KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III BANK INDONESIA SURABAYA

2 Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : psw. 8301/8258 Fax : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (

3 Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Visi Bank Indonesia : Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Nilai Nilai Strategis : Kompetensi Intergritas Transparansi Akuntabilitas Kebersamaan. Visi dan Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV: Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV : Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

4 KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Surabaya, 7 November 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Mohamad Ishak Direktur Eksekutif i

5 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR DAFTAR ISI i ii v vii xviii xix xii xiii xvi xvii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL KONDISI UMUM SISI PERMINTAAN 3 a. Konsumsi 3 b. Investasi 6 c. Ekspor - Impor SISI PENAWARAN 10 a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 12 b. Sektor Industri Pengolahan 14 c. Pertanian 15 d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 16 e. Bangunan 17 f. Pengangkutan dan Komunikasi 18 BOKS 1 EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR 19 BOKS 2 PENGEMBANGAN KLASTER KOMODITI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL & UMKM DI JAWA TIMUR 23 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI KONDISI UMUM INFLASI BULANAN (mtm) INFLASI TRIWULAN (qtq) INFLASI TAHUNAN (yoy) DISAGREGASI INFLASI 41 BOKS 3 UPAYA PENGENDALIAN HARGA MELALUI OPERASI PASAR PROGRAM 46 BANTUAN BIAYA TRANSPORTASI/ANGKUTAN BAHAN POKOK

6 BOKS 4 PROGRAM KERJA (PK) INISIATIF BANK INDONESIA 2012 : SKEMA 48 TUNDA JUAL "JOMBANGAN" SEBAGAI PILOT PROJECT POLA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN KOMODITAS BERAS BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF DANA PIHAK KETIGA (DPK) KREDIT KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STABILITAS SISTEM PERBANKAN RISIKO KREDIT RISIKO LIKUIDITAS PERBANKAN SYARIAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 77 a. Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/outflow) 78 b. Uang Kartal Tidak Layak Edar TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 80 a. Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement) 80 b. Transaksi Kliring PENEMUAN UANG PALSU JAWA TIMUR 83 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH UMUM REALISASI PENDAPATAN DAERAH REALISASI BELANJA DAERAH 86 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT UMUM KETENAGAKERJAAN Angkatan Kerja dan Pengangguran KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) 92

7 5.3.2 NILAI TUKAR NELAYAN (NTN) 93 BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR PERKIRAAN INFLASI JATIM 96

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa 1 Tabel 2.1 Inflasi Triwulan II Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm) 28 Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi Di Jawa Timur (qtq) 34 Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 37 Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur 39 Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tw II 2012 (% yoy) 40 Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tw II 2012 (% 40 yoy) Tabel 2.7 Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan 43 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 51 Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 52 Tabel 3.3 Penyaluran Kredit pada Kab/Kota Dominan di Jawa Timur 60 Tabel 3.4 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 64 Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 72 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 75 Tabel 3.7 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow-outflow) Kantor Bank Indonesia 78 Tabel 3.8 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.II Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Prop.Jatim Triwulan III Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD Prov.Jatim Triwulan III (Rp juta) 83 Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) (dalam ribuan) 84 Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja SKDU Jawa Timur 85 Tabel 6.1 Tedensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko 86

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2 Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 3 Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 3 Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran 4 Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 4 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi 4 Grafik 1.10 Jumlah Kendaraan Baru (Roda Empat) 4 Grafik 1.11 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen 5 Grafik 1.12 Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini 5 Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 6 Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 6 Grafik 1.18 Perkembangan PMTB 7 Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Investasi 7 Grafik 1.20 Perkembangan Volume Penjualan Semen 8 Grafik 1.21 Perkembangan Barang Modal 8 Grafik 1.22 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 9 Grafik 1.23 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim 9 Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Per jenis Barang 9 Grafik 1.25 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang 9 Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Ekspor 10 Grafik 1.27 Perkembangan Nilai Impor 10 Grafik 1.28 Nilai Impor Per Jenis Barang 10 Grafik 1.29 Pertumbuhan Impor Per Jenis Barang 10 Grafik 1.30 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 10 Grafik 1.31 Petumbuhan Sektor Pendukung 10 Grafik 1.32 Pertumbuhan Sektor Pendukung 11 Grafik 1.33 Utilisasi Kapasitas Produksi 11 Grafik 1.34 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 11 Grafik 1.35 Indeks Realisasi Usaha 12 Grafik 1.36 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 12 Grafik 1.37 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 13 Grafik 1.38 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 13 Grafik 1.39 Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda 14 Grafik 1.40 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 14

10 Grafik 1.41 Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan 14 Grafik 1.42 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 14 Grafik 1.43 Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku 15 Grafik 1.44 Perkembangan Konsumsi BBM Industri 15 Grafik 1.45 Konsumsi Listrik Golongan Industri 15 Grafik 1.46 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 15 Grafik 1.47 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 15 Grafik 1.48 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 16 Grafik 1.49 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 16 Grafik 1.50 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 16 Grafik 1.51 Perkembangan Fee - Based Income 17 Grafik 1.52 Perkembangan Interest - Based Income 17 Grafik 1.53 Perkembangan Pendapatan - Biaya Operasional Bank 17 Grafik 1.54 Volume Penjualan Semen di Jawa timur 17 Grafik 1.55 Arus Penumpang di Tanjung Perak 18 Grafik 1.56 Arus Barang di Tanjung Perak 18 Grafik 1.57 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 18 Grafik 1.58 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 18 Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 28 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 28 Grafik 2.3 Inflasi April Berdasarkan Kelompok Barang 30 Grafik 2.4 Inflasi Mei Berdasarkan Kelompok Barang 30 Grafik 2.5 Inflasi April Berdasarkan Kelompok Barang 31 Grafik 2.6 Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan 31 Grafik 2.7 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras 33 Grafik 2.8 Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuhan 33 Grafik 2.9 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan 34 Grafik 2.10 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Tw I & Tw II Grafik 2.11 Pergerakan Harga Bumbu-bumbuan 36 Grafik 2.12 Pergerakan Harga Daging-dagingan 36 Perkembangan Harga Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Grafik 2.13 Tembakau 36 Grafik 2.14 Pergerakan Harga Sayur-sayuran 36 Grafik 2.15 Pergerakan Harga Beras di Surabaya 36 Grafik 2.16 Pergerakan Harga Beras Internasional 36 Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Sandang (qtq) 37 Grafik 2.18 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Per Kelompok Barang 38 Grafik 2.19 Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang 38 Grafik 2.20 Inflasi Tahunan (yoy)kelompok bahan Makanan Tahun Grafik 2.21 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau 38

11 Grafik 2.22 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy ) 7 Kota di Jawa Timur 39 Grafik 2.23 Laju Inflasi Jatim Per Komponen 41 Grafik 2.24 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 42 Grafik 2.25 Perkembangan Harga Minyak Internasional 42 Grafik 2.26 Perkembangan Harga CPO 42 Grafik 2.27 Perkembangan Harga Batu Bara 42 Grafik 2.28 Perkembangan Herga Karet 42 Grafik 2.29 Perkembangan Capacity Utilization 42 Grafik 2.30 Perbandingan Komponen Inflasi Inti 43 Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 44 Grafik 2.32 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 44 Grafik 2.33 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 44 Grafik 2.34 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 44 Grafik 3.1 Perkembangan LDR 53 Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 53 Grafik 3.3 Perkembangan LDR per Wilayah Kerja 53 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 54 Grafik 3.5 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 54 Grafik 3.6 Perkembangan Total Aset Bank Umum 55 Grafik 3.7 Proporsi Aktiva Produktif 55 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 55 Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 56 Grafik 3.10 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 56 Grafik 3.11 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 56 Grafik 3.12 Komposisi DPK Bank Umum (%) 56 Grafik 3.13 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 57 Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (yoy) 57 Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit (qtq) 57 Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 58 Grafik 3.17 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 58 Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 59 Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 59 Grafik 3.20 Proporsi Kredit Sektoral 59 Grafik 3.21 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 60 Grafik 3.22 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 60 Grafik 3.23 Perkembangan Kredit UMKM 61 Grafik 3.24 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 61 Grafik 3.25 Jumlah & Pangsa Kredit UMKM 61 Grafik 3.26 Perkembangan NPL Kredit UMKM (%) 61 Grafik 3.27 Pertumbuhan Kredit UMKM (%) 62

12 Grafik Besar Provinsi Penyalur KUR 63 Grafik 3.29 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 63 Grafik 3.30 Perkembangan NPL Bank Umum 65 Grafik 3.31 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 65 Grafik 3.32 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 65 Grafik 3.33 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) 66 Grafik 3.34 NPL Per Sektor Ekonomi 67 Grafik 3.35 Money Position Perbankan di Jawa Timur 67 Grafik 3.36 Proporsi Deposito per Jangka Waktu 68 Grafik 3.37 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 69 Grafik 3.38 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 69 Grafik 3.39 Proporsi DPK Perbankan Syariah 70 Grafik 3.40 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yo) 70 Grafik 3.41 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 70 Grafik 3.42 Pangsa Pembiayaan Syariah Perjenis Penggunaan 70 Grafik 3.43 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur 71 Grafik 3.44 Perkembangan Indikator BPR (yoy) 72 Grafik 3.45 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 72 Grafik 3.46 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (yoy) 73 Grafik 3.47 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (qtq) 73 Grafik 3.48 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan 73 Grafik 3.49 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 74 Grafik 3.50 Perkembangan LDR & NPL BPR 74 Grafik 3.51 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 75 Grafik 3.52 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 75 Grafik 3.53 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 76 Grafik 3.54 Pertumbuhan DPK Perjenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya 76 Grafik 3.55 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya 76 Grafik 3.56 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 76 Grafik 3.57 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 77 Grafik 3.58 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) 79 Grafik 3.59 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 79 Grafik 3.60 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 79 Grafik 3.61 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 80 Grafik 3.62 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 80 Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw II Grafik Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw II Grafik 3.65 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 82

13 Grafik 3.66 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 82 Grafik 3.67 Statistik Uang Palsu Yang Ditemukan 83 Grafik 3.68 Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (lembar) 83 Grafik 3.69 Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (nilai) 83 Grafik 3.70 Statistik Uang Palsu yang Dilaporkan Per Kota (lembar) 84 Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/Kab/Kota di Perbankan 85 Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 86 Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 87 Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 87 Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 88 Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 88 Grafik 5.6 NTP Nasional & Jawa Timur 89 Grafik 5.7 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 89 Grafik 5.8 lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 90 Grafik 5.9 lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim 91 Grafik 5.10 NTN Nasional & Jatim 91 Grafik 5.11 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 92

14 Ringkasan Eksekutif

15 Bank Indonesia Surabaya RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN III I 2012 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan III-2012 kembali mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 7,21% (yoy) menjadi 7,24% Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Di pertengahan tahun 2012, perekonomian Jawa Timur pada triwulan ini mencatatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,21% (yoy) menjadi 7,24% (yoy). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode laporan pun berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,17%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy) dan 1,37%(yoy). Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu, namun besaran proporsi yang masih berada di atas 70%, mengakibatkan sumbangan pertumbuhannya masih signifikan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 3,09% (yoy), 1,71% dan 0,64%. Sektor Pertanian mengalami tumbuh meningkat dari 3,04% (yoy) menjadi 4,19%. Tibanya musim panen beberapa jenis tanaman bahan makanan, seperti padi, aneka buah dan bumbu turut mendorong pertumbuhan sektor ini pada periode laporan. Kedua sektor utama lainnya, yaitu sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu masing- Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012 x

16 Bank Indonesia Surabaya masing dari sebelumnya 10,54% (yoy) menjadi 10,03% serta dari 6,71% menjadi 6,35%. Assesmen Inflasi Kenaikan IHK di 7 (tujuh) kota pada periode laporan mengalami peningkatan sehingga secara tahunan mencapai 4,50%. Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 1 kota pada triwulan III-2012 sebesar 1,93% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,68%(qtq). Hingga pertengahan tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%-yoy) berada pada level yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (4,87%). Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan III-2012 relatif bervariasi. Dibandingkan triwulan III-2011, tekanan inflasi kelompok sandang, kelompok pendidikan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berada pada level yang lebih rendah sehingga turut mendorong melambatnya inflasi pada periode laporan. Tercatat melambatnya inflasi pada kelompok Sandang, berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan ragam sandang pria pada level yang lebih rendah, masing-masing sebesar 0,32% (mtm) dan 2,10%. Berdasarkan disagregasinya, melambatnya laju inflasi pada triwulan III-2012 terutama didorong oleh perlambatan kelompok volatile food dari 0,85% (mtm) menjadi -0,80% dan administered price dari 0,24% (mtm) menjadi -0,43%. Sedangkan, kelompok core inflation sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 0,43% (mtm) menjadi 0,55%. Assesmen Perbankan Pada triwulan III-2012, kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan cukup baik serta tingkat risiko kredit yang terjaga di bawah 5%. Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 22,13% 1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012 xi

17 Bank Indonesia Surabaya (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 24,38% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio Non Performing Loans (NPLs) sebesar 2,68%. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 82,37% karena pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat. Ekonomi Jatim pada Tw IV-2012 diperkirakan berpotensi meningkat. Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan IV-2012 Pada triwulan IV-2012, pertumbuhan ekonomi Jatim masih berpotensi mengalami peningkatan dengan rentang pertumbuhan 7,20% 7,30% (yoy). Momentum perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru pada periode laporan diperkirakan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan pola pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya. Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi Provinsi Jawa Timur pada bulan triwulan IV-2012 berada pada rentang sebesar 4,40% (yoy) s/d 4,50%. Secara keseluruhan, inflasi Jawa Timur di akhir tahun berada dalam rentang yang diproyeksikan yaitu 4,5% + 1%. Kelompok volatile food diyakini masih menjadi pendorong inflasi di pada triwulan IV-2012, meskipun pada level yang tidak terlalu tinggi. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan relatif stabil, meskipun terdapat risiko dari pergerakan harga komoditas core inflation seperti emas perhiasan dan gula pasir. Potensi tekanan lainnya diperkirakan berasal dari inflasi administered price yang turut menekan inflasi pada periode Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012 xii

18 Bank Indonesia Surabaya laporan, dengan pemicunya adalah kenaikan tarif angkutan/transportasi, khususnya untuk tarif angkutan udara, seiring banyaknya momentum cuti bersama pada periode ini. Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012 xiii

19 LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR 125, ,92 128,50 129,69 130,58 131,75 134,29 - Kota Surabaya 125, ,50 128,30 129,38 130,33 131,39 133,81 - Kota Malang 125, ,03 128,46 129,91 130,48 131,63 134,34 - Kota Kediri 123, ,60 127,34 128,66 129,33 130,90 134,03 - Kota Jember 127, ,99 128,73 130,02 131,15 132,22 134,39 - Kota Probolinggo 129, ,84 131,66 132,75 133,59 135,2 139,28 - Kota Madiun 130, ,09 132,35 133,51 134,45 135,90 137,50 - Kota Sumenep 122, ,09 125,03 127,02 128,25 129,81 132,62 LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR 6,94 6,26 4,87 4,29 4,48 4,63 4,50 - Kota Surabaya 7,60 6,98 5,22 4,73 4,56 4,69 4,30 - Kota Malang 5,82 5,37 4,71 4,07 4,50 4,44 4,58 - Kota Kediri 5,38 4,48 4,45 3,64 4,71 5,06 5,25 - Kota Jember 6,76 5,04 4,03 2,42 3,63 4,12 4,39 - Kota Probolinggo 6,81 5,59 3,71 3,78 3,85 5,46 5,56 - Kota Madiun 5,60 5,32 4,65 3,49 4,28 4,66 3,91 - Kota Sumenep 5,69 5,70 3,57 4,19 5,53 3,93 6,05 PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy) 6,98 7,25 7,12 7,11 7,19 7,21 7,29 Pertumbuhan (YoY) - Pertanian 2,82 5,11 4,52 1,64 2,25 3,04 2,24 - Pertambangan dan Penggalian 10,34 5,44 4,55 4,85 5,09 1,66 1,32 - Industri Pengolahan 5,61 6,01 5,67 5,96 6,27 6,71 6,47 - Listrik, gas, dan air bersih 7,22 7,05 5,17 5,65 8,08 6,86 6,91 - Bangunan 7,42 10,98 8,90 8,99 10,18 5,58 4,75 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,24 8,86 9,29 9,69 9,69 10,54 10,78 - Pengangkutan dan komunikasi 19,72 10,69 9,11 9,86 13,01 8,08 11,14 - Keuangan, persewaan, dan jasa 8,21 8,50 8,17 7,87 7,69 7,37 7,50 - Jasa 3,89 4,48 5,96 5,82 5,18 4,96 3,89 Pertumbuhan PDRB (yoy) 6,98 7,25 7,12 7,11 7,19 7,21 7,29 xviii

20 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

21 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Di pertengahan tahun 2012, perekonomian Jawa Timur pada triwulan ini mencatatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,21% (yoy) menjadi 7,24% (yoy). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode laporan pun berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,17%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy) dan 1,37%(yoy). Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu, namun besaran proporsi yang masih berada di atas 70%, mengakibatkan sumbangan pertumbuhannya masih signifikan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 3,09% (yoy), 1,71% dan 0,64%. Sektor Pertanian mengalami tumbuh meningkat dari 3,04% (yoy) menjadi 4,19%. Tibanya musim panen beberapa jenis tanaman bahan makanan, seperti padi, aneka buah dan bumbu turut mendorong pertumbuhan sektor ini pada periode laporan. Kedua sektor utama lainnya, yaitu sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan relatif stabil, yaitu masing-masing terjaga pada level 10% dan 6%. Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov.Jawa Timur Jasa-jasa 8,43 Tw.III-2012 Tw.II ,67 4,86 Tw.III-2011 Keuangan, Persewaan & Jasa 4,89 Pengangkutan & Komunikasi 5,71 5,81 Perdagangan, Hotel & Restoran 30,83 30,52 Bangunan 4,61 4,74 Listrik, Gas & Air Bersih 1,33 1,43 Industri Pengolahan 26,96 26,71 Pertambangan & Penggalian 2,08 2,28 Pertanian 15,19 14, Impor Ekspor Perubahan Stok Pembentukan Modal Tetap Bruto Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Rumah Tangga q q q Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah Triwulan III

22 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 8 7 % 6 y o y Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur 7,14 7,20 7,29 7,30 7,197,21 7,24 7,17 6,64 6,53 7,11 6,58 6,44 6,42 6,40 6,90 6,25 6,03 6,32 6,11 5,81 6,17 6,50 6,50 6,50 6,40 6,50 5,79 5,89 5,97 6,08 5,85 5,61 5,28 5,42 5,70 5,80 6,17 5,18 5,01 4,58 4,37 4,33 4,20 4,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur Jasa-jasa 2,00 Tw.III-2012 Tw.II ,97 1,35 Tw.III-2011 Keuangan, Persewaan & Jasa 1,42 Pengangkutan & Komunikasi 1,65 1,96 Perdagangan, Hotel & Restoran 9,96 11,67 Bangunan 1,20 2,08 Listrik, Gas & Air Bersih 0,13 0,20 Industri Pengolahan 7,15 6,30 Pertambangan & Penggalian 0,42 0,67 Pertanian 3,61 2, Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah 1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy) dan 1,37%(yoy). Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur T r i l i u n R p Konsumsi Rumah Tangga gkonsumsi (rhs) Konsumsi Pemerintah g_konsumsi Pemerintah (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% % Y O Y T r i l i u n R p Net Ekspor Luar Negeri g_net Ekspor Luar Negeri (rhs) Net Ekspor Antar Pulau g_net Ekspor Antar Pulau (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Y O Y Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim a. Konsumsi Pada triwulan III , pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Walaupun mengalami perlambatan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap berada pada level tinggi yaitu di kisaran 6%. Tercatat pertumbuhannya pada triwulan ini mencapai 5,66% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,40%. Namun demikian, beberapa indikator konsumsi mengindikasikan bahwa kinerja konsumsi rumah tangga di Triwulan III

23 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Jawa Timur relatif stabil. Indikator tersebut berupa tingkat konsumsi listrik rumah tangga, pembelian kendaraan (mobil) serta kredit konsumsi. Demikian pula dengan indikator yang merupakan hasil Survei Bank Indonesia, yang meliputi nilai indeks omset riil dan tingkat keyakinan konsumen, yang diperoleh dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) dan Survei Konsumen (SK). Dalam merespon pertumbuhan ekonomi Jatim yang terus meningkat, kinerja konsumsi masyarakat Jatim pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan, seiring tibanya momentum Tahun Ajaran Baru, Bulan Puasa dan Lebaran. Tercatat kelompok bahan kimia dan kelompok suku cadang mengalami peningkatan omset, masing-masing meningkat sebesar 10 poin. Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, mengalami kenaikan dari sebelumnya berada pada level 106,97 menjadi 108,14. Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau Alat Tulis Konstruksi Barang Budaya dan Rekreasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Hasil Survei PenjualanEceran BI (diolah) Konsumsi Listrik Kwh/pelanggan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : PLN (diolah) Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kinerja pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum meningkat dari 31,14% (yoy) menjadi 36,63%. Pola ini searah dengan indikator konsumsi rumah tangga lainnya yang umumnya mengalami peningkatan kinerja pada periode laporan. Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik Jumlah Kendaraan Baru (Roda Empat) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total g Penjualan Mobil (yoy) 100% 50,00 45,00 40,00 %, yoy % 60% 35, % 30,00 25, % 20, % 15,00 10,00 5,00 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (dioah) Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah) -20% -40% Triwulan III

24 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Peningkatan konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi, yang mengindikasikan kenaikan indeks sebagai akibat dari meningkatnya kedua indeks penyusunnya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menjadi sebesar 122,81 dan 137,91. Selain faktor momentum Tahun Ajaran Baru dan Lebaran, membaiknya tingkat pendapatan masyarakat turut mempengaruhi perbaikan indeks ini. Meskipun masih terdapat kekhawatiran perkembangan ekonomi sebagai akibat dari ketidakpastian ekonomi global, namun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terus mengalami perbaikan, yang mengindikasikan optimisme kelompok rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsinya di masa mendatang. Keyakinan konsumen akan tingkat penghasilan dan lapangan pekerjaan 6 (enam) bulan yang akan datang mengalami kenaikan seiring membaiknya tingkat pendapatan masyarakat pada periode laporan, dengan terus berkembangnya kegiatan sektor usaha. Grafik Survei Konsumen Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 160 Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah) Grafik Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama b. Investasi Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB) mengalami penurunan dari sebesar 12,11 (yoy) menjadi sebesar 10,32% pada periode laporan. Meskipun demikian, menyerupai pola konsumsi rumah tangga, dengan porsi kedua terbesar, investasi publik pada periode laporan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengindikasikan hal serupa pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA), sedangkan jenis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami kenaikan (pada nilai). Dapat Triwulan III

25 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mengalami penurunan dari USD 949,54 juta (90 proyek) menjadi USD 232,2 juta (66 proyek) atau pertumbuhannya menurun dari 1135% (yoy) menjadi -7%. Sedangkan, untuk kinerja investasi jenis PMDN tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari Rp3.044,44 milyar (60 proyek) menjadi Rp5.165,6 milyar (36 proyek) atau pertumbuhannya meningkat dari 43% (yoy) menjadi 92%. Berdasarkan informasi dari kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, diperkirakan akan terus terjadi perbaikan kinerja investasi di Jatim, seiring dengan berkembangnya optimisme para pelaku usaha di Jatim. Selain itu juga sebagai respon balik atas berbagai program inisiatif yang telah dicanangkan oleh Gubernur Jatim melalui instansi terkait. Salah satunya yang mendapat sambutan positif dari para pelaku usaha di dalam negeri adalah upaya untuk mengembangkan jejaring perdagangan dalam negeri dengan membuka perwakilan dagang wilayah mitra dagang Provinsi Jawa Timur Grafik Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN 300% Grafik Perkembangan Nilai Proyek Investasi 1200% Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN 1000% % % % % 0% % 200% 0% -200% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III -100% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III -400% Sumber: BKPM Sumber: BKPM Grafik 1.16 Perkembangan PMTB Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Investasi Modal Kerja Investasi Konsumsi T r i l i u n R p Pembentukan Modal Tetap Bruto gpmtb (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% % Y O Y 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - %, yoy Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber: BPS Jawa Timur, diolah Sumber : LBU BI (dioah) Triwulan III

26 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Indikator lainnya juga mengindikasikan kinerja yang positif, sebagaimana tercermin dari peningkatan kinerja penyaluran kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini meningkat dari 29,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 30,01%. Indikator investasi lainnya, yaitu volume penjualan semen di wilayah Jatim pun tercatat mengalami peningkatan yaitu dari 15,08% (yoy) menjadi 17,81%. Yang mengindikasikan meskipun terjadi perlambatan realisasi investasi pada periode laporan, namun kegiatan pembangunan masyarakat Jatim masih tetap tumbuh. Pengaruh tingginya kebutuhan pembangunan di daerah ini yang belum mempengaruhi kinerja komoditas semen, sehingga penjualannya pun bahkan mengalami peningkatan Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen Penjualan Semen g_penjualan Semen 30% 20% 10% Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal Capital Goods g_capital Goods % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % -20% -30% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (20) (40) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia c. Ekspor-Impor Mengawali tahun 2012, tercatat transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor sebesar Rp12,39 triliun. Perolehan kinerja triwulan ini diperoleh dari kenaikan tajam nilai net ekspor perdagangan dalam negeri dari posisi net ekspor sebesar Rp14,06 triliun menjadi Rp16,24 triliun. Selain itu, perdagangan luar negeri Jawa Timur pun mencatatkan kinerja positif dengan posisi net impor sebesar Rp-3,8 triliun dari sebelumnya berada pada kondisi net impor sebesar Rp-2,69 triliun Grafik 1.20 Perkembangan Net Ekspor Kinerja Ekspor Net Ekspor Jatim Antar Pulau Grafik 1.21 NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods Perkembangan Net Intermediate Kinerja Goods Ekspor Luar Net Negeri Consumption Jatim Goods ( ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III (200) (400) (600) (800) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Triwulan III

27 ( ) BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sumber: BPS Jatim Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang (10) (20) (30) g_total Ekspor g_capital Goods (rhs) g_intermediate Goods (rhs) g_consumption Goods (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (50) (100) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor Total Ekspor g_total Ekspor I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III (20) (40) Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor Total Impor g_total Impor I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (20) (40) (60) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.26 Nilai Impor per Jenis Barang Grafik 1.27 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang J U T A Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods 160,0 140,0 120,0 100,0 g_total Impor g_intermediate Goods g_capital Goods g_consumption Goods U S D C I F I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % y o y 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0-20,0 Triwulan III 2012 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III , ,0

28 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2012 masih masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 71,10% terhadap PDRB Jawa Timur. Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung 35,00 30,00 25,00 Triliun Rp. 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran gpertanian (rhs) gindustri Pengolahan (rhs) gperdagangan, Hotel & Restoran (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 20,00 15,00 10,00 5,00 - (5,00) (10,00) 10,00 9,00 8,00 7,00 Triliun Rp. 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa gpengangkutan & Komunikasi (rhs) gkeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (rhs) gjasa-jasa (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - (5,00) (10,00) Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur Pertumbuhan tertinggi berada pada salah satu sektor utama Jawa Timur, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mencapai 10,03% sehingga memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar mencapai 3,09%. Sedangkan sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masing-masing tumbuh sebesar 6,35% dan 4,19% dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,71% dan 0,64% terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Sedangkan sektor pendukung secara umum mencatatkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Triwulan III

29 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 77,09% menjadi 73,73% (lihat grafik 1.35). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini dipicu oleh perbaikan kinerja sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral , ,9 67,2 70,0 71,5 64,2 63,3 75,1 69,8 80,1 77,7 74,9 73,2 69,3 73,9 70,7 74,3 73,3 74,5 78,1 78,577,1 73, %, SBT Total Pertanian Pertambangan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Kondisi yang sedikit berbeda diperoleh dari perkembangan kegiatan usaha melalui Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah) Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah) angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami perlambatan menjadi 16,30. Sedangkan indeks realisasi usaha secara sektoral mencatatkan perolehan angka tertinggi berada pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang diikuti oleh sektor pertanian. S B T ,05-27,23 22,1 11,35 Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* -0,45-1,85-1, ,91 25,86 22,32 21,6 23,29 4,15 19,55 18,54 1,1 6,47 20,88 15,81 11,6 6,43 26,35 Indeks Realisasi Usaha 35,87 31,82 16, ,30 12,65 8,49 Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 10 %, SBT TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah) Sumber: SKDU BI Surabaya a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) relatif stabil terjaga pada level 10% (yoy). Apabila ditinjau berdasarkan sub-sub sektornya, tercatat subsektor hotel Triwulan III

30 ( BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL mengalami peningkatan, sedangkan sisanya melambat. Subsektor ini mencatat peningkatan dari sebesar 7,30% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 7,47% (yoy) pada Triwulan III Sub Sektor Restoran melambat dari sebesar 8,86% (yoy) menjadi 8,48% (yoy) pada periode laporan. Sementara itu Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran mencatat sedikit perlambatan, yaitu dari sebesar 10,89% (yoy) menjadi 10,41% (yoy). Perlambatan kinerja pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant tersebut disebabkan oleh relatif melambatnya konsumsi masyarakat meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi. b. Sektor Industri Pengolahan Kinerja Industri Pengolahan pada triwulan III-2012 pun relatif terjaga stabil pada level 6%. Pertumbuhan tertinggi (yoy) terdapat pada subsektor logam dasar, besi dan baja serta subsektor makanan, minuman dan tembakau, masing-masing sebesar 8,91% (yoy) dan 8,74%. Pertumbuhan positif hampir terjadi di seluruh sub sektor, kecuali sub sektor kertas dan barang cetakan serta subsektor semen dan barang galian bukan logam masing-masing sebesar -0,09% (yoy) dan -0,19%. Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku J U T A U S D C I F ) Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Terjaganya kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh ketiga indikatornya, yaitu impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan listrik sektor industri. Meskipun impor barang modal mengalami sedikit menurun, namun impor barang bahan baku mencatatkan peningkatan. Kondisi ini merefleksikan bahwa kegiatan produksi sektor industri pengolahan masih berjalan dengan baik seiring masih terjaganya konsumsi dalam negeri di tengah melemahnya perekonomian global. Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Golongan Industri Triwulan III

31 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL % y o y 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0-20,0 g_total Impor g_capital Goods g_intermediate Goods g_consumption Goods I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan % Kwh I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25% -40, ,0 Sumber : PLN (diolah) Sumber: Bank Indonesia c. Pertanian Kinerja Sektor Pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari tumbuh dari 3,04% menjadi 4,19% (yoy). Hampir semua sub sektor mengalami peningkatan pertumbuhan, kecuali subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan yang mencatatkan perlambatan masing-masing menjadi sebesar 2,04% (yoy) dan 3,24% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terbesar terdapat pada Sub Sektor Kehutanan yang mencatat kenaikan dari sebesar 16,52% (yoy) menjadi 40,51% pada triwulan laporan. Triwulan III

32 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR

33 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 1 kota pada triwulan III-2012 sebesar 1,93% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,68%(qtq). Hingga pertengahan tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%-yoy) berada pada level yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (4,87%). Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan III relatif bervariasi. Dibandingkan triwulan III-2011, tekanan inflasi kelompok sandang, kelompok pendidikan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berada pada level yang lebih rendah sehingga turut mendorong melambatnya inflasi pada periode laporan. Tercatat melambatnya inflasi pada kelompok Sandang, berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan ragam sandang pria pada level yang lebih rendah, masing-masing sebesar 0,32% (mtm) dan 2,10%. Berdasarkan disagregasinya, melambatnya laju inflasi pada triwulan III-2012 terutama didorong oleh perlambatan kelompok volatile food dari 0,85% (mtm) menjadi -0,80% dan administered price dari 0,24% (mtm) menjadi -0,43%. Sedangkan, kelompok core inflation sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 0,43% (mtm) menjadi 0,55%. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur 8 7 jatim nasional % 8 7 Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) inflasi Tahunan (yoy) 6 5 4, , Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) INFLASI BULANAN (mtm) 2.2 Secara bulanan, rata-rata realisasi inflasi Jatim (0,64% - mtm) sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi bulanan di sepanjang triwulan III-2011 (0,68% - mtm), lihat tabel 2.1. Penyebabnya adalah rendahnya level inflasi pada bulan September, yang hanya mencapai 0,02% (mtm) dibandingkan 2011 (0,47%-mtm). Setelah mengalami kenaikan harga pada 1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Triwulan III Tahun

34 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Juli dan Agustus, kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,85% (mtm) dan -0,69%.Sedangkan dibandingkan komoditas lainnya, kenaikan biaya pendidikan dan harga emas internasional turut mempengaruhi meningkatnya inflasi Jawa Timur di sepanjang triwulan III Pola inflasi di sepanjang triwulan III-2012 masih sama dengan tahun 2011, yaitu karena beberapa momentum yang serupa menjadi pemicu inflasi, diantaranya bulan puasa dan lebaran, yang mendorong peningkatan permintaan pada periode laporan. Meskipun memiliki pola inflasi yang relatif sama, namun fluktuasi nilai yang terjadi pada triwulan III sedikit lebih tinggi. Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Tabel 2.1 Inflasi Triwulan III Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm) No Kelompok Barang Tw III-2011 Tw III-2012 Rata-rata Jul Agst Sept Jul Agst Sept Rata-rata UMUM 0,58 0,98 0,47 0,68 0,63 1,27 0,02 0,64 1 BAHAN MAKANAN 1,50 0,41 0,14 0,69 1,27 2,13-0,85 0,85 2 MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU 0,60 0,87 0,74 0,74 1,17 1,11 0,30 0,86 3 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0,10 0,21 0,48 0,26 0,21 0,46 0,05 0,24 4 SANDANG 0,94 3,57 1,28 1,93 0,15 0,93 2,50 1,19 5 KESEHATAN 0,07 0,08 0,12 0,09 0,29 0,35 0,26 0,30 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH 0,40 3,77 1,06 1,74 0,18 2,29 1,05 1,17 7 TRANSPOR,KOMUNIKASI 0,10 0,65 0,03 0,26 0,17 1,32-0,69 0,27 Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan III-2012 relatif bervariasi. Dibandingkan triwulan III-2011, tekanan inflasi kelompok sandang, kelompok pendidikan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berada pada level yang lebih rendah sehingga turut mendorong melambatnya inflasi pada periode laporan. Tercatat melambatnya inflasi pada kelompok Sandang, berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan ragam sandang pria pada level yang lebih rendah, masing-masing sebesar 0,32% (mtm) dan 2,10%. Selanjutnya, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mengalami kenaikan harga cukup tinggi pada Agustus dan September. Pendorong utama kenaikan kelompok pendidikan bersumber dari momentum tibanya tahun ajaran baru yang memicu kenaikan biaya hampir di tiap level pendidikan. Namun secara keseluruhan kenaikan harga pada tahun ini masih lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2011, sehingga level inflasi secara tahunan pada triwulan III-2012 mencapai 4,50% (yoy). Triwulan III Tahun

35 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.3 Inflasi Juli 2012 Berdasarkan Kelompok Barang Grafik 2.4 Inflasi Agusutus 2012 Berdasarkan Kelompok Barang 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 1,27 Inf. Jatim : 0,63% 1,17 BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI 2,50 2,00 1,50 1,00 2,13 Inf. Jatim : 1,27% BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI 1,11 0,93 2,29 1,32 0,40 0,20 0,21 0,15 0,29 0,18 0,17 0,50 0,46 0,35 0,00 Sumber : BPS Jatim (diolah) 1 Inflasi mtm (%) 0,00 Sumber : BPS Jatim (diolah) 1 Inflasi mtm (%) Bulan Juli Inflasi Jatim pada bulan Juli 2012 (0,65% - mtm) berada pada level yang rendah jika dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi pada periode yang sama dalam 5 (lima) tahun terakhir ( ) yang mencapai 0,91%, karena beberapa periode (tahun 2008 dan 2010) mengalami inflasi cukup tinggi. Meskipun demikian, inflasi Jatim masih berada dibawah inflasi nasional yang mencapai 0,70% (mtm). Namun, dibandingkan periode sebelumnya yaitu Juni 2012 (0,07% - mtm), terjadi peningkatan signifikan kenaikan harga beberapa komoditas utama pada periode ini, khususnya pada kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Meningkatnya harga sub kelompok buah-buahan, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, sub kelompok kacang-kacangan serta sub kelompok daging dan hasilhasilnya menjadi pendorong utama meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan. Tibanya bulan puasa pada pertengahan bulan menjadi pemicu meningkatnya permintaan kelompok bahan makanan. Di sisi lain, guna mengendalikan harga, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berinisiatif melakukan Program Bantuan Biaya Transportasi Bahan Pokok/Angkut di Jawa Timur Tahun Anggaran Berdasarkan komoditas, kenaikan harga pada kelompok ini, utamanya didorong oleh telur ayam ras, alpukat, anggur dan daging ayam kampung. Selain faktor permintaan, harga bahan makanan pun turut terpengaruh oleh kenaikan harga komoditas internasional, yaitu dengan meningkatnya harga kacang kedelai lokal, sehingga turut mempengaruhi level harga produk turunannya, seperti tahu dan tempe. Selanjutnya, kenaikan harga komoditas rokok mendorong inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada periode laporan. Masih berlanjutnya kenaikan harga rokok menjadi bagian dari strategi manajemen dalam menghadapi Triwulan III Tahun

36 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kebijakan tarif cukai rokok yang terus mengalami peningkatan. Dengan menerapkan kenaikan harga secara bertahap, diharapkan jumlah penjualan produk relatif stabil. 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00. Grafik 2.5 Inflasi September 2012 Per Kelompok Barang BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GA S & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA -0,85 Sumber : BPS Jatim (diolah) Bulan Agustus 0,30 0,05 Tekanan inflasi pada bulan Agustus 2012 mengalami peningkatan dari 0,63% (mtm) menjadi 1,27%. Level inflasi Jatim pada bulan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan nasional yang mencapai 0,95% (mtm). Beberapa kelompok mengalami peningkatan harga cukup tinggi, sehingga signifikan mendorong inflasi pada bulan ini, yang terdiri dari kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok bahan makanan meningkat sebesar 0,64% (mtm), dari 1,49% menjadi 2,13%. Pada periode laporan, level harga pada sub kelompoknya relatif bervariasi, beberapa mengalami inflasi dan lainnya deflasi. Harga pada sub kelompok kacangkacangan, ikan segar dan sayur-sayuran meningkat signifikan hingga level inflasi kelompok ini rata-rata berada di atas 4,00%. Selanjutnya, kenaikan harga pada sub kelompok ikan diawetkan, sub kelompok lemak dan minyak, serta sub kelompok padi-padian, umbiumbian dan hasilnya pun turut mendorong kenaikan inflasi kelompok bahan makanan yang rata-rata meningkat sebesar 1% (mtm). Meningkatnya harga komoditas di hampir seluruh sub kelompok disebabkan karena kenaikan permintaan masyarakat pada bulan puasa dan Lebaran yang jatuh di pertengahan bulan Agustus Di sisi lain, beberapa kelompok lainnya mengalami deflasi, yaitu sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, sub kelompok buah-buahan serta sub kelompok bahan makanan lainnya. Menyadari tingginya tekanan permintaan pada periode laporan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya melakukan Program Bantuan Biaya Transportasi/Angkut Bahan Pokok Tahun ,50 0,26 1,05 Inf. Jatim : 0,02% -0,69 Inflasi mtm (%) Grafik 2.6 Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan Sumber: SPH, Bank Indonesia & Bloomberg Selanjutnya, tekanan inflasi juga meningkat pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dari 0,20% (mtm) menjadi 2,29%. Kenaikan kelompok ini utamanya didorong Harga Emas Perhiasan Harga Emas Internasional (rhs) - 0 Rp/Gram Triwulan III Tahun

37 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI oleh kenaikan biaya pendidikan hingga mencapai 3,67% (mtm). Dimulainya tahun ajaran baru pendidikan tingkat akademi/perguruan tinggi mendorong kenaikan harga pada sub kelompok ini. Kenaikan harga juga terjadi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 1,44% (mtm). Namun demikian, kenaikan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Agustus 2012 masih lebih kecil dibandingkan tahun 2011, yang mengalami inflasi sebesar 6,85% (mtm) dari sebelumnya 0,16%. Sebagaimana pada umumnya, momentum Lebaran yang disertai tradisi mudik menjadi kesempatan tersendiri bagi pengusaha transportasi guna meningkatkan laba. Dengan pemberlakuan ketentuan tarif batas atas alat transportasi oleh Kementerian Perhubungan RI diharapkan kenaikan tarifnya tidak memberatkan masyarakat. Meningkatnya biaya angkut di 7 (tujuh) kota penghitungan inflasi pada akhirnya turut mendorong inflasi sub kelompok transpor dari 0,24% (mtm) menjadi 1,87%. Tidak hanya itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat hampir di seluruh sektor, termasuk sub sektor jasa keuangan yang pada akhirnya turut mempengaruhi tingkat biaya yang harus dibayar. Tercatat, sub kelompok jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 2,46% (mtm). Bulan September Sebagaimana pola sebelumnya, pasca momentum bulan puasa, tahun ajaran baru dan Lebaran, tekanan inflasi di bulan September 2012 menurun dari 1,27% (mtm) menjadi 0,02%. Meredanya tekanan inflasi bulan ini dipicu oleh menurunnya permintaan masyarakat serta stabilnya sisi penawaran, sehingga mendorong terjadinya deflasi pada beberapa kelompok, yaitu kelompok bahan makanan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, masing-masing sebesar -0,85% (mtm) dan -0,69%. Tekanan inflasi cukup tinggi berasal dari kelompok sandang, yang meningkat menjadi 2,50% (mtm). Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan yang turut terpengaruh oleh peningkatan harga emas di level internasional. Inflasi pada kelompok lainnya relatif stabil terjaga pada level yang sama dibandingkan periode sebelumnya. Hampir seluruh sub kelompok bahan makanan mengalami deflasi, terutama sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang masingmasing mencapai -2,72% (mtm) dan -2,31%. Menurunnya permintaan masyarakat serta tibanya musim panen gadu beberapa komoditas kelompok bumbu-bumbuan menjadi pendorong terjadinya deflasi pada kelompok ini. Tercatat penurunan harga terjadi pada komoditas bawang merah, cabe merah dan ketumbar, masing-masing sebesar -11,38% (mtm), -8,31% dan -1,06%. Menurunnya harga komoditas daging ayam ras, daging ayam kampung dan hati sapi, masing-masing sebesar -6,09% (mtm), -2,97% dan -4,00% menjadi pendorong terjadinya deflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan. Triwulan III Tahun

38 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Selanjutnya, deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan utamanya didorong oleh penurunan harga sub kelompok transpor sebesar -0,95% (mtm). Tercatat tarif angkutan antar kota, kereta api, angkutan udara, kendaraan sewa dan kendaraan travel menjadi pendorong utama penurunan sub kelompok ini, masing-masing sebesar -14,97% (mtm), -8,07%, -2,89%, -0,68% dan -0,46%. Minimnya momentum untuk berwisata serta telah berlalunya musim liburan sekolah dan lebaran menjadikan seluruh biaya jasa transport kembali normal. Grafik 2.7 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras Rp/ Kg Daging ayam ras Telur Ayam Ras Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Grafik 2.8 Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuan Rp/ Kg Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya 2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Secara triwulanan, laju inflasi Jatim mencapai 1,95% (qtq) pada triwulan II-2012 atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 0,89% (qtq). Dari kelompok pembentuknya, peningkatan pada triwulan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya laju kenaikan harga komoditas (secara berurutan) pada kelompok sandang dari -0,53% (qtq) menjadi 3,66%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dari 0,25% (qtq) menjadi 3,56%, kelompok bahan makanan dari 0,68% (qtq) menjadi 2,77%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dari 1,85% (qtq) menjadi 2,66%, kelompok kesehatan dari 0,52% (qtq) menjadi 0,91%dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dari 0,41% (qtq) menjadi 0,79%. Peningkatan harga komoditas emas perhiasan, beberapa jenis sandang wanita dan laki-laki menjadi pendorong utama kenaikan harga kelompok sandang pada triwulan ini. Tercatat, secara konsisten, ketiga komoditas ini mengalami peningkatan harga di bulan Agustus dan September pada triwulan III Selanjutnya, kenaikan tarif pendidikan di saat tahun ajaran baru mulai terjadi sejak Agustus di seluruh jenjang pendidikan, dengan kenaikan tertinggi pada tingkat Sekolah Dasar (7,80% - qtq). Bahkan tahapan pendidikan Kelompok Bermain pun mengalami kenaikan harga sebesar 3,82% (qtq). Pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, tidak hanya sub kelompok pendidikan yang mengalami Triwulan III Tahun

39 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kenaikan biaya, namun juga sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan pun harganya meningkat sebesar 2,06% (qtq). Kenaikan harga tertinggi bersumber dari jenis komoditas buku pelajaran (SD/SMP/SMA), buku tulis bergaris dan printer desk jet yang bergerak pada level 3% (qtq). Produksi tanaman bahan makanan di sepanjang triwulan III-2012 lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya, sehingga turut mempengaruhi level harga sub kelompoknya, kecuali sub kelompok ikan yang diawetkan dan sub kelompok bumbubumbuan yang tercatat mengalami deflasi. Kenaikan harga tertinggi bersumber dari kelompok kacang-kacangan, yang turut terpengaruh oleh kenaikan harga kedelai di pasar internasional. Kelompok ini tercatat mengalami kenaikan harga hingga mencapai level 15,03% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga umumnya yang bergerak di level 0,50% s.d 1,00%. Sementara itu, kenaikan harga sub kelompok makanan jadi sebesar 2,59% (qtq) menjadi sumber inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada periode laporan, selain masih terus berlanjutnya kenaikan komoditas rokok di sepanjang tahun. Pada kelompok kesehatan, sumber pendorong inflasi berasal dari sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,49% (qtq). Selanjutnya, sub kelompok jasa keuangan dan sub kelompok transpor signifikan mempengaruhi tingkat inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dari 0,41% (qtq) menjadi 0,79%. Sumber : BPS, data diolah Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) INFLASI QTQ SUMBANGAN INFLASI QTQ KELOMPOK Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III UMUM 0,99 0,26 2,05 0,92 0,68 0,89 1,93 0,99 0,26 2,06 0,92 3,98 0,55 2,30 BAHAN MAKANAN 0,81-1,14 2,07 2,49 0,56 0,90 2,55 0,18-0,25 0,46 0,56 0,90 0,25 3,81 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1,20 0,71 2,23 0,77 1,28 1,90 2,61 0,22 0,23 0,30 0,14 1,04 1,34 3,04 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1,01 0,65 0,79 0,57 0,67 1,18 0,72 0,22 0,14 0,17 0,13 0,58 0,85 1,11 SANDANG 1,04 2,03 5,88-0,21 1,06-0,48 3,60 0,07 0,14 0,40-0,01 0,61-0,96 2,30 KESEHATAN 1,64 1,46 0,26 0,52 0,50 0,54 0,90 0,08 0,07 0,01 0,02 0,13 0,47 0,78 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,79 0,35 5,29 0,40 0,25 0,27 3,55 0,07 0,03 0,48 0,04 0,57 0,03 3,75 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1,06 0,17 0,79 0,23 0,42 0,40 0,79 0,19 0,03 0,14 0,03 0,28 0,33 1,14 Grafik 2.9 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Grafik 2.10 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Tw II-2012 & Tw III-2012 %(qtq) 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00 0,94 Padi-padian, umbi-umbian 4,85 Daging dan Hasilhasilnya 3,12-3,82-0,47 1,75 Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil2nya Sayur-sayuran 14,95 Kacang - kacangan 7,23 Buah - buahan -5,14 Bumbu - bumbuan 0,82 Lemak dan Minyak 1,80 Bahan Makanan Lainnya Padi-padian, umbi-umbian 15,00 Bahan Makanan Lainnya 10,00 Daging dan Hasil-hasilnya 5,00 Lemak dan Minyak 0,00-5,00 Ikan Segar -10,00 Bumbu - bumbuan Ikan Diawetkan Buah - buahan Kacang - kacangan Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasil2nya -25,00-30,00 Tw II-2012 Tw III-2012 Sumber : BPS, data diolah Sumber : BPS, data diolah Triwulan III Tahun

40 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.11 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Grafik 2.12 Pergerakan Harga Daging-Dagingan Rp/ Kg Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Rp/ Kg Daging ayam ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya , , , , , , , , ,00 - Grafik 2.13 Perkembangan Harga Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau Grafik 2.14 Pergerakan Harga Sayur-sayuran Rp/ Kg Gula Pasir Lokal ROKOK KRETEK ROKOK KRETEK FILTER , , , , , , , , , , , Kacang Panjang Kangkung Bayam Sawi Hijau Tomat Sayur Wortel Kentang Rp/ Kg Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Meskipun kenaikan harga pada kelompok bahan makanan tidak terlalu tinggi dibandingkan periode sebelumnya, namun sumbangan utama inflasi masih berasal dari sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, sub kelompok buah-buahan dan sub kelompok sayursayuran, masing-masing bergerak pada level 8%, 5% dan 2%. Sedangkan sub kelompok bumbu-bumbuan lebih banyak mengalami deflasi, kecuali di bulan Agustus yang mengalami kenaikan harga sebesar 4,32% (qtq) Grafik 2.15 Pergerakan Harga Beras di Surabaya Harga Beras Domestik 600,00 500,00 Grafik 2.16 Pergerakan Harga Beras Internasional Harga Beras Internasional , , , , Rp/Kg USD/mt Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Bloomberg Triwulan III Tahun

41 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Hingga September 2012, realisasi pengadaan beras Bulog Jatim mencapai ton, dari target pada akhir tahun. Meskipun musim kemarau mulai melanda beberapa kawasan di Jatim, namun diperkirakan tidak berdampak pada produksi dan serapan beras petani oleh Bulog Jatim. Dengan strategi untuk memperluas cakupan kegiatan di bidang on farm, kini Bulog Jatim turut berperan pada kegiatan yang berhubungan dengan penanaman dan pembelian gabah/beras langsung dari petani/kelompok petani/gapoktan. Kegiatan tersebut diantaranya: 1. On Farm Mandiri, adalah kegiatan usaha tani padi yang dikelola secara mandiri oleh Perum Bulog di lahan milik Perum Bulog dan/sewa lahan milik pihak lain; 2. On Farm Kemitraan, adalah kegiatan kerjasama usaha tani padi antara Perum Bulog dan Mitra Kerja On Farm Mandiri (MKO) dengan cara memberikan bantuan sarana produksi berupa bibit benih, pupuk dan pestisida kepada petani/kelompok petani/gapoktan atas jaminan dari MKO yang dibayarkan setelah selesai panen (yarnen); 3. On Farm Sinergi, adalah kegiatan kerjasama usaha tani padi antara Perum Bulog dengan petani/kelompok tani/gapoktan, Mitra Kerja, Perusahaan Saprodi, Perbankan dan Instansi terkait seperti (Pemerintah Daerah, Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan). Kegiatan kerjasama yang dilakukan tersebut dalam rangka untuk penyediaan Saprodi, produksi (budidaya), penanganan panen dan pasca panen, pembiayaan usaha tani dengan seluruh hasil panen di jual kepada Perum Bulog Drive Jatim. 4. On Farm Alternatif, adalah kegiatan usaha tani padi antara Perum Bulog dengan Gapoktan/KTNA, dimana Gapoktan melaksanakan penandatangan MOU dengan Perum Bulog serta selanjutnya Gapoktan melaksanakan kontrak pengadaan dengan Perum Bulog. Bulog Divre Jawa Timur bertekad akan terus mengembangkan Program On Farm untuk mendukung target surplus 10 juta ton setara beras pada tahun Pada tahun ini tercatat Kabupaten Bojonegoro menjadi sentra produksi beras terbesar di Jawa Timur dengan produksi ton, disusul oleh Kabupaten Madiun dan Kabupaten Madura masing masing sebesar ton dan ton. Triwulan III Tahun

42 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.3 Time Series Pengadaan Gabah/Beras 5 Tahun Terakhir oleh BULOG Jatim Realisasi Pengadaan 2012 No Bulan Rencana Realisasi (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah ,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00 %, qtq Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Sandang (qtq) Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anakanak Barang Pribadi dan Sandang Lain Tw I-2011 Tw II-2011 Tw III-2011 Tw IV-2011 Tw.I-2012 Tw II-2012 Tw III-2012 Berbeda dengan triwulan sebelumnya, kelompok sandang menjadi pendorong inflasi pada periode laporan dengan meningkatnya harga emas perhiasan, yang turut terpengaruhi oleh kenaikan harga emas di pasar dunia. Sumber : BPS Jatim (diolah) 2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) Berbeda dengan laju inflasi bulanan dan triwulanan, secara tahunan, pada triwulan II- 2012, terjadi perlambatan laju inflasi dari sebelumnya 4,60% (yoy) menjadi 4,50%. Perlambatan ini didorong utamanya oleh terjadinya perlambatan laju inflasi pada kelompok sandang dari 6,21% (yoy) menjadi 3,98%, kelompok serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dari 3,22% (yoy) menjadi 3,18%. Namun demikian, masih terdapat tekanan inflasi dari kelompok kesehatan, bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, masing-masing sebesar 2,47% (yoy), 6,64% serta 6,72%. Sedangkan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan masih berada pada level yang sama yaitu 1,87% (yoy). Triwulan III Tahun

43 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Sumber: BPS, data diolah Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang Inflasi (yoy) Sumbangan Inflasi (yoy) KELOMPOK Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Umum 7,46 6,26 4,87 4,29 3,97 4,63 4,50 7,46 6,26 4,87 4,29 3,97 4,27 4,52 Bahan Makanan 15,71 9,69 5,33 4,26 4,00 6,14 6,64 15,71 9,69 5,33 4,26 4,00 5,46 7,25 Makanan Jadi, Minuman & Rokok 5,63 5,98 6,22 5,00 5,09 6,32 6,72 5,63 5,98 6,22 5,00 5,09 5,74 6,58 Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar 4,62 4,83 3,08 3,04 2,70 3,24 3,18 4,62 4,83 3,08 3,04 2,70 2,91 3,23 Sandang 9,58 7,64 13,27 8,93 8,95 6,27 3,98 9,58 7,64 13,27 8,93 8,95 5,76 2,18 Kesehatan 3,11 4,34 3,88 3,93 2,76 1,83 2,47 3,11 4,34 3,88 3,93 2,76 1,76 2,28 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 6,75 7,08 6,97 6,92 6,35 6,26 4,51 6,75 7,08 6,97 6,92 6,35 6,01 4,46 Tranpor, Komunikasi & Jasa 3,93 3,98 1,44 2,27 1,62 1,86 1,87 3,93 3,98 1,44 2,27 1,62 1,78 2,14 Perlambatan pada periode laporan didorong oleh penurunan harga komoditas pada kelompok Sandang, terutama pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dari 10,60% (yoy) menjadi 5,10% serta sub kelompok sandang laki-laki dari 4,13% (yoy) menjadi 2,43%. Meskipun harga emas perhiasan mengalami kenaikan namun peningkatannya masih lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Grafik 2.18 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Per Kelompok Barang Grafik 2.19 Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang TRANSPORT ASI, KOMUNIKASI PENDIDIKAN, REKREASI, OLAH RAGA BAHAN MAKANAN 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 MAMIN,ROK OK & TEMBAKAU PERUMAHA N Inflasi yoy (%) 20,00 16,00 12,00 8,00 4,00 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB 0,00 KESEHATAN SANDANG Sumber : BPS, (data diolah) Inflasi (mtm) Agust 2012 Inflasi (mtm) Sept 2012 Sumber: BPS (diolah) Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2.18, perkembangan dua kelompok barang utama penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang searah, yaitu keduanya mengalami kenaikan laju inflasi secara tahunan di sepanjang bulan Juli, Agustus dan September Serupa dengan pola inflasi secara bulanan dan triwulanan, faktor utama pendorong inflasi pada kelompok bahan makanan berasal dari sub kelompok kacang-kacangan, sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok ikan segar dengan rata-rata tingkat inflasi berada pada level 10% - 14%. Sedangkan pendorong kenaikan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau berasal dari sub kelompok tembakau dan minuman yang beralkohol yang mengalami inflasi sebesar 9,75% (yoy) dari sebelumnya 2,40%. Triwulan III Tahun

44 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.20 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun Grafik 2.21 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Buah - buahan -20,00-40,00 Kacang - kacangan Padi-padian 40,00 20,00 0,00 Daging & hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu Sayur-sayuran Inflasi (yoy) Tahun 2011 Inflasi (yoy)tahun 2012 Tembakau dan Minuman Beralkohol Makanan Jadi 15,00 10,00 5,00 0,00 Minuman yang Tidak Beralkohol Inflasi (yoy) Tahun Sept 2011 Inflasi (yoy) Tahun Sept 2012 Sumber : BPS, (data diolah) Sumber : BPS, (data diolah) 2.4 INFLASI MENURUT KOTA Pada triwulan periode laporan, perkembangan IHK 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional secara umum menunjukkan peningkatan laju inflasi triwulanan. Sebagaimana ditunjukkan pada table 2.4 di bawah ini, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Probolinggo dengan inflasi sebesar 2,49% (qtq) sedangkan terendah terjadi di Madiun (1,70%). Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) WILAYAH Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Jawa Timur 0,99 0,26 2,05 0,92 0,68 0,89 1,93 7,46 6,26 4,87 4,29 3,97 4,63 4,50 Surabaya 1,25 0,34 2,23 0,84 0,73 0,82 1,84 8,00 6,98 5,22 4,73 4,19 4,69 4,30 Malang 0,72 0,24 1,92 1,13 0,46 0,86 2,05 6,42 5,37 4,71 4,07 3,80 4,44 4,58 Kediri -0,15 0,52 2,20 1,03 0,53 1,20 2,40 5,98 4,48 4,45 3,64 4,34 5,06 5,25 Jember 0,80-0,76 1,37 1,00 0,84 0,84 1,64 7,97 5,04 4,03 2,42 2,46 4,12 4,39 Sumenep 0,10 0,87 1,59 1,57 0,97 1,21 2,16 6,31 5,70 3,57 4,19 5,10 5,46 6,05 Probolimggo 1,20 0,30 1,62 0,61 0,63 1,73 2,49 7,19 5,59 3,71 3,78 3,19 4,66 5,56 Madiun 0,81 0,03 1,73 0,89 0,68 0,58 1,70 6,51 5,32 4,65 3,49 3,36 3,93 3,91 Sumber: BPS, Data diolah. Hal serupa ditunjukkan juga pada laju inflasi tahunan 7 (tujuh) kota di Jatim yang seluruhnya mengalami peningkatan. Tercatat, inflasi tahunan (yoy) tertinggi terjadi di kota Sumenep (6,05%) dan inflasi terendah terjadi di Madiun (3,91%). Masih sama dengan periode sebelumnya, faktor utama yang mendorong tingginya inflasi di kota Sumenep dibanding kota-kota lainnya masih terkait dengan kendala untuk mengakses wilayah ini, Triwulan III Tahun

45 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 % (yoy) Madiun 3,91 Sumber: BPS, Data diolah. Grafik 2.22 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy) 7 Kota di Jawa Timur Malang 4,58 Kediri 5,25 Jatim 4,50 Surabaya 4,30 Jember 4,39 Probolinggo 5,56 Sumenep 6,05 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 Sumber : BPS Jatim (diolah) sehingga mengakibatkan tingginya fluktuasi harga barang. Selain itu, faktor ketinggian ombak di musim tertentu pun turut mempengaruhi tingkat harga, terutama untuk sub kelompok bumbubumbuan yang bersifat tidak tahan lama. Pendirian lumbung desa merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan guna mengendalikan fluktuasi harga. Sementara itu, relatif rendahnya laju inflasi di kota Madiun baik secara triwulanan maupun tahunan pada periode laporan disebabkan oleh relatif rendahnya laju inflasi dari kelompok kesehatan dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan, yang masingmasing tercatat sebesar 2,71% (yoy) dan 0,21%. Selain itu, menurunnya tekanan inflasi dari kelompok kesehatan dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan turut menyumbang terbentuknya tingkat inflasi yang rendah di kota ini. Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Umum 0,78 1,25 0,52-0,02-0,03-0,56-0,35-0,14 Bahan Makanan 0,23 0,46 0,46-0,03-0,05-0,71-0,24-0,28 Makanan Jadi, Minuman & Rokok 0,16 0,22 0,22 0,03 0,14 0,00 0,04 0,09 Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,10 0,13 0,13 0,00 0,12 0,02 0,01 0,01 Sandang 0,08 0,06 0,06 0,10 0,14 0,13 0,03 0,08 Kesehatan 0,01 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,20 0,19 0,19 0,10 0,06 0,03 0,00 0,07 Tranpor, Komunikasi & Jasa 0,03 0,19 0,19-0,22-0,32-0,02-0,18-0,22 Sumber : BPS, data diolah. Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2012 (% mtm) Pada periode laporan, kelompok barang penyumbang inflasi yang menjadi sumber tekanan inflasi di ketujuh kota diindikasikan utamanya berasal dari kelompok bahan makanan, yang masing-masing menyumbang inflasi Jatim di level 0,91% - 14,37% (yoy). Selanjutnya, kenaikan harga gula pasir dan rokok yang terjadi di seluruh wilayah Jatim, diindikasikan menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua, yang berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Masih sama seperti periode sebelumnya, sumbangan inflasi kelompok kesehatan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan yang terendah dibandingkan kelompok lainnya. Triwulan III Tahun

46 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2012 (% yoy) Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Umum 4,52 4,33 4,58 5,25 4,39 6,05 5,56 3,91 Bahan Makanan 7,25 1,59 1,57 2,27 1,40 4,03 1,78 1,76 Makanan Jadi, Minuman & Rokok 6,58 1,28 1,04 1,43 1,33 0,58 1,32 0,70 Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,23 0,65 0,44 0,77 1,27 0,65 0,71 0,81 Sandang 2,18 0,08 0,23 0,17 0,09 0,54 0,31 0,31 Kesehatan 2,28 0,09 0,09 0,16 0,07 0,22 0,15 0,12 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 4,46 0,27 0,70 0,40 0,15 0,16 1,36 0,34 Tranpor, Komunikasi & Jasa 2,14 0,43 0,53 0,15 0,17 0,07 0,16 0,03 Sumber : BPS, data diolah. 2.5 DISAGREGASI INFLASI 8,00 Grafik 2.23 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) (%,mtm) Umum Volatile food Adm Price Core Inflation 6,00 4,00 2,00 0,00-2, ,00-6,00 Sumber: BPS (diolah) Analisis lebih lanjut berdasarkan disagregasinya, melambatnya laju inflasi pada triwulan III-2012 terutama didorong oleh perlambatan kelompok volatile food dari 0,85% (mtm) menjadi -0,80% dan administered price dari 0,24% (mtm) menjadi -0,43%. Sedangkan, kelompok core inflation sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 0,43% (mtm) menjadi 0,55%. Melambatnya laju inflasi kelompok volatile food pada triwulan III-2012 didorong oleh penurunan harga pada hampir seluruh sub kelompok, kecuali sub kelompok kacangkacangan dari dan sub kelompok buah-buahan. Meningkatnya harga bahan makanan pada sub kelompok kacang-kacangan turut dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas kacang kedelai di pasar dunia sehingga mendorong meningkatnya harga kacang kedelai lokal dan produk turunannya, seperti tahu dan tempe. Masih tingginya ketergantungan Indonesia pada kedelai impor menjadi landasan kebijakan pemerintah untuk mendorong produksi kedelai lokal di masa mendatang. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagai acuan harga jual kedelai lokal diharapkan menjadi insentif bagi petani lokal guna mengembangkan komoditas ini seiring makin menjanjikannya laba hasil penanamannya. Selanjutnya, minimnya panen sub kelompok buah-buahan pada triwulan ini di tengah Triwulan III Tahun

47 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kenaikan permintaan masyarakat menjadi sumber penyebab kenaikan harga sub kelompok ini pada periode laporan. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, kenaikan pada kelompok core inflation terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras yang mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Selanjutnya, dorongan inflasi dari sub kelompok biaya tempat tinggal (0,11%), sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (0,10%) serta sub kelompok makanan jadi (0,08%) menjadi pendorong utama peningkatan laju inflasi kelompok core inflation. Sedangkan, penurunan pada kelompok administered price didorong oleh penurunan inflasi sub kelompok transportasi (0,08%). Pada triwulan III-2012, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 3,95% (yoy), atau mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,43%. Secara umum tekanan inflasi inti bisa berasal dari faktor eksternal, peningkatan ekspektasi inflasi serta interaksi antara sisi permintaan dan penawaran. Tekanan dari faktor eksternal terutama berasal dari kenaikan harga komoditas strategis di pasar internasional seperti emas dan minyak mentah. Di triwulan III tahun 2012, harga minyak dunia kembali mengalami peningkatan karena memburuknya situasi geopolitik di Timur Tengah. Demikian pula dengan kenaikan harga emas dunia yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi internasional atas pelemahan ekonomi dunia menyebabkan kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Sementara itu, faktor yang juga ikut mempengaruhi adalah perkembangan sisi supply yang menurun. Tingkat penggunaan kapasitas produksi di Jawa Timur pada triwulan laporan menunjukkan adanya penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut dikonfirmasi dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia yang menunjukkan secara rata-rata kapasitas terpakai industri di Jawa Timur triwulan III-2012 mencapai 73,73% menurun bila dibandingkan triwulan II-2012 (77,09%) dan triwulan I (78,53%). Dari sisi eksternal terutama dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang melemah dari sebelumnya Rp menjadi Rp Dipandang masih tingginya ketidakpastian terkait penanganan krisis utang dan fiskal di Eropa, pemulihan ekonomi AS yang belum solid, melemahnya perekonomian China serta koreksi harga komoditas global turut memberi tekanan terhadap rupiah. Triwulan III Tahun

48 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.24 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.25 Perkembangan Harga Minyak Internasional Rp/ 1 USD Kurs Tukar Rupiah USD/Barel , ,66 91,20 01-Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep * Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia Sumber Bloomberg USD/Barel ,95 Grafik 2.26 Perkembangan Harga CPO 737,83 871, * Grafik 2.27 Perkembangan Harga Batu Bara USD / Metrik Ton 85 81, ,66 65, * Sumber Bloomberg Sumber Bloomberg Grafik 2.28 Perkembangan Harga Karet Grafik 2.29 Perkembangan Capacity Utilization USD Cent / Kg , ,05 334, , ,9 67,2 70,0 71,5 64,2 63,3 80,1 77,7 74,9 75,1 73,2 69,8 69,3 73,9 70,7 74,3 73,3 74,5 78,1 78,577,1 73, * 30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah) Sumber Bloomberg Triwulan III Tahun

49 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Tabel 2.7 Perkembangan Capacity Utilization Sektor Usaha No SEKTOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III REALISASI 1 PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 72,84 69,66 79, ,38 79, A. Tanaman Pangan 84,75 71,56 73, ,47 78, B. Tanaman Perkebunan 55,92 62,22 88, ,50 69, C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 87,50 88,33 85, ,40 89, D. Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,00 0,00 E. Perikanan 79,49 67,61 76, ,25 86, PERTAMBANGAN 70,00 55,13 75, ,43 92, A. Minyak dan gas bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 B. Pertambangan tanpa migas 50,00 0,50 100, ,00 70, C. Penggalian 80,00 73,33 50,00 0, ,00 93,33 95, INDUSTRI PENGOLAHAN 68,16 71,51 73, ,44 76, A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 64,84 70,88 73, ,06 71, Tekstil, barang kulit dan alas kaki 81,53 74,19 77, ,94 85, Barang kayu dan hasil hutan lainnya 53,07 63,23 58, ,45 71, Kertas dan barang cetakan 67,80 76,38 83, ,57 84, Kimia dan barang dari karet 73,24 78,47 76, ,29 81, Semen dan barang galian bukan logam 98,50 73,00 100, ,50 90, Logam dasar, besi dan baja 63,93 68,23 69, ,00 71, Alat angkutan, mesin dan peralatannya 78,00 76,25 76, ,57 80, Barang Lainnya 64,18 66,00 72, ,80 67, B. Industri Migas 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 83,82 68,71 61, ,99 67, A. Listrik 0,00 67,50 26, ,00 44, B. Gas 0,00 75,00 100,00 0, , ,00 69, C. Air bersih 83,82 67,75 70, ,99 72, TOTAL SELURUH SEKTOR 69,49 70,71 73,89 74,31 73,26 73,64 74, ,53 77, Grafik 2.30 Perbandingan Komponen Inflasi Inti 2,50 2,00 1,50 INTI Inti - Tradeable (Barang) Inti - Non Tradeable (Jasa) 1,00 0,50 0,00-0, Sumber: BPS (diolah) Analisis lebih detail untuk faktor pendorong inflasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan komoditas. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, komponen laju inflasi inti berada pada level yang sama, dengan nilai sedikit lebih besar pada laju inflasi inti non tradeable (jasa). Kenaikan inflasi inti tradeable (barang) melandai 0,62% (mtm) dari sebelumnya 0,66%. Sedangkan kenaikan inflasi inti non tradeable (jasa) terjadi sebesar 0,63% (mtm), jauh lebih rendah dari sebelumnya 0,97% (mtm). Triwulan III Tahun

50 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable Grafik 2.32 Perkembangan Inflasi Inti Exclude Gold Price INTI 2,50 Inti - Tradeable (Barang) 2,00 Inti - Non Tradeable (Jasa) 1,50 1,00 0,50 0, , Sumber: BPS (diolah) INTI 1,40 Core -Exc. Gold 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00-0, Sumber: BPS (diolah) Grafik 2.33 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable Grafik 2.34 Perkembangan Inflasi Inti Exclude Gold Price 2,00 1,50 1,00 TRADED Food Non Food 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 MANUFACTURING GOOD SERVICES 0,50 0,50 0,00-0, ,00-0,50-1, Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah) Lebih dalam lagi analisis dilakukan terhadap faktor pembentuk inflasi inti tradeable (barang), yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas pada sub kelompok food. Tercatat, inflasi pada sub kelompok food meningkat dari 0,66% (mtm) menjadi 0,82%. Sedangkan sub kelompok non food mengalami perlambatan dari 0,78% (mtm) menjadi 0,55%. Perkembangan inflasi inti kecuali komoditas emas, yang ditunjukkan pada grafik 2.34 mengindikasikan bahwa laju inflasi pada sub kelompok barang manufaktur lebih tinggi dibandingkan jasa, searah dengan perbandingan laju inflasi inti tradeable (barang) dan inflasi inti non tradeable (jasa). Triwulan III Tahun

51 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

52 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan III-2012, kinerja k perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan yang positif,, tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan cukup baik serta tingkat risiko kredit yang terjaga di bawah 5%. Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 22,13% (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 24,38% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio Non Performing Loans (NPLs) sebesar 2,68%. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 82,37% karena pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR TW I TW II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Total Aset (Triliun Rupiah) 262,29 276,41 287,12 299,63 311,21 330,24 350,68 Pertumbuhan (yoy %) 15,30 15,87 16,43 17,33 18,65 19,47 22,13 Pertumbuhan (qtq %) 2,71 5,38 3,88 4,36 3,86 6,11 6,19 Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) 218,52 228,35 235,87 252,42 256,99 266,63 278,40 Pertumbuhan (yoy %) 12,45 13,85 14,70 16,37 17,60 16,77 18,03 Pertumbuhan (qtq) 0,74 4,50 3,29 7,02 1,81 3,76 4,41 Kredit (Triliun Rupiah) 165,41 176,37 184,37 194,50 197,91 215,64 229,31 Pertumbuhan (yoy %) 22,05 19,71 20,45 22,07 19,65 22,26 24,38 Pertumbuhan (qtq) 3,81 6,63 4,53 5,49 1,75 8,96 6,34 LDR (%) 75,69 77,24 78,16 77,05 77,01 80,87 82,37 NPL (%) 3,41 3,59 3,50 2,92 3,00 2,77 2,68 Sistem pembayaran di Jawa Timur, baik tunai maupun non-tunai pada triwulan III - Sumber: Bank Indonesia, data diolah 2012 berjalan dengan baik sehingga dapat memperlancar dan memenuhi kebutuhan Sumber: Bank Indonesia, data diolah masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Hal tersebut tercermin antara lain melalui peningkatan Triwulan III

53 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN transaksi keuangan tunai dan non-tunai, perkembangan jumlah uang tidak layak edar serta jumlah temuan uang palsu di wilayah Jawa Timur PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Sejalan dengan kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR), kinerja Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan III-2012 tetap menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tersebut tercermin dari pertumbuhan total aset, DPK dan kredit (masing-masing sebesar 22,05%, 17,94% dan 24,49%) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan mencapai titik tertinggi selama tahun Peningkatan penyaluran kredit tersebut menyebabkan rasio LDR meningkat menjadi 85,07%, sementara rasio NPL dapat ditekan menjadi 2,64% atau turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,73%. Sumber: Bank Indonesia, data diolah Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 214,941, Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Juta Rupiah) 161,124, ,755, ,542, ,646, ,754, ,063, ,506, Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) 74.96% 76.46% 77.38% 76.35% 76.25% 80.10% 85.07% NPL (%) Secara umum, Bank Umum di Jawa Timur menunjukkan kinerja yang konsisten dan meningkat selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank %,yoy LDR Bank Umum (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III LDR total Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing %,yoy Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (diolah) Sumber : LBU BI (diolah) Triwulan III

54 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Meskipun cenderung berfluktuasi, namun tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode 2010 hingga triwulan III-2012 masih menunjukkan tren yang meningkat (grafik 3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh rata-rata pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada DPK, dimana pada triwulan III-2012 LDR tercatat mencapai 85,07%. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 100,96%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 84,49% dan Bank Swasta sebesar 65,82% (grafik 3.2). Terdapat pergeseran LDR dari bank pemerintah ke bank asing pada triwulan III-2012 walaupun secara nominal bank pemerintah tetap mendominasi penyaluran kredit. Hal ini menunjukkan bahwa bank asing juga mulai meningkatkan fungsi intermediasi pada masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 51,97%, Bank Swasta sebesar 42,14% dan sisanya adalah Bank Asing sebesar 5,89%. Terjadi penurunan tipis proporsi bank swasta dari periode sebelumnya yaitu 42,56% dan beralih kepada Bank Asing sehingga proporsi Bank Asing sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 5,46%. Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) %, yoy Aset Kredit DPK 14,00 %, qtq Aset Kredit DPK , , , , ,00-2,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (dioah) Sumber: LBU BI (diolah) ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset Bank Umum pada triwulan III-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya baik dari sisi nominal maupun pertumbuhan, yaitu tumbuh 22,05% atau meningkat sebesar Rp61,91 triliun (yoy). Pertumbuhan aset Bank Umum pada triwulan laporan ini tercatat cukup tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode-periode sebelumnya yaitu di kisaran 20%-25% (yoy) dan 6%- 10%% (qtq). Triwulan III

55 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tingginya pertumbuhan aset bank umum disebabkan karena bank mengalokasikan sumber dana yang diperolehnya pada aktiva produktif yang juga tumbuh secara signifikan. Komposisi terbesar penyaluran aktiva produktif Bank Umum adalah pada kredit (65,23%), disusul oleh penempatan pada bank lain (2,07%) dan penempatan pada Bank Indonesia (1,34%). Komposisi ini mendukung bank untuk mencapai kinerja yang optimal dan mendukung fungsi intermediasi perbankan. Sejalan dengan stabilnya inflasi dan tingginya pertumbuhan ekonomi, diharapkan akan semakin memacu pertumbuhan kinerja bank dalam meningkatkan aktiva produktifnya. Pada triwulan III-2012, penempatan pada Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain masing-masing tumbuh sebesar 15,89% dan 76,76% (yoy) atau 26,24% dan 13,87% (qtq). Tingginya pertumbuhan penempatan Bank Umum ini mengindikasikan beberapa hal antara lain masih terdapat idle fund dari penghimpunan DPK yang belum terserap dalam penyaluran kredit namun di lain sisi dapat diartikan pula sebagai peningkatan cadangan likuiditas bank untuk memenuhi pemenuhan Giro Wajib Minimum baik Primer maupun Sekunder serta untuk mengantisipasi penarikan dana. Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum Grafik 3.6 Proporsi Aktiva Produktif Nominal (Skala Kiri) Growth (Skala Kanan) 25,00 Kredit Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain Surat Berharga Juta Rupiah %yoy Miliyar , , , , Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (diolah) Sumber Bank Indonesia (diolah) DANA PIHAK KETIGA (DPK) Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) % DPK (yoy) DPK (qtq) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (diolah) Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan III-2012 tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif, yaitu tumbuh sebesar 17,94% (yoy) atau 4,35% (qtq) menjadi Rp273,66 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK menunjukkan tren peningkatan walaupun pernah melambat pada Tw II Triwulan III

56 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan DPK berfluktuasi dengan siklus yang hampir sama yaitu cenderung melambat setiap awal triwulan dan kembali meningkat pada triwulan selanjutnya. Dengan mempertimbangkan siklus musiman tersebut serta melihat prospek daya beli masyarakat yang masih meningkat, diprediksi sepanjang tahun 2012 pertumbuhan DPK masih tetap meningkat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh tabungan (44,91%), deposito (38,26%) dan giro (16,84%). Terdapat sedikit penurunan pada jenis simpanan deposito dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 39,09% menjadi 38,26%. Sementara dari pertumbuhannya, tabungan memberikan kontribusi terbesar dengan tumbuh sebesar 25,04% (yoy) disusul oleh giro (18,48%) dan deposito (10,37%). Secara bertahap, komposisi deposito mulai turun seiring dengan tren penurunan suku bunga deposito. Kebijakan dan kondisi makro juga memberikan ruang yang kondusif untuk mendukung penurunan komposisi dana mahal Bank Umum. Hal ini tercermin dari penetapan BI rate sebesar 5,75% dan suku bunga penjaminan LPS sebesar 5,5% yang direspon oleh Bank Umum dengan menurunkan suku bunga deposito sehingga pada Tw III-2012 mencapai titik terendahnya yaitu dengan rata-rata suku bunga deposito sebesar 5,17%. Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 %, yoy Giro Deposito Tabungan - (5,00) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (dioah) Triwulan III

57 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.10 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Milyar) Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) MilyarRupiah Giro Deposito Tabungan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III TABUNGAN 44% Tw II-2012 GIRO 17% DEPOSITO 39% TABUNGAN 45% Tw III-2012 GIRO 17% DEPOSITO 38% Sumber : LBU BI (diolah) Sumber : LBU BI (diolah) Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate Deposito LPS % Deposito BI Rate RpMiliyar % Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 7,5 7,0 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 4, Sumber Bank Indonesia (diolah) Diharapkan dengan adanya trend penurunan komposisi dan suku bunga deposito tersebut akan mampu mendorong Bank Umum untuk beroperasi dengan lebih efisien sehingga dapat memberikan suku bunga kredit yang kompetitif dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan serta sejalan dengan arah pertumbuhan perbankan nasional yaitu meningkatkan efisiensi perbankan KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp43,96 triliun atau tumbuh 24,49% (yoy) dan 6,40% (qtq). Walaupun mengalami penurunan pada periode ini (periode sebelumnya 8,98- qtq), namun dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif serta adanya perayaan Natal dan Tahun Baru maka kredit diprediksi tetap akan mengalami pertumbuhan sampai dengan akhir Triwulan III

58 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) Kredit Miliyar Rupiah (Skala Kiri) Growth % yoy (Skala Kanan) Kredit Miliyar Rupiah (Skala Kiri) Growth % qtq (Skala Kanan) , , , , ,00 MilyarRupiah 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 Thousands , , , , ,00 MilyarRupiah 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0, Sumber : LBU BI (diolah) Sumber : LBU BI (diolah) Berdasarkan jenisnya, kredit di Jawa Timur pada laporan masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp129,66 triliun atau sebesar 58,01% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit konsumsi sebesar Rp 62,64 triliun dengan proporsi 28,03% serta kredit investasi sebesar Rp 31,21 triliun dengan proporsi 13,96%. Pertumbuhan kredit tertinggi pada periode ini masih terjadi pada kredit investasi dengan pertumbuhan sebesar 35,59% (yoy) disusul kredit konsumsi sebesar 25,12% (meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22,39%) dan kredit modal kerja sebesar 21,79%. Terdapat trend peningkatan kredit konsumsi dan investasi serta perlambatan kredit modal kerja pada periode ini. Walaupun melambat, kredit modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur selama 3 tahun terakhir sehingga perbankan Jawa Timur masih turut berperan aktif dalam mendorong aktivitas dunia usaha melalui penyaluran kredit yang bersifat produktif. Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 51,97% disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,14% dan Bank Asing sebesar 5,89%. Terjadi pergeseran komposisi yang relatif kecil dari Bank Swasta ke Bank Asing seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit Bank Asing (yoy) yang mencapai 38,44% (periode sebelumnya sebesar 32,13%) dan turunnya pertumbuhan penyaluran kredit Bank Swasta yang pada periode ini mencapai 29,99% (periode sebelumnya sebesar 32,78%). Sementara Bank Pemerintah tetap mengalami pertumbuhan yang stabil di kisaran 15%-20%. Hal ini menunjukkan bank semakin meningkatkan fungsi intermediasinya dan adanya tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bank sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat. Triwulan III

59 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Tw III Tw III Tw II Tw I Tw IV Tw III Tw II Tw II Tw I Tw IV Tw III Tw II Tw I Tw I Sumber : LBU BI (diolah) 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sumber : LBU BI (diolah) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) Modal Kerja Investasi Konsumsi Modal Kerja Investasi Konsumsi 50,00 45,00 %, yoy 20,00 %, qtq 40,00 15,00 35,00 30,00 10,00 25,00 20,00 5,00 15,00 10,00 5,00 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0,00 (5,00) (10,00) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (dioah) Grafik 3.19 Sumber: LBU BI (diolah) 19 Proporsi Kredit Sektoral 0% 3% 1% 0% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN 28% 28% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR 4% 4% KONSTRUKSI 2% 1% 0% 0% 1% 0% 0% 0% 4% 1% 23% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI Sumber : LBU BI (diolah) PERANTARA KEUANGAN Triwulan III

60 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim, seperti sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,04% dan 23,07%. Sementara apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 101,94%, 74,09%, dan 63,55% (yoy). Grafik 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) Grafik 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate 120,00 100,00 80,00 60,00 %, yoy PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI 17,00 15,00 13,00 Investasi Konsumsi Modal kerja BI Rate (%) % 40,00 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 11,00 20,00 - (20,00) (40,00) (60,00) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (dioah) TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 9,00 7,00 5,00 Tw 1Tw II Tw III Sumber Bank Indonesia (diolah) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sementara itu, penyaluran kredit berdasarkan dati II (kab/kota) di Jawa Timur didominasi oleh kota Surabaya (56,54%), diikuti oleh kota Malang (8,51%), kota Kediri (4,97%), kab Jember (4,35%) dan kab Gresik (3,05%). Namun berdasarkan pertumbuhannya, secara tahunan pertumbuhan tertinggi terdapat di kab Kediri (83,63%), diikuti oleh kab Madiun (78,33%) dan kab Gresik (49,60%). Tabel 3.3 Penyaluran Kredit pada kab/kota Dominan di Jawa Timur Dati II Nominal Kredit (Triliun Rupiah) yoy (%) Pangsa Provinsi Jawa Timur Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Total % 100% 100% 100% Kab. Gresik % 3.05% 2.73% 3.05% Kab. Jember % 4.30% 4.27% 4.35% Kab. Malang % 0.30% 0.31% 0.31% Kab. Kediri % 0.17% 0.19% 0.17% Kab. Madiun % 0.04% 0.05% 0.05% Kota Surabaya % 55.82% 55.89% 56.54% Kota Malang % 8.60% 8.53% 8.51% Kota Kediri % 5.56% 5.65% 4.97% Sumber: Bank Indonesia, data diolah Triwulan III

61 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan peranan UMKM dalam mendukung perekonomian daerah, perbankan juga turut mengambil peranan dengan meningkatkan penyaluran kredit pada sektor tersebut. Peluang perbankan dalam pengembangan kredit UMKM masih terbuka lebar mengingat tingginya jumlah UMKM di Jawa Timur. Selain itu, berbagai fasilitas dan kebijakan yang disediakan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah seperti pembentukan PT. Jamkrida (lembaga penjaminan kredit daerah), penyaluran kredit linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM diharapkan mampu menjadi sweetener yang mendorong industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM. Walaupun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun secara bertahap kredit UMKM mengalami peningkatan yang konstan dan pada tahun 2012 berada pada kisaran Rp60-70 triliun (grafik 3.22). Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM Total Kredit Kredit U M K M MilyarRupiah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (diolah) Grafik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Tw III Tw II Tw I Tw IV Tw III Tw II Tw I % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Sumber : LBU BI (diolah) Pada Triwulan III-2012, penyaluran kredit UMKM 1 di Jawa Timur mencapai Rp63,65 triliun, tumbuh sebesar 3,85% (yoy) dan -7,58% (qtq) atau mengalami perlambatan dibandingkan Triwulan II-2012 yang tumbuh sebesar 16,58% (yoy) dan 8,95% (qtq). Perlambatan ini mengikuti nature UMKM (dimana pengajuan kredit murni digunakan sebagai modal kerja) sehingga siklus kredit mengikuti siklus usahanya. Walaupun mengalami 1 mengacu pada definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM Triwulan III

62 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN perlambatan namun diprediksi pada akhir tahun 2012 nominal kredit UMKM akan tetap tumbuh positif sejalan dengan kondusifnya perekonomian Jawa Timur. Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 55,67% dengan jumlah mencapai Rp 35,44 triliun, disusul oleh Bank Swasta dan Bank Asing masing-masing sebesar Rp27,02 triliun (42,45%) dan Rp1,19 miliar (1,87%). Terdapat pergeseran yang cukup besar terhadap komposisi penyaluran kredit UMKM dari Bank Pemerintah ke Bank Swasta dan Bank Asing dibandingkan Tw II-2012, yaitu yang semula hanya sebesar 40,18% (Bank Swasta) dan 1,60% (Bank Asing). Hal ini menunjukkan bahwa perbankan di Jawa Timur telah merespon kebijakan Pemerintah Daerah dan menjadikan UMKM sebagai salah satu pasar potensial RISIKO KREDIT Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.4 Perkembangan NPL per-kelompok Bank Kelompok Bank Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III NPL Bank Umum (%) 3,01 2,88 3,04 2,96 3,36 3,55 3,47 2,89 2,96 2,73 2,64 Bank Pemerintah 2,74 2,67 2,99 3,14 3,77 4,10 4,37 3,69 4,09 3,62 3,37 Bank Swasta 2,71 2,56 2,53 2,35 2,57 2,64 2,13 1,71 0,85 1,51 1,69 Bank Asing 6,64 6,57 7,11 5,55 5,18 4,88 4,46 4,18 8,40 3,87 3,05 Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan membaik dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 2,73% menjadi 2,64%. Turunnya NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah. Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi berada kelompok bank pemerintah yang mencapai 3,37%, disusul kemudian oleh kelompok bank swasta dan bank asing dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,69% dan 3,05%. Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 3,22%, disusul oleh kredit investasi sebesar 2,43% dan kredit konsumsi sebesar 1,55%. Peningkatan NPL terbesar berada pada jenis kredit investasi yaitu sebesar 12,18% (qtq) atau meningkat menjadi Rp758,83 milyar, sedangkan kredit modal kerja dan konsumsi hanya meningkat sebesar 1,70% dan 1,45%. Tingginya pertumbuhan NPL kredit investasi ini sejalan dengan tingginya penyaluran kredit investasi pada Tw III-2012 yang mencapai 8,56% (qtq). Hal ini didukung pula dengan nature kredit investasi yang umumnya merupakan kredit jangka panjang atau pembangunan proyek tertentu sehingga pembayaran Triwulan III

63 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN kredit bergantung pada penyelesaian termasuk proyek dan tidak dapat ditetapkan cash flow (aliran pendapatan) sebagaimana pada kredit modal kerja. Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi. Grafik 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 % NPL Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 5,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% NPL Bank Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi 4,00 % 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (diolah) Sumber : LBU BI (diolah) Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga akhir Triwulan III-2012 tertuju pada sektor Industri Pengolahan, sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,04%,28,03 dan 23,07%. Sektor ini juga merupakan sektor utama perekonomian di Jawa Timur sehingga perbankan telah bersinergi dalam mendukung perekonomian daerah. Grafik 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) INDUSTRI PENGOLAHAN Miliyar) PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KONSTRUKSI TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN - Sumber : LBU BI (diolah) Triwulan III

64 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sementara untuk 8 (delapan) sektor lainnya yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, listrik, gas dan air, jasa pendidikan, perikanan, badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya, administrasi pemerintahan, jasa perorangan yang melayani rumah tangga, serta sektor lain-lain, masing-masing hanya memiliki proporsi kurang dari 0,5%terhadap total penyaluran kredit. Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 101,94% (yoy), Pertanian, Perburuan dan Kehutanan sebesar 74,09%, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 53,14% (yoy). Sementara sektor usaha yang justru mengalami perlambatan adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, serta sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Pertumbuhan tertinggi ini umumnya terjadi pada sektor yang proporsinya terhadap total kredit relatif kecil. Sementara itu, 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur tumbuh secara konstan pada tingkat 25%-30%. Dengan demikian, pertumbuhan yang signifikan tersebut tidak akan mengganggu stabilitas kredit perbankan. Grafik 3.29 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) 120 JASA PERORANGAN YANG MELAYANI % RUMAH TANGGA PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM KONSTRUKSI JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL PERANTARA KEUANGAN 40 INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN JASA PENDIDIKAN PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA LISTRIK, GAS DAN AIR REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN PERIKANAN JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB -80 Sumber : LBU BI (diolah) Berdasarkan kualitasnya, NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan NPL sebesar 14%, disusul kemudian oleh sektor industri pengolahan dan sektor perikanan masing-masing sebesar 7,65% dan 7%. Tingginya NPL sejalan dengan tingginya komposisi penyaluran kredit utama perbankan. Sementara sektor utama lainnya yaitu perdagangan dan eceran hanya memiliki NPL sebesar 4% sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko pada sektor ini relatif lebih terkendali dibandingkan sektor utama lainnya. Triwulan III

65 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik NPL per Sektor Ekonomi LAIN LAIN PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2% 3% 6% 0% 3% 4% 5% 5% 0% 5% 3% 5% 0% 7% 7,65% 14% INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN 7% 4% 7% REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 3% ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 0% JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA Sumber : LBU BI (diolah) PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa selain sektor utama, kualitas kredit pada sektor lainnya relatif tersebar secara merata di bawah 4%. Jika di-manage dengan baik, maka sektor yang lain juga masih berpotensi untuk ditingkatkan dengan kualitas kredit yang terjaga RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 masih terjaga dengan baik. Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam melunasi kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya sebesar 6,40% atau mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,96%. Membaiknya cash ratio perbankan disebabkan peningkatan penempatan pada BI dan bank lain masing-masing sebesar 26,24% dan 13,87% (qtq) sehingga meningkatkan cadangan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek khususnya kepada pihak ketiga. Grafik Money Position Perbankan di Jawa Timur Kas Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain 38,84% 36,03% 25,13% Sumber : Bank Indonesia (diolah) Aktiva Lancar meningkat dari Rp16,28 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp18,23 triliun (11,95%-qtq). Komposisi aktiva lancar terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar Rp7,1 triliun, disusul kas dan penempatan pada Bank Indonesia masing masing sebesar Rp6,57 triliun dan Rp4,58 triliun. Sementara pasiva lancar sebesar Rp284,8 triliun dan didominasi oleh dana pihak ketiga. Triwulan III

66 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan III-2012, komposisi dana pihak ketiga di Jawa Timur terhadap giro, tabungan dan deposito masing-masing adalah 16,84%, 44,91% dan 38,26%. Perubahan yang tampak dibandingkan periode sebelumnya adalah adanya pergeseran dari deposito menjadi tabungan (proporsi tabungan dan deposito pada periode sebelumnya adalah 44,31% dan 39,09%). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi penempatan dana masyarakat pada instrument perbankan adalah pada tabungan. Tabungan memang tidak membebani perbankan namun memerlukan manajemen likuiditas yang lebih baik dan akurat karena tidak dapat diprediksi waktu penarikannya. Sedangkan deposito lebih bersifat manageable namun memerlukan persediaan atau cadangan likuiditas yang lebih besar khususnya untuk deposito berjangka pendek (1 bulan). Berdasarkan jangka waktunya, deposito jangka pendek masih menjadi pilihan sebagian besar nasabah perbankan. Hal ini tercermin dari komposisi deposito berjangka waktu 1 dan 3 bulan yang masing-masing sebesar 47% dan 33%. Hanya 7% deposito yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Sebagai akibatnya bank harus memiliki mitigasi yang tepat untuk memastikan kecukupan cadangan likuiditas terhadap pencairan deposito jangka pendek tersebut Grafik 3.32 Money Position Perbankan di Jawa Timur 1% 0% 0% 0% 6% 1 bulan 13% 3 bulan 47% 6 bulan 12 bulan 18 bulan 33% 24 bulan 36 bulan >36 bulan Sumber : LBU BI (dioah) Walaupun trend pertumbuhan dana pihak ketiga di Jawa Timur (yoy) masih didominasi oleh tabungan dan disusul oleh deposito namun perbankan diharapkan tetap menjaga asset and liability management (ALMA), melakukan pengendalian risiko likuiditas serta menjaga komposisi penghimpunan DPK sehingga dapat meminimalkan risiko likuiditas PERBANKAN SYARIAH Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di Provinsi Jawa Timur didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi pengembangan pasar perbankan syariah Triwulan III

67 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN di Jawa Timur. Selain itu, peningkatan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur juga dapat menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah. Grafik 3.33 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) Total Asset Pembiayaan DPK 30,00 % qtq 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber: LBU BI (diolah) Grafik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 % yoy Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber: LBU BI (diolah) Total Asset Pembiayaan DPK Secara umum, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan mencatat pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 36,71% (yoy) dan 7,22% (qtq) dari Rp 13,14 triliun pada Triwulan II-2012 menjadi Rp 14,10 triliun pada Triwulan III Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 36,87% (yoy) dan 7,22% (qtq), atau meningkat dari sebesar Rp 9,88 triliun menjadi Rp 10,59 triliun. Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang masing masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 90,47%, 95,45%, dan (4,82)%. Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah adalah 0,15% untuk giro, 6,90% untuk tabungan, dan 9,22% untuk deposito. Pada triwulan ini terjadi pergeseran bentuk simpanan dari deposito menjadi tabungan (sejalan dengan arah dan trend DPK pada Bank Umum) sehingga dapat mengurangi potensi risiko likuiditas akibat pencairan deposito jangka pendek. Triwulan III

68 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.35 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.36 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) -DEPOSITO 40,42% -GIRO 8,30% 140,00 120,00 100,00 80,00 % yoy Giro Tabungan Deposito -TABUNGAN 51,28% 60,00 40,00 20,00 0,00 (20,00) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber: LBU BI (diolah) Sumber: LBU BI (diolah) Selama Tw III-2012 penyaluran pembiayaan tumbuh 6,39% (qtq) atau 32,08% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 10,68 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi mulai menurun dan digantikan oleh modal kerja yang pada Triwulan ini mengambil proporsi terbesar dengan prosentase mencapai 42,54% dari total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Jawa Timur, disusul kemudian oleh pembiayaan konsumsi 39,79% dan pembiayaan investasi 17,68%. Grafik 3.37 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Grafik 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi 120,00 % yoy 100,00 80,00 -Konsumsi 39,79% -Modal Kerja 42,54% 60,00 40,00 20,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III -Investasi 17,68% Sumber: LBU BI (diolah) Sumber: LBU BI (diolah) Beralihnya komposisi terbesar penyaluran pembiayaan dari konsumsi ke modal kerja menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi (yoy) yang masing-masing tumbuh sebesar 43,32% dan 58,48% jauh di atas pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 14,07%. Dengan demikian, perbankan syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur. Triwulan III

69 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Kinerja penyaluran pembiayaan yang menggembirakan tersebut diiringi dengan kualitas pembiayaan yang terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,63%. Walaupun secara nominal dan rasio meningkat dibandingkan periode sebelumnya (dari Rp 143 milyar menjadi Rp 173 milyar) namun jumlah tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan pertumbuhan yang stabil di kisaran 95%-100%. Walaupun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya (dari 101,59% menjadi 100,80%), namun secara substansi perbankan syariah telah mampu mengoptimalkan penghimpunan dananya ke dalam sektorsektor yang produktif. Pertumbuhan rasio FDR ini diimbangi dengan terjaganya rasio NPF di bawah 2%. Grafik Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur 120,00 100,00 % FDR (%) NPF 1,80 1,60 1,40 80,00 1,20 60,00 1,00 0,80 40,00 0,60 20,00 0,40 0,20 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III - Sumber: LBU BI (diolah) BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada periode laporan tumbuh sebesar 25,75%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,33%. Peningkatan yang sama juga terjadi pada penghimpunan dana yaitu sebesar 23,45% lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar 17,74%. Sementara itu, Triwulan III

70 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN penyaluran kredit BPR tumbuh secara stabil yaitu dari 20,76% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 20,38% pada periode ini. Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur INDIKATOR BPR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy) 17,39 17,64 16,50 18,76 19,09 19,33 25,75 Pertumbuhan (qtq) 2,28 4,99 3,52 6,83 2,56 5,20 9,10 Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy) 15,80 15,02 14,53 15,19 16,72 17,74 23,45 Pertumbuhan (qtq) 2,02 4,07 3,04 5,29 3,38 4,98 8,04 Kredit (juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy) 13,68 14,20 15,46 16,88 20,34 20,67 20,38 Pertumbuhan (qtq) 3,22 7,83 4,45 0,54 6,28 8,12 4,20 LDR (%) 119,67% 115,49% 125,69% 120,01% 123,38% 127,08% 122,57% NPL (%) 4,99% 4,92% 4,77% 4,01% 4,29% 4,14% 4,24% Sumber: Bank Indonesia, data diolah Tingginya pertumbuhan aset tersebut dipicu oleh pertumbuhan DPK pada Triwulan III meningkat 8,04% (qtq). Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp4,74 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh tabungan yaitu meningkat sebesar Rp112,85 miliar atau tumbuh sebesar 8,34% (qtq) dan 27,61% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito meningkat sebesar Rp239,54 miliar atau tumbuh sebesar 7,90% (qtq) dan 21,67% (yoy), menjadi Rp3,27 triliun pada periode laporan. Stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga triwulan III-2012, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Walaupun BPR memiliki daya saing dalam penghimpunan dana karena pemberian suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum (komposisi deposito terhadap total penghimpunan dana sebesar 69,01%), namun secara bertahap juga mulai meningkatkan penghimpunan dana murah yang tercermin dari pertumbuhan tabungan yang melebihi pertumbuhan deposito selama tahun LPS juga secara bertahap menurunkan suku bunga penjaminannya sehingga menjadi acuan oleh BPR untuk menentukan komposisi pendanaan dan meningkatkan efisiensi. Triwulan III

71 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy) Grafik 3.41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - %,yoy Sumber Bank Indonesia (diolah) DPK DEPOSITO TABUNGAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III DPK Deposito Tabungan 14,00 %,qtq 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III (2,00) Sumber Bank Indonesia (diolah) Grafik 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-jenis Penggunaan (yoy) Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi 40,00 %, yoy 30,00 20,00 10,00 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III (10,00) Sumber Bank Indonesia (diolah) Pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja yang memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran kredit BPR (mencapai 65,12% dari total kredit) meningkat sebesar 17,42% (yoy) menjadi sebesar Rp3,78 triliun pada Triwulan III Sementara berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit investasi (dari 33,85% menjadi 41,99%) disusul oleh kredit konsumsi (dari 29,82% menjadi 24,86%). Pertumbuhan kredit BPR sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Timur yaitu didominasi oleh kredit investasi. Sedangkan untuk kredit konsumsi terdapat trend penurunan pertumbuhan kredit sehingga dapat disimpulkan bahwa BPR juga mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Triwulan III

72 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR Modal Kerja Investasi Konsumsi 128,00% 126,00% % LDR NPL Skala Kanan 6,00% 124,00% 5,00% 32% 122,00% 120,00% 4,00% 118,00% 3,00% 116,00% 65% 114,00% 112,00% 2,00% 1,00% 110,00% 3% 108,00% Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0,00% Sumber Bank Indonesia (diolah) Sumber Bank Indonesia (diolah) Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit selama 2 (dua) periode terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit menurun dari 127,08% (Triwulan II- 2011) menjadi 122,57% pada Triwulan III Tingginya pertumbuhan kredit tersebut didukung dengan terjaganya kualitas kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) selama 1 (satu) tahun terakhir berada di kisaran 4%-4,5% dan mencapai 4,24% pada Triwulan III Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR telah berjalan dengan cukup baik dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam menghadapi resiko kredit BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Kinerja 6 (enam) 2 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat dari 4,65% (qtq) pada Triwulan II- 2011, menjadi 10,15% (qtq) pada Triwulan III-2012 dengan nominal sebesar Rp 42,25 triliun. 2 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master. Triwulan III

73 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam Milyar Rupiah) INDIKATOR BANK kp TW I TW II Tw III Tw IV TW I TW II TW III Total Aset (Juta Rupiah) , , , , , , ,00 Pertumbuhan (yoy %) 10,83 14,55 21,53 24,33 36,85 29,30 35,28 Pertumbuhan (qtq %) 8,97 10,76 5,28 (2,16) 19,95 4,65 10,15 Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) , , , , , , ,00 Pertumbuhan (yoy %) 9,82 12,03 17,36 20,81 29,74 15,66 16,60 Pertumbuhan (qtq) 12,76 13,28 4,14 (9,18) 21,09 0,99 4,98 Kredit (Juta Rupiah) , , , , , , ,00 Pertumbuhan (yoy %) 30,09 30,38 28,20 24,70 22,19 21,83 18,26 Pertumbuhan (qtq) 4,93 8,83 7,41 1,67 2,82 8,51 4,27 LDR (%) 70,27% 67,51% 69,63% 77,95% 66,18% 71,11% 70,63% NPL (%) 0,82% 1,03% 1,30% 1,08% 1,40% 188,83% 200,74% Grafik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber- KP di Surabaya (yoy) Grafik 3.46 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 50,00 45,00 %, yoy Aset Kredit DPK 25,00 % qtq Aset Kredit DPK 40,00 20,00 35,00 15,00 30,00 25,00 10,00 20,00 5,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber: LBU BI (diolah) 0,00 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III (5,00) (10,00) (15,00) Sumber : LBU BI (diolah) Sumber utama pertumbuhan aset tersebut adalah peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini mencapai Rp27,93 triliun atau tumbuh sebesar 4,98% (qtq) meningkat dibandingkan Triwulan II-2012 yang hanya tumbuh sebesar 0,99% (qtq). Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas giro, tabungan dan deposito dengan proporsi masing-masing sebesar 37,17%, 25,17% dan 37,65%. Pertumbuhan terbesar DPK didominasi oleh peningkatan simpanan dalam bentuk deposito yang pada Triwulan III-2012 ini mencapai 23,32% (yoy). Berbeda dengan perbankan di Jawa Timur yang penghimpunan dananya didominasi oleh tabungan, sumber dana Bank Umum berkantor pusat di Surabaya didominasi oleh giro dan deposito. Hal ini karena volume usaha terbesar dimiliki oleh Bank Pembangunan Daerah dimana komposisi dana utamanya didominasi oleh giro Pemda. Ditambah lagi dengan nature 5 bank umum lainnya yang merupakan bank swasta skala kecil dan menengah dimana sumber pendanaan utama umumnya masih didominasi oleh deposito. Triwulan III

74 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya Grafik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 25% 38% Giro Deposito Tabungan 37% 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00) (15,00) (20,00) (25,00) (30,00) Giro Deposito Tabungan % qtq Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : LBU BI (diolah) Sumber : LBU BI (diolah) Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 18,26% (yoy) dan 4,27% (qtq), meningkat dari sebesar Rp18,92 triliun pada Triwulan II-2011 menjadi Rp 19,73 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 53,71%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 38,55% dan 7,73%. Terdapat trend peningkatan penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 11,50% (qtq) sedangkan kredit modal kerja dan investasi justru mengalami perlambatan masing-masing sebesar -0,21% dan -15,02%. Berdasarkan grafik 3.49 dapat dilihat bahwa trend pertumbuhan kredit modal memang berfluktuatif dan membentuk pola tertentu yaitu sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di awal tahun, namun masih memiliki trend meningkat. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi namun trend pertumbuhannya relatif turun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Grafik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Grafik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Modal Kerja Investasi Konsumsi 75,00 70,00 % qtq 65,00 60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III (10,00) (15,00) (20,00) Sumber : LBU BI (diolah) Modal Kerja Investasi Konsumsi 54% 38% 8% Sumber : LBU BI (diolah) Triwulan III

75 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsisten yaitu di kisaran 65%-70% dan mencapai nilai 70,63% pada Triwulan III PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran di Jawa Timur, baik tunai maupun non-tunai pada triwulan III berjalan dengan baik sehingga dapat memperlancar dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Hal tersebut tercermin antara lain melalui peningkatan transaksi keuangan tunai dan non-tunai, perkembangan jumlah uang tidak layak edar serta jumlah temuan uang palsu di wilayah Jawa Timur. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu: aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia ke perbankan dan aliran uang masuk (inflow) dari perbankan ke Bank Indonesia, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat. a. Aliran Uang Masuk/Keluar ( Inflow/Outflow) (Inflow/Outflow Hingga akhir Triwulan III-2012, aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow. Artinya, jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih kecil dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Namun demikian, besar net-inflow dimaksud lebih kecil apabila dibandingkan dengan net-inflow yang terjadi pada periode sebelumnya (triwulan II 2012). Triwulan III

76 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Keterangan dalam jutaan rupiah TW I Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III OUTFLOW , , , , , ,46 SURABAYA INFLOW , , , , , ,13 NET FLOW ,13 ( ,69) , , , ,67 OUTFLOW , , , , , ,06 KEDIRI INFLOW , , , , , ,59 NET FLOW ,53 ( ,00) ( ,58) , , ,47 OUTFLOW , , , , , ,00 MALANG INFLOW , , , , , ,86 NET FLOW , , , , , ,86 OUTFLOW , ,17 945, , , ,43 JEMBER INFLOW , , , , , ,02 NET FLOW ,17 ( ,77) 86, , , ,41 OUTFLOW , , , , , ,94 JAWA TIMUR INFLOW , , , , , ,60 NET FLOW ,57 ( ,93) , , , ,65 Keterangan : Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 607,2 miliar, lebih kecil 25,74% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 7,99 triliun. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan outflow sebesar 18,35% (qtq) sebagai dampak dari tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat pada saat bulan puasa dan lebaran yang jatuh pada Bulan Agustus Di lain pihak, inflow mengalami penurunan sebesar 25,74% (qtq) yang mengindikasikan tingginya peredaran uang di masyarakat pada periode laporan. Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) Dalam Juta Rupiah Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow JawaTimur ,00 OUTFLOW INFLOW ,00 NET FLOW , , , , , , , ,00 - TW I Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III - ( ,00) TW I Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III ( ,00) Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sumber : Bank IndonesiaSurabaya b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau rusak secara rutin, merupakan salah satu Triwulan III

77 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy). Selama Triwulan III-2012, tercatat sebesar Rp 292,44 miliar uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan dimusnahkan. Penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar yang tidak layak edar tersebut terkait dengan upaya Bank Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru. Gambar 3.52 PemusnahanUangTidakLayakEdar (PTTB) PTTB (Juta Rupiah) Rasio PTTB thd Inflow (%) , , , , , ,00 - TW I Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10, Sumber : Bank IndonesiaSurabaya TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Triwulan III

78 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Gambar 3.53 PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur Share Kliring Sharet RTGS 200,00 Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : Bank IndonesiaSurabaya a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement) Gambar 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur Volume Nominal (Rp Triliun) rhs Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III , , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0,000 Sumber : Bank Indonesia Surabaya Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak transaksi dengan nominal mencapai Rp 185,1 triliun, meningkat 1,28% (qtq) atau 23,97% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Triwulan III

79 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada Triwulan III 2012 transaksi outgoing maupun incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III Gambar Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw III Nilai (Miliar Rp) Volume Nilai (Miliar Rp) Volume SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU JEMBER 0 SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU JEMBER Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan III-2012 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) sebesar Rp 99,1 triliun dengan volume mencapai transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak transaksi dengan nilai mencapai Rp 130,89 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming meliputi Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Jember. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 457 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember. Triwulan III

80 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III ( Nominal dalam jutaan Rp ) WILAYAH PESERTA KLIRING PENYERAHAN KLIRING PENGEMBALIAN KLIRING LOKAL KLIRING JUMLAH JUMLAH PERIODE / TANGGAL DKE Nominal Lbr/DKE Nominal I. KBI : I.1 Bank Pemerintah I.2 Bank Asing I.3 Bank Campuran I.4 Bank Swasta Nasional I.5 Bank Pemb. Daerah I.6 Bank Syariah Jumlah I II. NON BI : II.1 PAMEKASAN II.2 BOJONEGORO II.3 JOMBANG II.4 TUBAN II.5 SUMENEP II.6 PASURUAN II.7 MOJOKERTO II.8 LAMONGAN Jumlah II JUMLAH I + II PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan Lembar Surabaya Malang Kediri Jember Nominal Jt Rp Surabaya Malang Kediri Jember Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Pada Triwulan III -2012, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat secara umum menunjukkan penurunan. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak lembar dalam berbagai pecahan Triwulan III

81 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN dengan nilai nominal sebesar Rp 491,601 juta. Dilihat dari jumlah lembar uang palsu yang ditemukan, pada periode ini terjadi penurunan sebesar -33,45% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak lembar dengan nilai nominal sebesar Rp 702,332 juta. Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) 14% 4% 1% 2% 0% 0% 0% 0% 0% 1% 0% 0% 0% 0% 8% 79% 91% Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan laporan didominasi oleh nominal Rp ,- dengan proporsi mencapai 79% (berdasarkan lembar) dan 91% (berdasarkan nominal). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur, baik lembar maupun nominal. Gambar 3.62 Statistik Uang Palsu yang Per Kota (lembar) Surabaya Malang Kediri Jember JATIM Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : Bank IndonesiaSurabaya Triwulan III

82 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku. Triwulan III

83 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

84 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) pada triwulan III tahun 2012 mencapai Rp14,73 triliun atau meningkat 48,66% dibandingkan anggaran Hingga triwulan III-2012, realisasi pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur telah mencapai 25,66% atau senilai Rp3,78 triliun. Sementara itu dari sisi pengeluaran Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar Rp15,15 triliun atau meningkat 42,60% dibandingkan anggaran 2011, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan III 2012 sebesar Rp3,46 triliun atau 22,86%. Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan, sementara itu pendapatan lain-lain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah REALISASI PENDAPATAN DAERAH Kinerja pendapatan daerah hingga triwulan III-2012 telah mencapai Rp3,78 triliun atau terealisasi sebesar 25,66% dari yang ditargetkan di tahun Kondisi ini cenderung menurun jika dibandingkan realisasi penerimaan pendapatan pada periode yang sama triwulan III tahun 2011 yang berhasil merealisasikan target pendapatan daerahnya sebesar 85,14% atau Rp8,43 triliun dari Rp9,91 triliun. Realisasi pendapatan daerah sebagian besar didominasi oleh pendapatan pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp2,04 triliun dan telah melebihi target yang direncanakan (27,27%), sedangkan sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan realisasi sebesar Rp680,75 miliar (terealisasi 24,44%) dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp690,03 miliar (terealisasi 24,01%). Triwulan III Tahun

85 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 (Rp juta) Anggaran Sebelum Realisasi s.d Tw III- No Uraian Perubahan Tahun Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Prvinsi Jawa Timur 2011 Timur 2011 Anggaran Sebelum Perubahan Tahun 2012 Realisasi s.d Tw III PENDAPATAN DAERAH 9,907,001,026, ,435,234,496, ,727,475,360, ,778,992,286, % 25.66% 4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 7,615,042,879, ,544,427,562, ,068,160,048, ,408,207,752, % 26.56% PAJAK DAERAH 6,120,000,000, ,350,896,204, ,502,400,000, ,045,847,863, % 27.27% RETRIBUSI DAERAH 56,357,559, ,239,192, ,663,970, ,404,948, % 18.12% HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH 315,158,897, ,089,986, ,317,073, ,073,286, % 1.90% LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,123,526,422, ,202,178, ,121,779,005, ,881,653, % 29.76% 4.2 DANA PERIMBANGAN 2,267,158,147, ,842,285,461, ,785,080,971, ,752,651, % 24.44% DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL 864,625,248, ,858,021, ,240,732,155, ,404,673, % 32.92% DANA ALOKASI UMUM 1,347,501,699, ,122,918,080, ,491,561,136, ,593,522, % 16.67% DANA ALOKASI KHUSUS 55,031,200, ,509,360, ,787,680, ,754,456, % 45.00% 4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG 24,800,000, ,521,473, ,874,234,340, ,031,882, % 24.01% PENDAPATAN HIBAH 24,800,000, ,161,121, ,300,000, ,095,077, % 43.33% DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI - 28,360,352, ,850,934,340, ,936,805, % 23.85% JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 9,907,001,026, ,435,234,496, ,727,475,360, ,778,992,286, % 25.66% % Tw III % Tw III REALISASI BELANJA DAERAH Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 direncanakan sebesar Rp.15,15 triliun atau naik 42,60% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya. No TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 (Rp juta) Uraian Anggaran Sebelum Perubahan Tahun 2011 Realisasi s.d Tw III Anggaran Sebelum Perubahan Tahun 2012 Realisasi s.d Tw III BELANJA TIDAK LANGSUNG 5,797,640,027, ,802,860,122, ,436,506,402, ,079,096,828, % 22.03% BELANJA PEGAWAI 1,497,004,813, ,045,919,269, ,668,623,319, ,230,773, % 23.99% BELANJA BUNGA 4,878,211, ,899,241, ,139,011, ,542, % 4.18% BELANJA HIBAH 974,301,072, ,531,368, ,895,673,765, ,737,663, % 21.58% BELANJA BANTUAN SOSIAL 87,714,900, ,087,350, ,358,000, ,042,902, % 25.65% BELANJA BAGI HASIL KEPADA 2,229,468,218, ,452,135,297, ,292,840,281, ,666,710, % 20.48% BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA 963,160,438, ,254,138, ,490,172,025, ,015,755, % 23.76% BELANJA TIDAK TERDUGA 41,112,373, ,033,457, ,700,000, ,146,480, % 11.89% 5.2 BELANJA LANGSUNG 4,828,721,359, ,559,540,880, ,717,182,698, ,385,476,893, % 24.23% BELANJA PEGAWAI 833,869,936, ,129,785, ,382,979, ,781,222, % 27.42% BELANJA BARANG DAN JASA 3,094,388,943, ,607,086,171, ,685,777,301, ,015,547, % 24.42% BELANJA MODAL 900,462,480, ,324,922, ,062,022,416, ,680,123, % 20.69% JUMLAH BELANJA DAERAH 10,626,361,387, ,362,401,002, ,153,689,100, ,464,573,722, % 22.86% % Tw III % Tw III Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur Sampai dengan akhir triwulan III-2012 realisasi belanja pada periode laporan tercatat sebesar Rp3,46 triliun atau 22,86%, menurun dibandingkan triwulan III-2011 yang berhasil terealisasi sebesar 59,87%. Sesuai dengan penggunaannya yang bersifat rutin, tercatat realisasi belanja terbesar adalah realisasi belanja hibah. Sementara itu,tingkat belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota masih menjadi faktor dominan selanjutnya. Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah provinsi Jawa Timur dalam peningkatan nilai bagi hasil kepada kabupaten/kota guna meningkatkan perekonomian di daerah. Jika dibandingkan Triwulan III Tahun

86 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja terendah terjadi pada belanja modal yang baru dibelanjakan sebesar Rp219 miliar atau 20,69% dari total rencana belanja di tahun Disamping itu, rendahnya realisasi belanja bantuan sosial kemungkinan disebabkan oleh pemberian bantuan sosial dilakukan secara selektif, tidak mengikat/terusmenerus dalam arti tidak harus diberikan setiap tahun anggaran serta pemberian bantuan tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan urgensinya bagi kepentingan daerah dan kemampuan keuangan daerah. Triwulan III Tahun

87 Bab 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

88 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pada triwulan III-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin dari kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan kembali menunjukkan perbaikan. Data ketenagakerjaan memperlihatkan bahwa kondisi pengangguran di Jawa Timur di triwulan III-2012 menurun dibandingkan triwulan III Meningkatnya aktivitas perekonomian pada sektor utama seperti sektor industri Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mendorong penyerapan tenaga kerja, hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Jawa Timur di triwulan III-2012 yang mengindikasikan peningkatan penggunaan tenaga kerja pada sektor utama. Sementara itu, kondisi kesejahteraaan masyarakat pedesaan juga menunjukan adanya peningkatan, tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) berada di atas level 100. Kenaikan Nilai Tukar Nelayan (NTN) disebabkan oleh lebih tingginya kenaikan indeks harga yang diterima oleh nelayan dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan. Demikian pula terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan yang didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan (Ib) KETENAGAKERJAAN Seiring dengan terus membaiknya perekonomian di Jawa Timur hingga akhir triwulan III-2012, indikator ketenagakerjaan menunjukkan adanya peningkatan. Meskipun berbagai permasalahan terkait ketidaksesuaian tenaga kerja masih terjadi, namun jumlah pengangguran pada triwulan III 2012 mengalami penurunan Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur relatif membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jatim per Agustus 2012 sebanyak 19,90 Juta orang, meningkat dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2011 (19,76 juta). Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio Triwulan III Tahun

89 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode laporan tercatat TPT mengalami penurunan dari 4,16% menjadi sebesar 4,12%. Di sisi lain, perbaikan perekonomian Jatim yang sedang berlangsung diyakini juga menjadi pendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 18,94 juta menjadi 19,08 juta jiwa. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur ( ) Kegiatan Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Total Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 71,39% 69,49% 69,55% 69,62% TPT (%) 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25% 4,18% 4,16% 4,14% 4,12% Sumber : BPS Jatim, (diolah) Gambar 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah) Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar di Jawa Timur pada triwulan laporan masih didominasi oleh ketiga sektor unggulannya yaitu pertanian dengan proporsi sebesar 39,30% yang diikuti oleh sektor perdagangan dengan proporsi sebesar 20,17% kemudian disusul oleh sektor industri yang menyerap sebesar 14,91% dari total tenaga kerja di Jawa Timur. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jawa Timur. Namun demikian penurunan sektor lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman dan industri diyakini akan berdampak pada penurunan tenaga kerja di sektor ini dan beralih pada sektor lainnya. Grafik 5.2 Grafik 5.3 Triwulan III Tahun

90 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Formal Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Informal Formal G Formal G Informal 13,58 13,76 14,10 14,12 14,11 13,26 12,84 12,84 12,86 12,63 5,29 5,12 5,02 5,19 5,50 5,44 5,70 6,11 6,15 6,45 Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug 16% 12% 8% 4% 0% -4% -8% -12% Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan 4,80 4,54 4,53 4,64 4,99 4,88 5,10 5,49 5,50 5,81 0,48 0,58 0,49 0,55 0,51 0,56 0,60 0,62 0,65 0,65 Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% Sumber: BPS Jawa Timur (diolah) Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah) Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri ,65 3,56 3,85 3,69 3,99 3,77 3,62 3,62 3,67 3,69 0,86 1,00 0,94 1,04 1,01 1,48 1,50 1,57 1,51 0,91 1,46 1,05 1,05 1,13 1,47 1,19 1,43 1,43 1,41 1,39 4,26 4,25 4,34 4,46 4,36 4,10 3,85 3,85 3,99 3,61 3,33 3,45 3,40 3,42 3,29 3,02 2,89 2,89 2,67 2,76 Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah) Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal. Komposisi terbesar pada kelompok pekerja tak dibayar dan posisi berikutnya diduduki oleh kelompok berusaha dibantu buruh. Hal ini menunjukan pada sektor tertentu, dominasi pekerja sosial yang mengalami kecederungan sulit lepas dari kondisi kemiskinan semakin meningkat. Kualitas komposisi tenaga kerja ini secara langsung menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang sebagian besar tinggal di pedesaan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan imbalan upah yang memadai. Namun demikian selama tiga tahun terakhir, tercatat jumlah pekerja di sektor informal semakin menurun dan bergeser pada sektor formal. Dikarenakan sektor informal belum didukung oleh adanya sumber dana yang kuat serta keterbatasan kemampuan sumber daya manusia yang ada, sehingga pertumbuhannya lambat bahkan tidak bisa bertahan lama. Triwulan III Tahun

91 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal sedikit mengalami peningkatan, dengan didominiasi oleh tenaga buruh/ karyawan yang mencapai 89,99% dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya merupakan tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap (wirausaha) Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur yang menunjukkan peningkatan. Tercatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 2,7% melambat dibanding periode sebelumnya. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan penyumbang terbesar peningkatan penggunaan tenaga kerja 7,3% (SBT) selama periode laporan. Pada triwulan yang akan datang diperkirakan, pelaku kegiatan usaha masih optimis akan terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja. Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur SEKTOR I II III IV I II III REALISASI PERTANIAN 2,89-0,79-0,82-0,94 1,54-0,62-0,39 PERTAMBANGAN 0,00 0,04-0,94 0,04 0,03-0,21-0,21 INDUSTRI PENGOLAHAN -3,18-0,46-1,66 0,28-3,50 3,44-1,69 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,07 0,61-0,08-0,05-0,77-0,82-0,03 BANGUNAN 1,64 1,32-0,37 0,35 0,26 0,49 0,00 PHR -0,58 1,65 0,63-1,38 3,23 3,67 7,30 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0,60-0,54 0,19 0,33-1,52 0,46-1,93 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 2,13 1,72 1,67 1,36 0,32 0,71-0,21 JASA - JASA 0,79 0,90 0,84 0,00-0,42 0,42-1,82 TOTAL 3,16 4,44-0,54-0,02-0,83 7,54 2,70 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah) Triwulan III Tahun

92 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 10,00 8,00 %, SBT TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PHR 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00 I II III IV I II III IV I II III IV* ,00 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah) 5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan III menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini didorong oleh peningkatan terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 102,80. Disamping itu Nilai Tukar Nelayan (NTN) relatif naik dibandingkan pada triwulan II sebesar 152, Kesejahteraan Petani Sampai dengan akhir triwulan III-2012, indikator kesejahteraan petani di Jawa Timur yang tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. NTP Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar 102,80 atau meningkat 1,22% (qtq) dibandingkan triwulan II yang tercatat sebesar 101,56. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan indikator kesejahteraan nasional, NTP Jawa Timur masih berada di bawah level NTP Nasional yaitu sebesar 105,41. Peningkatan NTP Jawa Timur didorong oleh indeks harga yang diterima petani (lt) lebih tinggi yaitu sebesar 2,45 (qtq) dibandingkan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (lb) jauh lebih kecil yaitu sebesar 1,22 (qtq). Peningkatan indeks harga yang diterima petani (lt) disebabkan oleh kenaikan (lt) 2 (dua) sub sektor pertanian yaitu Sub Sektor Tanaman Pangan dan Sub Sektor Peternakan. Sementara Sub Sektor Hortikultura, Sub sektor Perikanan dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Triwulan III Tahun

93 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Gambar 5.6 NTP Nasional & Jawa Timur Gambar 5.7 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) NTP Nasional NTP Jawa Timur Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim 5% 4% 3% 2% 1% 0% % % % I II III IV I II III IV I II III IV I II III -4% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber: BPS Jawa Timur Gambar 5.8 It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Gambar 5.9 Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim It Nasional It Jawa Timur g It Nasional g It Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0, Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0, Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) Kesejahteraan Nelayan Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur pada triwulan III-2012 menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari nilai NTN yang tercatat sebesar 152,92 meningkat 1,05 (qtq) dibandingkan dengan triwulan II yang tercatat sebesar 151,32. Jika dibandingkan dengan NTN nasional, kondisi kesejahteraan nelayan di Jawa Timur cenderung berada diatas level nasional. Mengingat nilainya yang selalu berada diatas level 100, kesejahteraan nelayan di Jatim dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan kesejahteraan petani. Biaya operasional yang relatif lebih rendah, serta faktor risiko kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian menjadi salah satu penyebab tingginya nilai NTN dibandingkan NTP. Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan tenggiri, ikan tongkol dan udang barong. Sedangkan kenaikan indeks Triwulan III Tahun

94 BAB V KESEJAHTERAAN MASYARAKAT harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,12 persen. Gambar 5.10 Gambar 5.11 NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) NTN Nasional NTN Jawa Timur I II III IV I II III IV I II III IV I II III Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah) Triwulan III Tahun

95 Bab 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR) Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN 2011 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.5 SURABAYA Telp. : 0313520011 psw. 129/128 Fax : 0313554178

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN I 0 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 000 psw. / Fax : 0 Email : kke_sby@bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 00 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No. SURABAYA Telp. : 0-00 psw. / Fax : 0- Email : hendik_s@bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA i Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci