Pekanbaru. Keseluruhan srukur mengalami kegagalan. Peneliian dilakukan dengan melakukan pemodelan rangka aap baja canai dingin menggunakan SAP 2000 unuk mengeahui gaya dalam srukur. Selanjunya dilakukan desain sambungan menuru SI 7971:201 enang baja canai dingin. Tujuan dari peneliian ini adalah menganalisis sambungan sekrup dengan SI 7971:201 dalam rangka aap baja ringan unuk mengeahui menganalisis sambungan apakah menjadi penyebab erjadinya insabilias elemen rangka baang. B. TIJAUA PUSTAKA 1. Desain Sambungan Unuk mencegah kegagalan sambungan dalam kondisi geas, kapasias desain arik sekrup harus 1,25 kali kasapias desain unuk pull-ou dan pull-cover. Kapasias arik maksimum unuk sekrup sel-drilling seperi dierangkan dalam AS-556 diberikan dalam abel 1. ilai yang diberikan di abel 1 adalah unuk sekrup saja bukan unuk sambungan. Keebalan pela penyambung baja akan menenukan kekuaan sambungan. 50

3 Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol., o. 2, Okober 2017 Tabel 1. Kua Tarik Aksial Menenukan Unuk Sekrup Sel-drilling Ukuran Kua Tarik aksial maksimum (k) Type ASD Type BSD Type CSD o.6 4,5 4,5 5, o.8 6,5 6,5 8,46 o.10 7,5 8,6 10,01 o.12 11,4 11,6 14,44 o 14 14,95 16,15 18,9 Menuru Perauran Baja Ringan Indonesia SI 7971:201, kekuaan sambungan (Vb) unuk kondisi roasi sekrup ( iling) dihiung sebagai nilai erkecil dari rumus-rumus beriku ini: V b = ( 2.d. u1 4,2 (1) V b = C. 1.d. u1 (2) V b = C. 2.d. u2 () Dengan : V b = Kapasias umpu nominal bagian ersambung 1 = Tebal lembaran yang konak dengan kepala sekrup 2 = Tebal lembaran yang idak konak dengan kepala sekrup d = Diameer sekrup nominal u1 = Tegangan ulimae lembaran yang konak dengan kepala sekrup u2 = Tegangan ulimae lembaran yang idak konak dengan kepala sekrup C = Fakor umpu sebagai ungsi perbandingan diameer sekrup nominal dan ebal lembaran Diameer nominal sekrup adalah d = 5 mm. ilai C dienukan dengan rumus : d C =,- 0,1. Unuk d 6 (4) C. DATA DA AALISA DATA Peneliian dilakukan dengan melakukan pemodelan rangka aap baja canai dingin menggunakan SAP 2000 unuk mengeahui gaya dalam srukur. Selanjunya dilakukan desain sambungan menuru SI 7971:201 enang baja canai. Sambungan yang akan dianalisis merupakan sambungan rangka baja ringan dengan menggunakan sel-drilling screw yang didesain menuru keenuan SI 7971:201. Gambar 1. Sekrup yang Digunakan Unuk Sambungan di Proyek 51

4 Apriani, W., Lubis, F., Anggraini, M. / Analisis Sambungan Sekrup/ pp Berdasarkan gambar 1, beberapa asumsi yang diambil dalam menganalisis kapasias sambungan dari srukur rangka baja ringan anara lain: a. Sambungan memenuhi persyaraan geomeri dalam hal konigurasi sekrup iap sambungan b. Sambungan diasumsikan cukup kua menahan gaya-gaya dalam rangka baja ringan yang menahan kombinasi beban graviasi, beban angin dan beban hujan. Ada empa ipe sambungan yang akan dianalisis yaiu: a. Bagian heel (elemen 1 dan 18) b. Bagian ridge (elemen dan web 51 - web 52) c. Join anara - baang ekan (2-69), op chord (4-44), dan baang horizonal (D1) d. Join anara - baang dalam (67) dan boom chord (16, 17, 66) Perencanaan sambungan yang akan dilakukan melipui perencanaan geomeri dan kekuaannya erhadap ahanan arik dan geser. Pada 4 join srukur kuda-kuda rangka aap baja ringan yang diperkirakan membuuhkan karakerisik ahanan erbesar dalam benuk sambungan yang sama. Gambar 2. Conoh Sambungan Pada Bagian Ujung Pada srukur kuda-kuda rangka aap baja ringan, direncanakan sambungan pada 4 (empa) join, yaiu join 1, join 2, join dan join 4. Adapun lokasi join-join ersebu dapa diliha pada gambar. Gambar menjelaskan lokasi join-join yang akan dianalisis. Joinjoin ersebu dipilih unuk mewakili lokasi-lokasi lain yang sejenis. Gambar. Lokasi Join Sambungan Baja Ringan yang akan Dianalisis 52

5 Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol., o. 2, Okober 2017 D. HASIL DA PEMBAHASA 1. Sambungan Pada Join 1 Pada join 1 erdapa hubungan sambungan anara baang ekan 18 dengan baang arik 1. Desain kapasias sambungan sekrup unuk ipe Screw x 20 TASO dengan proil baang C dengan ebal 75 mm yang memiliki lubang lurus. 2. Sambungan pada Join 2 Pada join 2, erdapa hubungan sambungan anara baang ekan 25, baang ekan 26, baang web 51, dan baang web 52. Benuk hubungan sambungan ersebu diilusrasikan dalam gambar 4. Unuk mengkondisikan agar iik kumpul gaya aksial beremu pada sau iik, gusse plae dipakai pada join 2. Sambungan di aas berbenuk simeris sehingga analisis akan dilakukan pada salah sau sisi sambungan. Sambungan yang akan dianalisis adalah sambungan anara baang ekan 25 dengan web 51 aau sambungan baang ekan 26 dengan web 52. Gaya dalam maksimum yang erjadi anara kedua sisi sambungan idak jauh berbeda. Pada baang ekan 25 dan 26 diperoleh gaya ekan sebesar k dan k. Sedangkan pada web 51 dan 52 diperoleh gaya dalam maksimum sebesar k dan k. ilai gaya dalam yang dipakai dalam analisis kapasias sambungan adalah gaya dalam yang lebih besar. Sisi sambungan yang akan didesain adalah join pada baang ekan 25 dengan web 51. Gambar 4. Pengamaan Kerunuhan pada Join 2. Sambungan Pada Join Pada join, erdapa hubungan sambungan anara baang ekan 2, baang ekan 69, baang web 4 dan baang web Sambungan pada Join 4 Pada join 4, erdapa hubungan sambungan anara baang arik 16, baang arik 17, baang web 66, dan baang web Perhiungan Analisis Kapasias Screw Proil baang adalah C dengan ebal 75 mm yang memiliki lubang lurus dengan ipe sekrup berupa Screw x 20 TASO. Spesiikasi yaiu : Diameer sekrup, d = 5, mm Diameer kepala ring dari sekrup adalah D k = 14,2 mm = 1 mm, 1 = 1 mm 2 5

6 Apriani, W., Lubis, F., Anggraini, M. / Analisis Sambungan Sekrup/ pp Kapasias egangan leleh ( y ) = 550 MPa Kapasias egangan arik ( u ) = 1,17. y = 64,5 MPa a. Kapasias Geser Baang Tarik 1 Pelubangan dengan sekrup 2 / 1 = 1,0 1,0 Kapasias umpu dari nominal bagian yang ersambung diambil erkecil dari : V b = 4,2 ( 2.d. u1 2 = 4,2 (2. 5,. 64,5 4 = 1,74610 C. 2.d. 2, ,. 64,5 V b = u2 = 4 = 1,84210 Yang menenukan adalah kondisi iling, maka V b = V b = 4 0,5 1,74610 = 8,79910 Kapasias geser desain sekrup disyarakan sebesar 1,25.V b V n = 1,25 8,77910 = 1,110 Jumlah sekrup yang dibuuhkan : P u = 408 n s = P V u bn =,868 n s = 4 Cek kapasias geser sekrup : n s. V n Pu 4 1, OK b. Kapasias Geser Baang Tekan 18 P u = 6567 Vbu b u. V b Perbandingan pela badan dengan ebal badan 2 = 1 mm, 1 = 1 mm 2 = = 1 1, 0 Kapasias umpu dari nominal bagian yang ersambung diambil dari yang erkecil dari : V b1 = 4,2 ( 2.d. u 2 = 6,22210 C = 2,7 = 64,5 MPa u1 V b2 = C.1.d. u1 = 9,20810 Yang menenukan adalah kondisi iling, maka V b = 6,22210 V b = 0,5 6,22210 =,11110 Kapasias geser desain sekrup disyarakan sebesar 1,25.V b V n = 1,25,11110 =,

7 Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol., o. 2, Okober 2017 Jumlah sekrup yang dibuuhkan : P u = 6557 n s = P V u bn = 2,108 n s = Cek kapasias geser sekrup : n s V n Pu, OK s = 25 mm A n = mm L = 1278 mm u r = n s 94416, = 0, 171 = 1 r 2,5.r s.d. u. A g Jadi jumlah sekrup yang diperlukan pada join 1 sebanyak 4 buah sekrup nomor 12 ipe screw x 20 aso. c. Kapasias Tarik Sekrup Baang Tekan 18 = baang arik no 1 Pull Ou = 0,85 25,550 ou = 2478 Pull Over = 1,5 212,7550 ou = Pull Ou lebih menenukan sehingga = 2478 ϕ = 0,5 ϕ = 0,5 * 2478 = 129 Kua arik desain sekrup disyarakan sebesar 1,25 x 129 = 1549 d. Kapasias Tarik Elemen Pada Bagian Sambungan Baang Tarik 1 u = = 6,16910 u. A g 4 6, OK Kapasias sambungan pada join 1 dienukan oleh kapasias geser sekrup. Desain kapasias geser pada join ini sebesar 1140 sedangkan gaya dalam maksimum bekerja sebesar Hal ini berari kapasias geser sediki di aas gaya dalam maksimum yang bekerja. Sedangkan, kapasias arik proil sebesar 1549 jauh kapasias geser yang bekerja. Perhiungan screw selanjunya dilakukan dalam abel 2. Kapasias sambungan pada kasus ini dienukan oleh kapasias geser sekrup. Desain kapasias geser sediki di aas gaya dalam maksimum yang bekerja. Sedangkan, kapasias arik proil jauh kapasias geser yang bekerja. 55

8 Apriani, W., Lubis, F., Anggraini, M. / Analisis Sambungan Sekrup/ pp Tabel 2. Analisis Sambungan Join Jenis Baang 1 2 2/1 u () Vb iling Vb 1 Vb 2 V desain 1,25 V () u/vb n Join 1 1 arik ekan Join 2 25 ekan ekan arik arik Join 2 ekan arik arik ekan Join 4 16 arik arik arik ekan E. KESIMPULA Sambungan cukup kua menahan gaya-gaya dalam rangka baja ringan yang menahan kombinasi beban graviasi dan beban angin,beban hujan, sehingga sambungan bukanlah menjadi penyebab erjadinya kerunuhan srukur rangka aap. Kegagalan sambungan dipengaruhi oleh mode bearing. Oleh karena kapasias geser desain yang diperoleh lebih besar dari kapasias ariknya, jumlah sekrup yang digunakan lebih sediki. Kapasias sambungan pada kasus ini dienukan oleh kapasias geser sekrup. Desain kapasias geser sediki di aas gaya dalam maksimum yang bekerja. Sedangkan, kapasias arik proil jauh kapasias geser yang bekerja. DAFTAR PUSTAKA Amalia R., 2012, Sudi Eksperimenal dan Analisis Rangka Aap Tipe Howe menggunakan Proil Baja Ringan, Tugas Akhir, Program S1 Teknik Sipil Universias Sriwijaya, Sumaera Selaan. Ariyavinana E., 2015, Pengembangan Spreadshee Unuk Perhiungan Kapasias Baja Canai Dingin dengan Pengaku Berdasarkan SI 7971:201, Tugas Akhir, Program S1 Program Sudi Teknik Sipil Universias Krisen Pera, Surabaya. 56

9 Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol., o. 2, Okober 2017 Anggara P.D., 2014, Pengaruh Jarak Screw Terhadap Kekuaan Sambungan Pada Baja Ringan, Jurnal Rekayasa Teknik Sipil, Volume omor 1 : Badan Sandarisasi asional, 201, Taa Cara Perencanaan Srukur Baja Canai Dingin SI , Bandung. Firmansyah L.V., 2014, Pengaruh Berbagai Jenis Screw Terhadap Kua Tarik dan Kua Geser Sambungan Baja Ringan, Jurnal Rekayasa Teknik Sipil, Volume omor 1 : Rhodes J., 201, Formed Seel Srucure, Cambridge Universiy Press, Cambridge. Kurniawan 2008, Analisis Baja Ringan dengan Baja Konvensional, Tugas Akhir, Program S1 Teknik Sipil Universias Diponegoro, Bandung. ur K., 2012, Analisis Sabilias Elemen Baja Ringan Sebagai Bahan Alernai Penggani Baja Konvensional Pada Rangka Baang (Sudi Kasus Rangka Aap Gedung Fakulas Teknik UG), Laporan Peneliian BBP Teknik Sipil, Universias egeri Goronalo. urjaman S., dkk., 2008, Analisis Sambungan Rangka Aap Baja Ringan Yang Didesain Menuru As 4600 Terhadap Beban Gempa Di Indonesia, Tugas Akhir, Program S1 Teknik Sipil Insiu Teknologi Bandung, Bandung. Rahma S.B., 2010, Sabilias Kuda- Kuda Baja Ringan Sar Truss Type C (Sudi Kasus : Pengujian Kuda-kuda Baja Ringan Benang 6 m), Tugas Akhir, Program S1 Teknik Sipil Fakulas Teknik Universias Gadjah Mada, Yogyakara. Sulaeman, dkk., 201, Arikel: Analisa Beban Ulimi Srukur Rangka Aap Senris Dan on Senris Menggunakan Proil Baja Ringan, Jurusan Teknik Sipil Universias Sriwijaya, Palembang. Sandards Ausralia Limied/Sandards ew Zealand, 2005, Cold Form Seel Srucures AS/ZS 4600:2005. Yu W.W., 2000, Cold Formed Seel Design, Third Ediion, John Wiley &Sons, IC., ew York. 57

BATANG GANDA DENGAN PLAT KOPEL

BATANG GANDA DENGAN PLAT KOPEL BATAG GADA DEGA PLAT KOPEL. Baasan-baasan Pela kopel digunakan jika jarak kosong a sebagai beriku : b a 6b Pla kopel dipasang pada jarak yang sau sama lain sebesar L. Pemasangannya harus seangkup (simeris)

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. PENDAHULUAN Cold formed seel aau yang lebih akrab disebu baja ringan adalah baja yang dibenuk sedemikian rupa dari sebuah pla dalam keadaan dingin (dalam emperaur amosfir ) menjadi

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan

Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan 1 Analisa Srukur Aas Jembaan Kuai Karanegara Sebelum engalami Kerunuhan Ansadilla Niar Sianggang dan Bambang Piscesa, ST. T Jurusan Teknik Sipil, Fakulas Teknik Sipil, Perencanaan Insiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Informasi Umum Perancangan Tangki pada dasarnya dipakai sebagai empa penyimpanan maerial baik berupa benda pada, cair, maupun gas. Dalam mendesain angki, konsulan perencana harus

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENING BETON

MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENING BETON MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENIN BETON Muaqin Hasan Jurusan Teknik Sipil, Universias Syiah Kuala Ringkasan Dalam ulisan ini dikembangkan suau model non linier unuk ension soening beon. Model dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Dalam menganalisa aau mendesain srukur perlu dieapkan krieria ang dapa digunakan sebagai ukuran apakah suau srukur dapa dierima unuk penggunaan ang diinginkan aau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

SAMBUNGAN PASAK ( KEYS )

SAMBUNGAN PASAK ( KEYS ) SAMBUNGAN PASAK ( KEYS ) Pasak igunakan unuk menyambung ua bagian baang (poros) aau memasang roa, roa gigi, roa ranai an lain-lain paa poros sehingga erjamin iak berpuar paa poros. Pemilihan jenis pasak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Jurnal Euclid, vol., No., p.568 MEMBW MTRIKS KE DLM BENTUK KNONIK JORDN Irmawai Liliana. KD Program Sudi Pendidikan Maemaika FKIP Unswagai irmawai.liliana@gmail.com bsrak Benuk kanonik Jordan erbenuk apabila

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA 3.1 Gambaran Umum Robo Meode naik angga yang dierapkan pada model robo ugas akhir ini, yaiu meode karol dan rasio diameer roda-inggi anak angga/undakan. Gambar 3.1 Ilusrasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT Dua benda bermassa m dan m 2 dihubungkan dengan baang kecil yang massanya diabaikan (gambar 2). Gaya F diberikan deka dengan m. Ternyaa sisem berpuar erhadap suau iik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC BAB III POWE MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK POSES PENEKUKAN ACYLIC 3.1. Gaya Usaha Dan Daya Lisrik Mesin Tekuk Acrylic Bila kia hendak memindahkan suau benda dari sau empa keempa yang lain, aau mengangkanya

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA MUARA SUNGAI KOMERING KOTA PALEMBANG Kurnia Oktavia Usman

ANALISIS SEDIMENTASI PADA MUARA SUNGAI KOMERING KOTA PALEMBANG Kurnia Oktavia Usman ANALISIS SEDIMENTASI PADA MUARA SUNGAI KOMERING KOTA PALEMBANG Kurnia Okaia Usman Jurusan TeknikSipil, UniersiasSriwijaya (Jl. Srijaya Negara, Buki Besar, Palembang, Sumaera Selaan) kurnia_okai@ymail.com

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal Hubungan Koefesien Konsolidasi arah Verikal (C v ) dan Horizonal (C h ) Pada Tanah Marine Clay ( sudi kasus : Kawasan Indusri Terboyo - Semarang Uara) Penulis : Daniel Harano 1. Pendahuluan Laar Belakang

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Bagan Batu Dengan Bentuk Konstruksi Grid (Kisi-Kisi)

Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Bagan Batu Dengan Bentuk Konstruksi Grid (Kisi-Kisi) Analisis Sisem Penanahan Gardu Induk Bagan Bau Dengan Benuk Konsruksi Grid (Kisi-Kisi) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik, Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

KAJIAN KAPASITAS DAYA TAMPUNG SUNGAI TUTUPAN KABUPATEN BALANGAN TERHADAP AIR LIMBAH DARI SETTLING POND PT ADARO INDONESIA. Fitriansyah.

KAJIAN KAPASITAS DAYA TAMPUNG SUNGAI TUTUPAN KABUPATEN BALANGAN TERHADAP AIR LIMBAH DARI SETTLING POND PT ADARO INDONESIA. Fitriansyah. KAJIAN KAPASITAS DAYA TAMPUNG SUNGAI TUTUPAN KABUPATEN BALANGAN TERHADAP AIR LIMBAH DARI SETTLING POND PT ADARO INDONESIA Capaciy of Assessmen a The Tuupan River in Balangan Regency Agains Wasewaer from

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2 Jurnal Maemaika UNAND Vol. No. 1 Hal. 3 36 ISSN : 303 910 c Jurusan Maemaika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n unuk d = 1 aau d = DINA YELNI Program Sudi Maemaika,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN Sabril Haris 1 dan Hazmal Herman 2 1,2 Universitas Andalas, Padang, Indonesia sabril_haris_hg@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

MENENTUKAN LEVEL KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG PASCA GEMPA

MENENTUKAN LEVEL KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG PASCA GEMPA Media Teknik Sipil, Volume XI, Januari 2010 ISSN 1412-0976 MENENTUAN LEVEL INERJA STRUTUR ETON ERTULANG PASCA GEMPA Wibowo 1), Edy Purwano 2), Dwi Yano 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakulas Teknik, Uiversias

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

Analisis Proses Blanking dengan Simple Press Tool

Analisis Proses Blanking dengan Simple Press Tool Analisis Proses Blanking dengan Simple Press Tool Muhammad Akhlis Rizza Jurusan Teknik Mesin,Polieknik Negeri Malang Jl. Soekarno Haa no 9 Malang Telp : (0341) 404424, 404425 Fax : (0341) 404420 akhlisrizza@gmail.com

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

P~nemuan Agregat Halus dan Berbagat Quarry pada Produlm Beton. PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARl BERBAGAJ QUARRY PADA PRODUKSI BETON

P~nemuan Agregat Halus dan Berbagat Quarry pada Produlm Beton. PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARl BERBAGAJ QUARRY PADA PRODUKSI BETON P~nemuan Agrega Halus dan Berbaga Quarry pada Produlm Beon PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARl BERBAGAJ QUARRY PADA PRODUKS BETON Suprasman\ Enniya?, Azhari 3, Edria Dianjani 4 ABSTRAK Peneliian ini berujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci