PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT
|
|
- Hadian Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT Delni Sriwia, Asui Jurusan Fisika FMIPA Universias Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, ABSTRAK Telah dilakukan peneliian enang pembuaan dan karakerisasi sifa mekanik bahan komposi sera daun nenas-polyeser diinjau dari fraksi massa dan orienasi sera. Peneliian ini berujuan unuk mengeahui pengaruh penambahan massa sera erhadap sifa mekanik pada komposi resin polyeser khususnya kua arik dan kua ekan. Resin polyeser-mekpo (Mehyl Ehyl Keone Peroxide) berperan sebagai mariks pada komposi dan sera daun nenas berperan sebagai filler pada mariks polimer resin polyeser. Karakerisasi kua arik dan kua ekan komposi erhadap penambahan sera daun nenas dilakukan dengan ala uji wekob (Cesare Galdabini). Seara umum, sifa mekanik resin polyeser-sera daun nenas meningka berdasarkan penambahan sera. Nilai kua arik dan kua ekan unuk komposi dengan orienasi sera searah lebih inggi daripada orienasi sera aak. Nilai kua arik maksimum diperoleh pada komposi dengan penambahan sera 0,2 g sebesar 723,36 N/m 2 dan nilai kua ekan pada komposi dengan penambahan sera,5 g sebesar 768,3 N/m 2. Kaa kuni : komposi, resin polyeser-mekpo, mariks, filler, kua arik, kua ekan ABSTRACT The researh on he preparaion and haraerizaion of mehanial properies of omposie maerials pineapple leaf fiber-polyeser reviewed of mass fraion and fiber orienaion has been done. The purpose of his researh is o deermine he effe of fiber mass o mehanial properies of omposie polyeser resin espeially ensile srengh and ompressive srengh. Polyeser Resin- MEKPO (Mehyl Ehyl Keone Peroxide) was used as marix in omposie and pineapple leaf fiber as filler in he polymer marix of polyeser resin. Charaerizaion of ensile srengh and ompressive srengh of he omposie was measured by using equipmen wekob (Cesare Galdabini). Generally, he mehanial properies of omposie inrease by he addiion of pineapple leaf fiber. The value of ensile srengh and ompressive srengh from he omposies wih oninous fiber orienaion are higher han he random fiber orienaion. The maximum value of ensile srengh obained o he omposies wih he addiion of fiber 0.2 g is N/m 2 and he value of ompressive srengh o he omposie wih he addiion of fiber.5 g is N/m 2. Keyword : omposie, polyeser resin-mekpo, marix, filler, ensile srengh, ompressive srengh I. PENDAHULUAN Pemanfaaan dan penggunaan komposi elah berkembang pesa dan meluas di anah air ini. Komposi banyak dimanfaakan dalam peralaan rumah angga dan sekor indusri baik indusri keil maupun indusri besar. Hal ini disebabkan karena komposi memiliki beberapa keunggulan ersendiri dibandingkan bahan eknik alernaif lainnya seperi bahan komposi lebih kua, ahan erhadap korosi, lebih ekonomis, dan sebagainya. Komposi merupakan merupakan maerial yang erbenuk dari kombinasi anara dua aau lebih maerial pembenuknya melalui penampuran yang idak homogen, dimana sifa mekanik dari masing-masing maerial pembenuknya berbeda. Komposi erdiri dari mariks yang berfungsi unuk pereka aau pengika dan pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksernal dan filler berfungsi sebagai pengua. Maerial komposi yang berpengua sera eruama sera alam merupakan maerial alernaif yang sanga mengunungkan bila dibandingkan dengan maerial alernaif lainnya, dimana dewasa ini elah berkembang dengan epa dan memperoleh perhaian yang serius bagi para ilmuwan. Sera alam yang digunakan adalah sera pelepah kelapa, sera aren, sera baang pisang, sera daun nenas, sera pandan, dan sebagainya. Oleh karena iu, pada peneliian ini dilakukan pembuaan komposi berpengua sera dengan memanfaakan sera daun nenas 30
2 sebagai pengua (filler) dan resin polieser sebagai mariks dan pelindung pengua dari kerusakan efek fisika seperi arikan, pukulan, ekanan, dan lain sebagainya. Komposi yang diperkua dengan sera dapa digolongkan menjadi dua bagian yaiu komposi sera pendek (shor fiber omposie) dan komposi sera panjang (long fiber omposie). Sera panjang lebih kua dibanding sera pendek. Sera panjang (oninous fiber) lebih efisien dalam peleakannya daripada sera pendek eapi sera pendek lebih mudah peleakannya dibanding sera panjang. Panjang sera mempengaruhi kemampuan proses dari komposi sera. Diinjau dari eorinya, sera panjang dapa meneruskan beban maupun egangan dari iik egangan ke arah sera yang lain (Shwar, 984). Tinggi rendahnya kekuaan komposi sanga erganung dari sera yang digunakan karena egangan yang diberikan pada komposi perama dierima oleh mariks dan dieruskan ke sera, sehingga sera akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena iu, sera harus mempunyai egangan arik dan modulus elasisias yang lebih inggi daripada mariks penyusun komposi (Vlak, 995). II. METODE 2. Pengolahan Sera Pengambilan daun nenas yang diperoleh dari kabupaen Pesisir Selaan, Sumaera Bara dipilih dengan panjang raa-raa 30 m. Daun nenas ersebu diui dengan bersih unuk menghilangkan kooran dan kemudian dilakukan pengambilan sera dengan panjang raa-raa 20 m. Seelah sera berhasil diperoleh, sera ersebu dikeringkan di bawah ahaya maahari kirakira 3 jam aau sampai kering kemudian direndam dengan laruan NaOH dengan kosenrasi laruan 5% selama 2 jam (Rahman dkk, 20). Seelah selesai direndam, sera diui lagi dengan air bersih dengan ujuan unuk menghilangkan laruan NaOH yang menempel pada sera. Kemudian sera dikeringkan lagi selama 3 jam di bawah ahaya maahari maka sera elah bisa digunakan unuk bahan pembuaan komposi yang digunakan sebagai pengua. 2.2 Pembuaan Komposi Pembuaan komposi dilakukan dengan mempersiapkan ala dan bahan yang akan digunakan. Sampel yang akan dikarakerisasi kua ekan dan kua arik masing-masing berjumlah 4 buah dengan variasi fraksi massa dan orienasi sera. Pada pembuaan komposi ini, kadar kaalis MEKPO yang digunakan adalah % dari resin polieser. Resin polieser dan kaalisnya diampurkan ke dalam suau wadah dan diaduk hingga meraa. Kemudian unuk pembuaan komposi dengan orienasi sera aak (sera pendek), sera diuangkan ke dalam ampuran polieser-mekpo dan diaduk hingga sera dan ampuran polieser-mekpo erampur seara meraa. Seelah iu, ampuran ersebu diuangkan ke dalam eakan yang sudah dioles dengan ki original pase wax aau ki mobil agar memudahkan pengambilan benda uji dari eakan. Ala eakan diuup rapa dengan kaa agar idak ada void aau gelembung udara yang masuk dalam eakan. Dengan idak adanya void akan menghasilkan komposi yang lebih baik. Selanjunya, ampuran ersebu dikeringkan selama 24 jam aau sampai benar-benar kering. Unuk pembuaan komposi dengan orienasi sera searah (sera panjang), ampuran polieser dan kaalis diuangkan dalam eakan yang sudah dioles dengan ki original pase wax. Seelah iu, sera disusun pada eakan dengan orienasi sera searah (sera panjang). Kemudian, eakan juga diuup rapa dengan kaa agar idak ada void aau gelembung udara yang masuk dalam eakan. Selanjunya, ampuran ersebu juga dikeringkan selama 24 jam aau sampai benar-benar kering. Seelah komposi ersebu kering, maka pengujian arik dan ekan sudah dapa dilakukan, begiu juga dengan pengamaan srukur mikro dari masing-masing komposi dengan menggunakan mikroskop opik. Spesimen uji dibua dengan variasi fraksi massa sera sesuai dengan ASTM D-638 unuk uji kua arik dengan ukuran eakan (6,5 x,9 x 0,6) m 3 seperi yang diunjukkan pada Tabel dan unuk uji kua ekan sesuai dengan ASTM D-695 dengan ukuran eakan (5 x 5 x 5) m 3 yang diunjukkan pada Tabel 2. 3
3 Tabel Variasi volume resin dan massa sera unuk uji arik dengan orienasi sera searah dan aak Sampel Komposisi bahan Ukuran Ceakan (m 3 ) Volume Resin + Kaalis (%) Massa Sera (g) 0 2 0,2 6,5 x,9 x 0, ,4 4 0,6 Tabel 2 Variasi volume resin dan massa sera unuk uji ekan dengan orienasi sera searah dan aak Sampel Komposisi bahan Ukuran Ceakan (m 3 ) Volume Resin + Kaalis (%) Massa Sera (g) 0 2 0,5 5 x 5 x ,0 4,5 Komposi yang elah selesai dibua berdasarkan variasi volume resin dan massa sera baik unuk uji kua arik maupun unuk uji kua ekan, masing-masing komposi kemudian dilakukan pengamaan srukur mikro dengan menggunakan mikroskop opik hingga perbesaran 00 kali. Mikroskop opik yang digunakan unuk mengamai srukur mikro dari komposi adalah Mikroskop opik Caron SPZT Karakerisasi Maerial Karakerisasi maerial komposi dilakukan dengan pengujian kua arik dan kua ekan sera pengamaan srukur mikro. Beriku adalah Persamaan unuk menenukan nilai kua arik pada masing-masing komposi: F () A dengan adalah kua arik (N/m 2 ), F adalah gaya arik egak lurus erhadap permukaan (N), dan A adalah luas bidang spesimen yang diarik (m 2 ). Kemudian, Persamaan 2 unuk menenukan nilai kua ekan pada masing-masing komposi: F (2) A dengan adalah kua egangan (N/m 2 ), permukaan (N), dan F adalah gaya ekan egak lurus erhadap A adalah luas bidang spesimen yang diekan (m 2 ). III. HASIL DAN DISKUSI 3. Kua Tarik Resin Polieser dengan Penambahan Sera Daun Nenas Pada peneliian ini, uji kua arik dilakukan unuk mengeahui seberapa besar pengaruh fraksi massa dan orienasi sera erhadap kekuaan arik yang dimiliki oleh masing-masing sampel uji. Daa hasil pengujian kua arik anara resin polieser dan penambahan sera daun nenas dengan orienasi sera aak (sera pendek) dan sera searah (sera panjang) dapa diliha 32
4 pada Tabel 3 dan grafik hubungan anara massa sera erhadap kua arik komposi orienasi sera aak (sera pendek) dan sera searah (sera panjang) dapa diunjukkan pada Gambar. Tabel 3 Daa hasil pengujian kua arik anara resin polieser dan penambahan sera daun nenas dengan orienasi sera aak (sera pendek) dan sera searah (sera panjang) Volume resin Kua Tarik Massa Sera No polieser-mekpo (N/m 2 ) (g) (%) Sera Aak Sera Searah 0 52,86 52,86 2 0,2 33,64 723, ,4 83,59 92,3 4 0,6 205,07 28,25 Gambar Grafik kua arik komposi anara komposi dengan orienasi sera aak (sera pendek) dengan sera searah (sera panjang) Pada Tabel 3 dan Gambar erliha bahwa kua arik komposi dengan orienasi sera searah lebih kua daripada komposi dengan orienasi sera aak seperi yang erliha pada penambahan sera daun nenas 0,2 g; 0,4 g; dan 0,6 g. Hal ini disebabkan oleh idak sempurnanya ikaan anara sera dan mariks resin polieser yang mengakibakan banyaknya gelembung udara (void) pada komposi. Selain iu, orienasi sera yang aak idak ada yang mampu seara opimum menahan gaya yang diberikan pada arah dimana gaya bekerja dibandingkan dengan komposi anpa penambahan sera. (a) (b) () Gambar 2 Foo mikroskop opik dari komposi dengan orienasi sera aak unuk sampel uji kua arik dengan penambahan sera : (a) 0,2 g; (b) 0,4 g; () 0,6 g 33
5 Peningkaan kekuaan arik komposi dipengaruhi oleh daya ika anara sera dan mariks yang sempurna sera orienasi sera yang baik. Sera yang mempunyai orienasi sera searah jauh lebih baik daripada komposi orienasi sera aak karena keika komposi diberikan gaya arik maka mariks akan dapa menahan gaya ersebu dan dieruskan oleh sera sebelum akhirnya komposi ersebu akan puus aau paah. Benuk permukaan dari masing-masing komposi unuk pengujian kua arik dengan orienasi sera aak (sera pendek) dapa diliha pada Gambar 2. Kemudian, benuk permukaan dari masing-masing komposi unuk pengujian kua arik dengan orienasi sera searah (sera panjang) dapa diliha pada Gambar 3. (a) (b) () Gambar 3 Foo mikroskop opik dari komposi dengan orienasi sera searah unuk sampel uji kua arik dengan penambahan sera : (a) 0,2 g; (b) 0,4 g; () 0,6 g 3.2 Kua Tekan Resin Polieser dengan Penambahan Sera Daun Nenas Daa hasil pengujian kua ekan anara resin polieser dan penambahan sera daun nenas dengan orienasi sera aak (sera pendek) dan sera searah (sera panjang) dapa diliha pada Tabel 4 dan grafik hubungan anara massa sera erhadap kua ekan komposi orienasi sera aak (sera pendek) dan sera searah (sera panjang) dapa diunjukkan pada Gambar 2. Tabel 4 Daa hasil pengujian kua ekan dan anara resin polieser dan penambahan sera daun nenas dengan orienasi sera aak (sera pendek) dan sera searah (sera panjang) Volume resin Kua Tekan Massa Sera No polieser-mekpo (N/m 2 ) (g) (%) Sera Aak Sera Searah 0 726,9 726,9 2 0,5 563,8 507, ,0 74,22 523,0 4,5 437,03 768,3 Pada Tabel 4 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai kua ekan komposi dengan penambahan sera 0,5 g dan,0 g yang disusun dengan orienasi sera aak lebih baik daripada orienasi sera searah. Hal ini disebabkan pada komposi sera searah, void yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan komposi sera aak. Kemudian, sera pada komposi sera aak lebih ersebar seara eraur dan meraa dibandingkan orienasi sera searah. Namun, pada penambahan sera,5 g nilai kua ekan komposi dengan orienasi sera searah lebih baik daripada orienasi sera aak dan dapa melebihi kua ekan dari semua yang dilakukan. Hal ini disebabkan oleh void yang dihasilkan pada komposi sera aak lebih banyak dibandingkan dengan komposi sera searah. Kemudian, sera pada komposi sera searah lebih ersebar seara eraur dan meraa dibandingkan orienasi sera aak. 34
6 Gambar 4 Grafik kua ekan komposi anara komposi dengan orienasi sera aak (sera pendek) dengan sera searah (sera panjang) Benuk permukaan dari masing-masing komposi unuk pengujian kua ekan dengan orienasi sera aak (sera pendek) dapa diliha pada Gambar 5. Kemudian, benuk permukaan dari masing-masing komposi unuk pengujian kua ekan dengan orienasi sera searah (sera panjang) dapa diliha pada Gambar 6. (a) (b) () Gambar 5 Foo mikroskop opik dari komposi dengan orienasi sera aak unuk sampel uji kua ekan dengan penambahan sera : (a) 0,5 g; (b),0 g; (),5 g (a) (b) () Gambar 6 Foo mikroskop opik dari komposi resin dengan orienasi sera searah unuk sampel uji kua ekan dengan penambahan sera : (a) 0,5 g; (b),0 g; (),5 g IV. KESIMPULAN Berdasarkan peneliian yang elah dilakukan, maka penulis dapa menyimpulkan bahwa hasil kua arik maksimum diperoleh pada komposi dengan orienasi sera searah dengan penambahan sera 0,2 g yaiu sebesar 723,36 N/m 2 sedangkan hasil kua ekan maksimum diperoleh pada komposi dengan orienasi sera searah dengan penambahan sera,5 g dengan 35
7 nilai sebesar 768,3 N/m 2. Penambahan sera pada mariks resin polieser dengan orienasi sera aak idak dapa meningkakan kekuaan arik dan ekan pada komposi, sebaliknya penambahan sera pada mariks resin polieser dengan orienasi sera searah dapa meningkakan kekuaan arik yaiu pada penambahan sera 0,2 g dan kekuaan ekannya yaiu pada penambahan sera,5 g. DAFTAR PUSTAKA ASTM D-638 dan ASTM D-695, 990, Sandard and Lieraure Referenes for Composie Maerials, 2nd, Amerian Soiey For Tesing Maerials, Phliadelphia : PA. Rahman, Riyana, dan Diharjo, 20, Pengaruh Fraksi Volume Sera dan Lama Perendaman Alkali Terhadap Kekuaan Impak Komposi Sera Aren-Polieser, Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, 4:. Shwar, M.M., 984, Composie Maerials Handbook, M Graw-Hill Book Co., New York. Vlak, L. H., 995, Ilmu dan Teknologi Bahan, erjemahan Ir. Sriai Djaprie, Jakara : Erlangga. 36
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinci=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus
A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperinciPERILAKU PENGUJIAN TARIK PADA POLIMER POLISTIREN DAN POLIPROPILEN
PERILAKU PENGUJIAN TARIK PADA POLIMER POLISTIREN DAN POLIPROPILEN Sumaryono Saf Pengajar Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Oomoif IKIP Veeran Semarang Absraksi Banyak ragam cara unuk mengeahui sifa dan keangguhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik
Lebih terperinciPERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER
PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju
Lebih terperinciFaradina GERAK LURUS BERATURAN
GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki
Lebih terperinciMODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)
Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias
Lebih terperinciSTUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK
STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK Frandy Ferdian, Amelia Makmur, S.T., M.T. Binus Universiy, Jl.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciPENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)
PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciBAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131
BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana
Lebih terperinciAplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg
Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan
Lebih terperincipost facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)
Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Kelayakan Investasi
Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa
Lebih terperinciPRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER
PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,
Lebih terperinciRANK DARI MATRIKS ATAS RING
Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciGambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang
METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah
37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah
Lebih terperinciPERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)
Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai
Lebih terperinciJurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)
Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinci1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
.4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2
Jurnal Maemaika UNAND Vol. No. 1 Hal. 3 36 ISSN : 303 910 c Jurusan Maemaika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n unuk d = 1 aau d = DINA YELNI Program Sudi Maemaika,
Lebih terperinciANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen
Lebih terperinciPENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.
PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a
Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya Sejangkung, Sambas,
Lebih terperinci*Corresponding Author:
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion
Lebih terperinciSuatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond
Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,
Lebih terperinciPengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newon pada Siswa X SMA Negeri 4 Palu Nursia, Darsikin, dan Syamsu Shiajung@yahoo.co.id Pend. Fisika, FKIP, Universias
Lebih terperinciPEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN
Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR ANTENA
BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi
Lebih terperinciGERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL
Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI
KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan
Lebih terperinciBAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)
ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini
METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.
Lebih terperinciEKSPRESI GEN YANG DITENTUKAN OLEH JENIS KELAMIN
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA EKSPRESI GEN YANG DITENTUKAN OLEH JENIS KELAMIN Disusun oleh: Nama : Rahmayani Uswaun Hasanah NIM : 13304244023 Kelas : Pendidikan Biologi C Kelompok : 5 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP
Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs
Lebih terperinciPERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1
PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya
III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis
Lebih terperinciHUMAN CAPITAL. Minggu 16
HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan
Lebih terperinciMODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN
MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperinci