Kontribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Intrusi Mikroorganisme terhadap Perilaku Fisik Material Beton

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kontribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Intrusi Mikroorganisme terhadap Perilaku Fisik Material Beton"

Transkripsi

1 Ashad, dkk. ISSN Jurnal Teoreis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme erhadap Perilaku Fisik Maerial Beon Absrak Makalah ini adalah hasil sudi eksperimenal mengenai penggunaan limbah nikel di dalam meminimalkan dampak inrusi mikroorganisme erhadap perilaku fisik pada maerial beon. Mikroorganisme yang diinrusikan ke dalam pori-pori beon adalah golongan jamur (Aspergillus niger) dan ragi (Sacchromycodes ludwigi). Kedua golongan mikroorganisme ini memproduksi za organik yaiu asam asea (CH 3 COOH) yang dapa bereaksi dengan senyawa kimia di dalam maerial beon, eruama senyawa kalsium hidroksida dan kalsium silika hidra. Reaksi ersebu berdampak pada meningkanya porosias, koefisien permeabilias, dan hilangnya sebagian massa beon. Dampak inrusi mikroorganisme ersebu dapa diminimalkan dengan menggunakan % bubuk slag nikel. Unuk beon anpa bubuk slag nikel, perilaku fisiknya cenderung mengikui persamaan fungsi geomeri, sedangkan pada beon cenderung mengikui persamaan fungsi laju perumbuhan jenuh. Kaa-kaa Kunci: Bubuk slag nikel, inrusi, jamur, kalsium hidroksida, kalsium silika hidra, kekuaan beon, massa, mikroorganisme, permeabilias, porosias, reaksi. Absrac Hanafi Ashad Jurusan Teknik Sipil, Fakulas Teknik Universias Muslim Indonesia, Makasar Kampus II Universias Muslim Indonesia, Jl. Urip Sumoharjo Km 4, Makasar aji_hnf@yahoo.com Amrinsyah Nasuion Deparemen Teknik Sipil, Fakulas Teknik Sipil dan Lingkungan-Insiu Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 1 Bandung amrinsyah@si.ib.ac.id Iswandi Imran Deparemen Teknik Sipil, Fakulas Teknik Sipil dan Lingkungan-Insiu Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 1 Bandung iswandi@si.ib.ac.id Sapahari Soegiri Deparemen Teknik Sipil, Fakulas Teknik Sipil dan Lingkungan-Insiu Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 1 Bandung sapahari@si.ib.ac.id This paper is presens he experimenal sudy on use of nickel slag powder in he minimizaion inrusion impac of microorganism o physical properies of concree maerials. The inrusion of microorganism ino concree pores is fungus (Aspegillus Niger) and yeas (Sacchromycodes ludwigi) groups. Boh ypes of his microorganism produce organic maer is aceae acid (CH 3 COOH) able o reac wih chemical compound in concree maerials, especially calcium hydroxide and calcium silicae hydrae compound. The reacion affec on he increasing of porosiy, permeabiliy coefficien, and loss masses of concree. The effec of inrusion of microorganism can be minimized by use % nickel slag powder. For concree wihou nickel slag powder, physical properies end o follow equaion of geomery funcion (power equaion), while he concree of % nickel slag powder as indicaed by equaion of sauraed growh rae funcion. Keywords: Calcium hydroxide, calcium silicae hydrae, concree srengh, fungus, inrusion, masses, microorganism, nickel slag powder, permeabiliy, porosiy, reacion. Vol. No. 1 April 28 1

2 Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme Pendahuluan Mikroorganisme golongan Aspergillus Niger dan Sacchromycodes ludwigi dalam proses meaboliknya memproduksi za-za organik berupa asam asea (CH 3 COOH). Kedua golongan mikroorganisme ersebu jika erinrusi ke dalam pori-pori beon, akan berdampak pada dekomposisi senyawa-senyawa kimia maerial beon, eruama senyawa kimia kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silika hidra (CSH) produk reaksi hidrasi rikalsium silika (C3S) dan dikalsium silika (C3S) semen dengan air (Ashad, dkk., 26). Pada senyawa kalsium hidroksida (CH), mekanisme dekomposisinya dapa erjadi melalui reaksi kimiawi sebagai beriku: Ca (OH) 2 + 2ZH CaZ2 + 2 H 2O (1) hal mana Z adalah ion negaif dari za asam. Ion hidrogen pada Persamaan 1 akan mempercepa proses pelaruan kalsium hidroksida. Pada kondisi seperi ini, dekomposisi maerial beon sanga erganung pada porosias pasa, konsenrasi asam, dan daya laru garam kalsium (Ashad, 28). Apabila konsenrasi ion hydrogen dari produk meabolik mikroorganisme cukup inggi, maka komponen lain dari produk hidrasi rikalsium silika (C3S) dan dikalsium silika (C3S) ersebu yaiu kalsium silika hidra (CSH) dapa pula erserang (Ashad, 28). Hanya saja serangan ersebu masih menyisakan gel silika yang sifanya relaif suli didekomposisikan oleh za-za organik ermasuk asam asea. Mekanisme serangannya dapa dinyaakan dengan persamaan reaksi sebagai beriku: x CaO.ySiO 2.nH 2O + 2x ZH (2) xcaz2 + ysi(oh) 4 + (x + n 2y)H2O Persamaan 1 menunjukkan bahwa serangan za asam asea erhadap senyawa kalsium hidroksida (CH) akan mengakibakan erjadinya peningkaan porosias dan permeabilias beon karena erbenuknya ruang kosong yang diinggalkan oleh senyawa ersebu. Peningkaan ini biasanya diandai dengan imbulnya caca permukaan pada beon yang berimplikasi hilangnya sifa alkalinias dan massa beon, menurunnya kekuaan dan kekakuan sera ph beon sedemikian sehingga pada akhirnya menjadi pemicu di dalam proses deeriorasi (Meha, 1991). Serangan erhadap senyawa kimia kalsium silika hidra (CSH) sebagaimana di dalam Persamaan 2, akan mengakibakan erjadinya insabilias kalsium silika hidra (CSH) sedemikian sehingga maerial beon akan mengalami penurunan kekuaan dan kekakuan. Secara skemais, mekanisme pengrusakannya dapa digambarkan sebagai beriku. Reaksi dengan CSH Za organik Peningkaan porosias dan permeabilias beon Kehilangan sebagian massa beon Kehilangan kekuaan dan kekakuan Menurunkan ph beon dan pemicu dalam proses deeriorasi Dampak pengrusakan ersebu dapa diminimalkan dengan cara mengurangi produk senyawa kimia kalsium hidroksida sedemikian sehingga lebih bersifa insoluble. Konsep ini dikenal dengan isilah pozzalanik efek. Salah sau bahan yang bisa memberikan efek pozzolanik adalah limbah nikel, dimana jumlah komposisi senyawa kimiawi SiO 2 +Fe 2 O 3 +Fe 2 O 3 > 7% sebagaimana yang diaur di dalam spesifikasi ASTMC (Ashad, 28). Limbah nikel yang dimaksud adalah berupa bubuk yang berfungsi sebagai bahan subsiusi parsial semen. Efek pozzolanik bubuk slag nikel ersebu dapa digambarkan dengan persamaan reaksi kimiawi sebagai beriku (Meha, P. K., 21): 2. Program Eksperimenal 2.1 Maerial Reaksi dengan CH Gambar 1. Mekanisme pengrusakan produk meabolik mikroorganisme Pozzolan + CH + H 2O CSH (3) Semen yang digunakan adalah semen ype I merek Tiga Roda. Bubuk slag nikel dengan specific surface 36 m 2 /kg digunakan sebagai bahan subsiusi parsial semen dengan prosenase sebesar %. Agrega halus berasal dari Galunggung, sedangkan agrega agrega 2 Jurnal Teknik Sipil

3 Ashad, dkk. kasar (bau pecah) berasal dari Banjaran Jawa Bara yang berukuran diameer maksimum 2 mm. 2.2 Spesifikasi benda uji Benda uji beon berbenuk kubus x x mm dibua dengan iga jenis muu yang berbeda, masingmasing 25 MPa, 4 MPa, dan 6 MPa aau dengan rasio air-semen (w/c) beruru-uru,57,,4, dan,3. Benda uji diperlakukan dalam dua kondisi yang berbeda yaiu noninrusi dan erinrusi mikroorganisme (1) Berdasarkan jenis, muu dan perlakuannya, nomenklaur benda uji adalah sebagai beriku: BNI25- : Beon muu 25 MPa noninrusi mikroorganisme anpa bubuk slag nikel. BNI25- : Beon muu 25 MPa noninrusi mikroorganisme dengan % bubuk slag nikel. BNI4- : Beon muu 4 MPa noninrusi mikroorganisme anpa bubuk slag nikel. BNI4- : Beon muu 4 MPa noninrusi mikroorganisme dengan % bubuk slag nikel. BNI6- : Beon muu 6 MPa noninrusi mikroorganisme anpa bubuk slag nikel. BNI6- : Beon muu 6 MPa noninrusi mikroorganisme dengan % bubuk slag nikel. BI25- : Beon muu 25 MPa erinrusi mikroorganisme anpa bubuk slag nikel. BI25- : Beon muu 25 MPa erinrusi mikroorganisme dengan % bubuk slag nikel. BI4- : Beon muu 4 MPa erinrusi mikroorganisme anpa bubuk slag nikel. BI4- : Beon muu 4 MPa erinrusi mikroorganisme dengan % bubuk slag nikel. BI6- : Beon muu 6 MPa erinrusi mikroorganisme anpa bubuk slag nikel. BI6- : Beon muu 6 MPa erinrusi mikroorganisme dengan % bubuk slag nikel. 2.3 Parameer pengujian Unuk mengeahui gambaran perilaku fisik maerial beon erinrusi mikroorganisme, maka parameer pengujiannya adalah porosias (e), koefisien permeabilias (k), perubahan bera (w), dan oal koloni mikroorganisme (C). 2.4 Prosedur pengujian Pengujian porosias dilakukan sesuai sandar uji ASTM C642-9, sedangkan pengujian permeabilias mengikui sandar uji DIN-145. Unuk mengeahui oal koloni mikroorganisme di dalam maerial beon, benda uji beon erinrusi mikroorganisme dibor pada iga jenis kedalaman yang berbeda yaiu beruru-uru; -25 mm, 25-5 mm, dan 5-75 mm. Hasil pengeboran berupa serbuk beon diuji di laboraorium mikrobiologi dengan prosedur pengujian sebagai beriku: 1. Menyiapkan media isolaor dari bahan Poao Dexrose Agar (PDA). a. Memasukkan PDA (insan) ± 7,8 gram ke dalam gelas erlenmeyer dan diambahkan aquades ± 2 ml. b. Panaskan sambil diaduk hingga mendidih unuk mencapai homogenias. c. Dimasukkan ke dalam auoclave selama ± meni pada emperaur 121 o C dengan ekanan udara 1,5 amosfir. 2. Masukkan aquades ke dalam abung reaksi ± 9 ml, lalu diuup dengan menggunakan kapas seril. 3. Masukkan conoh serbuk beon ± 1 gram ke dalam gelas erlenmeyer (1.c), sambil memanaskan mulu erlenmeyer lalu dikocok hingga serbuk beon erliha menyau dengan media. Pemanasan dilakukan unuk menghindari pengaruh eksernal. 4. Masukkan cairan dari (3) ke dalam abung reaksi dari (2) sebanyak ± 1 ml, lalu dikocok hingga homogen. 5. Tuangkan cairan dari (4) ke dalam cawan peri sebanyak ± 1 ml, goyangkan sedemikian sehingga cairan menyebar ke seluruh permukaan cawan peri lalu diamkan selama ± 24 jam. Toal koloni mikroorganisme dinyaakan dalam sauan colony forming uni per gram subsranya (cfu/gr) dan dihiung berdasarkan Sandard Plae Coun (SPC) dengan persamaan sebagai beriku: jumlah koloni C = (cfu/gr) (4) fakor pengenceran Toal koloni erbaik yang diperoleh dari proses ersebu di aas adalah 3 sampai 3 cfu/gr (Waluyo, 24). Prosedur pengujian ersebu di aas diperlhakan seperi pada Gambar 2. Vol. No. 1 April 28 3

4 Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme... Serbuk beon Poao Dexrose Agar Pengenceran I Pengenceran II Pengenceran III Mikroorganisme Mikroorganisme Mikroorganisme Gambar 2. Prosedur pengujian mikroorganisme pada maerial beon 3. Hasil dan Diskusi 3.1 Profil mikroorganisme di dalam maerial beon Mikroorganisme golongan Aspergillus Niger dan Sacchromycodes Ludwigi yang erinrusi ke dalam pori-pori beon dapa hidup dan berkembang karena keersediaan sumber nurien berupa kalsium hidroksida (CH). Hal ini erjadi melalui mekanisme reaksi kimiawi sebagaimana yang diunjukkan pada Persamaan 1. Poensi hidup mikroorganisme ersebu menjadi berkurang akiba efek pozzolanik bubuk slag nikel. Mikroorganisme di dalam beon anpa bubuk slag nikel meningka secara linier erhadap waku dengan pola peningkaan yang cenderung mengikui persamaan fungsi logarimik. Sedangkan pada beon dengan, peningkaannya cenderung mengikui persamaan fungsi parabolik. Profil mikroorganisme di dalam maerial beon diperlihakan seperi pada Gambar 3. Normalisasi oal koloni mikroorganisme erhadap maerial binder diperlihakan pada Gambar 4 dan 5. Hubungan anara oal koloni mikroorganisme (C) dengan lama inrusi () dapa dinyaakan dengan persamaan sebagai beriku: - Beon anpa bubuk slag nikel log (C) = a log() (5) - Beon dengan 2 log(c) = a (log ) + b log() + c (6) 3.2 Peningkaan porosias dan koefisien permeabilias Za organik asam asea (CH 3 COOH) produk meabolik Aspergillus Niger dan Sacchromycodes Ludwigi yang erinrusi ke dalam pori-pori beon mengakibakan erjadinya peningkaan porosias dan koefisien permeabilias beon. Hal ini erjadi melalui mekanisme sebagaimana yang diunjukkan pada Persamaan 1 dan 2 sera Gambar 1. Peningkaan porosias dan koefisien permeabilias beon akiba inrusi miroorganisme erjadi karena erbenuknya ruang kosong yang diinggalkan oleh senyawa kalsium hidroksida (CH) seelah dikonsumsi oleh mikroorganisme. Selain iu dapa pula erjadi karena berkurangnya sifa alkalinias beon akiba akifias meabolik mikroorganisme di dalam maerial beon. Pola peningkaan porosias yang diperlihakan pada Gambar 6 dapa dinyaakan dengan persamaan sebagai beriku : - Beon anpa bubuk slag nikel a b e = e (6.a) - Beon dengan e = e (6.b) a + b 4 Jurnal Teknik Sipil

5 Ashad, dkk. Peningkaan koefisien permeabilias beon diperlihakan seperi pada Gambar 7, dimana pola peningkaannya cenderung mengikui persamaan fungsi laju perumbuhan jenuh (sauraion growh rae equaion). - Beon anpa bubuk slag nikel k = (7) a b e - Beon dengan k = k (8) a + b 3.3 Kehilangan bera Berkurangnya kuanias senyawa kalsium hidroksida (CH) dan erganggunya sabilias senyawa kimia kalsium silika hidra (CSH) akiba akifias meabolik mikroorganisme berdampak pula pada sifa kesolidan beon. Hal ini diunjukkan oleh hilangnya sebagian massa beon. Pola kehilangan massa beon ersebu dapa dinyaakan dengan persamaan sebagai beriku : - Beon anpa bubuk slag nikel w = (9) a b e - Beon dengan w x = w a + b (1) 3.4 Konribusi bubuk slag nikel di dalam meminimalkan dampak perilaku fisik akiba inrusi mikroorganisme Konribusi bubuk slag nikel di dalam meminimalkan dampak peningkaan porosias, koefisien permeabilias, dan kehilangan sebagian massa beon, dapa dinyaakan dalam benuk rasio sebagimana yang diperlihakan pada Gambar 9. Melalui mekanisme efek pozzolanik bubuk slag nikel sebagaimana di dalam persamaan 3 di aas, dampak-dampak ersebu dapa diminimalkan. Hal ini dimungkinkan karena perubahan senyawa kimia kalsium hidroksida (CH) akiba reaksi pozzolanik menjadi senyawa kalsium silika hidra (CSH) sekunder yang sifanya idak mudah erdekomposisikan (insoluble) oleh produk meabolik mikroorganisme golongan Aspergillus Niger dan Sacchromycodes ludwigi. Rasio peningkaan porosias, koefisien permeabilias, dan kehilangan sebagian massa anara beon % bubuk slag nikel erhadap beon anpa bubuk slag nikel, cenderung mengikui benuk persamaan fungsi logarimik. Rasio-rasio ersebu dapa dinyaakan dengan persamaan sebagai beriku: - unuk w/c =,57 e e k k w w,57,57,57 - unuk w/c =,4 e e k k w w,4,4,4 - unuk w/c =,4 e e k k w w,3,3,3 4. Kesimpulan =,789 ln() +,7826 =,1127 ln() +,9633 =,46 ln() +,1794 =,689 ln() +,7742 =,66 ln() +,6856 =,69ln() +,88 =,18ln() +,9713 =,945ln() +,8633 =,457 ln() +,2 (11) (12) (13) (14) () () (17) (18) (19) Berdasarkan analisis dan pembahasan ersebu di aas, dapa dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai beriku : 1. Produk meabolik mikroorganisme golongan Aspergillus Niger dan Sacchromycodes yang erinrusi ke dalam maerial beon berdampak pada meningkanya porosias, koefisien permeabilias, dan hilangnya sebagian massa beon. Pola peningkaannya cenderung mengikui persamaan fungsi geomeri (power equaion). 2. Penggunaan dapa meminimalkan dampak inrusi mikroorganisme ersebu. Hal ini diunjukkan dengan berubahnya Vol. No. 1 April 28 5

6 Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme... pola perilaku fisik yang cenderung mengikui persamaan fungsi laju perumbuhan jenuh. 3. Profil oal koloni mikroorganisme yang dinormalisasikan erhadap maerial binder beon anpa bubuk slag nikel, meningka secara linier seiring dengan berambahnya lama inrusi. Sedangkan pada beon, profil koloni mikroorganismenya cenderung mengikui persamaan fungsi parabolik. 4. Konribusi bubuk slag nikel dalam benuk rasio peningkaan porosias, koefisien permeabilias dan kehilangan sebagian massa anara beon % bubuk slag nikel dan beon anpa bubuk slag nikel dapa dinyaakan dengan persamaan fungsi yang bersifa logarimik. Dafar Pusaka Ashad, H., 28, Keahanan Maerial Beon dengan Bahan Subsiusi Limbah Nikel erhadap Inrusi Mikroorganisme, Diserasi Dokor, Sekolah Pascasarjana ITB. Ashad, H., Nasuion, A., Imran, I., dan Soegiri, S., 26, Degradasi Kekuaan Beon Akiba Inrusi Mikroorganisme, Jurnal Teknik Sipil ITB, Volume 13 No. 3, pp Meha, P. K., and Moneiro, P. J. M., 21, Concree Microsrucure, Properies and Maerials, hp://pcc234.pcc.usp.br/24/publica/ CONCRETE-microsrucure properies and maerials. Meha, P. K., 1991, Concree in he Marine Environmen, Elsevier Science Publishers Ld, England. Waluyo, 24, Mikrobiologi Umum, UMM Press, Malang. 6 Jurnal Teknik Sipil

7 Ashad, dkk. C (cfu/gr beon) 1.E+7 1.E+6 1.E+5 1.E+4 1.E+3 1.E+2 1.E+1 BI25- BI25- BI4- BI4- BI6- BI Lama inrusi (hari) (a) D = -25 mm 1.E+8 C (cfu/gr beon) 1.E+6 1.E+4 1.E+2 BI25- BI4- BI6- BI25- BI4- BI6-1.E Lama inrusi (hari) (b) D = 25-5 mm C (cfu/gr beon) 1.E+6 1.E+5 1.E+4 1.E+3 1.E+2 BI25- BI4- BI6- BI25- BI4- BI6-1.E+1 1.E Lama inrus i (hari) (c) D = 5-75 mm Gambar 3. Profil mikroorganisme di dalam beon anpan dan dengan Vol. No. 1 April 28 7

8 Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme... Log C (cfu/gr binder) D = -25 mm D = 25-5 mm D = 5-75 mm y = 2.283x R 2 =.928 y = 1.933x R 2 =.876 y = 1.341x R 2 = Log (hari) (a) w/c =,57 Log C (cfu/gr binder) D = -25 mm D = 25-5 mm D = 5-75 mm y = 2.119x R 2 =.874 y = 1.763x R 2 =.797 y = 1.2x R 2 = Log (hari) (b) w/c =,4 Log C (cfu/gr binder) D = -25 mm D = 25-5 mm D = 5-75 mm y = 1.966x R 2 =.826 y = 1.626x R 2 =.728 y = 1.63x R 2 = Log (hari) (c) w/c =,3 Gambar 4. Normalisasi oal mikroorganisme erhadap maerial binder pada beon anpa bubuk slag nikel 8 Jurnal Teknik Sipil

9 Ashad, dkk. Log C (cfu/gr binder) Log C (cfu/gr binder) D = -25 mm D = 25-5 mm D = 5-75 mm y = -.x x R 2 =.89 y =.5x x R 2 =.92 y = x 2 + 1,394.5x - 1,696.4 R 2 = Log (hari) (a) w/c =,57 D = -25 mm D = 25-5 mm D = 5-75 mm y = -21.2x x R 2 =.82 y = -9.8x x R 2 =.91 y = x x R 2 = Log (hari) (b) w/c =,4 Log C (cfu/gr binder) D = -25 mm D = 25-5 mm D = 5-75 mm y = -25.7x x R 2 =.81 y = -12.5x x R 2 =.95 y = -54.8x 2 + 2,676.1x - 3,38.1 R 2 = Log (hari) (c) w/c =,3 Gambar 5. Normalisasi oal mikroorganisme erhadap maerial binder pada beon Vol. No. 1 April 28 9

10 Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme... e (%) Tanpa bubuk slag nikel e =,9 26,6 +, ,466 e = 3,274 (a) w/c =,57 e (%) Tanpa bubuk slag nikel e = 13,75 28,342 +, ,452 e = 3,13 e (%) (b) w/c =,4 Tanpa bubuk slag nikel e = 12,75 24,87 +,967 e = Lama inrusi, (Hari) 2,1,493 (c) w/c =,3 Gambar 6. Peningkaan porosias akiba inrusi mikroorganisme pada beon anpa dan dengan % bubuk slag nikel 1 Jurnal Teknik Sipil

11 Ashad, dkk. k (%) Tanpa bubuk slag nikel 11 k = 8,92 1 1, , Lama inrusi, (Hari),521 k = 2,387 k (%) k (%) (a) w/c =,57 Tanpa bubuk slag nikel,418 k = 3, k = 6, (b) w/c =,4 Tanpa bubuk slag nikel k = 2,52 11 k = 3,63 1,495 (c) w/c =,3 1, , , ,25 1 Gambar 7. Peningkaan koef. permeablias akiba inrusi mikroorganisme pada beon anpa dan dengan Vol. No. 1 April 28 11

12 Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme... w (%) w T anpa bubuk slag nikel = 3,723 49,188 +,5 w =,99, (a) w/c =,57 w (%) w T anpa bubuk slag nikel = 3,754 87,7 +,395 w =,639, w (%) w (b) w/c =,4 Tanpa bubuk slag nikel = 3,8 11,218 +,494 w =,46, (c) w/c =,3 Gambar 8. Kehilangan bera akiba inrusi mikroorganisme pada beon anpa dan dengan % bubuk slag nikel 12 Jurnal Teknik Sipil

13 Ashad, dkk. e/ e w/c =,57 w/c =,4 w/c =,3 y = -.11Ln(x) +.97 R 2 =.93 y = -.7Ln(x) +.77 R 2 =.77 y = -.8Ln(x) +.78 R 2 = (a) Rasio porosias k/ k w/c =,57 w/c =,4 w/c =,3 y = -.11Ln(x) +.96 R 2 =.84 y = -.9Ln(x) +.86 R 2 =.91 y = -.7Ln(x) +.69 R 2 = (b) Rasio koefisien permeabilias w/ w w/c =,57 w/c =,4 w/c =,3 y =.5Ln(x) +.21 R 2 =.57 y =.7Ln(x) +.8 R 2 =.92 y =.4Ln(x) +.18 R 2 = Lama inrusi, (hari) (c) Rasio kehilangan bera Gambar 9. Konribusi bubuk slag nikel di dalam meminimalkan dampak perilaku fisik maerial beon erhadap inrusi mikroorganisme Vol. No. 1 April 28 13

14 14 Jurnal Teknik Sipil Konribusi Bubuk Slag Nikel di dalam Meminimalkan Dampak Inrusi Mikroorganisme...

BAB VI Kesimpulan dan Saran

BAB VI Kesimpulan dan Saran BAB VI Kesimpulan dan Saran VII.1 Kesimpulan Studi eksperimental ketahanan material beton terhadap intrusi mikroorganisme dilakukan dengan menggunakan media intrusi air kelapa. Media ini dipilih sebagai

Lebih terperinci

Optimisasi Bubuk Slag Nikel dengan Sistem Ternary C-A-S

Optimisasi Bubuk Slag Nikel dengan Sistem Ternary C-A-S Ashad, dkk. ISSN 085-98 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Optimisasi Bubuk Slag Nikel dengan Sistem Ternary C-A-S Hanafi Ashad Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia,

Lebih terperinci

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK Frandy Ferdian, Amelia Makmur, S.T., M.T. Binus Universiy, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan IV.1 Umum Bab ini menyajikan hasil-hasil eksperimental dan pembahasan yang meliputi; komponen zat di dalam media, identifikasi dan analisis pertumbuhan serta produk

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. Silvia Reni Yeni,MSi Nip : 195924081987022001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universias Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, anggal 20 desember

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT Delni Sriwia, Asui Jurusan Fisika FMIPA Universias Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur Deparemen eknik Indusri FI-IB I-2121: Proses Manufakur Perimbangan Desain dan Ekonomi pada Proses Pemesinan Laboraorium Sisem Produksi www.lspib lspib.org 2003 Deparemen eknik Indusri FI-IB 1. Hasil Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-300 Sudi Eksperimen Pengaruh Kecepaan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Alim Jabbar Ibrahim dan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal Hubungan Koefesien Konsolidasi arah Verikal (C v ) dan Horizonal (C h ) Pada Tanah Marine Clay ( sudi kasus : Kawasan Indusri Terboyo - Semarang Uara) Penulis : Daniel Harano 1. Pendahuluan Laar Belakang

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN PEMBRIKETAN DAN HOLDING TIME TERHADAP KARAKTERISTIK RELAKSASI BRIKET BIOMASA

PENGARUH TEKANAN PEMBRIKETAN DAN HOLDING TIME TERHADAP KARAKTERISTIK RELAKSASI BRIKET BIOMASA 94 PENGARUH TEKANAN PEMBRIKETAN DAN HOLDING TIME TERHADAP KARAKTERISTIK RELAKSASI BRIKET BIOMASA Tri Isano 1, Wibawa Endra J 1 1 Saf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakulas Teknik UNS Keywords : Sawdus

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENING BETON

MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENING BETON MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENIN BETON Muaqin Hasan Jurusan Teknik Sipil, Universias Syiah Kuala Ringkasan Dalam ulisan ini dikembangkan suau model non linier unuk ension soening beon. Model dikembangkan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK SECARA ELEKTRO KOAGULASI

PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK SECARA ELEKTRO KOAGULASI 37 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 6 No. 1 PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK SECARA ELEKTRO KOAGULASI Noviani Dwi Lesari dan Tuhu Agung Program Sudi Teknik Lingkungan, Fakulas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJUN PUSTK. Kedelai Kedelai (Glycine max) ermasuk dalam famili Leguminoceae, sub famili Papilionidae, genus Glycine dan spesies max diperkirakan berasal dari Cina. Tanaman ini dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP LAJU RESAPAN (INFILTRASI)

EFEKTIVITAS LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP LAJU RESAPAN (INFILTRASI) EFEKTIVITAS LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP LAJU RESAPAN (INFILTRASI) Muri Juliandari 1, Azwa Nirmala 2, Erni Yuniari 1 1 Program Sudi Teknik Lingkungan, Fakulas Teknik, Universias Tanjungpura, Ponianak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

P~nemuan Agregat Halus dan Berbagat Quarry pada Produlm Beton. PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARl BERBAGAJ QUARRY PADA PRODUKSI BETON

P~nemuan Agregat Halus dan Berbagat Quarry pada Produlm Beton. PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARl BERBAGAJ QUARRY PADA PRODUKSI BETON P~nemuan Agrega Halus dan Berbaga Quarry pada Produlm Beon PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARl BERBAGAJ QUARRY PADA PRODUKS BETON Suprasman\ Enniya?, Azhari 3, Edria Dianjani 4 ABSTRAK Peneliian ini berujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci