ANALISIS PERILAKU TORSI PADA PENAMPANG SIRKULAR, NON SIRKULAR, OPEN SECTION, DAN TUBULAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERILAKU TORSI PADA PENAMPANG SIRKULAR, NON SIRKULAR, OPEN SECTION, DAN TUBULAR"

Transkripsi

1 ANALISIS PERILAKU TORSI PADA PENAMPANG SIRKULAR, NON SIRKULAR, OPEN SECTION, DAN TUBULAR Suparmin *) *) Sta Pengajar Teknik Mein, Politeknik Negeri Medan Abtrak Tori banyak dijumpai yaitu pada proe pemindaan daya dan putaran. Tetapi ada juga tori yang tidak dikeendaki. Tori yang dikeendaki dapat direncanakan edemikian rupa eingga baan, ukuran dan bentuk truktur menyeuaikan. Tori yang tidak dikeendaki, mialnya beban dari angin pada rangka atap, kondii tikungan jalan menyebabkan tori pada body kendaraan yang berjalan, ulit untuk diprediki. Eek tori pada truktur akan berbeda bila bentuk penampang berbeda. Untuk mengantiipai upaya truktur maka beban tori perlu diperitungkan eeknya. Metode peritungan eek tori teradap penampang berbeda, mialnya penampang berbentuk irkular peritungan cukup dengan matemati biaa. Penampang ingle cell maupun multi cell, peritungannya menggunakan analogi membran. Cara lainnya adala dengan menggunakan metode Elemen Hingga, yaitu dengan cara membagi-bagi penampang menjadi beberapa elemen. Poii yang diprediki tegangannya kriti dibuat grid yang lebi rapat. Untuk penampang imetri cukup dengan ebagian elemen imetrinya. Metode yang paling baik adala dengan cara mengkombinaikan teoriti baik itu dengan paket program (MSC-Natran, Any, MD-Solid) dilanjutkan dengan pengujian laboratorium. Hail analii program dan pengujian dibandingkan. Kata-kata kunci: Analogi membran, Multi cell, Open ection, Tegangan puntir.pendauluan Di bengkel-bengkel dan pabrik-pabrik gaya putar elalu digunakan untuk memindakan energi dengan jalan memutar. Gaya putar diterapkan mungkin pada puli atau elemen mein lainnya yang ditetapkan pada poro dengan paak atau pengikat lainnya. Poii gaya putar berjarak teradap titik puat poro maka akan menumbulkan momen. Momen ini biaa diebut momen putar atau momen punter dan poronya dikatakan menerima tori. Akibat tori pada etiap lapian penampang poro terjadi tegangan punter yang bervariai bearnya ebanding dengan jarak lapian penampang. Lain alnya bila penampang poro atau truktur yang dibebani tori penampangnya tidak irkular, contonya: peregi panjang, elip, egitiga, plat tipi, tegangan puntir tidak otomati yang paling bear adala ii paling jau tetapi perlu kajian lebi lanjut. Cara menentukan tegangan dan udut puntir pada penampang irkular dapat menggunakan cara matemati. Untuk penampang open ection dapat digunakan metode lain yaitu metode analogi membran.. Tujuan Penulian Tujuan penulian makala ini adala ingin memaparkan rumuan tori yang diterapkan pada penampang truktur yang berbentuk irkular, non irkular, open ection dan gabungan open ectiontubular baik yang ingle-cell maupun multi-cell.. Manaat Penulian Diarapkan dapat memberikan inormai kepada perancang kontruki yang memerlukan peritungan pengaru tori. Selain itu juga dapat menginormaikan kepada calon perancang kuunya maaiwa yang mai edikit pengalaman dalam merumukan tentang tori pada berbagai bentuk penampang.. Pembaaan. Penampang Sirkular Kontruki penampang irkular dibagi menjadi dua yaitu penampang irkular olid dan penampang irkular berlubang. a. Penampang Sirkular Solid. Struktur dengan penampang olid bila dibebani tori batang akan terpuntir. Menurut Kurmi (980), ditribui tegangan puntir adala: q/r=τ /R= Gθ/L, dengan q: tegangan puntir pada radiu r; r: radiu tinjauan; τ: tegangan puntir pada radiu R, N/m ; R: radiu terluar poro, m; G: modulu geer, N/m. Gambar : Penampang irkular olid dan berlubang Dari Gambar, tegangan puntir makimum terjadi pada lapian terluar. Hubungan tori dan tegangan puntir, menurut Kurmi (980) dapat ditulikan ebagai τ max =.M t /(πd ). Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. No. April 005:

2 b. Penampang irkular berlubang. Penampang lingkaran berdiameter luar D, diameter dalam d. Menurut Singer (985), tegangan puntir pada penampang irkular yang dibebani puntir adala, τ = M t /J, dengan, J: torional, m ; J= (π/)(d -d ) untuk penampang berlubang. Menurut Kurmi (980) ditribui tegangan puntir pada penampang irkular, τ /r=τ/c = Gθ/L; dengan c: jarak titik berat ke lapian terluar. Tegangan puntir: τ =.M t.d/[π (D - d )]. Sudut puntir, θ = τ.l/(g.c) = M t.l/[(j/ c).(c.g)] = M t. L /(G.J) rad.. Penampang Open Section Penampang open ection antara lain: penampang berdinding tipi. Penampang dengan ukuran lebar lebi bear bila dibandingkan dengan tebal (b>>t) tidak berlubang dan bila berlubang tidak tertutup. a. Plat Tipi. Penampang plat tipi adala perbandingan lebar (b) dan tebal (t) lebi bear 0 atau dapat dituli b/t>0 (Re, 99:99) (Timoenko97a : 90) Tabel : Koeiien α dan β b/t.00,00,00, α 0,08 0, 0,7 0,8 0,99 0,07 0, 0, β 0, 0,9 0, 0,8 0,99 0,07 0, 0, Gambar : Penampang peregi panjang Penampang tiru. Penampang plat tipi terebut tiru maka torional: J = /. Tegangan dan udut puntir diitung dengan rumu yang ama. c. Penampang peregi. Penampang peregi pada daarnya ama dengan penampang peregi panjang. Tegangan geer makimum dan udut diitung dengan cara yang ama yaitu: τ max = M t /(αbt ) dan udut puntir, θ = M t. L /(βbt )G. Penampang peregi arga b/t =, eingga arga α = 0.08 dan β = 0,. Rumu yang ama ditunjukkan Mott (985) dan diebutkan tegangan puntir makimum terjadi pada tenga-tenga ke empat iinya. Gambar : Penampang plat tipi Menurut Re (99: 9) tegangan puntir makimum plat tipi yang dipuntir adala: τ max =.M t /(bt ), udut puntir, θ = M t. L /(G.J), dengan: M t : momen tori, t: tebal plat; b: lebar plat; G: modulu geer; J: torional = b.t /. Bila penampang merupakan gabungan beberapa plat tipi dan tebal erta panjangnya tidak ama maka rumu torional aja yang beruba, yaitu: J=/ Σ(bt ) = bt / + b t + b t +... Tegangan puntir diitung perbagian arga tegangan maing-maing bagian yang tidak ama. Tegangan puntir makimum dalam perancangan diambil arga yang terbear diantaranya. b. Penampang peregi panjang. Penampang peregi panjang dengan ukuran lebar tidak terlalu bear dibandingkan dengan tebalnya. Tegangan puntir menurut Ree (99: 99), Timoenko (958: 90), Hearn (98:57) adala: τ max = M t/(α(α ), udut puntir, θ = M.L/(βL/ t )G, dengan α dan β adala koeiien ungi b/t. Bila arga b/t emakin bear maka arga α dan β juga naik dan arga paling bear adala /. Harga α dan β ditunjukkan pada Tabel. Gambar : Penampang peregi Gambar 5: Penampang plat tipi Sudut puntir untuk maing-maing penampang adala ama dan ditulikan ebagai berikut: θ = M t. L / (βbt ).G = M t. L/ (βbt ).G = M t. L/(βbt ).G dengan: M t = M t + M t + M t. Tegangan puntir makimum (τ max ) adala tegangan terbear diantara τ = M t /(αbt ) ; τ = M t /(αbt ) dan τ = M t /(αbt ). Conto kau: Penampang gabungan beberapa bentuk peregi panjang dibebani puntir pada umbu beratnya. Momen tori 50 Nm. Baan mempunyai modulu geer, G: 0 GPa. Panjang batang: m. Akan ditentukan bear tegangan geer makimum, 8 Analii Perilaku Tori pada Penampang (Supamin)

3 poii dan udut puntir yang terjadi. Dari Tabel diperole: Σ(βbt ) = (βbt ) + (βbt ) + (βbt ). Σ(βbt ) = 5.08 mm θ = M t. L /Σ(βbt ).G = 0,075 rad =,7 0. Momen tori tiap penampang adala: T = θ(βbt ) G/L = 0,5 N mm. T = θ(βbt ) G/L =, N mm. T = θ(βbt ) G/L = 075,8 N mm. Gambar: Penampang gabungan peregi panjang Tegangan puntir maing-maing penampang: τ = M t /(αbt ) =,5 MPa τ = M t /(αbt ) = 8,55 MPa τ = M t /(αbt ) = 8,5 Mpa Bila dibandingkan dengan rumu lain yaitu dengan menganggap penampang ebagai plat tipi. Tegangan puntir: τ max =.M t / Σ(bt ) = 0,0 rad. Sudut puntir, θ = M t.l / (G.J). θ =.M t.l /Σ(bt ) = 0,0 rad.. Penampang Elip Menurut Timoenko (99) dan Hearn (985) tegangan puntir makimum terjadi pada radiu terkecil elip: τ max = M t /(πab ). Sudut puntir peratuan panjang diitung dengan rumu: θ = Mt. L (a + b )/ (πabg) Gambar: 7 Penampang ellip (a) penampang egitiga (b) Ditribui tegangan puntir ditunjukkan pada Gambar 7. Tegangan makimum terjadi pada kedua radiu pendeknya. Penampang Segitiga Menurut Hearn (985) dan Mott (985) tegangan puntir makimum penampang egitiga (Gambar 7.b) yang menerima beban puntir adala ebagai berikut: τ max = (0 Mt/a atau ering dituli τ max = M t /(0,05a ). Pada ketiga puncak egitiga tegangan puntir manjadi no l. Tegangan puntir makimum terjadi pada tenga-tenga ii egitiga liat Gambar. Sudut puntir peratuan panjang batang diitung dengan rumu: θ =, M t.l /(a.g) atau ering dituli: θ = M t.l/(0,07a G). Menurut Suciatmo (98), tegangan puntir dianalii menggunakan metode elemen ingga. Tegangan makimum pada tenga ii pendeknya. Penampang yang dianalii cukup ¼ penampang imetrinya. Seperempat penampang berarir adala bidang yang dianalii menggunakan paket program MSC Natran. Sedangkan untuk proil iku (Gambar 8b) etela dianalii menggunakan metode Elemen Hinggategangan puntir makimum terjadi pada ii ikunya. Penampang yang dianalii cukup anya ½ penampang imetrinya. Hal ini dilakukan untuk menyederanakan jumla peramaan yang terjadi eingga penyeleaian akan lebi cepat. Gambar: 8 Penampang open ection, iku dan I Untuk proil I (Gambar 5c) tela diitung tegangan puntir makimum. Ternyata tegangan puntir makimum terjadi pada ii ikunya. Penampang yang dianalii cukup ¼ penampang I.Tori makimum adala kali kemampuan tori ¼ penampang imetrinya. 5. Penampang Tubular Penampang atau tabung dapat diklaiikaikan menjadi, yaitu ingle cell dan multi cell. Single cell (el unggal) dan multi cell (el ganda). a. Penampang tubular ingle cell. Tegangan puntir penampang ingle cell dapat dianalii dengan menggunakan analogi membran. Pada kau ini bata-bata luar dan dalam pada penampang diletakkan berbeda dengan mengubungkan bata membran, yaitu pada mn Gambar 9. Tebal tabung angat tipi, kelengkungan membran diabaikan yaitu gari mn diaumikan luru. Slope atau kemiringan membran adala kontan epanjang permukaan tabung yaitu ama dengan / adala tinggi membran, adala tebal tabung. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. No. April 005:

4 Gambar 9: Penampang tubular ingle cell Analogi membran menunjukkan bawa tegangan puntir ecara merata terditribui epanjang tebal dinding tabung dan dirumukan: τ = /. dapat dikatakan bawa tegangan puntir epanjang keliling tabung adala berbanding terbalik dengan tebal tabung. Volume membran permukaan mm-mn diitung dengan menggunakan gari tenga penampang ditunjukkan dengan gari putu-putu. A adala lua yang dibatai gari tadi dan volume mm-mn adala A dan dari analogi membran diperole: M t = A. Dari kedua peramaan diperole rumu ubungan: τ = M t /A. Rumu ini dapat digunakan untuk mengitung tegangan puntir tabung berdinding tipi akibat beban tori. Sudut puntir (twit) dapat diitung dengan energi regangan. Tegangan Timoenko (958a) udut puntir yang terjadi,: θ = τ /(AG) untuk tebal dinding eragam, dan θ S, dinding tak eragam. = τ. d AG 0 Conto kau: Gambar berikut menunjukkan penampang potong dari aircrat ue lage. Akan diitung tegangan puntir dari maing-maing ketebalan penampang dan udut puntir epanjang 5 m yang mampu menerima tori MNm. Modulu geer, G = 0 GPa. Struktur ini termauk penampang ingle cell dengan ketebalan dinding tidak merata. Radiu pada tebal t 0,5mm adala R =,0005 mm. Lua egmen lingkaran ini A = π (,0005) (0/0) =,877 m. Radiu pada tebal dinding t =mm adala R =,9995 m. Lua kedua egmen lingkaran ini A. = π (,9995) (0)(0) =,8 m. Tebal rangka bawa, = mm. Panjang rangka bawa, =.R. co 0 o =, m. Lua egmen A = (R in 0 o x R.co 0 o )/ =,77 m. Lua penampang total, A tot = A + A + A. + A = 0,0 m. Momen tori, M t = A. Bila arga di ata dimaukkan akan menjadi:.0 = (0,0) (). Akan diperole, = 98970,707 N/m. Tegangan puntir pada t :0,5 mm adala τ = / = 98970,07/0,0005 = N/m = 97,9 MPa. Tegangan puntir pada tebal t : mm adala τ. = / = N/m = 98,97 MPa. Tegangan pada ii tebal t : mm, τ = / = 9850,5 N/m = 9,5 MPa. Tubular multi cell tunggal dengan tebal dinding tidak merata, udut puntir: θag = d / = [ / + / + / ], atau juga dapat dituli, θ = ( / + / + / ) = 0,008 Rad/m AG Untuk panjang 5 m, θ 5 =, 0. Penyeleaian ini euai dengan yang diberikan Re (99:). Kau ini menunjukkan bawa penampang tubular ingle cell dengan tebal yang tidak eragam maka pada bagian dinding paling tipi menerima tegangan makimum. b. Penampang tubular multi cell. Multi cell berarti jumla cell-nya lebi dari atu. Kau pertama diambil jumla cell bua. Tebal dinding dapat eragam atau tidak eragam. Gambar : Penampang tubular multi cell Pada gambar berikut tebal dinding adala,, dan. Lua tertutup cell pertama = A lua tertutup cell kedua = A. Tinggi membran cell = dan tinggi cell =. Analii Timoenko (958) peramaan pada penampang tubular multi cell adala: τ = τ =, τ. Momen = tori, Mt = (A. + A. ). Menurut Timoenko (958) peramaan udut punter dapat ditulikan: Gθ = d = d. Secara lengkap untuk o o penampang tubular double cell Gambar dapat 0 Gambar 0: Penampang air crat uelage 8 Analii Perilaku Tori pada Penampang (Supamin)

5 ditulikan: GθA = + ( ) dan GθA = + ( ). Untuk menyeleaikan dua peramaan di ata dimialkan arga Gθ =, arga,, uda diketaui, maka arga dan dapat ditentukan. Tegangan puntir tiap ii, yaitu:: τ, τ, τ =. Dari ketiga arga τ,τ,dan τ dipili tegangan puntir terbear dan dinotaikan dengan τ max. Sedangkan material uda mempunyai tegangan puntir ijin etela dipili tegangan puntir makimum tidak ama dengan tegangan puntir ijin maka dapat dicari aktor pengali atau aktor kelipatannya yaitu aktor pengali = τ ijin /τ max. Kemudian diitung arga, dan yang ebenarnya yaitu dengan mengalikan aktor pengali dengan arga dan ementara. Momen tori dapat diitung dengan rumu: M t = [A.F eb +A. eb ]. Demikian juga arga udut puntir, θ dapat diitung bila G uda diketaui eingga bearnya udut puntir adala: θ eb = x aktor pengali/g. Conto kau: Untuk mengilutraikan peritungan ini diambil peroalan menentukan tegangan puntir, udut puntir dan tori dari penampang ayap aeroplane dengan jumla cell yaitu ebagai A,A,A dan A. Gambar : Ilutrai penampang rangka ayap aeroplane Dari gambar di ata A = 0, A = 9, A =8 dan A =. panjang lintaan dibagi tebal dinding ditunjukkan dekat dengan gari yang berangkutan. Peramaan ubungan udut punter penampang cell tinggi membran adala ebagai berikut: GθA = + ( ) GθA = + + ( ) + ( ) GθA = + + ( ) + ( ) GθA = + + ( ) Bila baan diketaui mo dulu geerny a G dan dimialkan θg = dan arga: =,8; =,; = ; = ; 5 =,; =,5; 5 7 =,; 7 8 =,; 9 =,; 0 =,9; = Suda ditunjukkan pada gambar, maka arga, dapat ditentukan. Selanjutnya menentukan tegangan puntir pada etiap dinding dengan rumu: τ τ τ = ; τ = ; τ = ; 5 = ; 5 = ; τ ; = 7 7 τ8 = ; τ 9 = ; 8 τ = 0 ; τ =. 0 9 Setela itu dipili tegangan puntir terbear. Berikutnya diitung aktor pengali = τ ijin /τ max. Seterunya diitung,, dan yang ebenarnya. Momen tori dapat diitung dengan rumu: M t = (A eb + A. xeb + A. eb +A. eb ). Demikian juga udut puntir ebenarnya dapat diitung dengan rumu baru: θ eb = ( x aktor pengali)/g.. Penampang Gabungan Open Section dan Tubular Tori yang mampu dipindakan penampang gabungan open ection (in) dan tubular merupakan jumla aljabar tori open ection dan tori tubular. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. No. April 005:

6 Conto kau: Akan ditentukan momen tori yang mampu dipindakan penampang gabungan poro berlubang dengan pengaduk pada proe kimia. Material dari tainle teel dengan tegangan puntir ijin τ a = 5 MN/m. Modulu geer, G: 8.GPa. Jumla in. Diameter dalam dan luar maing- 9 mm dan 00 mm. Tebal in: 8 mm, maing: panjang in: 50 mm. Panjang pengaduk m. Akan ditentukan juga udut puntir yang akan terjadi. Harga α = 0, dan β = 0,58 b. Penampang irkular dengan dua ii diratakan. Menurut Mott (985) bearnya tegangan puntir makimum, poii dan udut puntirnya adala: τ max = M t / Z dengan Z = C. r dan θ = M t. L / GJ dengan J = C.r. c. Penampang peregi panjang berlubang. Menurut Mott (985), tegangan puntir makimum dan udut. (a) Gambar : Penampang gabungan open ection dan tubular Untuk in: θg = M t t / Σ( βb ) M ial θg =, maka = M / Σ(βbt t ) = 009, τ = M t / Σ (αbt ) = 7,59. Untuk tubular: GθA =. / = πr = 0,58 A = π.r = 78, Mial θg =. Bila diubtituikan maka = 5,5 τ = / = 8,5. Searunya τa = 5 N/mm. Faktor pengali =,5. F ebenarnya = 7, Momen tori tubular: M t = A = 78, Nmm. θebg =,8 x 0- rad/mm. Momen tori inm t = Gθ[Σ(βbt )] = 070,88 Nmm. Momen total = M t + M tt = 8790, Nmm. 7. Bentuk Penampang Lainnya Ada dua tipe yang lazim digunakan untuk penempatan pengunci na pada poro yaitu diratakan ebela dan dua bela ii diratakan. a. Penampang irkular dengan atu ii diratakan. Menurut Mott ( 985) bearnya tegangan puntir makimum, poii dan udut puntir ditunjukkan ebagai: τ max = M t / Z dengan Z= C. r dan θ = M t. L /GJ dengan J = C. r (b) Gambar 5: Penampang peregi panjang berlubang (b) tabung dinding tipi bercela d. Tabung bercela. Tabung yang dipotong tipi ditunjukkan pada Gambar 5b. Tegangan puntir yang terjadi adala: τ max = M t /Z p, dengan Zp = π rt. Sudut puntir, θ = πr +,8 t M t.l/gj, J= πr /. Bila udut cela diketaui maka arga πr diganti dengan panjang buur. Conto kau: Akan dianalii beberapa kekuatan puntir plat baja yang gulung atu dila dan lainnya tetap terbuka, atau berapa kelipatan kekuatan kedua pipa terebut. Gambar : Tabung berdinding tipi dila dan bercela (a) (b) Gambar : Penampang irkular dengan atu ii diratakan (a) dua ii diratakan (b) Pertama-tama diitung torional kedua penampang terebut, J : torional penampang penu dan J : torional plat yang belum diambung: J = π(d -d )/ = 0,0 in. Raio torional kedua penampang terebut: [J /J ] = 5. Hal ini dapat dijelakan bawa tegangan puntir yang terjadi pada tabung tanpa cela lebi kecil dari pada tabung 8 Analii Perilaku Tori pada Penampang (Supamin)

7 bercela. Dengan kata lain tabung tanpa cela lebi kuat dari tabung bercela. 8. Aplikai pada Kontruki Penampang irkular. Penampang irkular olid, poro tranmii daya mein bubut, perneling, pega kawat ilindri. Penampang berlubang mial pada pindel mein bubut, plain ruma kopling, pindel mein rai. Penampang bujur angkar. Dapat dijumpai pada kunci pengencang baut mur momen meter, ujung pengunci berpenampang peregi upaya bia mampu tukar poii. Penampang peregi panjang, mialnya, rangka atap, rangka kontruki baja, pega berpenampang egi empat, batang ulir peregi. Penampang elip, mial pada jeruji roda gigi, jeruji puli rata, jeruji roda angin. Penampang open ection, mialnya proil I, iku C. Contonya kerangka mobil, kerangka peawat angkat mein-mein pertanian. Penampang tubular. Penampag tubular ingle cell dapat ditunjukkan pada kontruki baja yang menggunakan pipa irkular pipa egi empat mialnya pada kuri, rangka atap baja tadion. Kontruki yang menggunakan penampang multi cell: rangka peawat terbang, rangka otomobil. Penampang gabungan tubular- open ection dapat dijumpai pada mein pengaduk pada indutri kimia yaitu berupa poro berlubang dilengkapi dengan irip, evaporator, irip kondenor, irip radiator, aeroplane elevator. Penampang gabungan open ection dan tubular. Penggunaan penampang ini kontruki poro pengaduk proe kimia, poro mein cuci, pengaduk emen. 9. Keimpulan dan Saran Keimpulan Tegangan puntir makimum penampang irkular terjadi pada lapian paling luar. Sedangkan tegangan puntir penampang non irkular terjadi tidak pada lapian paling luar tetapi terjadi pada tempat tertentu euai dengan bentuk penampang. Tegangan puntir dan udut puntir untuk emua jeni penampang dapat ditentukan dengan metode analogi membran. Ditribui tegangan puntir penampang non irkular dan tubular ulit diitung dengan matemati ederana, dapat dieleaikan dengan metode elemen ingga. Paket program metode Elemen Hinggauda banyak dipaaran mialnya Natran, Catia, dan Any. Tegangan puntir pada tempat tertentu ecara prakti dapat ditentukan dengan memaang alat ukur regangan. Datar Putaka A. Na, B., Sturge, C.E.N., 97. Teoy and Problem o Strengt o Material, Scaum Outline erie, McGraw-Hill International Book Company, Singapore. Hearn, E.J., 985, Mecanical o Material, Second Edition, Volume ;, UK: Pergamon Popov, Pre Limited. R.S., 98, Strengt o Material, New Kurmi, Deli: S. Cand & Company Ltd. Mott, R.L., 985, Macine Element in Mecanical Deign, Carle E. Merrill Publiing Compan, Columbu, Oio, USA. E.P., Nagarajan, S., Lu, Z.A., Tanian Zainul Atamar, Z., Mekanika Teknik, Edii kedua (veri SI), Penerbit Erlangga, Jakarta, 99. Re, D.W.A., 9, te Mecanic o Solid and Structure, Singapore: McGraw-Hil Book Company. Singer, F.L., Sebayang, D., Kekuatan Baan, Penerbit Erlangga, Edii-, Jakarta, 985. Suciatmo, B, Mulyadi, 98, Majala Proei Teknik Mein, Metoda Elemen Hingga pada Tori Batang Berpenempang embarang,itb, Bandung. Timoe nko, S., Strengt o Material, Part, Elementry, Tird Edition, Robert E. Kriager Publiing Company, Huntington, New York, 97a. Timoenko, S., Strengt o Material, Part, Advanced, Tird Edition, Robert E. Kriager Publiing Company, Huntington, New York, 97b. Timoenko, S., Goodier, J.N., Sebayang, D., 99, Teori Elatiita, Edii Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta. Saran Untuk mendapatkan ail peritungan tori yang preii perlu dipelajari teori puntir ecara menyeluru. Kontruki dengan dinding tipi dapat diperkuat dengan memaang irip pada dinding. Sirip elain memperkecil tegangan dan udut puntir juga dapat menamba ungi kekuatan. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. No. April 005:

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Juruan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Program S Teknik Sipil SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Soal Penyeleaian di bawa ini dicuplik dari buku: Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic:

Lebih terperinci

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi DEGRADAI DAAR UNGAI Ole : Imam uardjo Abtraki Degradai daar ungai umumnya merupakan akibat adanya eroi dan ebagai perantara utama adala air yang dipengarui ole kecepatan aliran. tudi ini bertujuan mengidentifikai

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan Daftar Notai hatam.an. - 1 DAFTAR NOTASI.:'#, a = bentang geer, jarak antara beban terpuat dan muka dari tumpuan. a = tinggi blok peregi tegangan tekan ekivalen. A = lua efektif beton tarik di ekitar tulangan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO GEAK MELINGKA Diuun oleh : Ir. AIANTO DEFINISI GEAK MELINGKA PENGETIAN 1 ADIAN PEIODA DAN FEKENSI KELAJUAN ANGULE DAN KELAJUAN LINIE HUBUNGAN ANTA ODA GEAK BENDA DI LUA DINDING MELINGKA GEAK BENDA DI DALAM

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS PERANCANGAN

IV. ANALISIS PERANCANGAN IV. ANALISIS PERANCANGAN A. Rangka Analisis rangka dilakukan berdasarkan daya atau kekuatan tarik yang dimiliki ole traktor penarik (rotary and traktor Yanmar YZC). Besarnya daya tarik traktor diperole

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф ) FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi, ebagian bear pelaku teknik ipil memanaatkan komputer untuk menyeleaikan pekerjaan analia truktur. Dalam prakteknya pekerjaan analia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Dermaga adalah bangunan di tepi laut (ungai, danau) yang berfungi untuk melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan penumpang (Aiyanto, 2008). Dermaga

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

BAB III ALAT-ALAT OPTIK

BAB III ALAT-ALAT OPTIK MATA BAB III ALAT-ALAT OPTIK. Lapian kornea : ebagai lapian pelindung 2. Iri : mengatur lubang pupil 3. Pupil : ebagai jalannya inar mauk ke mata 4. Lena : untuk membentuk bayangan 5. Otot iliar: mengatur

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk

Lebih terperinci

OPTIKA GEOMETRI. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

OPTIKA GEOMETRI. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama OPTIKA GEOMETI Ole : Sabar Nuroman,M.Pd Ke Menu Utama Beberapa Pengertian Daar Benda (Objek) : Segala euatu darimana inar caaya diradiaikan, Bayangan maya : Terjadi apabila bayangan terbentuk ole inar-inar

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2010. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2010. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2010 tentang Pemberlakukan Pedoman Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk Fondai Jembatan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Jakarta, 05 Mei 2010 Kepada

Lebih terperinci

300 mm 900 mm. ΣF = 0 : Rv 20 kn + 10 kn 40 kn = 0 Rv = 50 kn. δ = P L / A E. Maka δ akan berbeda untuk P, L, A, atau E yang berbeda.

300 mm 900 mm. ΣF = 0 : Rv 20 kn + 10 kn 40 kn = 0 Rv = 50 kn. δ = P L / A E. Maka δ akan berbeda untuk P, L, A, atau E yang berbeda. 300 mm 900 mm 600 mm Solusi PR 1. Sebuah batang baja bulat mempunyai luas penampang 0,0003 m2 terpasang tetap pada ujung sebelah atas dan mendapat tiga gaya aksial seperti terlihat dalam gambar. Hitunglah

Lebih terperinci

BANGUN DATAR 1. PERSEGI. s Persegi

BANGUN DATAR 1. PERSEGI. s Persegi NGUN TR. PERSEGI a. Pengertian Peregi Peregi adalah bangun datar yang mempunyai empat buah ii ama panjang dan memiliki empat udut iku-iku. b. Sifat-ifat Peregi Sifat-ifat peregi antara lain :. eempat iinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAGONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENGAN PROGRAM FEA

ANALISA PERBANDINGAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAGONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENGAN PROGRAM FEA ANALISA PERBANDINAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENAN PRORAM FEA Saidul Ulum, Budi Suwanto, ST, MT, P.hD, Ir. Heppy Kritijanto, MS Juruan Teknik Sipil, Fakulta Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR

MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR MASALAH PENGEPAKAN BANGUN DATAR Sumardyono, M.Pd. Maalah pengepakan (packing) adalah maalah meletakkan objek-objek yang aling beringgungan dengan cara tertentu dan di dalam uatu wadah dengan peifikai tertentu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: Chapter 6, pp. 358-370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England. Degradai

Lebih terperinci

BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS GEDUNG PARKIR

BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS GEDUNG PARKIR BB 5 PERENCNN STRUKTUR TS GEDUNG PRKIR 5.1 PENDHULUN 5.1.1 Fungi Bangunan Bangunan yang akan dideain adalah bangunan parkir kendaraan yang diperuntukkan untuk penumpang pada Bandara Internaional Jawa Barat.

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul? SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROIRO (PLTM) Fifi ety Sholihah, Ir. Joke Pratilatiaro, MT. Mahaiwa Juruan Teknik Elektro Indutri, PENS-ITS, Surabaya,Indoneia, e-mail: pipipiteru@yahoo.com

Lebih terperinci

KENDALA PERENCANAAN DARI PONDASI RAKIT TIANG PANCANG

KENDALA PERENCANAAN DARI PONDASI RAKIT TIANG PANCANG Jurnal item Teknik Indutri Volume 6, No. Oktober 5 KENL PERENCNN RI PONI RKIT TING PNCNG Mawardi ta Pengajar epartemen Teknik ipil FT UU btrak: Kendala dari perilaku pondai rakit-tiang pacang udah banyak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

Topi petani itu berbentuk kerucut. Dalam matematika, kerucut tersebut digambarkan seperti Gambar 2.8 di bawah ini.

Topi petani itu berbentuk kerucut. Dalam matematika, kerucut tersebut digambarkan seperti Gambar 2.8 di bawah ini. 2.2 Apa yang akan kamu pelajari? Menyatakan lua ii Menghitung lua ii Menyatakan volume Menghitung volume prima. Kata Kunci: Kerucut Lua ii Kerucut Selimut Volume Tinggi P Lua Sii Kerucut ernahkah kamu

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Penetapan Berat Volume Tanah 25 3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Fahmuddin Agu, Rahmah Dewi Yutika, dan Umi Haryati 1. PENDAHULUAN Berat volume tanah merupakan alah atu ifat fiik tanah yang paling ering

Lebih terperinci

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban

Lebih terperinci

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB 36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci