PERSAMAAN NEURONIK DENGAN TUNDAAN BERGANTUNG WAKTU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSAMAAN NEURONIK DENGAN TUNDAAN BERGANTUNG WAKTU"

Transkripsi

1 PERSAMAAN NEURONIK DENGAN TUNDAAN BERGANTUNG WAKTU Sariyasa Universitas Pendidikan Ganesa, Singaraja eail: Abstrak Paper ini endeskripsikan penurunan odel diskrit dari odel kontinu jaringan saraf dengan tundaan bergantung waktu. Diskritisasi dilakukan dengan aproksiasi odel kontinu ole persaaan diferensial biasa dengan piecewise constant arguent (PCA). Dengan enerapkan skea sei iplisit Euler, dari persaaan dengan PCA ini diturunkan odel diskrit untuk odel kontinu jaringan saraf dengan tundaan bergantung waktu. Melalui siulasi nuerik ditunjukkan bawa odel diskrit secara dinaik ekivalen dengan odel kontinu. Kata kunci: odel diskrit, odel koputasi, odel jaringan saraf, tundaan bergantung waktu Abstract Tis paper described forulation of a discrete odel fro a continuous neural network odel wit tie dependent delay. Discretization was carried out by approxiating te continuous odel wit ordinary differential equation wit piecewise constant arguent, fro wic a discrete odel was obtained after eploying Euler sei-iplicit scee. It is sown, using nuerical siulation, tat te discrete odel is dynaically equivalent wit te continuous odel. Keywords: discrete odel, coputational odel, neural network odel, tie dependent delay PENDAHULUAN Mateatika enyediakan banyak jenis persaaan dengan beraga tingkat kopleksitas untuk peodelan dan analisis dinaik suatu fenoena. Penggunaan persaaan diferensial biasa dan parsial untuk eodelkan siste biologi epunyai sejara panjang diulai dari periode Maltus, Verulst, Lotka dan Volterra. Dala penerapan odel-odel ateatika untuk eaai lebi baik fenoena yang akin kopleks, seakin disadari bawa odel-odel yang paling sederana tidak apu erepresentasikan variasi yang sangat kaya dari dinaik yang teraati dala siste ala. Hal ini terjadi karena tingkat kopleksitas dari fenoena yang teraati seakin tinggi. Ada sejula keungkinan pendekatan untuk engatasi kopleksitas ini. Sala satu pendekatan adala ebangun siste persaaan diferensial biasa atau parsial yang lebi besar, yakni siste dengan lebi banyak persaaan diferensial. Siste ini dapat erupakan apiran yang cukup baik bagi perilaku yang teraati, tetapi siste ini euat Jurnal Sains dan Teknologi 410

2 banyak paraeter yang sering tidak dapat ditentukan elalui eksperien. Pendekatan lain yang seakin banyak diadopsi adala easukkan tie delay (selanjutnya disebut tundaa dala persaaan diferensial seingga diperole delay differential equation (persaaan diferensial tundaan/pdt). Tundaan erupakan koponen alai dari proses dinaik dala biologi, ekologi, fisiologi, ekonoi, epideiologi, dan ekanik. Tundaan ini dapat erepresentasikan waktu keailan, periode inkubasi, waktu untuk antaran, atau waktu yang diperlukan neuron untuk erespon. Kalau persaaan diferensial biasa eodelkan asala diana variabel bereaksi teradap kondisi saat ini, persaaan diferensial tundaan eodelkan asala diana terdapat after-effect yang epengarui paling sedikit satu variabel. Persaaan diferensial tundaan uncul dala berbagai bidang peodelan ateatika, isalnya dinaik populasi (dengan eperitungkan waktu keaila, penyakit enular (elibatkan periode inkubasi), kinetika fisiologis dan farasi (isalnya eodelkan reaksi tubu teradap CO 2 dala sirkulasi dara), kinetika kiia (seperti pencapuran reakta, kendali navigasi untuk kapal dan pesawat, dan asi banyak lainnya. Model dengan tundaan seakin uu digunakan, uncul dala peodelan banyak cabang biologi. Model dengan tundaan tela digunakan untuk endeskripsikan beberapa aspek dari dinaik penyakit enular, terapi obat (Nelson, et al., 2000) dan respon kekebalan (Cooke, et al., 1998). Model seaca ini juga uncul dala studi tentang odel-odel keostat (Zao, 1995), detak jantung (Solen, et al., 2002), epideiologi (Cooke, et al., 1999), siste pernapasan (Vielle dan Cauvet, 1998), pertubuan tuor (Villasana dan Radunskaya, 2003) dan jaringan saraf (liat isalnya Cen, 2001; van den Driessce, et al., 2001; van den Driessce dan Zou, 1998; Sariyasa, 2005). Beberapa ali peodelan engabaikan pengaru tundaan dan enggunakan persaaan diferensial biasa sebagai pengganti persaaan diferensial tundaan. Kuang (1993) engeukakan bawa terdapat resiko yang diadapi bila tundaan diabaikan, sekecil apapun tundaan tersebut. Lebi jau Kuang (1993) enyatakan bawa engabaikan tundaan saa artinya dengan engabaikan realitas. Ada pula ali peodelan yang engganti persaaan diferensial tundaan skalar dengan siste persaaan diferensial biasa dengan eperkenalkan variabel bantu untuk ensiulasikan fenoena yang sesunggunya lebi sesuai diodelkan ole persaaan diferensial tundaan. Naun, enurut Baker, et al. (1994), strategi penggantian ini epunyai resiko karena terdapat perbedaan kualitatif yang elekat (eksistensi solusi yang berosilasi, unculnya caos, pengaru tundaan teradap siste konservatif dan siste yang stabil atau tak stabil) antara persaaan diferensial tundaan dan siste persaaan diferensial biasa. (Baker, et al., 1994). Tidak seperti persaaan diferensial biasa, untuk persaaan diferensial tundaan (bakan yang linier sekalipu tidak terdapat etode uu Jurnal Sains dan Teknologi 411

3 untuk endapatkan solusi dala bentuk eksplisit. Ole karena itu, etode nuerik untuk persaaan diferensial tundaan enjadi sesuatu yang sangat penting. Di saping itu, penerapan etode nuerik yang ekstensif tidak dapat diindari dala analisis kestabilan dan bifurkasi untuk tujuan praktis (Seydel, 1988). Metode nuerik untuk persaaan diferensial biasa tidak begitu saja dapat diterapkan untuk persaaan diferensial tundaan sebab dala penerapannya sifat kestabilan dan akurasi dari etode tersebut tidak dapat dipertaankan lagi (Bellen dan Zennaro, 2003). Lebi jau (Bellen dan Zennaro, 2003) enyatakan bawa engintegralkan persaaan diferensial tundaan sesunggunya enuntut penggunaan etode yang dirancang kusus sesuai dengan karakteristik persaaan dan perilaku solusi (Bellen dan Zennaro, 2003). Dengan deikian, perlu dikebangkan suatu skea nuerik yang dapat diterapkan untuk sebagian besar kelas persaaan diferensial tundaan yang berbeda. Adanya skea nuerik seaca ini sangat beranfaat terutaa bagi non-ateatikawan yang eerlukan persaaan diferensial tundaan dala kerjanya; juga dapat eperluas keterpakaian persaaan diferensial tundaan pada bidang-bidang di luar ateatika. Skea nuerik yang digunakan untuk engapiri solusi persaaan diferensial tundaan akan engasilkan odel diskrit. Tentu saja odel diskrit, yang erupakan apiran nuerik dari odel kontinu, diinginkan dapat ewarisi karakteristik dinaik dari odel kontinunya. Dengan deikian odel diskrit dapat diterapkan sebagai odel koputasi dengan tetap epertaankan karakteristik fisik atau biologi yang diiliki ole odel kontinu. Dala Stewart (1992), Stuart dan Hupries (1996), dan Brooead dan Iserles (1992) dikaji pentingnya odel diskrit ewarisi karakteristik dinaik dari odel kontinunya. Pendekatan yang sering digunakan untuk eforulasi odel diskrit adala dengan endiskritisasi odel kontinu. Terdapat banyak skea nuerik (antara lain skea Euler, Runge-Kutta) yang dapat digunakan untuk endiskritkan odel kontinu. Naun proses diskritisasi seaca ini sering engasilkan odel diskrit dengan dinaik yang tidak sejalan dengan dinaik induknya (odel kontinu). Beberapa studi (Devaney, 1989; Iserles, 1990; Mickens, 1994; Prufer, 1985; Usiki, 1982; Yee, et al., 1991) enunjukkan bawa dinaik dari siste yang diperole dari diskritisasi odel kontinu epunyai karakteristik dinaik yang berbeda secara signifikan dari dinaik odel kontinunya. Stutzer (1980) enekankan bawa te discrete-tie analog of a continuoustie syste cannot reliably be assued to be found by replacing derivatives wit first differences. Terkait dengan al ini, odel logistik erupakan ilustrasi yang sangat baik. Dala bentuk kontinu, odel logistik epunyai dinaik yang baik, yakni konvergen onoton. Akan tetapi, diskritisasi odel logistik kontinu dengan skea Euler engasilkan odel diskrit dengan perilaku caotic. Jelas, konvergen onoton dan caotic erupakan dua dinaik yang saling bertolak belakang. Berikut ini diberikan ilustrasi penyipangan dinaik sebagai akibat Jurnal Sains dan Teknologi 412

4 diskritisasi odel kontinu. Ilustrasi ini diabil dari Moaad (2000). Peratikan persaaan diferensial d, t 0. (1) dt Solusi dari persaaan (1) diberikan ole ( ) t y t e 0), t 0. (2) Jika persaaan (1) didiskritkan dengan skea diskritisasi Euler diperole odel diskrit dala bentuk n+1) = (1 ), n = 0, 1, 2, 3,... (3) dengan > 0 enyatakan ukuran diskritisasi dan enyatakan nilai dari untuk t = n. Solusi dari (3) diberikan ole = (1 ) n 0), n = 0, 1, 2, 3,... (4) Dengan uda dapat ditunjukkan bawa pada (2) eenui 0 untuk t dan ini berarti kekonvergenan dari adala onoton. Di lain piak, pada (4) epunyai perilaku yang bergantung pada nilai sebagai berikut. a. Untuk 0 < < 1, 0 untuk n (konvergensi onoto. b. Untuk = 1, = 0 untuk seua n dan untuk seua 0). c. Untuk 1 < < 2, berosilasi dengan 0 untuk n (konvergensi berosilasi). d. Untuk = 2, periodik dengan periode 2. e. Untuk > 2, berosilasi dan untuk n (diverge. Mebandingkan odel kontinu (1) dan odel diskrit (3) pada conto ini, jelas bawa odel kontinu anya epunyai satu dinaik yakni konvergen onoton. Sedangkan odel diskrit yang diturunkan dari odel kontinu epunyai dinaik yang bervariasi tergantung pada nilai. Paraeter > 0 dala (3) yang uncul sebagai akibat proses diskritisasi epunyai pengaru teradap dinaik dari (4). Conto ini enunjukkan bawa diskritisasi engasilkan odel diskrit dengan dinaik yang tidak diiliki ole odel kontinunya. Perbedaan dinaik ini selanjutnya dijelaskan ole Moaad (2000) bawa karakteristik yang enyipang ini dapat terjadi bila unit diskritisasi (yakni ) dibuat tetap seentara paraeter odel kontinu dibuat bervariasi dala ruang paraeter asitotik dari odel kontinu atau sebaliknya. Akibatnya, arus ada pebatasan pada nilai atau pada paraeter seula seingga tidak ada penyipangan pada odel diskrit. Dengan pebatasan ini, keapuan koputasi dari odel kontinu tidak dapat dicapai secara aksial ole odel diskrit. Ole karena itu perasalaan utaa dala penelitian ini adala bagaiana engonstruksi odel diskrit yang diturunkan dari odel kontinu seingga odel diskrit epunyai dinaik yang ekivaken dengan odel kontinunya. Untuk keperluan ini, perlu dikebangkan teknik diskritisasi nonstandar seingga diperole skea nuerik yang bisa engasilkan odel diskrit yang ewarisi karakteristik odel kontinu dariana odel diskrit diturunkan. Dengan deikian, tujuan penelitian ini adala untuk engebangkan skea nuerik yang dapat digunakan untuk endiskritisasi odel kontinu sedeikian seingga odel diskrit epunyai karakteristik Jurnal Sains dan Teknologi 413

5 dinaik yang ekivalen dengan odel kontinunya. Skea nuerik yang diasilkan selanjutnya diterapkan pada odel kontinu jaringan saraf tipe Hopfield yang tela diketaui dinaiknya seingga ketercapaian tujuan penelitian ini dapat diukur. Persaaan diferensial dengan tundaan adala persaaan dala bentuk y ( f ( t,, t 1( t, )), t 2( t, )), ) dengan i, i = 1,2,... enyatakan tundaan yang bisa berupa konstanta, atau bisa berupa fungsi dala t atau bisa erupakan fungsi dala t dan y. Persaaan diferensial tundaan erupakan generalisasi dari persaaan diferensial biasa x ( g( t, ) l l ( g(, ) : R R R ) bila x ( dari suatu proses juga bergantung pada kondisi sebelunya. Teori uu dari persaaan diferensial tundaan tela banyak dipaparkan dala beberapa literatur antara lain dala Driver (1977), El sgol ts dan Norkin (1973), Gopalsay (1992) serta Kuang (1993). Pandang persaaan dx t ( e t 1)) dt cos t sin( t e t 1) (5) untuk t 0. Dala persaaan (5), tundaan erupakan fungsi yang beruba teradap waktu, yaitu ( = e t + 1. Jika fungsi awal diabil = sin t, 2 t 0, (6) aka dengan substitusi langsung dapat ditunjukkan bawa fungsi = sin t, t > 0, erupakan solusi dari asala nilai awal (5) dan (6). Persaaan (5) erupakan conto persaaan diferensial dengan tundaan yang beruba teradap waktu. Meskipun epunyai keiripan bentuk dengan persaaan diferensial biasa, persaaan diferensial tundaan epunyai beberapa fitur yang enyebabkan analisis teradap persaaan diferensial tundaan lebi ruit. Masala nilai awal dala persaaan diferensial tundaan eerlukan lebi banyak inforasi dibandingkan dengan asala nilai awal dala siste tanpa tundaan. Untuk siste persaaan diferensial biasa, solusi tunggal ditentukan ole nilai awal dala ruang Euclid pada saat awal t 0. Untuk siste dengan tundaan, diperlukan inforasi pada seluru interval [t 0, t 0 ]. Jelas bawa untuk engetaui laju perubaan pada t 0, diperlukan t 0 ) dan t 0 ) dan untuk x ( t 0 ) diperlukan t 0 + ε) dan t 0 + ε ). Jadi, untuk ebuat asala nilai awal berakna, diperlukan fungsi awal atau awal nilai pada interval [, 0]. Setiap fungsi awal enentukan solusi tunggal bagi persaaan diferensial tundaan. Jika diinginkan fungsi awal kontinu, aka ruang solusi epunyai diensi yang saa dengan C([t 0, t 0 ], R). Teori persaaan diferensial biasa epunyai banyak kesaaan dengan teori persaaan diferensial tundaan. Beberapa etode analitis untuk persaaan diferensial biasa dapat diperluas untuk diterapkan pada persaaan diferensial tundaan sepanjang eungkinkan. Naun, perbedaan di antara keduanya eerlukan pendekatan baru. Jika pada persaaan diferensial biasa diasusikan bawa efek perubaan Jurnal Sains dan Teknologi 414

6 pada siste terjadi seketika, aka pada persaaan diferensial tundaan efek perubaan pada siste tidak terjadi seketika. Dala al ini riwayat siste pada asa lapau perlu diperitungkan. Perbedaan lainnya adala persaaan diferensial biasa eerlukan nilai awal tetapi persaaan diferensial tundaan eerlukan fungsi awal. Forulasi odel ateatika sebagai persaaan diferensial fungsional, yang encakup seua PDT, eungkinkan nilai fungsi dan turunannya untuk asa sekarang dan asa lapau dapat dipergunakan untuk enentukan keadaan siste di asa endatang. Hal ini eberikan odel yang lebi baik dan lebi realistis bagi suatu proses atau siste sebab "an increase in te coplexity of te ateatical odels can lead to a better quantitative consistency wit real data" tetapi ada "arga" yang arus dibayar (Baker, 1999). Model persaaan diferensial tundaan erupakan alternatif bagi odel persaaan diferensial biasa dala berbagai aplikasi. Potensi aplikasi persaan diferensial tundaan yang luas tela diungkap dala berbagai literatur. Baker, et al. (1999) elaporkan penggunaan persaaan diferensial tundaan untuk peodelan nuerik dala biosains dan encakup penerapan dala epideilogi, iunologi, ekologi, dan dala studi tentang HIV. Persaaan diferensial tundaan juga digunakan dala berbagai bidang ilu seperti fisika, viskoelastisitas, biologi, kedokteran, ekonoi, ekanik. Kuang (1993) dan Gopalsay (1992) enekankan penerapan pada dinaik populasi. Beberapa bidang aplikasi enggunakan kelas persaaan diferensial tundaan tertentu, isalnya persaaan diferensial tundaan terdistribusi digunakan dala odel infeksi HIV, bioodelling; persaaan diferensial tundaan stokastik eneukan penerapan dala pupil ligt reflex, iune response, dan produksi sel dara (Baker, 1999). Solusi Nuerik Persaaan Diferensial Tundaan Tidak seperti persaaan diferensial biasa, untuk persaaan diferensial tundaan (bakan yang linier sekalipun ) tidak terdapat etode uu untuk endapatkan solusi dala bentuk eksplisit. Meskipun deikian, untuk persaaan diferensial tundaan dengan koefisien konstan, asi eungkinkan enerapkan beberapa pendekatan untuk enentukan solusi analitik, isalnya etod of steps, penentuan solusi eksponensial, dan transforasi Laplace. Keterbatasan penerapan pendekatan ini endorong penggunaan etode nuerik untuk enentukan solusi persaaan diferensial tundaan. Untuk persaaan skalar dengan tundaan konstan, relatif sederana untuk endapatkan solusi nuerik dengan enggunakan skea nuerik untuk persaaan diferensial biasa, naun teknik ini enjadi aal dari segi koputasi sejalan dengan eningkatnya ukuran siste persaaan diferensial biasa. Selain itu, penerapan etode nuerik untuk persaaan diferensial biasa pada persaaan diferensial tundaan tidak begitu saja dapat dilakukan sebab al ini dapat erusak sifat kestabilan dan akurasi dari etode tersebut. (Bellen dan Zennaro, 2003). Jurnal Sains dan Teknologi 415

7 Pendekatan yang lebi baik adala eanfaatkan etode langka (etod of steps). Ide ini sangat sederana dan dapat diuraikan sebagai berikut. Pada interval [t 0, t 0 + ], persaaan diferensial tundaan enjadi y ( f ( t,, ( t )) yang erupakan persaaan diferensial biasa dengan solusi ~ y 1 yang didefinisikan pada interval [t 0, t 0 + ]. Pada interval [t 0 +, t 0 + 2], persaaan diferensial tundaan enjadi y ( f ( t,, ~ y1( t )) yang dapat diselesaikan dengan peeca persaaan diferensial biasa untuk engasilkan fungsi ~ y 2 yang didefinisikan pada interval [t 0 +, t 0 + 2]. Prosedur yang saa diterapkan pada interval [t 0 + k, t 0 + (k + 1)], k = 2,3, dengan enyelesaikan persaaan diferensial biasa f ( t,, ~ yk ( t )) pada setiap interval. Peratikan bawa solusi eksak analitik pada setiap interval [t 0 + k, t 0 + (k + 1)]. Solusi Hapiran Persaaan Diferensial Tundaan dengan Piecewise Constant Arguent Paparan berikut ini diadopsi dari Györi (1991). Pandang persaaan diferensial tundaan dx p0( pi ( t i ) 0, dt i1 t 0 (7) diana H1. untuk i = 1,2,,, i adala bilangan riil positif dan ax i 1i H2. Untuk i = 1,2,,, fungsi p i : R + R kontinu. Persaaan (7) dilengkapi dengan kondisi awal dala bentuk s) = (s), s 0, C([, 0], R). (8) Dengan ipotesis H1 dan H2, asala nilai awal (7) dan (8) epunyai solusi tunggal yang kontinu pada interval [, ) dan terdiferensialkan secara kontinu pada [0, ). Solusi dari (7) dan (8) dinyatakan ole )(. Misal k 1 bilangan bulat tetap dan abil. (9) k Dengan enggunakan, didefinisikan tiga persaaan diferensial tundaan dengan piecewise constant arguent, yakni du( p0( u( dt t i pi ( u 0, t 0 i 1 (10) dv( p t 0( v dt t i pi ( v 0, t 0 i 1 (11) dw( p t t 0 w dt t t i pi w 0, t 0 i 1 (12) Persaaan ini dilengkapi dengan kondisi awal berikut u(j) = (j), j = k,, 0 (13) v(j) = (j), j = k,, 0 (14) Jurnal Sains dan Teknologi 416

8 w(j) = (j), j = k,, 0 (15) dengan C. Yang diaksud solusi dari (10) dan (13) adala fungsi u ()( yang terdefinisi pada ipunan {k,, 0} (0, ) dan eenui sifat berikut a. u ()( kontinu pada [0, ) b. turunan dari u ()( ada pada setiap titik t [0, ) dengan pengecualian titik t = n, n N, diana turunan satu ara ada c. fungsi u( = u ()( eenui (7) pada setiap interval [n, (n + 1)] untuk n N. Definisi solusi v ()( dan w ()( dari asala nilai awal (11) dan (14) serta (12) dan (15) analog. Persaaan (10), (11), dan (12) sangat terkait dengan persaaan diferensi. Hal ini dinyatakan dala teorea berikut. Teorea 1. Asusikan ipotesis H1 dan H2 terpenui dan k 1 adala bilangan bulat. Abil dan k i ki untuk seua i = 1, 2,,. Maka a. solusi u ()( dari (10) dan (13) diberikan ole t p0 ( s) ds u ( )( a( e n t p 0( s) ds e 0 s t p0 ( r) dr pi ( s) e0 ds a( n ki ) i1 n untuk seua n t (n + 1) dan n 0 diana [a(] adala barisan yang eenui persaaan diferensi a( n 1) a( e e n 0 ( n1) i1 p 0( s) ds n pi ( s) e ( n1) s n 0 p0 ( s) ds p0 ( r) dr ds a( n ki ) 0, n 0 dengan a( = (n), n = k,, 0. b. solusi v ()( dari (11) dan (14) diberikan ole t v ( )( 1 p 0 ( u) du b( n t u du b n pi ( ) ( ki ) i1 n untuk seua n t (n + 1) dan n 0 diana [b(] adala barisan yang eenui persaaan diferensi Jurnal Sains dan Teknologi 417

9 b( i1 ( n1) p0 ( u) du b( n ( n1) pi ( s) dsb( n ki ) 0, n n 0 dengan b( = (n), n = k,, 0. c. solusi w ()( dari (12) dan (15) diberikan ole w ( )( c( ( p0 ( n) c( pi ( n) c( n ki ))( t n i1 untuk seua n t (n + 1) dan n 0 diana [c(] adala barisan yang eenui persaaan diferensi c( p0( n) c( p i ( n) c( n k i ) 0, n 0 i 1 dengan c( = (n), n = k,, 0. METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan elakukan kaji pustaka. Analisis dilakukan enggunakan teori persaaan diferensial dengan tundaan. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan dala penelitian ini adala 1. engebangkan forulasi skea nuerik berdasarkan teknik piecewise constant arguents yang digabungkan dengan etode sei-iplisit Euler; 2. enerapkan skea nuerik tersebut pada odel ateatika jaringan saraf tipe Hopfield yang tela diketaui dinaiknya; 3. enggunakan odel diskrit yang diperole sebagai odel koputasi untuk keperluan siulasi nuerik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan odel diskrit didasarkan atas teknik yang dikebangkan ole Györi (1991) dan teknik ini tela digunakan ole Gopalsay dan Moaad (2002). Paparan berikut didasarkan atas asil karya dari Gopalsay dan Moaad (2002). Pandang persaaan diferensial tundaan dx dt p 0( pi ( t i ), t 0 i1 (16) Pandang interval doain (,) sebagai gabungan saling lepas dari interval dala bentuk [j, (j + 1)), j Z dengan Z enyatakan ipunan bilangan bulat dan adala bilangan riil tetap yang enyatakan ukuran langka diskritisasi. Persaaan (16) selanjutnya diapiri ole persaaan diferensial dengan piecewise constant arguents dala bentuk d p t 0 dt t t i pi x i 1 (17) untuk t [n, (n + 1)), n = 0, 1, 2,, > 0 adala bilangan riil tetap yang enyatakan ukuran langka diskritisasi serta [] enyatakan bilangan bulat terbesar dala R dengan R adala Jurnal Sains dan Teknologi 418

10 ipunan bilangan riil. Berikutnya digunakan skea sei iplisit Euler pada persaaan (17) seingga diperole x t x t t p t 0 x t t i p i x i 1 (18) untuk t [n, (n + 1)), n = 0, 1, 2,.. Dari (18) dan dengan Misalkan enggunakan notasi = n), didapat odel diskrit yang analog dengan odel kontinu (16) dala bentuk n 1) 1 p ( 1 0 pi ( n i ) 0 ( i1 p (19) untuk n = 0, 1, 2,... Siste (19) adala siste diskrit analog dari (16). Persaaan Neuronik dengan Tundaan Bergantung Waktu Selanjutnya diskritisasi nonstandar dengan teknik piecewise constants arguents diterapkan pada odel jaringan saraf tipe Hopfield. Model ini diabil dari Gopalsay dan Sariyasa (2002). Pandang persaaan neuronik dengan tundaan bergantung waktu dan fungsi aktifasi tan(x) dala bentuk d a( b( tan( t ( )) f ( d( (20) dengan a(), b(), f() enyatakan fungsi bernilai riil kontinu yang terdefinisi pada (,) serta periodik dengan periode > 0 (Gopalsay dan Sariyasa, 2002). Tundaan ( terdefinisi pada (,) serta diasusikan kontinu dan periodik dengan periode > 0 yang eenui ( t ) 0, t ( 0, 0, t ( untuk t diana inf ( dan sup (. tr tr Persaaan (20) dilengkapi dengan kondisi awal dala bentuk x ( s) ( s), s [, 0], C[, 0] dengan C[, 0] enyatakan ruang fungsi bernilai riil kontinu yang terdefinisi pada [, 0]. Ruang ini dilengkapi dengan nor supreu yang didefinisikan ole sup t s) s[,0] Dala Gopalsay dan Sariyasa (2002) tela diruuskan dan dibuktikan teorea berikut yang enjain eksistensi solusi periodik dengan periode yang stabil global. Teorea 2. Misal a(), b(), f(), dan () kontinu dan periodic dala t R dengan periode > 0. Misalkan a( a > 0. Misalkan pula () terdiferensialkan dan eenui 0 ( d( dt t ( 0, t ( jika t, t R, 1, t R Misalkan b( b untuk t R. Jika (21) Jurnal Sains dan Teknologi 419

11 a b e a 1 a b e a exp b e ( ) 1 1 a (22) Maka (1.20) epunyai solusi periodik dengan periode yang stabil global. Dala Teorea 2, a ax a(, b ax b(, 0t 0t sup (. tr Model Diskrit Persaaan Neuronik Forulasi odel diskrit didasarkan atas teknik yang dikebangkan ole Györi (1991) dan enggunakan asil-asil yang diperole ole Gopalsay dan Moaad (2002). Dengan proses diskritisasi enggunakan persaaan (17) (19) didapat odel diskrit yang analog dengan odel kontinu (20) dala bentuk b( n 1) tan( n k( ) 1 a( 1 a( f ( 1 a( (23) untuk n = 0, 1, 2,... Untuk keperluan siulasi, dipili paraeter a( dan b( serta stiulus eksternal f( sebagai berikut: a( 1 0, 8sin t 3 b( 0, 01cos 2 t (24) 3 f ( sin t cos t 3 3 dan ( diberikan ole t ( 2, 5 0, 5cos 3 Dapat diverifikasi bawa untuk t R, 0 ( = 3 dan d(/dt /6 < 1. Juga t ( jika t dan t ( > 0 untuk t > 2,2. Dengan uda dapat ditunjukkan bawa kondisi kestabilan dala Teorea 2 terpenui seingga siste (20) epunyai solusi periodik dengan periode 4 yang stabil global. Dala bentuk diskrit, (24) enjadi a( 1 0, 8 sin n n (25) b(, cos 3 f ( sin n cos n 3 3 untuk n = 0, 1, 2,. Sedangkan bentuk diskrit dari ( diberikan ole n ( 2, 5 0, 5cos (26) 3 Siulasi nuerik diperole enggunakan (23), (25), dan (26). Hasilnya disajikan pada Gabar 1 berikut. Gabar 1. Dua solusi periodik dari (20).Grafik putus-putus Jurnal Sains dan Teknologi 420

12 adala stiulus eksternal SIMPULAN DAN SARAN Dengan engunakan teknik piecewise constant arguent, tela diforulasikan skea nuerik untuk apiran solusi dari persaaan diferensial tundaan. Skea nuerik ini endiskritisasi odel kontinu dengan tetap epertaankan karakterisitik dinaiknya. Akibatnya, odel diskrit sebagai asil diskritisasi odel kontinu epunyai dinaik yang ekivalen dengan dinaik odel kontinunya. Model diskrit ini erupakan odel koputasi yang dapat digunakan untuk siulasi nuerik odel kontinu. Siulasi nuerik enunjukkan bawa secara dinaik, odel diskrit ekivalen dengan odel kontinu. Meskipun siulasi nuerik enunjukkan bawa odel diskrit secara dinaik ekivalen dengan odel kontinu, naun perlu ada kajian secara analitis deduktif untuk enunjukkan bawa karakteristik dinaik kedua odel ekivalen. Hal ini perlu enjadi kajian di asa endatang. DAFTAR PUSTAKA Baker, C. T. H., Bocarov, G. A., dan Rian, F. A. (1999). A Report on te Use of Delay Differential Equations in Nuerical Modelling in te Biosciences. Nuerical Analysis Report No 343. Mancester University. Bellen dan Zennaro. (2003). Nuerical etods for delay differential equations. Oxford: Clarendon Press. Brooead, D. S. dan Iserles, A. (1992). Te dynaics of nuerics and te nuerics of dynaics. Oxford: Clarendon Press. Devaney, R. L. (1989). An introduction to caotic dynaical systes, 2nd Edition. New York: Addison- Wesley Publising Copany, Inc. Driver, R. D. (1977). Ordinary and delay differential equations. New York : Springer-Verlag. El sgol ts, L. E. dan Norkin, S. B. (1973). An introduction to te teory and application of differential equations wit deviating arguents. New York: Acadeic Press. Gopalsay, K dan Sariyasa. (2002). Tie delays and stiulusdependent pattern foration in periodic environents in isolated neurons. IEEE Trans. Neural Netwoks 13: Gopalsay, K dan Moaad, S. (2002). Neuronal dynaics under periodic stiuli. International Journal of Neural Systes 12: Gopalsay, K. (1992). Stability and oscillations in delay differential equations of population dynaics. Kluwer Acadeic Publiser. Dordrect. Gyori, I. (1991). On approxiation of te solutions of delay differential equations by using piecewise constant arguents. Internat. J. Mat. & Mat. Sci. 14: Jurnal Sains dan Teknologi 421

13 Iserles, A. (1990). Stability and dynaics of nuerical etods for nonlinear ordinary differential equations. IMA J. Nuer. Anal. 10, Kuang, Y. (1993). Delay Differential Equations wit Applications in Population Dynaics. Acadeic Press, Inc. Boston. Mickens, R. E. (1994). Nonstandard finite difference odels of differential equations. Singapore: World Scientific. Moaad, S. (2000). Continuous and discrete dynaical systes wit applications. (dissertatio. Flinders University. Nelson, P. W., Murray, J. D. dan Perelson, A. S. L. (2000). A odel of HIV-1 patogenesis tat includes an intracellular delay. Mat. Biosci., 163: Prufer, M. (1985). Turbulence in ultisteps etods for initial value probles. SIAM J. Appl. Mat. 45, Sariyasa. (2005). On te stability of neural networks in periodic environent dala Proceeding of te International Conference on Applied Mateatics. Bandung : ITB. Seydel, R. (1988). Fro equilibriu to caos: practical bifurcation and stability analysis. New York: Elsevier. Solen, P., Baxter, D., dan Byrne, J. (2002). A reduced odel clarifies te role of feedback loops and tie delays in te Drosopila circadian oscillator. Biopys. J. 83, Stewart, I. (1992). Warning Handle wit care. Nature 355, Stuart, A. M. dan Hupries, A. R. (1996). Dynaical systes and nuerical analysis. Cabridge: Cabridge University Press. Stutzer, M. J. (1980). Caotic dynaics and bifurcation in a acro odel. Jour. Econ. Dyn. and Control 2, Turcin, P. (1990). Rarity of density dependence or population regulation wit lags. Nature, 344, Turcin, P. dan Taylor, A. D. (1992). Coplex dynaics in ecological tie series. Ecology, 73, Usiki, S. (1982). Central difference scee and caos. Pysica D 4, Villasana, M. dan Radunskaya, A. (2003). A delay differential equation odel for tuor growt. J. Mat. Biol., 47, Yee, H.C., Sweby, P. K., dan Griffits, D. F. (1991). Dynaical approac study of spurious steady-state nuerical solutions of nonlinear differential equations. I. Te dynaics of tie discretization and its iplications for algorit developent in coputational fluid dynaics. J. Coput. Pys. 97, Jurnal Sains dan Teknologi 422

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFUSI ANISOTROPIK

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFUSI ANISOTROPIK SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFUSI ANISOTROPIK VERA NURMA YUNITA PROGRAM STUDI MATEMATIKA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tebalang Searang verre_can@yaoo.co ABSTRAK. Persaaan difusi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peubah

Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peubah Jurnal EKSPONENSIAL Volue Noor Mei ISSN 85-789 Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peuba Relationsip Between Partial Derivatives and Continuit on te Function o Two Variables

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR Kiki Reski Ananda 1 Khozin Mu taar 2 12 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA Elvi Syahriah 1, Khozin Mu taar 2 1,2 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kekurangan Homotopy Analysis Method (HAM) dan Homotopy Perturbation Method (HPM)

Kelebihan dan Kekurangan Homotopy Analysis Method (HAM) dan Homotopy Perturbation Method (HPM) Prosiding Seirata FMIPA Universitas Lapung, 213 Kelebihan dan Kekurangan Hootopy Analysis Method (HAM) dan Hootopy Perturbation Method (HPM) Musli Ansori dan Suharsono S Jurusan Mateatika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

J M A. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. Journal of Mathematics and Its Applications. Volume 7, No. 1 Juli 2008 ISSN : X

J M A. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. Journal of Mathematics and Its Applications. Volume 7, No. 1 Juli 2008 ISSN : X DEPARTEMEN MATEMATIKA F MIPA - INSTITUT PERTANIAN BOGOR ISSN : 1412-677X Journal of Matheatics and Its Applications J M A Jurnal Mateatika dan Aplikasinya Volue 7, No. 1 Juli 28 Alaat Redaksi : Departeen

Lebih terperinci

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA Zuhnia Lega 1, Agusni, Supriadi Putra 1 Mahasiswa Progra Studi S1 Mateatika Laboratoriu Mateatika

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal

Lebih terperinci

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (215 2337-352 (231-928X Print A-25 Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa Singgi Tawin Muammad, Erna Apriliani,

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN POISSON MENGGUNAKAN JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS PADA KOORDINAT POLAR

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN POISSON MENGGUNAKAN JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS PADA KOORDINAT POLAR SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN POISSON MENGGUNAKAN JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS PADA KOORDINAT POLAR Fata Mufidah, Mohaad Jahuri Jurusan Mateatika UIN Maulana Malik Ibrahi Malang e-ail: fata.ufida@gail.co,.jahuri@live.co

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT OLEH : Budi Setiawan 106 100 034 Dosen Pebibing : Dra. Laksi Prita W, M.Si. Drs. Sulistiyo, MT. JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE (R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE Giat Sudrajat Saruda, 2 Septiadi Padadisastra, 3 I Gede Nyoan Mindra Jaya Mahasiswa

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER 6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER Dala intererensi, diraksi, terjadi superposisi dua buah gelobang bahkan lebih. Seringkali superposisi terjadi antara gelobang yang eiliki aplitudo, panjang gelobang

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

GERAK SATU DIMENSI. Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis

GERAK SATU DIMENSI. Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis GERAK SATU DIMENSI Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis Bahan Ajar Mata Kuliah Koputasi Fisika A. Gerak Jatuh Bebas Tanpa Habatan Sebuah benda dijatuhkan dari ketinggian tertentu dengan besar kecepatan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Naskah diterbitkan: 30 Deseber 015 DOI: doi.org/10.1009/1.0110 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f D. URAIAN MATERI 1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi a. Definisi Turunan Sala satu masala yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adala gradien garis singgung. Peratikan Gambar 1. f(c +

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph ) 1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU

METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU PROSIDING ISSN: 50-656 METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU Danar Ardian Pramana, M.Sc 1) 1) DIV TeknikInformatikaPoliteknikHarapanBersama danar_ardian@ymail.com

Lebih terperinci

PREDIKSI DAN ANALISIS KESTABILAN GERAK LONGITUDINAL KAPAL BERSAYAP WING-IN-SURFACE EFFECT

PREDIKSI DAN ANALISIS KESTABILAN GERAK LONGITUDINAL KAPAL BERSAYAP WING-IN-SURFACE EFFECT PREDIKSI DAN ANAISIS KESTABIAN GERAK ONGITUDINA KAPA BERSAYAP WING-IN-SURFACE EFFECT Hari Muaad Departeen Teknik Penerbangan, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No. 1 Bandung-413

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT M. And Rhudito, dkk., Aljabar Max-Plus Bilangan Kabur ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzz Nuber Max-Plus Algebra) M. And Rudhito, Sri Wahuni 2, Ari Suparwanto 2 dan F. Susilo 3 Jurusan Pendidikan Mateatika

Lebih terperinci

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil Prosiding SI MaNIs (Seinar Nasional Integrasi Mateatika dan Nilai Islai) Vol.1, No.1, Juli 017, Hal. 1-5 p-issn: 580-4596; e-issn: 580-460X Halaan 1 Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF Agus Santoso Jurusan Statistik FMIPA Universitas Terbuka eail:aguss@ut.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan

Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan Jurnal Mateatika Integratif. Vol. 13, No. 2 (2017), pp. 115 121. p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.151-121 Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang yang dihubungkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT PERECANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY MULTI ITEM DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA Dio Kharisa Putra, Rusindiyanto dan Budi Santoso

Lebih terperinci

Agus Suryanto dan Isnani Darti

Agus Suryanto dan Isnani Darti Pengaruh Waktu Tunda pada Model Pertumbuhan Logistik Agus Suryanto dan Isnani Darti Jurusan Matematika - FMIPA Universitas Brawijaya suryanto@ub.ac.id www.asuryanto.lecture.ub.ac.id Prodi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T.

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * Fasor tegangan dan arus pada resistor Perhatikan Gabar 1 dibawah ini Gabar 1.a. Dala daerah waktu Gabar 1.b. Dala daerah frekuensi Kita ulai dari persaaan daerah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi

Lebih terperinci

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN EKSISTENSI SOLUSI LOKAL DAN KETUNGGALAN SOLUSI MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDAAN Muhammad Abdulloh Mahin Manuharawati Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Matematika, Universitas Negeri

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR

MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR Prosiding Seinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakltas MIPA, Universitas Negeri Yogakarta, 6 Mei 9 MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR Irawati, Kntjoro Adji Sidarto. Gr SMA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN

PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN PERANCANGAN TATA LETAK SEL UNTUK MEMINIMASI VARIASI BEBAN SEL DAN MAKESPAN Agus Ristono Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 02 Tabakbayan Yogyakarta Indonesia 55281 Phone: + 62 274 485

Lebih terperinci

PEMILIHAN PERINGKAT TERBAIK FESTIVAL KOOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

PEMILIHAN PERINGKAT TERBAIK FESTIVAL KOOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Seinar Nasional Teknologi Inforasi dan Kounikasi 01 (SENTIKA 01 ISSN: 089-981 Yogyakarta, 8 Maret 01 PEMILIHAN PERINGKAT TERBAIK FESTIAL KOOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Sauel Manurung 1 1Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU

SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU Proceeding Seinar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarasin, 7-8 Oktober 2015 SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU Akhad Syarief,

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal JMS Vol. No., al. 8-5, April 997 egularitas Operator Potensial Layer Tunggal Wono Setya Budi Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 0 Bandunng, 403 Abstrak egulitas operator =

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim 0 f ( x ) f( x) KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Taun Pelajaran 04-05 XI IPA Semester Taun Pelajaran 04 05 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini kami

Lebih terperinci

Penjadwalan Pekerjaan pada No-Wait Flowshop dengan Pembatas Common Due-Date

Penjadwalan Pekerjaan pada No-Wait Flowshop dengan Pembatas Common Due-Date Perfora (2003) Vol. 2, No.: - 5 Penjadwalan Pekerjaan pada No-Wait Flowshop dengan Pebatas Coon Due-Date Yuniaristanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Abstract This paper

Lebih terperinci

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Ole : Tony Hartono Bagio 00 KALKULUS DASAR Tony Hartono Bagio KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU

FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU Jurnal Teknologi Inforasi dan Ilu Koputer (JTIIK) Vol., No. 1, April 015, hl. 73-78 FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU Rekyan

Lebih terperinci

ISBN:

ISBN: POSIDING SEMINA NASIONAL P e n e l i t i a n, P e n d i d i k a n, d a n P e n e r a p a n M I P A Tanggal 18 Mei 2013, FMIPA UNIVESITAS NEGEI YOGYAKATA ISBN: 978 979-96880 7-1 Bidang: Mateatika dan Pendidikan

Lebih terperinci

Analisa Sistem Kelistrikan Distribusi Jawa Bali 500 KV dengan Batas Stabilitas Steady State Menggunakan Radial Equivalent Independent (REI) DIMO

Analisa Sistem Kelistrikan Distribusi Jawa Bali 500 KV dengan Batas Stabilitas Steady State Menggunakan Radial Equivalent Independent (REI) DIMO Analisa Siste Kelistrikan Distribusi Jawa Bali 500 K dengan Batas Stabilitas Steady State Menggunakan Radial Equivalent Independent (REI) DIMO Firan Yudianto Inforation Syste Departent, Universitas Nahdlatul

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci