KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-211 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

2 Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : Fax :

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Bandung Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Bandung Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda & lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya; 2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya; 3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya; 4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat; 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsifungsi utama.

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-211 ini akhirnya dapat diselesaikan. Dalam kajian ini kami informasikan bahwa perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-211 berada dalam kondisi yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-211 mencapai 6,9% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,5%. Dari sisi permintaan, peningkatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah mendorong pertumbuhan berada pada level yang tinggi. Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran (PHR) meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Di sisi lain, membaiknya pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh stabilnya perkembangan di sisi harga. Laju inflasi Jawa Barat menurun seiring dengan membaiknya pasokan bahan pangan serta menguatnya nilai tukar rupiah. Peran perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan peningkatan yang juga disertai dengan menguatnya kondisi ketahanan perbankan di Jawa Barat. Sementara itu dari sisi keuangan daerah, peningkatan alokasi belanja pemerintah selama tahun 211 dan tingkat realisasi yang diperkirakan lebih tinggi pada triwulan I-211 merupakan salah satu faktor pendorong membaiknya kinerja perekonomian pada periode laporan. Di sisi ketenagakerjaan, tingginya pertumbuhan ekonomi mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka. Sementara itu dari sisi kesejahteraan, kondisi masyarakat Jawa Barat juga diperkirakan mengalami peningkatan. Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre III Jawa Barat, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, PT. Angkasa Pura II, PT. Jasa Marga, PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten serta PT. Kereta Api, dan PT. Pelindo. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi setiap langkah kita. Bandung, 9 Mei 211 Lucky Fathul A.H. Pemimpin v

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat... v vii ix x xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Bangunan/Konstruksi Sektor Lainnya BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Bulanan Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Inflasi Menurut Kota Kota Bandung... 3 Kota Bekasi Kota Depok Kota Bogor Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Tasikmalaya Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Fundamental Eksternal Ekspektasi Inflasi Interaksi Permintaan dan Penawaran Non Fundamental... 4 Volatile Foods... 4 Administered price Boks 1. 1 Langkah Strategis Pengendalian Inflasi Jawa Barat BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Struktur Perbankan di Jawa Barat Bank Umum Konvensional Pendanaan dan Risiko Likuiditas Perkembangan Dana Pihak Ketiga Risiko Likuiditas Perkembangan Kredit dan Risikonya Perkembangan Kredit Risiko Kredit Bank Umum Syariah vii

7 4. Bank Perkreditan Rakyat BAB 4 KEUANGAN DAERAH Pendapatan Pemerintah di Jawa Barat Pendapatan Pemerintah Pusat di Daerah Pendapatan Pemerintah Provinsi Belanja Daerah Belanja APBN di Jawa Barat Belanja Dana Tugas Pembantuan Belanja Dana Dekonsentrasi Belanja APBD Provinsi Jawa Barat BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Pengedaran Uang Kartal Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Uang Palsu Sistem Pembayaran Non Tunai Kliring Lokal Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat Kesejahteraan BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Ekonomi Makro Prakiraan Inflasi Boks 2. Kondisi Bahan Pangan Dapat Memenuhi Demand Jawa Barat di Awal Tahun LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH viii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (yoy)... 9 Tabel 1.2. Proyek Infrastruktur di Jawa Barat Tabel 1.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat-Sisi Penawaran Tabel 1.5. Indikator Perhotelan di Jawa Barat Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat Tabel 1.8. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (juta kwh) Tabel 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 3 Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Tabel 2.3. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I- 211 (yoy, %) Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %) Tabel Kapasitas Produksi Terpasang Industri Pengolahan (%)... 4 Tabel Peraturan Menteri Keuangan tentang Perolehan Cukai Hasil Tembakau Tabel 3.1. Perkembangan Kredit per Kota/Kab di Jawa Barat Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Kantor BPR Jawa Barat Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Kinerja BPR Jawa Barat Tabel 4.1. Jumlah Transfer ke Daerah (Rp Triliiun) dan Pangsa Dana terhadap APBN (%) Tahun Tabel 4.2. Proyeksi Indikator Pembangunan Daerah Tabel 4.3. Sumber Belanja di Provinsi Jawa Barat... 6 Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Barat Tabel 6.1. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan PekerjaanUtama Tabel 6.2. Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor di Jawa Barat (27=1) ix

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)... 9 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen... 1 Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... 1 Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi... 1 Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.6. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman Grafik 1.7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.8. Kredit Konsumsi Grafik 1.9. Impor Barang Konsumsi Grafik 1.1. Nilai Tukar Petani Grafik Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek Grafik Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek Grafik Distribusi Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota Grafik Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Grafik Penjualan Semen di Jawa Barat Grafik Impor Barang Modal Grafik Nilai Ekspor Jawa Barat Grafik Volume Ekspor Jawa Barat Grafik Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat Grafik 1.2. Nilai dan Volume Ekspor TPT Grafik Nilai dan Volume Ekspor Alat Telekomunikasi Grafik Nilai dan Volume Ekspor Mesin Elektrik Grafik Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan Grafik Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli Grafik Volume Ekspor Jawa Barat Grafik Nilai Impor Jawa Barat Grafik Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat Grafik Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat Grafik Luas Panen Padi Menurut Subround di Jawa Barat Grafik 1.3. Indeks Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya Grafik Nilai Ekspor TPT Grafik Volume Ekspor TPT Grafik Produksi Mobil Nasional Grafik Penjualan Motor Nasional Grafik Penjualan Mobil Nasional Grafik Nilai Ekspor Kendaraan Grafik Volume Ekspor Kendaraan... 2 Grafik Indeks Penjualan Makanan dan Minuman Grafik Indeks Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga Grafik 1.4. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon Grafik Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat Grafik Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat Grafik Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Konstruksi Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-jasa x Grafik 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Jawa Barat dan Nasional Grafik 2.2. Inflasi Bulanan menurut Kelompok Barang & Jasa Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional... 28

10 Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Jawa Barat menurut Kota Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bandung Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Depok Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Bogor Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Grafik Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Grafik Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Grafik Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Kurs Rupiah Grafik Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung... 4 Grafik Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung... 4 Grafik Produksi Padi di Jawa Barat Grafik Peta Jalur Distribusi Cabai Nasional Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Jawa Barat Grafik 3.2. Porsi DPK per Jenis Grafik 3.3. Perkembangan DPK per Jenis di Jawa Barat Grafik 3.4. Porsi DPK per Kelompok Bank di Jawa Barat Grafik 3.5. Perkembangan DPK berdasarkan Kelompok Bank di Jawa Barat Grafik 3.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.7. Porsi DPK per Jenis Valuta Grafik 3.8. Perkembangan DPK per Jenis Valuta Grafik 3.9. Perkembangan Risiko Likuiditas Grafik 3.1. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik Porsi Kredit Per Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Kredit Per Sektor Ekonomi Grafik Porsi Kredit Per Kelompok Bank Grafik Perkembangan Kredit Per Kelompok Bank Grafik Perkembangan Kredit UMKM di Jawa Barat Grafik Porsi Kredit UMKM per Skala Usaha di Jawa Barat Grafik Perkembangan NPL Grafik Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat... Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat Grafik Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat Grafik Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Jawa Barat Grafik Perkembangan Aset BPR Jawa Barat Grafik Perkembangan DPK dan Kredit BPR di Jawa Barat Grafik Perkembangan BOPO BPR di Jawa Barat... 6 Grafik 4.1. Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah melalui Dana Perimbangan Grafik 4.2. Hasil Transfer Pemerintah Pusat terhadap Pendapatan Daerah Grafik 4.3. Belanja APBN di Jawa Barat Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung Grafik 5.3. Proposi Outflow Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang Grafik 5.4. Proporsi PTTB Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang Grafik 5.5. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Jawa Barat Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan di Jawa Barat Grafik 6.2. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja Grafik 6.3. Indeks Penghasilan Grafik 6.4. Indeks Pembangunan Manusia... Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 7.2. Impor Barang Modal Grafik 7.3. Leading Indikator Inflasi Jawa Barat xi

11 TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA BARAT I. MAKRO INDIKATOR Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I PDRB - harga konstan (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik. Gas. dan Air Bersih Bangunan Perdagangan. Hotel. dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan. Persewaan. dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4, 6,1 5,6 8,5 5,8 4,5 6,9 Ekspor-Impor 3.46, , , , , , ,37 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1.593, , , ,18 3.3, , ,63 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 272,1 25,9 339,65 373,33 43,44 434,38 419,25 Indeks Harga Konsumen* 115,49 115,83 116,94 118,68 121,74 123, Kota Bandung 114,51 115,8 116,5 116,6 119,18 12, Kota Bekasi 114,41 114,88 116,33 118,75 122,14 123, Kota Bogor 118,6 118,5 119,81 121,53 124,86 126, Kota Sukabumi 118,1 118,31 119,3 12,24 123,8 124, Kota Cirebon 121,25 122, 122,44 123,97 128,33 13, Kota Tasikmalaya 118,51 119,87 121,47 122,47 124,68 126, Kota Depok 115,43 115,39 116,26 118,85 121,85 124, Laju Inflasi Tahunan (yoy %)*) 1,87 2,2 2,99 4,68 5,41 6, Kota Bandung 1,61 2,11 2,86 3,5 4,8 4, Kota Bekasi 1,51 1,93 3,2 5,62 6,76 7,88 - Kota Bogor 2,24 2,16 2,47 4,23 5,28 6, Kota Sukabumi 3,31 3,49 2,41 3,9 4,83 5, Kota Cirebon 3,47 4,11 3,54 4,79 5,84 6, Kota Tasikmalaya 2,99 4,17 4,74 4,47 5,21 5, Kota Depok 1,33 1,3 2,96 5,47 5,56 7, Keterangan: *) Data IHK menggunakan Tahun Dasar 27 xiii

12 II. PERBANKAN No. Indikator Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I A Bank Umum Konvensional 1 Total Aset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit berdasarkan lokasi proyek Investasi Modal Kerja Konsumsi Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang Investasi Modal Kerja Konsumsi LDR Rasio NPL Gross Kredit MKM * B Bank Umum Syariah 1 DPK Pembiayaan berdasarkan lokasi kantor cabang FDR C BPR Konvensional 1 Aset DPK Tabungan Deposito Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang Keterangan: *) Konsep kredit MKM pada tahun 29 adalah berdasarkan plafon kredit sedangkan 21 menurut jenis usahanya **) Data Laporan Bank Umum per Maret 211 III. SISTEM PEMBAYARAN Indikator Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Transaksi Tunai Posisi Kas gabungan (Rp Triliun) 6,65 4,1 5,49 3,67 6,5 3,6 6,53 Inflow (Rp Triliun) 3,71 6 6,72 5 8,22 5,97 7,11 Outflow (Rp Triliun) 3,14 2,5,8 2,18 5,9 3,14 1,85 Transaksi Non Tunai BI-RTGS Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 159,53 147,18 151,19 169,98 188,69 22,65 148,74 Volume Transaksi BI-RTGS Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2,57 2,37 2,48 2,74 3,4 3,7 2,32 Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS Kliring Nominal Perputaran Kliring (Rp Triliun) 3,8 31,7 31,1 32,1 33,8 33,8 34,9 Volume Perputaran Kliring Rata-rata Harian Nominal Transaksi Kliring (Rp Triliun),49,5,51,52,55,51,55 Rata-rata Harian Volume Transaksi Kliring xiv

13 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF 1

14 2 RINGKASAN EKSEKUTIF

15 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh investasi dan ekspor Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan PHR PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-211 mengalami pertumbuhan sebesar 6,9% (yoy), atau meningkat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,5%. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tingginya investasi, konsumsi pemerintah, dan ekspor. Namun disisi lain, perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat sedikit menahan laju pertumbuhan ekonomi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja terutama di sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Di lain pihak, laju pertumbuhan perekonomian di Jawa Barat sedikit tertahan oleh kontraksi di sektor pertanian. Laju inflasi tahunan Jawa Barat menurun Faktor penyebab penurunan terutama adalah tibanya musim panen komditas pangan strategis PERKEMBANGAN INFLASI Selama periode laporan, laju inflasi Jawa Barat mengalami penurunan, yakni dari 6,6% menjadi 6,18%. Hal ini ditopang oleh tren penurunan laju inflasi secara bulanan pada Januari, Februari, hingga Maret, yaitu masing-masing sebesar,62%,,16%, dan -,2% (mtm). Turunnya laju inflasi Jawa Barat bersumber dari penurunan harga bahan makanan, seperti beras, bawang merah, dan cabe-cabean yang selanjutnya dapat menurunkan laju inflasi pada produk makanan jadi seperti mie baso dan nasi rames. Sementara, kebijakan pemerintah dalam penetapan harga produk barang/jasa strategis (administered price) kurang berdampak signifikan terhadap laju inflasi. Di sisi lain, laju inflasi dari faktor fundamental sedikit meningkat terutama disebabkan oleh perkembangan eksternal, yakni kenaikan harga emas dan minyak di pasar internasional. Peran perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan peningkatan PERKEMBANGAN PERBANKAN Intermediasi perbankan cenderung membaik sebagaimana diindikasikan oleh Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang naik dari 73,6% pada triwulan IV-21 menjadi 74,7% triwulan I-211. Di sisi lain, DPK dan kredit tumbuh melambat menjadi 21,3% dan 21,9% pada periode laporan. Sementara itu, kinerja penyaluran kredit BPR cukup baik, yakni tumbuh 24,5%. Dilihat dari risiko kredit dan likuiditas, perbankan Jawa Barat memiliki ketahanan yang relatif baik, sebagaimana diindikasikan oleh indikator NPL sebesar 3,3% dan undisbursed loans yang stabil di level 7%. Belanja pemerintah di Jawa Barat meningkat Tingkat ketergantungan Jawa Barat atas dana transfer pemerintah pusat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Alokasi belanja pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di Jawa Barat mengalami peningkatan. Dana APBN untuk kegiatan fisik, yakni tugas pembantuan serta APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat meningkat. Tingkat realisasi APBD Provinsi Jawa Barat pada periode laporan diperkirakan lebih tinggi mengingat waktu pengesahan APBD yang lebih awal dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rasio antara dana transfer pemerintah pusat dengan pendapatan asli daerah di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki kapasitas ekonomi yang lebih baik dan lebih mandiri. 3

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat masih mengalami penurunan PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan I-211 masih mengalami penurunan, ditunjukkan dengan perkembangan indikator net inflow yang naik dari sebesar Rp2,83 triliun pada triwulan IV-21 menjadi Rp5,26 triliun pada triwulan I-211. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran melalui kliring di wilayah Jawa Barat mengalami sedikit kenaikan. Sedangkan transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) untuk wilayah Jawa Barat mengalami penurunan baik secara volume maupun nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat diindikasikan terus meningkat Kondisi kesejahteraan di Jawa Barat mengalami peningkatan. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat semakin menunjukkan perbaikan, diindikasikan oleh penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 1,57% pada Februari 21 menjadi 9,84% pada Februari 211. Penyerapan tenaga kerja tersebut didorong oleh perekonomian yang semakin membaik khususnya pada beberapa sektor ekonomi utama. Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat juga menunjukkan perbaikan sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat menjadi 12,6 pada triwulan I-211 dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 21 menjadi 72,8. Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-211 diperkirakan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi Dari sisi harga, inflasi Jawa Barat pada triwulan II- 211 diperkirakan masih cenderung menurun dengan kisaran 5,%- 5,5% PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 211 diperkirakan akan tetap tumbuh pada level yang tinggi walaupun jika dibandingkan dengan triwulan I-211 mengalami perlambatan. Setelah tumbuh tinggi pada angka 6,9% (yoy) di triwulan I-211, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-211 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,1%. Dari sisi permintaan, investasi yang melambat merupakan faktor utama. Sementara di sisi penawaran, perlambatan di sektor industri pengolahan mengakibatkan relatifnya turunnya kinerja perekonomian di triwulan II Kondisi pasokan bahan pangan yang membaik, ekspektasi inflasi masyarakat yang terjaga serta masih mencukupinya kapasitas terpasang industri pengolahan di Jawa Barat menjadi faktor-faktor penyebab masih berlanjutnya penurunan laju inflasi Jawa Barat. Namun demikian, kondisi eksternal yang belum stabil serta adanya rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dapat meningkatkan risiko tekanan inflasi (upside risk) pada triwulan II

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Halaman ini sengaja dikosongkan 5

18 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL, BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 7

19 8 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

20 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Jawa Barat tumbuh menguat selama triwulan I-211. Setelah pada triwulan IV- 21 perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat sebesar 4,5% (yoy), pada triwulan I-211 perekonomian tumbuh sebesar 6,9%. Dari sisi permintaan, perekonomian didorong oleh peningkatan investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor. Meskipun tumbuh tinggi, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan sehingga menekan peningkatan pertumbuhan yang terjadi. Di sisi penawaran, sektor industri pengolahan dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mendorong pertumbuhan perekonomian. Sementara itu, kinerja sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang negatif pada periode laporan. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) 9% 8,5% 8% 7% 6% 7,1% 6,4% 6,1% 5,6% 5,8% 6,9% 5% 4% 3% 4,7% 4,5% 4,4% 3,2% 4,% 4,5% 2% 1% % Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 1. Sisi Permintaan Meningkatnya investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor merupakan beberapa faktor yang mendorong tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-211 (Tabel 1.1). Peningkatan terbesar komponen permintaan agregat terlihat dari tingginya investasi di Jawa Barat yang terus meningkat, serta konsumsi pemerintah yang sudah mulai direalisasikan pada awal tahun. Sementara itu, perkembangan ekspor di Jawa Barat tumbuh meningkat, namun lebih tingginya pertumbuhan impor menyebabkan turunnya pertumbuhan netto ekspor. Disisi lain, konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sehingga menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Sisi Permintaan (yoy) Komponen Penggunaan Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Konsumsi Rumah Tangga 8,% 4,8% 7,8% 4,3% 7,1% 5,6% 8,% 3,5% 4,1% 5,4% 3,4% 5,4% 5,2% Konsumsi Pemerintah 2,9% 14,5% 11,% 5,% 4,5% 7,% 3,2% 1,1% 15,9% 1,1% 9,1% 2,7% 9,5% Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,4% 8,5% 14,% 7,9% 12,7% 4,4% 9,%,2% 6,1% 6,9% 6,5% 4,2% 7,7% Ekspor 14,2% 1,5% 2,8% 8,4% 13,7% 13,% 9,5% 5,3% 6,1% 1,2% 18,4% 19,3% 25,6% Impor 5,5% 14,3% 19,8% 3,9% 8,8% 2,8% 5,8% 8,2% 2,6% 5,6% 11,4% 21,7% 33,3% PDRB 7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9% Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 9

21 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1. Konsumsi Pada triwulan I-211, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,2% (yoy) atau mengalami sedikit perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,4%. Perlambatan konsumsi tersebut salah satunya disebabkan oleh produksi padi yang tumbuh melambat pada triwulan laporan sebagai akibat dari mundurnya masa tanam pada subround III-21. Selain itu, perlambatan juga disebabkan karena belum adanya stimulus yang secara signifikan mendorong konsumsi Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 1 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Garis 1 Ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung. Perlambatan konsumsi rumah tangga ini ditunjukkan pula oleh hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) Bandung. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 1 mengalami penurunan dari sebesar 96,65 pada triwulan IV-21 menjadi 93,15 pada triwulan I-211 (Grafik 1.2). Namun demikian, IKK tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kondisi pada periode yang sama di tahun 21, yang mengindikasikan pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Penurunan nilai IKK pada triwulan I-211 didorong oleh penurunan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian durable goods (barang tahan lama). Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran 14 2, % , , Ekspektasi kondisi perekonomian Garis 1 Ekspektasi ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi penghasilan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung 5, Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Hasil Survei Konsumen KBI Bandung 1

22 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Perlambatan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh melambatnya penjualan eceran di Kota Bandung, sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran 2 (Grafik 1.5). Selain itu, indikator lainnya perlambatan konsumsi rumah tangga adalah perlambatan konsumsi listrik rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi dan impor barang konsumsi. Secara umum, pelaku usaha menyatakan bahwa terjadi perlambatan konsumsi domestik, yang antara lain disebabkan oleh faktor low season. Grafik 1.6. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman 5, 4, 3, 2, 1,, Makanan & Tembakau Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia % Grafik 1.7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.8. Kredit Konsumsi Juta kwh 4. % 25% Rp Triliun 6 % % 15% % 5% % Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten Grafik 1.9. Impor Barang Konsumsi kg % % 15% 2.. 1% % 1.. % Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Posisi Baki Debet Pertumbuhan (yoy) Sumber: Laporan Bank Bulanan Umum, LBU KBI Bandung 1 9 Grafik 1.1. Nilai Tukar Petani Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Volume Impor Barang Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan, yoy (RHS) -5% -1% Meskipun demikian, pertumbuhan konsumsi masih dapat didorong dengan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Walaupun terdapat ancaman anomali iklim dan serangan hama terhadap produksi padi, namun NTP terus mengalami peningkatan yang menggambarkan naiknya daya beli untuk kalangan petani di Jawa Barat. Rata-rata NTP selama triwulan I-211 adalah sebesar 12,47, lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya yang sebesar 11, NTP (LHS) Indeks yang diterima petani (RHS) Indeks yang dibayar petani (RHS) Sumber: BPS Jawa Barat 1 11

23 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.2. Investasi Peningkatan realisasi investasi di Jawa Barat pada triwulan I-211 didorong oleh optimisme pelaku usaha dalam memandang prospek perekonomian ke depan. Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 7,7% (yoy) pada triwulan I-211 dari 4,2% pada periode sebelumnya. Total realisasi investasi di Jawa Barat pada triwulan I-211 mencapai Rp18,67 triliun, tumbuh sebesar 141% (yoy) dimana pada triwulan IV-21 tumbuh sebesar 115% (yoy). Investasi didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp16,5 triliun (tumbuh sebesar 187% yoy) sedangkan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya mencapai Rp2,13 triliun (tumbuh 6% yoy). Sementara itu, dari sisi jumlah proyek yang terealisasi pada triwulan I-211, pertumbuhannya mengalami peningkatan sebesar 7% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 7% (yoy). Grafik Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek Rp Miliar 25. % 3% Grafik Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek 45 % 4% 25% 4 35% 2. 2% 35 3% % 1% 5% % -5% % 2% 15% 1% 5% % - Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -1% - Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -5% Realisasi Investasi Pertumbuhan (yoy) Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat Jumlah Proyek Pertumbuhan (yoy) Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi merupakan tujuan realisasi terbesar di Jawa Barat selama triwulan I-211. Total nilai realisasi investasi PMA/PMDN di Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi masing-masing sebesar 49% dan 29% dari keseluruhan di Jawa Barat. Selanjutnya, investasi tertinggi diikuti oleh Kota Depok (12%), Kabupaten Purwakarta (2%), dan Kabupaten Bogor (2%). Grafik Distribusi Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota Kabupaten Bekasi, 29% Kota Depok, 12% Kabupaten Purwakarta, 2% Kabupaten Bogor, 2% Lainnya, 6% Kota Bandung, 49% Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat 12

24 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Investasi yang dilakukan, baik oleh swasta maupun pemerintah, dilakukan dalam bentuk bangunan maupun non bangunan. Kenaikan investasi bangunan dan proyek infrastruktur di Jawa Barat diantaranya tercermin dari meningkatnya Indeks Penjualan Eceran untuk bahan/peralatan konstruksi, serta pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat. Walaupun masih mengalami kontraksi, Indeks Penjualan Eceran untuk bahan/peralatan konstruksi meningkat dari -41,9% (yoy) pada triwulan IV-21 menjadi -8% pada triwulan I , 25, 2, 15, 1, 5,, Grafik Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Bahan Konstruksi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia % Selain itu, peningkatan investasi bangunan juga diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat. Pertumbuhan penjualan semen pada triwulan I-211 meningkat dibanding penjualan pada triwulan IV-21. Penjualan semen selama triwulan I-211 juga memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Meskipun demikian, peningkatan investasi kapasitas industri pada industri pengolahan mengalami perlambatan. Hal ini diindikasikan oleh menurunnya pertumbuhan impor barang modal. Impor barang modal pada triwulan I-211 tumbuh sebesar -4% (yoy) dimana pada triwulan IV-21 pertumbuhan sebesar 96% (yoy). Grafik Penjualan Semen di Jawa Barat Ribu Ton % Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia. Grafik Impor Barang Modal kg % 3% % 8.. 2% 15% 6.. 1% 4.. 5% % % -1% Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia Pembangunan infrastruktur di Jawa Barat diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah, terutama dengan pembangunan jalan tol. Proyek jalan tol di Jawa Barat tercatat kurang lebih 1 koridor dengan total panjang jalan mencapai 362,23 km dan menyerap investasi sebesar Rp43,9 triliun. Meskipun demikian, pada triwulan I-211 masih banyak proyek yang sedang dalam tahap pembebasan lahan. Bahkan terdapat 3 proyek jalan tol yang pembebasan lahan dan pembangunannya belum dimulai oleh perusahaan pemegang konsesi tol. 13

25 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Tabel 1.2. Proyek Infrastruktur Jalan Tol di Jawa Barat No Nama Panjang Investasi (km) (Rp triliun) Keterangan 1 Bandung Intra Urban Toll Road 27,3 6, Tahun : Pembebasan lahan dengan anggaran sebesar Rp2 triliun. Tahun 213 : Tahap pembangunan konstruksi. Pendanaan dari JICA. 2 Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu) 6,1 4,6 Jan - Nov 211: Pembebasan lahan November 211: Pembangunan konstruksi. 3 Soreang - Pasirkoja (Soroja 15 1,2 Tahun 211: Pembebasan lahan. Tahun 212 : Tahap pembangunan konstruksi. 4 Ciawi-Sukabumi 54 4,9 Tahun 211: Pembebasan lahan seksi I Rp65M Sep 211: pembangunan konstruksi. 5 Bogor Ring Road (seksi II-III) 7,15 1,2 Juli 211: Mulai pembangunan konstruksi 6 Cikampek-Palimanan ,36 September 211: mulai pembangunan konstruksi 7 Cinere-Cimanggis (Jagoraw 14,7 3, Jan-Juli 211: Tahap konstruksi di seksi I (lanjutan tahun sebelumnya). Juli 211-Juli 212: Pembangunan seksi II dikerjakan Januari 212-Januari 213: Pembangunan seksi III 8 Depok-Antasari 21,55 2,5 Masih tertunda 9 Cimanggis -Cibitung 25,39 3,1 Masih tertunda 1 Bekasi-Cawang-Kampung Melayu TOTAL 362,23 43,9 21,4 6,2 Terkendala, pemegang konsesi tol tidak mampu menyediakan modal sebesar Rp2 triliun, meskipun sudah mendapat komitmen kredit dari sindikasi 15 bank sebesar Rp4 triliun Ekspor Impor Kinerja ekspor Jawa Barat pada triwulan I-211 mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekspor Jawa Barat meningkat dari 19,26% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 25,6% di triwulan I-211. Peningkatan tersebut dikarenakan daya beli luar negeri yang masih tinggi ditambah dengan meningkatnya harga jual produk-produk China di pasar internasional. Sementara itu, laju pertumbuhan impor pada triwulan I-211 adalah sebesar 33,3% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 21,7%. Kondisi tersebut menunjukkan tingginya laju pertumbuhan impor dibandingkan ekspor. Grafik Nilai Ekspor Jawa Barat Grafik Volume Ekspor Jawa Barat USD Juta 7. 1% Ribu Ton 2.5 1% % 6% 2. 75% 5% % 2% % % % -25% % -4% 5-5% -75% Tw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I -6% Tw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I -1% Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan) Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 14

26 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Terdapat empat jenis produk yang merupakan ekspor unggulan dilihat dari besarnya nilai ekspor dibanding keseluruhan ekspor Jawa Barat. Pada triwulan I-211, produk tekstil dan produksi tekstil (TPT) menyumbang 28% dari keseluruhan nilai ekspor Jawa Barat, diikuti dengan produk telokomunikasi (16%), produk mesin elektrik (8%), serta produk kendaraan bermotor (4%). Grafik Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat Industri Lainnya 44% Mesin Elektrik 8% Kendaraan Bermotor 4% Alat Telekomunikasi 16% Tekstil dan Produk Tekstil 28% Pada triwulan I-211, industri TPT, mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekspor secara keseluruhan. Sedangkan Sumber: Bank Indonesia industri alat komunikasi dan kendaraan bermotor mengalami perlambatan pertumbuhan, bahkan mesin elektrik mengalami pertumbuhan negatif. Nilai ekspor TPT tumbuh meningkat dari 25,2% menjadi 28,8%, walaupun secara volume tumbuh melambat dari 1,1% menjadi 2,4%. Sementara itu, nilai ekspor alat telekomunikasi tumbuh melambat dari 59% menjadi 8,4%, dimana volumenya juga melambat dari 59,3% menjadi,9%. Kondisi yang sama juga terjadi untuk kendaraan bermotor, nilai ekspornya tumbuh melambat dari 11,1% menjadi 3,6%, sementara volumenya melambat dari 78,2% menjadi 6,6%. Sedangkan pada mesin elektrik, nilainya tumbuh negatif dari 66,4% menjadi -,71%, sementara volumenya tumbuh melambat dari 4,4% menjadi -16,8%. Grafik 1.2. Nilai dan Volume Ekspor TPT Grafik Nilai dan Volume Ekspor Alat Telekomunikasi USD Juta 1.8 Ribu Ton 4 USD Juta 1.25 Ribu Ton Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan) Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 15

27 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL USD Juta 6 Grafik Nilai dan Volume Ekspor Mesin Elektrik 7 USD Juta 3 Grafik Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan Ribu Ton Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan) Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan benua asal pembeli, terlihat pertumbuhan positif nilai ekpsor ke benua tujuan ekspor Jawa Barat selama triwulan IV-21 kecuali ke negara-negara Eropa. Peningkatan pertumbuhan ekspor terjadi pada tujuan ekspor ke benua Afrika, Amerika, Asia, dan Australia. USD Ribu Grafik Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli Asia Amerika Eropa Australia Afrika Tabel 1.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli Benua Pertumbuhan Tw.IV-21 Pertumbuhan Tw.I-211 Afrika 3,7% 14,% Amerika 33,1% 2,5% Asia 18,7% 17,6% Australia & Oceania 22,% 11,% Eropa 1,8% -3,1% Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan hasil liaison KBI Bandung, permintaan ekspor cenderung tumbuh normal secara kuantitas dan nominal untuk perusahaan di sektor TPT, logam, serta alat angkut, mesin, dan peralatannya, karena sudah membaiknya kondisi perekonomian global. Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekspor adalah meningkatnya kebutuhan pakaian jadi pada pasar Eropa dan USA, kenaikan harga barang produksi Cina, dan peningkatan permintaan produk bordir yang sulit ditiru negara lain. Namun terdapat juga produsen di sektor TPT yang mengalami penurunan ekspor karena berkurangnya permintaan dari beberapa negara di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara akibat adanya konflik politik di kawasan tersebut. 16

28 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Sejalan dengan ekspor, kegiatan impor ke Jawa Barat juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-211. Pertumbuhan volume impor dikarenakan banyaknya impor untuk barang konsumsi seiring dengan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan di Jawa Barat pada triwulan I-211. Grafik Volume Impor Jawa Barat Grafik Nilai Impor Jawa Barat Ribu Ton USD Juta 1. 15% % 9 8 1% 3. 12% % % -5% % 4% % -4% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -1% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -8% Sumber: Bank Indonesia Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 2. Sisi Penawaran Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-211 didorong oleh meningkatnya kinerja sektor dominan terutama sektor industri pengolahan dan PHR. Pertumbuhan sektor industri pengolahan sejalan dengan peningkatan kinerja industri makanan dan minuman serta tekstil. Sementara itu, sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif, sehingga menahan laju pertumbuhan perekonomian pada triwulan I-211. Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Sisi Penawaran (yoy) Lapangan Usaha Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Pertanian 34,8% 2,% 3,5% 11,2% 2,7% 9,7% 3,3% 16,9% 3,% 2,2% 2,8% 4,1% 5,5% Pertambangan dan Penggalian 15,3% 15,9% 8,8% 2,4% 1,% 4,6% 1,9% 16,1% 7,1% 5,7%,7% 8,8% 3,4% Industri Pengolahan 5,5% 9,5% 1,5% 1,8% 4,3% 1,6% 1,2% 1,8% 3,2% 2,4% 2,%,67% 5,4% Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,7% 5,4% 3,7% 3,3% 4,5% 11,% 22,6% 27,9% 17,2% 11,8% 3,% 22,6% 4,8% Bangunan/Konstruksi 2,1% 1,2% 13,4% 19,2% 3,9% 8,5% 2,4% 8,7% 17,% 16,6% 11,2% 14,4% 15,% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,6% 2,8% 6,1%,8% 6,5% 6,8% 12,4% 14,4% 17,9% 15,1% 6,1% 8,% 8,5% Pengangkutan dan Komunikasi,5% 7,% 3,5%,7% 7,7% 11,1% 1,5% 11,2% 13,7% 18,% 21,7% 23,6% 27,1% Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,8% 3,5% 8,6% 9,9% 2,5% 4,3% 5,% 11,8% 14,5% 1,% 7,% 8,6% 16,% Jasa jasa 1,1%,1% 2,4% 3,8% 2,7% 4,% 3,4% 2,8% 3,2% 6,9% 8,8% 16,2% 19,1% PDRB 7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9% Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian tumbuh negatif dari 4,1% (yoy) pada triwulan IV-21 menjadi -5,5% (yoy) pada triwulan I-211. Hal ini juga didukung oleh Data Sementara dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, dimana terjadi perlambatan produksi padi sawah dan ladang dari 25,4% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 1,1%. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan luas panen padi sawah dan ladang pada triwulan I-211 dari 34,% (yoy) menjadi 7,8%. 17

29 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat Ton 4.. % 15% Grafik Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat Ha 8. % 15% 3.. 1% 6. 1% 2.. 5% 4. 5% 1.. % 2. % - Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Produksi Padi Pertumbuhan (yoy) -5% - Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Luas Panen Padi Pertumbuhan (yoy) -5% Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas Berdasarkan Angka Ramalan I 211 (hasil rilis Grafik Luas Panen Menurut Subround BPS) menunjukkan terjadinya perlambatan Subround.84 I.84 pertumbuhan panen tanaman padi selama Jan-Apr (Angka Ramalan I).73 triwulan I-211. Luas panen padi selama II 21 (Angka Sementara).72 Mei-Ags (Angka Tetap) subround I-211 (Januari s.d April 211).37 III.48 Sep-Des.35 diperkirakan hanya mengalami pertumbuhan.32 sebesar,3% dibandingkan dengan subround I- Jan-Des Sedangkan pertumbuhan luas panen subround III-21 (September s.d Desember) 1.8 Juta Ha Sumber: Bank Indonesia dapat mencapai sebesar 35% dibandingkan dengan subround III Sektor Industri Pengolahan Industri pengolahan di Jawa Barat mengalami pertumbuhan sebesar 5,4% selama triwulan I- 211 setelah pada triwulan IV-21 mengalami kontraksi sebesar,67%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja industri tekstil dan alas kaki serta subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya di Jawa Barat. Sedangkan kinerja pada subsektor industri makanan dan minuman menunjukkan penurunan. Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Kinerja subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan selama triwulan I-211. Peningkatan permintaan domestik dan ekspor produk TPT mendorong pertumbuhan industri TPT. Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekspor TPT adalah meningkatnya kebutuhan pakaian jadi pada pasar Eropa dan USA, kenaikan harga barang produksi Cina, dan peningkatan permintaan produk bordir yang sulit ditiru negara lain. Meskipun demikian, industri TPT mendapat tekanan dari kenaikan harga bahan baku yang dapat menghambat pencapaian target. 18

30 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik 1.3. Indeks Penjualan Pakaian & Perlengkapannya Pakaian & Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik Nilai Ekspor TPT % Berdasarkan hasil rilis BPS, pada triwulan I-211 industri tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami peningkatan pertumbuhan. Kinerja industri tekstil meningkat dari -,66% pada periode sebelumnya menjadi 11,28%. Sementara itu, industri barang kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 11,41%, meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,51%. Kondisi tersebut mendorong kinerja subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan yang tinggi selama periode laporan. Grafik Volume Ekspor TPT USD Juta Ribu Ton 2, 4% 3 2 1,5 2% 2 1, % % 1 5 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -2% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan) Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Subsektor Industri Mesin, Alat Angkutan, dan Peralatannya Subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya mengalami peningkatan, Grafik Produksi Mobil Nasional terindikasikan oleh naiknya permintaan masyarakat terhadap kendaraan bermotor, terutama sepeda motor selama triwulan I-211. Peningkatan permintaan masyarakat dikarenakan banyaknya aksi promosi berupa bunga murah dan diskon yang dilakukan oleh dealer serta didukung oleh peran perusahaan multifinance yang mengucurkan kredit kendaraan bermotor. Selain itu, peningkatan tersebut juga turut didukung oleh kondisi makro ekonomi nasional, inflasi, dan nilai tukar yang stabil serta rendahnya suku bunga kredit ,% 2. 6,% 4,% 15. 2,% 1.,% 5. 2,% 4,% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Sumber: Bank Indonesia, Gaikindo 19

31 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kinerja subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya dilihat dari penjualan motor dan mobil nasional mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan penjualan motor tumbuh positif 21% (yoy) selama triwulan IV-21, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4%. Selain itu, pertumbuhan penjualan mobil mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 29% (yoy), namun pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 4%. Grafik Penjualan Motor Nasional Grafik Penjualan Mobil Nasional 2,, Unit 9% 25. Unit 8% 6% % 1,, 3% % % Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -3% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -4% Penjualan Motor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Penjualan Mobil Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Bank Indonesia, AISI Sumber: Bank Indonesia, Gaikindo Berdasarkan hasil rilis BPS, industri kendaraan bermotor di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV-21. Industri kendaraan bermotor mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,91% pada periode sebelumnya menjadi 9,5%. Sedangkan kinerja industri mesin dan perlengkapannya di Jawa Barat mengalami pertumbuhan negatif selama triwulan I-211 sebesar - 2,79%, dimana pada periode sebelumnya tumbuh sebesar 9,56%. Grafik Nilai Ekspor Kendaraan Grafik Volume Ekspor Kendaraan USD Juta Ribu Ton 3 125% % 75% 2 75% 3 5% 5% 15 25% 2 25% 1 % 1 % 5-25% -25 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I -5% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy) Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Kinerja subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau di Jawa barat mengalami pertumbuhan positif selama triwulan I-211. Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan Makanan dan Minuman dari sebesar 21,4%(yoy, rata-rata), meskipun mengalami perlambatan dimana pada periode sebelumnya mencapai 33%. Hasil rilis BPS turut menyatakan bahwa industri makanan dan minuman di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan I-211 dari -11,11% pada periode sebelumnya menjadi 4,63%. 2

32 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 5, Grafik Indeks Penjualan Makanan dan Minuman % 12 4, 1 3, 2, , 2, Makanan & Tembakau Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia 2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) kembali mengalami pertumbuhan pada triwulan I-211. Sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy) pada triwulan I-211, dimana pada triwulan sebelumnya sektor ini tumbuh sebesar 8%. Tingginya pertumbuhan sektor PHR antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, perdagangan ritel serta ekspor Grafik Indeks Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Meningkatnya kinerja subsektor perdagangan diindikasikan dengan meningkatnya pertumbuhan indeks penjualan eceran, terutama pada penjualan pakaian (lihat Grafik 1.3) dan penjualan peralatan rumah tangga (Grafik 1.39). % Sementara itu, arus bongkar muat di Pelabuhan Cirebon mencapai sekitar 78 ribu ton selama triwulan I-211, menurun dibandingkan muatan selama triwulan sebelumnya sebesar 937 ribu ton. Sedangkan berdasarkan Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia Bandung, pembelian Durable Goods yang juga merupakan indikator kinerja subsektor perdagangan menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan pada Grafik 1.4. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon Ton Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Sumber: PT Pelindo II 21

33 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL triwulan I-211. Pertumbuhan Pembelian Durable Goods menurun dari 1% (yoy) pada triwulan IV- 21 menjadi -38% di triwulan I-211. Tabel 1.5. Indikator Perhotelan di Jawa Barat Tingkat Hunian Pertumbuhan (yoy) Kamar Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV 1 Tw.I 11 Hotel Bintang 43,7 43,1 46,9 49,7 48,2 5, 47,9 51, 48,7 2,8% 1,1% Hotel Non Bintang 25, 28,1 27,4 32,4 31,7 35,5 36,6 38,4 32,6 18,6% 3,1% Hotel Bintang & Non Bintang 35,2 36,7 37,3 42,8 42,8 46,9 44,6 45,5 4,7 19,5% 6,4% Sumber: BPS Provinsi Jabar Keterangan: data merupakan rata-rata dari data THK (Tingkat Hunian Kamar) bulanan Grafik Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat orang 12 orang 12 Grafik Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat Eropa; 232 Amerika; 117 Lainnya; 1313 Australia; 139 Singapura; Malaysia; Husein Sastranegara (LHS) Total Muarajati (RHS) Sumber: BPS Provinsi Jabar Sumber: BPS Provinsi Jabar Sementara itu, subsektor hotel mengalami perlambatan pertumbuhan, yang diindikasikan oleh menurunnya Tingkat Hunian Kamar (THK) perhotelan di Jawa Barat selama triwulan I-211 (Tabel 1.4). Secara rata-rata, THK hotel di Jawa Barat selama triwulan I-211 adalah sebesar 4,7, menurun dibandingkan rata-rata pada periode sebelumnya sebesar 45,5. Meskipun demikian, pertumbuhan jumlah kunjungan wisata di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 34,7% (yoy) pada triwulan IV- 21 menjadi 34,9% pada triwulan I-211. Dilihat dari asalnya, kenaikan jumlah wisman yang datang tersebut terutama berasal dari Malaysia, dengan pangsa sebesar 88% dari seluruh wisman, meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan IV-21 yang sebesar 87,6% Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan pada triwulan I Kondisi tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penumpang yang masuk ke Jawa Barat, baik melalui Bandara Husein Sastranegara, maupun jalan tol di Jawa Barat. Jumlah penumpang yang masuk ke Jawa Barat melalui Bandara Husein Sastranegara mengalami pertumbuhan sebesar 28% (yoy) didorong oleh masih aktifnya aktifitas penerbangan domestik dan mancanegara. 22

34 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi transportasi darat berupa angkutan jalan di Jawa barat, menunjukkan adanya pertumbuhan. Pada triwulan I-21, jumlah kendaraan yang melintasi 12 gerbang tol di Jawa Barat mengalami rata-rata pertumbuhan yang meningkat. Kondisi tersebut didukung dengan peningkatan rata-rata kendaraan masuk sebesar 6,8%, dan rata-rata kendaraan keluar sebesar 5,4% selama triwulan I-211. Grafik Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara orang 28, 21, 14, 7, Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Jumlah Penumpang Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 125% 1% 75% 5% 25% % -25% Sumber: PT Persero Angkasa Pura II Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat Gerbang Tol Tw.I-1 Tw.I-11 Pertumbuhan (yoy) Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar Sadang ,% 11,7% Jatiluhur ,4% 16,7% Padalarang Barat* ,8% 5,5% Padalarang ,1% 7,1% Baros ,% 12,4% Baros ,9% 12,5% Pasteur ,4% 5,8% Pasir Koja ,9%,4% Kopo ,9%,8% M Toha ,8% 3,5% Buah Batu ,4% 8,8% Cileunyi ,3%,4% TOTAL ,8% 5,4% Sumber: PT Jasa Marga Kantor Cabang Purbaleunyi Ket *) Data sementara Jumlah penumpang yang menggunakan jasa kereta api di Daerah Operasi Bandung dan Cirebon mengalami pertumbuhan positif dari -,94% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 1,74% pada triwulan I-211. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan jumlah penumpang kereta api di kelas ekonomi, lokal ekonomi dan lokal bisnis. Sedangkan penumpang yang menggunakan kelas eksekutif dan bisnis justru mengalami penurunan pertumbuhan. Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat (ribu orang) Kelas Pertumbuhan (yoy) Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV-1 Tw.I-11 Eksekutif 276,9 324,18 336,71 336,7 282,84 295,94 32,31 271,28 267,4-19,43% -5,46% Bisnis 267,2 289,77 353,28 311,61 281, 287,8 34,32 287,96 278,54-7,59% -,87% Ekonomi 49,5 481,16 525,57 489,55 467,6 535,41 638,64 518,64 528,22 5,94% 12,96% Lokal Bisnis 363,1 4,71 466,27 423,81 47,98 431,97 513,55 413,19 422,69-2,51% 3,61% Lokal Ekonomi 1.937, , 2.449, , , , , , ,18 1,55%,33% Total 3.253, , , , , , , , ,3 -,94% 1,74% Sumber: PT Kereta Api DAOP Jawa Barat Catatan: terdiri dari DAOP Bandung dan Cirebon 23

35 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi Sektor bangunan/konstruksi pada triwulan I-211 mengalami pertumbuhan sebesar 15% (yoy). Peningkatan kinerja sektor bangunan/konstruksi diindikasikan oleh meningkatnya pembiayaan melalui kredit oleh bank umum untuk sektor konstruksi. Penyaluran kredit untuk sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 24,6% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 27,9%. Rp Triliun 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Konstruksi Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I % Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung 2.6. Sektor Lainnya Kinerja sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-211 setelah pada triwulan Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebelumnya tumbuh negatif. Sektor Rp Triliun %,4 5 4 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar,3 3 4,8% (yoy). Pertumbuhan sektor listrik, gas,,2 2 dan air bersih diindikasikan oleh 1,1 pertumbuhan pemakaian listrik di Jawa Barat sebesar 7%, meskipun melambat jika, -1 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I dibandingkan pada triwulan IV-21 yang tumbuh sebesar 14%. Kontribusi Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung pemakaian listrik rumah tangga sebesar 4%. Sementara itu, konsumsi listrik oleh pengguna industri mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -22%. Penggunaan Tabel 1.8. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (Juta Kwh) Pertumbuhan (yoy) Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV-1 Tw.I-11 Rumah Tangga % 4% Industri % -22% Total % 7% Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. 24

36 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Dari sisi penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Barat untuk sektor listrik, gas, air bersih secara umum mengalami pertumbuhan, dimana pada triwulan IV-21 mengalami pertumbuhan negatif. Kinerja sektor jasa-jasa di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan selama triwulan I-211. Sektor jasa-jasa di Jawa Barat mengalami pertumbuhan menjadi 16,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang meningkat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor-sektor lainnya yang kemudian membutuhkan dukungan dari sektor jasa. Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-Jasa Rp Triliun 8 % Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung 25

37 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Halaman ini sengaja dikosongkan 26

38 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39 28 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Laju inflasi Jawa Barat pada triwulan I-211 menurun menjadi 6,18% (yoy) dibandingkan periode lalu dan masih lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 6,65%. Penurunan laju inflasi tahunan, yakni dari 6,62% pada triwulan IV-21 menjadi 6,18% pada periode laporan semata-mata disebabkan oleh penurunan laju inflasi kelompok harga pangan yang bergejolak yang terdiri dari komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah. Lebih cepatnya penurunan harga bahan pangan di Jawa Barat dibandingkan daerah lain merupakan penyebab utama semakin besarnya selisih inflasi dengan nasional. Meski demikian, inflasi inti masih persisten di level 4% hingga 5%. Berdasarkan kota pembentuk IHK (Indeks Harga Konsumen), seluruhnya mengalami penurunan laju inflasi sedangkan pada akhir triwulan I-211, terdapat 5 dari 7 kota yang disurvei oleh BPS, yakni Bandung (3,92%), Tasikmalaya (4,97%), Sukabumi (5,12%), Bogor (5,93%), dan Cirebon (5,99%) yang angka inflasinya tercatat berada pada rentang sasaran inflasi nasional tahun 211, yaitu sebesar 5 ± 1%. Di sisi lain, 2 kota yang masih memiliki inflasi yang cukup tinggi adalah Depok dan Bekasi dengan angka masing-masing adalah 7,75% dan 7,54%. 1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Bulanan Penurunan laju inflasi secara tahunan selama triwulan I-211 terutama disebabkan oleh laju inflasi bulanan yang lebih rendah dan mengalami tren penurunan. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 21 perkembangan harga barang/jasa lebih rendah, sehingga secara tahunan tren inflasi menurun. Perkembangan laju inflasi/deflasi pada bulan Januari, Februari, dan Maret 211 berturut-turut adalah sebesar,62%,,16%, dan -,2% (mtm). Menurut kelompok barang/jasa, penurunan laju inflasi bulanan semata-mata disebabkan oleh kelompok bahan makanan. Sejak puncaknya pada bulan Desember 21, laju inflasi kelompok bahan makanan, khususnya komoditas cabe merah, cabe rawit, beras, kacang panjang, dan minyak goreng terus mengalami penurunan. Kelompok makanan jadi sedikit menurun mengikuti penurunan komoditas bahan bakunya meski laju inflasinya masih relatif persisten. Sementara, inflasi pada kelompok penyumbang inflasi lainnya masih relatif stabil. Grafik 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Jawa Barat dan Nasional % (mtm) Jabar Nasional Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 27 Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa % (mtm) Bahan makanan Perumahan Kesehatan Transpor Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 27 Makanan jadi Sandang Pendidikan 29

41 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Triwulanan Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional Secara triwulanan, laju inflasi triwulan I-211 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan % (qtq) yang sama tahun sebelumnya maupun 4 Jabar Nasional triwulan lalu. Sumber penyebab turunnya laju 3 inflasi dari 1,45% (qtq) pada triwulan IV-21 2 menjadi,54% pada periode laporan. Jika 1 dibandingkan nasional yang sebesar,7%, laju inflasi Jawa Barat masih lebih rendah akibat lebih Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I cepat masuknya pasokan bahan pangan di Jawa Barat dibandingkan daerah lain, sehingga deflasi Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 27 kelompok bahan makanan di Jawa Barat lebih besar. Berbeda halnya dengan pola musiman pada periode laporan, laju inflasi Jawa Barat secara triwulanan mengalami penurunan. Hal ini terutama akibat anomali iklim sehingga mempercepat masa panen padi. Pada periode laporan, hanya kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi yang kemudian diikuti dengan melambatnya laju inflasi kelompok makanan jadi. Selain itu, apresiasi nilai tukar rupiah dan tertahannya kenaikan harga emas di pasar internasional mengakibatkan kelompok sandang tidak memberikan kontribusi atas kenaikan harga (atau andil inflasi %). Di lain pihak, angka inflasi 4 kelompok lainnya, yakni perumahan, kesehatan, pendidikan, dan transpor, sedikit meningkat. No. Tabel 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Andil Kelompok Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV '1 Tw.I '11 1 Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 27 Inflasi Tahunan Secara tahunan, laju inflasi Jawa Barat mengalami sedikit penurunan. Pada triwulan I-211 laju inflasi tahunan turun dari 6,62% (yoy) menjadi 6,18%. Faktor penyebab turunnya laju inflasi terutama 3

42 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH berasal dari harga bahan pangan yang bergejolak (volatile foods) atau menurunnya laju inflasi kelompok bahan makanan baik secara bulanan maupun triwulanan. Meski laju inflasi secara umum menurun, inflasi inti sedikit meningkat dibandingkan Grafik 2.3. Inflasi Tahunan periode lalu. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan Jawa Barat dan Nasional % (yoy) laju inflasi berpotensi hanya berlangsung sementara. Hal yang sama juga tercermin dari dekomposisi inflasi tahunan menurut kelompok barang/jasa. Andil inflasi terutama kelompok perumahan, transpor, pendidikan, dan kesehatan masih persisten tinggi. Selain itu, level inflasi kelompok bahan makanan masih cukup tinggi dan belum kembali ke level semula yang berada pada kisaran 4% hingga 6% Jabar Nasional Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 27 No. Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Andil Kelompok Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV '1 Tw.I '11 1 Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Inflasi Tahunan Penurunan laju inflasi terjadi di seluruh kota (7 kota) di Jawa Barat. Sumber turunnya inflasi di kota pembentuk IHK adalah penurunan harga bahan pangan yang diikuti dengan makanan jadi. Di sisi lain, berdasarkan tracking atas pencapaian sasaran inflasi nasional, sebanyak 5 kota telah berada pada kisaran 5% ± 1%, sementara Kota Depok dan Bekasi masih melebih batas atas target, yakni masingmasing sebesar 7,75% dan 7,54%. Kota Bandung memiliki laju inflasi terendah yakni sebesar 3,92%, sementara Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, dan Cirebon berturut-turut adalah sebesar 4,97%, 5,12%, 5,93%, dan 5,99%. Disparitas laju inflasi yang cukup tinggi antara Kota Bandung dengan Kota Depok dan Bekasi diperkirakan bersumber dari kelompok bahan makanan yang kemudian mendorong kenaikan harga produk makanan jadi. 31

43 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kota % (yoy) 1 Bandung Bekasi Depok Bogor 8 Cirebon Sukabumi Tasikmalaya Jabar Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Bank Indonesia Laju inflasi kelompok bahan makanan serta makanan jadi di Kota Depok dan Bekasi melebihi inflasi Jawa Barat untuk masing-masing kelompok. Selain itu, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar di Kota Depok yang cukup tinggi semakin meningkatkan tekanan harga. Kota Cirebon mengalami kenaikan laju inflasi kelompok sandang, pendidikan, dan transpor yang lebih tinggi dari kota-kota lainnya. Di sisi lain, kelompok pendidikan di Kota Tasikmalaya adalah satusatunya kelompok yang mengalami deflasi secara tahunan pada periode laporan. Rendahnya laju inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi di Kota Bandung menjadi penyebab utama kota tersebut memiliki laju inflasi terendah. Sukabumi merupakan salah satu kota yang mengalami inflasi cukup rendah akibat terjaganya harga barang/jasa pada kelompok bahan makanan. Sementara, Kota Bogor memiliki inflasi kelompok transpor, pendidikan, dan sandang yang terendah dibandingkan lainnya. Tabel 2.3 Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang/Jasa Triwulan I-211 (yoy, %) No. Kelompok Kota Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm Gab. 1 Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Kota Bandung Laju inflasi Kota Bandung tercatat menjadi yang terendah di Jawa Barat, yakni 3,92%. Lebih rendahnya kenaikan harga di Kota Bandung terutama disebabkan oleh terjaganya pasokan bahan 32

44 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH pangan sehingga inflasi kelompok bahan makanan Kota Bandung adalah yang terendah, yakni sebesar 9,31%. Hal ini yang kemudian menahan kenaikan harga produk-produk makanan jadi seperti nasi rames, bakso, dan mie. Perkembangan harga yang lebih terkendali mengakibatkan ekspektasi masyarakat terhadap harga barang/jasa di Kota Bandung terjaga, sehingga laju inflasi kelompok perumahan di Kota Bandung adalah yang terendah Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung % (yoy) Umum Volatile foods Administered price Inti Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Berdasarkan sumber penyebab inflasi, pada periode laporan penurunan laju inflasi terutama disebabkan oleh volatile foods (harga bahan pangan yang bergejolak). Adapun, faktor kebijakan pemerintah terkait harga (administered price) tidak memberikan tekanan yang berarti. Di sisi lain, laju inflasi inti sedikit meningkat pada periode laporan karena perkembangan harga komoditas strategis di pasar internasional dan ekspektasi inflasi. Meski demikian, berdasarkan periode pengamatan laju inflasi inti menunjukkan tren penurunan. Penurunan laju inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, perumahan, gas, air, listrik, dan bahan bakar; serta sandang. Berdasarkan komoditasnya, turunnya laju inflasi terutama disumbangkan oleh penurunan harga beras, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah. Panen padi yang lebih awalnya serta tidak serempak menyebabkan penurunan harga beras berlangsung lebih cepat dan relatif lama dibandingkan pola musimannya. Selain itu, berdasarkan hasil diskusi dengan pedagang beras di Kota Bandung diperoleh informasi bahwa impor beras yang dilakukan oleh pemerintah pusat berdampak terhadap penurunan harga beras. Pasokan cabe merah dan cabe rawit telah kembali normal sehingga menyebabkan harga di tingkat eceran kembali ke level semula. Sementara, panen bawang merah di sentra produksi Brebes Jawa Tengah menyumbangkan penurunan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan lebih lanjut. Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa No. Kelompok *) Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 33

45 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kota Bekasi Dalam tiga triwulan terakhir Kota Bekasi mengalami inflasi yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh Kota Bekasi memiliki karakteristik sebagai kota konsumen hasil pertanian dan lokasinya yang berdekatan dengan DKI Jakarta sehingga inflasi kota Bekasi rentan terhadap kenaikan harga komoditas bergejolak (volatile foods). Kota Bekasi adalah kota industri yang memiliki populasi penduduk cukup tinggi, sementara produksi pertanian di kota tersebut defisit. Di lain pihak, transaksi perdagangan bahan pangan di Kota Bekasi bergantung terhadap limpahan pasokan dari DKI Jakarta sehingga perkembangan harga menjadi lebih begerjolak dibandingkan dengan DKI Jakarta. Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bekasi % (yoy) 2 Umum Volatile foods Administered price Inti Sumber utama penyebab menurunnya laju inflasi Kota Bekasi adalah inflasi inti terutama yang berasal dari eksternal, sementara administered price (kebijakan pemerintah terhadap harga) relatif stabil. Tekanan harga dari eksternal menurun karena besarnya pengaruh apresiasi nilai tukar rupiah. Di sisi lain, jika dibandingkan denngan 6 kota lainnya di Jawa Barat, kenaikan harga emas perhiasan di Kota Bekasi masih Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat sangat tinggi, yakni sebesar 9,14% (inflasi kelompok sandang). Hal ini didorong oleh kenaikan harga emas di pasar internasional serta tingginya minat investasi masyarakat terhadap emas yang menyebabkan permintaan emas meningkat. Selain itu, laju inflasi kelompok bahan makanan Kota Bekasi masih persisten tinggi, yakni sebesar 17,23%. Tingginya inflasi kelompok bahan makanan di Kota Bekasi yang menyebabkan kenaikan harga produk makanan jadi khususnya nasi rames cukup tinggi, meski pada periode laporan tekanan inflasi kedua kelompok tersebut relatif mereda. Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa No. Kelompok Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 34

46 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kota Depok Kota Depok mengalami laju inflasi tahunan tertinggi secara berturut-turut selama 2 periode terakhir. Laju inflasi tahunan Kota Depok sedikit menurun, yakni dari 7,97% pada triwulan IV-21 menjadi 7,75% pada triwulan I-211. Penurunan terutama berasal dari kelompok bahan makanan yang menurun dari 21,96% menjadi 18,39%. Sama halnya dengan Kota Bekasi, produksi bahan pangan di Kota Depok relatif minimal dan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya yang sebagian besar bekerja di DKI Jakarta. Selain itu, mayoritas pasokan bahan pangan diperoleh dari DKI Jakarta sehingga harga pangan lebih berfluktuatif Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Depok % (yoy) Umum Volatile foods Administered price Inti Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Sementara itu, berdasarkan sumber penyebab inflasi, laju inflasi tahunan inti Kota Depok meningkat yang terutama disebabkan oleh kenaikan tarif kontrak/sewa rumah yang dipengaruhi tingginya ekspektasi harga masyarakat Kota Depok terhadap realisasi inflasi. Sementara itu, volatile foods mengalami penurunan laju inflasi tahunan meski level inflasi masih cukup besar. Di sisi lain, pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga relatif minimal. Berdasarkan kelompok pembentuk harga barang/jasa, tertahannya penurunan laju inflasi terutama disebabkan oleh kelompok perumahan, gas, listrik, air, dan bahan bakar. Laju inflasi kelompok perumahan naik dari 3,85% menjadi 6,38% pada triwulan I-211. Hal ini disebabkan tarif sewa/kontrak rumah di Kota Depok naik pada periode pengamatan sehingga inflasi subkelompok biaya tempat tinggal naik cukup tinggi. Selain itu, inflasi tahunan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan juga meningkat tipis. Tekanan kenaikan inflasi disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang berakibat terhadap kenaikan harga BBM non-subsidi pada periode laporan. Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa No. Kelompok Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 35

47 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kota Bogor Laju inflasi Kota Bogor turun, yakni dari 6,57% pada triwulan IV-21 menjadi 5,93% pada triwulan I-211. Faktor penyebab turunnya laju inflasi tahunan Kota Bogor adalah kelompok bahan makanan, khususnya komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah. Panen padi, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah yang telah tiba menyebabkan penurunan harga yang cukup besar. Bahkan beberapa pedagang di pasar tradisional menginformasikan bahwa akibat melimpahnya pasokan cabe, harga cabe menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kondisi normal. Masuknya pasokan bahan pangan strategis di Kota Bogor terjadi juga di daerah lain di Jawa Barat. Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Bogor % (yoy) 2 Umum Volatile foods Administered price Inti Di sisi lain, laju inflasi inti masih persisten dan cenderung sedikit meningkat. Hal ini patut diwaspadai mengingat pengaruh perkembangan harga bahan pangan yang berfluktuatif akan segera hilang dan laju inflasi Kota Bogor kembali pada level inflasi intinya. Ke depan, tekanan dari eksternal yakni kenaikan harga emas serta komoditas pangan strategis di pasar internasional patut diwaspadai. Jika Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat dibandingkan 6 kota lainnya di Jawa Barat, inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan adalah yang terendah, yakni sebesar,55%. Hal ini terutama disebabkan bobot konsumsi masyarakat Kota Bogor terhadap BBM non subsidi yang lebih rendah dibandingkan kota lainnya. Di sisi lain, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat dari 2,49% pada triwulan IV-21 menjadi 3,65% pada triwulan I-211. Komoditas makanan jadi yang mengalami kenaikan harga adalah mie baso dan nasi rames. Hal ini didorong oleh memburuknya ekspektasi harga penjual makanan terhadap harga barang/jasa ke depan. Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa No. Kelompok Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 36

48 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kota Cirebon Laju inflasi Kota Cirebon sedikit menurun menjadi 5,99% pada periode laporan. Penurunan semata-mata bersumber dari kelompok bahan makanan, khususnya untuk komoditas beras, bawang merah, dan cabe merah. Pasokan cabe meningkat karena tingginya minat petani yang beralih menanam bibit cabe, sedangkan berdasarkan hasil pengamatan di pasar tradisional, masuknya bawang merah impor dari Filipina menyadi salah satu penyebab turunnya harga bawang merah di Kota Cirebon. Selain itu, sayuran di Kota Cirebon mengalami peningkatan pasokan khususnya dari Kabupaten Majalengka dan Cirebon yang telah mengalami panen. Penurunan laju inflasi bahan pangan menyebabkan inflasi kelompok makanan jadi turun dari 6,5% pada triwulan IV-21 menjadi 5,77% pada triwulan I-211. Berdasarkan produknya, nasi rames dan mie baso mengalami penurunan harga yang terbesar. Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Cirebon % (yoy) 2 Umum Volatile foods Administered price Inti Di sisi lain, laju inflasi inti dan administered price (kebijakan pemerintah terhadap harga) sedikit meningkat terutama akibat tekanan dari eksternal. Kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional mendorong meningkatnya harga emas perhiasan di pasar internasional sehingga laju inflasi kelompok sandang meningkat dari 6,49% pada triwulan IV-21 menjadi 7,19% pada triwulan I-211. Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Terkait kebijakan pemerintah terhadap harga, berdasarkan hasil wawancara (liaison) KBI Cirebon terhadap industri, pelepasan capping Tarif Dasar Listrik (TDL) pada bulan Februari 211 cukup dirasakan dampaknya khususnya oleh perusahaan besar. Meski demikian, untuk menghindari kenaikan harga jual industri melakukan strategi efisiensi biaya produksi. No. Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa Kelompok Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 37

49 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kota Sukabumi Pada periode laporan, Kota Sukabumi mengalami laju inflasi tahunan yang menurun, yakni dari 5,43% menjadi 5,12%. Penurunan terutama disumbangkan oleh melambatnya laju inflasi kelompok bahan makanan dari 12,85% menjadi 1,73%. Berdasarkan komoditasnya, penurunan laju inflasi khususnya disebabkan oleh komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan sayur-sayuran. Di sisi lain, laju inflasi kelompok makanan jadi mengalami kenaikan akibat ekspektasi penjual makanan yang memburuk setelah tingginya laju inflasi tahunan tahun 21. Selain itu, kelompok perumahan, gas, air, listrik, dan bahan bakar meningkat laju inflasi dari 2,94% menjadi 3,11% yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah melepaskan capping Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk perusahaan berskala usaha besar. Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi % (yoy) 16 Umum Volatile foods Administered price Inti Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Berdasarkan jenis penyumbang inflasi, laju inflasi inti sedikit meningkat. Peningkatan laju inflasi inti terutama akibat naiknya harga komoditas di pasar internasional. Komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan adalah emas dan minyak. Naiknya harga minyak dunia menyebabkan harga BBM non subsidi meningkat sehingga laju inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan naik dari,69% menjadi,97% pada periode laporan. Namun demikian, berbeda dengan kota lainnya di Jawa Barat dampak kenaikan harga emas perhiasan kurang signifikan di Kota Sukabumi. Laju inflasi kelompok sandang melambat dari 7,98% menjadi 6,44%. Hal ini terutama disebabkan telah tingginya angka laju inflasi kelompok sandang di tahun 21. Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa No. Kelompok Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 38

50 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kota Tasikmalaya Laju inflasi tahunan Kota Tasikmalaya yang sebesar 4,97% adalah salah satu yang terendah di Jawa Barat. Hal ini terutama disebabkan oleh kedekatan lokasi Kota Tasikmalaya dengan sentra produksi bahan pangan sehingga memiliki inflasi kelompok bahan makanan yang relatif terkendali. Pada periode laporan, inflasi kelompok bahan makanan Kota Tasikmalaya turun dari 16,73% menjadi 1,77%. Penurunan laju inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh masuknya pasokan beras dan cabe dari daerah sekitar Tasikmalaya yang telah panen. Grafik Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya % (yoy) 2 Umum Volatile foods Administered price Inti Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Berdasarkan sumber penyebabnya, laju inflasi inti meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Persepsi investor atas emas sebagai safe heaven menyebabkan tingginya permintaan yang mendorong kenaikan harga di pasar internasional. Hal ini yang kemudian mendorong kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik sehingga laju inflasi kelompok sandang naik dari 5,66% pada triwulan IV-21 menjadi 6,12% pada triwulan I-211. Berdasarkan kelompok barang/jasa, inflasi kelompok makanan jadi naik dari 3,53% menjadi 3,88% yang disebabkan oleh naiknya harga bahan baku komoditas bahan pangan. Produk makanan yang mengalami kenaikan adalah nasi rames dan mie baso. Berdasarkan hasil survei KBI Tasikmalaya, pedagang makanan menaikkan harga akibat ekspektasi pedagang atas kenaikan harga bahan baku khususnya beras. Selain itu, inflasi kelompok transpor juga meningkat, yakni dari,94% pada triwulan IV-21 menjadi 1,18% pada triwulan I-211. Kenaikan laju inflasi disumbangkan oleh kenaikan harga BBM non subsidi yang diakibatkan oleh kenaikan harga minyak di pasar internasional. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa No. Kelompok Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 1 Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum Keterangan : *) nama kelompok disingkat Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 39

51 4 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

52 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Sumber penyebab penurunan laju inflasi berasal dari faktor nonfundamental, sementara faktor fundamental mendorong tekananharga barang/jasa secara umum. Menurunnya laju inflasi Jawa Barat semata-mata disebabkan oleh penurunan harga bahan makanan yang bergejolak (volatile foods). Sementara, tidak adanya kebijakan pemerintah (administered price) yang berdampak terhadap harga. Di sisi lain, laju inflasi inti meningkat sehingga relatif menahan penurunan laju inflasi lebih lanjut. Tabel Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %) Komponen Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Inti Administered Price Volatile Foods Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 3.1. FUNDAMENTAL / INTI Eksternal Tekanan eksternal terutama berasal dari kenaikan harga komoditas strategis di pasar internasional. Beberapa komoditas strategis yang mengalami kenaikan harga, diantaranya adalah emas dan minyak bumi. Harga minyak bergerak di sekitar $1/barrel dengan volatilitas yang tinggi, seiring peningkatan permintaan dan berlanjutnya krisis geopolitik di Timur Tengah dan Afrika. Perkembangan harga tersebut berdampak langsung terhadap kenaikan harga BBM non-subsidi di pasar domestik. Sementara, harga emas dunia meningkat dipicu adanya kecemasan akan inflasi dunia dan lambatnya pemulihan ekonomi Eropa. Hal ini memicu kenaikan harga perhiasan emas di perdagangan domestik yang diindikasikan dengan naiknya inflasi kelompok sandang. Namun demikian, pada bulan Maret 211 harga komoditas strategis sedikit melemah akibat bencana alam di Jepang. Grafik Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional USD/Troy Ons Emas Minyak Dunia (WTI, RHS) USD/Bil Barrel Grafik Perkembangan Kurs Rupiah Rp/USD % 12,3 4 11,8 3 11,3 2 1,8 Depresiasi 1 1,3 9,8 Apresiasi -1 9,3-2 8, Sumber: Bloomberg Sumber: Bank Indonesia Kurs Tengah Bulanan Pertumbuhan (yoy) 41

53 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Berdasarkan hasil liaison (wawancara) KBI Bandung terhadap pengusaha sub sektor TPT, harga jual cenderung meningkat dengan kisaran antara 2%-35% karena adanya peningkatan biaya bahan baku kapas dan polyester secara tajam sejak Agustus 21. Selain itu terdapat kebijakan pemerintah yang menetapkan biaya impor sebesar 5% sejak 211 juga berkontribusi terhadap peningkatan harga jual. Harga jual kedepannya diperkirakan juga akan meningkat apabila harga bahan baku masih meningkat. Di sisi lain, nilai tukar rupiah bergerak menguat dan sempat menyentuh level terkuat dalam 4 tahun terakhir, yakni Rp8.715/USD. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang relatif tinggi sehingga meningkatkan minat investasi di pasar modal. Namun demikian, apresiasi nilai tukar rupiah tersebut diikuti dengan meningkatnya volatilitas pergerakan rupiah. Ekspektasi Inflasi Ekspektasi konsumen maupun pedagang eceran terhadap harga barang dan jasa di kota Bandung membaik. Hal ini ditunjukkan oleh perkembangan indeks hasil survei atas ekspektasi baik konsumen (Survei Konsumen) maupun pedagang eceran (Survei Penjualan Eceran) di Kota Bandung yang cenderung menerun pada triwulan I-211. Pedagang eceran lebih optimis dalam menyikapi perkembangan harga ke depan yang diindikasikan dari level indeks yang berada pada kisaran 12. Sementara, persepsi konsumen di Kota Bandung atas kenaikan harga beberapa bulan selanjutnya masih relatif tertahan. Membaiknya ekspektasi harga disebabkan oleh harga bahan pangan seperti beras, cabe merah, dan cabe rawit turun. Grafik Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung Grafik Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung % (inflasi) SB Inflasi Jabar TD 7 (mtm) SK* SK** % (inflasi) Tw.I Tw.II SB 15 Inflasi Jabar (qtq) SPE* SPE** Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Sumber: SK-BI Bandung, BPS Jawa Barat Keterangan: SK* = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 3 bulan sebelumnya; SK** = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 6 bulan sebelumnya Sumber: SPE-BI Bandung, BPS Jawa Barat Keterangan: SK* = Ekspektasi pedagang eceran terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 3 bulan sebelumnya; SK** = Ekspektasi pedangan eceran terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 6 bulan sebelumnya 42

54 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Interaksi Permintaan dan Penawaran Interaksi permintaan penawaran di Jawa Barat diperkirakan tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap laju inflasi. Hal ini sebagaimana yang diindikasikan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) atas kapasitas terpakai industri di Jawa Barat yang masih berada pada level moderat serta menurun, yakni dari 73,14% pada triwulan IV-21 menjadi 67,12% pada periode laporan. Tabel Kapasitas Produksi Terpasang Industri Pengolahan (%) SEKTOR/SUBSEKTOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan 5. Perikanan Pertambangan Industri Pengolahan Makanan, minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Kertas dan barang cetakan Kimia dan barang dari karet Semen dan barang galian bukan loga, Logam dasar, besi dan baja Alat angkutan, mesin dan peralatannya Barang lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Total Seluruh Sektor Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - BI Bandung 3.2. NON FUNDAMENTAL Volatile Foods Harga beberapa komoditas pangan strategis telah menurun pada periode laporan. Faktor penyebab penurunan laju inflasi secara tahunan adalah membaiknya pasokan bahan pangan khususnya komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan kacang panjang. Masa panen yang berlangsung lebih awal menyebabkan penurunan harga komoditas volatile foods lebih cepat dibandingkan dengan pola musimannya. Produksi padi di Jawa Barat meningkat pada Grafik Produksi Padi Jawa Barat Ton % 4,, 15% 3,, 1% 2,, 5% 1,, % - -5% Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Produksi Padi Pertumbuhan (yoy) Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 43

55 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH periode laporan. Berdasarkan wawancara dengan petani, panen padi tidak berlangsung secara serentak bahkan beberapa daerah mengalami panen padi lebih awal dari pola musimannya. Pasokan cabai merah, cabai rawit, dan cabai keriting telah kembali normal setelah beberapa daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah telah mengalami panen, mengingat pada kondisi normal Jawa Tengah memasok 3% dari kebutuhan konsumsi amsyarakat. Setelah mengalami kenaikan harga yang tinggi pada tahun 21, beberapa petani hortikultura beralih menanam cabai sehingga pasokan cabai di pasar tradisional melimpah dan menyebabkan harga cabai menurun drastis. Grafik Peta Jalur Distribusi Cabai Nasional Sumber : Departemen Pertanian RI (26) Analisis Karakteristik Pasar Cabe Merah Indonesia. Administered Price Pada periode laporan, kebijakan pemerintah terhadap harga komoditas strategis tidak signifikan berdampak terhadap kenaikan harga barang/jasa secara umum. Pemerintah menunda kebijakan terkait BBM bersubsidi hingga bulan Juli 211. Kenaikan harga BBM terjadi pada jenis nonsubsidi yang didorong oleh naiknya harga minyak di pasar internasional. Sementara itu, kenaikan cukai rokok maupun pencabutan batas kenaikan tarif listrik (capping) kurang berpengaruh terhadap laju inflasi Jawa Barat. Pencabutan batas kenaikan tarif listrik (capping) berpotensi menyebabkan tambahan biaya pada industri manufaktur. Berdasarkan wawancara (liaison) KBI Bandung kepada industri manufaktur di Jawa Barat, beberapa pelaku mempertimbangkan untuk meningkatkan harga jual, sehingga kenaikan inflasi kelompok perumahan, gas, air, listrik, dan bahan bakar dapat berlanjut kepada kenaikan harga sandang. Namun demikian, pengusaha mengungkapkan bahwa kenaikan biaya energi lebih disebabkan oleh naiknya harga batu bara dan gas di pasar internasional. 44

56 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kenaikan cukai tembakau sebesar 6% di awal tahun 211 belum berdampak terhadap laju inflasi Jawa Barat, sebagaimana yang diindikasikan oleh hasil rilis inflasi BPS Jawa Barat. Hal ini disebabkan distributor rokok masih menggunakan materai cukai stok lama sehingga harga rokok masih relatif stabil. Tabel Peraturan Menteri Keuangan Tentang Perolehan Cukai Hasil Tembakau Jenis Rata-rata harga berdasarkan PMK No. 181/PMK.11/29 Rata-rata harga berdasarkan PMK No. 19/PMK.11/21 Kenaikan Harga (%) Sigaret Kretek Mesin Sigaret Putih Mesin Sigaret Kretek Tangan Sigaret Kretek Tangan Filter Sumber : Peraturan Menteri Keuangan 45

57 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH BOKS 2. 1 LANGKAH STRATEGIS PENGENDALIAN INFLASI JAWA BARAT Pada tanggal 5 Januari 211 bertempat di Gedung Sate, Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat menyelenggarakan high level meeting yang dipimpin oleh Kepala Forum Bp. Ferry Sofwan (Kadisperindag) dan dihadiri oleh Bp. Wawan Ridwan (Asisten Perekonomian dan Pembangunan). Pertemuan tersebut juga melibatkan Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Suasana konferensi pers hasil-hasil High Level Meeting Peternakan, serta Pimpinan Bulog Divre FKPI Jawa Barat Jawa Barat. Agenda pertemuan tersebut adalah evaluasi inflasi tahun 21, prospek inflasi tahun 211, serta merumuskan upaya pengendalian inflasi tahun 211. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, maka telah disepakati 1 butir Strategi Pengendalian Inflasi Jawa Barat, yakni sebagai berikut : 1. Peningkatan produktivitas padi di Jawa Barat 2. Gerakan budidaya cabe di pekarangan (dalam pot) rumah melalui kerjasama dengan PKK 3. Percepatan penyaluran raskin tahun 211 (alokasi pagu raskin sebesar 511 ribu ton) 4. Operasi Pasar beras terus dilakukan oleh Perum Bulog Divre III Jawa Barat sesuai dengan kebutuhan daerah 5. Peningkatan produksi perikanan di Jawa Barat yang terintegrasi dengan program nasional 6. Pengendalian distribusi DOC dalam rangka memenuhi kebutuhan para peternakan rakyat 7. Persiapan sistem distribusi pangan melalui pembentukan food centre dan terminal agrobisnis (pada akhir tahun 21, studi kelayakan telah selesai dilakukan oleh akademisi) 8. Konsolidasi dengan pemerintah kabupaten/kota, khususnya Kota Bekasi, Depok, dan Bogor yang memiliki angka inflasi tinggi dan TPID/FKPI yang baru terbentuk 9. Melaksanakan Operasi Pasar Murah untuk komoditas beras, gula pasir, dan minyak goreng dengan alokasi dana APBD sebesar Rp4 miliar 1. Meningkatkan awareness masyarakat dalam rangka mencapai harga barang/jasa secara umum yang stabil Pertemuan diakhiri dengan diseminasi kepada masyarakat melalui media massa sehingga diharapkan dapat memberikan berita positif terhadap perkembangan harga yang kemudian mengarahkan ekspektasi harga masyarakat. Selain itu, dengan adanya rumusan strategis pengendalian inflasi di awal 46

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-21 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III-21 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd

KATA PENGANTAR. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-2012 ini telah dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan III 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI v vi KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci