Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan"

Transkripsi

1 1 Analisa Srukur Aas Jembaan Kuai Karanegara Sebelum engalami Kerunuhan Ansadilla Niar Sianggang dan Bambang Piscesa, ST. T Jurusan Teknik Sipil, Fakulas Teknik Sipil, Perencanaan Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Piscesa@ce.is.ac.id Absrak Kerunuhan Jembaan Kuai Karanegara yang menjadi penghubung anara Koa Tenggarong dan Samarinda menimbulkan banyak peranyaan enang perencanaan srukur jembaan ersebu. Unuk menjawab seluruh peranyaan mengenai perencanaan srukur jembaan ersebu, maka perlu dilakukan perhiungan ulang. Analisa perhiungan ini digunakan unuk mengeahui keadaaan Jembaan Kuai Karanegara yang sebenarnya pada waku perncanaan. Pada perhiungan ulang ini perauran pembebanan mengacu pada RSNI T , beban gempa mengacu pada SNI enang sandar perencanaan keahanan gempa unuk jembaan, perencanaan srukur baja jembaan mengacu pada RSNI T , dan perencanaan srukur beon jembaan mengacu pada SNI Sera unuk pylon digunakan perauran AISC specificaion for srucural seel buildings. Hasil dari analisa srukur jembaan ganung ini adalah dalam perencanaan Jembaan Kuai Karanegara didapa beberapa elemen srukur yang idak mampu unuk menahan beban yang erjadi seperi balok memanjang, rangka uama. Dan pylon sehingga menyebabkan kegagalan srukur di kemudian hari. Kaa Kunci Jembaan ganung, perencanaan, kegagalan srukur I. PENDAHULUAN Banyak jembaan ganung yang elah dibangun dengan eknologi dan benang yang beragam. Jones dan Howells (2008) menyebukan bahwa pada peengahan abad sembilan belas, okoh yang paling erkemuka di Amerika adalah John Roebling yang memiliki ide unuk membangun Jembaan Brooklyn dengan benang 486 m. Roebling menggunakan jenis kabel paralel yang sampai saa ini dipakai unuk sebagian besar konsruksi kabel. Lima puluh ahun seelah jembaan iu dibangun, Amerika membangun jembaanjembaan ganung yang memiliki benang yang semakin panjang dan pada ahun 1937 dibangun Jembaan Golden Gae di San Fransisco dengan benang 1280 m. Selama ahun 1930, para perencana mengadopsi srukur dek yang lebih ramping, yang berpuncak pada pembangunan Jembaan Tacoma Narrows dengan benang 853 m, dengan inggi pela girder 2,4 m jembaan ini memiliki kekakuan orsi rendah dan akhirnya runuh akiba dierjang angin sedang. Saa ini Jembaan Akashi Kakyo dengan benang 1990 m merupakan jembaan erpanjang di dunia. Rangka baang konvensional yang digunakan sebagai pengaku jembaan ini sukses menghubungkan anara Koa Kobe dan Koa Awaji. Sisem pengaku dengan rangka baang konvensional ini juga dipakai unuk membangun Jembaan Kuai Karanegara (Kukar) yang ada di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki iga jembaan ganung yaiu Jembaan Bario, Jembaan amberamo, dan Jembaan Kukar. Dari keiga jembaan ersebu, Jembaan Kukar memiliki benang yang paling panjang. Jembaan Kukar merupakan jembaan kedua yang dibangun melinasi Sungai ahakam seelah Jembaan ahakam di Samarinda sehingga juga disebu Jembaan ahakam II. Jembaan ini memiliki oal panjang 710 meer dengan benang uama 270 meer dan benang samping 100 meer (hp://id.wikipedia.org). Jembaan Kukar dibangun pada ahun 1995 sampai dengan ahun 2001, dengan PT. Huama Karya sebagai konrakor pelaksananya dan PT. Bukaka Teknik Uama sebagai konrakor pelaksanaan pemeliharaan. Jembaan yang merupakan penghubung anara Koa Tenggarong dan Samarinda elah banyak mempermudah masyaraka dalam hal ransporasi. Teapi sanga disayangkan pada anggal 26 Nopember 2011 pukul WITA, secara iba-iba jembaan ini mengalami kerunuhan. Runuhnya jembaan mengakibakan kerugian berupa maerial maupun korban jiwa sera erpuusnya jalur penghubung anara Tenggarong dan Samarinda. Kejadian ini mengejukan berbagai pihak karena keika runuh, jembaan baru menginjak usia 10 ahun sedangkan jembaan direncanakan dengan usia rencana 50 ahun. Hal ini menimbulkan kecurigaan apakah pihak perencana elah melakukan perencanaan dengan baik aau belum melakukan perencanaan dengan baik. Unuk mengeahui akiba penyebab kerunuhan jembaan Kukar perlu dilakukan analisa mengenai kekuaan srukur Jembaan Kukar. Karena kerunuhan erjadi pada srukur bagian aas, maka konsenrasi analisa ersebu dilakukan pada srukur aas Jembaan Kukar. Analisa berguna unuk mengeahui dengan spesifikasi yang elah direncanakan jembaan mampu menahan gaya-gaya yang erjadi. Hasil analisa juga dapa digunakan unuk mengeahui dimana leak kesalahan perencanaan. Rumusan masalahnya adalah sebagai beriku: 1 Bagaimana beban-beban yang erjadi pada Jembaan Kuai Karanegara? 2 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan apakah lanai kendaraan menahan beban yang erjadi keika 3 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan apakah gelagar mampu menahan beban yang erjadi keika 4 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan bagaimana permodelan dan analisa srukur menggunakan SAP2000? 5 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan apakah rangka gelagar pengaku mampu menahan beban yang erjadi keika 6 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan apakah ower mampu menahan beban yang erjadi keika 7 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan apakah kabel mampu menahan beban yang erjadi keika

2 2 8 Dengan spesifikasi yang elah direncanakan apakah kabel mampu menahan beban yang erjadi akiba proses pemasangan rangka? Unuk melakukan analisa ini, beberapa baasan masalah yang harus diperhaikan adalah sebagai beiku: 1. Tidak dilakukan analisa erhadap bagian approach jembaan, anlisa hanya dilakukan pada benang uama dan benang samping. 2. Tidak membahas perubahan perilaku srukur jembaan pada proses perawaan jembaan. 3. Spesifikasi yang idak ercanum pada As-Buil drawing akan diasumsikan sendiri dan diusahakan sedeka mungkin dengan gambar yang ada. Sedangkan ujujan dari analisa ini dapa diliha pada penjabaran di bawah ini: 1 enenukan beban-beban yang erjadi pada Jembaan Kuai Karanegara. 2 encari dan mengeahui kemampuan lanai kendaraan menahan gaya yang erjadi keika jembaan beroperasi dengan menggunakan spesifikasi yang elah 3 encari dan mengeahui kemampuan gelagar menahan gaya yang erjadi keika jembaan beroperasi dengan menggunakan spesifikasi yang elah 4 emodelkan dan menganalisa srukur menggunakan SAP2000 dengan spesifikasi yang elah 5 encari dan mengeahui kemampuan rangka gelagar pengaku menahan gaya yang erjadi keika jembaan beroperasi dengan menggunakan spesifikasi yang elah 6 encari dan mengeahui kemampuan ower menahan beban yang erjadi keika jembaan beroperasi dengan spesifikasi yang elah direncanakan. 7 encari dan mengeahui kemampuan kabel menahan beban yang erjadi keika jembaan beroperasi dengan spesifikasi yang elah direncanakan. 8 encari dan mengeahui kemampuan kabel menahan gaya yang erjadi akiba proses pemasangan rangka dengan menggunakan spesifikasi yang elah Langkah-langkah yang diambil unuk menyelesaikan permasalahan adalah sebagai beriku : 1. Pengumpulan daa-daa yang berhubungan, berupa As- Buil drawing Jembaan Kukar, perauran yang berkaian, dan buku yang berkaian. 2. enenukan dimensi profil pada Jembaan Kukar. Karena daa yang didapa adalah berupa bera dari profil-profil yang ada, maka profil dapa diaksir menggunakan bera ersebu. 3. Kemudian menghiung beban yang bekerja pada srukur, baik iu beban mai dan beban hidup. 4. Seelah beban yang ada diperhiungkan, maka ahap selanjunya adalah mengonrol kekuaan srukur sekunder pada jembaan kukar. 5. Langkah selanjunya adalah permodelan srukur pada SAP Seelah srukur selesai dimodelkan, maka langkah berikunya adalah mengonrol kekuaan srukur uama, yaiu rangka uama, hanger, kabel, dan juga pylon. 7. Cek egangan kabel pada saa erecion yang meodenya sesuai dengan daa yang ada. 8. Tahap berikunya adalah analisa dan pembahasan, sampai diemukan kesimpulan dari masalah-masalah yang ada. III. ANALISA STRUKTUR A. Spesifikasi Profil dan Bahan Profil dan Bahan yang dipakai dalam permodelan srukur ercanum pada abel 1. Tabel 1. Ukuran Profil dan Bahan No Elemen Nama Profil uu fy fu 1 Balok memanjang ST-1 WF 450x200x6x12 S 490 YB Balok melinang SGA-2 WF 800x300x12x22 S 490 YB Rangka baang horisonal SCH-3 WF400x400x12x19 S 490 YB Rangka baang verikal SDG-3 WF400x300x6x12 S 490 YB laeral siff UB-6A WF200x200x8x12 S 490 YB Ikaan angin UB-6A WF200x200x8x12 S 490 YB UB-8A WF175x90x5x8 S 490 YB UB-9A WF200x100x4.5x7 S 490 YB ain cable D 258 AST A Hanger D 63.5 DIN Pylon D609.6 AST A B. Permodelan Srukur dimodelkan sesuai dengan gambar yang erera pada As-Buil Drawing. Besarnya penampang profil, muu bahan, dan beban disesuaikan dengan sub bab sebelumnya. Gambar di bawah ini adalah gambar permodelan pada SAP2000. Gambar 3.1 Permodelan SAP2000 Unuk memperoleh gaya dalam, maka digunakan beberapa kombinasi pembebanan : D D UDL KEL D UDL KEL ± RSX D UDL KEL ± RSY D UDL KEL ± 1.2 WL D ± RSX D ± RSX D ± 1.2 WL Seelah disipasi masa mencapai 90%, beriku ini adalah 3 mode srukur yang membua srukur jembaan mengalami periode paling besar.

3 T EQ , , kN 6 Gambar 3.2 ode 1 Gambar 3.2 ode 1 di aas adalah benuk srukur keika periode yang dialami srukur adalah sebesar deik. Gambar 3.3 ode 2 Gambar 3.3 ode 2 di aas adalah benuk srukur keika periode yang dialami srukur adalah sebesar deik. Gambar 3.4 ode 3 Gambar 5.4 ode 3 adalah benuk srukur keika periode yang dialami srukur adalah sebesar deik. C. Konrol Gempa Arah X Gaya geser dasar yang dihiung berdasarkan saik ekivalen harus lebih besar aau sama dengan 90% gaya geser yang dihasilkan berdasarkan analisis gaya gempa dinamis. Unuk menghiung gaya geser dasar berdasarkan saik ekivalen diperlukan bera oal dari jembaan. Bera ini didapa dari penjumlahan reaksi-reaksi yang ada pada seiap perleakan jembaan yaiu sebesar 14, kn. aka base shear dapa dihiung dengan persamaan (3.22) dengan fakor I dan S sesuai dengan penjabaran sebelumnya. Nilai A.R.S diperoleh dari gambar 3.7 Koefisien Dasar Unuk Analisis Dinamis, yaiu sebesar Dari hasil SAP2000 T specrum arah X adalah sebesar 3, kn. sedangkan arah Y adalah sebesar 1, kn. T spcx 0.9 TEQX 3, , OK! Karena base shear arah X pada analisa dinamis lebih besar dari 90% base shear saik ekivalen arah X, maka fakor yang dipakai unuk menghiung beban gempa dinamis arah X dapa dipakai. D. Konrol Gempa Arah Y Sama halnya dengan mengonrol beban gempa arah X, konrol base shear diperlukan unuk mengeahui kelayakan nilai fakor yang direncanakan dalam permodelan. Nilai base shear arah Y ini sama dengan nilai base shear yang elah dihiung pada subbab Konrol gempa Arah X. Besarnya base shear adalah 1, kn. Sedangkan base shear yang diperoleh dari analisa gempa dinamis adalah 1, kn. Cara unuk mengonrol base shear ini sama dengan lcara yang digunakan pada subbab T spcx 0.9 TEQX 1, , OK! Karena base shear arah Y pada analisa dinamis lebih besar dari 90% base shear saik ekivalen arah Y, maka fakor yang dipakai unuk menghiung beban gempa dinamis arah Y dapa dipakai. IV. KONTROL STRUKTUR UTAA DAN STAGING ANALYSIS A. Rangka Uama Perhiungan rangka uama ini adalah perhiungan unuk menenukan profil yang ersedia mampu unuk menahan gaya yang erjadi akiba kombinasi beban. Dengan perhiungan ini juga dapa dikeahui muu bahan yang digunakan sudah memenuhi aau belum. Tabel 2. Konrol Penampang Rangka Uama SCH-3 aas 4, , arik OK 4, , arik OK 5, , ekan no OK SCH-3 bawah 4, , arik OK 4, , arik OK 4, , ekan OK SDG , arik OK , arik OK , ekan OK B. Sambungan Sambungan merupakan salah sau elemen yang paling pening dalam perencanaan. Pada jembaan ini dipakai sambungan bau dengan muu bau AST A-325, egangan leleh sebesar 660 pa dan egangan puus sebesar 830 pa. Bau yang dipakai pada sambungan rangka ini berdiameer 24 mm. Sedangkan unuk pela umpunya digunakan ebal 12 mm dengan muu baja S 490 YB, egangan lelehnya sebesar 335 pa dan egangan puus sebesar 490 pa. Sambungan ini merupakan sambungan yang menahan gaya geser dan umpu.

4 4 Tb = 210 kn = 21, kg Kekuaan geser bau : Vd = ϕ x 1.13 x μ x m x Tb = 1 x 1.13 x 0.35 x 2 x 21, = 16, kg Baas jarak horisonal dan verikal anar pusa pengencang adalah seperi perhiungan beriku: 3 db s 15 p aau 200 mm 72 x 24 s 15 x s 180 Dari perhiungan kekuaan dan jarak bau, maka baangbaang rangka uama dapa dikonrol. 1. Sambungan horisonal aas Sambungan horisonal ini menggunakan 10 buah jumlah bau oal adalah 20 buah. Gaya geser paling besar adalah 4, kn aau sebesar 475, kg. (10 x 2 + 6) x ϕ Vd > Pu 440, kg < 475, kg no OK! Gambar 4.1 Deail Bau Baang Aas 2. Sambungan horisonal bawah Sambungan horisonal ini menggunakan 10 buah jumlah bau oal adalah 20 buah. Gaya geser paling besar adalah 4, kn aau sebesar 438, kg. (10 x 2 + 6) x ϕ Vd > Pu 440, kg > 438, kg OK! Gambar 4.2 Deail Bau Baang Bawah 3. Sambungan diagonal Sambungan horisonal ini menggunakan 10 buah jumlah bau oal adalah 20 buah. Gaya geser paling besar adalah kn aau sebesar 97, kg, maka dengan menggunakan persamaan (3.41) dapa dikonrol kekuaan sambungan seperi di bawah ini: 10 x 2 x ϕ Vd > Pu 338, kg > 97, kg OK! Pu didapa dari kekuaan sambungan yang elah dihiung menggunakan persamaan (3.39). Karena gaya yang ersedia lebih kecil dari gaya geser yang erjadi, maka sambungan kua menerima gaya yang dialami srukur. C. Hanger Karena hanger direncanakan hanya menerima gaya arik saja, maka dari hasil analisa yang dilakukan pada SAP2000 hanya erdapa gaya arik (Pu) yaiu sebesar pada rangka baang horisonal aas sebesar 1, kn aau seara dengan 15, kg. Dikeahui bahwa diameer hanger adalah 63 mm dengan egangan leleh sebesar 555 pa dan egangan puus sebesar 700 pa. - Leleh P u P n 155, kg > 15, kg OK! - Puus P u P n 155, kg > 15, kg OK! Dengan fy sebesar 580 pa dan fu sebesar 773 pa sera diameer pin adalah 73 mm, pin harus menahan gaya akiba kombinasi 1.3D+1.8UDL+1.8KEL sebesar kn aau 13, kg. Vn = 87, kg > Vu = 13, kg OK! D. Kabel Uama Banyak srand dalam sau unaian kabel adalah 19 buah dan diameer sau srand adalah 57.9 mm. uu baja yang dipakai pada kabel uama adalah AST - A Galvanized o A- class, dengan egangan puus sebesar 1, pa dan modulus elasisias sebesar 167,875 pa. Unuk menghiung kapasias kabel, maka digunakan persamaan (3.4.). A = 1/4 x 3.14 x 57.9² = mm2 Pn = fijin x A = (0.7 x ) x = 53,117, N = 531, kn > Pu = 29, kn OK E. Pehiungan Srukur Pyloon Pada pylon ini bekerja gaya ekan dan lenur, maka dari iu oupu gayanya adalah berupa gaya ekan dan momen. Selah dihiung menggunakan SAP2000, maka gaya ekan (Pu) adalah sebesar 266, kn = 26,629, N. Sedangkan momen ehadap arah x adalah 3, knm = 3,798,246, Nmm dan momen erhadap arah y adalah 1, knm = 1,785,510, Nmm. Tinggi pylon yang dipakai adalah 15m, sesuai dengan inggi yang diberi pengaku. Daa secion dari pylon seperi beriku: Ag = 131,868.31mm² ix = mm Sx = 75,645,973 mm3 iy = mm Sy = 51,727,334 mm3 Zx = 100,890,000 mm4 Zy = 72,299,801 mm4 uu baja yang dipakai adalah AST A-252 Grade 2 yang memiliki egangan leleh 241 pa dan egangan puus sebesar 414 pa, sera modulus elasisias sebesar 200,000 pa. Pn = Fcr x Ag = 30,761, N ϕ Pn = 27,685, N D 0.11 E 609,

5 < idak langsing D 0.07 E 609, < kompak D 0, 45 E 609,6 0, < Ok! encari momen plasis erhadap sumbu x: n = p = Fy x Zx = x 10,0890,000 = 24,314,490, N aka, ϕ n = 21,883,041, N encari momen plasis erhadap sumbu y: n = p = Fy x Zy = x 72,299,801 = 17,424,252, N aka, ϕ n = 15,681,826, N Pr 26,629,238 P 27,685, > 0.2 c P 8 r P 9 c rx cx 26,629,238 27,685, ry cy ,798,246,000 21,883,041, > 1 Dari persamaan ineraksi di aas, maka dapa dikeahui pylon idak dapa menahan beban yang erjadi akiba kombinasi lenur dan aksial. F. Saging Analysis Di dalam analisis ini erdapa 23 rangkaian ahap erecion dari awal pemasangan hingga pela lanai kendaraan dipasang. Dalam ahap ini lebih dikhususkan lagi pada benang engah jembaan sebab kedua benang samping jembaan elah dirangkai erlebih dahulu menggunakan perancah. Tabel 3. Perbandingan kapasias dan profil yang ersedia SCH-3 aas 1, , Tarik OK 2, , Tekan OK SCH-3 bawah 1, , Tarik OK 1, , Tekan OK SDG , Tarik OK , Tekan OK Kabel 6, , Tarik OK Hanger , Tarik OK 1,785,510, ,681,826, A. Kesimpulan V. PENUTUP Dari hasil analisa dan perhiungan yang elah dilakukan pada Jembaan Kuai Karanegara yang erleak di Kalimanan Timur, maka dapa didapa hasil seperi pada abel-abel di bawah ini: Tabel 4. Hasil perhiungan pela lanai dan balok Nama u (knm) n (knm) Vu (kn) Vn (kn) Keerangan Pela lanai OK Balok memanjang no OK Balok melinang 2, , OK Sedangkan unuk srukur uamanya di unjukkan pada abel di bawah ini: Tabel 5. Hasil perhiungan profil uama SCH-3 aas 4, , arik OK 4, , arik OK 5, , ekan no OK SCH-3 bawah 4, , arik OK 4, , arik OK 4, , ekan OK SDG , arik OK , arik OK , ekan OK Hanger 1, , arik OK 1, , arik OK Clamp OK Kabel Uama , arik OK Jika diliha dari perbandingan kapasias seiap elemen profil jembaan, maka dapa disimpulkan bahwa Jembaan Kuai Karanegara ini idak dapa menahan gaya yang mungkin erjadi. Hal ini dibukikan karena pada balok memanjangnya idak mampu unuk menahan momen yang erjadi dan pada baang horisonal aas (SCH-3 aas), gaya ekan yang erjadi melebihi kapasias yang mampu diahan oleh profil ini. B. Saran Laporan Tugas Akhir ini masih belum sempurna dan erdapa kekurangan, maka dari iu dibuuhkan saransaran yang membangun agar dapa dihasilkan hasil yang lebih baik di kemudian hari. DAFTAR PUSTAKA [1] Jones,V dan Howells, J ICE anual of Bridge Engineering 2008 Insiuion of Civil Enginiers. [2] RSNI T Sandar Pembebanan unuk Jembaan. [3] RSNI T Perencanaan Srukur Baja unuk Jembaan. [4] SNI enang sandar perencanaan keahanan gempa unuk jembaan.

Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan

Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan Ansadilla Niar Sitanggang 3110106019 Dosen Pembimbing: Bambang Piscesa, ST. MT 1 Latar Belakang Jembatan Kutai Kartanegara

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR ATAS JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA SEBELUM MENGALAMI KERUNTUHAN

ANALISA STRUKTUR ATAS JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA SEBELUM MENGALAMI KERUNTUHAN ANALISA STRUKTUR ATAS JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA SEBELUM MENGALAMI KERUNTUHAN Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan Ansadilla Niar Sitanggang 3110106019 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BATANG GANDA DENGAN PLAT KOPEL

BATANG GANDA DENGAN PLAT KOPEL BATAG GADA DEGA PLAT KOPEL. Baasan-baasan Pela kopel digunakan jika jarak kosong a sebagai beriku : b a 6b Pla kopel dipasang pada jarak yang sau sama lain sebesar L. Pemasangannya harus seangkup (simeris)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. PENDAHULUAN Cold formed seel aau yang lebih akrab disebu baja ringan adalah baja yang dibenuk sedemikian rupa dari sebuah pla dalam keadaan dingin (dalam emperaur amosfir ) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK Randi Nugraha Pura 1306 030 048 Dosen Pembimbing : Prof.Dra. Susani Linuwih.,M.Sa,PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal ahan jar Saika ulai, ST, T Peremuan IX, X Srukur Poral 1 Pendahuluan Pada srukur poral, ang erdiri dari balok dan iang ang dibebani muaan di aasna akan imbul lenuran pada balok saja, dan akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA 3.1 Gambaran Umum Robo Meode naik angga yang dierapkan pada model robo ugas akhir ini, yaiu meode karol dan rasio diameer roda-inggi anak angga/undakan. Gambar 3.1 Ilusrasi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK Frandy Ferdian, Amelia Makmur, S.T., M.T. Binus Universiy, Jl.

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL

PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL Akhlis Fiano Husandani,

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH Nurul Widyano Jurusan Teknik Mesin Fakulas Teknologi Indusri

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

SAMBUNGAN PASAK ( KEYS )

SAMBUNGAN PASAK ( KEYS ) SAMBUNGAN PASAK ( KEYS ) Pasak igunakan unuk menyambung ua bagian baang (poros) aau memasang roa, roa gigi, roa ranai an lain-lain paa poros sehingga erjamin iak berpuar paa poros. Pemilihan jenis pasak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3PERANCANGAN SISTEM

BAB 3PERANCANGAN SISTEM 16 BAB 3PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sensor Cahaa ATMEGA8535 DRIVER LAMPU LAMPU LED DC LCD Gambar 3.1.Diagram Blok Beriku deskripsi fungsi seiap blok : 1 Blok Sensor Cahaa (TSL2561) : sensor cahaa

Lebih terperinci

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m Soal 2 Suatu elemen struktur sebagai balok pelat berdinding penuh (pelat girder) dengan ukuran dan pembebanan seperti tampak pada gambar di bawah. Flens tekan akan diberi kekangan lateral di kedua ujung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci