KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211

2 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 8234 Tel. (361) Fax. (361)

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III-211. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern (external stakeholders) akan informasi perkembangan ekonomi, serta perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah mempunyai posisi dan peran yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana kajian yang berada di tangan Saudara. Melalui diseminasi ini diharapkan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas kepada stakeholders. Masing-masing pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas analisis kajian. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, November 211 BANK INDONESIA DENPASAR Jeffrey Kairupan Pemimpin 1

4 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 2 DAFTAR GRAFIK 4 DAFTAR TABEL 6 DAFTAR BOKS 6 Tabel Indikator Ekonomi 7 Ringkasan Umum 9 BAB 1. EKONOMI MAKRO REGIONAL SISI PENAWARAN Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pertanian Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Jasa-jasa Sektor Industri Pengolahan Sektor Lainnya SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor 25 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI KONDISI UMUM INFLASI BULANAN M-T-M DISAGREGASI INFLASI 41 BAB 3. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Kondisi Umum Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Penghimpunan Dana Penyaluran Kredit Non Performing Loan (NPL) PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 49 2

5 Halaman 3.3 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Palsu Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Kliring Lokal Real Time Gross Settlement (RTGS) Uang Palsu 59 BAB 4. KEUANGAN PEMERINTAH REALISASI PENDAPATAN REALISASI BELANJA 62 BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN PERKEMBANGAN NTP PROVINSI BALI PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN 66 BAB 6. PROSPEK PEREKONOMIAN MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV INFLASI REGIONAL TRIWULAN IV

6 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.1. Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali 14 Grafik 1.2. Kunjungan Wisman ke Bali 14 Grafik 1.3. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel 15 Grafik 1.4. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 15 Grafik 1.5. Penerimaan Visa on Arrival 16 Grafik 1.6. Transaksi Valas di 15 PVA di Bali 16 Grafik 1.7. Kredit Sektor Pertanian 17 Grafik 1.8. Jumlah Penumpang Pesawat 18 Grafik 1.9. Jumlah Penumpang Laut 18 Grafik 1.1. Kredit Sektor Jasa 18 Grafik Perkembangan Industri Besar dan Sedang 19 Grafik Nilai Ekspor Makanan dan Minuman 19 Grafik Nilai Ekspor Tekstil 2 Grafik Kredit Sektor Industri 2 Grafik Kredit Bank Umum 21 Grafik Kredit Bank Perkreditan Rakyat 21 Grafik Indeks Harga Properti Residensial 21 Grafik Konsumsi Semen 21 Grafik Kredit Sektor Bangunan 22 Grafik 1.2. Konsumsi Listrik di Bali 22 Grafik Jumlah Pelanggan Listrik 22 Grafik Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air 23 Grafik Indeks Keyakinan Konsumen 24 Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 24 Grafik Nilai Tukar Petani 24 Grafik Kredit Konsumsi 24 Grafik Impor Barang Modal 25 Grafik Kredit Investasi 25 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali 26 Grafik 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Bali 26 Grafik Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali 26 Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali 27 Grafik Negara Pembeli Utama Ekspor Bali 27 Grafik Perkembangan Nilai Impor Bali 28 4

7 Halaman Grafik Perkembangan Volume Impor Bali 28 Grafik Pangsa Impor Provinsi Bali Berdasarkan Negara Asal 28 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar 34 Grafik 2.2. Perubahan Harga Komoditas Pangan 34 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beras Premium 34 Grafik 2.4. Perkembangan Harga Emas 35 Grafik 2.5. Jumlah Penumpang Udara 35 Grafik 2.6. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Juli Grafik 2.7. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Agustus Grafik 2.8. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) September Grafik 2.9. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 4 Grafik 2.1. Disagregasi Inflasi (%y-o-y) 41 Grafik Disagregasi Inflasi (%m-t-m) 41 Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit 44 Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank 44 Grafik 3.3. Perkembangan LDR Bank Umum 44 Grafik 3.4. Komposisi DPK Bank Umum 45 Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK 45 Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Perbankan 46 Grafik 3.7. Komposisi Kredit 46 Grafik 3.8. Kredit Berdasarkan Sektor 47 Grafik 3.9. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR 5 Grafik 3.1. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit 5 Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali 52 Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 52 Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB 53 Grafik Perkembangan Kliring 55 Grafik Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong 55 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS From 56 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS To 56 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS From - To 56 Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Bali Grafik 4.2. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional Grafik 5.2. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 66 5

8 Halaman Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 72 Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha 72 Grafik 6.3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Triwulan IV Grafik 6.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 74 Grafik 6.5. Ekspektasi Harga oleh Pedagang 74 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, (% y-o-y) 13 Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija per subround di Bali, Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 33 Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang 37 Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) 44 Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor 47 Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 49 Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 52 Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali 54 Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS di Bali 55 Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali 63 DAFTAR BOKS Halaman Boks A. Bajir di Thailand membawa Berkah? 29 Boks B. Optimisme Pengembangan Pariwisata di Bali 32 Boks C. Sektor Unggulan Bali menurut Perbankan 57 Boks D. PT. Jamkrida Bali Mandara : Oase di Tengah Kegalauan 59 Boks E. Peran Industri Pariwisata Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat 68 6

9 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali I. PDRB DAN INFLASI Indikator I II III IV I II III IV I II III EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Sektor : - Pertanian Pertambangan dan Penggalian (3.66) Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Persewaan 2.58 (.47) Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan : - Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi/PMTB Ekspor Impor Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Denpasar Laju Inflasi Denpasar (% yoy)

10 s II. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III IV I II III PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) NPL gross (%) BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Rasio NPL gross (%) LDR (%) SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) ,397 1,299 2,347 Outflow (Rp Triliun) ,221 1, ,23 1,815 1,631 1,111 2,166 3,92 RTGS RTGS From : Nominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 13,5 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 2,341 23,92 25,17 Volume Transaksi RTGS From (Lembar) 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,42 16,239 19,49 15,626 15,789 17,76 RTGS To : Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 7,473 8,354 7,557 9,57 8,198 9,378 1,976 11,222 11,27 12,553 11,241 Volume Transaksi RTGS To (Lembar) 11,815 14,238 14,65 16,964 16,122 17,57 19,362 2,89 18,347 18,257 19,334 RTGS From-To : Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 2,37 2,681 2,8 3,64 2,845 2,95 3,278 3,547 3,357 3,411 3,429 Volume Transaksi RTGS To (Lembar) 3,119 3,775 3,457 4,16 4,48 4,216 4,424 4,74 4,751 4,468 4,686 Kliring : Nominal Kliring (Milyar Rp) 4,959 6,291 6,775 7,137 7,46 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 8,879 Volume Kliring (Ribu Lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Milyar Rp) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lemba 7,344 7,48 7,455 7,284 7,19 7,54 7,168 7,484 8,125 7,28 8,286 8

11 Ringkasan Umum EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Bali pada triwulan III-211 tumbuh sebesar 6,42% (y-o-y). Sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi penawaran. Konsumsi dan investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi permintaan Perekonomian Bali di triwulan III-211 mengalami percepatan pertumbuhan, dari sebesar 6,42% (y-o-y) di triwulan II-211 menjadi 6,54%(y-o-y). Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif pada triwulan III-211, dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di triwulan III-211 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor PHR sebagai sektor dominan dalam struktur ekonomi Bali masih memberikan andil terbesar di triwulan III, diikuti oleh sektor jasa dan pengangkutan. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih memberikan share dan sumbangan (andil) terbesar di triwulan III, meskipun andilnya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Kegiatan konsumsi di triwulan III diantaranya dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari raya keagamaan, libur nasional dan pergantian tahun ajaran baru anak sekolah dan universitas yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di triwulan III. Pertumbuhan investasi di triwulan III-211 juga masih kuat dan memberikan andil cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Masih baiknya prospek perekonomian kedepan menjadi faktor utama optimisme pelaku usaha mengenai kondisi perekonomian kedepan PERKEMBANGAN INFLASI Tekanan inflasi masih bertahan pada level yang rendah, dengan penahan utama pada ksub kelompok bumbubumbuan Berdasarkan disagregasinya, volatile food masih terus mengalami perlambatan Sepanjang triwulan III-211 tekanan Inflasi Kota Denpasar masih bertahan pada level yang rendah sebesar,81% (q-t-q), mendekati level inflasi triwulan sebelumnya sebesar,82% (q-t-q). Penahan laju inflasi pada triwulan III masih terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan, sedangkan sumber tekanan inflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Secara tahunan, inflasi tahunan tercatat sebesar 4,39% (y-o-y), terendah dalam satu tahun terakhir, jauh di bawah inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,45% (y-o-y). Meskipun melemah, inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang sama yang mencapai 4,61% (y-o-y). Berdasarkan disagregasinya, komoditas volatile food terus mengalami perlambatan laju inflasi, walaupun memberikan tekanan yang terbesar pada triwulan III-211. Hal yang sama juga terjadi untuk komoditas administered price dan komoditas inti / core yang cenderung mengalami pelambatan laju inflasi. 9

12 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankanterus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan perekonomian yang lebih cepat Sistem pembayaran tunai di Bali mengalami net outflow dengan peningkatan transaksi signifikan Dari sisi non tunai, RTGS dan kliring juga mengalami peningkatan transaksi Kinerja perbankan sampai dengan triwulan III-211 secara konsisten mengalami peningkatan. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang cukup besar, baik dari sisi aset, pengerahan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan. Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan ekspansi kredit menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik. Seiring dengan peningkatan kinerja, tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali mampu bertahan pada kisaran 68,22%, menunjukkan pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang berjalan dengan baik. Sementara itu dari perkembangan sistem pembayaran, transaksi pembayaran tunai mengalami net outflow, dengan peningkatan transaksi relatif signifikan di masing-masing jenis transaksi. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai untuk transaksi di masyarakat seiring maraknya hari raya keagamaan, tahun ajaran baru bagi sekolah dan universitas, serta masa puncak kunjungan wisatawan (Juli September). Dari sisi pembayaran non tunai baik menggunakan kliring maupun RTGS juga mengalami peningkatan di triwulan III-211. Peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi berjumlah besar di masyarakat, yang diperkirakan turut dipengaruhi oleh mulai direalisasikannya sejumlah proyek pemerintah dan swasta. KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan mencapai 76,54% terutama disumbang oleh pajak daerah. Sementara itu realisasi belanja baru sebesar 41,28% Pada tahun anggaran 211, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14 triliun meningkat 1,57% dibandingkan anggaran 21 Perubahan. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 211 mencapai 76,54%, terutama bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,1% dan 33,89%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 211 sebesar Rp 2,48 triliun meningkat 4,1% dibandingkan anggaran 21 Perubahan. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III 211 sebesar 41,28%. Realisasi belanja daerah yang paling jauh dengan target adalah belanja modal dan belanja bantuan sosial dengan pencapaian masing-masing sebesar 16,33% dan 32,1%. 1

13 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN NTP yang menggambarkan kesejahteraan petani mengalami penurunan Tingkat pengangguran juga mengaami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan III 211 mengalami penurunan,19% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu,4% (m-t-m) pada akhir triwulan III 211 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,29% (m-t-m). Dari sisi ketenagakerjaan, angka pengangguran di Provinsi Bali Agustus 211 sebesar 2,32% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,6%. PROSPEK PEREKONOMIAN Prospek perekonomian di akhir tahun 211 diwarnai optimism bahwa perekonomian Bali masih mampu tumbuh tinggi. Tekanan inflasi diperkirakanakan menurun akibat base effect serta stabilnya pasokan Prospek perekonomian di akhir tahun 211 diwarnai oleh optimisme bahwa perekonomian Bali masih mampu tumbuh tinggi di triwulan IV-211. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-211 diperkirakan berada di kisaran 6,25% - 6,75% (y-o-y), dan dengan perkiraan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 6,15% - 6,65% (y-o-y). Di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih akan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan IV-211, diikuti sektor jasa dan sektor pengangkutan dan transportasi. Sementara itu di sisi penawaran, perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi (terutama konsumsi rumah tangga), yang didorong oleh tingginya aktivitas perekonomian di akhir tahun. Di sisi pergerakan harga, laju inflasi pada triwulan IV-211 diperkirakan masih relatif terjaga dengan perkiraan inflasi berada di kisaran 4,5 ± 1% (y-o-y). Selain akibat base effect inflasi, pasokan diperkirakan masih relatif stabil meskipun tekanan volatile food akan sedikit meningkat terutama di beberapa komoditas bahan makanan. Namun perlu diwaspadai faktor ekspektasi inflasi kedepan yang meningkat. 11

14 Halaman ini sengaja dikosongkan 12

15 Bab 1 Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mengalami percepatan di triwulan III-211, dengan angka pertumbuhan mencapai 6,54% (y-o-y). Di sisi penawaran, sektor utama Bali yaitu sektor PHR masih memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali yang utamanya didorong oleh kinerja industri pariwisata yang meningkat sehubungan dengan puncak kunjungan wisatawan pada periode Juli September 211. Sejalan dengan pertumbuhan di sektor PHR, sektor pengangkutan dan komunikasi juga memberikan andil besar bagi pertumbuhan ekonomi Bali. Sementara itu di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan III SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif pada triwulan III-211, dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di triwulan III-211 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor jasa merupakan sektor yang memiliki angka pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-211, yakni sebesar 1,54% (y-o-y), dengan andil terhadap perekonomian Bali sangat kecil, yakni sebesar,14%. Sementara itu sektor utama dalam perekonomian Bali, yaitu sektor PHR mampu mencatatkan pertumbuhan tinggi pada triwulan III-211, yakni sebesar 8,59% (y-o-y). Kondisi tersebut mengakibatkan sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan III, dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 2,76%. Selain PHR, Sektor lain yang memberikan andil tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-211 adalah sektor jasa dan pengangkutan, dengan andil masing-masing mencapai 1,46% dan,78%. Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, (% y-o-y) Sektor Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Pertambangan (3.66) Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdg, Hotel & Rest Pengangkutan & Kom Keuangan & Persewaan 2.58 (.47) Jasa-Jasa PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 13

16 Jika dilihat dari kontribusi (share) masing-masing sektor terhadap perekonomian Bali, sektor PHR memang memiliki kontribusi terbesar dengan share mencapai 32,74%. Dominasi tersebut diikuti sektor pertanian dengan share 18,82%, serta sektor jasa-jasa sebesar 14,34%. Share ketiganya adalah sebesar 65,9% terhadap pembentukan PDRB di sisi penawaran. Grafik 1.1 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali Keuangan 7% Pengangkutan 11% Jasa 14% PHR 33% Pertanian 19% Pertambangan 1% Industri 1% LGA 1% Bangunan 4% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan masih tumbuh tinggi pada triwulan III-211, walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan di sektor ini sebesar 8,59% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan II-211 yang mencapai 9,4% (y-o-y). Peningkatan kinerja sektor PHR terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel yang keduanya memberikan sumbangan 2,4% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III-211. Kondisi tersebut terjadi seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan pariwisata yang merupakan ujung tombak ekonomi Bali. Grafik 1.2 Aktivitas pariwisata yang terus meningkat Kunjungan Wisman ke Bali diindikasikan oleh jumlah kunjungan wisman ke orang % y-o-y Bali yang juga terus meningkat. Jumlah kunjungan Jumlah Wisman 8 g Jumlah Wisman (RHS) sepanjang triwulan III-211 sebanyak , 6 orang, atau meningkat 9,42% (y-o-y). Secara 4 6, kumulatif mulai Januari hingga Sepember 211, 2 jumlah kunjungan mencapai orang, 4, atau meningkat 1,36% dibanding periode yang 2, -2 sama tahun 21. Jumlah kunjungan ke Bali -4 tersebut mendominasi keseluruhan jumlah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III kunjungan wisman ke Indonesia dengan share sebesar 36,97%. Dominasi tersebut diikuti pintu masuk melalui Soekarno Hatta sebesar 25,36%. Hal tersebut semakin memperkuat posisi Bali sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Indonesia. Tidak hanya wisatawan mancanegara, wisatawan domestik yang datang ke Bali pun diperkirakan juga terus meningkat. Musim libur sekolah pada Juli serta perayaan hari raya Idul Fitri di awal September yang diikuti dengan penetapan cuti bersama oleh pemerintah diperkirakan mempengaruhi perilaku wisatawan domestik untuk berlibur ke Bali. 1,, Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah 14

17 Meningkatnya jumlah wisman yang datang ke Bali mengakibatkan rata-rata tingkat penghunian kamar juga mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Rata-rata tingkat penghunian kamar hotel bintang untuk triwulan III-211 sebesar 66,48% dengan rata-rata masa tinggal 3,47 hari. Jumlah tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 65,8% dengan rata-rata masa tinggal 3,45 hari. Sementara itu untuk hotel non bintang, rata-rata tingkat penghunian kamar pada triwulan III-211 adalah sebesar 39,6% dengan rata-rata lama tinggal 2,56 hari, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 33,53% dengan rata-rata lama tinggal2,47 hari. Grafik 1.3 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel TPK Bintang (LHS) % Hari TPK Non Bintang (LHS) 9 Rata-rata menginap Bintang (RHS) 5 8 Rata-rata menginap Non Bintang (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Germany 4% South of Korea 4% Grafik 1.4 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali UK 4% Taiwan 5% Other Nationality 27% Malaysia 5% Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali France 5% Australia 3% PRC 9% Japan 7% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Sepanjang triwulan III-211, kunjungan wisman jika di breakdown berdasarkan asal negaranya didominasi oleh wisman asal Australia (3,9%), diikuti China (9,33%), Jepang (6,81%), Prancis (5,37%) dan Malaysia (4,87%). Dominasi wisman asal Australia tersebut meningkat cukup pesat dengan kontribusi yang juga semakin meningkat dari waktu ke waktu. Selain diakibatkan oleh dekatnya jarak dan kemudahan transportasi antara Bali dan Australia, meningkatnya jumlah kunjungan wisman asal Australia juga diakibatkan oleh masih positifnya perekonomian di negara tersebut. Tren menguatnya dólar Australia juga menjadi insentif tambahan bagi wisawatan untuk melakukan perjalanan wisata. Prompt indicator lain seperti Visa on Arrival (VoA) juga mengindikasikan pertumbuhan di sector PHR. Penerimaan VoA pada triwulan III-211 sebesar 16,44 juta dólar AS, atau meningkat 6,72% (y-o-y) dibanding penerimaan periode yang sama tahun 21 yang mencapai 15,4 juta dólar AS. Trnsaksi valas di 15 authorized Money changer di Bali juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,9% (y-o-y), dengan jumlah transaksi pada triwulan III-211 tercatat sebesar 177,82 juta dólar AS. 15

18 ribu USD 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 1.5 Penerimaan Visa on Arrival Penerimaan VoA g Penerimaan Voa I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia % y-o-y Juta USD Grafik 1.6 Transaksi Valas di 15 PVA di Bali Transaksi Valas (Juta USD) growth valas (% yoy) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III Sumber : 15 Pedagang Valuta Asing di Bali % y-o-y Namun industri pariwisata sebagai pendorong utama sektor PHR masih menemui kendala, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur publik misalnya dalam bentuk jalan raya, bandara, dsb. Keterbatasan penyediaan infrastruktur tersebut mengakibatkan beberapa masalah bagi pariwisata Bali, yaitu kemacetan dan keterbatasan kapasitas bandara yang membayangi perkembangan industri pariwisata di Bali dan menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan di sektor PHR. Selain penyediaan infrastruktur, masalah keamanan juga menjadi perhatian penting bagi perkembangan sektor ini, mengingat industri pariwisata sangat sensitif dengan isu keamanan Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian mengalami percepatan pertumbuhan di triwulan III-211, dengan angka pertumbuhan mencapai 2,75% (y-o-y). Realisasi tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,5% (y-o-y). Meningkatnya kinerja sektor pertanian terutama didorong oleh pertumbuhan di subsektor tanaman bahan makanan yang meningkat dari 2,2% (y-o-y) pada triwulan II menjadi sebesar 6,34% (y-o-y) pada triwulan III-211. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III BPS Provinsi Bali, luas panen dan produksi padi meningkat pada subround II-211 (periode Mei Agustus 211), walaupun dalam level yang rendah. Produksi padi di subround II mencapai 246,57 ribu ton, atau meningkat,6% dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu. Luas panen juga meningkat,89% (y-o-y) dengan luas mencapai 46,2 ribu ha. Peningkatan produksi komoditas pertanian tersebut mengakibatkan kinerja sektor pertanian masih positif sepanjang triwulan III

19 Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija per subround di Bali, Jan - April Mei - Agustus Sep - Des Jan - Des Komoditas/tahun L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) Padi ARAM III , ,839 46,16 246,571 49,87 287, ,95 852,163 ATAP 21 51,459 37,328 45,69 245,13 55, ,73 152,19 869,16 Jagung ARAM III ,576 45,381 1,199 4,921 2,754 13,993 22,529 64,295 ATAP 21 22,629 49,852 1,913 5,728 2,164 1,775 26,76 66,354 Kedelai ARAM III ,94 2,48 3,62 3,828 5,691 6,827 ATAP ,124 2,362 2,355 1,565 2,75 4,827 5,555 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Sementara itu subsektor lainnya, seperti subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan justru mengalami kontraksi pertumbuhan di triwulan III-211 masing-masing sebesar,62% dan 1,86%. Hal tersebut diakibatkan oleh permasalahan musim yang mengakibatkan kurang maksimalnya panen pada triwulan III. Prompt indicator berupa rata-rata nilai tukar petani pada triwulan III-211 tercatat sebesar 16,68, sedikit menurun dari rata-rata NTB triwulan sebelumnya yang mencapai 16,8. Kondisi tersebut mengindikasikan meningkatnya indeks yang dibayar petani (Ib) dibandingkan indeks yang diterima petani (It). miliar Rp Grafik 1.7 Kredit Sektor Pertanian Kredit Sektor Pertanian g Kredit Sektor Pertanian I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % y-o-y Prompt indicator lain sektor pertanian berupa penyaluran kredit bank umum ke kegiatan usaha pertanian, perburuan dan kehutanan serta untuk kegiatan usaha perikanan yang dikucurkan ke masyarakat juga masih menunjukkan pertumbuhan positif. Penyaluran kredit di triwulan III-211 realisasinya mencapai Rp 589,73 miliar, atau tumbuh 8,9% (y-o-y). Masih positifnya pertumbuhan kredit di sektor pertanian ini mengindikasikan masih berprospeknya sektor pertanian Sumber : Bank Indonesia, diolah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Seiring meningkatnya aktivitas industri pariwisata, sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-211 tumbuh 6,97% (y-o-y). Angka tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,23% (y-o-y). Meningkatnya pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi diakibatkan oleh peningkatan kinerja angkutan udara dan angkutan laut di subsektor pengangkutan, serta peningkatan 17

20 pos dan telekomunikasi di subsektor komunikasi. Pertumbuhan di sektor ini juga dikonfirmasi oleh prompt indicator berupa jumlah penumpang pesawat di Bandara Ngurah Rai yang meningkat baik untuk kedatangan maupun keberangkatan, masing-masing sebesar 7,37% dan 7,26% (y-o-y), serta meningkatnya penumpang angkutan laut di triwulan III-211 sebesar 4,13% (y-o-y). Ribu Orang Grafik 1.8 Jumlah Penumpang Pesawat Kedatangan g Kedatangan % y-o-y Keberangkatan 6 g Keberangkatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Ribu Orang Grafik 1.9 Jumlah Penumpang Laut Arus Penumpang (ribu orang) g penumpang (yoy) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III Sumber : PT. Pelindo III, diolah % y-o-y (1) (2) (3) Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan meningkat di triwulan III-211, dengan angka pertumbuhan mencapai 1,54% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 9.24% (y-o-y). Prompt indicator di sektor jasa-jasa seperti penyaluran kredit bank umum di sektor jasa (penyaluran kredit untuk kegiatan administrasi pemerintahan & jamsos ; jasa pendidikan ; jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya ; serta jasa perorangan yang melayani rumah tangga) mengalami pertumbuhan 24,6% (y-o-y), dengan realisasi kredit yang disalurkan mencapai Rp 1,23 triliun. Milyar Rp 1,4 1,2 1, Grafik 1.1 Kredit Sektor Jasa Kredit Jasa Sumber : Bank Indonesia, diolah g kredit (RHS) % y-o-y

21 Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan makin melambat meskipun masih tumbuh positif di triwulan III-211. Sektor industri mampu tumbuh 1,36% (y-o-y), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 3,67% (y-o-y). Melambatnya kinerja sektor ini terutama diakibatkan oleh kontraksi pada subsektor makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,95% (y-o-y), serta subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang mengalami kontraksi 2,34% (y-o-y). Hal tersebut dikonfirmasi dengan perkembangan industri sedang dan besar di Bali, dimana industri makanan dan minuman mengalami kontraksi 4,41% (q-t-q), atau secara tahunan kontraksi 1,92% (y-o-y). Berdasarkan informasi contact Liaison, industri pengalengan ikan yang merupakan salah satu jenis industri makanan dan minuman dilaporkan mengalami penurunan produksi. Tren penurunan produksi memang sudah terlihat semenjak 28 akibat resesi yang dialami oleh negara mitra dagang utama (Amerika dan Eropa) yang diiringi dengan tren apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Penurunan permintaan juga tampak dari hasil SKDU yang menunjukkan kapasitas produksi terpakai untuk industri makanan, minuman dan tembakau semakin menurun dalam 3 tahun terakhir. Namun berdasarkan informasi Contact Liaison, untuk tahun 211 kondisi tersebut juga turut dipengaruhi oleh cuaca buruk dan anomali yang mengakibatkan gangguan pasokan komoditas. Grafik 1.11 Perkembangan Industri Besar dan Sedang Indeks Indeks Produksi Tekstil Makanan & Minuman Pakaian Jadi II III IV I II III Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah Grafik 1.12 Nilai Ekspor Makanan dan Minuman Food & Beverages % y-o-y g Food & Beverages (RHS) (5) (1) (15) (2) (25) I II III IV I II III IV I II III Juta Dolar AS Sumber : Bank Indonesia, diolah Sejalan dengan kontraksi di subsector makanan, minuman dan tembakau, ekspor untuk produk tersebut juga mengalami kontraksi. Ekspor di triwulan III-211 sebesar 32,87 juta dolar AS, mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 19,39% (y-o-y). Hal ini memperkuat informasi yang diterima mengenai penurunan permintaan dari Negara tujuan ekspor. 19

22 Sementara itu kinerja subsektor lain yakni subsektor tekstil, meskipun masih mampu tumbuh positif sebesar 3,18% (y-o-y) juga mengalami tren menurun. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh perkembangan industri sedang dan besar untuk tekstil yang mengalami kecenderungan penurunan pertumbuhan dalam 2 triwulan berturut-turut. Contact Liaison Bank Indonesia Denpasar juga menyatakan bahwa penurunan permintaan untuk tekstil juga dipengaruhi oleh krisis keuangan global. Sejak 28, memang telah terlihat kecenderungan penurunan permintaan dari pembeli utama yang umumnya merupakan buyer lama. Saat ini usaha yang dilakukan oleh pemilik usaha adalah switching pasar untuk mengantisipasi penurunan lebih lanjut. Grafik 1.13 Nilai Ekspor Tekstil Juta Dolar AS Textile g Textile (RHS) % y-o-y I II III IV I II III IV I II III miliar Rp 1,2 1, Grafik 1.14 Kredit Sektor Industri Nominal Kredit g kredit (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % yoy Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Namun demikian prompt indicator lain berupa penyaluran kredit bank umum ke sektor industri menunjukkan pertumbuhan pada triwulan III-211, dengan penyaluran sebesar Rp 999,76 miliar. Realisasi tersebut meningkat 3,92% dibanding realisasi periode yang sama tahun 21 yang mencapai Rp 763,63 miliar Sektor Lainnya Sektor keuangan dan persewaan di triwulan III-211 sebesar 6,31% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 5,99% (y-o-y). Lebih tingginya pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya kinerja subsektor lembaga keuangan bank yang meningkat dari 9,7% menjadi 13,3% (y-o-y) di triwulan III-211. Pertumbuhan positif juga dikonfirmasi oleh indikator-indikator pembiayaan. Prompt indicator sektor ini seperti outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum pada triwulan III-211 tercatat sebesar Rp 28,73 triliun, atau tumbuh 25,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu penyaluran kredit BPR juga terus meningkat dengan realisasi kredit yang dikucurkan oleh BPR ke masyarakat mencapai Rp 3,27 triliun, atau meningkat 31,32% (y-o-y). 2

23 Triliun Rp Grafik 1.15 Kredit Bank Umum Kredit Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia, diolah g Kredit (RHS) % y-o-y Triliun Rp Grafik 1.16 Kredit Bank Perkreditan Rakyat Kredit BPR % y-o-y g Kredit (RHS) 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia, diolah Meskipun tidak secepat triwulan sebelumnya, pertumbuhan di sektor bangunan masih relatif tinggi dan stabil. Pertumbuhan pada triwulan III-211 mencapai 7,29% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,48% (y-o-y). Masih positifnya permintaan di sektor bangunan juga diindikasikan dari hasil Survey Harga Properti Residensial yang menunjukkan peningkatan indeks sebesar,4% (q-t-q), atau secara tahunan sebesar 1,67% (y-o-y). Peningkatan permintaan terutama ditunjukkan untuk property tipe kecil dan menengah. Grafik 1.17 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Indeks Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia g IHPR (yoy) - (RHS) g IHPR (qtq) - (RHS) Ribu Ton Grafik 1.18 Konsumsi Semen Konsumsi Semen % y-o-y g (y-o-y) - (RHS) 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

24 Prompt indicator sektor bangunan seperti penyaluran kredit ke sektor konstruksi juga mengalami pertubuhan positif di triwulan III-211. Penyaluran kredit tumbuh 41,17% (y-o-y) dengan realisasi mencapai Rp 678,53 miliar. Indikator lain konsumsi semen juga mengalami pertumbuhan positif di triwulan III. Konsumsi semen di Provinsi Bali tercatat 327,23 ribu ton, atau meningkat 7,4% (yo-y). Positifnya pertumbuhan prompt indicator tersebut mengindikasikan potensi peningkatan kinerja sektor ini kedepannya. miliar Rp Grafik 1.19 Kredit Sektor Bangunan Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia, diolah % y-o-y Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-211 juga menunjukkan pertumbuhan relatif tinggi. Pertumbuhan pada triwulan III-211 sebesar 6,85% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,94% (y-o-y). Beberapa prompt indicator sektor ini seperti hasil SKDU di sektor LGA yang menunjukkan saldo bersih tertimbang positif juga mengkonfirmasi pertumbuhan di sektor ini. juta KWH Grafik 1.2 Konsumsi Listrik di Bali Konsumsi Listrik % y-o-y g Konsumsi Listrik (RHS) 16 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PLN Distribusi Bali Ribu Unit Grafik 1.21 Jumlah Pelanggan Listrik Jumlah Pelanggan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PLN Distribusi Bali g Jumlah Pelanggan (RHS) % y-o-y Prompt indicator lain berupa penyaluran kredit Listrik, Gas, dan Air oleh bank umum ke masyarakat meningkat cukup signifikan di triwulan III-211. Penyaluran kredit LGA mencapai Rp 33,88 triliun, atau meningkat 182,43% (y-o-y). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh,98% (y-o-y), dengan realisasi pengucuran kredit sebesar Rp 12,4 triliun. 22

25 miliar Rp SISI PERMINTAAN Grafik 1.22 Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air Kredit Sektor Listrik g Kredit Sektor Listrik - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia, diolah % y-o-y Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi seluruh komponen mampu tumbuh positif di triwulan III-21. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi dan ekspor yang tumbuh masing-masing sebesar 11,2% dan 9,73% (y-o-y). Namun demikian konsumsi rumah tangga masih memberikan share dan sumbangan (andil) terbesar di triwulan III, meskipun andilnya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi juga masih kuat dan memberikan andil cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Sementara itu net ekspor juga memberikan andil positif sebesar 1,29% di triwulan III-211. Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, (% y-o-y) Komponen 29 Total 21 Total 211 Tw I Tw II Tw III Tw IV 29 Tw I Tw II Tw III Tw IV 21 Tw I Tw II Tw II Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi/PMTB Ekspor Impor PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Konsumsi Konsumsi masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan, meskipun pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-211 konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,39% (y-o-y), melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,76% (y-o-y). Kegiatan konsumsi di triwulan III diantaranya dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari raya 23

26 keagamaan, libur nasional dan pergantian tahun ajaran baru anak sekolah dan universitas yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di triwulan III. Indeks Grafik 1.23 Indeks Keyakinan Konsumen I II III IV I II III IV I II III Sumber : Survey Bank Indonesia Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 1 Grafik 1.24 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Indeks Kondisi Ekonomi Supply Lap. Kerja Indeks = 1 I II III IV I II III IV I II III Sumber : Survey Bank Indonesia Penghasilan Saat Ini Konsumsi Durable Goods Seiring positifnya pertumbuhan konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil survey Bank Indonesia Denpasar juga mengalami peningkatan dan berada di level optimis. Rata-rata IKK pada triwulan III- 211 sebesar 18,22, meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 96,8. Dari komponen pembentuknya, peningkatan IKK terutama didorong oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dengan komponen utama yang meningkat adalah penghasilan yang akan datang dan supply lapangan kerja di masa mendatang. Prompt indicator lain berupa kredit konsumsi juga tumbuh tinggi di triwulan III-211. Realisasi penyaluran kredit konsumsi ke masyarakat mencapai Rp11,42 triliun, dengan angka pertumbuhan sebesar 2,76% (y-o-y). Namun demikian rata-rata nilai tukar petani pada triwulan III-211 tercatat sebesar 16,68, sedikit menurun dari rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 16,8. Dari grafik dapat dilihat bahwa komponen indeks yang diterima petani menunjukkan tren meningkat, mengindikasikan meningkatnya daya beli petani dan diperkirakan turut mempengaruhi perilaku konsumen. Indeks Grafik 1.25 Nilai Tukar Petani NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Garis 1 I II III IV I II III IV I II III miliar Rp 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 1.26 Kredit Konsumsi Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % yoy Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : Bank Indonesia

27 Investasi Komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tumbuh meningkat dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Investasi tumbuh 11,2% (y-o-y) pada triwulan III-211, meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,58% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut mengakibatkan andil investasi pada pertumbuhan ekonomi juga meningkat, dari 2,19% di triwulan lalu menjadi 2,88% di triwulan III-211. Masih baiknya prospek perekonomian kedepan menjadi faktor utama optimism pelaku usaha mengenai kondisi kedepan, seperti yang diindikasikan hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi situasi bisnis 6 bulan yang akan datang. Seiring pertumbuhan investasi, impor barang modal ke Bali pada triwulan III-21 juga menunjukkan peningkatan drastis sebesar 1,28% (y-o-y), dengan realisasi impor barang modal sebesar 11,64 juta dolar AS. Hal ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa impor akan mencapai puncaknya menjelang akhir tahun. Ribu USD ($) 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 1.27 Impor Barang Modal Impor Barang Modal g impor barang modal (rhs) 6. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia % y-o-y (1.) miliar Rp Prompt indicator berupa kredit investasi juga tumbuh Sumber : Bank tinggi Indonesia di triwulan III-211 sebesar 25,38% (yo-y), dengan realisasi penyaluran kredit mencapai Rp 5,53 triliun. Hasil penjualan semen yang mengalami pertumbuhan 7,4% (y-o-y) dengan realiasi penjualan mencapai 327,23 ribu ton di triwulan III-211 juga mengindikasikan meningkatnya aktivitas investasi di Bali dari sisi bangunan. Masih baiknya prospek perekonomian Bali diperkirakan mendorong meningkatnya indikator-indikator investasi tersebut. 6, 5, 4, 3, 2, 1, Nominal Grafik 1.28 Kredit Investasi g kredit investasi (yoy) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % y-o-y Ekspor Impor Ekspor Kinerja ekspor dalam komponen PDRB Bali tumbuh tinggi pada triwulan III-211 dengan pertumbuhan ekspor mencapai 9,73% (y-o-y), meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,95% (y-o-y). Masih tingginya ekspor terutama ditopang oleh komponen ekspor antar daerah. Namun dari sisi perdagangan internasional, ekspor justru mengalami kontraksi di triwulan III- 25

28 211. Apresiasi kurs rupiah terhadap dolar mengakibatkan realisasi perdagangan internasional Bali di triwulan III-211 kontraksi 29,57% (y-o-y), dengan realisasi ekspor 145,29 juta dolar AS. Volume ekspor juga mengalami penurunan 65,71% (y-o-y), dengan realisasi ekspor mencapai 31,77 ribu ton. Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Ekspor Bali juta USD % y-o-y 24 Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS) (1) 4 (2) (3) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia, diolah Ribu Ton Grafik 1.3 Perkembangan Volume Ekspor Bali Volume Export I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia, diolah % y-o-y g Volume Export (RHS) Dari lima jenis komoditas ekspor utama di Bali yang memiliki porsi 65,88% terhadap keseluruhan nilai ekspor di Provinsi Bali, komoditas ikan dan udang, komoditas perhiasan dan komoditas kayu & barang dari kayu mengalami kontraksi pertumbuhan di triwulan III-211. Ikan dan udang yang memberikan share terbesar di triwulan III-211 mencapai 17,57%, justru mengalami kontraksi terbesar. Kontraksi pertumbuhan pada ikan dan udang sebesar 28,53% (y-o-y), diikuti perhiasan (6,79%) dan kayu & barang dari kayu (1,65%). Grafik 1.31 Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali Dari contact Liaison KBI Denpasar, kegiatan penangkapan ikan memang diwarnai oleh masalah Ikan dan keterbatasan pasokan yang diakibatkan oleh Udang Lainnya 17.57% kendala cuaca dan anomali iklim yang mengganggu 34.12% penangkapan di laut lepas. Selain itu tren apresiasi Kayu, Barang dari Kayu 11.28% kurs Rupiah menjadi kendala tersendiri yang mempengaruhi penurunan permintaan dari Negara Perhiasan / Permata 13.88% tujuan ekspor. Perabot, Penerangan Rumah 8.86% Sumber : Bank Indonesia, diolah Pakaian Jadi Bukan Rajutan 14.28% 26

29 Grafik 1.32 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali % y-o-y Ikan dan Udang 44 - Kayu, Barang dari Kayu 62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan 71 - Perhiasan / Permata 94 - Perabot, Penerangan Rumah Grafik 1.33 Negara Pembeli Utama Ekspor Bali Other Countries 4.21% US 19.77% Japan 13.39% 4 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (2) (4) Sumber : Bank Indonesia, diolah Hongkong 6.68% Sumber : Bank Indonesia, diolah Singapore 9.11% Australia 1.83% Berdasarkan Negara pembelinya, ekspor terbesar di triwulan III-211 masih didominasi oleh Amerika Serikat (19,77%), diikuti Jepang (13,39%), Australia (1,83%) dan Singapore (9,11%). Namun demikian realisasi ekspor kepada tiga Negara pembeli terbesar justru mengalami kontraksi relatif tinggi pada triwulan III-211. Ekspor ke Amerika Serikat kontraksi 25,23% (y-o-y) dengan realisasi mencapai 28,73 dolar AS, ekspor ke Jepang kontraksi 28,38% (y-o-y) dengan realisasi sebesar 19,46 juta dolar AS, dan ekspor ke Australia kontraksi 14,28% (y-o-y) dengan realisasi 15,73 juta dolar AS. Krisis keuangan global menjadi penyebab utama tren penurunan ekspor semenjak 28. Apresiasi kurs yang terjadi juga menjadi penyebab ekspor menjadi kurang menarik untuk dilakukan. Upaya yang dilakukan oleh contact Liaison diantaranya melakukan upaya switching pasar tujuan ekspor untuk mencegah terjadinya penurunan lebih lanjut. Impor Komponen Impor pada triwulan III-211 tumbuh 8,45% (y-o-y), masih mampu tumbuh tinggi meskipun tidak secepat triwulan sebelumnya yang mencapai 9,37%(y-o-y). Masih tingginya impor terutama diakibatkan oleh tingginya sub komponen impor antar daerah, mengingat Bali merupakan pulau yang memiliki ketergantungan cukup tinggi dengan daerah lainnya. Dari sisi perdagangan international, nilai impor pada triwulan III tercatat sebesar 4,83 jta dólar AS, dan megalami pertumbuhan signifikan mencapai 77,46% (y-o-y). Namun disaat nilai impor mengalami peningkatan, volumenya justru mengalami kontraksi 1,15% (y-o-y), dengan realisasi impor mencapai 1,69 ribu ton. Impor pada triwulan III-211 didominasi oleh produk-produk industria (share 99,75%), dengan komoditas impor seperti komputer dan suku cadang mesin. Sementara itu impor produk pertanian belum banyak dilaksanakan di triwulan III

30 Grafik 1.34 Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik 1.35 Perkembangan Volume Impor Bali juta USD % y-o-y 16 Nilai Impor g Nilai Impor (RHS) (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia % y-o-y Volume Impor g volume impor (RHS) (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Ribu Ton Sumber : Bank Indonesia Negara asal impor pada triwulan III- 211 masih didominasi oleh Hongkong (share 28,99%) dengan komoditas utama adalah perak dan platinum (16,95%), automatic data processing (16,44%), serta parts and accessories (13,75%). Selain Hongkong impor juga didominasi dari Singapura (share 28,99%), dengan komoditas utama adalah automatic data processing machines (26,83%), perak dan platinum (14,95%), dan part-part mesin (6,77%). Grafik 1.36 Pangsa Impor Provinsi Bali berdasarkan Negara Asal Other Countries 11% RRC 7% Taiwan 5% USA 12% Australia 4% Germany 4% Hongkong 29% Singapore 28% Sumber : Bank Indonesia Impor juga berasal dari Amerika Serikat (share 14%) dengan komoditas utama yang diimpor adalah produk konstruksi pabrik, part dan peralatannya (21,93%), mesin non elektris (17,26%), dan instrument pengukuran (8,46%). 28

31 Boks A. Banjir di Thailand membawa Berkah? Setelah diterpa krisis politik yang sempat melumpuhkan aktivitas bisnis dan pariwisata di pusat Kota Bangkok, aktivitas pariwisata di Thailand kembali terhambat oleh banjir yang melanda sejak Juli 211. Banjir tidak hanya mengancam industri pariwisata Thailand saja namun juga mengancam Negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Laos, Kamboja, Vietnam dan Filiphina. Para ahli memperkirakan bahwa sejak Juli 211, curah hujan di kawasan Asia Tenggara meningkat hingga 5% menyebabkan banjir yang menewaskan hingga 7jiwa dan merugikan lebih dari 8 juta orang lainnya. Meskipun musim hujan biasanya terjadi pada low season kunjungan wisatawan, banjir kali ini tetap berdampak pada kinerja industri pariwisata pada Negara-negara tersebut. Negara yang paling parah terkena dampak banjir adalah Thailand dengan korban jiwa mencapai 427 orang. Aliran Sungai Chao Praya yang membelah Thailand mulai dari Provinsi Nakhon Sawan mengalir ke Selatan sejauh 372 kilometer melalui jantung Kota Bangkok dan bermuara di Teluk Thailand meluap membanjiri lingkungan di sekitarnya. Beberapa kota utama seperti Bangkok, Pathum Tani, Nonthaburi dan kota wisata terkemuka Ayutthaya terendam banjir. Pemerintah Thailand terpaksa mengeluarkan travel warning pada tanggal 2 November 211 untuk mencegah korban jiwa dari warga Negara asing. Banjir di Thailand dan travel warning ini diharapkan memberikan hikmah tersembunyi berupa limpahan wisatawan yang mengalihkan tujuan wisatanya dari Thailand ke Negara lainnya seperti Indonesia. Sebagai salah satu negara tujuan wisata dunia, kinerja industri pariwisata Thailand cukup mengagumkan. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Thailand melonjak dari angka 9,51 juta orang pada tahun 2 menjadi 15,8 juta orang pada tahun 21. Pada periode yang sama, kunjungan wisman ke Indonesia hanya meningkat dari 5,6 juta orang menjadi 7 juta orang (lihat Gambar 1). Bahkan kunjungan wisman pada tahun masih tetap di atas 15 juta orang meskipun krisis politik sedang melanda Thailand. Lebih dari separuh kunjungan wisman ke Thailand berkunjung ke Bangkok baik sebagai tujuan utama maupun titik awal kedatangan ke Thailand. Grafik 1. Kunjungan Wisman ke Thailand, Indonesia dan Bali 2-21 Juta Orang Thailand Indonesia Bali Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Tourism Authority od Thailand (TAT) 29

32 Namun demikian dikeluarkannya travel warning pada 2 November 211 lalu diharapkan terdapat limpahan wisatawan yang mengalihkan kunjungannya dari Thailand ke Indonesia khususnya ke Bali. Data Tourism Authority of Thailand (TAT) menunjukkan bahwa sebagian besar wisman yang mengunjungi Bangkok berasal dari Eropa dan Asia Timur seperti China dan Jepang (lihat Gambar 2). Berdasarkan kompisis asal wisman ini, pariwisata Bali berharap mendapat limpahan wisman asal China dan Jepang yang jaraknya relatif lebih dekat dan wisman asal Eropa. Grafik 2. Sebaran Asal Wisman di Bangkok Oceania Asia Selatan 5% 1% Timur Tengah 6% Afrika 1% Amerika 7% Eropa 38% Asia Timur 32% China; 1% Korea Selatan; 6% Taiwan; 4% Jepang; 1% Hongkong; 3% Sumber : Tourism Authority od Thailand (TAT) Sampai dengan bulan September 211, kunjungan wisman ke Bali pada tahun 211 mencapai 2,5 juta orang meningkat 1,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk memperoleh indikasi awal adanya dampak limpahan wisman dengan tujuan wisata awal Bangkok Thailand, pantauan difokuskan pada peningkatan kunjungan wisatawan asal China, Eropa dan Malaysia. Wisman asal Jepang tidak dipantau dengan alasan terjadi penurunan jumlah kunjungan pasca gempa besar yang melanda Jepang Utara pada Mei 211. Sementara Malaysia dimasukkan dalam lingkup pantauan dengan alasan tingkat kunjungan wismannya cukup tinggi (7,56% dari total wisman ke Bali), tidak termasuk daerah bencana serta berlokasi relatif dengan Indonesia dan Thailand. Identifikasi awal, menunjukkan belum terdapat limpahan wisman akibat bencana banjir di Thailand (lihat Gambar 3). Pertumbuhan kunjungan wisman yang tinggi pada saat banjir melanda (area berwarna biru) hanya ditunjukkan oleh wisman asal China dengan rata-rata pertumbuhan tahunan selama periode banjir sebesar 24,76%. Namun demikian pertumbuhan yang tinggi sudah dimulai sejak Mei 211 atau sebelum banjir melanda dengan pertumbuhan sebesar 26,98%. Sementara untuk kunjungan wisman lainnya kenaikannya relatif tidak mencolok. 3

33 Grafik 3. Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke Bali Jan Sep 211 Juta Orang China Eropa Malaysia Total Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep -2 Sumber : Badan Pusat Statistik Beberapa analisis awal yang dapat dikembangkan mengenai tidak adanya indikasi awal limpahan wisman dari tujuan wisata Thailand adalah : Banjir terjadi saat masa low season sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan jumlah kunjungan wisman di Thailand. Masih terdapat alternatif daerah tujuan wisata selain Bali di Asia Tenggara dan Selatan yang tidak mengalami banjir seperti Malaysia, Singapura maupun India sehingga pilihan pengalihan tujuan wisata masih tersedia. Tidak seluruh daerah tujuan wisata di Thailand terkena banjir seperti di kawasan Pattaya ataupun Chiang Mai sehingga wisman masih dapat berkunjung ke wilayah Thailand yang lain. Bandara Utama Suvarnabhumi di Bangkok dilaporkan masih dapat digunakan. Meskipun akhirnya pemerintah Thailand mengeluarkan travel warning pada 2 November 211, jumlah wisman yang sempat menikmati pariwisata Thailand relatif banyak sebelum travel warning diumumkan. 31

34 Boks B. Optimisme Pengembangan Pariwisata di Bali Bali sebagai pusat kegiatan pariwisata di Indonesia merupakan tempat yang menarik bagi pemilik modal untuk berinvestasi di Bali. Salah satu bentuk investasi yang marak dilakukan adalah pembangunan hotel sebagai penyedia akomodasi bagi para wisatawan. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menunjukkan jumlah kamar hotel di Bali pada tahun 29 mencapai buah, namun yang ilegal sekitar 17. unit dan pada tahun 211 telah meningkat lebih dari 55. unit. Hasil liaison Bank Indonesia Denpasar selama tahun 211 menunjukkan sekurang-kurangnya terdapat 17 pembangunan perhotelan sedang berlangsung di wilayah Kuta. Maraknya pertumbuhan hotel didukung dengan tingginya ekspektasi kunjungan wisatawan di Bali. Sebagai informasi, jumlah kunjungan wisman ke Bali sejak 2 tahun terakhir mengalami kenaikan sebesar 22,66% dan naik 1,36% dibandingkan periode September 21 (y-o-y). Tingkat hunian hotel juga mengalami peningkatan yang didukung oleh hasil Survei Harga Properti Komersial (SPKom) 211 yang dilaksanakan bulan September 211 dengan melibatkan 72 perhotelan bintang 3, 4, dan 5 di wilayah Denpasar, Badung, dan Gianyar yang menyatakan adanya kenaikan tingkat hunian. Hotel bintang 5, bintang 4, dan bintang 3 menyatakan adanya kenaikan tingkat hunian dibandingkan tahun sebelumnya masingmasing sebesar 2,64%; 9,35%; dan 7,5%. Kenaikan hunian ini didukung oleh pemasaran hotel yang intensif (dinyatakan oleh 25% responden) dan kenaikan kunjungan wisatawan (dinyatakan oleh 24% responden) (lihat Gambar 1). Grafik 1. Kenaikan Tingkat Hunian Hotel KETIDAKSTAB ILAN DESTINASI LAIN 2% MARKET/PAS AR BARU 5% PERBAIKAN FASILITAS/RE NOVASI 8% LOKASI STRATEGIS 3% KEAMANAN 11% KURS AUD YANG MENGUAT 5% MARKETING/ PROMOSI/AD V 25% HIGH SEASON 13% Alasan Kenaikan Tk. Hunian - Hotel Sumber : Hasil Survey TK. KUNJUNGAN/ DEMAND 24% REPEATER GUEST 2% PERSAINGAN PASAR 2% Sept 211 Ramainya kunjungan wisman ke Bali tidak hanya karena didukung oleh kegiatan pemasaran yang efektif, namun juga karena faktor keamanan Bali yang terus dijaga. Diperkirakan dengan adanya bencana banjir yang melanda Negara Thailand bulan Oktober 211 akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kunjungan wisman ke Bali periode TW IV 211. Namun demikian, dibalik optimisme peningkatan kunjungan wisman di masa depan, tingginya pertumbuhan hotel tetap berpotensi menimbulkan ekses negatif. Suplai kamar hotel yang berlebihan berpotensi menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Hal ini dinyatakan oleh 12,5% responden yang mengindikasikan adanya penurunan tingkat hunian hotel akibat persaingan antarhotel. Pemerintah daerah sebagai regulator perlu memikirkan langkah strategis selanjutnya untuk mencegah persaingan yang tidak sehat yang dapat mematikan sektor perhotelan sebagai salah satu pendukung industri pariwisata. 32

35 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sepanjang triwulan III-211 tekanan Inflasi Kota Denpasar masih bertahan pada level yang rendah sebesar,81% (q-t-q), mendekati level inflasi triwulan sebelumnya sebesar,82% (q-t-q). Penahan laju inflasi pada triwulan III masih terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan, sedangkang sumber tekanan inflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Puncak inflasi terjadi pada bulan Juli yang dipicu oleh perayaan hari keagamaan dan berlalunya puncak panen padi di Bali KONDISI UMUM Pada triwulan III-211, inflasi tahunan tercatat sebesar 4,39% (y-o-y), terendah dalam satu tahun terakhir, jauh di bawah inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,45% (y-o-y). Meskipun melemah, inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang sama yang mencapai 4,61% (y-o-y). Rendahnya tekanan inflasi pada triwulan III-211 disebabkan oleh terjadinya kecenderungan penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan, buah-buahan, komunikasi, sandang dan sub kelompok ikan segar yang umumnya terjadi pada bukan Agustus dan September. Sementara sub kelompok padi-padian, barang pribadi, makanan jadi, transport dan biaya tempat tinggal cenderung memberikan tekanan inflasi yang cukup kuat. Sampai dengan akhir triwulan III inflasi tahun berjalan sebesar 2,91% (y-t-d). Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (2.75) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 33

36 Grafik 2.1 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Denpasar Perubahan Harga Komoditas Pangan m-t-m q-t-q y-o-y TOMAT SAYUR CABE MERAH Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi sebesar 4,39% (y-o-y) atau,82% (q-t-q) BAWANG PUTIH CABE RAWIT BAWANG MERAH DAGING AYAM RAS SAWI HIJAU IKAN BANDENG DAGING SAPI terutama bersumber pada kelompok bahan makan, yang inflasi sebesar 5,86% (y-o-y) dengan sumbangan,36% (q-t-q) dan kelompok makanan jadi dengan inflasi 6,79% (y-o-y) dan sumbangan sebesar,17% (qt-q). EMAS PERHIASAN MINYAK GORENG IKAN KEMBUNG/GEMBUNG BERAS Pada triwulan III-211, sumber inflasi pada TELUR AYAM RAS kelompok bahan makanan, didominasi oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang memiliki andil sebesar,93% dengan perubahan harga Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah tercatat sebesar 15,35% (q-t-q) dan 15,17 (y-o-y). Tekanan inflasi yang tinggi pada sub kelompok ini lebih disebabkan oleh peningkatan harga beras yang yang cukup signifikan pada triwulan III, dengan rata-rata Grafik 2.3 Perkembangan Harga Beras Premium Rp / kg 15 IR 64 - Putri Sejati IR 64 - C4 Beras Bali peningkatan seluruh kualitas mencapai Rp 657,. Rojolele (Premium) 13 Peningkatan harga tersebut telah mendorong inflasi 11 beras 16,45% (q-t-q) dengan sumbangan terhadap 9 inflasi triwulan III sebesar,93%. Tingginya peningkatan 7 harga beras terutama terjadi karena berlalunya puncak 5 panen pada bulan April dan Mei, yang menyebabkan berkurangnya pesokan ke pasaran dan berkurangnya cadangan beras yang berada di masyarakat (rumah Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah tangga). Hal ini terutama terjadi pada kelompok beras dengan kualitas medium dan premium. Tingginya inflasi pada kelompok beras kualitas medium dan premium, terjadi karena tingginya permintaan terhadap kedua jenis kualitas beras tersebut. Pola permintaan yang relatif tinggi dan stabil TEMPE YoY YtD 34

37 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat pendapatan masyarakat, khususnya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, yang relatif tinggi, dengan pola permintaan yang tidak elastis terhadap harga; permintaan industri khususnya hotel dan restoran yang cukup tinggi terkait dengan tingginya kegiatan pariwisata; serta jalur distribusi yang cukup maju dan luas. Sementara, beras dengan kualitas di bawah medium, relative kurang diminati dan cenderung tidak mengalami peningkatan harga yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kontinuitas penyediaan beras kualitas di bawah medium oleh BULOG melalui mekanisme pembagian raskin maupun mekanisme operasi pasar terbuka (OPT). Selain beras, komoditas lain yang menyumbang inflasi dalam kelompok bahan makanan adalah komoditas kangkung sebesar,5% dengan inflasi sebesar 12,16% (q-t-q), diikuti oleh komoditas kacang panjang dan daging babi yang masing-masing memliki sumbangan sebesar,2% dan inflasi sebesar 7,28% (q-t-q) dan 2,13% (q-t-q). peningkatan harga pada komoditas-komoditas tersebut terjadi karena peningkatan permintaan oleh masyarakat terkait dengan perayaan hari raya keagamaan. Selain disebabkan oleh permintaan, inflasi juga dipengaruhi oleh penawaran yang cenderung melemah untuk komoditas sayursayuran terkait dengan kondisi cuaca, dimana tidak terjadi hujan pada triwulan III-211. Komoditas lain selain bahan makanan Grafik 2.4 yang memberikan sumbangan besar terhadap Perkembangan Harga Emas pembentukan inflasi triwulan III adalah komoditas emas yang menyumbang inflasi sebesar,12% dengan laju inflasi sebesar 14,81% (q-t-q). Inflasi emas mendorong inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya hingga mencapai Rp / gram Karat - tanpa ongkos pembuatan Karat - tanpa 26,52% (y-o-y). Tingginya inflasi emas dipicu oleh 27 ongkos pembuatan peningkatan harga emas yang cukup tinggi sejak 25 tahun 21. Permintaan yang terjaga dengan indikasi yang terus meningkat dikonfirmasi dari bobot konsumsi emas yang cenderung megalami peningkatan sepanjang tahun 211, dari,8% menjadi,92%. Bobot konsumsi yang terus meningkat tersebut terjadi karena peningkatan harga emas yang diikuti dengan permintaan. Hal ini diperkirakan terjadi karena, adanya perubahan pola investasi masyarakat dari instrument investasi tradisional seperti tabungan, deposito dan property Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah Grafik 2.5 Jumlah Penumpang Udara beralih pada instrument emas. Selain sebagai 5 instrument investasi permintaan emas yang tetap terjaga juga dipengaruhi oleh permintaan untuk JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS konsumsi khususnya untuk menghadapi hari raya. Internasional Kedatangan Internasional Keberangkatan Domestik Kedatangan Domestik Keberangkatan Sumber :SBH Bank Indonesia, diolah 35

38 Meskipun dipengaruhi faktor musiman, komoditas jasa angkutan udara tecatat memiliki sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan inflasi pada triwulan III-211, sebesar,1% dengan laju inflasi sebesar 25,72% (q-t-q), sedangkan sub kelompok transport tercatat memiliki inflasi sebesar 3,34% (y-o-y). tingginya inflasi jasa angkutan udara pada triwulan III-211 dipengaruhi oleh tingginya permintaan jasa penerbangan akibat peningkatan kegiatan pariwisata, khususnya peningkatan kunjungan wisatawan domestik yang memanfaatkan jasa pesawat udara. Peningkatan ini dipengaruhi oleh masuknya periode puncak kunjungan sehubungan dengan libur tahun ajaran sekolah dan perayaan hari besar keagamaan. Walaupun kelompok bahan makanan tercatat memberikan sumbangan inflasi terbesar sepanjang triwulan III-211, namun sub kelompok bumbu-bumbuan, yang merupakan bagian dari kelompok bahan makanan, tercatat memberikan sumbangan deflasi terbesar, yaitu,55% dengan laju deflasi 19,34% (q-t-q) atau 11,59% (y-o-y). Selain bumbu-bumbuan, sub kelompok buah-buahan juga mengalami deflasi sebesar 2,3% (q-t-q) namun secara tahunan tercatat inflasi sebesar 3,15% (y-o-y). deflasi pada sub kelomok bumbu-bumbuan dan sub kelompok buah-buahan dipengaruhi oleh penurunan harga pada komoditas cabe rawit deflasi sebesar 49,36% (q-t-q), tomat buah deflasi sebesar 47,61% (q-t-q), bawang putih deflasi sebesar 23,9% (q-t-q), bawang merah deflasi sebesar 18,% (q-t-q) dan cabe merah deflasi sebesar 14,53% (q-t-q). Deflasi pada komoditas ini telah terjadi sejak triwulan sebelumnya dan merupakan kelanjutan dari proses penyesuaian harga setelah mengalami peningkatan pada periode sebelumnya. Penyesuaian ini terjadi seiiring dengan peningkatan pasokan untuk komoditas-komoditas tersebut INFLASI BULANAN M-T-M Inflasi tercatat sepanjang triwulan III-211, inflasi tertinggi terjadi di bulan Juli, dan terendah di bulan Agustus. Inflasi Juli tercatat tertinggi sebesar,78% (m-t-m). Tingginya inflasi pada bulan Juli dipicu oleh inflasi yang cukup tinggi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 3,9% (m-tm), dengan sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar,56%, merupakan inflasi tertinggi sepanjang tahun 211. Selain kelompok bahan makanan inflasi juga terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar,26% (m-t-m), kelompok kesehatan sebesar,23% (m-t-m), kelompok transportasi, pendidikan dan perumahan masing-masing sebesar,9% (m-t-m),,8 (m-t-m) dan,2% (m-t-m). sementara kelompok sandang tercatat mengalami deflasi sebesar,42% (m-t-m). 36

39 Tabel 2.2 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang III-211 No. Kelompok Barang Jul Agust Sep 1 Bahan Makanan 3.9 (.97) (.54) 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar Sandang (.42) Kesehatan.23 (.7).2 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga.8 (.1).4 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.9.24 (.1) UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi kelompok bahan makanan pada Juli terutama dipicu oleh kenaikan harga beras, yang diikuti antara lain oleh komoditas daging ayam ras, Grafik 2.6 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m) Juli 211 % (m-t-m) telur ayam ras, kacang panjang, nangka serta daging babi. Beras sebagai penyumbang inflasi 3. UMUM Bahan Makanan 2.5 Makanan Jadi Perumahan tertinggi, rata-rata mengalami peningkatan harga Sandang Kesehatan sebesar Rp25 sehingga tercatat inflasi sebesar 2. Pendidikan Transpor 1.5 9,8% (m-t-m) dengan sumbangan sebesar 1..77,55%. Inflasi yang tinggi ini, terjadi karena berkurangnya pasokan beras kualitas medium dan.2.8. (.42).8 premium di pasaran. Hal ini diperkirakan terjadi karena jumlah penyerapan hasil panen yang kurang optimal oleh industri pengolahan gabah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap penyediaan beras premium dari luar pulau serta sifat permintaan yang cenderung tidak elastis terhadap perubahan harga menyebabkan pola pembentukan harga beras relatif lebih mudah untuk mengalami peningkatan. Selain beras masih terdapat 39 komoditas dalam kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi. Penyumbang inflasi terbesar kedua dalam kelompok bahan makanan adalah komoditas daging ayam ras sebesar,14% dengan laju inflasi 1,33% (m-t-m). Peningkatan harga daging ayam ras pada bulan Juli ratarata mencapai Rp2.4, selain daging ayam ras, telur ayam ras juga tercatat mengalami peningakatan yang cukup besar yaitu 7, % (m-t-m) dengan sumbangan sebesar,7%. Peningkatan yang cukup tinggi pada ke dua komoditas ini dipengaruhi oleh peningakatan permintaan yang cukup besar baik dari permintaan industri maupun permintaan dari rumah tangga yang dipicu oleh perayaan hari besar keagamaan dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan khususnya domestic yang secara langsung meningkatkan permintaan terhadap komoditas bahan makanan dan makanan jadi. 37

40 Peningkatan harga juga terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran yang sebesar,69% (m-t-m). komoditas yang menyumbang inflasi terbesar adalah kacang panjang dan nangka muda, masing-masing sebesar,3% dan,27% dengan laju inflasi masing-masing sebesar 1,63% (m-t-m) dan 22,85% (m-tm). fenomena yang paling mempengaruhi inflasi pada kedua jenis sayuran tersebut adalah perayaan hari besar keagamaan, diamana kedua jenis komoditas tersebut merupakan prasyarat dalam pelaksanaan upacara agama. Selain kedua komoditas ini, komoditas lain yang peningkatannya disebabkan oleh peningkatan permintaan terkait dengan upacara agama adalah komoditas daging babi yang mengalami inflasi 2,36% (mt-m), komoditas pisang sebesar 4,95% (m-t-m), serta komoditas jeruk sebesar 4,6% (m-t-m). Pada bulan Juli terjadi fenomena inflasi musiman untuk komodias jasa pendidikan. Sub kelompok pendidikan mencatat inflasi,41% (m-t-m), meskipun rendah namun memiliki sumbangan yang cukup tinggi sebesar,17%. Komoditas yang tercatat mengalami inflasi adalah jasa pendidikan sekolah dasar yang dengan inflasi 1,57% (m-t-m), dengan sumbangan,17%. Peningkatan biaya sekolah dasar diperkirakan terjadi pada sekolah swasta yang pada umumnya melakukan penyesuaian atau peningkatan tarif dan biaya pendidikan pada setiap awal tahun ajaran. Terkait dengan pergantian tahun ajaran sekolah, pada bulan Juli juga terjadi liburan sekolah. Fenomena liburan sekolah berpengaruh pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Bali, dan sebagai dampaknya biaya jasa transportasi, khususnya angkutan udara mengalami peningkatan. Inflasi jasa angkutan udara tercatat sebesar 4,27% (m-t-m) dengan sumbangan,17%. Pada bulan Agustus, tekanan harga menjadi sangat lambat dan inflasi hanya tercatat sebesar,1% (m-t-m). Kelompok bahan makanan yang pada Juli tercatat mengalami inflasi tertinggi, pada Agustus mengalami deflasi,97% (m-t-m) dengan sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar -,23%. Deflasi terjadi pada sub kelompok bumbu Grafik 2.7 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m) Agustus 211 % (m-t-m) bumbuan sebesar 1,59% (m-t-m), diikuti dengan sub kelompok buah-buahan sebesar 4,3% (m-t-m), sub kelompok sayur-sayuran sebesar,87% (m-t-m), dan sub kelompok ikan segar serta ikan diawetkan. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar (.97) (.7) UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan.24 - Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor terhadap deflasi bagi kelompok bahan makanan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah adalah bawang putih dengan deflasi sebesar 14,43% (m-t-m), bawang merah sebesar 1,88% (m-t-m), cabe rawit sebesar 2,86% (m-t-m), nangka muda sebesar 18,44% (m-t-m) serta tomat buah sebesar 32,8% (m-t-m). Deflasi pada komoditas tersebut lebih disebabkan karena penyesuaian kembali harga barang setelah mengalami peningkatan pada periode sebelumnya, serta kembali normalnya permintaan masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sementara sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya masih tercatat mengalami inflasi sebesar 1,89% (m-t-m), dengan sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar,12%. Komoditas 38

41 penymbang inflasi terbesar masih tercatat pada komoditas beras sebesar,12% dengan inflasi 1,99% (m-tm). Fenomena peningkatan harga beras masih merupakan lanjutan dari menipisnya pasokan beras kualitas medium dan premium di pasaran. Komoditas lain yang turut mendorong inflasi adalah tepung beras dan tepung terigu yang mengalami inflasi sebesar 5,% (m-t-m), dan 3,19% (m-t-m). Adapun kelompok komoditas yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan inflasi Agustus adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan sumbangan sebesar,9% dan laju inflasi,32% (m-t-m). Komoditas yang paling berpengaruh pada inflasi kelompok ini adalah peningkatan upah pembantu rumah tangga sebesar 1,88%(m-t-m) dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar,3%. Peningkatan upah pembantu diperkirakan terjadi akibat fenomena hari libur perayaan Idul Fitri yang memyebabkan penyediaan jasa pembatu rumah tangga berkurang. Selain itu, inflasi pada kelompok ini juga didorong oleh biaya sewa rumah yang mengalami peningkatan,26% (m-t-m), dengan sumbangan sebesar,2%. Kelompok sandang tercatat sebagai kelompok dengan sumbangan terbesar kedua dalam pembentukan inflasi Agustus, sebesar,7% dengan laju inflasi 1,97%. Komoditas penyumbang terbesar adalah komoditas emas yang mengalami infasi sebesar 7,91% (m-t-m) dengan sumbangan,7%. Tingginya inflasi emas selain dipengaruhi oleh faktor harga emas internasional (imported inflation) juga dipengaruhi oleh faktor ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap kemungkinan peningkatan harga emas. Akibatnya, meskipun harga emas cenderung meningkat namun permintaan emas juga ikut mengalami peningkatan. Bulan Agustus juga diwarnai dengan fenomena peningkatan tarif angkutan khususnya angkutan antar kota. Peningkatan tarif yang ditentukan oleh pemerintah tersebut telah mendorong inflasi pada komoditas jasa angkutan antar kota sebesar 15,67% (m-t-m) dengan sumbangan,4%. Peningkatan tarif ini terjadi terkait dengan perayaan Idul Fitri yang cenderung meningkatkan permintaan terhadap jasa angkutan, baik darat, udara maupun angkutan air. Sama halnya dengan kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi, kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga juga tercatat mengalami deflasi maupun dalam level yang rendah. Deflasi pada kelompok kesehatan Grafik 2.8 sebesar,7% (m-t-m), terutama disebabkan Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m) oleh deflasi pada sub kelompok perawatan September 211 jasmani dan kosmetika sebesar,28% (m-t-m). %(m-t-m) Komoditas dengan deflasi terbesar adalah kapas 1.5 sebesar 11,86% (m-t-m). Sementara untuk 1. kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga,.54.5 deflai disebabkan oleh sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar % (m-t-m). Tekanan inflasi yang rendah berlanjut hingga September yang tercatat sebesar,3% (m-t-m). Laju inflasi tertahan oleh deflasi pada -1. (.54) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor 39

42 kelompok bahan makanan sebesar,54% (m-tm) dengan sumbangan deflasi sebesar,13% Grafik 2.9 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa Rp / kg Cabe Merah Besar Cabe Merah Keriting keuangan sebesar,1% (m-t-m). Deflasi 8 Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih kelompok bahan makanan masih berlanjut hingga September, sub kelompok bumbubumbuan 6 4 secara konsisten masih mengalami kecenderungan penurunan harga dengan laju deflasi 6,85% (m-t-m) dan sumbangan sebesar 2,17%. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar adalah bawang putih sebesar,8% dengan deflasi 8,9% (m-t-m), Sumber : Bank Indonesia diikuti dengan bawang merah sebesar,5% dengan deflasi 11,6% (m-t-m) dan cebe rawit sebesar,4% dengan laju deflasi 23,26% (m-t-m). Deflasi pada komoditas tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah pasokan baik yang berasal dari dalam pulau, luar pulau maupun impor. Sub kelompok komoditas lain yang memberikan sumbangan deflasi adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya dengan laju deflasi sebesar 5,18% (m-t-m) dan sumbangan sebesar,16%. Deflasi pada sub kelompok ini, terutama disebabkan oleh deflasi pada komoditas daging ayam ras yang mengalami deflasi sebesar 1,49% (m-t-m) dan sumbangan sebesar,16%. Penurunan harga daging ayam ras diperkirakan terjadi akibat penurunan permintaan seiring dengan berlalunya hari besar keagamaan. Komoditas lain yang cukup mempengaruhi deflasi kelompok bahan makanan adalah komoditas telur ayam ras dengan laju deflasi 7,89% (m-t-m) dengan sumbangan sebesar,8%. Penurunan harga ini diperkirakan karena berlalunya Idul Fitri yang sempat menekan permintaan pada bulan Agustus, dan pada September permintaan mulai berkurang dan cenderung pada kondisi normal. Meskipun sebagian besar komoditas bahan makanan mengalami deflasi, namun beras tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,99% (m-t-m) dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar,25%. Inflasi beras yang terus berlanjut sejak puncak panen di bulan Mei, mengindikasikan bahwa pembentukan harga beras sangat tergantung pada penyediaan pasokan, khususnya yang berasal dari luar daerah. Selain komoditas bahan makanan yang cukup bergejolak, inflasi bulan September juga didorong oleh inflasi pada komoditas jasa angkutan udara dengan laju inflasi 19,28% (m-t-m) dan sumbangan sebesar,8%, dan diikuti dengan komoditas emas sebesar 5,24% (m-t-m). Inflasi pada jasa angkutan udara selain disebabkan oleh peningkatan tuslah terkait dengan perayaan lebaran, juga disebabkan peningkatan volume pengguna jasa penerbangan ke Bali, terkait dengan libur hari raya. Sementara inflasi pada komoditas emas lebih dipicu oleh faktor ekspektasi yang masih kuat akan peningkatan nilai emas di masa yang akan datang sehingga permintaan cenderung mengalami peningkatan. 4

43 2.3. DISAGREGASI INFLASI Komoditas volatile food terus mengalami perlambatan laju inflasi, walaupun memberikan tekanan yang terbesar pada triwulan III-211. Hal yang sama juga terjadi untuk komoditas administered price dan komoditas inti / core yang cenderung mengalami pelambatan laju inflasi. Laju inflasi kelompok volatile food masih tercatat paling tinggi sebesar 5,37% (y-o-y), walaupun tekanan inflasi pada komoditas pangan secara tahunan mengalami pelemahan dari 9,71% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya. Demikian pula, dilihat dalam triwulan berjalan, kelompok ini mengalami inflasi terbesar yaitu 1,62% (q-t-q). Inflasi kelompok ini lebih disebabkan oleh meningkatnya harga pangan utama yaitu beras yang mengalami inflasi sebesar 16,45% (q-t-q) sebagai akibat dari berlalunya puncak panen dan mulai berkurangnya cadangan beras di masyarakat. Selain beras, inflasi kelompok ini juga didorong oleh inflasi pada komoditas kangkung dan kacang panjang yang masing-masing sebesar 12,16% (q-t-q) dan 7,28% (q-tq) dengan sumbangan inflasi dalam triwulan III masing-masing sebesar,5% dan,2%. Selain mencatatkan inflasi yang cukup tinggin, beberapa komoditas juga tercatat deflasi yang cukup besar antara lain bawang putih, cabe rawit dan bawang merah masing-masing sebesar 23,86% (q-t-q), 49,36% (q-t-q) dan 17,97% (q-t-q). Grafik 2.1 Grafik 2.11 Desagregasi Inflasi (% y-o-y) Desagregasi Inflasi (% m-t-m) % yoy Inflasi IHK (yoy) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (yoy) % mtm Inflasi IHK (mtm) Inflasi Core (mtm) Inflasi Volatile (mtm) Inflasi Adm Price (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sementara tekanan inflasi pada kelompok komoditas administered price, yang pembentukan harganya diatur oleh pemerintah cenderung mengalami pelambatan dari kisaran 7,61% (y-o-y) pada triwulan II menjadi 4,62% (y-o-y), atau sebesar,56% (q-t-q). Tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini terjadi sepanjang triwulan III yang disebabkan oleh peningkatan cukai rokok biak rokok kretek maupun filter dengan laju inflasi masing-masing sebesar 1,38% (q-t-q) dan 2,4% (q-t-q). Inflasi kelompok inti pada triwulan III, juga mengalami pelambatan dari 6,52% (y-o-y) pada tiwulan II-211 inflasi menjadi 3,94% (y-oy) atau sebesar,6% (q-t-q). Tekanan inflasi inti terbesar terjadi pada komoditas emas dengan laju inflasi 14,81% (q-t-q) dengan sumbangan sebesar,12%, yang dikarenakan oleh tingginya permintaan emas sebagai sarana investasi dan kecenderungan peningkatan harga emas di 41

44 pasar internasional. Selain emas, jasa angkutan udara juga memberikan andil besar dalam pembentukan inflasi kelompok inti sebesar,1% dengan laju 25,72% (q-t-q) yang disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap jasa angkutan udara tersebut terkait dengan hari libur sekolah dan hari libur keagamaan. 42

45 Bab 3 Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan sampai dengan triwulan III-211 secara konsisten mengalami peningkatan. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang cukup besar, baik dari sisi aset, pengerahan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan. Peningkatan transaksi perbankan terjadi sebagai akibat dari peningkatan aktivitas perekonomian Bali yang tercatat tumbuh tinggi. Seiring dengan peningkatan kinerja, tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali mampu bertahan pada kisaran 68,22%, menunjukkan pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang berjalan dengan baik PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Kondisi Umum Secara umum aset bank umum pada triwulan II-211 mencapai Rp miliar, tumbuh sebesar 22,62% (y-o-y). Pertumbuhan asset yang cukup besar ini umumnya didorong oleh pengerahan dana masyarakat (DPK), dan transfer dana dari bank di luar Bali atau rekening antar kantor pasiva. Peningkatan DPK ditunjukkan oleh peningkatan nominal sebesar Rp miliar dengan penambahan rekening dalam triwulan III-211. Demikian pula transaksi antar kantor khususnya yang masuk dalam sistem perbankan di Bali tercatat mengalam peningkatan, seiring peningkatan kebutuhan dana dari kantor cabang bank yang berkantor pusat di luar Bali. Peningkatan asset yang didorong oleh DPK dan transfer dana antar kantor memungkinkan perbankan untuk melakukan ekspansi secara lebih luas, yang ditunjukkan oleh peningkatan kredit yang tersalur ke masyarakat. Namun demikian pembentukan aset perbankan di Bali, penghimpunan dana dan pengerahan kredit masih sangat dipengaruhi oleh bank-bank pemerintah (termasuk Bank Pembangunan Daerah). Peran perbankan pemerintah dalam pembentukan asset mencapai 58,37%, mencapai Rp miliar, dalam pembentukan DPK sebesar 58,83%, mencapai 25,179% serta penyaluran kredit sebesar 67,38%, mencapai 19,36 miliar. Tingginya porsi perbankan pemerintah khususnya dalam penyaluran kredit disebabakan oleh beberapa faktor antara lain, jaringan kantor lebih luas dan besar, fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan relatif lebih menarik, skim dan jenis produk relatif lebih beragam dan inovatif serta sentiment positif masyarakat terhadap bank-bank milik pemerintah. Sementara, walaupun bank swasta nasional memiliki jumlah kantor paling besar namun terkonsentrasi di Denpasar dan Badung, memiliki share dalam pembentukan aset sebesar 38,94% mencapai Rp miliar. Sedangkan dana pihak ketiga mencapai Rp miliar atau 38,13%. Sementara dari sisi penyaluran kredit meskipun mampu tumbuh signifikan, namun pangsanya masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan penghimpunan dana, sebesar Rp miliar atau sebesar 31,97% dari total kredit perbankan. 43

46 (dalam miliar Rp) INDIKATOR Asset Dana Pihak Ketiga Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III 36,98 36,759 39,897 43,76 44,517 47,111 48,92 32,299 33,649 35,735 37,848 38,536 4,34 42,81 Deposito 11,179 11,35 11,79 12,73 12,656 13,146 14,177 Giro 6,414 7,13 7,719 7,287 7,931 8,73 8,867 Tabungan 14,77 15,285 16,36 17,858 17,949 18,491 19,757 Kredit Umum 2,348 21,783 22,981 24,832 25,354 27,14 28,733 Modal Kerja 8,25 8,926 9,519 1,546 1,538 11,176 11,779 Investasi 3,468 3,778 4,5 4,414 4,463 4,968 5,534 Konsumsi 8,63 9,8 9,457 9,873 1,353 1,995 11,421 Kredit MKM 16,853 17,934 18,75 19,964 2,584 22,549 23,671 Pangsa kredit MKM 84.14% 83.86% 83.6% 81.81% 83.16% 83.9% 82.38% NPL (Gross)% 2.56% 2.48% 2.56% 1.95% 2.2% 2.17% 1.96% LDR 61.55% 63.56% 63.17% 64.47% 64.24% 67.28% 67.13% Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit 35. Grafik 3.2 Komposisi Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank % Asset DPK Kredit DPK.65% 3.4% 31.97% 38.13% 58.83% 67.38% 5. - Kredit I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Aset 2.69% 38.94% 58.37% (%) % 2% 4% 6% 8% 1% Sumber : Bank Indonesia Asing Campurang Swasta Pemerintah Sumber : Bank Indonesia Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Triwulan III-211 yang diperkirakan menjadi puncak kegiatan perekonomian di Bali, juga ditandai dengan meningkatnya kebutuhan dana di sektor riil, seiring dengan peningkatan kebutuhan dana tersebut, tingkat pendapatan faktor-faktor produksi juga mengalami peningkatan. Tingginya transaksi perekonomian ini terefleksi oleh peningkatan pengerahan dana masyarakat khususnya yang bersumber dari DPK perorangan yang diikuti dengan % Grafik 3.3 Perkembangan LDR Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia 44

47 peningkatan ekspansi kredit khususnya kepada debitur perusahaan. Ekspansi kredit pada triwulan III-211 tercatat meningkat sebesar 25,3% (y-o-y) atau sebesar Rp miliar. Sedangkan pertumbuhan dana mencapai 19,78% (y-o-y), pertumbuhan dana yang lebih lambat dibanding ekspansi kredit menyebabkan LDR bank umum Bali pada triwulan III-211 mampu bertahan pada level yang cukup tinggi pada kisaran kisaran 67,13%. Pembentukan LDR tertinggi terjadi pada kelompok bank pemerintah yang mencapai 76,89%, diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 56,28% dan bank asing sebesar 14,38%. Sementara itu tiga bank lokal, yang berkantor pusat di Bali memiliki LDR sebesar 93,41%. Hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah lebih ekspansif dalam penyaluran kredit dibanding bank swasta, demikian pula dengan bank yang berkantor pusat. Tingkat LDR juga dapat memberikan indikasi sifat kegiatan suatu bank, dimana fokus usaha bank pemerintah dan bank lokal adalah penyaluran kredit, sementara fokus usaha beberapa bank swasta adalah menghimpun dana dengan penyaluran pada cabang lain, serta skim kredit bank pemerintah dan bank lokal yang lebih bervariasi Penghimpunan Dana Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah rekening tabungan menyebabkan DPK tumbuh sebesar Rp 7.67 miliar atau 19,78% (y-o-y), dan meningkat 6,1% dari triwulan sebelumnya. Sesuai dengan kondisi perekonomian yang tengah tumbuh, maka pengendapan DPK terbesar terjadi pada simpanan dalam bentuk tabungan mencapai Rp miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 21,17% (y-o-y) dan sumbangan terhadap pembentukan DPK sebesar 46,16%. Sementara itu simpanan berjangka yang mencapai Rp miliar mampu tumbuh 21,7% (y-o-y). Simpanan dalam bentuk giro, pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh 24,1% (y-o-y), pada triwulan III mengalami pelambatan menjadi 14,86% (y-o-y). Peningkatan yang tinggi pada tabungan dan deposito yang diiringi dengan pelambatan giro mengindikasikan adanya aliran yang kuat di faktor-faktor produksi terkait dengan kegiatan perekonomian. Grafik 3.4 Grafik 3.5 Komposisi DPK Bank Umum Pertumbuhan DPK 3 25 Nominal DPK (Rhs) Pertumbuhan DPK 45, 4, 35, 2 3, 15 % 25, 2, (miliar Rp) 1 15, 5 1, 5, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 45

48 Komposisi DPK dari waktu ke waktu belum belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, sebagian besar penempatan simpanan dilakukan dalam bentuk tabungan, sebesar 46,16%, diikuti oleh deposito sebesar 33,12% dan giro sebesar 2,72%. Dominasi yang besar dalam bentuk tabungan menunjukkan DPK yang mampu dihimpun dari masyarakat lebih didominasi oleh perorangan terkait dengan struktur perekonomian Bali yang sangat didominasi oleh kegiatan usaha skala MKM dan minim kegiatan industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan simpanan dalam bentuk tabungan menjadi pilihan yang paling ideal, mengingat kemudahan dalam bertransaksi Penyaluran Kredit Ekspansi kredit perbankan pada triwulan III-211 tumbuh sebesar 25,3% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan II-211 yang tercatat tumbuh sebesar 24,59% (y-o-y). Demikian pula secara triwulanan, sepanjang triwulan III-211, kredit meningkat sebesar 5,87%. Peningkatan aktivitas perekonomian yang tengah mencapai puncaknya diperkirakan menjadi alasan peningkatan ekspansi kredit yang disalurkan baik ke masyarakat maupun kepada dunia usaha, baik dalam bentuk kredit produktif maupun konsumtif. 35, Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Perbankan 35 Grafik 3.7 Komposisi Kredit 3, 3 25, 2, 15, (Miliar rupiah) 1, 5, Kredit Pertumbuhan kredit (Rhs) (%) 1 5 Konsumsi 39.75% Investasi 19.26% Modal kerja 4.99% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Secara nominal, kredit mencapai Rp miliar dan mencapai 58,74% dari total aset meningkat triwulan sebelumnya sebesar 57,61%. Ekspansi kredit pada triwulan III-211 yang cukup tinggi diperkirakan karena adanya kebutuhan dana untuk kegiatan perdagangan dan berkembangnya sektor usaha bangunan, properti, dan akomodasi, serta kebutuhan pendidikan. Peningkatan ekspansi kredit pada sektor-sektor tersebut diperkirakan karena industri pariwisata sebagai pendorong utama perekonomian sedang telah memasuki periode peak season, sehingga sektor-sektor ekonomi turunannya ikut tumbuh bersama peningkatan industri ini. Jenis kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah kredit jenis investasi sebesar 38,17% (yo-y), dan mencapai Rp miliar dengan total posisi kredit sebesar Rp mliar. Peningkatan kredit investasi terutama didorong oleh peningkatan pada sektor real estate dan usaha persewaan, sektor industri 46

49 olahan serta sektor perdagangan eceran yang tumbuh relatif stabil. Peningkatan kegiatan investasi diperkirakan sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian yang membutuhkan tambahan infrastruktur. Sebagian besar pendanaan jenis kredit investasi disalurkan untuk kegiatan pembangunan jenis rumah tinggal dan pembangunan jenis rumah took. Kedua jenis perumahan tersebut tengah mengalami peningkatan permintaan khususnya di tahun 211, mengingat dibukanya pusat-pusat aktivitas bisnis yang baru, baik di daerah perkotaan maupun di daerah yang relative di luar kota. Perluasan pusat aktivitas bisnis di Bali terjadi cukup cepat mengingat dukungan pemerintah dalam penyediaan infrastuktur yang cukup memedai. Hal tersebut juga terjadi sebagai akibat dari upaya pemerintah daerah dalam perluasan dan pemerataan pembangunan yang berdampak pada peningkatan kinerja perbankan. Sementara untuk kredit jenis modal kerja yang mencapai Rp miliar, dan tumbuh sebesar 23,74% (y-o-y) atau 5,39% (q-t-q). Pertumbuhan yang cukup besar pada kredit sektor ini ditopang oleh meningkatnya kegiatan perdagangan, khususnya perdagangan sekala kecil dan menengah (eceran) yang mengalami peningkatan cukup besar. Sementara kredit jenis konsumsi, tercatat tumbuh sebesar 2,76% (yo-y), peningkatan ini diperkirakan karena peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan perayaan hari keagamaan dan pergantian tahun ajaran sekolah. Selain untuk kebutuhan tersebut kredit konsumsi juga didorong oleh pembelian kendaraan khususnya kendaraan roda dua. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp) Kategori Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Perdagangan 6,19 6,212 6,434 6,784 6,869 7,18 7,689 Penyedia akomodasi dan makan minum 1,715 1,878 1,968 2,233 1,844 2,14 2,276 Real estate, sewa dan Konstruksi ,241 1,541 1,721 1,846 2,29 Pertanian dan perikanan Industri olahan , Bukan Lapangan Usaha Lainnya 8,489 8,993 9,457 9,873 1,353 1,995 11,421 1,992 2,469 2,566 3,37 3,198 3,612 3,73 Sumber : Bank Indonesia 4% 13% Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.8 Kredit Berdasar Sektor 27% 7% 3% 2% 8% Perdagangan Penyedia akomodasi dan makan minum Real estate, sewa dan Konstruksi Pertanian dan perikanan Industri olahan Bukan Lapangan Usaha Secara sektoral, kredit produktif didominasi oleh kredit untuk kegiatan perdagangan yang mencapai Rp miliar dengan andil sebesar 26,76%, diikuti kegiatan peyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp miliar dangan andil 7,92%. Kredit yang disalurkan untuk sektor perdagangan umumnya disalurkan untuk kredit perdagangan eceran yang mencapai Rp miliar dengan andil 72,76% dari total kredit perdangan dan 18,96% dari total kredit. Penyaluran kredit untuk perdagangan eceran umumnya dilakukan kepada pedagang barang kebutuhan sehari-hari. 47

50 Kredit yang terbesar kedua disalurkan kepada sektor konstruksi, serta sektor real estate dan usaha persewaan yang mencapai Rp 2.29 miliar atau 7,6% dari total kredit. Penyaluran kredit sektor ini umumnya didominasi untuk pembangunan perumahan dan pembangunan pertokoan dengan jenis rumah toko. Penyaluran kredit untuk sektor ini tercatat meningkat sebesar 54,23% (y-o-y), yang didukung oleh peningkatan kebutuhan perumahan, terkait dengan tingginya migrasi ke Bali, khusunya di daerah-daerah tujuan wisata seperti Kota dan Kabupaten Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar. Sementara kredit untuk pertanian, peternakan dan perikanan hanya sebesar Rp 59 miliar atau 2,5%, lebih rendah dari penyaluran triwulan sebelumnya sebesar Rp 593 miliar. Penurunan penyaluran kredit diperkirakan terjadi seiring dengan berlalunya puncak panen, sehingga kebutuhan dana oleh petani dapat ditekan. selain itu kegiatan usaha budidaya sapi potong, budidaya badi dan unggas, merupakan jenis usaha yang mendapatkan kredit paling besar dari perbankan, terlihat tidak mengalami peningkatan. Konsentrasi kredit kepada kedua unit usaha tersebut disesuaikan dengan karakteristik pertanian dan perikanan serta tingkat risiko sektor pertanian di Bali. Sedangkan andil kredit untuk kegitan yang diklasifikasikan bukan lapangan usaha atau konsumsi yang mencapai Rp 11,421 miliar adalah sebesar 39,75%. Kredit bukan lapangan usaha umumnya disalurkan untuk kredit kepemilikan rumah yang mencapai Rp 6.21 miliar atau 21,84% dari total kredit atau 52,72% dari kredit bukan lapangan usaha Non Performing Loan (NPL) Kualitas pengamanan kredit perbankan dapat dikatan mengalami peningkatan, jumlah kredit yang dikategorikan dalam non performing loan (NPL), mengalami penurunan dari Rp 588 miliar pada triwulan II menjadi Rp 563 miliar. Rasio NPL pada triwulan III-211 tercatat sebesar 1,96% lebih baik disbanding triwulan sebelumnya sebesar 2,17%. Peningkatan kualitas rasio NPL diperkirakan karena perbankan semakin selektif dalam melakukan ekspansi kredit serta peningkatan kualitas pengawasan kredit. Secara nominal, sektor ekonomi yang paling besar menyumbang NPL adalah kredit sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 138 milyar dengan rasio NPL sebesar 1,8%, diikuti dengan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp 99 miliar dengan rasio NPL 4,35%. Sementara nominal NPL kredit sektor lain-lain sebesar Rp 87 miliar dengan rasio NPL sebesar,77%. Nominal NPL yang tercatat mengalami penurunan menunjukkan perbankan mampu memperbaiki kinerja kreditnya, termasuk dalam penanganan kredit bermasalah. Sebagai dampaknya kredit yang digolongkan bermasalah dapat dikurangi. Sektor dengan rasio NPL tertinggi dimiliki oleh kredit sektor jasa pendidikan dengan rasio NPL sebesar 13,7%, diikuti sektor konstruksi dan jasa kesehatan dengan rasio NPL masing-masing sebesar 11,27% dan 5,93%. Sementara kredit untuk sektor pertanian yang penyalurannya relatif rendah 2,5% dari total kredit memiliki rasio NPL 2,64%. Dua sektor utama lainnya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor 48

51 real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan masing-masing memiliki rasio NPL sebesar 1,12% dan 3,42%. Adapun sektor konsumsi, yang menguasai 39,75% kredit di Bali tercatat memiliki rasio NPL sbesar,77%. Dengan andil yang besar dan risiko kredit yang rendah, dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman dibandingkan sektor produktif lainnya terutama sektor konstruksi. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbang bank untuk memberikan porsi yang lebih besar dalam penyaluran kredit disbanding sektor lain. Rendahnya risiko kredit konsumsi dipengaruhi oleh, golongan debitur yang relatif sangat aman karena merupakan golongan pegawai dengan gaji relative tetap, sebagian besar dialokasikan untuk kepemilikan rumah/tempat tinggal dan kendaraan bermotor umumnya telah direncanakan skema pembayarannya oleh debitur, sehingga kelancaran pembayarannya relatif cukup terjaga PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sejalan dengan peningkatan kinerja bank umum, BPR juga mencatatkan terjadinya peningkatan kegiatan usaha pada triwulan III-211. Aset BPR tercatat tumbuh sebesar 38,17% (y-o-y) meningkat dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,52%. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan terjadinya peningkatan, selain aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 38,51% (yo-y) dan 31,32% (y-o-y). Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan III-211 sangat dipengaruhi oleh meningkatnya DPK yang mampu dihimpun oleh BPR, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPR tetap terjaga. Peningkatan pada sisi DPK memungkinkan BPR untuk meningkatkan ekspansi kreditnya, namun karena pertumbuhan DPK yang jauh lebih cepat dibanding kredit maka pada triwulan III 211 loan to deposit ratio tercatat melambat pada kisaran 79,54% lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 82,94%. Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp) INDIKATOR 1. Total Aset 2. Dana Pihak Ketiga a. Tabungan b. Deposito 3. Kredit 4. LDR (%) 5. NPLs gross (%) Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III 2,826 2,963 3,142 3,431 3,718 3,956 4,341 1,952 2,13 2,133 2,331 2,559 2,67 2, ,292 1,342 1,435 1,588 1,759 1,865 2,94 2,231 2,359 2,487 2,666 2,862 3,13 3, Sumber : Bank Indonesia 49

52 (miliar Rp) Grafik 3.9 Pertumbuhan Aset, Kredit dan LDR 5 45 ASET 4 KREDIT 35 3 LDR (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III 86% 84% 82% 8% 78% 76% 74% 72% (LDR) (%) Grafik 3.1 Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit komposisi Kredit Pertumbuhan Kredit (Rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III (%) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Peningkatan ekspansi kredit dan penghimpunan dana menunjukkan terjadinya peningkatan pelaksanaan fungsi intermediasi BPR. DPK BPR yang berbentuk dari deposito dan tabungan tumbuh sebesar Rp 821 miliar. Dari jenisnya, DPK umumnya didominasi oleh simpanan dalam bentuk deposito yang mencapai Rp 2.94 miliar dengan andil 7,87%. Deposito tercatat tumbuh sebesar 45.9%, jauh lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan tabungan yang hanya mencapai 23.3% pada periode yang sama, hal ini didorong oleh tingginya suku bunga deposito yang ditawarkan oleh BPR. BPR sebagai lembaga keuangan skala kecil, dengan infrastruktur dan jasa yang terbatas, instrument suku bunga deposito menjadi satu-satunya daya tarik untuk menarik minat deposan. Hal ini berpotensi menyebabkan BPR tidak beroperasi secara efisien dan memicu suku bunga kredit. Sementara kredit tumbuh sebesar Rp 779 miliar atau sebesar 31,32% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Dilihat dari komposisi kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit terhadap aset mengalami penurunan dari 78,43% pada triwulan II-211 menjadi 75,22% pada triwulan III-211. Meskipun tercatat mengalami penurunan, namun komposisi kredit terhadap asset masih tergolong tinggi, hal ini karena BPR sangat terkonsentrasi pada penyaluran kredit dalam mengelola aktiva produktifnya. Penyebaran kredit yang disalurkan oleh BPR dapat dikatakan tidak merata, konsentrasi penyaluran kredit dilakukan untuk sektor perdagangan yang mencapai Rp miliar atau 34,75% dari total kredit. Fokus kredit lainnya adalah kredit konsumsi dan kredit kepada sektor yang belum jelas batasannya masingmasing sebesar Rp 876 miliar atau 26,82% dan Rp 516 miliar atau 15,79%. Sementara penyaluran kredit untuk sektor lainnya relatif cukup rendah dengan rata-rata andil untuk 15 sektor lainnya tidak lebih dari 2%. Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi dan sektor perdagangan berpotensi menimbulkan risiko kredit yang cukup besar, mengingat kredit konsumsi BPR umumnya bukan merupakan kredit dengan pola pelunasan yang terjamin seperti pola pemotongan gaji bagi kredit konsumsi yang terdapat di bank umum. Meskipun kredit mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun kualitas kredit dapat dijaga oleh bank, hal ini diindikasikan dari penurunan rasio NPL dari 3,66% pada triwulan II-211 menjadi 3,47% pada triwulan III-211. Penurunan rasio NPL ditengah ekspansi yang tinggi menunjukkan BPR dapat semakin selektif dan berhati-hati dalam alokasi aktiva produktifnya. Selain itu hal ini juga menujukkan fungsi monitoring kredit yang berjalan dengan baik sehingga kredit non perform dapat ditekan dan dikurangi. 5

53 3.3 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu dari perkembangan sistem pembayaran, transaksi pembayaran tunai mengalami net outflow, dengan peningkatan transaksi relatif signifikan di masing-masing jenis transaksi. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai untuk transaksi di masyarakat seiring maraknya hari raya keagamaan, tahun ajaran baru bagi sekolah dan universitas, serta masa puncak kunjungan wisatawan (Juli September). Seiring peningkatan transaksi tunai, realisasi transaksi non tunai baik menggunakan kliring maupun RTGS juga mengalami peningkatan di triwulan III-211. Peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi berjumlah besar di masyarakat, yang diperkirakan turut dipengaruhi oleh mulai direalisasikannya sejumlah proyek pemerintah dan swasta Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran Aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di wilayah Bali pada triwulan III-211 kembali mengalami net outflow. Kondisi tersebut terjadi karena aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia ke masyarakat lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia. Hal ini mengingikasikan bahwa kebutuhan uang tunai untuk transaksi mulai meningkat, yang terjadi seiring dengan mulai meningkatnya aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat di triwulan III-211 sehubungan perayaan Hari Raya Idul Fitri, masuknya tahun ajaran baru, serta periode puncak kunjungan wisatawan. Dari masing-masing jenis transaksi yang dilaksanakan, baik transaksi masuk ke Bank Indonesia (inflow) maupun transaksi keluar dari Bank Indonesia (outflow) mengalami peningkatan signifikan. Transaksi yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) sepanjang triwulan III-211 mencapai Rp miliar, meningkat meningkat 8,74% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp miliar. Sementara itu aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outlow) yang diakibatkan oleh penarikan bank-bank umum tercatat sebesar Rp 3.92 miliar, atau meningkat 42,75% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp miliar. Namun lebih tingginya transaksi outflow mengakibatkan terjadinya net outflow sepanjang triwulan III-211 sebesar Rp 745 miliar. Tingginya transaksi pada triwulan III ini mengindikasikan bahwa kebutuhan transaksi menggunakan uang kartal meningkat. Banyaknya perayaan hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan Idul Fitri, momen pergantian tahun ajaran baru sekolah dan universitas, serta puncak kunjungan wisatawan pada periode Juli September diperkirakan turut mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat. 51

54 Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Miliar Rp) INDIKATOR I II III IV I II III IV I II III Inflow ,397 1,299 2,347 Outflow ,221 1, ,23 1,815 1,631 1,111 2,166 3,92 Net flow 58 (26) (97) (48) 437 (44) (96) (888) 286 (868) (745) Penukaran Uang Palsu (dalam lembar) , Sumber : Bank Indonesia Denpasar Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya menggunakan uang kertas dalam transaksi tunai yang dilakukan. Hal tersebut diindikasikan dari dominasi uang kertas baik berupa inflow maupun outflow yang rata-ratanya mencapai 99,89%. Untuk transaksi tunai menggunakan uang kertas, transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 1.,- dengan nominal mencapai Rp 1.37,77 miliar atau 55,72% dari keseluruhan inflow uang kertas, diikuti pecahan Rp 5.,- dengan nominal mencapai Rp 953,84 miliar atau 4,64% dari keseluruhan transaksi inflow uang kertas. Sementara itu transaksi outflow juga didominasi oleh kedua pecahan tersebut dengan nomial transaksi masing-masing sebesar Rp 1.581,73 miliar (51,26%) dan Rp 1.319,82 miliar (42,77%). Peningkatan outflow yang cukup tinggi di triwulan III-211 mengakibatkan kenaikan transaksi outflow hampir di seluruh pecahan mata uang kertas, terutama pada mata uang pecahan besar yakni Rp 1.,- dan Rp 5.,- yang mengalami peningkatan nominal sangat signifikan di triwulan III-211 (masing-masing meningkat 28,58% dan 64,32% (q-t-q)). Sementara itu untuk uang logam, transaksi inflow didominasi oleh uang pecahan Rp 5,- dengan nominal mencapai Rp 11, juta (8,17% dari keseluruhan transaksi inflow uang logam). Sementara itu transaksi outflow didominasi oleh pecahan Rp 1.,- dengan nominal mencapai Rp 3,11 miliar (46,65% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam), diikuti pecahan Rp 5,- dengan nominal mencapai Rp 2,28 miliar (34,1% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam). Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Rp Miliar 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - (5) (1,) (1,5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Denpasar Inflow Outflow Net flow Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Miliar Rp 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - Nominal Frekuensi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Denpasar Frekuensi Selain aliran uang baik inflow maupun outflow, kebutuhan uang kartal juga tercermin dari besarnya kegiatan penukaran yang dilakukan. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Bank Indonesia Denpasar, serta dengan menggunakan sarana

55 kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Kantor Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah. Total kegiatan penukaran yang dilaksanakan pada triwulan III-211 mencapai Rp 11,91 miliar, dengan rata-rata penukaran sebesar Rp 1,88 miliar per hari. Volume penukaran tersebut meningkat 11,46% dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan III-211 sebanyak 16 kali, dengan nominal transaksi sebesar Rp 8,7 miliar Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Selain melakukan pengedaran uang, Bank Indonesia juga melakukan kebijakan clean Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB money policy untuk menjaga dan mempertahankan uang yang beredar dalam keadaan layak edar. Bank Indonesia melakukan pemberian tanda tidak berharga (PTTB) pada uang yang telah dicabut dan tidak layak edar. Pada triwulan III-211, jumlah uang yang dimusnahkan menurun 18,57% dibanding transaksi triwulan sebelumnya. Meningkatnya transaksi perekonomian pada triwulan III-211 tidak diikuti dengan Miliar Rp 1,6, 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, - Frekuensi Inflow PTTB 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II meningkatnya jumlah uang tidak layak edar, yang mengindikasikan meningkatnya kepedulian Sumber : Bank Indonesia Denpasar masyarakat terhadap kebijakan clean money policy Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Denpasar mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Sepanjang triwulan III-211, uang palsu yang ditemukan tercatat sebanyak 982 lembar, meningkat 11,46% dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 881 lembar. Jika dilihat dari prosentasenya berdasarkan pecahannya, temuan terbesar adalah pecahan Rp 1.,- (74,54%) diikuti uang pecahan Rp 5.,- (24,3%). Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, KBI Denpasar terus berupaya memberikan sosialisasi cirri-ciri keaslian nilai rupiah kepada masyarakat PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Semakin berkembangnya perekonomian domestik turut mendorong peningkatan kebutuhan terhadap transaksi non tunai, sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia terkait pembayaran non tunai, yang diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang efektif, 53

56 efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring maupun Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS), antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran Kliring Lokal Sepanjang triwulan III-211 perkembangan transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah transaksi maupun nominalnya. Transaksi kliring pada triwulan III-211 sebanyak 461 ribu lembar, dengan nilai transaksi mencapai Rp miliar. Dari sisi volume, transaksi menggunakan kliring meningkat 22 ribu lembar, atau meningkat 4,97% (q-t-q) dibanding volume triwulan sebelumnya yang sebanyak 439 ribu lembar. Sementara itu dari sisi nominal, transaksi meningkat 12,8% (q-t-q) dibanding nominal transaksi triwulan II-211 yang mencapai Rp miliar. Meningkatnya nominal dan volume transaksi masyarakat menggunakan kliring mengindikasikan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menggunakan transaksi non tunai. Peningkatan aktivitas perekonomian sehubungan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya tahun ajaran baru sekolah dan universitas diperkirakan turut berdampak pada peningkatan transaksi non tunai menggunakan kliring. Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong (Miliar Rp) KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III PERPUTARAN KLIRING Lembar (Ribuan Lembar) Nominal Kliring 4,959 6,291 6,775 7,137 7,46 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 8,879 - Rata-rata lembar per hari (Satuan) 5,85 6,982 7,477 7,117 7,435 7,371 6,365 7,384 8,2 7,198 7,812 - Rata-rata nominal per hari TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (Satuan) 7,344 7,48 7,455 7,284 7,19 7,54 7,168 7,484 8,125 7,28 8,286 Nominal Cek/ BG kosong Rata-rata lembar per hari (Satuan) Rata-rata nominal per hari Sumber : Bank Indonesia Denpasar Sementara itu penolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan III-211 sebanyak lembar dengan nominal penolakan sebesar Rp 219 miliar. Lembar penolakan tersebut mengalami peningkatan 19,88% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7.28 lembar. Nominal penolakan cek/bilyet giro kosong juga mengalami peningkatan 19,88% dibanding nominal penolakan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 183 miliar. Secara umum, nominal penolakan tersebut mencapai 2,47% dari keseluruhan transaksi kliring yang dilakukan pada triwulan III-211, dengan jumlah lembar yang ditolak sebesar 1,8% dari keseluruhan lembar kliring yang ditransaksikan. Meningkatnya tolakan di triwulan III-211 terjadi seiring dengan meningkatnya transaksi kliring yang dilakukan. Namun demikian jumlah tolakan tersebut masih 54

57 terbilang rendah, dan mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang diselenggarakan dapat dikatakan handal. Grafik Perkembangan Kliring Miliar Rp Ribu Lembar 1, Nominal Kliring Lembar (Ribuan Lembar) 6 8, 5 6, 4 4, 2, 3 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Denpasar Grafik Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong Miliar Rp Nominal Cek/ BG kosong Lembar (Satuan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Lembar (dlm satuan) 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Sumber : Bank Indonesia Denpasar Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan transaksi non tunai lainnya dengan menggunakan RTGS juga meningkat pada triwulan III-211. Total transaksi RTGS yang meliputi transaksi keluar (RTGS from), transaksi masuk (RTGS to) serta transaksi antara (RTGS from to) sepanjang triwulan III-211 sebanyak transaksi, dengan nominal mencapai Rp miliar, jumlah tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebanyak transaksi dengan nominal mencapai Rp miliar. Dilihat dari jenis transaksinya, nominal transaksi pengiriman uang keluar Bali (RTGS from) meningkat Rp miliar, atau meningkat 8,34% dibanding triwulan sebelumnya. Transaksi antara (RTGS from to) juga meningkat Rp 18 miliar, atau mengalami peningkatan,52% terhadap triwulan sebelumnya. Sementara itu transaksi masuk (RTGS to) mengalami penurunan Rp miliar dibanding triwulan sebelumnya, atau menurun 1,45% (q-t-q). Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS (Miliar Rp) KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III RTGS From RTGS (From) 13,5 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 2,341 23,92 25,17 Volume 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,42 16,239 19,49 15,626 15,789 17,76 To RTGS (To) 7,473 8,354 7,557 9,57 8,198 9,378 1,976 11,222 11,27 12,553 11,241 Volume 11,815 14,238 14,65 16,964 16,122 17,57 19,362 2,89 18,347 18,257 19,334 From - To RTGS (From - To) 2,37 2,681 2,8 3,64 2,845 2,95 3,278 3,547 3,357 3,411 3,429 Volume 3,119 3,775 3,457 4,16 4,48 4,216 4,424 4,74 4,751 4,468 4,686 Sumber : Bank Indonesia Denpasar 55

58 Dari sisi volume, transaksi RTGS juga mengalami peningkatan sepanjang triwulan III-211. Peningkatan terjadi di seluruh jenis transaksi RTGS, baik RTGS from, RTGS to, maupun RTGS from-to yang masing-masing mengalami peningkatan 8,15%, 5,9%, dan 4,88% (q-t-q). Meningkatnya transaksi di triwulan III-211 baik dari sisi volume maupun nominal transaksi mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi non tunai dengan pecahan besar yang dilakukan oleh masyarakat. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian sepanjang triwulan III-211 dan mulai direalisasikannya proyek-proyek baik oleh pemerintah maupun swasta. Grafik Perkembangan Transaksi RTGS From Grafik Perkembangan Transaksi RTGS To Miliar Rp 25, 2, 15, 1, 5, RTGS (From) Volume Volume 3, 25, 2, 15, 1, 5, Miliar Rp 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, RTGS (To) Volume Volume 25, 2, 15, 1, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Denpasar Sumber : Bank Indonesia Denpasar Grafik Perkembangan Transaksi RTGS From To Miliar Rp Volume 5, RTGS (To) Volume 6, 4, 5, 3, 2, 4, 3, 2, 1, 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Denpasar 56

59 Boks C. Sektor Unggulan Bali Menurut Perbankan Provinsi Bali sebagai pusat kegiatan pariwisata di Indonesia mempunyai potensi pengembangan sektor unggulan. Namun demikian, penentuan sektor unggulan sangat ditentukan oleh banyak persepsi dari masing-masing agen ekonomi. Tulisan kali ini akan mengulas singkat sektor unggulan menurut presepsi perbankan sebagai penyalur kredit bagi sektor usaha. Bank Indonesia Denpasar telah melaksanakan survey terhadap lebih dari seratus lembaga perbankan yang berkantor di Bali baik berupa bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jumlah total bank yang berlokasi di Bali sebanyak 45 bank umum dan 137 BPR. Proses pembersihan data menyebabkan sebanyak 77 responden terdiri dari 27 bank umum dan 5 BPR yang dapat dianalisis. Sebagian besar responden mempekerjakan tenaga kerja asal bali dengan prosentase rata-rata 94,6% dari total tenaga kerja yang dipekerjakan. Meskipun terdapat beberapa responden yang memiliki nasabah hingga warga Negara asing, proporsi nasabah asal Bali relatif besar dengan rata-rata proporsi hingga 87,32%. Sementara rata-rata proporsi nasabah luar Bali hanya sebesar 16,67%. Hal ini menunjukkan sebagian besar aktivitas perbankan di Bali berada di Provinsi Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor unggulan menurut perbankan harus mempunyai pasar yang strategis, menarik bagi kredit perbankan dan penyerapan tenaga kerjanya tinggi (lihat Tabel 1). Sektor usaha yang paling cocok dengan kriteria tersebut adalah sektor perdagangan dan kerajinan. Untuk sektor perdagangan, jumlah bank yang mengalokasikan kredit pada sektor tersebut mencapai lebih dari 9% dari total responden. Alasan utamanya adalah perputaran uang yang cepat dan return usaha yang tinggi sehingga proses pengembalian kreditnya relatif lebih lancar. Sementara untuk sektor kerajinan, beberapa bank belum mengalokasikan kredit yang relatif besar terutama pada kerajinan yang berbahan baku lokal. Anggapan bahwa kinerja sektor kerajinan sangat berfluktuasi mengikuti permintaan wisatawan menjadi hambatan alokasi kredit yang lebih besar. Tabel 1. Sektor Unggulan menurut Perbankan Bali Peringkat Kriteria Utama Sektor Persentase Bank dengan Alokasi Besar pada Sektor Tersebut 1 Mempunyai pasar strategis Perdagangan 92,86 2 Menarik bagi kredit perbankan Perdagangan 91,53 3 Penyerapan tenaga kerja Kerajinan 52,17 4 Produksi berkelanjutan Kerajinan 58,33 5 Sumbangan ekonomi Perhotelan 56,67 6 Diminati wisatawan Kerajinan 58,7 7 Infrastruktur produksi kuat Kerajinan 52,94 8 Dukungan pemerintah Peternakan 47,37 9 Kandungan lokal Kerajinan lokal 41,46 Sumber: data diolah 57

60 Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa sektor perdagangan selain menjadi alokasi kredit terbesar perbankan (dinyatakan oleh 85,71% responden) juga menjadi sektor usaha yang dapat memberikan keuntungan terbesar (dinyatakan oleh 63,63% responden). Sektor lainnya yang dianggap memberikan keuntungan tersbesar selain perdagangan adalah sektor perhotelan namun proporsi responden yang menyatakannya jauh lebih sedikit yaitu hanya sebesar 1,39%. Alokasi penyaluran kreditnya juga tidak besar terutama disebabkan oleh kekawatiran kinerja pariwisata Bali yang rentan akan isu-isu keamanan. Grafik 1. Presepsi Perbankan terhadap Sektor Usaha Bali Perdagangan Konveksi Peternakan/pertanian Kerajinan Bahan Makanan Asuransi Pasar Modal Koperasi Angkutan Restoran Perhotelan Perbankan Penyaluran Kredit yg Dihindari Risiko Tinggi Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah Sektor yang dianggap memberikan resiko paling tinggi adalah sektor peternakan/pertanian dan sektor pasar modal yang masing-masing dinyatakan oleh 29 dan 25 responden (lihat Gambar1A). Sementara untuk sektor yang paling dihindari untuk penyaluran kredit juga berada pada sektor pasar modal dan peternakan/pertanian yang dinyatakan oleh 33 dan 17 responden. Resiko penyakit dan gangguan cuaca menyebabkan premi resiko sektor ini menjadi tinggi. Konsistensi hasil produksi juga menjadi tantangan bagi peningkatan penyaluran kredit perbankan pada sektor peternakan/pertanian di masa mendatang. Demikian pula ketidakpastian yang tinggi pada keuntungan transaksi pasar modal menyebabkan resiko penyaluran kredit perbankan pada sektor pasar modal dianggap tinggi. Persepsi perbankan tentang sektor unggulan ini dapat menjadi modal dasar bagi rencana pengembangan sektor unggulan dengan dukungan kredit perbankan. Untuk sektor-sektor yang potensial namun alokasi kredit perbankannya masih terhambat perlu diupayakan peningkatan kinerja usaha secara berkelanjutan sehingga diharapkan dapat menarik minat sektor perbankan untuk menyalurkan kreditnya. 58

61 Boks D. PT. Jamkrida Bali Mandara: Oase di Tengah Kegalauan UMKM Daerah Pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) di setiap daerah sangat diperlukan untuk melengkapi infrastruktur pendukung lembaga keuangan sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 2 Tahun 28 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.1/28. Pendirian PPKD merupakan salah satu upaya meminimalisir asymmetric information di kalangan perbankan melalui penyebaran risiko kredit di antara PPKD dan perbankan. Dengan demikian, eksistensi PPKD dapat memberikan ruang yang lebih luas kepada bank untuk melakukan ekspansi kredit. Pada tahap selanjutnya, UMKM yang memiliki usaha bagus (feasible) namun tidak dapat memenuhi persyaratan perbankan (bankable) dapat mendapatkan kredit perbankan dengan jaminan dari PPKD. Sampai saat ini, baru dua Provinsi di Indonesia yang memiliki PPKD yaitu Provinsi Jawa Timur dan Bali. PPKD Provinsi Bali bernama PT. Jamkrida Bali Mandara, dengan proporsi Pemerintah Provinsi Bali sebesar Rp 49,925 miliar, Pemerintah Kabupaten Bangli Rp 5 juta, dan Pemerintah Kabupaten Karangasem Rp 75 juta sehingga total modal disetor Rp 5,5 miliar. Keberhasilan PPKD daerah dalam mendukung ekspansi kredit di daerah dapat menjadi contoh positif bagi pengembangan lembaga serupa di seluruh Provinsi di Indonesia. Penandatanganan Prasasti Persemian PT. Jamkrida Bali Mandara (Kiri Kanan): Wakil Gubernur Bali; Deputi PBI Denpasar, Kepala Biro Pembiayaan & Penjaminan Bapepam LK; Ketua DPRD Provinsi Bali; Gubernur Bali Proses pendirian PT. Jamkrida Bali Mandara dimulai dari diskusi intensif antara DPRD Provinsi Bali dengan Pemda Provinsi Bali, Bank Indonesia Denpasar, akademisi, BPD Bali, pewakilan UMKM dan stakeholders terkait. Dari hasil diskusi tersebut, terbitlah Peraturan Daerah No.2 Tahun 21 tentang Perseroan Terbatas Penjaminan Kredit Daerah Provinsi Bali tanggal 27 April 21. Setelah terbitnya Perda tersebut, Bank Indonesia Denpasar memfasilitasi kunjungan kerja ke PT. Jamkrida Jawa Timur dengan peserta Asisten II Provinsi Bali, Kepala Biro Perekonomian Provinsi Bali, Anggota DPRD Komisi II Provinsi Bali dan perwakilan dari Bank Indonesia Denpasar pada tangal April 211. Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah fit and proper test 29 calon pengurus yang dilakukan oleh tim penilai termasuk Pemimpin Bank Indonesia Denpasar pada tanggal 29 Oktober 21. Penjaminan kredit yang telah dilakukan oleh PT. Jamkrida Bali Mandara Sampai dengan 31 Juli 211 mencapai Rp 12,58 Miliar dengan total 197 nasabah. Penjaminan terbesar di Kabupaten Buleleng sebesar Rp 5,6 miliar atau 45% dari keseluruhan dengan jumlah nasabah sebanyak 113 orang. Rata-rata kredit yang 59

62 dijamin per nasabah berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 125 juta dan sebagian besar nasabah adalah pengusaha UMKM yang layak usaha namun mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit ke perbankan. Manajemen PPKD menargetkan dapat menjamin total nilai kredit antara Rp15 juta hingga Rp 25 miliar. Penjaminan kredit UMKM merupakan upaya jangka panjang untuk meningkatkan peran financial intermediares lembaga keuangan. Manfaatnya bagi perekonomian daerah baru dapat dirasakan ketika UMKM yang mendapatkan pembiayaan kredit dapat berkembang sehingga dapat menyumbngkan output bagi perekonomian daerah serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Peran pemerintah daerah dalam membina UMKM yang potensial untuk menghasilkan kinerja yang berkelanjutan sangat mempermudah proses pemberian kredit pada UMKM. Pembinaan dapat dilakukan melalui pemberian bimbingan teknis, pendampingan hingga upaya pemasaran yang berkelnajutan. Sinergi antara pemerintah daerah, perbankan dan PPKD diharapkan dapat menjadi ujung tombak bagi upaya pengembangan UMKM di Bali. 6

63 Bab 4 Keuangan Pemerintah Pada tahun anggaran 211, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14 triliun meningkat 1,57% dibandingkan anggaran 21 Perubahan. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 211 mencapai 76,54%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 211 sebesar Rp 2,48 triliun meningkat 4,1% dibandingkan anggaran 21 Perubahan. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III 211 sebesar 41,28%. 4.1 REALISASI PENDAPATAN Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada tahun 211 sebesar Rp 2,14 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,1% dan 33,89%. Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan III 211 mencapai Rp1,64 triliun atau 76,54% lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 79,23%. Realisasi pendapatan daerah sebagian besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp1,19 triliun (realisasinya mencapai 95,4%). Sementara sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan realisasi sebesar Rp,42 triliun (realisasinya mencapai 6,3% dari rencana) dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp24,84 miliar (13,21% dari rencana). Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan keuangan daerah lain telah terealisasi sebesar Rp67,9 miliar melebihi rencana sebelumnya yang hanya sebesar Rp64,23 miliar. Apabila melihat realisasi tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 21%, rencana untuk tahun 212 mendatang dapat diperbesar. Pajak daerah merupakan realisasi pendapatan terbesar pada sisi jumlah dengan besaran mencapai Rp1,1 triliun. Besarnya pajak daerah didominasi oleh pajak kendaraan bermotor. Perkembangan realisasi pendapatan triwulan III selama tiga tahun terakhir menunjukkan pola yang hampir serupa (lihat Gambar 5,1). Realisasi yang tinggi baru dicapai pada triwulan III. Terdapat penurunan agresifitas realisasi pendapatan dibandingkan tahun-tahun % Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Bali Tw I Tw II Tw III sebelumnya. NAmun demikian, penurunan Sumber : Pemda Provinsi Bali 61

64 agresifitas ini diperkirakan tidak akan menyebabkan realisasi pendapatan pada akhir tahun berada di bawah target yang telah ditetapkan. 4.2 REALISASI BELANJA Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali 211 sebesar 2,48 triliun rupiah lebih besar daripada anggaran pendapatan daerah. Realisasi belanja daerah masih dibawah realisasi pendapatan yaitu hanya sebesar Rp1,3 triliun atau 41,28% dari yang direncanakan. Apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja tahun ini relatif lebih bagus. Realisasi belanja triwulan III- 21 hanya sebesar 34,65% dari rencana. Peningkatan ini menunjukkan perbaikan kinerja Pemprov Bali dalam mempercepat pencairan dana sebagai injeksi pada perekonomian. Realisasi belanja daerah yang paling jauh Grafik 4.2 dengan target adalah belanja modal dan belanja Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali bantuan sosial dengan pencapaian masing-masing sebesar 16,33% dan 32,1%. Sebagaimana % periode sebelumnya, realisasi anggaran belanja 6 29 terbesar adalah belanja yang sifatnya rutin yaitu 5 21 belanja bantuan keuangan kepada Prov/Kab/Kota/Desa dan belanja hibah dengan 3 2 realisasi masing-masing sebesar 68,72% dan 64,73% dari rencana. Belanja modal sebagai 1 representasi dari investasi pemerintah masih Tw I Tw II Tw III direalisasikan dalam skala kecil yaitu hanya sebesar 16,33% dari rencana. Realisasi ini jauh lebih kecil Sumber : Pemda Provinsi Bali dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25,9%. Rendahnya realisasi belanja modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran. Realisasi belanja triwulan III selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa realisasi pada periode laporan lebih baik dibandingkan tahun 21 namun masih lebih rendah dibandingkan pada tahun 29 (lihat Gambar 5.2). Sayangnya, realisasi belanja modal justru paling rendah dibandingkan realisasi tahun 29 dan tahun 21. Realisasi belanja modal pada triwulan III 211 hanya sebesar 16,33% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 21 dan 29 masing-masing sebesar 25,9% dan 36,7%. Untuk mempercepat realisasi belanja model diperlukan proses trender yang lebih cepat dan efisien. 62

65 Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali (dalam juta rupiah) URAIAN APBD 211 REALISASI APBD TW I 211 REALISASI APBD TW III 211 PENDAPATAN DAERAH 2,143, , ,232, ,64, PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,249, , , ,192, Pendapatan Pajak Daerah 1,11, , , ,11, Retribusi Daerah 24,778 4, , , Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 64, , , Lain-Lain PAD yg Sah 58,611 14, , , DANA PERIMBANGAN 76,7 29, , , Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124,113 16, , , Dana Alokasi Umum (DAU) 56, , , , Dana Alokasi Khusus (DAK) 21,221 6, , , Dana Penguatan Infrastruktur Daerah LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 188, , , Pendapatan Hibah 3, , Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 13, , , Dana Penyesuaian & otonomi khusus , Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 81, , Sumbangan Pihak Ketiga Alokasi Kurang Bayar DAK BELANJA DAERAH 2,483,316 15, , ,25, BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,721,79 125, , , Belanja Pegawai 644,936 85, , , Belanja Barang Belanja Subsidi 4, Belanja Hibah 216,814 33, , , Belanja Bantuan Sosial 324,818 6, , , Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 475, , , Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 35, , , Belanja Tidak Terduga 2, BELANJA LANGSUNG 761,67 24, , , Belanja Pegawai 3, , , Belanja Barang dan Jasa 476,585 23, , , Belanja Modal 254, , , SURPLUS/(DEFISIT) (339,798) 43, ,23 615,684 PEMBIAYAAN PENERIMAAN DAERAH 34,379 73,821 74,385 74,385 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 34,379 73,821 74,385 74,385 PENGELUARAN DAEARAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penguatan Modal Pemerintah Daerah PEMBIAYAAN NETTO 34,379 73,821 74,385 74,385 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) ,134, ,362, ,32,7. % REALISASI APBD TW II 211 % % Sumber : Pemda Provinsi Bali 63

66 Halaman ini sengaja dikosongkan 64

67 Bab 5 Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan III 211 mengalami penurunan,19% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu,4% (m-t-m) pada akhir triwulan III 211 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,29% (m-t-m). Angka pengangguran di Provinsi Bali Agustus 211 sebesar 2,32% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,6% PERKEMBANGAN NTP PROVINSI BALI Perkembangan NTP selama triwulan III 211 lebih rendah dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. NTP Bali cenderung mengalami penurunan sejak pertengahan triwulan II 211 (lihat Gambar 6.1). Meskipun sejak awal 21 terdapat kecenderungan peningkatan angka NTP Bali dan selalu berada di atas NTP Nasional, fluktuasinya relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan peningkatan NTP Nasional. Peningkatan NTP Nasional yang konsisten menyebabkan perbedaan antara keduanya semakin tipis. Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional Sumber : BPS Penurunan NTP mengindikasikan terjadinya penurunan daya beli atau kesejahteraan petani yang sebagian besar adalah penduduk desa. Data inflasi perdesaan menunjukkan bahwa inflasi di perdesaan pada akhir triwulan III 211 relatif tinggi yaitu,4% (m-t-m) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar,29% (m-t-m). Inflasi perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan inflasi umum Denpasar sebesar,13% (m-t-m). Selama triwulan III 211 angka inflasi bulanan di perdesaan selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi umum Denpasar. Hal ini menunjukkan masyarakat di perdesaan mengalami kenaikan harga yang lebih tinggi disbanding perkotaan. 65

68 Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin khusunya di perdesaan, pemerintah daerah Bali telah melaksanakan program-program seperti bedah rumah dan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Bali mentargetkan pelaksanaan program bedah rumah pada 8 unit rumah dengan pola swakelola. Pola ini dipilih untuk mengatasi ketidaksesuaian spefisikasi rumah jika dikerjakan dalam pola tender. Berdasarkan data pemerintah provinsi Bali jumlah rumah tidak layak huni di Bali mencapai 13. unit. Sementara itu untuk program JKBM, pada triwulan III 211 ini telah dilaksanakan diseluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali sejak bergabungnya Kabupaten Jembaran dalam program JKBM ini pada Oktober 211. Tercatat sebanyak 1,5 juta masyarakat Bali telah terlayani program JKBM melalui puskesmas dan ruumah sakit. 5.2 PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN Tingkat pengangguran di Bali pada Agustus 211berada pada level 2,32% atau sebanyak orang. Jika bandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,86% (Agustus 21) dan 3,6% (Agustus 21), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Sebagian besar pekerja bekerja di bidang pertanian dalam arti luas dengan proporsi mencapai 34,24% diikuti dengan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi yang serupa dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan proporsi 23,77%. Sebagian besar pengangguran (75% dari total pengangguran) bertempat tinggal di perkotaan. Pemerintah daerah terus berupaya melaksanakan program-program kerja yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan tingkat pengangguran. Jumlah pekerja yang bekerja di sektor formal meningkat yaitu 43,57% dari total pekerja yang ada di Bali lebih tinggi dibandingkan peropde yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,76. Jumlah pekerja yang bekerja di sektor informal masih lebih banyak dibandingkan dengan sektor formal. Grafik 5.2. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Sumber : SKDU Tw III

69 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III 211 menunjukkan penggunaan tenaga kerja masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai survey yang menunjukkan angka dibawah nol dapat diartikan bahwa lebih banyak perusahaan yang menjadi responden yang menyatakan bahwa jumlah karyawan tetapnya mengalami penurunan. Hasil penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa kehilangan karyawan tidak segera diantisipasi dengan perekrutan karyawan baru karena jumlah karyawan masih mampu memenuhi kebutuhan proses produksi. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan IV 211 mendatang, hasil survey menunjukkan terdapat rencana peningkatan penggunaan tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi mengalami peningkatan hingga 71,13% pada Triwulan III 211 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 67,77%. Peningkatan penggunaan kapasitas produksi sudah terjadi sejak akhir tahun 21 dan mulai mendekati titik tertinggi penggunaan kapasitas produksi selama tiga tahun terakhir. Penggunaan kapasitas produksi tertinggi terjadi pada awal tahun 21 yang mencapai 81,3%. Penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan relatif kecilnya penyerapan tenaga kerja baru untuk menggantikan tenaga kerja sebelumnya yang mengundurkan diri atau telah masuk masa pensiun. 67

70 Boks E. Peran Pertumbuhan Industri Pariwisata terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sektor perdagangan, hotel dan restoran (phr) sebagai kontributor utama output perekonomian Bali juga diharapkan menjadi penggerak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan tabel matriks Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Provinsi dilakukan untuk menganalisis lebih lanjut peran sektor phr terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tabel SNSE Provinsi Bali yang digunakan adalah yang 1 terdapat dalam Inter Regional Social Accounting Matrices (IRSAM) 25 dengan yang diproyeksikan dua tahun ke depan. Analisis difokuskan pada dampak injeksi pada sektor phr serta sektor transportasi dan komunikasi (transkom) pada neraca produksi dan neraca institusi. Hasil analisis pada neraca produksi menunjukkan bahwa injeksi sektor phr akan meningkatkan kenaikan pendapatan yang 7% nya dinikmati oleh pemilik modal (lihat Gambar 1B). Sementara untuk sektor-sektor lainnya distribusi pendapatan yang dinikmati relatif kecil yaitu berada di bawah 1%. Bagian yang paling besar kedua adalah sektor produksi, operator dan buruh kasar dengan peningkatan hanya sebesar 11%. Hasil ini menunjukkan adanya ketimpangan distribusi hasil industri pariwisata yang sebagian besar dinikmati oleh pemilik modal. Grafik 1. Dampak Injeksi Sektor PHR pada Neraca Produksi Sementara dampak injeksi sektor phr pada neraca institusi menunjukkan bahwa institusi perusahaan merupakan pihak yang mendapatkan manfaat terbesar dari peningkatan aktivitas sektor phr dan masyarakat golongan atas di kota dengan bagian dari pendapatan hingga 36% dan 19% (lihat Gambar 2B). Ketimpangan kesejahteraan ditunjukkan oleh rendahnya bagian pendapatan yang dinikmati masyarakat di desa. Golongan atas dan golongan rendah di desa hanya masing-masing sebesar 1% dan 8%. Bahkan golongan rendah di kota masih mendapatkan bagian lebih besar dibandingkan golongan atas di desa. 1 IRSAM 25 yang dikembangkan oleh Budy P. Resosudarmo, Djoni Hartono dan Arief A. Yusuf dalam proyek koordinasi antara Bappenas, AusAID, CSIRO dan Bank Dunia 68

71 Grafik 2. Dampak Injeksi Sektor PHR pada Neraca Institusi Sumber : SNSE 25 diolah Analisis dengan menggunakan injeksi sektor transkom sebagai salah satu sektor utama dalam industri pariwisata pada neraca produksi menunjukkan hasil yang relatif sama dengan injeksi pada sektor phr. Bagian terbesar dari peningkatan pendapatan tetap menjadi milik pemilik modal mencapai 73% (lihat Gambar 3B). Bagian pendapatan terbesar berikutnya adalah pada sektor tata usaha, penjualan dan jasa-saja serta sektor produksi, operator, buruh kasar dengan kenaikan masing-masing sebesar 1% dan 7%. Hasil ini juga menunjukkan ketimpangan distribusi hasil dari peningkatan kinerja industri pariwisata. Grafik 3. Dampak Injeksi Sektor Transkom pada Neraca Produksi Sumber : SNSE 25 diolah 69

72 Analisis injeksi sektor transkom pada neraca institusi juga menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan. Bagian distribusi pendapatan bagi golongan atas di desa sebesar 1% masih lebih rendah dibandingkan golongan rendah di kota sebesar 13%. Bagian terbesar masih berada pada perusahaan dan golongan atas kota masing-masing sebesar 37% dan 2%. Grafik 2. Dampak Injeksi Sektor Transkom pada Neraca Institusi Sumber : SNSE 25 diolah Berbagai kombinasi analisis di atas menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup lebar dalam distribusi hasil-hasil dari industri pariwisata. Pembangunan destinasi wisata yang masih terpusat pada wilayah selatan Bali (Kuta dan Jimbaran) menyebabkan pemerataan hasil-hasil pariwisata relatif sulit untuk diwujudkan. Pengembangan desa wisata yang bertujuan mendekatkan aktivitas pariwisata pada lingkungan perdesaan dan masyarakat desa merupakan terobosan positif dalam upaya memeratakan distribusi kue pariwisata ke seluruh Provinsi Bali. 7

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 213 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Triwulan III Kata Pengantar

Triwulan III Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III-29 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 29 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca.

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2009 dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2009 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 80234 Tel.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-211 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci